BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang reaktif dapat diidentifikasikan bekerja secara terus menerus untuk mencapai tujuan (Robbins, 2008). Suatu organisasi tidak dapat berjalan kalau tidak ada manusia didalamnya oleh karena suatu organisasi merupakan sekelompok manusia dari berbagai latar belakang berbeda baik kepribadian, pendidikan, lingkungan, status ekonomi, dan sebagainya yang disatukan dalan satu tujuan yang sama dalam satu perusahaan. Komunikasi adalah proses mengirimkan dan menerima pesan; sedangkan komunikasi yang efektif terjadi kalau individu mencapai pemahaman yang sama, merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berfikir dengan cara yang baru (Bovee, Courtland L, 2003). Untuk membentuk suatu kerjasama pada setiap anggota organisasi sangat diperlukan komunikasi yang baik. Komunikasi bukan hanya memberikan makna tetapi juga harus dapat dipahami oleh pihak yang diajak berkomunikasi. Komunikasi dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor keberhasilan suatu organisasi, apabila komunikasi antara atasan bawahan atau satu karyawan dengan karyawan lain mengalami masalah maka akan berdampak pada pekerjaan yang dilakukan sehingga yang merasakan kerugian tidak hanya karyawan tetapi juga perusahaan. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 Selama bertahun-tahun, para manajer telah berfokus pada “layanan pelanggan.” Belakang ini, mereka mulai mendedikasikan perhatian yang sama kepada karyawan mereka sendiri, menyadari bahwa karyawan lebih banyak berhubungan dengan kesuksesan sebuah bisnis daripada konsistuen lain. Sebuah studi oleh firman konsultasi Watson Wyatt menemukan bahwa perusahaanperusahaan dengan program komunikasi karyawan yang paling efektif memberikan 92 persen dari pendapatan total untuk pemegang saham dari tahun 2002 hingga 2006., dibandingkan dengan 62 persen bagi perusahaan yang berkomunikasi dengan tidak efektif.1 Saat ini komunikasi internal bukan hanya sekedar mencakup memo dan publikasi, namun ini tentang pembangunan sebuah budaya korporat berdasarkan pada nilai-nilai dan memiliki potensi untuk mengarahkan perubahan organisasi. (http://watsonwyatt.com (diakses 2 Juni 2016). Komunikasi pada organisasi dapat berasal dari internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam suatu perusahaan atau organisasi yang mencakup seluruh aliran informasi diantara semua karyawan yang berada dalam organisasi. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang terjadi antara pihak perusahaan dengan pihak luar perusahaan menurut (Haryani, 2001). Kesalahan yang paling sering dialami oleh organisasi adalah kesalahan persepsi dari pemberi kepada penerima informasi. Aliran komunikasi internal dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: komunikasi ke bawah (komunikasi dari atasan ke bawahan), komunikasi ke atas (dari bawahan ke atasan), komunikasi ke samping (komunikasi antar rekan kerja). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada sumber daya manusia baik pimpinan maupun pegawai atau bawahan, hal tersebut tercermin dari prestasi kerja karyawan yang lebih luas lagi tercermin dalam kinerja karyawan, dimana pimpinan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawannya melalui pembentukan mental kerja yang baik, memberikan motivasi kerja, bimbingan, pengarahan dan koordinasi yang baik untuk pencapaian target. Peran penting sumber daya manusia disadari sepenuhnya dalam rangka mencapai tujuan dan peningkatan kwalitas karyawan serta dalam rangka menghadapi tantangan dan persaingan. Hal ini penting karena terbentuknya sumber daya manusia yang tangguh merupakan motor penggerak yang dapat mengarahkan kinerja organisasi dalam mencapai tujuan secara optimal. Organisasi dilakukan dalam suatu system yang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara teratur dan berulang –ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebuah organisasi harus didukung oleh sumber-sumber daya yang berkualitas baik dari wujud material, modal maupun manusia (Swasta, 2007). Dalam suatu organisasi, pemimpin merupakan salah satu faktor penting karena factor kepemimpinan dapat memberikan pengaruh yang berarti terhadap kinerja karyawan. Para pemimpin tentunya mempunyai gaya kepemimpinannya masing-masing. Davis (1985) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan oleh para pegawainya. Dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan