Tulisan Pak Suryadi.pmd - Jurnal Universitas Kristen Krida Wacana

advertisement
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PADA
PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN
KOPERASI DI KABUPATEN TANGERANG - BANTEN
Suryadi Winata*
Cooperation has a critical role in Indonesia economic development the spirit Abstract
to make cooperation as economics pillars is only a dream for every one.
The changed economic paradigma can not establish the cooperation’s growth
well. The basic of democratic process is economic development. The
government’s action for the cooperation’s growth has been only high service,
it has give the significant result a vison has been support the development
and implementation management in cooperation dairy activity.
The improve management in cooperation, it is only important to
identificate the threat factor. The management is cooperation can be
development through continuous improvement progress. The are many threat
factor, management team has been forced to cope out the situation.
The respon of every member is very low, it streng manage and
productivity are still low (conservative paradigma). The business’s processing
has been don ineffectivity and inefficiency. Because of little participation of
the member. Low awareness in cooperations has built the social and
economic characters. The social and economic characters can not be
changed in short time (a continuous improvement a quick program). The
other important problem is capital. It must be supported by government’s
policy. There is many way to anticipate the influence of the threat factor. So
that the solution is cooperation need a strong will and participation of each
member.
Keywords : Cooperation. Economic Development Pillar, Cooperation
Management, Identification, Threat factors, Cooperation body,
The member particiation, Business Effectivity and Efficiency,
Awarness toward the social and economic characters of
Cooperation, The Capital of Cooperation.
Di tengah gejolak perekonomian yang semakin lama semakin bersifat
kompetitif, koperasi diharapkan dapat menempatkan diri sebagai salah satu
kekerasi menjadi bentuk usaha yang bagaimanapun berbedanya dari bentuk
usaha lain yang merupakan bentuk usaha kumpulan modal tidak berarti
Koperasi terlepas dari fungsi-fungsi manajemen untuk pengelolaan usahanya.
Semua unsur dalam manajemen Koperasi harus bekerja menurut fungsinya
masing-masing dalam serentetan kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan.
Fungsi-fungsi dimaksud setidaknya meliputi; planning, organizing,
directing coordinating serta controlling. Pengembangan manajemen pada
sektor swasta tentu saja lebih baik karena dengan modal yang lebih kuat
dapat cepat mendapatkan sumber daya manusia dan faktor produksi lain
dibandingkan dengan bentuk usaha ekonomi koperasi. Selanjutnya, dengan
Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat (Winata)
PENDAHULUAN
*Penulis adalah
Dosen Sekolah
Tinggi Ilmu
Ekonomi Budhi,
Tangerang
227
manajemen yang lebih memadai sektor swasta dapat lebih cepat
mengadakan pengembangan usaha.
Penerapan manajemen dan pengembangannya pada koperasi adalah
mutlak seperti pada sektor lainnya. Gagalnya penerapan dan pengembangan
manajemen ini, adalah kegagalan usaha kita dalam membangun dan
memajukan Koperasi. Supaya penerapan dan pengembangan manajemen
koperasi dapat terealisasi sesuai dengan harapan yang tersirat dalam UndangUndang Dasar 45, maka saya mencoba mengidentifikasi kurang lebihnya
beberapa macam persoalan yang dihadapi di masyarakat perkoperasian
khususnya yang menjadi faktor-faktor penghambat penerapan dan
pengembangan manajemen Koperasi dan terjadi pada sebagian Koperasikoperasi yang terdapat di Kabupaten Tangerang – Banten mencoba
menuangkan upaya-upaya apa saja yang mungkin dapat diusulkan dalam
rangka meminimalisasi pengaruhnya.
Manajemen Pengertian umum manajemen bisa berarti luas, dan bisa juga mempunyai
Koperasi pengertian yang sempit. Pengertian manajemen yang luas, berarti tidak ada
batasan yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Namun
demikian ada batasan yang begitu komplek dan mencakup banyak aspek
penting dalam pengelolaan organisasi, seperti yang dikemukakan oleh James
A.F. Stoner, yang dikutip juga oleh T. Hani Handoko yaitu:
“Manajemen
adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.”
Batasan di atas menggunakan kata proses, suatu proses adalah
cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen diberi batasan
sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan kecakapan
atau ketrampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka
inginkan. Selain itu dalam arti sempit manajemen dapat dipandang sebagai
seni, yaitu mengandung arti bahwa manajemen adalah kemampuan atau
keterampilan pribadi.
Koperasi sebagai bentuk badan usaha yang bergerak di bidang
perekonomian mempunyai tatanan manajemen yang agak berbeda dengan
badan usaha lainnya. Perbedaan tersebut berpangkal pada hakikat
manajemen Koperasi yang dasar falsafahnya adalah dari, oleh dan untuk
anggota yang mencerminkan pelaksanaan falsafah demokrasi dalam dunia
usaha yang menjadi ciri khas Koperasi. Untuk itu, di dalam struktur atau
tatanan manajemen Koperasi di Indonesia dikenal sebagai unsur pokok
manajemen Koperasi yang terdiri dari: Rapat Anggota. Pengurus dan Manajer.
Kemudian Pengawas. Rapat Anggota merupakan unsur dalam manajemen
Koperasi, karena Koperasi merupakan badan usaha milik para anggotanya.
Hal ini sesuai dengan prinsip demokrasi yang merupakan asas Koperasi.
Pengurus merupakan bagian eksekutif dari Koperasi. Manajern melaksanakan
kegiatan sehari-hari dan bertanggung jawab langsung akan kelancaran
228
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 227 - 242
jalannya Koperasi. Pengawas melakukan pengawasan, apakah Pengurus
dan Manajer melaksanakan tugasnya sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga, serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku.
Sekalipun Koperasi telah tumbuh, akan tetapi tetap mempunyai sifat yang
tertutup dalam arti bahwa hanya berkisar pada anggota-anggotanya. Sifat
tertutup tersebut disebabkan karena berbagai keadaan. Organisasinya
disusun berdasarkan lingkungan tertentu, seperti kantor dan kesatuan. Di
daerah pedesaan yang sudah dapat mengakomodasi kepentingan anggota
masyarakat sehingga dapat berkembang suatu Koperasi Desa dengan
berbagai kegiatan usaha seperti; simpan pinjam, produksi, komsumsi dan
pemasaran.
