PEMERIKSAAN HEMATOLOGI PADA DARAH MENCIT (Mus

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN
(BI-2103)
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI PADA DARAH MENCIT
(Mus musculus)
Tanggal Praktikum : Rabu, 24 September 2014
Tanggal Pengumpulan: Rabu, 01 Oktober 2014
Disusun oleh :
Vina Alpiani
10613023
Kelompok 2
Asisten :
Nadia Fadila
10612053
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Darah merupakan komponen yang berperan penting di dalam tubuh
makhluk hidup terutama dalam pengangkutan zat – zat yang penting untuk
proses metabolisme tubuh. Jika darah mengalami gangguan, maka proses
metabolisme tubuh akan mengalami gangguan pula. Salah satu cara untuk
mengetahui adanya gangguan pada darah yaitu dengan melakukan
pemeriksaan hematologi. Hematologi merupakan cabang ilmu biologi
yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan komponen –
komponen penyusunnya yang terdiri dari sel eritrosit, leukosit trombosit,
dan plasma darah. Sedangkan pemeriksaan hematologi adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan
komponen – komponennya (Handayani et al.,2013).
Tujuan utama dari pemeriksaan hematologi ini yaitu untuk
mengetahui adanya penyakit di dalam tubuh yang dideteksi melalui
keadaan darah secara keseluruhan. Parameter pemeriksaan hematologi
meliputi jumlah sel darah putih, jumlah sel darah merah, nilai hematokrit,
kadar hemoglobin, jumlah dan volume trombosit, serta indeks eritrosit
yang mencakup MCV, MCH, MCHC, dan RDW (Dharma et al,.1983).
Peranan pemeriksaan hematologi bagi ilmu kesehatan yaitu
membantu tenaga medis dalam mendiagnosa suatu penyakit melalui
pemeriksaan pada komponen darah. Pemeriksaan hematologi penting
dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan sejak dini sehingga
penanganannya dapat dilakukan sebelum menimbulkan penyakit yang
berat, selain itu dengan melakukan pemeriksaan dapat menentukan jenis
terapi yang tepat dan efektif sebagai alternatif untuk pengobatan.
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain :
a. Menentukan nilai parameter histologi darah mencit
b. Menentukan lapisan – lapisan histologi penyusun darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komponen Pemeriksaan Parameter Hematologi
Komponen – komponen pada pemeriksaan parameter hematologi
yaitu sebagai berikut.
1) Jumlah sel darah merah
Eritrosit atau sel darah merah merupakan salah satu komponen
penyusun darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke seluruh
tubuh. Eritrosit berbentuk bikonkaf atau cakram dengan diameter 75
nm, ketebalan di tepi 2 nm dan ketebalan di tengan 1 nm, namun dapat
berubah sesuai diameter kapiler yang akan dilaluinya (Ganong, 1999).
Sel darah merah merupakan komponen penyusun darah yang paling
banyak jumlahnya. Pada wanita, eritrosit berjumlah ± 4,5 juta/mm3
darah dan pada laki – laki berjumlah ±5 juta/mm3 darah ( Lestari, 2009).
2) Jumlah sel darah putih
Leukosit berperan dalam sistem pertahanan tubuh, yaitu melindungi
tubuh dari infeksi virus dan bakteri. Leukosit mempunyai jumlah yang
lebih sedikit dari pada eritrosit. Perbandingan antara leukosit dengan
eritrosit yaitu 1 : 700. Jumlah leukosit pada tubuh manusia berkisar
6000 – 9000 butir/mm3. Jumlah leukosit dapat mengalami kenaikan
atau penurunan yang disebabkan oleh adanya bakteri atau virus yang
menginfeksi tubuh. Nilai normal leukosit pada orang dewasa yaitu
sebanyak 4000-10.000/ µL, pada anak – anak 9000-12.000/ µL dan
pada bayi yang baru lahir sebanyak 9000-30.000/ µL (Lestari, 2009).
3) Kadar Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke
paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
membuat darah berwarna merah. Kadar normal hemoglobin pada
pria adalah 14 – 18 g/dL dan pada wanita 12 – 16 g/dL (Martini,
2006).
Menurut Kris Cahyo (http://www.itd.unair.ac.id/), faktor umur
merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan normal atau tidaknya hemoglobin, yaitu sebagai
berikut.
