PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS TEMA DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema pada Kelas 5 Sekolah Dasar di Bandung) Theme-Based English Teaching In Elementary School (Theme-based English Teaching Model Research for Fifth Grade Elementary School in Bandung) Sarlita D. Matra ([email protected]) Abstract Teaching English for young learners is something that is not easy to do. Government in this case has tried several methods and approaches to find the most effective model. Theme-based teaching is one of the solution that can be used by teachers to have a great students’ performance. This research use the quantitave method by choosing the samples randomly in some elementary schools located in Bandung. Based on the research findings, it shows us that theme-based english teaching model is so effective if only the principles as well as the context used from the first step of planning the lesson up to the implications it self. Teachers should choose the themeas well as develop the theme based on children background and also the situation context which are relevant to the children’ language and culture. From this reserach, the theme-based english teaching model makes the significance improvement of students’ performances. Key words: Theme-based, English teaching model, students’ performance. Departemen Pendidikan Nasional pada PENDAHULUAN tahun 2001 untuk memasukkan pelajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 1994 mulai menyarankan pengenalan bahasa Inggris bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya ke dalam dikuatkan dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan No. 060/U/1993 dan No. 1702/104/M/1994 tentang pengajaran bahasa Inggris di SD. Selanjutnya,keputusan ini ditindaklanjuti dengan rencana Pendidikan Dasar Direktorat dan Jenderal jenjang pendidikan dasar. dalam kurikulum Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu muatan lokal. Ini kurikulum Dilihat dari aspek perkembangan kognisi dapat siswa, pengajaran bahasa asing berdampak perkembangan kognisi positif bagi siswa. Dalam bahasa Piaget, perkembangan ini terjadi bila siswa dihadapkan dengan gagasan atau pengalaman yang tidak sesuai dengan khazanah pengalamannya. Perbedaan ini Menengah, 139 membentuk “konflik kognitif” yang akan kognisinya, menjadi katalis bagi cara berpikir baru menyatakan yang dihadirkan melalui belajar bahasa jenjang sekolah dasar berada pada tahap asing. Sejalan dengan pandangan ini, “concrete operational”, pada tahap ini penelitian mereka yang diungkapkan oleh Piaget bahwa cenderung (Hudelson, anak-anak belajar 1991) pada melalui Hamayan (Helena, 2000) menunjukkan pengalaman praktis dalam lingkungannya. bahwa anak-anak SD yang mendapatkan Dalam kaitannya dengan belajar bahasa pengajaran bahasa asing cenderung lebih Inggris sebagai bahasa asing, prinsip ini kreatif menegaskan dan fleksibel. Mereka dapat bahwa mereka harus mencapai tingkat perkembangan kognisi dilibatkan secara aktif dalam penggunaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahasa tersebut untuk melakukan kegiatan- mereka yang mempelajari dan menguasai kegiatan belajar yang bermakna, yakni satu bahasa. kegiatan belajar yang sifatnya kongkrit dan Dari aspek afektf, beberapa ahli fungsional bagi mereka. Ini menunjukkan pengajaran bahasa, seperti Lambert dan pentingnya belajar bahasa tersebut melalui Klineberg (Curtain dan Pensola, 1988b) kegiatan (learning by doing). menyebutkan bahwa anak-anak pada usia 10 tahun berada dalam proses peralihan METODOLOGI PENELITIAN dari egosentrisitas ke resiprositas, dalam Penelitian ini menerapkan model kondisi ini informasi yang diberikan pada Penelitian dan Pengembangan (Research anak-anak mudah and Development). Borg dan Gall (1979: diterima. Ini terjadi karena anak-anak 624) memberikan batasan terhadap model cenderung lebih bebas mengeksplorasi penelitian ini sebagai " a process used to nilai dan persepsi tentang dunia sekitarnya develop (Carpenter dan Torney, 1973). Dalam products." kaitannya dengan pembelajaran bahasa proses asing, hal ini sangat menguntungkan beberapa siklus melalui sklus itu temuan karena anak-anak belum mengembangkan penelitian dasar bagi sikap yang sempit terhadap bahasanya pengembangan suatu produk. Siklus- sehingga mereka cenderung lebih leluasa siklus penelitian dalam model tersebut dan tak terbebani secara psikologis dalam menurut Borg dan Gall (ibid. hal. 626) belajar bahasa asing. mencakup langkah-langkah berikut: (1) cenderung lebih Dari sisi proses bagaimana anakanak belajar bahasa dan perkembangan Reseach and validate educational Langkah-langkah model ini menjadi and dalam merujuk information kepada collecting (penelitian dan pengumpulan informasi); 140 (2) Planning (perencanaan); (3) 2. Dari 15 (lima belas) sekolah dasar yang Developing preliminary form of product menjadi (mengembangkan bentuk produk awal); ditetapkan (4) Preliminary field testing (ujicoba dijadikan pendahuluan); (5) Main product revision pengembangan. Pada sekolah ini dilakukan (revisi terhadap produk utama); (6) Main ujicoba field (7) Inggris Terpadu Berbasis Tema. Penetapan Operational product revision ( revisi ini berdasarkan pada kemungkinan dapat untuk mengahasilkan produk utama); (8) dilakukan ujicoba mengingat ketersediaan Operational guru yang dapat bekerjasama dan memiliki testing (ujicoba field utama); testing (ujicoba subyek satu penelitian sekolah prasurvai, dasar subyek Model penelitian Pembelajaran kualifikasi (revisi produk akhir). mengajar merupakan guru mata pelajaran. Subyek Penelitian Faktor kerjasama dan kualifikasi guru dipandang cukup, Bahasa operasional) dan Final product revision Subyek penelitian adalah guru dan yang yang penting guru mengingat selama siswa sekolah dasar kelas 5 di Kabupaten ujicoba Bandung. Penetapan sampel dilakukan kemampuan guru dalam menggunakan sebagai berikut: bahasa yang dijarakan menjadi penentu 1. Dalam penelitian prasurvai, guru yang keberhasilan. Untuk ujicoba dilakukan mengajar pada SDN Korpri II. bahasa Inggris di sekolah keterlibatan, yang dasar kelas 5 dijadikan subyek penelitian 3. untuk pembelajaran. memperoleh pembelajaran gambaran bahasa Inggris proses yang kerjasama, dan Subyek pada uji validasai model Setelah tahap ujicoba, dilakukan uji validasi. Penetapan sampel dilakukan selama ini.Penetapan dilakukan baik secara maupun kelompok kontrol didasarkan Cara “purposive-random ini dipilih sampling.” mengingat terhadap kelompok eksperimen besaran pada klasifikasi kondisi sekolah, yakni populasi dan letak geografis sekolah- sekolah yang dianggap baik, sedang dan sekolah yang menjadi populasi di wilayah kurang menurut pendapat umum serta Kabupaten Bandung. Dengan teknik ini peringkat akreditasi dipilih Peringkat akreditasi ini diberikan oleh secara acak 15 kecamatan A, B, dan C. (mencakup hampir 33 %) dari sejumlah Badan Akreditasi Sekolah 43 kecamatan dengan memperhatikan Bandung khusunya pada sekolah-sekolah kecamatan saja yang memiliki SD yang yang telah diakreditasi di tiga kecamatan, mengajarkan bahasa yakni Inggris sebagai muatan lokal khususnya di kelas 5. Kecamatan Kabupaten Baleendah, Pameungpeuk, dan Kecamatan Banjaran. 