Semua kebijaksanaan dan keputusan-keputusan yang akan
dilaksanakan di dalam suatu Koperasi ditentukan dalam forum Rapat Anggota
berdasarkan hikmah kebijaksanaan permusyarawatan; di mana setiap orang
dengan tidak memandang umur, besarnya simpanan di dalam Koperasi serta
golongan mempunyai hak suara yang sama yaitu satu orang satu hak suara.
Pengurus dalam hal ini hanyalah melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang telah ditetapkan dalam Rapat Anggota yang telah dituangkan dalam
bentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Pengurus berhak hanya
dalam merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan keputusan-keputusan Rapat
Anggota.
Pengurus dan Pengawas adalah anggota yang dikuasakan oleh
anggota untuk menggunakan kekayaan anggota yang telah dikumpulkan
guna menjalankan usaha bersama itu. Badan Pemeriksa mewakili anggota
untuk mengawasi Pengurus agar bekerja menurut kebijaksanaankebijaksanaan sebagaimana telah dituangkan di dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Koperasi. Ini mengandung arti bahwa usaha dan
organisasi Koperasi diurus secara bersama-sama oleh anggota untuk
kepentingan anggota itu sendiri.
Arti penting manajemen Koperasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu: Aspek Arti Penting
tujuan usaha Koperasi dan Permodalan. Aspek tujuan usaha Koperasi adalah, Manajemen
bagaimana suatu Koperasi untuk menunjang usaha, atau meningkatkan daya Koperasi
beli anggota khususnya dan masyarakat sekitar pada umumnya. Oleh karena
itu yang menjadi ukuran bagi keberhasilan suatu Koperasi tidak hanya
ditentukan berdasarkan besarnya sisa hasil usaha atau keuntungan yang
besar, melainkan juga diukur dari banyaknya anggota dan masyarakat
memperoleh pelayanan dari Koperasi. Jika kebetulan Koperasi bisa
memperoleh sisa hasil usaha, maka itu juga akan dibagikan kepada Anggota
Koperasi berdasarkan jasa-jasa anggota itu terhadap Koperasi.
Koperasi sebagaimana dengan bentuk usaha kumpulan modal bisa
saja memilih usahanya berdasarkan kemungkinan untuk yang sebesarbesarnya. Akan tetapi mengingat Koperasi adalah bentuk usaha bersama,
maka pilihan usaha Koperasi itu ditentukan oleh kepentingan usaha atau
mata pencaharian anggotanya. Koperasi adalah bukan Koperasi jika
usahanya ditentukan berdasarkan besarnya keuntungan yang akan diperoleh
tanpa ada kaitan usaha dengan usaha anggotanya atau meningkatkan daya
Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat (Winata)
229
beli anggotanya, yang berarti untuk menunjang usaha mereka masing-masing
atau meningkatkan daya beli, atau demokrasi usaha.
Demikian juga mengenai bentuk laporan keuangan, harus dapat
menampung muatan informasi bahwa keberadaan Koperasi telah memberikan
kontribusi kepada anggota-anggotanya dimana hal ini sudah dibakukan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia di dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (revisi 1998)
mengenai akuntansi perkoperasian diilustrasikan juga isi laporan keuangan
dalam bentuk; neraca, perhitungan hasil usaha, dan laporan promosi ekonomi
anggota menurut unit kegiatannya, misalnya produksi dan konsumsi.
Adanya sistim nilai seperti yang tercermin pada dasar falsafah
koperasi itu sendiri adalah dari, oleh dan untuk anggota, sebagai bentuk
usaha bersama, maka Koperasi berusaha untuk menyediakan kebutuhan
anggota, baik dalam bentuk barang ataupun jasa, yang dibutuhkan anggota
itu dengan cepat, tepat dan harga yang bersaing. Oleh karenanya mereka
harus selalu bekerja dengan rasional, efektif dan efisien. Selanjutnya dalam
upaya mencapai efektifitas dan efisiensi tersebut, harus ada spesialisasi,
seperti: Spesialisasi yang terjadi di dalam suatu usaha pelayanan kepada
anggota, berupa pembagian pekerjaan yang masing-masing dikerjakan oleh
para spesialis di badan usaha Koperasi yang juga anggota sehingga lebih
efisien, dan pengkoordinasian para spesialis ke arah pencapaian tujuan
usaha. Yang lainnya adalah spesialisasi yang terjadi di antara usaha dan
kegiatan-kegiatan ekonomi anggota, artinya terjadi spesialisasi usaha atau
kegiatan hanya pada suatu bidang tertentu saja oleh anggota yang spesialis.
Sudah barang tentu terdapat berbagai orang pada spesialisasi yang sama,
dan hal ini menuntut kemampuan untuk berkompetisi dalam menghasilkan
jasa atau barang yang lebih baik atau tepat, lebih cepat dan lebih bersaing
harganya. Produk barang dan jasa koperasi tersebut dikonsumsi oleh
anggota, atau masyarakat umumnya, jika koperasi sudah dapat memenuhi
pelayanan berupa barang dan jasa yang juga kepada bukan anggota.
Akhirnya Koperasi yang mulanya hanya dari, oleh dan untuk
anggota, telah berkembang menjadi dari, oleh dan untuk anggota dan
masyarakat juga, dan peran serta koperasi dalam gerak kemajuan ekonomi
nasional menjadi lebih terpadu dan menyeluruh. Oleh karenanya jelas bahwa
tata-penyelenggaraan kegiatan usaha Koperasi tidak dapat dipisahkan
dengan seluruh tata-penyelenggaraan ekonomi nasional, bahkan justru harus
diarahkan, didukung dan dibina oleh tatanan sistim ekonomi masyarakat
(pemerintah/negara) dalam kaitan dengan pembangunan ekonomi nasional.
Dari aspek permodalan, walaupun jumlahnya jauh dari sektor
ekonomi lainnya, modal pada kegiatan usaha koperasi merupakan
pencerminan dari modal nasional swasta, yang hakikatnya adalah sumber
daya potensial dan peran serta masyarakat (integral national resources)
yang dapat dikerahkan dalam pembangunan sistim masyarakat sebagai
kekuatan yang mampu menggerakan dan digerakan dalam proses
pertumbuhan dan peningkatan yang efektif. Dua aspek penting tersebut,
cukup menggambarkan bahwa bentuk usaha koperasi harus mempunyai
kesiapan yang sama dengan sektor swasta dalam hal manajemen.
