tanggung jwb sosial

advertisement
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
• Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility adalah bentuk kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan
lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan,
serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Reaktif
Cenderung Menolak
tanggung Jawab
Sosial
Akomodatif
Melakukan tanggung
jawab sosial untuk
menghindari tekanan
dari masyarakat
Rendah ----------------Tingkat Tanggung Jawab Sosial-------------- Tinggi
Defensif
Cenderung membela diri
dalam menghindari
tanggung jawab sosial
Proaktif
Mengambil inisiatif dalam
tanggung jawab sosial;
Membentuk model industri
yang bertanggung jawab sosial
Sumber: Management, Robert Kreitner, 5th edition, Houghton Mifflin Company, 1992
No
Pandangan Kelompok yang Pro
terhadap tanggung jawab sosial dari
Organisasi Bisnis
No
Pandangan Kelompok yang Kontra
terhadap tanggung jawab sosial dari
Organisasi Bisnis
1
Kegiatan bisnis seringkali
menimbulkan masalah, oleh karena itu
sudah semestinyalah perusahaan
bertanggung jawab atas apa yang telah
dilakukannya
1
Perusahaan tidak memiliki ahli yang
mengkhususkan dalam bidang sosial
dan kemasyarakatan, oleh karena itu
sulit bagi perusahaan untuk ikut
bertanggung jawab
2
Perusahaan adalah bagian dari
lingkungan sosial masyarakat,
oleh karena itu sudah semestinya ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab
atas apa yang terjadi di masyarakat
2
Perusahaan yang ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam lingkungan
sosial masyarakat justru akan memiliki
kekuatan untuk mengontrol masyarakat,
dan itu indikasi yang kurang baik secara
Sosial
3
Perusahaan biasanya memiliki sumber
daya untuk menyelesaikan masalah di
lingkungan sosial masyarakat
3
Akan banyak terdapat konflik kepentingan
di masyarakat jika perusahaan terlibat dalam
aktifitas sosial
4
Perusahaan adalah partner dari lingkungan
sosial kemasyarakatan, sebagaimana
halnya juga pemerintah dan masyarakat
lain pada umumnya
4
Tujuan perusahaan bukan untuk motif sosial,
akan tetapi untuk memperoleh profit dan
mencapai tujuan yang diharapkan oleh para
pemilik perusahaan
Sumber: Fundamentals of Managemenet, Ricky W Griffin, Houghton Mifflin Company, 2000, p.41
Strategi Pengelolaan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
•
Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial
cenderung menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial
•
Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum
untuk menghindarkan diri atau menolak tanggung jawab sosial .
•
Strategi Akomodatif
Strategi Akomidatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan
perusahaan dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan
sekitar akan hal tersebut
•
Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari
tanggung jawab untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders
terpuaskan, maka citra positif terhadap perusahaan akan terbangun.
Manfaat
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
• Manfaat bagi Perusahaan
Citra Positif Perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah
• Manfaat bagi Masyarakat
Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat
dengan perusahaan akan lebih erat dalam situasi win-win solution.
• Manfaat bagi Pemerintah
Memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari pemerintah dalam
hal tanggung jawab sosial.
Dimensi Etika dalam Manajemen
• Etika adakah pandangan , keyakinan dan nilai akan
sesuatu yang baik dan buruk, benar dan salah
(Griffin)
• Etika Manajemen adalah standar kelayakan
pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria
etika.
Nilai Personal sebagai standar Etika
•
Nilai (Values) sendiri pada dasarnya merupakan pandangan ideal yang
mempengaruhi cara pandang, cara berfikir dan perilaku dari seseorang.
•
Nilai Personal atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara
pandang, cara pikir, dan keyakinan yang dipegang oleh
seseorangsehubungan dengan segala kegiatan yang dilakukannya
•
Nilai Personal terdiri dari nilai terminal dan nilai instrumental. Nilai
terminal pada dasarnya merupakan pandangan dan cara berfikir
seseorang yang terwujud melalui perilakunya, yang didorong oleh motif
dirinya dalam meraih sesuatu. Nilai instrumental adalah pandangan dan
cara berfikir seseorang yang berlaku untuk segala keadaan dan diterima
oleh semua pihak sebagai sesuatu yang memang harus diperhatikan dan
dijalankan.
Penelitian Empiris mengenai
Nilai Terminal dan Nilai Instrumental (Kreitner,1992)
• Responden dari 220 manajer beranggapan bahwa nilai-nilai
terminal yang perlu untuk dimiliki adalah (1) kejujuran (2)
tanggung jawab (3) kapabilitas (4) ambisi dan (5)
independensi
• Responden dari 220 manajer beranggapan bahwa nilai-nilai
instrumental yang perlu dimiliki adalah (1) penghargaan
terhadap pribadi (2) keamanan dan kesejahteraan keluarga
pekerja (3) kebebasan dan kemerdekaan (4) dorongan untuk
meraih sesuatu dan (5) kebahagiaan
• Konflik intrapersonal pada dasarnya terjadi umumnya di
dalam individu dan antar individu.
• Konflik individu-organisasi pada dasarnya merupakan konflik
yang terjadi pada saat nilai yang dianut oleh individu
berbenturan dengan nilai yang harus ditanamkan oleh
perusahaan
• Konflik antar Budaya pada dasarnya merupakan konflik antar
individu maupun antara individu dengan organisasi yang
disebabkan oleh adanya perbedaan budaya diantara
individu yang bersangkutan atau juga organisasi yang
bersangkutan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Penggunaan obat-obatan terlarang
Pencurian oleh Para Pekerja atau Korupsi
Konflik Kepentingan
Pengawasan Kualitas atau Quality Control
Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
Penyalahgunaan penggunaan asset perusahaan
Pemecatan tenaga kerja
Polusi Lingkungan
Cara bersaing dari Perusahaan yang dianggap tidak etis
Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur
Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan
pemegang kebijakan.
dan lain sebagainya
Model Penilaian Etika (Griffin,2002)
Data
Gathering
Analysis
Pengumpulan Data mengenai tindakan atau kegiatan yang dilakukan
Apakah tindakan atau kegiatan yang dilakukan memenuhi 4 kriteria dalam etika :
Manfaat : Apakah tindakan tersebut memberikan manfaat dan kepuasan bagi semua pihak ?