juga tidak terlepas dari suatu komunikasi baik komunikasi dengan pimpinan maupun komunikasi dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 sesama rekan kerja. Siagian (1993) menyatakan bahwa komunikasi merupakan unsur yang penting dalam kehidupan organisasi, baik ditinjau dari segi proses administrasi dan manajemen maupun keterlibatan semua pihak didalam suatu organisasi. Disamping itu, motivasi kerja juga sangat diperlukan bagi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Perusahaan Wisata memiliki karyawan dengan rata-rata usia sekitar 20-40 tahun. Usia yang sangat produktif namun susah untuk diberi masukan. Masalah yang sering terjadi di Perusahaan Wisata adalah seringnya terjadi miss komunikasi anatara atasan dan bawahan atau sesama bawahan. Dalam beberapa tahun belakangan ini, kesalahan dalam penanganan client sering menjadi perdebatan diantara atasan dan bawahan atau antara bawahan dan bawahan. Tingginya egoism sering memecah belah beberapa pihak. Contohnya, pada tahun 2016 terjadi kasus yang cukup pelik dan berakibat kerugian yang harus ditutupi oleh perusahaan. Salah satu karyawan Perusahaan Wisata yang sedang bertugas meninggalkan client yang sedang sakit di Dubai dikarenakan sedang sakit. Hal ini memncang kemarahan keluarga client karena merasa diterlantarkan. Akibat dari kejadian ini, Perusahaan Wisata akhirnya mengganti atau memberangkatkan umrah secara gratis keluarga korban. Beberapa divisi akhirnya saling berdebat. Divisi finance mempertanyakan kenapa harus ada penggantian, divisi produk harus menghitung ulang kerugian, dan divisi marketing yang harus siap ditekan oleh keluarga korban. Akhirnya perdebatan dan saling menyalahkan terus menerus berlanjut hingga keputusan untuk memberangkatkan umrah keluarga korban secara gratis dikeluarkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 Table 1.1 Contoh Kasus Komunikasi Internal di Perusahaan Wisata NO 1 KASUS Tidak terinfonya PENANGANAN dua jadwal Perusahaan memberikan kompensasi kepulangan grup Dubai sebesar USD 250 perorang. Jumlah peserta 20 orang. 2 Tidak terinfonya perpindahan Client meminta ganti rugi hotel di Mekkah 3 Kamar hotel buruk Client complain yang berdampak image buruk karena pengalaman yang tidak baik ke sudaraatau teman. Sumber: Perusahaan Wisata Kasus diatas disebabkan tidak baiknya komunikasi yang terjadi di Perusahaan Wisata. Contohnya, tidak terinfonya perpindahan hotel di Mekkah ini disebabkan oleh pemberitahuan secara mendadak oleh tim produk dan ini mengakibatkan kekecewaan client. Komunikasi dan info yang tidak pasti ini yang sering terjadi di Perusahaan Wisata. Dalam tekanan pekerjaan dan kurang bersahabat dengan karyawan yang lain dapat menyebabkan karyawan mengalami stres dan ini mengakibatkan kekerasan sistematis atau bullying di tempat kerja, bullying dapat dilakukan atasan maupun rekan kerja. Bullying diartikan sebagai tindakan agresif yang dilakukan berulang -ulang dari waktu ke waktu, melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya (Olweus dalam Krahe, 2005). Misalnya, kata-kata melukai, ancaman dan perilaku intimidasi baik verbal, non - verbal maupun fisik yang berhubungan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 dengan pekerjaan dan melemahkan kepentingan bisnis Bullying terutama dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan atau posisi lebih kuat terhadap orang -orang yang lebih lemah, bullying sering ditemukan di tempat kerja atau di sekolah. Bullying dilakukan terutama karena persepsi adanya perbedaan kekuatan dengan orang lain (Krahe, 2005). Bullying dapat secara verbal (seperti ejekan, hinaan, fitnah, mengancam dan membuat komentar-komentar merendahkan), secara mental atau psikologis (seperti mengucilkan, mempermalukan di depan umum, meneror lewat telpon genggam, membentak) serta tindakan fisik (memukul, menendang, menampar, meludah). Salah satu bentuk kegagalan komunikasi adalah Bullying, yaitu ada orangorang yang menginginkan sesuatu, tetapi tidak mampu mengkomunikasikan dengan baik (Budi, 2008). Berbeda dengan tindakan agresi lain yang dilakukan dalam suatu kesempatan tertentu dan dalam jangka waktu pendek, bullying biasanya dilakukan secara berkelanjutan dan dalam jangka waktu cukup lama. Hal ini menyebabkan korban terus-menerus berada dalam keadaan terintimidasi. Bullying terutama terjadi di institusi atau wadah yang memungkinkan