Arti penting kemajuan manajemen dan usaha terhadap Koperasi
secara nyata dapat dilihat misalnya pada Koperasi Karyawan (KopKar).
230
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 227 - 242
Koperasi Karyawan banyak didirikan di perusahaan swasta yang
manajemennya sudah sedemikian berkembang, karena karyawan-karyawan
perusahaan sudah dikembangkan menjadi sumber daya yang handal, tidak
hanya terlatih untuk mengerjakan tugas-tugasnya, tetapi juga berpengetahuan
luas yang akhirnya dapat menimbulkan kesadaran berkoperasi di lingkungan
perusahaan. Manajemen perusahaan secara tidak langsung melakukan
pemantauan atas jalannya kegiatan KopKar tersebut terutama dalam hal
permodalan, efisiensi dan efektifitas usaha serta pengawasan, dan hasilnya
adalah kinerja yang dicapai oleh Koperasi jenis ini terutama dalam hal sisa
hasil usaha lebih baik dibandingkan Koperasi swadaya yang lain, seperti
terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1
Profil Koperasi Tangerang: Modal Sendiri, Modal Luar,
Aset, Volume Usaha dan SHU
(dalam jutaan rupiah)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Jenis Koperasi
KopKar
KPRI
Peternakan
Pusat
Perikanan
Polisi/TNI
KUD
Simpan Pinjang
KSU
Pensiunan
Profesi
Pembiayaan
Pasar
Lain-lain
Pontren
Distribusi
Pedagang K5
Inkra
Angkutan
Masjid
Wisata
Pertanian
Perumahan
Wanita
Pemuda
Jumlah
Koperasi
236
70
4
6
8
7
24
23
305
16
5
18
29
104
63
28
6
16
9
42
2
38
39
2
2
1.102
Jumlah
Anggota
116.914
12.228
247
265
826
2.293
19.422
3.779
91.999
1.598
185
1.226
9.397
9.866
12.675
1.071
1.848
3.106
1.192
2.736
224
9.142
2.163
2.461
189
307.052
Modal
Sendiri
43.752,8
16.285,2
7,9
932,6
51,5
2.068,3
943,8
399,5
999,2
1378,7
3,0
243,9
577,6
473,6
728,4
64,9
86,5
169,9
78,7
78,3
37,6
692,7
73,7
3.463,8
10,4
73.602,7
Modal
Luar
11.533,4
6.936,1
0,6
593,7
19,6
523,8
19.683,2
135,8
1.289,7
756,8
0,8
83,8
197,3
165,7
103,3
11,7
13,9
87,9
6,8
23,6
8,2
36.501,1
18,3
873,9
0,6
79.569,9
Aset
55.286,2
23.221,4
8,6
1.526,3
71,1
2.592,1
20.627,0
535,3
2.289,0
2.135,5
3,8
327,7
774,9
639,3
831,7
76,6
100,5
257,9
85,5
101,9
45,8
37.193,8
92,0
4.337,7
11,0
153.172,6
Volume
Usaha
64.140,8
34.237,9
12,4
522,7
82,8
4.892,8
18.923,5
994,9
3.529,0
3.298,6
6,3
348,9
1.326,8
928,3
82,0
112,9
92,3
328,7
92,8
93,6
64,7
31.938,4
72,8
3.926,8
16,8
170.067,8
SHU
9.445,8
3.827,1
586,8
396,9
84,3
79,5
54,4
51,3
41,7
28,7
27,4
20,2
14,4
13,8
6,3
6,2
6,0
5,8
5,0
4,8
4,7
3,9
0,7
0,6
0,4
14.716,9
Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Sub Dinas Bina Koperasi Tahun 2003,
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Kabupaten Tangerang
Permasalahannya secara garis besar yang menjadi faktor-faktor penghambat
penerapan dan pengembangan manajemen Koperasi yang kurang lebihnya
menyangkut; kelembagaan Koperasi, aspek usaha Koperasi dari segi
efektivitas dan efisiensi, anggota Koperasi, pengembangan sumber daya
manusia, serta permodalan Koperasi. Faktor-faktor penghambat tersebut
lebih rinci diidentifikasikan sebagai berikut:
1.
Kelembagaan Koperasi
Hanya sedikit masalah yang berkaitan dengan ini, yaitu bahwa alat
kelengkapan tersebut belum berfungsi sebagaimana mestinya, dan pada
sebahagian besar Koperasi juga belum dapat mempekerjakan tenaga
Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat (Winata)
Identifikasi
Faktor-faktor
Penghambat
Pada
Penerapan
dan
Pengembangan
Manajemen
Koperasi
231
professional misalnya manajer. Tetapi bagaimanapun kecil permasalahan
ini, tetap saja hal ini menjadi masalah yang mendasar bagi Koperasi di
mana pun, terutama sekali dalam hal mengenali kebutuhan para anggota
dengan baik. Kebanyakan kegiatan dalam Koperasi kurang didasarkan
kepada prinsip ekonomi, yang akibatnya anggota belum dapat menikmati
manfaatnya. Belum tertampungnya secara penuh kebutuhan,
kepentingan serta aspirasi bersama dari para anggota Koperasi sehingga
dijumpai situasi: Kurangnya partisipasi dari para anggota dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut bidang usaha, permodalan,
pengawasan dan kegiatan-kegiatan penting lainnya yang dapat
meningkatkan swadaya, asas manajemen terbuka, efisiensi, efektivitas
dan kepentingan anggota Koperasi. Masih belum terintegrasinya sistim
pendidikan dan latihan Ketrampilan Sumber Daya Manusia di dalam
Koperasi dengan upaya pengembangan manajemen Koperasi
232
2.
Aspek Usaha Koperasi Dari Segi Efektivitas dan Efisiensi
Dalam melaksanakan kegiatan usaha, Koperasi masih belum
sepenuhnya mampu mengembangkan usaha di berbagai sektor
perekonomian rakyat, baik karena belum adanya kesempatan di sektor
tersebut maupun karena belum dimilikinya kemampuan memanfaatkan
kesempatan. Terbatasnya kemampuan berusaha yang dimiliki para
pengelola dan anggota Koperasi mengakibatkan kurangnya inovasi dalam
diversifikasi usaha baik yang bersifat vertikal maupun horisontal yang
akhirnya membuat Koperasi kurang mampu dalam persaingan usaha.