Tabel 2.1 Batas Kadar Hemoglobin
Kelompok Umur
Batas Nilai Hemoglobin (g/dl)
Bayi baru lahir
17 – 22
Umur 1 minggu
15 – 20
Umur 1 bulan
11 – 15
Anak anak
11 – 13
Lelaki dewasa
14 – 18
Perempuan dewasa
12 – 16
Lelaki tua
12.4 - 14.9
Perempuan tua
11.7 - 13.8
4) Nilai Hematokrit
Hematokit atau Packed Cell Volunze (PCV) adalah presentase sel
darah merah di dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen
(%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3%
sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%. Kadar hematokrit
berbanding lurus dengan kadar hemoglobin dan eritrosit. Eritrosit
berpengaruh terhadap viskositas darah yaitu semakin besar
persentasi sel darah merah semakin banyak timbul gesekan antar
lapisan darah sehingga viskositas darah meningkat yang berakibat
pada derajat kesukaran aliran darah yangg melalui pembuluh darah
kecil (Guyton, 1995).
5) Indeks Eritrosit
Menurut Dharma et al (1983), parameter pada indeks eritrosit yaitu
mencakup :
a. Mean Corpuscular Volume (MCV), merupakan volume ratarata eritrosit yang dihitung dari hematokrit dan jumlah eritrosit.
MCV menunjukkan ukuran rata-rata eritrosit yaitu normositik,
makrositik, mikrositik yang menjadi dasar untuk
mengklasifikasikan morfologi anemia.
Cara menghitung MCV yaitu :
(
)
Nilai normal MCV pada manusia adalah 84-96 fl (nilai
lebih tinggi pada neonatus, bayi dan orang tua). 1 fl = 10-15L = 1
.
b. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), menunjukkan rata-rata
berat Hb di dalam 1 eritrosit yang digunakan untuk menilai
derajat beratnya anemia. Cara menghitungnya yaitu :
(
(
)
)
(
)
Nilai normal MCH pada manusia yaitu 28-34 pg/sel.
c. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC),
megukur rasio hemoglobin terhadap hematokrit yang
digunakan untuk memantau terapi anemia. Nilai normal MCHC
yaitu 32-36 g/dl. Cara menghitungnya yaitu :
( )
(
)
( )
d. Red Blood Cell Distribution Width (RDW), adalah perbedaan
variasi / ukuran eritrosit yang digunakan untuk memperkirakan
terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan
sebelum terjadi gejala. Nilai rujukan RDW yaitu 11 – 15%
dengan ukuran eritrosit 6 – 8 µm, semakin tinggi variasi ukuran
sel mengindikasikan adanya kelainan.
Cara menghitungnya yaitu :
6) Jumlah Trombosit
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi
membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas
vaskuler. Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 400.000/
(Cahyo, www. http://www.itd.unair.ac.id/)
Pada praktikum ini akan dilakukan pemeriksaan hematologi pada darah
mencit. Adapun data dasar fisiologis pada mencit dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut ini.
Tabel 2.2 Data Dasar Fisiologis Mencit
Karakteristik
Berat Dewasa : Jantan
Betina
Nilai
20 – 40 gr
18-35 gr
Berat Lahir
1,0 – 1,5 gr
Massa Kebuntingan
18 -21 hari
Mata membuka
12 -13 hari
Massa Hidup
1 – 2 tahun
Suhu Tubuh
37,4 OC
Konsumsi pakan
4 – 5 gr/100 gr BB/hari
Konsumsi Air
4 -7 ml/100 gr BB/hari
Kardiovaskuler :
 Frekuensi Jantung
Rataan
600 detak/menit
Kisaran
328 – 780 detak/menit
 Rataan sistole
113 mmHg
 Rataan diastole
81 mmHg
Frekuensi Pernapasan
 Rataan
163/menit
 Kisaran
84 - 230/menit
Hemoglobin
 Rataan
14,8 gr %
 Kisaran
10 – 19 gr %
Hematokrit
41,5 %
Eritrosit
 Rataan
9,3 x 106 /
 Kisaran
7,7 – 12,5 x 106 /
Leukosit
 Rataan
8 x 103 /
 Kisaran
4 – 12 x 103 /
Sumber : Arrington (1972) dalam Alamsyah 2009
2.2. Komponen – Komponen Darah
Darah merupakan media cair yang terdiri dari komponen selular
yaitu sel - sel darah dan komponen cairan yang kaya akan protein yaitu
plasma darah (Schalm et al. 1975). Menurut Martini (2006), darah
mempunyai peran yang sangat penting, yaitu diantaranya :
a. Sebagai alat pengangkut zat-zat makanan, air, dan oksigen ke seluruh
jaringan tubuh.
b. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu.
c. Membawa sisa – sisa metabolisme dan karbondioksida menuju alat
eksresi
d. Sebagai pembentuk antibodi berupa sel darah putih untuk menjaga
tubuh dari infeksi.
e. Menjaga kestabilan suhu tubuh
f. Menjaga keseimbangan asam basa
Darah tersusun dari beberapa komponen yaitu :
1. Sel – sel darah
Sebanyak 45 % komposisi darah tersusun oleh sel – sel darah. Sel –
sel darah terbagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Sel darah merah (eritrosit)
Eritrosit merupakan sel yang tidak berinti dan bersifat non
motil. Eritrosit berbentuk bikonkaf yang bertujuan untuk
mempercepat pertukaran gas antara sel dengan plasma. Eritosit
mempunyai bentuk cakram dengan diameter 7,5 m dengan
ketebalan tepi 2 m. Tengah-tengah cakram tersebut lebih tipis
dengan ketebalan 1 m ( Hartadi et al., 2004).
Pada orang dewasa, eritrosit dibentuk di dalam sumsum
tulang belakang, sedangkan pada embrio/bayi, eritrosit dibentuk
didalam hati dan limpa. Sel-sel pembentuk sel darah merah ini
disebut eritroblast. Sel-sel darah merah mempunyai usia ± 120
hari. Setiap detik ada 3 juta sel darah merah yang mati dan
dibersihkan oleh hati dan limpa. Warna merah pada eritrosit
disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu
protein yang terdiri atas globin dan hemin yang mengandung zat
besi. Hemoglobin ini berfungsi sebagai pengikat oksigen untuk
disebarkan ke seluruh tubuh (Lestari, 2009).
b. Sel darah putih (leukosit)
Leukosit atau sel darah putih merupakan unit yang aktif
dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit mempunyai bentuk yang
tidak tetap (ameboid), tidak berwarna, memiliki inti,
bulat/cekung, jumlahnya pada orang normal kira-kira 6.0009.000/mm3 . Umur sel darah putih sekitar 12-13 hari. Leukosit
dibuat dalam sumsum tulang merah, limfe dan jaringan
retikuloendothelium. Fungsi dari leukosit yaitu untuk
melindungi tubuh dari infeksi. Leukosit merupakan sel yang
bersifat fagosit. Jika ada kuman atau benda asing yang masuk ke
dalam tubuh, maka leukosit akan mengeluarkan antibodi dan
memakan zat asing tersebut. Apabila leukosit ini kalah maka
akan berubah menjadi nanah (Guyton 1997).
Macam – macam leukosit menurut Natalia et al. yaitu :
1) Leukosit agranulosit terdiri dari monosit dan limfosit.
Monosit, dengan ciri-ciri inti bulat, besar, bersifat
fagosit dan dapat bergerak cepat. Sedangkan Limfosit
memiliki ciri-ciri berinti satu, tidak dapat bergerak, dan
berfungsi untuk imunitas.
2) Leukosit granulosit terdiri dari netrofil, basofil, dan
eosinofil.
Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling
banyak. Sel ini memiliki masa hidup singkat, sekitar 10
jam dalam sirkulasi. Sekitar 50 % neutrofil dalam darah
perifer menempel pada dinding pembuluh darah.
Neutrofil memasuki jaringan dengan cara bermigrasi
sebagai respon terhadap kemotaktik (Hoffbrand, 2006).
Eosinofil memiliki granula bewarna merah dengan
pewarnaan asam, ukuran dan bentuknya hampir sama
dengan neutrofil, tetapi granula dalam sitoplasmanya
lebih besar, banyaknya kira-kira 24 % sedangkan
basofil memiliki granula bewarna biru dengan
pewarnaan basa, sel ini lebih kecil daripada eosinofil,
tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam
protoplasmanya terdapat granula-granula yang besar,
banyaknya kira-kira 0,5 % di sumsum merah
(Handayani, 2008).
c. Trombosit (Sel – sel darah pembeku)
Trombosit memiliki bentuk yang tidak tetap. Jumlah
trombosit di dalam tubuh sekitar 200.000-400.000/mm3, dibuat
dalam sumsum tulang (megakariosit). Trombosit berperan
dalam proses pembekuan darah. Saat terjadi luka, trombosit
akan pecah dan terbentuk trombokinase, dengan bantuan ion
kalsiumdan vitamin K, trombokinase akan mengubah
protrombin (dalam plasma darah) menjadi trombin. Trombin
yang terbentuk akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin
(benang-benang halus) yang akan menutup luka sehingga
perdarahan berhenti (Lestari, 2009).