seseorang saling berinteraksi dalam waktu lama dan terbatas dalam bentuk tujuan yang sma dalam institusi atau organisasi tersebut, misalnya di tempat kerja. Bullying adalah tindakan yang bertujuan untuk menyakiti orang lain dalam bentuk fisik, verbal, kemarahan maupun dengan cara permusuhan, yang terjadi secara berkelanjutan dan berjangka waktu lama. Bullying memiliki beberapa bentuk, yaitu menghalangi kesempatan berkomunikasi, mengganggu hubungan sosial, merendahkan reputasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 pribadi, merendahkan posisi profesional dan mengganggu kesehatan dan kesejahteraan fisik (Krahe, 2005). Studi akademis di Kanada menyimpulkan bahwa bullying bisa lebih besar memicu kerusakan pada individu bahkan jika dibandingkan dengan tindakan pelecehan seksual (Hershcovis, 2008). Dijelaskan, yang termasuk dalam “bullying” adalah tindakan mengomentari hasil pekerjaan orang lain, berteriak atau membentak, berulang-ulang mengingatkan kesalahan orang lain, menyebarkan gosip atau kebohongan, penolakan atau pengucilan. Individu yang mengalami bullying merasa kurang bahagia, kurang puas dengan pekerjaan dan juga merasa kurang puas dengan rekan kerjanya. Lebih jauh, individu korban bullying dilaporkan lebih stres dan kurang memiliki komitmen dengan pekerjaan dan berada dalam tingkat kemarahan yang tinggi ( Hershcovis, 2008). Bullying di tempat kerja terjadi terkait erat dengan budaya masyarakat, masyarakat memberikan makna berlebihan terhadap arti penghormatan. Budaya feodal mendidik individu sejak kecil untuk tunduk dan menghormati orang yang lebih tua. Dalam perkembangannya yang lebih luas, orang menjadi tunduk dan hormat kepada seseorang yang lebih kaya, senior, tua dan punya posisi di masyarakat (Ubaydillah, 2008). Hal ini menyebabkan orang-orang yang lebih tua, berkuasa, senior memiliki kesempatan untuk menekan orang lain yang dianggap berada di bawahnya termasuk di tempat kerja. Selden (2006) menjelaskan bahwa bullying menyebabkan individu berada pada posisi tidak berdaya, lemah dan merasa tertindas, hal ini yang menyebabkan akibat bullying seringkali lebih merusak dibandingkan agresi langsung dimana individu tidak ditempatkan pada posisi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 yang tidak berdaya. Ketidakberdayaan yang dirasakan oleh korban tersebut yang memicu munculnya stres bahkan depresi. Selain menyebabkan ketidaknyamanan dan tekanan psikologis yang mereduksi kemampuan karyawan dalam bekerja, Bullying juga berpotensi menyebabkan munculnya gangguan kesehatan pada korban (Namie, 2003). Beberapa jenis gejala gangguan kesehatan yang dialami orang-orang yang pernah di-bully antara lain adalah: kehilangan konsentrasi, gangguan tidur, gampang terkejut, paranoia, sakit kepala, selalu teringat pengalaman buruk, mimpi buruk, detak jantung lebih kencang, Sakit tubuh, Kelelahan, perubahan signifikan pada berat badan (berkurang atau bertambah), serangan kepanikan, asma atau alergi, migran, sindrom sakit perut yang mengganggu dan sakit pada bagian dada (Namie, 2003). Terlebih dalam perusahaan yang menempatkan sistem kepemimipinan yang otokratik, dimana atasan berhak mengambil keputusan tanpa perlu memperhatikan bawahannya, maka selanjutnya bullying dipastikan muncul dari atasan kepada bawahan atau dari rekan kerja yang mempersepsikan adanya ketimpangan kekuatan (Selden, 2006). Usia yang masih muda sangat mendominasi di Perusahaan Wisata, akibatnya bullying sangat sering terjadi. Kalimat kasar dan sindirian yang membuat mental turun sangat sering diucapkan. Contohnya, tim travel consultan (marketing) adalah garda terdepan untu memajukan perusahaan namun dibantu oleh tim produk yang akan menyediakan harga dan produk yang akan ditawarkan ke client. Yang sering terjadi adalah ketika travel consultan meminta pendapat atau meminta harga baru atau permintaan baru, tim produk selalu merespon secara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 negitf (contoh: udah sih pake yang ada aja, ribet banget sih lo, makanya kalau ada email itu dibaca, hitung aja sendiri, bukan urusan gue). Kalimat seperti ini yang sangat sering diucapkan oleh beberapa rekan kerja bahkan leader dalam perusahaan wisata. Ini memacu ketidastabilan hati yang berujung kepada sakit hati dan akhirnya menurunkan semangat kerja. Ini sangat berdampak kepada budaya kerja dalam perusahaan wisata. Untuk membantu