BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Caisim (Brassica juncea L.)
Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan
kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili
Cruciferae (kubis-kubisan). Tanaman ini bukan asli tanaman Indonesia,
melainkan berasal dari daerah Mediterania. Caisim mempunyai sifat menyerbuk
silang bahkan sulit menyerbuk sendiri. Sulitnya penyerbukan sendiri disebabkan
caisim mempunyai sifat Self incompatible, artinya bunga jantan dan bunga betina
pada tanaman caisim tidak mekar secara bersamaan sehingga caisim sulit untuk
menyerbuk sendiri.
Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim, berbatang
pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun Caisim berbentuk bulat panjang serta
berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim
ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola
pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu
menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang
yang berwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis (Sunarjono, 2004
dalam Fahrudin, 2009).
Klasifikasi tanaman caisim :
Kingdom
: Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super-divisio : Spermatophyta
Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliophyta
Sub-kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Capparales
Familia
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica juncea (L.) Czern.
Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung,
sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. & Prain)
5
memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun
panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang
pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan
sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit
berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap
(Rukmana, 1994 dalam Fahrudin, 2009).
Caisim termasuk jenis tanaman sayuran dan merupakan tanaman semusim
berumur pendek. Berikut morfologi tanaman caisim :
1. Akar
Sistem perakaran caisim memiliki akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30 - 50 cm. Akar ini berfungsi antara lain menyerap
air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang
tanaman (Haryanto dkk, 2003).
2. Batang
Tanaman caisim memiliki batang (caulis) yang pendek dan beruas, sehingga
hampir tidak kelihatan. Batang berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang
berdirinya daun. Caisim umumnya berdaun dengan struktur daun halus, tidak
berbulu. Daun caisim membentuk seperti sayap dan bertangkai panjang yang
membentuk pipih (Rahmat, 2007).
3. Daun
Daun tanaman caisim berbentuk bulat dan lonjong, lebar dan sempit, ada
yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputihputihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang dan pendek,
sempit atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus. Pelepah
daun tersusun saling membungkus dengan pelepah-pelepah daun yang lebih muda
tetapi tetap membuka. Daun memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan
bercabang-cabang.
4. Bunga
Struktur bunga caisim tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang
tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri
6
atas empat helai kelopak daun, empat helai daun mahkota bunga berwarna
kuning-cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua.
5. Buah dan Biji
Buah caisim termasuk tipe buah polong, yaitu bentuknya memanjang dan
berongga. Tiap buah (polong) berisi 2 – 8 butir biji. Biji caisim berbentuk bulat
kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Biji caisim berbentuk bulat,
berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat
kehitaman.
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Caisim
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena
Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga
dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang
berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran
rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang
diperoleh lebih baik di dataran tinggi (Haryanto dkk, 2003).
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter
sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500
meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam
suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang
menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir
musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur,
banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6
sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2003).
7
2.3. Jarak Tanam Caisim
Keberhasilan pengelolaan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan dan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sumber daya
lingkungan tumbuh tanaman. Melalui pengaturan jarak tanam yang tepat tingkat
persaingan antar maupun inter tanaman dapat ditekan serendah mungkin.
Persaingan intensif antar tanaman mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi
pada tanaman, seperti jumlah organ tanaman yang terbentuk berkurang sehingga
berdampak kurang baik terhadap perkembangan dan hasil tanaman (Harjadi, 1996
dalam Himma 2011).
Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu teknik penting untuk
budidaya tanaman setelah pemilihan varietas tanaman yang baik. Menurut
Rubatzky dan Yamaguchi (1998) dalam (Himaa, 2011) penanaman dengan jarak
tanam rapat dapat meningkatkan serangan penyakit dan jumlah benih yang
dibutuhkan, sehingga perlu dilakukan pengaturan jarak tanam yang tepat. Rosliani
dan Sumarini, 2002 dalam Himma 2011 menyatakan bahwa jarak tanam akan
mempengaruhi penggunaan cahaya, air, unsur hara, dan ruang yang akan terus
meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Sutapradja, 2008 dalam Himma
2011 menyatakan bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh jarak tanam, sehingga
berpengaruh pada biomassa tanaman budidaya.
Pengaturan jumlah populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam akan
mempengaruhi efisiensi tanaman dalam memanfaatkan cahaya matahari, air, hara,
dan ruang tumbuh. Efisiensi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Peningkatan produksi tanaman pada luasan
tertentu dapat dilakukan dengan meningkatkan populasi tanaman mencapai batas
dimana persaingan internal tanaman dalam pemanfaatan hara, air, dan cahaya
tidak terlalu kuat yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kerapatan jarak tanam atau populasi tanaman sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan menentukan produksi tanaman. Muhammad et al.
(1993) menyatakan pola jarak tanam yang ideal adalah apabila kebutuhan
tanaman terhadap kondisi lingkungan cahaya, kelembaban, aerasi udara, maupun
tumbuh perakaran dapat tercukupi. Harjadi, 1996 dalam Himma, 2011
menyatakan produksi setiap satuan luas yang tinggi dapat dicapai dengan populasi
8
tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum pada awal
pertumbuhan. Namun demikian, pada akhirnya penampilan masing-masing
individu menurun karena persaingan untuk mendapatkan cahaya dan faktor-faktor
lainnya.
Jarak tanam akan mempengaruhi produktivitas dengan dua cara yaitu
penggunaan jarak tanam rapat dan jarak tanam lebar. Pada jarak tanam rapat,
tanaman akan mengalami kompetisi dengan tanaman lain di dekatnya, sedangkan
jarak tanam lebar mungkin akan mengurangi hasil per satuan luas karena jumlah
tanamannya menjadi berkurang, meskipun ukuran produksi dari masing-masing
individu tanaman semakin besar. Menurut Muliasari, 2009 dalam Himma 2011
jarak tanam lebar cenderung untuk tumbuh lebih baik, karena pada jarak tanam ini
tanaman mempunyai kesempatan lebih baik untuk mendapatkan cahaya, unsur
hara yang cukup dari pada jarak tanam sempit.
2.4. Varietas
1. Varietas Tosakan
Benih varietas tosakan diproduksi oleh PT. East West Seed, Indonesia.
Varietas ini dikenal sebagai sawi bakso (Caisim) Bangkok. Varietas ini memiliki
ciri bagi tanaman: tanaman besar, bentuk semi buka dan tegak, batang tumbuh
memanjang dan memiliki banyak tunas, tangkai daun panjang, lansing, berwarna
hijau tua dan halus, daun lebar, panjang, tipis, permukaan daun dan pinggir daun
rata, berwarna hijau, rasanya renyah dan tidak berserat. Pertumbuhan tanaman
cepat, kuat dan seragam. Varietas ini dapat ditanam sepanjang tahun, produksinya
tinggi dengan potensi produksi 400 gram pertanaman, dan umur panen tanaman
25 hari setelah pindah tanam.
2. Vaietas Christina
Varietas ini memiliki ciri-ciri: tipe tanaman tegak, berdaun lebar dengan
warna hijau cerah, tanaman sangat adaftif, dapat tumbuh hampir di semua lokasi.
Tanaman dapat dipanen umur 30 hari setelah tanam dan panen dapat ditunda
sampai umur ± 40 hari setelah tanam tanpa keluar bunga. Chiristina dapat ditanam
sepanjang tahun dan toleran terhadap penyakit jamur. Cocok untuk berbagai
macam masakan dan enak rasanya.
Download