Pemenuhan Hak : Apakah tindakan yang dilakukan menjamin terpenuhinya dan terpeliharanya
hak-hak dari semua pihak ?
Keadilan : Apakah tindakan yang dilakukan adil bagi semua pihak ?
Pemeliharaan : Apakah tindakan yang dilakukan konsisten dengan tanggung jawab
pemeliharaan dalam berbagai hal ?
Tidak dalam seluruh
kriteria
Tidak dalam satu atau
beberapa kriteria
Ya, dalam seluruh
kriteria
-Apakah ada faktor yang menyebabkan kriteria tidak terpenuhi sehingga
dapat dimaklumi ?
-Apakah kriteria yang terpenuhi lebih penting dibandingkan kriteria lain?
-Apakah ada faktor diluar kemampuan organisasi yang menyebabkan sebagian
kriteria tidak terpenuhi ?
Penilaian
Tidak
Ya
Tidak Etis
Etis
Upaya perwujudan
dan peningkatan etika manajemen
•
•
•
•
Pelatihan etika
Advokasi etika
Kode Etik
Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen
Perusahaan
Fungsi Perencanaan dan
Pengambilan Keputusan
Pengertian Perencanaan
•
Perencanaan atau Planning adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan
tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi
tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang
menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkordinasikan seluruh pekerjaan
organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi (Robbins dan Coulter ,2002)
•
Perencanaan dapat dilihat dari 3 hal, yaitu proses, fungsi manajemen, dan
pengambilan keputusan. (Ernie&Kurniawan,2005)
Dari sisi proses, fungsi perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk
memilih tujuan dan menentukan bagaimana tujuan tersebut akan dicapai.
Dari sisi fungsi manajemen, perencanaan adalah fungsi dimana pimpinan
menggunakan pengaruh atas wewenangnya untuk menentukan atau merubah
tujuan dan kegiatan organisasi.
Dari sisi pengambilan keputusan, perencanaan merupakan pengambilan
keputusan untuk jangka waktu yang panjang atau yang akan datang mengenai
apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana dan siapa yang
akan melakukannya, dimana keputusan yang diambil belum tentu sesuai hingga
implementasi perencaan tersebut dibuktikan di kemudian hari.
Fungsi atau Manfaat dari Perencanaan
•
•
•
•
Pengarah Organisasi
Minimalisasi Ketidakpastian
Minimalisasi inefisiensi sumber daya
Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas
Persyaratan Perencanaan
(Planning Requirements)
•
•
•
•
•
Faktual dan Realistis
Logis dan Rasional
Fleksibel
Komitmen
Komprehensif atau menyeluruh
Peran Tujuan dan Rencana
dalam Proses Perencanaan
• Tujuan (Goals) pada dasarnya adalah hasil akhir yang
diharapkan dapat diraih atau dicapai oleh individu,
kelompok atau seluruh organisasi.
• Rencana (Plans) adalah segala bentuk konsep dan
dokumentasi yang menggambarkan bagaimana tujuan akan
dicapai dan bagaimana sumber daya perusahaan akan
dialokasikan, penjadualan dari proses pencapaian tujuan,
hingga segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuan
Jenis-jenis Tujuan
• Berdasarkan jumlah
Tujuan tunggal (single goals) dan Tujuan yang banyak (multiple goals)
• Berdasarkan Kejelasan
Tujuan yang dinyatakan (stated goals) dan rujuan yang aktual atau nyata
(real goals)
• Berdasarkan Keluasan dan Waktu Pencapaian
Tujuan Strategis (strategic goals), Tujuan Taktis (tactical goals), dan
Tujuan Operasional (operational goals)
Jenis-jenis Rencana
• Berdasarkan Keluasan dan Waktu Pencapaian
Rencana Strategis (Jangka Panjang), Rencana Taktis (jangka Menengah)
dan Rencana Operasional (Jangka Pendek)
• Berdasarkan Kejelasan
Rencana Spesifik (Specific Plans) Rencana Direktif (Directive Plans)
• Berdasarkan Frekuensi Penggunaan
Rencana Sekali Pakai (single-use plans), dan Rencana yang dipergunakan
secara terus-menerus (standing plans)
Hubungan antara Rencana dan Tujuan
Tujuan Organisasi
Tujuan Strategis (Jangka Panjang)
Tujuan Taktis (Jangka Menengah)
Tujuan Operasional (Jangka Pendek)
Rencana Strategis
Rencana Taktis
Rencana Operasional
Pendekatan dalam Penetapan Tujuan
• Pendekatan Tradisional (Traditional Goal Setting)
• Pendekatan Manajemen Berdasarkan
Sasaran/Tujuan (Management by Objectives)
Pendekatan Tradisional
dalam Penetapan Tujuan
Tujuan Manajemen Puncak
Tujuan Manajemen Divisi
Tujuan Manajemen Departemen
Tujuan Pekerja secara Individual
Kita memerlukan peningkatan kinerja
perusahaan
Kami ingin melihat peningkatan
signifikan pada keuntungan dalam
divisi kami
Tingkatkan Keuntungan
bagaimanapun caranya
Jangan khawatirkan kualitas,
bekerjalah dengan cepat
Pendekatan MBO
Pimpinan
dan
Bawahan
Perencanaan
Bersama
Penentua
n Tujuan
Penentuan
Standar
Pemilihan
Kegiatan
Pelaksanaan pada
setiap Pihak
Bawahan
Menunjukkan
kinerja terbaik
Pimpinan
memberikan
pengarahan
Evaluasi Bersama
Analisa Hasil yang
dicapai
Mendiskusikan akibat
dari hasil yang dicapai
Memperbaharui siklus
MBO
Kekuatan dan Kelemahan MBO
Kekuatan




MBO melakukan integrasi fungsi
perencanaan dan pengawasan ke dalam
suatu sistem yang rasional dalam
manajemen
MBO mendorong organisasi untuk
menentukan tujuan dari tingkatan atas
hingga tingkatan bawah dari
manajemen
MBO memfokuskan pada hasil akhir
daripada niat yang baik maupun faktor
personal.