141 Dengan demikian diselaraskan kebutuhan penetapan dengan sampel pembelajaran (learning engagement), dan dan (3) hasil pembelajaran yang diukur dari prasyarat (purposive). Berdasarkan sisi kemampuan siswa mendengarkan berdasarkan dan penetapan tersebut, sekolah yang menjadi berbicara tujuan sampel penelitian uji validasi adalah pembelajaran yang tertuang dalam silabus sebagai berikut: dan rencana pembelajaran. Dari uji coba terbatas yang terdiri atas Tabel 1. Sampel sekolah untuk Penelitian uji validasi Klasifikasi Sekolah Klmpk Eksperi men Klmpk Murid Kontrol SDN Korpri I Baik SDN Banjara n VII SDN Pameun gpeuk II Sedang Kurang Jumlah 43 43 48 134 empat siklus, dapat dilihat perkembangan dan kemajuan penerapan Murid SDN Bojongma 42 laka 1 SDN Sukasarie 40 ndah SDN Banjaran 26 III 108 model pembelajaran observasi kelas. Terdapat 5 aspek yang dinilai selama observasi kelas, yakni: (1) implementasi model pembelajaran, (2) kinerja guru yang ditampilkan melalui keterampilan kemampuan Uji coba dalam skala terbatas ini dilaksanakan di SD Korpri 2 selama satu Inggris berbasis tema yang diperoleh melalui pembelajaran HASIL PENELITIAN bahasa dasar dalam bahasa siswa, mengelola Inggris; dan (3) (5) faktor hambatan yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa. semester dengan 14 minggu jam belajar Untuk tiap aspek diberi skor 100, efektif dan terbagi ke dalam 4 kali dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pengamatan selama uji coba ini. Alokasi pada Tabel 2 di bawah ini: waktu setiap pertemuan per minggu sesuai dengan waktu tatap muka yang tertuang Hasil Uji Coba Model Pengembangan dalam standar isi yakni 2 x 35 menit. a. Kemampuan dan Kenerja Guru yang Dituntut dalam Penerapan Model Pembelajaran Ada tiga aspek utama yang diamati dalam uji coba terbatas, yakni (1) perilaku Model pembelajaran tematik yang guru dalam mengajar sesuai dengan dikembangkan dalam penelitian ini tahapan pembelajaran yang dikembangkan menuntut kemampuan guru mulai dari dalam model tematik, (2) proses interaksi tahap belajar-mengajar pada implementasi dan perbaikan pembelajaran dalam sebagaimna ditunjukkan dalam Bagan tingkat yang keterlibatan berfokus siswa pengembangan silabus hingga 142 model pembelajaran bahasa Inggris berdasarkan tema. Kemampuan tersebut tergambar pada Tabel 4.18 hasil observasi setiap aspek pembelajaran dalam tiga kali uji coba diperluas (uji coba 5, 6 dan 7). 143 Tabel 2. Skor Setiap Aspek Hasil Pelaksanaan Ujicoba Terbatas Aspek 1. Implementasi model: Kesesuaian dengan rencana pembelajaran(25) Kegiatan awal(20) Kegiatan inti(40) Kegiatan akhir(15) 2. Kinerja guru dalam pembelajaran: Memahami rencana pembelajaran(20) Melakukan pengaitan(10) Menyampaikan tujuan pembelajaran(10) Menjelaskan materi ajar(10) Memberikan contoh(10) Memberikan latihan(10) Memberikan balikan dan penguatan(10) Menyimpulkan pelajaran (10) Memberi tindak lanjut (10) 3. Kemampuan siswa: Kemampuan berkomunikasi lisan (mendengarkan dan berbicara) (20) Keterlibatan dalam pembelajaran (40) Memberikan jawaban terhadap pertanyaan (20) Mengajukan pertanyaan (20) 4.Penggunaan sumber dan media pembelajaran: Menggunakan buku sumber(20) Mengunakan media pembelajaran(20) Menata kelas (20) Membuat bahan pengayaan(40) 5. Hambatan (setiap aspek teridentifiaksi diberi skor (10) Guru belum sepenuhnya memahami model pembelajaran tematik Guru belum memberi contoh dengan jelas Guru belum meberikan balikan dan penguatan Siswa belum berani bertanya dan mengemukakan pendapat Pengunaan media tidak efektif b. Kemampuan Mendengarkan dan Berbicara Siswa Skor Ujicoba 1 20 5 4 8 3 20 4 2 4 2 4 2 2 2 Skor Ujicoba 2 40 10 8 16 6 44 8 4 6 4 6 4 4 4 Skor Ujicoba 3 60 15 12 24 9 76 12 6 8 8 10 8 8 8 8 Skor Ujicoba 4 80 20 16 32 12 90 16 10 10 10 10 10 8 8 8 20 40 60 76 4 8 4 4 20 4 4 4 8 50 8 16 8 8 40 8 8 8 16 40 12 24 12 12 60 12 12 12 24 30 16 32 16 12 78 18 16 12 32 16 10 10 10 10 8 8 8 8 6 6 6 6 0 4 4 4 10 8 6 4 yakni pada keterampilan mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking). Untuk Model Pembelajaran Bahasa Inggris mengukur hasil belajar ini, selama