qanun kabupaten bireuen nomor 5 tahun 2012 tentang kesehatan

advertisement
QANUN
KABUPATEN BIREUEN
NOMOR
5 TAHUN 2012
TENTANG
KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI BIREUEN,
Menimbang
:
a. bahwa Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
(KIBLLA) merupakan salah satu faktor utama bagi
kehidupan keluarga, karena tingkat derajat kesehatan
keluarga dapat diukur dari angka kematian bayi dan
angka kematian ibu serta gizi buruk;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan KIBBLA perlu
dikembangkan jaminan dan kualitas pelayanan
kesehatan yang optimal, menyeluruh dan terpadu
melalui program-program pembangunan kesehatan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c.. bahwa ketentuan Pasal 17 ayat (1) huruf e UndangUndang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh menentukan penanganan bidang kesehatan
merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi
kewenangan Pemerintahan Kabupaten/Kota;
d. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan
Qanun
Kabupaten
Bireuen
yang
mengatur tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak.
Mengingat
:
1.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (Lembaran Negara Repulik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886);
2. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Bireuen dan Kabupaten
Simeulue sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 176,
Tambahan Lembaran Negara 3897);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4594);
9. Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan
(Lembaran Aceh Tahun 2010 Nomor 1);
10. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pembentukan Qanun Aceh (Lembaran Aceh Tahun
2011 Nomor 10);
11. Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 4 Tahun 2009
tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Kesehatan
(Lembaran Daerah Kabupaten Bireuen Tahun 2009
Nomor 4).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN BIREUEN
dan
BUPATI BIREUEN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
QANUN TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR
DAN ANAK
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Bireuen.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah
Kabupaten adalah Penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten yang
terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten.
3. Pemerintah Kabupaten adalah penyelenggara urusan Pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing.
4. Bupati adalah Bupati Bireuen.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya disebut DPRK
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Bireuen.
6. Perangkat Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Perangkat
Kabupaten adalah unsur Pembantu Bupati dalam penyelenggaraan
Pemerintah Kabupaten yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRK, Dinas-dinas, Lembaga Teknis Daerah dan Kecamatan di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bireuen.
7. Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.
8. Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak yang selanjutnya disingkat
KIBBLA adalah paket pelayanan terpadu dengan memfokuskan pada
intervensi yang terbukti berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu, Bayi
dan Anak.
9. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit dan pemulihan kesehatan oleh Pemerintah dan/atau
masyarakat.
10. Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumberdaya
keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
11. Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan adalah tatanan yang
menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan
serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
12. Pemberdayaan Masyarakat adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya perorangan, kelompok dan masyarakat umum di bidang kesehatan
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
13. Manajemen Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya
administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan
informasi, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggitingginya.
14. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah
satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
15. Pos Kesehatan Desa yang selanjutnya disebut Poskesdes adalah upaya
kesehatan bersumber masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan atau menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat.
16. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas
adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
17. Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar yang
selanjutnya disebut Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang melayani
rujukan kegawatdaruratan ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi baru lahir
dari desa-desa satu wilayah maupun desa yang merupakan bagian dari
jaringan rujukan.
18. Rumah Sakit Umum Institusi yang memberikan pelayanan kesehatan
pada semua bidang dan jenis penyakit.
19. Rumah Sakit Umum Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi
Komprehensif yang selanjutnya disebut RSU PONEK adalah Rumah Sakit
Umum yang ditunjang dengan ketersediaan alat dan tenaga sesuai
ketentuan
yang mampu memberikan pelayananan komprehensif
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi neonatus.
20. Puskesmas Keliling yang selanjutnya disebut Pusling adalah unit
pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor roda empat, peralatan komunikasi serta seperangkat tenaga
yang berasal dari Puskesmas berfungsi menunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan karena letaknya jauh dan terpencil.
21. Pengobatan adalah tindakan pengobatan yang diberikan oleh Dokter atau
jika berhalangan didelegasikan kepada Pengatur Rawat atau Bidan yang
ditunjuk untuk menjalankan pengobatan, perawatan dan lain-lainnya
yang berhubungan dengan kesehatan.
