1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar
dengan sebuah batasan yang reaktif dapat diidentifikasikan bekerja secara terus
menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2008). Suatu organisasi tidak dapat
berjalan kalau tidak ada manusia didalamnya oleh karena suatu organisasi
merupakan sekelompok manusia dari berbagai latar belakang berbeda baik
kepribadian, pendidikan, lingkungan, status ekonomi, dan sebagainya yang
disatukan dalan satu tujuan yang sama dalam satu perusahaan.
Komunikasi adalah proses mengirimkan dan menerima pesan; sedangkan
komunikasi yang efektif terjadi kalau individu mencapai pemahaman yang sama,
merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berfikir
dengan cara yang baru (Bovee, Courtland L, 2003). Untuk membentuk suatu
kerjasama pada setiap anggota organisasi sangat diperlukan komunikasi yang
baik. Komunikasi bukan hanya memberikan makna tetapi juga harus dapat
dipahami oleh pihak yang diajak berkomunikasi. Komunikasi dalam suatu
organisasi merupakan suatu faktor keberhasilan suatu organisasi, apabila
komunikasi antara atasan bawahan atau satu karyawan dengan karyawan lain
mengalami masalah maka akan berdampak pada pekerjaan yang dilakukan
sehingga yang merasakan kerugian tidak hanya karyawan tetapi juga
perusahaan.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Selama bertahun-tahun, para manajer telah berfokus pada “layanan
pelanggan.” Belakang ini, mereka mulai mendedikasikan perhatian yang sama
kepada karyawan mereka sendiri, menyadari bahwa karyawan lebih banyak
berhubungan dengan kesuksesan sebuah bisnis daripada konsistuen lain. Sebuah
studi oleh firman konsultasi Watson Wyatt menemukan bahwa perusahaanperusahaan dengan program komunikasi karyawan yang paling efektif
memberikan 92 persen dari pendapatan total untuk pemegang saham dari tahun
2002 hingga 2006., dibandingkan dengan 62 persen bagi perusahaan yang
berkomunikasi dengan tidak efektif.1 Saat ini komunikasi internal bukan hanya
sekedar mencakup memo dan publikasi, namun ini tentang pembangunan sebuah
budaya korporat berdasarkan pada nilai-nilai dan memiliki potensi untuk
mengarahkan perubahan organisasi. (http://watsonwyatt.com (diakses 2 Juni
2016).
Komunikasi pada organisasi dapat berasal dari internal dan eksternal.
Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam suatu perusahaan
atau organisasi yang mencakup seluruh aliran informasi diantara semua karyawan
yang berada dalam organisasi. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang
terjadi antara pihak perusahaan dengan pihak luar perusahaan menurut (Haryani,
2001). Kesalahan yang paling sering dialami oleh organisasi adalah kesalahan
persepsi dari pemberi kepada penerima informasi. Aliran komunikasi internal
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: komunikasi ke bawah (komunikasi dari atasan
ke bawahan), komunikasi ke atas (dari bawahan ke atasan), komunikasi ke
samping (komunikasi antar rekan kerja).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung
pada sumber daya
manusia baik pimpinan maupun pegawai atau bawahan, hal tersebut tercermin
dari prestasi kerja karyawan yang lebih luas lagi tercermin dalam kinerja
karyawan, dimana pimpinan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja
karyawannya melalui pembentukan mental kerja yang baik, memberikan motivasi
kerja, bimbingan, pengarahan dan koordinasi yang baik untuk pencapaian target.
Peran penting sumber daya manusia disadari sepenuhnya dalam rangka mencapai
tujuan dan peningkatan kwalitas karyawan serta dalam rangka menghadapi
tantangan dan persaingan. Hal ini penting karena terbentuknya sumber daya
manusia yang tangguh merupakan motor penggerak yang dapat mengarahkan
kinerja organisasi dalam mencapai tujuan secara optimal. Organisasi dilakukan
dalam suatu system yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara
teratur dan berulang –ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan
bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebuah organisasi harus didukung oleh
sumber-sumber daya yang berkualitas baik dari wujud material, modal maupun
manusia (Swasta, 2007).
Dalam suatu organisasi, pemimpin merupakan salah satu faktor penting
karena factor kepemimpinan dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap
kinerja karyawan. Para pemimpin tentunya mempunyai gaya kepemimpinannya
masing-masing. Davis (1985) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh para
pegawainya. Dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan juga tidak terlepas dari
suatu komunikasi baik komunikasi dengan pimpinan maupun komunikasi dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
sesama rekan kerja. Siagian (1993) menyatakan bahwa komunikasi merupakan
unsur yang penting dalam kehidupan organisasi, baik ditinjau dari segi proses
administrasi dan manajemen maupun keterlibatan semua pihak didalam suatu
organisasi. Disamping itu, motivasi kerja juga sangat diperlukan bagi karyawan
untuk meningkatkan kinerjanya.