MBO mendorong adanya manajemen
diri dan komitmen dari setiap orang
melalui partisipasi pada setiap tingkatan
manajemen dalam penentuan tujuan
Kelemahan




MBO dianggap terlalu
menyederhanakan kegiatan dengan
berusaha untuk menyelesaikan
segala sesuatu.
MBO secara cepat akan ditolak oleh
manajer yang memiliki gaya
otoriter (yang bisa saja disebabkan
karena orang-orang yang bertipe X
dari McGregor) dan oleh mereka
yang menerapkan birokrasi yang
tidak fleksibel dan ketat.
MBO memerlukan banyak waktu
dan usaha dalam implementasinya
MBO dapat menjadi tantangan bagi
manajer yang kurang memiliki
kualifikasi yang baik.
Beberapa Alat Bantu perencanaan
•
•
•
•
Bagan Arus (Flow Chart)
Bagan Gantt (Gantt Chart)
Jaringan PERT (PERT Network)
dll
Contoh Bagan Arus (Flow Chart)
Mulai
Perlu
Buku
Bacaan?
Tidak
Berhenti
Ya
Tidak
Beli
Buku
Bacaan
?
Pinjam
Ya
Membeli
Buku
Bacaan yang
diinginkan
Membaca
Buku Yang
diinginkan
Selesai
Contoh Bagan Gantt
Pekerjaan
Bulan 1
I
II
III
Bulan 2
IV
I
II
III
Bulan 3
IV
I
II
III
Bulan 4
IV
I
1. Pembelian Bahan
Baku
2. Proses Produksi
3. Pergudangan
4. Pengiriman
Keterangan : Bagian yang diarsir
menunjukkan waktu pengerjaan
II
III
IV
Contoh Jaringan PERT
2
C
Te=6
1
A
Te=4 ¼
B
5
F
Te=2
3
D
Te=7 ¼
4
Te=3
Te=2
6
Te=1
E
8
G
9
Te=5 ¼
H
10
Te=2¼
7
Te=1
= Kegiatan-kegiatan(Activites) dalam kerangka PERT, dimana pada contoh diatas
dapat memerlukan waktu pengerjaan antara 1 hari hingga 7 ¼ hari.
= Kejadian-kegiatan (Events) yang menjadi indikator sebelum kegiatan dilaksanakan.
Misalnya, setelah kejadian A terjadi, maka pengerjaan kegiatan 1 dapat dilaksanakan,
dan seterusnya.
Te
= Waktu Pengerjaan Kegiatan berdasarkan Te. Dari contoh diatas terdapat waktu
pengerjaan berdasarkan Te yang berbeda-beda, dari mulai 1 hari hingga paling lama
7 ¼ hari. Secara keseluruhan contoh pengerjaan berdasarkan Jaringan PERT diatas
akan membutuhkan waktu selama 21 ¾ hari yaitu dengan menjumlahkan salah satu
jalur jaringan untuk waktu yang terpanjang, yaitu Te1=4 ¼ + Te2=6 + Te5=2 + Te8=2 +
Te9=5 ¼ + Te10=2 ¼ sehingga total keseluruhannya adalah 21 ¾ hari.
I
Penyelesaian Masalah
dan Pengambilan Keputusan
Masalah vs Gejala
“ if we fail to identify the problem, we will fail to solve the problem “
• Penentuan faktor Penyebab
• Pendekatan dalam Penyelesaian Masalah
• Pengambilan Keputusan atas alternatif
penyelesaian Masalah
Lingkungan dan Pengambilan Keputusan
• Keputusan pada saat Keadaan yang pasti (certainty)
• Keputusan pada saat Keadaan yang tidak pasti
(uncertainty)
• Keputusan pada saat Keadaan mengandung resiko
(risky condition)
Proses Pengambilan Keputusan
INVESTIGASI SITUASI
1
Identifikasi
Masalah
Diagnosa Penyebab
Identifikasi
Tujuan dari
Keputusan yang
akan diambil
IMPLEMENTASI DAN
PENGAWASAN
4
Rencana
Implementasi
Impelementasi dari Rencana
yang telah dibuat
Pengawasan terhadap
langkah implementasi
PENENTUAN ALTERNATIF
Identifikasi
berbagai altenatif
keputusan
Evaluasi belum dilakukan
pada tahap ini
2
PENILAIAN
ALTERNATIF DAN
PENENTUAN
KEPUTUSAN
Evaluasi dan
Penilaian
alternatif yang
ada
Penentuan Alternatif
yang terbaik
3
Tahapan Evaluasi Alternatif
Batalkan alternatif
TIDAK
TIDAK
Apakah
alternatif yang
ada
memungkinkan ?
YA
Batalkan alternatif
TIDAK
Batalkan alternatif
YA
Apakah
alternatif
yang ada
memuaskan ?
YA
Apakah
alternatif
yang ada
memberikan
kemungkinan
hasil yang positif
atau netral ?