22. Rumah Bersalin adalah tempat penyelenggaraan pelayanan kebidanan
bagi ibu hamil, pertolongan persalinan dan masa nifas fisiologis termasuk
pelayanan KB serta perawatan bayi baru lahir secara rawat inap.
23. Rumah Sakit Bersalin adalah tempat penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dan kebidanan bagi ibu hamil, bersalin dan masa nifas
fisiologis termasuk pelayanan KB dan perawatan Bayi Baru lahir dengan
penanggung jawab seorang dokter.
24. Praktik Bidan adalah tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan
kebidanan bagi ibu hamil, melahirkan, nifas, bayi, balita, dan KB secara
rawat jalan.
25. Bidan Desa adalah Bidan yang ditugaskan dan menetap di Gampong
dalam wilayah Kabupaten Bireuen.
26. Bidan Delima adalah bidan praktek swasta yang sudah memiliki standar
kualitas yang unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap dan memiliki
hak paten.
27. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan dan kemudahan yang diberikan
kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan,
rehabilitasi medik dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
28. Tindakan Medis adalah tindakan yang bertujuan untuk diagnostik,
terapi/pengobatan, pemulihan kepada cacat badan atau jiwa,
pengecekan, dan peningkatan kesehatan dengan menggunakan atau
tanpa menggunakan alat kesehatan/medis dan atau bahan serta
dilakukan oleh tenaga medis yang mempunyai keahlian dan wewenang
untuk itu.
29. Surat Izin Praktek Bidan adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh
organisasi perangkat Kabupaten yang mempunyai tugas dan fungsi
penyelenggaraan urusan kesehatan setelah mendapatkan rekomendasi
dari organisasi profesi.
30. Audit Maternal Perinatal yang selanjutnya disebut AMP adalah proses
penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
serta penatalaksanaannya dengan menggunakan berbagai informasi dan
pengalaman dari suatu kelompok terkait untuk mendapatkan masukan
mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan KIBBLA di suatu wilayah.
31. Pusat Pelatihan Klinik Primer yang selanjutnya disebut P2KP adalah
institusi
pelatihan
non
pemerintah
yang
berkedudukan
di
Kabupaten/kota yang memberikan pelatihan keterampilan klinik
kebidanan kepada tenaga kesehatan untuk menjamin pelayanan yang
berkualitas. P2KP dipimpin oleh seorang dokter ahli kebidanan.
32. Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan yang selanjutnya
disebut PMK adalah suatu upaya peningkatan kemampuan manajerial
dan kinerja perawat dan bidan dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan kebidanan di sarana/institusi pelayanan kesehatan
yang bermutu.
33. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan dan memiliki pengetahuan serta keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan untuk profesi tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
34. Pelayanan Obstetri Maternal yang selanjutnya disebut POMA adalah
perjanjian atau kontrak antara pihak pertama yaitu bidan dan pihak
kedua adalah suami atau keluarga ibu hamil untuk mendapatkan paket
pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan bayi
baru lahir.
35. Mablien adalah seseorang yang memiliki keterampilan khusus untuk
mendampingi bidan dalam penjaringan ibu hamil, menolong persalinan
dan perawatan bayi.
36. ASI Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu kepada bayi sejak lahir
sampai dengan usia 6 (enam) bulan tanpa memberikan minuman dan
atau makanan pendamping lainnya.
37. Inisiasi Menyusu Dini yang selanjutnya disebut IMD adalah proses
membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam
waktu satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit
antara bayi dengan kulit ibu.
38. Ibu Menyusui adalah ibu yang memberikan Air Susu Ibu kepada bayi.
39. Imunisasi adalah upaya pencegahan
memberikan kekebalan secara aktif.
penyakit
tertentu
dengan
40. Bayi Baru lahir (Neonatus) adalah setiap bayi yang berusia 0 sampai 28
(dua puluh delapan) hari.
41. Bayi adalah setiap bayi yang berusia 29 (dua puluh sembilan) hari
sampai 12 (dua belas) bulan.
42. Anak Balita adalah anak usia dibawah lima tahun.
43. Wanita Usia Subur yang selanjutnya disingkat WUS adalah setiap Wanita
dalam usia subur baik sudah/belum menikah.