Terbatasnya pemanfaatan informasi dan belum diterapkannya prinsipprinsip ekonomi secara konstan yang dapat meningkatkan efektifitas
dan efisiensi usaha adalah salah satu penyebab utama terjadinya proses
pengambilan keputusan yang tidak didukung informasi lengkap dan
handal. Proses pengambilan keputusan yang demikian akan
melemahkan perencanaan, kemudian biaya produksi dan operasi
Koperasi tidak dapat dikontrol dengan sehingga timbul biaya tinggi dan
akhirnya mengakibatkan rendahnya daya saing usaha Koperasi.
Koperasi belum dapat menyediakan barang-barang konsumsi atau
kebutuhan untuk proses produksi dengan harga yang bersaing kepada
anggota-anggotanya, sehingga peningkatan kemampuan ekonomis oleh
anggota dirasakan kurang memadai. Hal ini disebabkan karena belum
terwujudnya jaringan distribusi dan cakupan geografis yang memadai,
yang hanya dapat diwujudkan oleh suatu sistim Koperasi Nasional yang
Mantap.
3.
Anggota Koperasi
Masalah anggota membutuhkan perhatian manajemen yang lebih besar
karena Koperasi adalah konsentrasi anggota yang potensi ekonominya
lemah bukan konsentrasi modal, hal ini berbeda dengan bentuk usaha
lain. Kemudian secara rasionil di dalam praktik faktanya juga
menunjukkan bahwa pemilik modal tidak akan memilih Koperasi sebagai
wadah perjuangan ekonominya. Jadi masalah anggota di dalam suatu
Koperasi meliputi; Bagaimana memperluas anggota dan meningkatkan
kwalitas anggota Koperasi. Dalam memperbanyak anggota Koperasi
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 227 - 242
jika berhasil, maka sedikit kemungkinan, modal yang terkumpul dalam
jumlah besar, karena sedikit orang yang memiliki modal besar memilih
menjadi anggota koperasi. Kemudian dalam memperluas untuk
memperluas anggota, manajemen Koperasi juga terbentur pada masalah
sikap orang-orang di masyarakat yang belum mempunyai pemahaman
memadai mengenai organisasi Koperasi. Pada Koperasi yang sudah
berkembang juga diketemukan masalah kurangnya minat anggota untuk
duduk sebagai pengurus atau lembaga lain dalam Koperasi secara
estafet (regenerasi kepengurusan) untuk masa yang akan datang.
4.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia merupakan investasi yang perlu
dilaksanakan pada bentuk usaha Koperasi, karena organisasi ini adalah
kumpulan orang-orang yang mempunyai modal terbatas. Aspek mana
yang seyogyanya menjadi prioritas adalah pengembangan orang-orang
tersebut menjadi sumber daya yang handal, hal tersebut penting karena
sumber daya inilah yang akan mampu mengembangkan organisasi
Koperasi menjadi besar, mampu bersaing dan berdampingan dengan
sektor usaha lain, serta dapat bertahan dalam kesulitan ekonomi yang
umumnya terjadi pada negara berkembang. Permasalahan yang terjadi
adalah anggota Koperasi yang ada belum merupakan sumber daya yang
sesuai dengan kebutuhan tersebut, bahkan kesadaran anggota pada
Koperasi yang lebih pada fungsi sosial. Jika terdapat cara berpikir dan
kesadaran yang tidak seimbang seperti ini, maka dikhawatirkan akan
terjadi pola kehidupan organisasi Koperasi yang terfokus pada pola
konsumtif seperti yang terdapat pada pola kehidupan organisasi sosial
dan gotong royong.
5.
Modal Koperasi
Permasalahan modal pada bentuk usaha Koperasi merupakan
permasalahan yang rumit, sama seperti dalam organisasi perusahaan
pemerintah maupun swasta, dan banyak perusahaan yang gagal dalam
usahanya karena mengalami kekurangan modal. Di dalam organisasi
Koperasi, modalnya tidak tetap, karena diperoleh dari para anggotanya
yang berupa uang simpanan pokok, uang simpanan wajib, uang
simpanan sukarela yang merupakan deposito, uang pinjaman dan
penerimaan lain yang sah, dan apabila terjadi keluar masuk anggota
dalam jumlah besar, maka akan terasa sekali dampaknya terutama dalam
hal kecukupan modal kerja. Kecukupan modal kerja pada bentuk usaha
Koperasi, masih perlu ditingkatkan apalagi jika Koperasi ingin bertahan
dalam usaha pengembangan ekonomi bangsa Indonesia.
Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat (Winata)
233
Usulan Upayaupaya
Meminimalisasi
Faktor-faktor
Penghambat
Pada Penerapan
dan
Pengembangan
Manajemen
Koperasi Untuk
Kemajuan
Koperasikoperasi Di
Kabupaten
Tangerang –
Banten
234
Dalam rangka menjadikan manajemen Koperasi yang maju dan berkembang
dan dapat menampilkan Koperasi Indonesia sebagai bangun ekonomi yang
dominan di dalam perekonomian nasional, berdampingan dengan sektor
usaha swasta dan pemerintah, maka harus ada upaya-upaya yang
seyogyanya dapat meminimalisasi faktor-faktor penghambat pada penerapan
dan pengembangan manajemen Koperasi di Indonesia, khususnya untuk
Koperasi-koperasi di Kabupaten Tangerang – Banten. Berikut ini adalah
usulan upaya-upaya tersebut, yang dapat saya sampaikan:
Kelembagaan Koperasi
Langkah yang perlu dalam rangka meminimalisasi pengaruh faktor
kelembagaan Koperasi dalam menghambat penerapan dan pengembangan
manajemen Koperasi kurang lebih seperti:
Perlu disosialisasikan kepada segenap anggota Koperasi bahwa
Kelengkapan unsur pokok manajemen Koperasi yang terdiri dari; Rapat
Anggota, Pengurus, dan Pengawas, dimana Rapat Anggota merupakan unsur
dalam manajemen Koperasi, karena Koperasi merupakan badan usaha milik
para anggotanya dan merupakan sarana dan cara berkomunikasi di antara
semua pihak yang berkepentingan di dalam tata kehidupan koperasi. Hal ini
sesuai dengan prinsip demokrasi yang merupakan asas Koperasi.