Lakukan Evaluasi Lanjutan
Keterbatasan dalam Pengambilan Keputusan
Keterbatsan Dalam Pengambilan
Keputusan yang rasional
Keterbatsan Dalam
Pengambilan Keputusan
Keterbatasan
Sumber Daya
Keterbatsan Dalam
Pengambilan Keputusan
Kelebihan
Informasi
Keterbatsan Dalam
Pengambilan Keputusan
Keterbatasan
Ingatan
Masalah Keahlian
Memperbaiki Keputusan
• Penggunaan Aturan terhadap Alternatif Keputusan
Kriteria Prioritas, Kriteria Minimum
• Pengujian Terhadap Berbagai Alternatif Keputusan
• Pengambilan Keputusan secara berkelompok
Teknik Curah Ide, Teknik Kelompok Nominal, Teknik Delphi,dll
C. S.R
Referensi:
Yusuf Wibisono.2007. Membedah Konsep dan Aplikasi
CSR –Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing,
Gresik
Corporate Social Responsibility (CSR)
Hubungan antara organisasi dan komunitas bukanlah sekedar
soal bertetangga, hubungan ini lebih tepat dipandang sebagai
wujud tanggung jawab sosial organisasi atau perusahaan atau
dalam istilah populernya saat ini disebut sebagai Corporate
Social Responsibility (CSR).
A. Pengertian CSR
CSR merupakan bentuk perhatian suatu perusahaan atau
organisasi terhadap kepentingan-kepentingan masyarakat
dengan bertanggung jawab pada dampak yang ditimbulkan dari
aktifitas operasional perusahaan.
The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD) mendefinisikan CSR adalah:
“ komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara
etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas
hidup dari karywan dan keluarganya, sekaligus juga peningkatan
kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas”
sedangkan Yusuf Wibisono mendefinisikan CSR sebagai
tanggung jawab perusahan kepada para pemangku kepentingan
untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
B. Perkembangan Konsep CSR
Wujud tanggung jawab sosial organisasi berkembang di awal
tahun 60-an, sebagai respon terhadap nilai-nilai sosial yang
berubah, dengan munculnya perdebatan tentang isu-isu sosial
yang mengharuskan organisasi untuk mematuhi tanggung jawab
hukum yang baru.
Isu-isu bisa berupa kesempatan kerja, lingkungan hidup atau
keamanan produk dan sebagainya.
Dengan tanggung jawab sosial berarti organisasi dapat
dipandang dari 2 sisi yaitu : Sebagai lembaga bisnis yang
mencari keuntungan, disisi lain dipandang juga sebagai lembaga
sosial lantaran memikul beban tanggung jawab bagi masyarakat.
Create Profit Inc. menggambarkan
3
tahapan
perkembangan konsep tanggung jawab sosial organisasi
bisnis dalam konteks community relations :
1. Th 1960-1970-an, pemberian sumbangan sebagai respon atas
kebutuhan lokal dan manajemen CEO
2. Th.1980-1990-an, berkembang model kewarga negaraan
korporat
3. Th.1999 berkembang konsep aliansi strategis yang terkait
dengan tujuan organisasi.
Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) seringkali
dikaitkan dengan isu GCG (good corporate governance) dan
Triple Bottom Line.
C. Hubungan CSR dengan GCG
Good corporate governance (GCG), dalam arti sempit
dipahami sebagai suatu sistem dan seperangkat aturan yang
mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan, terutama antara pemegang saham dan
dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan
perusahaan.
Sedangkan dalam arti luas, GCG digunakan untuk mengatur
hubungan seluruh kepentingan stakeholders secara
proporsional dan mencegah terjadinya keslahan-kesalahan
yang signifikan dalam strategi perusahaan sekaligus
memastikan bahwa kesalahan yang terjadi bisa diperbaiki
dengan segera.
Dalam tataran praktis, GCG merupakan tatakelola perusahaan
yang baik agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan
yang bisa dirujuk.
1.
2.
3.
4.
5.
Terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi
pelaku bisnis, yaitu:
Transparency (keterbukaan informasi
Accountability (Akuntabilitas)
Responsibility (Tanggung Jawab)
Independency (kemandirian)
Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Berdasarkan prinsip-prinsip GCG tersebut, terutama prinsip
responsibility, dapat ditarik benang merah keterkaitan antara
CSR dan GCG. Penerapan prinsip responsibility tersebut,
perusahaan memperhatikan kepentingan stakeholdernya
sebagai bentuk konsekuensi dari operasional perusahaannya.
Penerapan CSR adalah salah satu bentuk implementasi dari
konsep Good Corporate Governance (GCG).
Konsep CSR juga sering dikaitkan dengan konsep Triple Bottom
Line, yaitu bahwa perusahaan tidak hanya mengedepankan
aspek ekonomi saja, tetapi juga aspek sosial dan lingkungannya
D. Konsep Triple Bottom Line
John Elkington mengembangkan konsep triple bottom line
dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan
social justice.
Menurut Elkington, perusahaan yang ingin berkelanjutan
harus memperhatikan ‘3P’ (Profit, People, Planet), yaitu
bahwa selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga
harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan
kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkonstribusi
aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet)
Semakin disadari bahwa kondisi keuangan saja tidak cukup
menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan.
Keberlanjutan
akan
terjamin
apabila
perusahaan
memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi
sosial.
Dengan demikian, CSR adalah salah satu bentuk investasi
masa depan. Karena melalui hubungan yang harmonis dan
citra baik, timbal baliknya, masyarakat juga ikut menjaga
eksistensi perusahaan.
E. Prinsip-prinsip CSR
Prof. Alyson Warhurst mengajukan prinsip-prinsip CSR
adalah sebagai berikut:
1. Prioritas Korporat
2. Manajemen Terpadu
3. Proses Perbaikan berkesinambungan
4. Pendidikan Karyawan
5. Pengkajian Dampak Sosial
6. Produk dan Jasa
7. Informasi Publik
8. Fasilitas dan Operasi
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Penelitian
Prinsip Pencegahan
Kontraktor dan Pemasok
Siaga Menghadapi darurat
Transfer best practice
Memberi Sumbangan
Keterbukaan
Pencapaian dan Pelaporan
SIGNIFIKANSI PROGRAM
COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Referensi :
Yusuf Wibisono.2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR –
Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing, Gresik
Implementasi CSR di perusahaan pada umumnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
Pertama, terkait dengan komitmen pimpinannya.