karyawan bangkit dari bullying maka motivasi adalah jalan untuk membantu mereka bangkit kembali. Motivasi adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada di dalam diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam lingkup pekerjaannya (Hakim, 2006). Robbins (2006) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasaran. Motivasi sebagai proses yang bermula dari kekuatan dalam hal fisiologis dan psikologis atau kebutuhan yang mengakibatkan perilaku atau dorongan yang ditujukan pada sebuah tujuan atau insentif (Moekijat, 2001 dalam Hakim, 2006). Menurut Sujak (1990), pemahaman motivasi baik yang ada dalam diri karyawan maupun yang berasal dari lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja. Oleh karenanya sering sekali timbul pertanyaan bagaimana kiat perusahaan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan berprestasi positif bagi karyawannya?. Salah satu jawaban untuk pertanyaan itu adalah dengan membangun suatu budaya yang memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan, kebutuhan karyawan dan kebutuhan pemegang saham (Atmosoeprapto, 2001). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Robbins (2001) mengemukakan bahwa konsep budaya perusahaan dalam beberapa dekade ini dipercaya sebagai salah satu alat untuk mencapai keunggulan perusahaan yang dapat membedakan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Setiap perusahaan mempunyai budaya yang unik dan berbeda. Budaya kerja merupakan salah satu faktor fundamental dalam meningkatkan daya saing tersebut, sehingga budaya kerja dapat menjadi salah satu faktor kunci yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan tours and travel dalam mencapai tujuannya Kata budaya itu sendiri adalah sebagai suatu perkembangan dari bahasa sansekerta „budhayah‟ yaitu bentuk jamak dari buddhi atau akal, dan kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, dengan kata lain ”budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan kebudayaan merupakan pengembangan dari budaya yaitu hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut” (Widagdho, 2004) Adapun pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi (2003) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menjelaskan bahwa: Budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. Bagi perusahaan, budaya merupakan satu hal yang sangat penting karena kemampuannya untuk mengarahkan perilaku para anggota perusahaan ke tujuan yang dikehendaki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Atmosoprapto (2001) bahwa Budaya perusahaan dapat dirasakan oleh sumber daya manusia yang berada di http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 dalam perusahaan tersebut. Budaya perusahaan senantiasa mempengaruhi kondisi dasar dan perilaku individu yang ada di dalamnya. Tingkatan pengaruh yang dialami masing–masing orang memang berbeda, namun yang jelas setiap orang pasti terkena dampak, mengalami atau merasakan pengaruh tersebut (Schatz & Schatz, 1995). Pengaruh budaya perusahaan tersebut melebihi pengaruh faktor lain dalam organisasi, seperti struktur, system manajemen, dan lain–lain. Ini adalah suatu keadaan yang sangat diharapkan oleh para pimpinan sehingga tidak bersusah payah mengarahkan perilaku anggota khususnya ketika budaya perusahaan itu telah tertanam kuat pada karyawannya. Suatu budaya kuat apabila nilai inti organisasi itu dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai–nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai–nilai tersebut maka makin kuat budaya tersebut (Robbins, 2001). Dessler (2003 :73) kinerja adalah keseluruhan pelaksanaan aktivitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu atau mengandung suatu maksud tertentu, terutama yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya. Kinerja adalah penilaian terhadap hasil kerja karyawan dengan jalan membandingkannya hasil kerja dengan standar kerja yang diharapkan yang meliputi kualitas, kuantitas, waktu (efisien) dan tingkat manfaat (efektif) menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai karyawan. Pengukuran kinerja dinilai berdasarkan hasil pencapaian kerja sesuai kuantitas, kualitas, efisiensi dan efektivitas kerja dalam memperoleh realisasi kerja, baik dalam negeri maupun asing. Berikut penilaian kinerja diformulasikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 menurut Davis (2005:98) bahwa kinerja adalah