Rapat merupakan komunikasi lisan yang dapat dilakukan secara vertikal
dan horisontal. Rapat yang dilakukan di antara karyawan atau di antara
sesama anggota dalam Koperasi adalah merupakan komunikasi horisontal,
sedangkan rapat-rapat yang diadakan Pengurus dengan fungsional lainnya
di dalam tubuh organisasi usaha Koperasi misalnya adalah contoh komunikasi
vertikal. Rapat-rapat ini memang tidak dapat menjamin sepenuhnya untuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul di dalam organisasi, namun secara
minimal mempertemukan pendapat-pendapat yang bertentangan di antara
dua kubu di dalam organisasi seperti antara pengurus dengan anggota
Koperasi.
Rapat juga dapat menciptakan keselarasan kerja sehingga merupakan sarana
koordinasi dan pendekatan yang baik antara pengurus dengan anggota
Koperasi. Jika rapat jarang dilakukan, apalagi hanya dilakukan sekali dalam
setahun untuk sekedar memenuhi persyaratan-persyaratan saja dalam
kelembagaan Koperasi adalah suatu pemborosan. Melakukan suatu rapat
tidak selalu merupakan pemborosan, rapat dapat dilakukan secara
sederhana, sehingga dapat dipertahankan suatu prinsip rapat yaitu; prinsip
efisiensi, waktu dan sasaran.
Pejabat-pejabat pemerintah, terutama yang langsung ada
hubungannya dengan pembinaan Koperasi turut sekali waktu dapat diundang
dalam Rapat Anggota dan diharapkan atau dipersilahkan menyampaikan
kata bimbingan sebelum rapat dibuka dengan resmi menurut peraturan tata
tertib Rapat Anggota. Kemudian perlu diperhatikan bahwa keputusan Rapat
Anggota tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-undang dan peraturan
yang berlaku.
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 227 - 242
Di dalam Rapat Anggota Tahunan Koperasi yang biasanya
dibicarakan antara lain hal-hal sebagai berikut:
a. Penilaian kebijaksanaan Pengurus dalam memimpin Koperasi selama
tahun buku yang lampau.
b. Neraca tahunan dan perhitungan laba rugi
c. Penilaian laporan Pengawas
d. Menetapkan pembagian sisa hasil usaha Koperasi
e. Rencana kerja dan rencana anggaran belanja tahun berikutnya.
f. Pemilihan Pengurus dan Pengawas (jika masing-masing sudah berakhir
masa jabatannya)
g. Masalah yang timbul dalam rapat (warna sari)
Pengurus merupakan eksekutif dari Koperasi. Sedangkan Pengawas
yang melakukan pengawasan apakah Pengurus melaksanakan tugasnya
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Jika ketiga unsur ini
lengkap, maka berbagai aspirasi yang timbul di antara anggota, pasti
tertampung minimal oleh Rapat Anggota, di mana kemudian akan diteruskan
lagi aspirasi tersebut kepada unsur manajemen Koperasi yang lainnya. Rapat
Anggota merupakan badan tertinggi dalam Koperasi, yang melimpahkan
tugas kepengurusan kepada Pengurus dan tugas pengawasan kepada
Pengawas.
Aspek Usaha Koperasi dari Segi Efektivitas dan Efisiensi
Ketrampilan berusaha anggota Koperasi memang sangat terbatas
dibandingkan dengan sektor swasta sehingga belum mampu mewujudkan
Koperasi-koperasi yang kuat dan dapat bertahan dalam persaingan usaha.
Hal ini menurut hemat saya dapat diminimalisasi dengan cara:
- Lebih memperbanyak program pelatihan manajemen dan bisnis yang
tidak hanya diselenggarakan oleh dinas Koperasi, atau juga dengan
mengikutsertakan dewan koperasi.
- Melakukan pertemuan-pertemuan antara Koperasi-koperasi dalam
berbagai bentuk forum, misalnya forum komunikasi Koperasi, asosiasi
Koperasi dan sebagainya. Kemudian juga dapat dijajaki untuk usaha
pembentukan Koperasi Sekunder, sebagaimana yang diamanatkan dalam
perudang-undangan.
- Koperasi yang sudah baik struktur keuangannya dapat juga membayar
seorang profesional, yang dipekerjakan sebagai manajer.
Dikembangkannya banyak program pelatihan, pertemuan dan forum
komunikasi serta adanya tenaga trampil sebagai manajer, memungkinkan
Koperasi memperoleh lebih banyak informasi penting untuk
mengembangkan usaha secara diversifikasi maupun intensifikasi.
Mengembangkan perencanaan usaha Koperasi, sehingga perencanaan
tersebut dapat menjadi sasaran usaha Koperasi yang lebih realistis.
Di samping itu dibentuknya forum komunikasi atau asosiasi atau
pun mungkin suatu Koperasi Sekunder, yang dapat menjadi penyedia sarana
distribusi masuk atau keluar pada Koperasi-koperasi yang menjadi anggota.
Membantu dalam mensuplai barang-barang yang harganya lebih bersaing,
sehingga Koperasi dapat menjual barang-barang konsumsi kepada anggotaIdentifikasi Faktor-Faktor Penghambat (Winata)
235
anggotanya terutama dengan harga yang lebih ekonomis dengan tidak
mengorbankan margin yang dibutuhkan agar Koperasi juga bisa berkembang.
Koperasi Sekunder juga dapat menjadi agen dalam mendapatkan bahanbahan yang berkwalitas dengan harga yang lebih bersaing untuk anggotanya
Koperasi-koperasi Primer. Koperasi-koperasi fungsional yang didirikan oleh
instansi-instansi pemerintah atau perusahaan swasta dapat mendirikan tokotoko kecil yang dapat dikembangkan misalnya sebagai semacam “fair price
shop” yang merupakan jaringan penjualan dari supermarket sebagai induknya.
Walaupun pada awal perkembangannya harga-harga Koperasi lebih
murah, jika ekonomi Koperasi sudah dapat berkembang, seyogyanya harga
penjualan barang-barang Koperasi disamakan dengan harga toko atau harga
pasar setempat, mengapa demikian karena, jika Koperasi menjual dengan
harga yang terlalu tinggi, anggota akan berusaha untuk mendapatkan barangbarang dari pasaran setempat karena harganya lebih murah. Jika barang
dijual oleh Koperasi dengan harga pokok/harga belinya, maka Koperasi tidak
mendapatkan margin. Bagaimana dapat memperbesar ekuitasnya Koperasi
jika tidak berasal dari akumulasi sisa hasil usahanya di mana saja hal ini
adalah wajar dalam usaha, walaupun sudah disadari bahwa Koperasi bukanlah
suatu usaha yang mencari keuntungan semata.