Perusahaan dengan pemimpin yang memiliki sensitifitas
dan kepedulian sosial yang tinggi akan memiliki
komitmen tinggi terhadap CSR, begitu pula sebaliknya.
Kedua, terkait dengan ukuran dan kematangan
perusahaan. Perusahaan yang besar dan stabil lebih
berpotensi untuk melaksanakan CSR.
Ketiga, regulasi dan sistem perpajakan yang diatur
pemerintah. Semakin kondusif regulasi dan semakin
besar insentif pajak yang diberikan, akan lebih
berpotensi memberi semangat kepada perusahaan untuk
berkonstribusi kepada masyarakat.
A. Arti Penting CSR
Ada tiga alasan penting mengapa perusahaan
harus
mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan
operasi usahanya.
1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat sehingga harus
memperhatikan kepentingan masyarakat. Kegiatah sosial ini
berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas
penguasaan sumber daya alam dan sumber adaya ekonomi
oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif atau
eksploratif.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki
hubungan simbiosa mutualisme. Hal tersebut penting untuk
mewujudkan harmonisasi hubungan dan erat kaitannya
dengan citra dan performa perusahaan.
3. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah
satu cara untuk meredam atau bahkan
menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa
akibat dari operasional perusahaan atau akibat
kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul
antara
masyarakat
dengan
komponen
perusahaan.
B. Beberapa Alasan Implementasi CSR oleh Perusahaan
Ada tiga kategori alasan perusahaan melaksanakan CSR,
yaitu:
Pertama, karena alasan keterpaksaan, maksudnya CSR
dipraktekan karena adanya dorongan eksternal.
Misalnya, tanggung jawab PT. Lapindo Brantas kepada para
korban lumpur di Sidoarjo terjadi karena adanya faktor
lingkungan dan faktor sosial.
Selain itu, CSR yang diterapkan untuk dorongan membangun
citra perusahaan (faktor reputasi). Misalnya berbagai bentuk
program CSR yang diarahkan untuk membentuk citra atau
opini publik yang positif.
Kedua, karena alasan pemenuhan kewajiban, maksudnya
CSR dipraktekan karena adanya regulasi, hukum dan aturan
yang memaksanya. Misalnya yang terjadi pada perusahaanperusahaan di Amerika.
Selain itu, CSR yang diterapkan karena adanya penghargaan
atau reward yang diberikan oleh segenap institusi atau
lembaga. Misalnya CSR award.
Ketiga, karena alasan tanggung jawab sosial yang tulus.
Maksudnya CSR diaplikasikan
dengan kesadaran
perusahaan terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.
B. Benefit Implementasi CSR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ada beberapa keuntungan yang bisa diraih perusahaan
dari penerapan program CSR, yaitu:
Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand
image perusahaan
Layak mendapatkan social license to operate
Mereduksi resiko bisnis perusahaan
Melebarkan akses sumber daya
Membentangkan akses menuju market
Mereduksi biaya
Memperbaiki hubungan dengan stakeholder
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator
9. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan
10. Peluang mendapatkan penghargaan
Rogovsky menyusun manfaat keterlibatan komunitasperusahaan adalah sebagai berikut:
•
•
•
•
•
•
•
•
Komunitas pada Perusahaan
Reputasi dan citra lebih baik
Lisensi untuk beroperasi secara sosial
Bisa memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja lokal
Keamanan yang lebih besar
Infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi yang lebih baik
Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk memiliki
komitmen yang tinggi
Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa, dan pelangan lokal
yang bermutu
Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi
•
•
•
•
•
Perusahaan pada Komunitas
Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman
kerja dan pelatihan
Pendanaan investasi komunitas pengembangan
infrastruktur
Keahlian komersial
Kompetisi teknis dan personal individual pekerja yang
terlibat.
Representatif bisnis sebagai jurus promosi bagi
prakarsa-prakarsa komunitas.
Rogovsky menunjukan profil organisasi yang menjalankan
konsep tanggung jawab social ( CSR), seperti berikut:
1. Pendekatan yang menggabungkan nilai dan strategi Organisasi yang
mampu memadukan antara etika korporat yang ada, yang
berkenaan dengan keterlibatan komuniatas yang besar dengan
strategi baru.
2. Yakin bahwa keberhasilan korporat hanya bisa dicapai bila
komunitasnya pun berhasil. Tingginya kinerja perusahaanperusahaan ditunjukan dengan adanya hubungan simbiotis antara
keberhasilan
organisasi dan kesejahteraan komunitas.
3. Derajat intensitas tinggi.Memprioritaskan intensitas keterlibatan
komunitas organisasi dan menyelaraskan tindakan-tindakan yang
menunjang komitmen keterlibatan komunitas itu.
4. Derajat Integrasi Tinggi
Integrasi berarti communty relations dan kontribusi dijalankan
secara bersama-sama dengan tujuan komplementer dan
tanggung jawab komunitas dijalankan semua divisi opersional.
5. Program yang responsif terhadap stakeholder komunitas
Organisasi bersikap proaktif dan para manajer menjalankan
kegiatan yang berempati pada komunitas.
6. Pendekatan kesatuan dalam perencanaan program
Mengakui bahwa setiap lokasi dan kelompok bisnis mungkin
saja membutuhkan serangkaian program yang tepat untuk
setiap lokasi dan kelompok bisnis.
7. Kemampuan dalam manajemen perubahan
Manajer corporate community relations adalah agen
perubahan yang trampil dan membuat organisasi bisa
menerima perubahan yang terjadi pd komunitas dan
masyarakat.