2. Plasma darah
Plasma merupakan cairan yang menyertai sel-sel darah.
Menurut Martini (2006), di dalam plasma terkandung zat – zat
sebagai berikut.
a. Air sebanyak 92 %
b. Protein sebanyak 7 % yang terdiri dari : albumin yang
berperan dalam menjaga tekanan osmosis darah,
globulin berperan dalam pembuatan antibody, serta
fibrinogen berperan dalam pembekuan darah.
c. Zat – zat lain 1 % yang terdiri dari : Gas (berupa O2,
CO2 dan N2), nutrien (berupa lemak, glukosa, asam
amino, vitamin), garam mineral (NaCl, KCl, fosfat,
sulfat, bikarbonat), dan zat sisa (urea, kretinin, asam
urat, bilirubin).
2.3. Kelainan Darah Berdasarkan Parameter yang Terukur
Berdasarkan parameter yang telah terukur, maka dapat
diketahui beberapa kelainan pada darah menurut Oehadian
(2012) yaitu diantaranya :
1) Kelainan Pada Sel Darah Merah
Salah satu kelainan pada eristrosit adalah anemia. Anemia
diartikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel
darah merah, baik itu konsentrasi hemoglobin, hematokrit
atau jumlah sel darah merah. Berdasarkan kriteria WHO,
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria
dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan perubahan
eritrosit (MCV), anemia diklasifikasikan menjadi :
a. Anemia makrositik, yaitu anemia dengan karakteristik
MCV diatas 100 fL. Anemia ini dapat disebabkan oleh
peningkatan retikulosit, metabolisme abnormal asam
nukleat pada prekursor eritrosit, penggunaan alkohol,
penyakit hati, dan hipotiroidisme.
b. Anemia mikrositik, yaitu anemia dengan karakteristik sel
darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL).
Anemia mikrositik biasanya disertai dengan penurunan
hemoglobin dalam eritrosit.
c. Anemia normositik, yaitu anemia dengan MCV normal
antara 80 – 100 fL.
2) Kelaianan Pada Sel Darah Putih
a. Leukopenia, adalah suatu keadaan berkurangnya leukosit
dalam darah yaitu ≤ 5000/mm3.
b. Netropenia, adalah jumlah netrofil batang dan segmen di
bawah 2000/mm3. Netropenia dapat disebabkan karena
proses imun, obat-obatan (siklofosfamid, azatioprin,
gangguan fungsi sumsum tulang).
c. Limfopenia, adalah penurunan jumlah limfosit di bawah
1500/mm3.
d. Lekositosis. Peningkatan leukosit > 10.000/mm3 pada
lupus eritematosus dapat disebabkan karena penggunaan
steroid atau adanya infeksi.
e. Leukimia (kanker darah) merupakan penyakit di mana
pertambahan sel darah putih secara tidak terkendali
(abnormal) sekitar 500.000/mm3 darah. Hal ini akan
sangat merugikan si penderita karena sifat sel darah
putih adalah memakan kuman penyakit, karena tidak ada
kuman penyakit maka akan memakan sel darah merah
yang ada.
3) Kelainan Pada Trombosit
a. Trombositopeni adalah penurunan trombosit kurang dari
50.000/mm3. Trombositopeni ringan ( trombosit antara
100.000-150.000/mm3) ditemukan pada 25-50%
penderita lupus. Trombositopeni disebabkan karena
menempelnya zat anti pada permukaan trombosit
sehingga terjadi penghancuran trombosit di limpa.
b. Trombositosis adalah peningkatan trombosit lebih dari
400.000/mm3. Keadaan ini ditemukan pada 3,7%
penderita lupus. Trombositosis dapat disebabkan karena
peradangan atau perdarahan kronik.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebgai berikut.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Kaca objek
Darah mencit
Pipet
Alkohol
Hemocytometer
Larutan Giemsa
Alat Ukur Sahli
Larutan Hayem
Tabung
Larutan Turk
Sentrifuga
HCl 1 N
EDTA
Malam
3.2. Cara kerja
Pada praktikum ini dilakukan beberapa percobaan yaitu sebagai berikut.
3.2.1. Pembuatan Preparat Apusan Darah (Blood Smear)
Setetes darah ditempatkan di daerah ujung kaca objek.