uji coba berbasis Tema yang dikembangkan dalam diperluas (tiga kali uji coba) dilakukan penelitian evaluasi belajar untuk tiap uji coba yang sebagaimana ini yang menunjukkan hasil diharapkan dalam hasilnya terlihat pada bagan berikut: meningkatkan hasil belajar siswa dalam bentuk kemampuan bahasa Inggris lisan, 144 Bagan 1. Grafik Perolehan Skor Tes Hasil berikut: Pertama, seluruh guru (100%) Belajar Siswa menyatakan bahwa model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema dapat meningkatkan baik proses belajar dan hasil 68.94 70 67.42 66.84 belajar. Kedua, dari sisi proses 67.11 peningkatan terjadi dalam 64.61 keterlibatan belajar siswa dalam bentuk antusiasme 58.48 mereka dalam mengerjakan latihan dengan 55 porsi waktu yang mencapai 50-60 % dari alokasi waktu per pertemuan (70 menit) dan tingkat keberhasilan siswa dalam 40 Listening Tabel 1 Speaking Tabel 1 Listening Tabel 2 Speaking Tabel 2 Listening Tabel 3 Speaking Tabel 3 menyelesaikan latihan. Ketiga, dari sisi hasil belajar seluruh guru (100%) yang Bila hasil di atas dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan berikut: 1 – 20 = rendah sekali diwawancarai menyatakan bahwa model tematik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan mendengarkan 20,1 – 40 = rendah (listening) dan keterampilan berbicara 40,1 – 60 = sedang (speaking) dibandingkan dengan sebelum 60,1 – 80 = tinggi mereka memperoleh pembelajaran dengan 80,1 -100 = tinggi sekali model tersebut. Keempat, dari maka rata-rata hasil tes pada uji coba 5 perkembangan antar uji coba yang satu termasuk kategori sedang, hasil uji coba 6 dengan yang lainnya sebagian bersar guru dan 7 termasuk kategori sedang hingga (3 orang) menyatakan bahwa dari uji coba tinggi. tahap kesatu menunjukkan d. Pendapat Siswa dan Guru terhadap Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema terutama pada ke tahap adanya selanjutnya perkembangan kemampuan berbicara. Mereka merasa makin yakin dan percaya diri dalam menerapkan model tematik Dari wawancara dengan responden, terdiri dari 4 guru dari empat SD berbeda tempat uji coba terbatas dan diperluas dilaksanakan, dapat disimpulkan tersebut. Salah satu kendala yang mereka rasakan sulit untuk di atasi dan dipandang mengganggu kelancaran penerapan model data 145 pembelajaran itu adalah jumlah siswa di Inggris, antusiasme mereka dalam belajar, kelas terlalu besar. Mereka beranggapan motivasi jumlah 40 siswa per kelas terlalu besar karena tema yang dipelajari berkairan untuk kelas behasa. Kelima, sebagian dengan besar guru (3 dari 4 orang) menyatakan melainkan juga kemampuan mereka dalam bahwa perkembangan lain yang dirasakan berkomunikasi lisan makin meningkat. adalah mereka makin mampu mengelola pembelajaran Siswa dengan makin model terkontrol, siswa cenderung pengetahuan meningkat dan dunianya, Sementara itu, dari hasil wawancara tematik. dengan siswa kelas 5 SD, dapat disimpulkan pemberian bebebarapa hal berikut: (1) Sebagian besar feedback berupa pemanduan, memberikan siswa koreksi terhadap kesalahan siswa serta pembelajaran bahasa Inggris dengan tema pemberian reinforcement makin terkelola mempermudah mereka dalam dengan berdasarkan bahasa ini; (2) Sebagian besar siswa (95%) pengalaman, seluruh guru yang menjadi menyataka bahwa pemberian contoh dan responden penjelasan yang diberikan oleh guru dalam baik. Keenam, menyatakan bahwa mereka merasakan pemberian feedback dalam bentuk, pemanduan antara lain, koreksi kesalahan dan dan (reinforcement) (95%) pembelajaran ini menyatakan dapat bahwa memahami dipahami; (3) Sebagian besar siswa (85%) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan keterlibatan siswa mendengarkan(listening) dalam (speaking) yang mereka sukai; (4) Sebagian pembelajaran enggagement) yang (learning