BAB II
AZAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Penyelenggaraan pelayanan KIBBLA berdasarkan pada azas:
a. Islami;
b. Kemanusiaan;
c. Kekeluargaan;
d. Efektif dan efesien;
e. Transparansi;
f. Akuntabilitas;
g. Profesional;
h. Proporsionalitas;
i. Adil dan merata.
Pasal 3
Tujuan penyelenggaraan pelayanan KIBBLA yaitu:
a. Memberikan kepastian jaminan pelayanan kesehatan terhadap Ibu, Bayi
Baru Lahir dan Anak Balita untuk mendapatkan pelayanan yang optimal
dari Pemerintah Kabupaten Bireuen.
b. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi baru
lahir dan anak balita di seluruh wilayah Kabupaten Bireuen.
c. Adanya perubahan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan
dan fasilitas kesehatan.
d. Meningkatkan derajat kesehatan Ibu, bayi baru lahir dan anak.
BAB III
RUANG LINGKUP KIBBLA
Pasal 4
Ruang lingkup KIBBLA meliputi:
a. Kesehatan wanita usia subur;
b. Kesehatan ibu hamil;
c. Kesehatan ibu bersalin;
d. Kesehatan ibu nifas;
e. Kesehatan ibu menyusui;
f. Kesehatan bayi baru lahir;
g. Kesehatan bayi;
h. Kesehatan anak Balita.
BAB IV
JAMINAN PELAYANAN KIBBLA
Pasal 5
Pemerintah Kabupaten Bireuen menjamin terselenggaranya Pelayanan
KIBBLA, yang meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita di
Puskesmas dan Jaringannya.
b. Pelayanan kegawatdaruratan dasar kebidanan dan Bayi di Puskesmas
PONED.
c. Pelayanan kegawatdaruratan komprehensif kebidanan dan bayi di
Rumah Sakit PONEK.
Pasal 6
(1)
Pelayanan kesehatan WUS, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, ibu
menyusui, konsultasi IMD, gizi dan kontrasepsi dilaksanakan di fasilitas
kesehatan dan ditangani oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
(2)
Dalam melaksanakan pertolongan persalinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tenaga kesehatan dapat menjalin kemitraan dengan dukun
bayi / ma blien.
(3)
Tata Cara Pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB V
ASI DAN IMUNISASI
Pasal 7
(1) Setiap bayi berhak mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Air Susu
Ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas
indikasi medis.
(2) Selama pemberian air susu ibu pihak keluarga, Pemerintah Kabupaten
dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
(3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan ditempat kerja dan tempat sarana umum.
Pasal 8
(1) Wanita Usia Subur (WUS) dan Ibu Hamil berhak
mendapatkan
imunisasi.
(2) Bayi Baru Lahir berhak mendapatkan imunisasi.
(3) Setiap Bayi berhak mendapatkan imunisasi lengkap.
(4) Penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan dengan berpedoman pada
Peraturan dan Perundang-Undangan.
Pasal 9
Tenaga Kesehatan wajib mendorong Ibu untuk melakukan Inisiasi Menyusu
Dini dan memberikan ASI Eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
dan memfasilitasi pelayanan Imunisasi sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 8.
Pasal 10
(1) Tenaga Kesehatan dilarang untuk memberikan fasilitas dan promosi bagi
produk Susu Formula, makanan pengganti ASI, dan atau sejenisnya,
selama masa pemberian ASI Eksklusif.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi ibu
dalam keadaan yang tidak memungkinkan secara medis.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 11
(1) Setiap Penerima Pelayanan KIBBLA berhak :
a. Mendapatkan akses pelayanan KIBBLA di sarana pelayanan
kesehatan Pemerintah dan swasta;
b. Mendapatkan informasi KIBBLA yang proporsional;
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan yang dituangkan dalam
perjanjian kerjasama Pelayanan Obstetri Maternal Perinatal (POMA);
d. Bagi masyarakat miskin berhak mendapat jaminan pembiayaan
pelayanan KIBBLA dari Pemerintah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan.
(2) Setiap Penerima Pelayanan KIBBLA berkewajiban :
a. Memenuhi prosedur dan anjuran dari penyelenggara pelayanan;
b. Meningkatkan pemeliharaan kesehatan diri dan keluarga;
c. Memberikan informasi dan data yang dibutuhkan untuk mempelancar
pelayanan.