Salah satu sisi kaca objek lain ditempatkan di atas kaca objek yang
telah ditetesi darah dengan kemiringan 30 – 45o . Kaca objek
tersebut digeserkan hingga menyentuh darah sehingga darah
menyebar sepanjang sisi kaca objek yang bersentuhan. Kaca objek
tersebut digeserkan kembali dengan arah yang berlawanan
sehingga terbentuk apusan darah. Apusan darah yang dibentuk
sebaiknya tipis dan terbentuk degradasi warna darah. Selanjutnya
merupakan proses fiksasi. Apusan darah yang telah kering difiksasi
dengan cara dicelupkan ke dalam alkohol selama ±3 detik yang
berfungsi untuk mempreserve sel, dan menghentikan enzim
proteolitik agar tidak membusukkan sel. Apusan darah yang telah
difiksasi diwarnai dengan meneteskan larutan Giemsa. Setelah
apusan darah yang diwarnai kering, maka pengamatan sel darah
dilakukan.
3.2.2. Perhitungan Jumlah Sel Darah Merah
Darah dihisap sampai garis tanda 0,5 tepat, kelebihan darah yang
melekat pada ujung pipet dihapus. Ujung pipet dimasukkan ke
dalam larutan hayem sambil menahan darah pada garis tanda dan
larutan hayem dihisap sampai garis tanda 101. Pipet diangkat dari
cairan, pipet dikocok selama 15-30 detik. Tiga tetes atau empat
tetes cairan yang ada didalam batang kapiler dibuang dan
menyentuh ujung pipet dengan sudut 30 derajat pada permukaan
kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Kamar
hitung dibiarkan selama 2 atau 3 menit supaya sel darah merah
mengendap. Sel darah merah yang terdapat dalam lima bidang
yang tersusun dari 16 bidang kecil dihitung dengan bantuan
mikroskop.
Jumlah eritrosit/mm3 darah =
Pengenceran =
3.2.3. Perhitungan jumlah leukosit
Darah dihisap menggunakan pipet khusus untuk leukosit sampai
skala 1, hindari terperangkapnya gelembung udara. Dengan
menggunakan pipet yang sama, kemudian dihisap larutan Turk
sampai skala 11. Pipet dibolak-balik agar darah dan larutan Turk
menjadi homogen. Dengan menggunakan tisu, beberapa tetes larutan
dari ujung pipet dibuang sampai skala 1. Larutan diteteskan pada sisi
kaca tutup hemocytometer. Hindari penetesan larutan yang
berlebihan, sehingga larutan dapat masuk ke pant di kiri-kanan ruang
penghitungan, karena hal ini dapat menyebabkan kesalahan
penghitungan. Leukosit dihitung pada 4 ruang persegi (W)
hemocytometer.
Pengenceran =
Jumlah leukosit =
3.2.4. Pengukuran konsentrasi Hemoglobin
Darah dihisap menggunakan pipet khusus alat ukur Sahli sampai
skala 20 l. Darah kemudian diteteskan ke dalam tabung pada alat
ukur Sahli yang sudah diisi dengan satu tetes HCl 1 N, selanjutnya
diaduk sampai homogen. Warna larutan yang terbentuk dibandingkan
dengan larutan standar hemoglobin dalam tabung standar di sebelah
tabung sampel. Larutan sampel ditetesi lagi dengan HCl 1 N dan
diaduk agar homogen hingga warnanya sebanding dengan warna
larutan standar. Setelah warna larutan sampel sebanding dengan
warna larutar standar, skala pada tabung sampe diamati. Untuk
menentukan konsentrasi hemoglobin sampel darah yaitu dalam
satuan g/dL.
3.2.5. Pengukuran Volume Hematokrit
Tabung kapiler diisi dengan darah dan ujungnya ditutup dengan
malam. Tabung diletakkan pada alat sentrifuga khusus berkecapatan
tinggi dengan ujung yang tertutup mengarah ke tepi alat sentrifuga.
Tabung disentrifugasi selama 2-5 menit dengan kecepatan 10.00015.000 rpm. Volume hematokrit ditentukan dengan menggunakan
skala Wintrobe. Bagian dasar tabung yang berisi eritrosit diletakkan
di garis paling bawah skala. Garis pembatas pada skala antara warna
merah eritrosit dengan warna kekuningan plasma ditentukan sebagai
volume (%) hematokrit. Volume hematokrit yang akurat mengukur
massa eritrosit di bawah "buffy coat". "Buffy coat" terdapat di bagian
atas massa eritrosit dan di bagian bawah plasma.