Agar kegiatan atau usaha efisien, Koperasi harus berani
memperkerjakan manajer yang profesional seperti dilakukan perusahaan
swasta kendati harus digaji cukup besar dan diberi fasilitas yang memadai.
Koperasi produksi, Koperasi primer dan Koperasi sekunder dapat
bekerjasama dengan pabrik milik perusahaan swasta, misalnya dengan
mengerjakan bagian tertentu dari kegiatan produksi pabrik seperti banyak
yang dilakukan pengusaha kecil di Jepang, Taiwan, Korea Selatan atau
sebagai pemasok bahan baku yang dibutuhkan oleh pabrikan.
Anggota Koperasi
Perlu digali berbagai faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi
anggota 2), yaitu:
1. Sejarah pembentukan koperasi
Pembentukan koperasi yang lahir dari dan oleh masyarakat sebagai akibat
adanya kepincangan-kepincangan ekonomi suatu daerah, maka
partisipasi anggota akan tinggi selama Koperasi tersebut betul-betul dapat
memenuhi keinginan para anggota.
2. Pengetahuan anggota terhadap Koperasi
Apabila anggota mengetahui banyak mengenai arti dan peranan Kperasi
bagi anggota, maka anggota akan lebih mengetahui manfaat yang
diperoleh dari Koperasi, sehingga timbul kesadaran anggota untuk lebih
meningkatkan partisipasinya.
3. Pelayanan Koperasi
Dapatnya Koperasi menyuguhkan pelayanan yang baik terhadap anggota,
maka keaktifan anggota dalam Koperasi akan meningkat.
4. Partisipasi Anggota Koperasi terhadap Pengurus
Hal ini mempunyai efek psikologis bagi anggota dimana dengan persepsi
anggota terhadap pengurus cukup baik, maka partisipasi anggota akan
tinggi.
236
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 227 - 242
5. Faktor-faktor Ekstern Daerah Setempat
Hal lain yang cukup besar pengaruhnya adalah faktor-faktor ekstern daerah
setempat, lembaga usaha lainnya dan tata nilai sosial budaya masyarakat
di mana lokasi Koperasi berdomisili.
Juga perlu diberikan apresiasi terhadap ide-ide anggota yang disumbangkan
oleh anggota terutama saran-saran yang bersifat membangun, sehingga
timbul semangat di dalam diri anggota dalam bersama-sama membangun
Koperasi.
Kemudian perlu diperhatikan pula mengenai konsep pemikiran
pembinaan Koperasi di Indonesia, konsep-konsep itu lebih tertumpu pada
‘supply side’ sedangkan ‘demand side’ kurang diperhatikan. Demand side
kalau ada pun sifatnya ‘creatid-demand; belaka. Justru demand-side inilah
yang sebenarnya merupakan faktor pemicu pertumbuhan suatu Koperasi.
Bertumpu pada supply side maksudnya adalah menyodorkan atau menjajakan
Koperasi kepada masyarakat, sedangkan demand side berarti masyarakatlah
yang telah merasakan kebutuhan hadirnya Koperasi.
Partisipasi anggota menurut konsep Koperasi harus dikaitkan dengan
kedudukan ganda (dual identity), baik anggota sebagai pemilik maupun
anggota sebagai pelanggan dari organisasi Koperasi, adapun hal yang harus
diperhatikan adalah bagaimana cara yang tepat untuk memotivasi anggota
agar mau berpartisipasi. Menurut kedua pendekatan diatas dijelaskan sebagai
berikut:
1. Sebagai Pemilik
Anggota sebagai pemilik mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pengurus,
oleh karenanya dalam posisi ini pengurus hanya sebagai mandataris
anggota sehingga dalam membangkitkan motivasi, maka pengurus harus
mampu menunjukan bahwa dirinya dapat bekerja dan dapat dipercaya
untuk mengelola organisasi Koperasi, adapun partisipasi anggota dalam
Koperasi dapat dilihat dari inisiatif dalam:
• Memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan
usaha Koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan (penyertaan modal)
pembentukan modal cadangan dan simpanan.
• Mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan
dan dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan Koperasi.
2. Sebagai Pelanggan
Anggota sebagai pelanggan mempunyai pengertian bahwa mereka adalah
orang-orang yang harus dilayani oleh organisasi Koperasi, maka dalam
posisi ini pemimpin harus dapat menunjukan bahwa harus mampu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk para anggota sesuai dengan
kemampuan Koperasi. Telah diketahui bersama bahwa partisipasi anggota
dalam kedudukannya sebagai pelanggan adalah memanfaatkan pelayanan
yang diberikan oleh Koperasi secara maksimal, partisipasi anggota
tersebut dapat dicerminkan dalam sikap-sikap yang positip sebagai
berikut:
Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat (Winata)
237
•
•
•
•
•
•
•
Selalu menghadiri Rapat Anggota
Bersedia dipilih dan bersedia mengorbankan tenaga pikiran dan waktu
jika dipilih sebagai pengurus
Menganggap Koperasi sebagai milik sendiri
Merasa bangga menjadi anggota dan turut bertanggungjawab atas
kemajuan Koperasi serta selalu mengikuti perkembangan Koperasi
Mengemukakan saran-saran kepada Pengurus dalam rapat, atau di luar
rapat baik diminta atau tidak
Selalu berusaha mencari kawan-kawannya menjadi anggota
Menyadari tanggung jawab terhadap keuangan Koperasi
Memperhatikan pada ketentuan mengenai hasil usaha Koperasi,
saya sangat setuju sekali dengan pembagian sisa hasil usaha yang tidak
menurut uang atau modal yang disetorkan oleh anggota-anggota, melainkan
menurut jasa mereka dalam usaha memajukan Koperasi. Misalnya, pada
Koperasi konsumsi anggota-anggota yang banyak dan rajin membeli barangbarang kebutuhannya di toko Koperasi lebih banyak pula memperoleh bagian
sisa hasil usaha Koperasi mereka, di mana dasar ini sering disebut sebagai
dasar demokrasi ekonomi.