kumpulan dari serangkaian hasil kerja menurut kuantitas, kualitas, efisiensi dan efektivitas kerja dalam mencapai tujuan. Formulasi tersebut sebagai berikut: Performance = Quantity, Quality, Efficient and Effectivity Perusahaan Wisata yang berdiri pada 30 Juni 2000, bergerak dalam bidang jasa pelayanan Tours & Travel serta umrah dan haji. Perusahaan Wisata merupakan unit usaha Perusahaan Wisata. Perusahaan Wisata yang merupakan mempunyai visi dan misi menjadi penyelenggara perjalanan terbaik di Indonesia, dengan memberikan nilai tambah dengan memusatkan semua penyediaan kebutuhan informasi dan pemesanan perjalanan bisnis, wisata, religi dan motivasi juga mengedepankan teknologi informasi sebagai andalan utama dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan pengguna jasa. Demi terwujudnya visi dan misi tersebut maka perlunya karyawan yang penuh dengan dedikasi memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Tingginya minat masyarakat untuk travelling maka dibutuhkan komunikasi yang baik di dalam perusahaan untuk membantu perusahaan yang bersinergi, untuk senantiasa memberikan pelayanan terbaik perlu komunikasi yang baik pula sehingga karyawan dapat juga merasa terlibat dalam perusahaan dan memberikan output yang terbaik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 Gambar 1.1 Performa karyawan Berdasarkan wawancara pra survei dengan General Manajer Perusahaan Wisata dan data dari perusahaan, mengatakan bahwa dalam kurun 2 tahun terakhir ini mereka tidak mencapai target yang diberikan perusahaan. Pada tahun 1435 H (2014) total revenue tercapai hanya 52,865 dari target yang dicanangkan milyar 72,792 milyar dan tahun 1436 H (2015) total revenue yang tercapai hanya 73,743 dari target 77,789 milyar. Terjadinya penurunan dan ketidakstabilan ini dicurigai karena komunikasi dalam perusahaan kurang baik yang menyebabkan tidak tersampaikannya pesan dengan tepat. Alasan lain yang menguatkan data ini adalah tingginya perilaku bullying senior yang menyebabkan karyawan yang lebih junior merasa rendah diri dan tidak mampu. Ini menyebabkan malas bekerja yang berakibat tidak tercapainya target selama kurun waktu 2 tahun belakangan ini. Budaya bullying yang sangat kental ini akan mengganggu performa karyawan dalam mencapai target maka dari itu dibutuhkan pemimpin yang bijaksana dalam berkomunikasi dengan karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penulisan ini adalah ” Pengaruh Bullying dalam Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata” Identifikasi Masalah 1.2 Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini antara lain: 1. Seberapa besar pengaruh Komunikasi Internal terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata 2. Seberapa besar pengaruh Bullying terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata 3. Seberapa besar pengaruh Komunikasi Internal dan Bullying secara bersamasama terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran serta informasi yang berhubungan dengan seberapa besar pengaruh komunikasi internal dan bullying terhadap kinerja karyawan di Perusahaan Wisata baik secara parsial maupun secara simultan (bersama-sama). Hasil penelitian ini akan digunakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 sebagai bahan penyusunan tesis yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sidang Strata Dua jurusan Ilmu Komunikasi. 1.3.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi internal Terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Bullying Terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata. 3. Untuk mengetahui Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Komunikasi Internal dan Bullying secara bersama-sama Terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari diadakannya penelitian ini adalah: 1. Bagi Akademis Peneliti berharap hasil penelitian dapat dijadikan daftar bacaan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya akademisi di lingkungan akademis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 2. Bagi Perusahaan Bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap penelitian ini akan memberikan informasi dan sumbangan pikiran mengenai Komunikasi Internal dan Bullying Terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Wisata, sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian yang sama, guna memberikan manfaat yang diperlukan. http://digilib.mercubuana.ac.id/