8. Mendukung beberapa kegiatan
Perusahaan menyadari bahwa akan muncul dampak yang
lebih besar bila perusahaan mendukung beberapa isu yang
sedang berkembang.
9. Secara aktif bermitra dengan organisasi non profit
Perusahaan bekerjasama dengan organisasi pendukung untuk
bersama-sama merumuskan tujuan , bukan hanya sekedar
memberikan uang pada organisasi itu.
BENTUK PROGRAM
COMMUNITY RELATIONS
Referensi:
Yosal Iriantara, 2004, Community Relations, Simbiosa Rekatama
Media, Bandung. Hal 161 - 179
Semenjak diberlakukan otonomi daerah di Indonesai,
tuntutan komunitas lokal pada organisasi bisnis meningkat.
Komunitas lokal memiliki beberapa tuntutan, seperti
memprioritaskan tenaga kerja lokal, memberikan bantuan
pada komunitas lokal atau menuntut pembangunan fasilitas
sosial.
Adapun harapan komunitas yang harus dipahami perusahaan
adalah
1. Income atau pendapatan,
2. Kontribusi perusahaan
3. Kebanggaan
A. Kemitraan Bisnis-Komunitas
Kemitraan dikembangkan sebagai wujud keterlibatan
komunitas organisasi bisnis dan organisasi bisnis
memandang dirinya bukan sekedar mesin ekonomi yang
bekerja untuk mendapatkan keuntungan
tapi juga
memandang dirinya sebagai institusi sosial yang bisa
memberikan manfaat secara sosial.
1.
2.
3.
Ada tiga bentuk pola kemitraan, yaitu:
Pola kemitraan Kontra Produktif
Pola kemitraan Semi produktif
Pola kemitraan Produktif
• Pola kemitraan kontra produktif
 Pola ini terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola
konvensional yang hanya mengutamakan kepentingan
shareholders (pemegang saham).
 Fokus perusahaan bertumpu pada usaha meraih
keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga hubungan
perusahaan, pemerintah dan masyarakat hanya
sekedarnya.
 Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri,
pemerintah tidak peduli dan masyarakat tidak
mempunyai akses kepada perusahaan.
• Pola kemitraan semi produktif
Pola kemitraan perusahaan dan komunitas ini masih
mengacu pada kepentingan jangka pendek. Pemerintah dan
masyarakat dianggap sebagai objek. Kemitraan masih belum
strategis dan masih mengedepankan kepentingan diri
perusahaan, bukan kepentingan bersama anatara
perusahaan dengan mitranya.
• Pola kemitraan produktif
pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai objek dan
dalam paradigma simbiosa mutualisme.
Dengan mengutip Criss Gribben, Rogovsky
menunjukan tahapan-tahapan dalam pengembangan
model kemitraan antara bisnis dan komunitas seperti
berikut ini:
Tahap I
a) Pihak- pihak bermitra berkumpul untuk
merumuskan kebutuhan bersama.
b) Bila pihak yang bermitra belum pernah
bekerjamasama
maka
pihak-pihak
bermitra itu mengawali dengan proses
mengatasi perbedaan.
c) Mungkin ada kebutuhan pelatihan untuk
membangun pihak-pihak yang bermitra
bisa beroperasi secara efektif
Tahap II
a. Lewat proses dialog dan diskusi, pihak-pihak yang
bermitra membentuk landasan bersama dan
berupaya menemukan visi dan misi yang disepakati
bersama.
b. Kelompok inti awal dari pihak-pihak bermitra
menyepakati perlunya melibatkan lebih banyak
orang dan lebih banyak organisasi.
c. Pihak-pihak
yang
bermitra
mengembangkan
mekanisme untuk mengkaji kebutuhan dan ukuran
tindakan yang diusulkan untuk dilaksanakan
d. Pihak-pihak bermitra memadukan informasi yang
diperoleh dari kajian kebutuhan dengan visi dan
misi untuk menyusun agenda kegiatan
Tahap III
a. Merancang dan menjalankan kerangka kerja
formal dan struktur organisasi kemitraan
b. Pihak-pihak yang bermitra menyusun
tujuan, sasaran, dan objektif tertentu terkait
dengan agenda kegiatan.
c. Bila
memadai,
eksekutif
kemitraan
menunjuk atau memilih tim manajemen
(meski hanya seorang) untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan.
Tahap IV
a. Kemitraan menyampaikan rencana aksi, baik berupa
pemberian layanan maupun beberapa fungsi lain.
b. Eksekutif kemitraan berupaya untuk menjaga keterlibatanpihak-pihak yang bermitra , merumuskan kebijakan dan
menjamin berjalannya akuntabilitas kemitraan
c. Ada proses yang terus berlangsung untuk menilai
mengevaluasi dan menyempurnakan operasi kemitraan
Tahap V:
1. Bila diperlukan, para pihak yang bermitra hendak
menyusun strategi penghentian kemitraan (exit
stratgy). Strategy ini mencakup penyusunan
sejumlah tujuan baru untuk mempertahankan dan
melanjukan tugas kemitraan
2. Pihak-pihak yang bermitra sebaiknya menciptakan
hidup sesudah mati dengan mengalihkan kembali
aset-aset kemitraan pada komunitas tempt
kemitraan dijalankan
B. Pengembangan Masyarakat
Bentuk lain kegiatan community relations yang dilakukan
organisasi bisnis adalah pengembangan masyarakat
(community development). Dimana masyarakat adalah
partisipan sekaligus pemetik manfaat (beneficiaries) dari
pembangunan.
Kindervatter menyatakan komponen dari pengembangan
masyarakat adalah :
a. Berorientasi pada kebutuhan baik material maupun non
material.
b. Memanfaatkan kesejatian (endogenous) masyarakat
setempat termasuk visi dan misi tentang masa depan
c. Mandiri yang berarti mendasarkan pada kekuatan dan
sumber daya yang dimiliki.
d. Bersifat ekologis yang memanfaatkan sumber daya secara rasional
dan penuh kesadaran.
e. Didasarkan pada transformasi struktural yang berarti adanya
perubahan dalam relasi sosial, kegiatan ekonomi dan struktur
kekuasaan.