(3) Pihak penyelenggara KIBBLA berkewajiban:
a. Melakukan Pembinaan terhadap pemberi Pelayanan KIBBLA;
b. Memberikan informasi dan penyuluhan mengenai pelayanan KIBBLA
kepada masyarakat secara aktif;
c. Melakukan kemitraan dengan pihak Swasta : Bidan Delima, Lembaga
Swadaya Masyarakat, Organisasi masyarakat, Perusahaan Swasta,
Rumah Sakit Swasta dan lain-lain yang peduli terhadap upaya
meningkatkan derajat KIBBLA;
d. Menyediakan, memelihara sarana prasarana untuk pelayanan KIBBLA;
e. Menyediakan Sumber Daya Manusia yang kompeten di bidang
pelayanan KIBBLA;
f. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait.
BAB VII
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
PEMERINTAH KABUPATEN
Pasal 12
(1) Wewenang Pemerintah Kabupaten dalam penyelenggaraan pelayanan
KIBBLA, adalah :
a. Membuat kebijakan dan aturan yang berpihak terhadap peningkatan
pelayanan KIBBLA;
b. Melakukan Audit Maternal Perinatal terhadap setiap kasus yang
terkait dengan kematian Ibu dan Bayi;
c. Mengatur, membina dan mengevaluasi penyelenggaraan pelayanan
KIBBLA.
d. Pemerintah Kabupaten bertanggung jawab untuk menjamin pelayanan
KIBBLA sesuai dengan Paket POMA.
(2) Tanggung jawab Pemerintah Kabupaten dalam penyelenggaraan
pelayanan KIBBLA adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan yang merata dan terjangkau
oleh masyarakat;
b. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 13
Pembinaan pelayanan KIBBLA dilaksanakan melalui:
a. Pendidikan dan pelatihan bagi petugas pelayanan.
b. Fasilitasi teknis pelayanan.
c. Konsultasi teknis pelayanan.
d. Koordinasi pelayanan.
BAB VIII
PELAYANAN KIBBLA
Pasal 14
(1) Pelayanan KIBBLA
dan/atau swasta.
diselenggarakan
oleh
Pemerintah
Kabupaten
(2) Penyelenggaraan pelayanan KIBBLA, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi:
a. Rumah Sakit Umum Daerah;
b. Rumah Sakit Swasta;
c. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ;
d. Puskesmas Pembantu (Pustu) ;
e. Posyandu;
f. Poskesdes dan sejenisnya ;
g. Rumah Bersalin;
h. Rumah Sakit Bersalin;
i. Dokter Praktek Swasta;
j. Bidan Praktek Swasta;
k. Balai Pengobatan Swasta.
(3) Penyelenggara pelayanan KIBBLA sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus memenuhi kualifikasi dan standar yang ditetapkan pemerintah.
BAB IX
TENAGA KIBBLA
Pasal 15
(1) Tenaga Kesehatan bertugas menyelenggarakan pelayanan KIBBLA.
(2) Setiap tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memenuhi kualifikasi dan persyaratan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 16
(1) Untuk memenuhi standar kualifikasi, Tenaga Kesehatan harus mengikuti
pendidikan dan pelatihan serta uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan/atau swasta.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan, berpedoman pada Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 17
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan KIBBLA,
harus mendapatkan Surat Izin Praktek dari instansi yang berwenang.
(2) Tata cara dan persyaratan izin sebagaimana dimaksud pada
berpedoman pada peraturan perundang-Undangan.
ayat (1)
Pasal 18
(1) Pemerintah Kabupaten mengatur penempatan Tenaga Kesehatan untuk
pemerataan penyelenggaraan pelayanan KIBBLA.
(2) Menyangkut dengan teknis penempatan tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan dengan instansi terkait.
Pasal 19
(1) Pemerintah Kabupaten memberikan jaminan peningkatan kesejahteraan
secara khusus kepada Tenaga Kesehatan yang bertugas di wilayah yang
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam pelayanan.