3.2.6. Mean Corpuscular Volume (MCV)
Mean Corpuscular Volume (MCV) adalah mengukur
volume rata-rata eritrosit. Eritrosit yang baru masuk ke dalam
sistem sirkulasi belum memiliki bentuk bikonkaf, dan masih
memiliki hemoglobin tahap fetus atau tips hemoglobin lainnya.
Cara menghitung MCV yaitu :
(
)
3.2.7. Mean Corpuscular hemoglobin (MCH)
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) adalah mengukur berat
rata-rata hemoglobin dalam eritrosit. Perhitungan :
(
)
(
)
(
)
3.2.8. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentranion (MCHC)
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) adalah
mengukur rasio hemoglobin terhadap hematokrit. MCHC
memberikan basil pengukuran yang lebih baik karena tidak
memerlukan penghitungan jumlah eritrosit.
(
)
(
)
( )
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Data
4.1.1 Perhitungan Parameter Hematologi
Dari hasil praktikum ini, di dapat data hasil perhitungan parameter
hematologi pada darah mencit yaitu sebagai berikut.
1) Perhitungan jumlah eritrosit
Jumlah eitrosit yang teramati = 351
Pengenceran =
Jumlah eritrosit/mm3 =
=
= 3,53 x 106/mm3
2) Perhitungan jumlah leukosit
Jumlah leukosit yang teramati = 177
Pengenceran =
Jumlah leukosit/mm3 =
=
= 4425/mm3
3) Kadar Hemoglobin yang terukur = 12,8 g/dl
4) Nilai hematokrit yang terukur = 40 %
5) Perhitungan jumlah MCV
(
=
(
= 11,3
6) Perhitungan jumlah MCH
)
)
(
(
)
)
(
=
(
)
)
= 36,3 pg
7) Perhitungan jumlah MCHC
(
(
)
)
( )
=
= 32 g/dl
4.1.2. Pengamatan Histologi Pembuluh Darah
Selain pengukuran terhadap parameter hematologi, dalam
percobaan ini dilakukan pula pengamatan terhadap histologi pembuluh
darah. Di bawah ini merupakan tabel hasil pengamatan histologi pembuluh
darah.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Histologi Pembuluh Darah
Histologi
Hasil Pengamatan
Literatur
Apusan
Darah
Mencit
Gambar 4.2
Gambar 4.1
Apusan darah
Apusan Darah Mencit
Perbesaran 40 x 10
Perbesaran 40 x 10
(http://www.biology-online.org/biologyforum)
(Dokumentasi Pribadi, 2014)
Gambar 4.3
Arteri Penyebar Pada Equus sp
Perbesaran 40 x 10
Arteri
(Dokumentasi Pribadi, 2014)
Penyebar
Gambar 4.5
Arteri Penyebar
Perbesaran 40 x 10
(http://histologyworld.com/photoalbum//displayimage.php?pid
=4080)
Gambar 4.4
Arteri Penyebar Pada Lapus sp
Perbesaran 10 x 10
(Dokumentasi Pribadi, 2014)
Vena
Cava
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Vena Cava Posterior
Vena Cava
Perbesaran 10 x10
Perbesaran 40 x 10
(Dokumentasi Pribadi, 2014)
(http://www.siumed.edu/dking2/crr/CR025b.ht
m)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan parameter hematologipada darah mencit ini
digunakan beberapa reagen yaitu diantaranya alkohol, larutan Hayem, larutan
Giemsa, larutan Turk, HCl, dan larutan EDTA. Alkohol, berfungsi dalam
proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel – sel pada apusan darah tanpa
mengubah struktur organel yang ada didalamnya. Larutan Giemsa,adalah zat
warna yang digunakan dalam pembuatan sediaan apusan darah, agar sediaan
terlihat lebih jelas saat diamati. Larutan ini memberikan warna biru pada
apusan darah. Pewarnaan ini sering disebut juga sebagai pewarnaan
Romanowsky (R.Gandasoebrata, 2007). Larutan Hayem, sebagai larutan
fisiologis yang terdiri dari NaCl 1 g, Na2SO4 5 g, HgCl2 0,5 g dan akuades 20
mL, larutan fisiologis ini digunakan untuk mengencerkan darah sehinga darah
bisa dihitung karena harus bersifat isotonis dan fiksatif terhadap eritrosit. Cara
kerja dari larutan Hayem adalah dengan merusak sel-sel lain yang ada di
dalam sel darah selain sel darah merah (Kadir, 2002). Larutan Turk, berfungsi
untuk memecah eritrosit sehingga yang tersisa hanya leukosit saja. Komposisi
dari larutan ini yaitu asam asetat 13 mL, gentiana violet 21 mL dan ditambah
akuades 10 mL (Kadir, 2002). HCl di pakai pada saat pengukuran kadar
hemoglobin yang berfungsi untuk mengikat hemoglobin. Larutan EDTA
merupakan anti koagulan yang berfungsi untuk mengencerkan darah setelah
diambil agar tidak terjadi penggumpalan (James, 2006).