Perlu dilakukan juga publikasi oleh Koperasi yang sudah mapan
dalam hal rekruitmen tenaga profesional, sehingga dapat tercipta kesan
bahwa Koperasi adalah badan usaha yang dapat memberikan kesempatan
kerja bagi profesional yang berbakat. Hal ini perlu dipromosikan agar
dapatmenarik minat partisipasi anggota duduk sebagai pengurus atau
kelembagaan lain.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sebagai salah satu unsur penting manajemen adalah manusia,
sehingga timbul kekhususan dari ilmu manajemen, yaitu Manpower
management. Bagaimana majunya teknologi dewasa ini, namun faktor
manusia masih memegang peranan penting bagi suksesnya suatu usaha.
Kita memang banyak tahu bahwa sudah banyak proses produksi digantikan
dengan alat mekanik, namun di dalam banyak hal masih diperlukan terutama
dalam hal-hal di mana alat mekanis belum dapat dipergunakan, misalnya
dalam hal pelatihan tenaga pengoperasi alat mekanis, dibutuhkan istruktur
yang sudah terlatih. Manajemen dikatakan sebagai suatu usaha untuk
mencapai tujuan yang kegiatannya dilakukan dengan bantuan tenaga orang
lain, sehingga jelas sekali bahwa manajemen kepegawaian merupakan hal
yang terpenting bahkan begitu pentingnya ada pernyataan bahwa manajemen
kepegawaian identik dengan manajemen itu sendiri. Dalam banyak hal
departemen Sumber Daya Manusia selalu menjadi point penentu suatu
perusahaan dikatakan sudah baik manajemennya atau belum.
Jika kita hendak meningkatkan swadaya Koperasi di Indonesia yang
lebih berperan aktif dan bersifat dominan sebagai sokoguru ekonomi nasional,
maka kita harus bekerja keras setiap saat untuk mencetak kader Koperasi
yang berkwalitas tinggi, ahli, trampil, berwatak idealisme Koperasi yang tinggi
serta luhur. Kemudian juga harus dikobarkan semangat dan kesadaran
berkoperasi pada proses pertumbuhan budaya bangsa, apalagi di Indonesia
238
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 227 - 242
sejak jaman dahulu sudah tumbuh nilai-nilai koperatif seperti kerja sama,
tolong menolong, gotong royong dan kekeluargaan.
Sekolah atau pendidikan Koperasi Indonesia seyogyanya juga lebih
berorientasi kepada pendidikan mental dan sifat-sifat yang luhur yang di
samping memperhatikan pendidikan intelektual. Hal ini sangat diperlukan
agar terpenuhi kebutuhan tenaga pimpinan Koperasi seperti Pengurus,
Manajer atau pengelola Koperasi yang tidak saja ahli dan trampil, juga
mempunyai kesadaran berkoperasi yang tinggi, sehingga diharapkan dapat
bertahan di dalam perjuangannya memajukan dan mengembangkan Koperasi
Indonesia bersama sektor swasta dan pemerintah.
ka
Koperasi yang bergerak di bidang penyaluran barang-barang
konsumen, juga diharapkan dapat memberikan pengertian yang dasar bahwa
membeli barang secara kredit atau angsuran yang dipaksakan dapat
melemahkan usaha Koperasi. Meminjam dan membeli dengan kredit memang
mudah dan sangat menarik serta sering mendorong orang untuk membeli
barang yang tidak penting atau belum dibutuhkan. Koperasi seyogyanya
tidak mendidik anggota-anggotanya hidup boros dan telampau konsumtif,
atau hidup melampaui batas kemampuannya seperti kata pepatah atau
peribahasa ‘besar pasak daripada tiang’. Anggota Koperasi yang sudah
terjerat hutang sering hilang kesetiaannya kepada Koperasinya. Di dalam
sejarah gerakan Koperasi Indonesia banyak Koperasi, terutama Koperasi
Konsumsi yang terpaksa harus ditutup karena modal Koperasi banyak yang
tertahan dan tidak dapat diputarkan, setelah itu masuklah Anggota yang
memodal kuat menguasai Koperasi yang selanjutnya menjalankan praktik
lintah darat dan bank gelapnya, terhadap anggota-anggota yang terus
tenggelam dalam hutang.
Permodalan Koperasi
Masalah permodalan sangat terkait erat dengan pengembangan
manajemen sebuah Koperasi, yang berarti sangat diperlukan secara khusus
suatu manajemen keuangan Koperasi yang terpadu, terutama untuk modal
kerja yang sangat dibutuhkan dalam perputaran usaha. Modal kerja berupa
aktiva Koperasi yang terdiri atas; kas dan bank, piutang dan persediaan
barang-barang, sehingga modal kerja perlu dikelola dalam bentuk manajemen
kas (cashflow management), manajemen piutang (Account Receivables
Management), manajemen pembelian dan persediaan barang (Inventory
Management):
•
Manajemen Kas
Di dalam kas ini termasuk uang simpanan di bank yang setiap saat
dapat dipergunakan. Tujuan manajemen kas adalah untuk menentukan
kas minimum yang selalu harus tersedia, agar selalu dapat memenuhi
kewajiban pembayaran yang sudah sampai waktunya.
•
Manajemen Piutang Usaha
Piutang terjadi karena adanya transaksi penjualan kredit. Tujuan
pengelolaan piutang ini adalah untuk meningkatkan volume penjualan
kredit dan memperkecil kemungkinan timbulnya risiko rugi dari penjualan
kredit itu. Dengan demikian pada setiap transaksi penjualan kredit harus
diteliti kemampuan dan kebiasaan pembeli/langganan yang
Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat (Winata)
239
•
bersangkutan. Di dalam manajemen piutang ini perlu pula diperhatikan
perputaran piutang . Semakin tinggi tingkat perputarannya makin semakin
baik, karena semakin kecil modal yang tertanamkan untuk melayani
penjualan kredit yang sama volumennya.
Manajemen Persediaan Barang
Persediaan barang sangat banyak kaitannya dengan kegiatan penjualan,
produksi dan likwiditas. Demikian mempunyai pengaruh langsung
terhadap rentabilitas Koperasi.
Koperasi simpan pinjam (prekreditan) dapat melakukan aliansi
strategis dalam bentuk bank Koperasi perkreditan. Nasabah bukan masalah,
karena anggota dari tiap Koperasi adalah nasabah potensialnya. Pendirian
Bank Koperasi perkreditan adalah sesuatu yang potensial, karena menurut
seorang pakar Koperasi terkemuka, di Indonesia saat ini terdapat 300.000
buah kelompok arisan. Jika kelompok arisan itu diformulasikan menjadi Bank
Koperasi perkreditan, bisa diproyeksikan beberapa banyak Bank Koperasi
Perkreditan yang akan tumbuh.