berbicara dari besar siswa (95%) menyatakan bahwa kesungguhan siswa dalam mengerjakan pembelajaran yang diberikan guru lebih latihan berikut waktu yang terserap dalam menekankan latihan mencapai 60% dari alokasi waktu mendengarkan dan berbicara; (5) Siswa satu pertemuan dan tingkat keberhasilan (90%) menyatakan bahwa guru memberikan mereka balikan dalam teramati dan menyelesaikan latihan. pada (feedback) keterampilan dan penguatan Terakhir, seluruh guru yang diwawancarai (reinforcement) selama siswa berlatih; (6) memberikan Siswa (95%) menyatakan bahwa balikan komentar bahwa model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema dan bukan menambah keterlibatan mereka dalam pembelajaran; (7) keterlibatan siswa dalam belajar bahasa Mereka (76%) menyatakan bahwa bentuk hanya dapat penguatan dapat meningkatkan 146 kegiatan berlatih dalam kelompok dapat meningkatkan proses dan hasil belajar menambah mereka. semangat belajarnya; (8) Sebagian besar siswa (83%) menyatakan bahwa guru memberikan PR setiap kali Model selesai pelajaran. PR tersebut menurut siswa Berbasis Tema yang Dihasilkan (78%) lebih memusatkan pada keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tentang Pembelajaran Bahasa Inggris Dari masukan dan temuan yang diperoleh dari uji coba diperluas serta uji koreksi yang diberikan oleh guru terhadap validasi PR tersebut, sebagian besar siswa (86%) pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema menyatakan bahwa guru memerikasa PR dihasilkan tersebut. Respon siswa terhadap upaya guru tersebut yang dapat diterapkan di SD memerika PR tersebut bahwa mereka (90%) lainnya. Produk yang dikembangkan dalam berpendapat bila PR tersebut diperiksa penelitian ini meliputi: (1) Komponen mendorong desain pembelajaran bahasa Inggris berbasis mereka untuk belajar dan mengerjakan PR lebih terhadap model model akhir tengah pembelajaran bersemangat. tema; (2) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Sementara itu, mengenai proses dan hasil Pembelajaran; (3) Prosedur yang harus belajar bahasa Inggris, sebagian besar siswa ditempuh untuk menerapkan model tersebut; (90%) menyatakan bahwa pembelajaran dan (4) Bahan ajar yang dikembangkan bahasa Inggris dengan model tematik dapat dalam penelitian. Tabel 3. Model Akhir Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema Komponen Desain Pembelajaran Bhs. Inggris Berbasis Tema Landasan Teori Karakteristik Teori Bahasa : (1) Teori lingusitik fungsional: memandang bahasa sebagai alat komunikasi yang terpengaruhi oleh dua konteks, konteks kebahasaan dan non-kebahasaan. Konteks kebahasaan menyangkut unsur-unsur bahasa, seperti kata, farase, dan kalimat yang menunjang terwujudnya tindak berbahasa melalui keterampilan berbahasa. Konteks non-kebahasaan menyangkut sekurang-kurangnya situasi ber bahasa, orang yang terlibat dalam tindak komunikasi (lisan dan tulisan(, dan tema atau topik yang dapat berperan sebagai perekat (unifying) tindak berbahasa. (2) Teori Belajar Bahasa: Sosial kontruktivisme menjadi landasan model ini. Pandangan ini menekankan pentingnya interaksi 147 Komponen Desain Pembelajaran Bhs. Inggris Berbasis Tema Prinsip Peran Guru Peran Siswa Tema dan Topik Fokus Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Bahan Belajar dan Karakteristik diantara siswa dengan guru, siswa dengan siswa lainnya dalam kegiatan pembelajaran. Dengan interaksi ini, guru atau siswa yang lebih berkemampuan dapat memandu siswa yang kurang berkemampuan untuk meningkatkan kemampuannya (keterampilan berbahasanya) Berdasarkan teori-teori yang menjadi landasannya, Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema memiliki prinsip berikut: (1) Konteks: Prinsip ini menegaskan agar dalam memilih tema mempertimbangkan baik konteks situasi