Perusahaan Wisata memiliki karyawan dengan rata-rata usia sekitar 20-40
tahun. Usia yang sangat produktif namun susah untuk diberi masukan. Masalah
yang sering terjadi di Perusahaan Wisata adalah seringnya terjadi miss komunikasi
anatara atasan dan bawahan atau sesama bawahan. Dalam beberapa tahun
belakangan ini, kesalahan dalam penanganan client sering menjadi perdebatan
diantara atasan dan bawahan atau antara bawahan dan bawahan.
Tingginya egoism sering memecah belah beberapa pihak. Contohnya, pada
tahun 2016 terjadi kasus yang cukup pelik dan berakibat kerugian yang harus
ditutupi oleh perusahaan. Salah satu karyawan Perusahaan Wisata yang sedang
bertugas meninggalkan client yang sedang sakit di Dubai dikarenakan sedang
sakit. Hal ini memncang kemarahan keluarga client karena merasa diterlantarkan.
Akibat dari kejadian ini, Perusahaan Wisata akhirnya mengganti atau
memberangkatkan umrah secara gratis keluarga korban. Beberapa divisi akhirnya
saling berdebat. Divisi finance mempertanyakan kenapa harus ada penggantian,
divisi produk harus menghitung ulang kerugian, dan divisi marketing yang harus
siap ditekan oleh keluarga korban. Akhirnya perdebatan dan saling menyalahkan
terus menerus berlanjut hingga keputusan untuk memberangkatkan umrah
keluarga korban secara gratis dikeluarkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Table 1.1 Contoh Kasus Komunikasi Internal di Perusahaan Wisata
NO
1
KASUS
Tidak
terinfonya
PENANGANAN
dua
jadwal Perusahaan memberikan kompensasi
kepulangan grup Dubai
sebesar USD 250 perorang. Jumlah
peserta 20 orang.
2
Tidak
terinfonya
perpindahan Client meminta ganti rugi
hotel di Mekkah
3
Kamar hotel buruk
Client complain yang berdampak
image buruk karena pengalaman
yang tidak baik ke sudaraatau teman.
Sumber: Perusahaan Wisata
Kasus diatas disebabkan tidak baiknya komunikasi yang terjadi di
Perusahaan Wisata. Contohnya, tidak terinfonya perpindahan hotel di Mekkah ini
disebabkan oleh pemberitahuan secara mendadak oleh tim produk dan ini
mengakibatkan kekecewaan client. Komunikasi dan info yang tidak pasti ini yang
sering terjadi di Perusahaan Wisata.
Dalam tekanan pekerjaan dan kurang bersahabat dengan karyawan yang
lain dapat menyebabkan karyawan mengalami stres dan ini mengakibatkan
kekerasan sistematis atau bullying di tempat kerja, bullying dapat dilakukan atasan
maupun rekan kerja. Bullying diartikan sebagai tindakan agresif yang dilakukan
berulang -ulang dari waktu ke waktu, melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang
tidak seimbang sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu
mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang
diterimanya (Olweus dalam Krahe, 2005). Misalnya, kata-kata melukai, ancaman
dan perilaku intimidasi baik verbal, non - verbal maupun fisik yang berhubungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
dengan pekerjaan dan melemahkan kepentingan bisnis Bullying terutama
dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan atau posisi lebih kuat
terhadap orang -orang yang lebih lemah, bullying sering ditemukan di tempat
kerja atau di sekolah. Bullying dilakukan terutama karena persepsi adanya
perbedaan kekuatan dengan orang lain (Krahe, 2005). Bullying dapat secara verbal
(seperti ejekan, hinaan, fitnah, mengancam dan membuat komentar-komentar
merendahkan),
secara
mental
atau
psikologis
(seperti
mengucilkan,
mempermalukan di depan umum, meneror lewat telpon genggam, membentak)
serta tindakan fisik (memukul, menendang, menampar, meludah).
Salah satu bentuk kegagalan komunikasi adalah Bullying, yaitu ada orangorang yang menginginkan sesuatu, tetapi tidak mampu mengkomunikasikan
dengan baik (Budi, 2008). Berbeda dengan tindakan agresi lain yang dilakukan
dalam suatu kesempatan tertentu dan dalam jangka waktu pendek, bullying
biasanya dilakukan secara berkelanjutan dan dalam jangka waktu cukup lama. Hal
ini menyebabkan korban terus-menerus berada dalam keadaan terintimidasi.