Dalam hal Koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam untuk
dapat melakukan ekspansi pemberian pinjaman,maka di samping memupuk
permodalah sendiri, Koperasi dapat melakukan penghimpunan dana
simpanan yang berupa tabungan dan simpanan berjangka dari anggota dan
calon anggotanya atau dari Koperasi lain dan anggotanya, serta dapat
dilakukan juga pemupukan dana berupa modal pinjaman atau penyertaan.
Dalam hal ini yang perlu diantisipasi dalam pengelolaannya adalah bahwa
usaha menghimpun dana simpanan hanya dapat berhasil apabila penyimpan
dan calon penyimpan mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap
keamanan dana dan mendapatkan balas jasa yang menarik dari Koperasi
simpan pinjam atau usaha simpan pinjam yang menyimpan dana tersebut.
Untuk mendapatkan kepercayaan demikian, maka pengelolaan Koperasi atau
usaha simpan pinjam tersebut harus dilakukan secara profesional dengan
berpegang pada prinsip pengelolaan yang sehat dan berhati-hati.
Untuk dapat mewujudkan pengelolaan dana yang sehat, maka perlu
dilakukan pengawasan internal karena setiap saat aktivitas selalu dipantau,
bila terjadi penyimpangan segera dilakukan perbaikan. Selain itu
pengendalian yang sehat juga dapat dilakukan oleh instansi pemerintah selaku
pembina Koperasi, misalnya oleh Dinas Koperasi Departemen Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah di tingkat Kabupaten, dalam bentuk penilaian
kesehatan keuangan, kepatuhan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga serta Perundang-undangan lainnya, atau juga dalam bentuk
pemeriksaan atas laporan keuangan dengan dibantu oleh Kantor Akuntan
Publik.
KESIMPULAN
DAN
IMPLIKASI
240
Upaya-upaya dalam rangka meminimalisasi pengaruh faktor-faktor
penghambat dalam pengembangan manajemen Koperasi diharapkan dapat
terimplementasi dengan baik, sehingga dengan demikian Koperasi
mempunyai tim manajemen yang tangguh dalam pengelolaan usahanya setiap
saat, karena Koperasi tidak didirikan dan dikembangkan untuk waktu yang
tidak terbatas sama seperti bentuk badan usaha lainnya.
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 227 - 242
Secara garis besar usaha mengembangkan manajemen Koperasi
membutuhkan serangkaian usaha koprehensif yang termasuk di dalamnya
adalah: Pemanfaatan kelembagaan Koperasi sebagai sarana komunikasi
dan informasi, sehingga lembaga Koperasi dapat memenuhi kebutuhan
anggota. Penguatan institusi lewat konsolidasi manajemen Koperasi dalam
rangka mengefisienkan dan mengefektifkan usaha Koperasi, sehingga usaha
Koperasi dapat bertahan menghadapi gejolak perekonomian apapun.
Menguatkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota terhadap
kegiatan perkoperasian, sehingga diversifikasi kegiatan Koperasi lebih
berkembang. Peningkatan kemampuan dan kesadaran sumber daya manusia
dalam berkoperasi. Serta pemupukan permodalan Koperasi.
Dalam rangka mengefektifkan implementasi dari upaya-upaya di
atas pengurus Koperasi atau unsur manajemen Koperasi lainnya dapat
melakukan studi atau kajian lanjutan dari studi penelitian ini, misalnya dengan
melakukan analisis Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang dan Hambatan
(Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats Analysis) terhadap
faktor-faktor penghambat yang dibahas pada tulisan ini. Dengan demikian
manajemen Koperasi dapat merumuskan suatu Perencanaan Strategis,
sebagai dasar penyusunan kebijakan-kebijakan penting Koperasi, targettarget yang akan dicapai, penyusunan anggaran penerimaan dan belanja
rutin atau proyek, kemudian penetapan prosedur kerja, dan akhirnya adalah
evaluasi kinerja Koperasi sebagai umpan balik dalam pengembangan
manajemen Koperasi di masa yang akan datang.
Direktorat Jenderal Pembinaan Koperasi Perkotaan, Departemen Koperasi,
Pengusaha Kecil dan Menengah. Pedoman Teknis Tata Cara
Pemeriksaan Koperasi Simpan Pinjam dan Usaha Simpan
Pinjam, Surat No.: 1112/PKK/IX/1998, Tanggal 9 September 1998
DAFTAR
RUJUKAN
Handoko, T. Hani, Manajemen, PT BPFE Universitas Gadjah Mada, 2001
Hulu, Dalizanolo, Koperasi Indonesia Mengalir Dari Jauh: Mengapa Menjadi
Polemik?, Primanomics (ISSN: 1412-632X), Vol 2, No. 1, Januari
2004
Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecin dan Menengah Republik
Indonesia No. 09/KEP/M/I/1999, Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengendalian Simpan Pinjam
Koperasi Karyawan PT Sarasa Nugraha, Tbk Anggaran Dasar, 2003
Koperasi Mahasiswa, Dosen dan Karyawan Institute Manajemen Koperasi
Indonesia Anggaran Rumah Tangga, 1993
Kusnawan, Agus, Ke arah Pengembangan Usaha Koperasi, Primanomics
(ISSN: 1412-632X), Vol 1, 2003
Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat (Winata)
241
Kusnawan, Agus, Peranan Wanita Dan Partisipasinya Sebagai Anggota
Koperasi, Primanomics (ISSN: 1412-632X), Vol 2, No. 1, 2004
Ropke, Jochen, Ekonomi Koperasi – Teori dan Manajemen, Terjemahan
Hj. Sri Djatmika S. Ariffin, Salemba Empat, 2000
Suryana, Achmad dan Mardianto, Sudi, Bunga Rampai Ekonomi Beras,
LPEM – FEUI, 2001
Tim Pendamping Koperasi STIE Buddhi Kabupaten Tangerang, Laporan
Kegiatan Pendampingan Koperasi Kabupaten Tangerang, 2004
Widiyanti, Ninik, Manajemen Koperasi, Rineka Cipta, 2002
242
Jurnal Manajemen Krida Wacana Vol. 6, No. 3, September 2006 : 227 - 242
Download