(2) Bagi Tenaga Kesehatan yang bertugas di wilayah yang memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi dalam pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan fasilitas tambahan berupa sarana transportasi dan
tempat tinggal sesuai dengan kemampuan daerah.
BAB X
BIDAN DESA
Pasal 20
(1) Pelaksanaan KIBBLA di tingkat desa dilaksanakan oleh Bidan Desa.
(2) Untuk meningkatkan kinerja Bidan Desa, maka Bidan Desa dibekali
peralatan kebidanan sesuai standar kebidanan.
(3) Untuk meningkatkan kapasitas Bidan Desa, maka Bidan Desa wajib
mengikuti:
a. Uji kompetensi;
b. Pelatihan reguler Bidan Desa;
c. Pertemuan reguler Bidan Desa.
(4) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman pada
Peraturan Perundang-Undangan.
BAB XI
PENDANAAN
Pasal 21
(1) Dana penyelenggaraan pelayanan KIBBLA wajib dialokasikan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Bireuen.
(2) Selain sumber anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dana
penyelenggaraan KIBBLA dapat juga bersumber dari anggaran lain yang
sah dan tidak mengikat.
(3) Pendanaan KIBBLA sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah bagian
dari alokasi anggaran untuk bidang kesehatan.
BAB XII
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal 22
(1) Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kesehatan melakukan pengawasan
terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pelayanan KIBBLA.
(2) Dalam rangka pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan KIBBLA
dapat dilakukan secara berkala.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) meliputi:
a. Perizinan terhadap tempat pelayanan dan tenaga kesehatan;
b. Standar kinerja tenaga pelayanan kesehatan;
c. Standar sarana dan prasarana kesehatan;
d. Standar operasional prosedur pelayanan kesehatan.
(4) Hasil pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib dilaporkan kepada Bupati.
Pasal 23
(1) Setiap penyelenggara pelayanan KIBBLA wajib melaporkan pelaksanaan
kegiatannya setiap bulan, triwulan, tahunan dan/atau sewaktu-waktu
jika diperlukan.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada
Bupati melalui Dinas Kesehatan.
BAB XIII
SANKSI
Pasal 24
(1) Penyelenggara dan tenaga kesehatan yang melakukan pelanggaran atau
tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi dan standar
pelayanan minimal dikenakan sanksi administrasi.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa peringatan lisan,
peringatan tertulis, penutupan sementara, pencabutan izin dan
penghentian kegiatan.
(3) Pelaksanaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman
pada Peraturan Perundang-Undangan.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 25
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini
dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bireuen.
Ditetapkan di Bireuen
pada tanggal 5 Oktober 2012
BUPATI BIREUEN,
ttd
H. RUSLAN M. DAUD
Diundangkan di Bireuen
pada tanggal 6 Oktober 2012
Plt. SEKRETARIS DAERAH,
ttd
MUZAKKAR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2012 NOMOR 21
PENJELASAN
ATAS
QANUN
KABUPATEN BIREUEN
NOMOR 5 TAHUN 2012
TENTANG
KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK
I. UMUM :
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan
mengamanatkan pentingnya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang nota benenya tugas peningkatan derajat kesehatan masyarakat
tidak hanya semata-mata menjadi tanggung jawab penyelenggara negara,
namun juga menjadi tanggungjawab semua pihak. Disamping itu,
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sudah
menjadi program pemerintah yaitu dalam bentuk program Indonesia
sehat 2010.
Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Bireuen perlu mengupayakan
pelayanan kesehatan yang optimal disertai tercapainya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dengan biaya murah, tersedianya obat-obatan yang
berkualitas, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia mampu dijangkau
oleh semua lapisan masyarakat, tersedianya tenaga kesehatan yang
memadai, dan terwujudnya alokasi 15 % dari total APBK Bireuen untuk
pembiayaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana
diamanahkan oleh Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2003.
Dalam upaya peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan
tujuan untuk kemanfaatan dan kepentingan umum serta sebagai upaya
pembinaan dan pengawasan serta memantapkan otonomi daerah yang
luas, nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, maka pengaturan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bireuen perlu di atur
dalam Qanun Kabupaten Bireuen.
II. PASAL DEMI PASAL :
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN NOMOR 64
Download