Bullying terutama terjadi di institusi atau wadah yang memungkinkan seseorang
saling berinteraksi dalam waktu lama dan terbatas dalam bentuk tujuan yang sma
dalam institusi atau organisasi tersebut, misalnya di tempat kerja. Bullying adalah
tindakan yang bertujuan untuk menyakiti orang lain dalam bentuk fisik, verbal,
kemarahan maupun dengan cara permusuhan, yang terjadi secara berkelanjutan
dan berjangka waktu lama. Bullying memiliki beberapa bentuk, yaitu menghalangi
kesempatan berkomunikasi, mengganggu hubungan sosial, merendahkan reputasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
pribadi, merendahkan posisi profesional dan mengganggu kesehatan dan
kesejahteraan fisik (Krahe, 2005).
Studi akademis di Kanada menyimpulkan bahwa bullying bisa lebih besar
memicu kerusakan pada individu bahkan jika dibandingkan dengan tindakan
pelecehan seksual (Hershcovis, 2008). Dijelaskan, yang termasuk dalam
“bullying” adalah tindakan mengomentari hasil pekerjaan orang lain, berteriak
atau
membentak,
berulang-ulang
mengingatkan
kesalahan
orang
lain,
menyebarkan gosip atau kebohongan, penolakan atau pengucilan. Individu yang
mengalami bullying merasa kurang bahagia, kurang puas dengan pekerjaan dan
juga merasa kurang puas dengan rekan kerjanya. Lebih jauh, individu korban
bullying dilaporkan lebih stres dan kurang memiliki komitmen dengan pekerjaan
dan berada dalam tingkat kemarahan yang tinggi ( Hershcovis, 2008). Bullying di
tempat kerja terjadi terkait erat dengan budaya masyarakat, masyarakat
memberikan makna berlebihan terhadap arti penghormatan. Budaya feodal
mendidik individu sejak kecil untuk tunduk dan menghormati orang yang lebih
tua. Dalam perkembangannya yang lebih luas, orang menjadi tunduk dan hormat
kepada seseorang yang lebih kaya, senior, tua dan punya posisi di masyarakat
(Ubaydillah, 2008). Hal ini menyebabkan orang-orang yang lebih tua, berkuasa,
senior memiliki kesempatan untuk menekan orang lain yang dianggap berada di
bawahnya termasuk di tempat kerja. Selden (2006) menjelaskan bahwa bullying
menyebabkan individu berada pada posisi tidak berdaya, lemah dan merasa
tertindas, hal ini yang menyebabkan akibat bullying seringkali lebih merusak
dibandingkan agresi langsung dimana individu tidak ditempatkan pada posisi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
yang tidak berdaya. Ketidakberdayaan yang dirasakan oleh korban tersebut yang
memicu munculnya stres bahkan depresi.
Selain menyebabkan ketidaknyamanan dan tekanan psikologis yang
mereduksi kemampuan karyawan dalam bekerja, Bullying juga berpotensi
menyebabkan munculnya gangguan kesehatan pada korban (Namie, 2003).
Beberapa jenis gejala gangguan kesehatan yang dialami orang-orang yang pernah
di-bully antara lain adalah: kehilangan konsentrasi, gangguan tidur, gampang
terkejut, paranoia, sakit kepala, selalu teringat pengalaman buruk, mimpi buruk,
detak jantung lebih kencang, Sakit tubuh, Kelelahan, perubahan signifikan pada
berat badan (berkurang atau bertambah), serangan kepanikan, asma atau alergi,
migran, sindrom sakit perut yang mengganggu dan sakit pada bagian dada
(Namie, 2003). Terlebih dalam perusahaan yang menempatkan sistem
kepemimipinan yang otokratik, dimana atasan berhak mengambil keputusan tanpa
perlu memperhatikan bawahannya, maka selanjutnya bullying dipastikan muncul
dari atasan kepada bawahan atau dari rekan kerja yang mempersepsikan adanya
ketimpangan kekuatan (Selden, 2006).
Usia yang masih muda sangat mendominasi di Perusahaan Wisata,
akibatnya bullying sangat sering terjadi. Kalimat kasar dan sindirian yang
membuat mental turun sangat sering diucapkan. Contohnya, tim travel consultan
(marketing) adalah garda terdepan untu memajukan perusahaan namun dibantu
oleh tim produk yang akan menyediakan harga dan produk yang akan ditawarkan
ke client. Yang sering terjadi adalah ketika travel consultan meminta pendapat
atau meminta harga baru atau permintaan baru, tim produk selalu merespon secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
negitf (contoh: udah sih pake yang ada aja, ribet banget sih lo, makanya kalau ada
email itu dibaca, hitung aja sendiri, bukan urusan gue). Kalimat seperti ini yang
sangat sering diucapkan oleh beberapa rekan kerja bahkan leader dalam
perusahaan wisata. Ini memacu ketidastabilan hati yang berujung kepada sakit hati
dan akhirnya menurunkan semangat kerja. Ini sangat berdampak kepada budaya
kerja dalam perusahaan wisata.