Metode yang digunakan untuk pengembangan masyarakat ini
adalah PRA ( Participatory Rural Appraisal)
PRA adalah pendekatan dan metode yang mendorong
masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan
menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi
mereka sendiri agar mereka membuat rencana dan
tindakan(Robert Chambers).
PRA dijalankan dengan berpegang pada prinsip-prinsip
dasar berikut ini:
1. Mengutamakan mereka yang terabaikan
2. Pemberdayaan (penguatan) masyarakat
3. Masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
4. Saling belajar dan menghargai perbedaan
5. Santai dan informal
6. Triangulasi
7. Mengoptimalkan hasil
8. Orientasi praktis
9. Keberlanjutan dan selang waktu
10. Belajar dari kesalahan
11. Terbuka pada perubahan
Bahwa praktik community relations yang bernuansa kegiatan
amal atau filantrofis dewasa ini mulai bergeser menjadi
kegiatan strategis. Bukan lagi memberi melainkan bersamasama mengembangkan, sehingga keberlanjutan organisasi
menjadi terjaga.
Wujud tanggung jawab sosial korporat itu akhirnya memang
bermuara
pada
pembuatan
laporan
sosial
untuk
mencerminkan transparansi dan akuntabilittas. Namun apa
yang dilaporkan tentu saja merupakan kegiatan nyata yang
dikembangkan dan dijalankan oleh organisasi bisnis bersamasama dengan komunitas sekitarnya.
PROSES COMMUNITY RELATIONS
Referensi :
Yosal Iriantara, 2004.Community relations, Simbiosa Rekatama
Media. Bandung. Hal 73-91
Proses PR dalam Community Relations
Community relations pada dasarnya adalah kegiatan PR
maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai
langkah-langkah daam community relations
Fokus
kegiatan
community
relations
adalah
permasalahan yang dihadapi komunitas, bukan
permasalahan yang dihadapi organisasi. Namun dampak
dari penyelasaian permasalahan yang dihadapi
komunitas itu akan dirasakan juga oleh organisasi.
Proses kegiatan community relations bisa dipandang
berdasarkan dua pendekatan :
Pertama, dalam konsep PR lama yang memposisikan organisasi
sebagai pemberi donasi, maka program community relations
hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses PR.
Kedua,pendekatan dengan memposisikan komunitas sebagai
mitra dan konsep komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang
yang berdiam disuatu wilayah operasi organisasi. Disini
organisasi menampilkan sisi dirinya sebagai satu lembaga sosial
yang bersama-sama dengan komunitas berusaha memecahkan
permasalahan yang dihadapi komunitas. Baik organisasi dan
komunitas bersama-sama mengerahkan sumber daya yang
dimilikinya untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan
bersama.
Dengan pendekatan yang kedua maka tahapan dalam proses kegiatan
community relations organisasi melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Pengumpulan fakta
Pengumpulan fakta permasalahan sosial yang ada dapat ditemukan dari
berbagai sumber seperti media massa, data statistik, obrolan warga
masyarakat, keluhan langsung dari warga masyarakat atau hasil penelitian
dan laporan dari lembaga sosial masyarakat (LSM/NGO).
2. Perumusan Masalah
Masalah adalah adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan
yang dialami, yang untuk menyelesaikannya diperlukan kemampuan
menggunkan pikiran dan ketrampilan secara tepat.
Dalam merumuskan masalah itu kita mulai memfokuskan pada komunitas
organisasi apakah komunitasnya berdasarkan lokasi atau dipandang
sebagai struktur interaksi maka komunitas lepas dari pertimbangan
kewilayahan, tetapi lebih pada pertimbangan kesamaan kepentingan.
3. Perencanaan dan Pemrograman
Perencanaan adalah suatu perkiraan yang didasarkan pada fakta
dan informasi tentang sesuatu yang akan terwujud atau terjadi
nanti.
Untuk bisa mewujudkan apa yang diperkirakan maka dibuatlah
suatu program. Program merupakan cara cara untuk mecapai
tujuan tersebut. Setiap program biasanya diisi dengan berbagai
kegiatan. Kegiatan sebagai bagian dari program merupakan
langkah-langkah yangditempuh untuk mewujudkan program
guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
4. Aksi dan Komunikasi
Aspek aksi dan komunikasi inilah yang menjadi watak yang
membedakan kegiatan community relations dalam konteks PR
dan bukan PR. Watak PR-nya ditampilkan lewat kegiatan
komunikasi. Dalam community relations selalu ada aspek
bagaimana menyusun pesan yang ingin disampaikan kepada
komunitas serta melalui media apa dan dengan cara bagaimana.
Sedangkan aksi sebagai implementasi program yang sudah
direncanakan pada dasarnya sama saja dengan implementasi
program apapun.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan keharusan dalam konteks community
relations perlu diingat bahwa evaluasi bukan hanya dilakukan
terhadap penyelengaraan program atau kegiatannya belaka,
melainkan juga dievaluasi bagaimana sikap komunitas terhadap
organisasi, Evaluasi sikap publik itu diperlukan karena pada
dasarnya community relations ini meski merupakan tanggung
kawab sosial organisasi tetap merupakan kegiatan PR.
C. Langkah-Langkah Community Relations.
Kegiatan community relations saat ini tidaklah lagi dimaknai sebagai
kegiatan filantropis yang memosisikan organisasi seolah-olah seorang
dermawan yang membagi-bagi uang dan barang pada komunitas,
sehingga komunitas merasakan ada manfaat kehadiran organisasi
ditengah lingkungannya hanya melalui pemberian dari organisasi itu.