atau lingkungan dam pengetahuan pengetahuan siswa disamping konteks kebahasaan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa (2) Kontak: Prinsip ini menegaskan agar dalam kegiatan pemetaan tema ke dalam topik dan berlatih penggunaan berbahasa melibatkan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. (3) Kooperasi: Prinsipm ini menunjukkan agar proses pembelajaran terjadi dalam interaksi ’komunitas pembelajar’ di kelas yang komposisi anggotanya mempertimbangkan keragaman kemampuan. Diantara angota tersebut yang berkemampuan lebih dapat membantu anggota lainnya yang kurang berkemampuan. (4) Kebermaknaan: Prinsip ini menunjukkan agar dalam memilih tema dan unsur-unsur bahasa memperhatikan bukan hanya kedekatannya dengan siswa melainkan juga keterpahaman siswa. Sebagai fasilitator dan model bagi siswa Sebagai partisipan yang aktif dalam pembelajaran Dikembangkan secara negosiatif antara guru dengan siswa dalam kelompok dengan pemanduan dari guru selama pengembangan tema ke dalam anak tema/topik yang diawali dari lingkungan terdekat siswa. Fokus pembelajaran didasarkan pada keterkaitan peta tema dengan standar isi mata pelajaraan bahasa Inggris kelas 5 SD. Fokus utama pada keterampilan berbahasa lisan dan fokus kedua pada keterampilan berbahasa tulis. Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan fokus pembelajaran. Sumber Bahan ajar dipilih dan diorganisasikan berdasarkan gabungan silabus tematik/topik dengan silabus berbasis keterampilan. Bahan ajar mencakup bahan ajar jenis otentik, bahan ajar yang berada dekat dengan lingkungan siswa dan semi otentik, yang dimodifikasi berupa kompilasi bahan ajar tertulis. 148 Komponen Desain Pembelajaran Bhs. Inggris Berbasis Tema Kegiatan Pembelajaran Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Karakteristik Kegiatan pembelajaran menerapan tiga tahap, yakni: (1) Kegiatan Awal Pembelajaran: Kegiatan ini bertujuan memotivasi siswa agar terlibat dalam pembelajaran. (2) Kegiatan Inti Pembelajaran: Kegiatan ini bertujuan mengarahkan siswa agar paham apa yang dipelarinya melalui pemanduan dari guru dengan contoh dan penjelasan secara bertahap. Tujuan lain adalah melatih dan menguasai keterampilan berbahasa dan unsur-unsur bahasa yang menunjang kemahiran berbahasa. (3) Kegiatan Akhir: Kegiatan ini bertujuan memandu siswa menyimpulkan apa yang dipejari dan dilatihnya serta memberi tindak lanjut latihan menggunakan bahasa. Evaluasi diarahkan baik pada proses maupun hasil belajar. Proses dirahkan pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan hasil pada kemampuan berbahasa lisan siswa sebagai fokus utama Perbaikan pembelajaran didasarkan pada masukan dari evaluasi pembelajaran Model Tematik Cameron (2002). Dari KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil interpretasi dan temuan penelitian dan keempat sumber ini yang menjadi dasar bagi adaptasi model pembelajaran berbasis tema pengembangan model pembelajaran seperti adalah yang disajikan diatas, dapat ditarik beberapa Fredericks dan Cameron karena model ini kesimpulan berikut: digunakan 1. Desain Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema model yang khusus disarankan untuk oleh pembelajaran bahasa bagi siswa SD. 1) Peran Guru. Desain pembelajaran bahasa Inggris Guru berperan sebagai fasilitator dan Berbasis Tema yang dikembangkan dalam model bagi siswa. Sebagai fasilitator, guru penelitian merupakan adaptasi dari beberapa harus mampu meciptakan dan mendorong model pembelajaran tematik, yakni Model terwujudnya kegiatan pembelajaran yang Tematik dari Manning dan Manning (1994), dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran Model Tematik dalam Kuríkulum Mata mulai dari tahap kegiatan awal ingá kegiatan Pelajaran Bahasa Inggris tahun 1994, Model akhir pembelajaran. Sebagai model, guru Tematik dari Fredericks dkk (1993), dan harus mampu memandu dan memberikan 149 contoh penggunaan bahasa Inggris yang dikembangkan dan dimodifikasi, antara tepat dan berterima. laian, berupa kompilasi bahan ajar tertulis. 