Untuk membantu karyawan bangkit dari bullying maka motivasi adalah
jalan untuk membantu mereka bangkit kembali. Motivasi adalah dorongan, upaya
dan keinginan yang ada di dalam diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya
serta mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam
lingkup pekerjaannya (Hakim, 2006). Robbins (2006) mendefinisikan motivasi
sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu
dalam usaha mencapai sasaran. Motivasi sebagai proses yang bermula dari
kekuatan dalam hal fisiologis dan psikologis atau kebutuhan yang mengakibatkan
perilaku atau dorongan yang ditujukan pada sebuah tujuan atau insentif (Moekijat,
2001 dalam Hakim, 2006). Menurut Sujak (1990), pemahaman motivasi baik
yang ada dalam diri karyawan maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat
membantu dalam peningkatan kinerja.
Oleh karenanya sering sekali timbul pertanyaan bagaimana kiat
perusahaan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan berprestasi positif bagi
karyawannya?. Salah satu jawaban untuk pertanyaan itu adalah dengan
membangun suatu budaya yang memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan,
kebutuhan karyawan dan kebutuhan pemegang saham (Atmosoeprapto, 2001).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Robbins (2001) mengemukakan bahwa konsep budaya perusahaan dalam
beberapa dekade ini dipercaya sebagai salah satu alat untuk mencapai keunggulan
perusahaan yang dapat membedakan antara suatu perusahaan dengan perusahaan
lain. Setiap perusahaan mempunyai budaya yang unik dan berbeda.
Budaya
kerja
merupakan
salah
satu
faktor
fundamental
dalam
meningkatkan daya saing tersebut, sehingga budaya kerja dapat menjadi salah satu
faktor kunci yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan tours and
travel dalam mencapai tujuannya
Kata budaya itu sendiri adalah sebagai suatu perkembangan dari bahasa
sansekerta „budhayah‟ yaitu bentuk jamak dari buddhi atau akal, dan kata
majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, dengan kata lain ”budaya adalah
daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan
merupakan pengembangan dari budaya yaitu hasil dari cipta, karsa dan rasa
tersebut” (Widagdho, 2004)
Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi (2003) dalam
bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa:
Budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh
pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini
memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral
telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang
harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
Bagi perusahaan, budaya merupakan satu hal yang sangat penting karena
kemampuannya untuk mengarahkan perilaku para anggota perusahaan ke tujuan
yang dikehendaki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Atmosoprapto (2001) bahwa
Budaya perusahaan dapat dirasakan oleh sumber daya manusia yang berada di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
dalam perusahaan tersebut. Budaya perusahaan senantiasa mempengaruhi kondisi
dasar dan perilaku individu yang ada di dalamnya. Tingkatan pengaruh yang
dialami masing–masing orang memang berbeda, namun yang jelas setiap orang
pasti terkena dampak, mengalami atau merasakan pengaruh tersebut (Schatz &
Schatz, 1995).
Pengaruh budaya perusahaan tersebut melebihi pengaruh faktor lain dalam
organisasi, seperti struktur, system manajemen, dan lain–lain. Ini adalah suatu
keadaan yang sangat diharapkan oleh para pimpinan sehingga tidak bersusah
payah mengarahkan perilaku anggota khususnya ketika budaya perusahaan itu
telah tertanam kuat pada karyawannya. Suatu budaya kuat apabila nilai inti
organisasi itu dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin
banyak anggota yang menerima nilai–nilai inti dan makin besar komitmen mereka
pada nilai–nilai tersebut maka makin kuat budaya tersebut (Robbins, 2001).
Dessler (2003 :73) kinerja adalah keseluruhan pelaksanaan aktivitas
jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan
tertentu atau mengandung suatu maksud tertentu, terutama yang berhubungan
dengan kelangsungan hidupnya. Kinerja adalah penilaian terhadap hasil kerja
karyawan dengan jalan membandingkannya hasil kerja dengan standar kerja yang
diharapkan yang meliputi kualitas, kuantitas, waktu (efisien) dan tingkat manfaat
(efektif) menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai karyawan.