Menurut Waddock dan Boyle, kini pendekatan yang digunakan dituntut
untuk bersifat “strategis”. Program community relations organisasi kini
bukan lagi sekedar penyangga antara organisasi dan lingkungannya
melainkan menjalankan fungsi yang mesti mengintegrasikan
kepentingan-kepentingan stake holder, khususnya karyawan dan
komunitas kedalam kepentingan organisasi.
Dengan perubahan pendekatan yang ada maka membutuh kan
staff PR yang menangani community relations adalah orang yang
memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai komunitas
lokal, kebutuhan-kebutuhan komunitas itu, memiliki keahlian
menangani organisasi serta sifat bisnis dan teknologi orgnisasi
komunitas lokal yang sangat beragam.
Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah bagaimana
organisasi dipandang oleh komunitasnya, karena hal ini akan
sangat menentukan langkah-langkah membangun hubungan
dengan komunitas tersebut.
Robert DeMartinis menjelaskan langkahlangkah dalam community
relations bagi
organisasi non profit sebagai berikut :
1. Merumuskan komunitas organisasi dan berbagai kelompok
yang ada didalamnya.
2. Menentukan tujuan program community relations organisasi
apa yang ingin dicapai organisasi pada masing-masing
kelompok dalam komunitas tersebut.
3. Menyusun pesan yang hendak disampaikan
4. Memilih metode yang paling baik dalam penyampaian pesan.
5. Melaksanakan Program community relations
6. Menganalisis hasil
Liz Brown, selanjutnya menguraikan langkah-langkah
community relations untuk organisasi bisnis yaitu;
1. Segmentasi
–
Dimana publik sasaran komunitas dibagi
berdasarkan, demografi ataupun psikografi.
dan
diidentifikasi
2. Skala prioritas
–
Didasarkan pada komunitas yang paling memiliki kekuatan untuk
mendukung atau menghambat
pencapaian
tujuan
bisnis
organisasi.
3. Penelitian
–
Untuk mengetahui bidang perhatian utama dikalangan komunitas
yang menjadi sasaran diperlukan adanya suatu penelitan.
4. Pemuka Pendapat pada kelompok sasaran
– Cara lain mengetahui dan memahami
permasalahan komunitas adalah dengan
berbicara pada pemuka pendapatnya.
5. Penyelarasan
– Perlunya penyelarasan terhadap permasalahan
yang dihadapi dan harapan yang dirasakan
komunitas terhadap organisasi, begitu juga
sebaliknya
tujuan
organisasi
dengan
permasalahan komunitas.
Perbedaan Langkah CR organisasi
profit dan non profit
Fokus utama
Kegiatannya
Organisasi Non Profit
Melalui kegiatan
komunikasi untuk
mendapatkan dukungan dari
komunitas untuk
menjalankan roda
organisasi agar mampu
menjalankan tugsanya
memberikan pelayanan
kepada publik yang menjadi
sasaran kegiatan
Kampanye komunikasi
Organisasi Bisnis
Dukungan komunitas untuk
mencapai tujuan organisasi
Tidak hanya kampanye
komunikasi , tetapi juga
memberikan bantuan
modal, bantuan manajemen,
fasilitas kesehatan,
pendidikan dll
Dengan demikian untuk melakukan kegiatan cummnity relations
harus dipahami terlebih dahulu waktak organisasi ; apakah
organisasi non profit ataukah organisasi bisnis yang berorientasi
pada pencarian keuntungan. Perbedaan watak akan membawa
pada perbedaan dalam jenis kegiatan yang akan dilakukan
organisasi.
Dikembalikan proses PR sebagai induk program maka pada
dasarnya langkah-langkah community relations baik untuk
organisasi nonprofit maupun organisasi bisnis sama saja. Langkahlangkah yang berbeda pada kedua jenis orgnisasi pada dasarnya
lebih disebabkan perbedaan watak organisasi.
D. Kebijakan Community Relations
Community relations merupakan sebuah program yang
dilandasi kebijakan (policy) organisasi. Dengan memandang
community relations sebagai kebijakan maka bisa tampak
seberapa besar dan seberapa jauh komitmen organisasi
terhadap komunitas.
Menurut Wheelen dan Hunge, kebijakan merupakan pedoman
umum untuk mengambil keputusan pada seluruh organisasi.
McLaughlin menyatakan kebijakan memiliki makna ganda.
Kebijakan bisa berupa “kerangka kerja yang menjadi pedoman
pengambilan keputusan dalam hal tertentu dan menunjukan
maksud-maksud yang lebih besar” dan bisa pula berupa”
rencana umum tindakan”.
Bila program community relations organisasi dijalankan sebagai
satu kebijakan organisasi maka program tersebut akan memiliki
landasan yang kokoh untuk dijalankan. Karena kebijakn tersebut
merupakan penjabaran dari strategi umum yang dijalankan satu
organisasi untuk mencapai tujuannya.Kalaupun ada perubahan
tapi bukan hal yang mendasar melainkan lebih merupakan
penyesuaian.
Kecuali terjadi tekanan eksternal atau internal yang selanjutnya
memaksa organisasi merubah kebijakan strategi organisasinya
otomatis juga akan merubah kebijakan organisasi termasuk
didalamya program community relations.
1.
2.
3.
4.
5.
Lubna Forzley menyatakan, ada lima hal penting yang dalam
pelaksanaan program Community Relations dengan
pendekatan strategis, yaitu bahwa:
Tanpa keterlibatan semua pihak, tidak akan ada yang
tercapai.
Keterlibatan komunitas secara strategis selalu memberikan
hasil yang terbaik bagi semua pihak.
Keterlibatan komunitas secara strategis menghasilkan
visibilitas yang baik.
Keterlibatan komunitas secara strategis menghasilkan
peningkatan pengembangan kapasitas.
Keterlibatan komunitas secara strategis mempersyaratkan
adanya proses dan sistem pengukuran
Download