Dari percobaan ini di dapat data hasil pemeriksaan parameter hematologi
pada darah mencit yaitu jumlah eritrosit yang terkandung sebanyak 3,53 x
106/mm3, leukosit sebanyak 4425/mm3, hemoglobin 12,8 g/dl, hematokrit
sebesar 40 %, MCV 11,3 m3 (113,3 fl), MCH sebesar 36,3 pg, MCHC
sebesar 32 g/dl. Berdasarkan perbandingan dengan literatur, terdapat
perbedaan pada jumlah eritrosit dan nilai MCV. Nilai eritrosit normal pada
mamalia yaitu berkisar antara 4.5 juta – 10 juta / L dan nilai MCV normal
berkisar antara 84 – 96 fl. Pada darah sampel ini mengalami kekurangan
eritrosit dan MCV lebih dari 100 fl, berdasarkan literatur jika MCV lebih dari
100 fl maka dikategorikan sebagai anemia makrositik (Oehadian, 2012)
sehingga dapat disimpulkan bahwa mencit yang menjadi hewan percobaan ini
mengalami kelainan pada eritrosit yaitu anemia dengan tipe makrositik.
Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi
harian, dan keadaan stress, juga disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri.
Selain itu, terdapat faktor lainnya seperti kondisi pakan, kandungan bahan
organik (seperti lemak, glukosa, urea), kondisi lingkungan, dan musim.
Pertambahan umur dapat mempengaruhi pembentukan eritrosit. Sel
pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang
terdapat di sumsum tulang (id.wikipedia.org).. Semakin bertambah umur
hewan, maka produktivitas sumsum tulang dalam proses pembentukan
eritrosit semakin turun, akibatnya jumlah eritrosit akan semakin berkurang
pada hewan yang umurnya lebih tua.
Pada pengamatan ini di tentukan pua lapisan – lapisan histologi penyusun
pembuluh darah yang diamati menggunakan mikroskop. Lapisan – lapisan
yang menyusun pembuluh darah diurutkan dari yang terdalam (lumen) yaitu :
a. Tunika intima terdiri atas selapis sel endotel yang membatasi permukaan
dalam pembuluh. Di bawah endotel adalah lapisan subendotel, terdiri atas
jaringan penyambung jarang halus yang kadang-kadang mengandung sel
otot polos yang berperan untuk kontraksi pembuluh darah.
b. Tunika elastika interna, yaitu tersusun dari elastin yang berfenestra
(berjendela) sehingga memungkinkan senyawa – senyawa untuk berdifusi
dan memberi makan sel yang letaknya lebih dalam pada pembuluh darah.
c. Tunika media, terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun secara
konsentris mengelilingi lumen disertai dengan serat kolagen (tipe III),
elastin, proteoglikan, serta zat amorf intraseluler. Lapisan ini merupakan
lapisan yang paling tebal.
d. Tunika elastika eksterna, terletak diantara tunika media dan tunika
adventisia. Lebih tipis dibandingkan dengan tunika elastika interna.
e. Tunika adventisia terdiri atas pengikat fibtoelastis tak bermesotel.
Terdapat kolagen tipe I dan vasa vasorum. Vasa vasorum merupakan arteri
kecil yang memperdarahi sel – sel hidup di tunika media dan tunika
adventisia (www.akademia.edu).
Perbedaan antara arteri, aorta, dan vena yaitu terletak pada
histologi penyusunnya. Aorta memiliki struktur sel tunika intima yang
berbentuk poligonal selapis, tunika media dibentuk oleh serabut elastis,
serta tunika adventisia yang berupa jaringan ikat longgar tipis dan terdapat
vasa vasorum. Pada arteri penyebar memiliki lapisan muskuler yang tebal.
Sel – sel ini bercampur dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen
proteoglikan. Sedangkan pada vena cava tidak mempunyai tunika media,
tersusun dari sel pipih selapis pada tunika intima dan pada tunika
adventisia terbentuk jaringan ikat longgar dengan serabut kolagen yang
membentuk berkas – berkas longitudinal (http://staff.uny.ac.id/).
BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari praktikum pemeriksaan hematologi pada darah mencit, dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu antara lain :
a. Dari percobaan ini di dapat data hasil pemeriksaan parameter
hematologi pada darah mencit yaitu jumlah eritrosit yang terkandung
sebanyak 3,53 x 106/mm3, leukosit sebanyak 4425/mm3, hemoglobin
12,8 g/dl, hematokrit sebesar 40 %, MCV 11,3 m3 (113,3 fl), MCH
sebesar 36,3 pg, MCHC sebesar 32 g/dl. Mencit ini diperkirakan
menderita penyakit anemia mikrositik karena jumlah eritrositnya
rendah dan memiliki MCV lebih dari 100 fl.
b. Lapisan – lapisan yang menyusun histologi pembuluh darah yaitu
terdiri dari tunika intima, tunika elastika interna, tunika media, tunika
elastika eksterna dan tunika adventisia. Semua lapisan ini memiliki
tugas dan fungsinya masing – masing di dalam pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA
Arington Lr. 1972. Introductory Laboratory Animal Science. The
Breeding, Care And Management Of Experimenta1 Animals. New York: The
Interstate Printers & Publishers Inc.
Alamsyah, Agus Fahrizal. 2009. Gambaran Darah Mencit (Mus musculus
albinus) Pada Proses Persembuhan Luka Yang Diberi Salep Fraksi Etil Asetat dan
Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.)
Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian Hasil Pemeriksaan
Hematologi Rutin. Cermin Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31.
Ganong W. F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta :
Egc. P. 552,563,567-569,576
Guyton Ac. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook Of Medical
Physiology. Ed Ke-7. Diterjemahkan Oleh Tengadi Iw. Jakarta: Egc. Hlm 52-67.
Guyton Ac Dan Hall 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed Ke-9.
Diterjemahkan Oleh Setiawan I, Tengadi Ka, Santoso A. Jakarta: Egc.
Terjemahan Dari: Textbook Of Medical Physiology.
Gandasoebrata R, Penuntun Laboratorium Klinik Cetakan 13. 2007. Dian
Rakyat, Jakarta
Handayani, L., Irianti, N Dan Yuwono, E. Pengaruh Pemberian Minyak
Ikan Lemuru Terhadap Kadar Eritrosit Dan Trombosit Pada Ayam
Kampung. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1) : 39-46
Hartadi, Diaz, Sumardi R dan Rizal Isnanto. 2004.Simulasi Penghitungan
Jumlah Sel Darah Merah. Transmisi, Vol. 8, (2) 1-6
Hoffbrand, A.V., Moss, P.A.H. dan Pettit, J.E. 2006. Essential
Haematology. 5th. Asia : Blackwell Publishing. hal. 129-181.
Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika : Jakarta
James, J., Baker, C. and Swain, H., 2006, Principles of Science Nurses,
Blackwell Science ltd Oxford, USA
Kadir, M. 2002.Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. UNIB :Bengkulu
Lestari, Endang Sri., Kistinnah, Idun.2009. Biologi Dan Makhluk Hidup
Dan Lingkungannya. Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional: Jakarta.
Martini, F. Fundamentals Of Anatomy And Physiology. 7th Ed. 2006.
Pearson Education Inc. : Usa
Natalia, Dian Eka Saputri, Awik Puji Dyah N, S.si, M.si, Dra. Nurlita
Abdulgani, M.si. Jumlah Total dan Diferensial Leukosit Mencit (Mus Musculus)
Pada Evaluasi In Vivo Antikanker Ekstrak Spons Laut Aaptos Suberitoides
Oehadian, Amaylia. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia.
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Schalm Ow, Jain Nc And Carrol Ej. 1975. Veterinary Haematology. Ed
Ke-3.Philadelphia: Lea Dan Febiger. Hlm 235-373.
Cahyo, Kris. Pemeriksaan Darah Lengkap.
http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1
http://www.biology-online.org/biology-forum Diakses pada 30 September
2014
http://histology-world.com/photoalbum//displayimage.php?pid=4080
Diakses pada 30 September 2014
http://www.siumed.edu/dking2/crr/CR025b.htm Diakses Pada 30
September 2014
www.akademia.edu/7198317/Hema_1 Diakses pada 29 Sepetember 2014
id.wikipedia.org. Diakses pada 30 September 2014
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bb3-Kardiovasa Diakses pada 30
September 2014
Download