Pengukuran kinerja dinilai berdasarkan hasil pencapaian kerja sesuai
kuantitas, kualitas, efisiensi dan efektivitas kerja dalam memperoleh realisasi
kerja, baik dalam negeri maupun asing. Berikut penilaian kinerja diformulasikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
menurut Davis (2005:98) bahwa kinerja adalah kumpulan dari serangkaian hasil
kerja menurut kuantitas, kualitas, efisiensi dan efektivitas kerja dalam mencapai
tujuan. Formulasi tersebut sebagai berikut:
Performance = Quantity, Quality, Efficient and Effectivity
Perusahaan Wisata yang berdiri pada 30 Juni 2000, bergerak dalam bidang
jasa pelayanan Tours & Travel serta umrah dan haji. Perusahaan Wisata
merupakan unit usaha Perusahaan Wisata. Perusahaan Wisata yang merupakan
mempunyai visi dan misi menjadi penyelenggara perjalanan terbaik di Indonesia,
dengan memberikan nilai tambah dengan memusatkan semua penyediaan
kebutuhan informasi dan pemesanan perjalanan bisnis, wisata, religi dan motivasi
juga mengedepankan teknologi informasi sebagai andalan utama dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan pengguna jasa. Demi terwujudnya visi
dan misi tersebut maka perlunya karyawan yang penuh dengan dedikasi
memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Tingginya minat masyarakat untuk
travelling maka dibutuhkan komunikasi yang baik di dalam perusahaan untuk
membantu perusahaan yang bersinergi, untuk senantiasa memberikan pelayanan
terbaik perlu komunikasi yang baik pula sehingga karyawan dapat juga merasa
terlibat dalam perusahaan dan memberikan output yang terbaik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Gambar 1.1 Performa karyawan
Berdasarkan wawancara pra survei dengan General Manajer Perusahaan
Wisata dan data dari perusahaan, mengatakan bahwa dalam kurun 2 tahun terakhir
ini mereka tidak mencapai target yang diberikan perusahaan. Pada tahun 1435 H
(2014) total revenue tercapai hanya 52,865 dari target yang dicanangkan milyar
72,792 milyar dan tahun 1436 H (2015) total revenue yang tercapai hanya 73,743
dari target 77,789 milyar. Terjadinya penurunan dan ketidakstabilan ini dicurigai
karena komunikasi dalam perusahaan kurang baik yang menyebabkan tidak
tersampaikannya pesan dengan tepat. Alasan lain yang menguatkan data ini adalah
tingginya perilaku bullying senior yang menyebabkan karyawan yang lebih junior
merasa rendah diri dan tidak mampu. Ini menyebabkan malas bekerja yang
berakibat tidak tercapainya target selama kurun waktu 2 tahun belakangan ini.
Budaya bullying yang sangat kental ini akan mengganggu performa karyawan
dalam mencapai target maka dari itu dibutuhkan pemimpin yang bijaksana dalam
berkomunikasi dengan karyawan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan
dalam penulisan ini adalah ” Pengaruh Bullying dalam Komunikasi Internal
Terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata”
Identifikasi Masalah
1.2
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang,
permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:
1. Seberapa besar pengaruh Komunikasi Internal terhadap Kinerja Karyawan di
Perusahaan Wisata
2. Seberapa besar pengaruh Bullying terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan
Wisata
3. Seberapa besar pengaruh Komunikasi Internal dan Bullying secara bersamasama terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud
Maksud
dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran serta
informasi yang berhubungan dengan seberapa besar pengaruh komunikasi internal
dan bullying terhadap kinerja karyawan di Perusahaan Wisata baik secara parsial
maupun secara simultan (bersama-sama). Hasil penelitian ini akan digunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
sebagai
bahan penyusunan tesis yang merupakan salah satu syarat untuk
menempuh ujian sidang Strata Dua jurusan Ilmu Komunikasi.
1.3.2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi internal Terhadap
Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Bullying Terhadap Kinerja
Karyawan di Perusahaan Wisata.
3. Untuk mengetahui Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Komunikasi
Internal dan Bullying secara bersama-sama Terhadap Kinerja Karyawan di
Perusahaan Wisata.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari diadakannya penelitian ini
adalah:
1. Bagi Akademis
Peneliti berharap hasil penelitian dapat dijadikan daftar bacaan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya akademisi di
lingkungan akademis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2. Bagi Perusahaan
Bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap penelitian ini
akan
memberikan
informasi
dan
sumbangan
pikiran
mengenai
Komunikasi Internal dan Bullying Terhadap Kinerja Karyawan di
Perusahaan Wisata, sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian yang
sama, guna memberikan manfaat yang diperlukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download