2) Peran Siswa. 7) Tahapan Kegiatan Pembelajaran. Siswa dalam pembelajaran dengan Tahap Kegiatan Pembelajaran yang model berbasis tema harus berperan sebagai mencakup tiga siklus atau tahap, yakni: (a) partisipan yang aktif dalam pembelajaran. Kegiatan 3) Tema. memfokuskan pada upaya guru untuk awal pembelajaran yang Tema dikembangkan ke dalam topik membangkitkan minat siswa dan mendorong secara kolaboratif dan negosiasi antara guru siswa agar terlibat dalam pembelajaran; (b) dengan siswa dalam kelompok dengan Tahap kegiatan inti pembelajaran yang pemanduan dari guru. diarahkan guna membantu siswa memahami 4) Fokus Pembelajaran. dan dapat menggunakan keterampilan Fokus pembelajaran didasarkan pada berbahasa Inggris lisan melalui serangkaian keterkaitan peta tema dengan stándar isi pemberian contoh, penjelasan, pemanduan, mata pelajaran bahasa Inggris kelas 5 SD. pemberian Fokus utama pada keterampilan berbahasa Inggris, dan menjaga keterlibatan siswa lisan dan fokus kedua pada keterampilan dalam berbahasa tulis. balikan, pemanduan, dan penguatan; dan (c) 5) Tujuan Pembelajaran. Tahap kegiatan akhir pembelajaran yang Tujuan pembelajaran dirumuskan latihan penggunaan bahasa pembelajaran melalui pemberian diarahkan untuk membantu siswa apa telah berdasarkan fokus pembelajaran dengan mengkonsolidasikan mempertimbangkan kemampuan siswa. dipelajari atau dilatihnya pada kegiatan 6) Bahan dan Sumber Belajar sebelumnya serta memberikan tindak lanjut Bahan ajar dipilih dan latihan penggunaan diorganisasikan berdasarkan gabungan tema dipelajarinya. dengan keterampilan berbahasa. Bahan dan 8). Evaluasi Pembelajaran. sumber belajar mencakup bahan ajar otentik, yang bahasa yang Fokus utama evaluasi pemebelajaran bahan ajar yang berada disekitar lingkungan adalah untuk memastikan apakah hasil siswa, seperti obyek-obyek fisik di sekitar belajar siswa kelas, gambar, jadwal dan lain-lain, serta dirumusakan dalam tujuan pembelajaran bahan ajar semi otentik, bahan ajar yang yang tertuang dalam rencana pembelajaran. sesuai dengan yang 150 Fokus kedua diarahkan untuk memastikan pretes maupun skor postes dari kelompok apakah proses belajar berlangsung sesuai dengan dengan yang diharapkan. Ini dilihat dari Berdasarkan kedua temuan tersebut dapat keterlibatan disimpulkan siswa dalam pembelajaran pembelajaran bahwa konvensional. pembelajaran yang selama tahapan kegiatan inti pembelajaran menggunakan Model Berbasis Tema dapat berlangsung. meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar ini dalam bentuk kemampuan berbahasa Inggris lisan 2. Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa siswa dilihat dari penguasaan keterampilan mendengarkan (listening) dan berbicara Uji coba penerepan Model Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Tema baik dalam skala terbatas maupun luas menghasilkan temuan bahwa model tersebut cenderung dapat meningkatan skor evaluasi belajar siswa. Temuan ini dikukuhkan pula oleh hasil penelitian uji validasi yang menegaskan bahwa hasil belajar siswa yang memperoleh perlakuan (mengalami pembelajaran dengan model tersebut) menunjukkan skor evaluasi hasil belajar yang lebih tinggi dan secara signifikan berbeda bila dibandingkan dengan skor evaluasi hasil belajar yang diperoleh melalui pembelajaran konvensional. Uji validasi yang diterapkan pada tiga sekolah dengan kategori yang berbeda (sekolah dengan kategori baik, sedang, dan kurang) menunjukkan kecenderungan (speaking) mereka. Temuan hasil penelitian pengembangan ini menunjukkan pula bahwa model pembelajaran bahasa Inggris Berbasis Tema memberikan keuntungan yang lebih baik bagi siswa berkemampuan sedang dan baik dibandingkan dengan siswa berkemampuan kurang. Ini dapat dipahami mengingat siswa berkemampuan kurang cenderung kurang begitu terlibat dan responsif dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa guru harus bersikap lebih hati-hati dan memberikan pemanduan lebih intensif jika akan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Tema kepada siswa berkemampuan kurang. 3. Relevansi Model Pembelajaran Berbasis Tema dengan Pengembangan KTSP Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SD adanya perolehan skor postes yang secara signifikan berbeda jika dibandingkan dengan skor Model pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema dengan landasan teori, prinsip, dan karakteristiknya menempatkan 151 pembelajaran bahasa secara integratif dan holistik sejalan dengan salah satu karakteristik siswa SD. Pembelajaran unsurunsur bahasa tidak terpisah dari upaya pengembangan Begitu pula berbahasa keterampilan berbahasa. pembelajaran keterampilan Inggris harus terintegrasi sekurang-kurangnya antara keterampilan mendengarlan dengan berbicara. Integrasi ini dilakukan melalui tema yang dikembangkan dengan mempertimbangkan minat, pengetahuan dan lingkungan siswa. Dalam pengembangan KTSP mata pelajaran Bahasa Inggris di SD, prinsipprinsip pengembangan KTSP sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman Pengembangan KTSP yang diatur melalui Permendiknas No. 24 tahun 2005 menunjukkan kesejalanan dengan prinsip dan karakteristik model pembelajaran berbasis tema. Pengembangan dan penjabaran Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk kelas 5 sampai dengan 6 harus mempertimbangkan karakteristik siswa SD dan lingkungan terdekatnya. Oleh karena itu, Language Pedagogy. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall Inc. model pembelajaran tersebut dipandang sangat relevan dengan pengembangan silabus mata pelajaran bahasa Inggris di SD . DAFTAR PUSTAKA Brown, James Dean. (1995). The Elements of Language Curriculum; A Systematic Approach to Program Development. Boston, Mass.: Heile & Heinle Publishers. Borg, Walter R. dan Gall. (1979). Educational Research; An Introduction. New York: Longman. Bender, Lapp dan John, Ellen Wood. (1975). Teaching nd Learning; Philosophical, Psychological, Curricular Applications. NewYork: Mac-millan Publishing Co., Inc. Cummins, Jim. (2000). Language, Power and Pedagogy. Clavendon: Multilingual Matters Ltd. Curtain dan Pensola dalam Helena. (2000). Foreign Language Learning: An Early Start. Tersedia: ERIC Digest. Carpenter dan Torney dalam Helena (2000). Foreign Language Learning: An Early Start. Tersedia; ERIC Digest. Cameron, Lynne. (2001). Languages to Young Cambridge: Cambride Press. Teaching Learners. Unversity Cameron, Lynne. (2003). Teaching Languages to Young Leaners. Cambridge: Cambride University Press. Kreeft dan Peyton. (1997). Professional Development of Foreign Language Teachers. ERIC Digest. Krahnke, Karl. (1987). Approaches to Syllabus Design for Foreign Language Teaching. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice Hall Regents. Brown, Douglas H. (2001). Teaching by Principles: An Interactive Approach 152 Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang Diknas. (2007). Hasil Studi Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca. Jakarta: Puspendik, Balitbangdiknas. Permendiknas No. 24 tahun 2005. tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas. Permendikan No. 22 tahun 2005 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta; Depdiknas Sudjana, N. dan Ibrahim. (1989). Metodologi Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya. 153