MODUL FIELD LAB SEMESTER IV EDISI REVISI III PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) Disusun Oleh : Tim Revisi Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 1 TIM REVISI Ketua Tim Revisi : Iwan iskandar, dr. Anggota Revisi : 1. Rias Harum, dr 2. Munadi Ngabdan S., S.Kep 3. Alip Sudarmono, dr 4. Sunardi, dr 5. Endah Siswandari, dr 6. Suhanantyo, drg., M.Si., Med 7. Indah Purnama Sari 2 KATA PENGANTAR Puji syukur Tim Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya modul Field Lab dengan topik Penyuluhan Kesehatan : Penyakit Menular Seksual (PMS). Topik Field Lab ini dikembangkan sebagai tuntutan kebutuhan materi pendidikan kedokteran komunitas yang akhir-akhir muncul fenomena meningkatnya penyakit menular sexual. Berdasarkan hal tersebut maka perlu bentuk modul pembelajaran yang mendukung tercapainya kompetensi mahasiswa kedokteran dalam hal penyuluhan kesehatan komunitas khususnya pada penyakit menualar sexual. Akhir kata tim penyusun modul Field Lab topik PMS menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkenan penyusunan, penyempurnaan dan penerbitan modul ini. Tim Field Lab FKUNS 3 membantu dalam ETIKA PELAKSANAAN 1. Mahasiswa sebelum pelaksanaan Field Lab diharuskan berkordinasi dengan kepala puskesmas secara sopan dan memperhatikan waktu 2. Kedatangan kelompok mahasiswa wajib tepat waktu sesuai kesepakatan dengan puskesmas 3. Hal yang harus diperhatikan dalam berpakaian : a. Memakai kemeja warna putih dan jas almamater/ jas laboratorium (sesuai kesepakatan dengan puskesmas) b. Laki-laki memakai celana panjang hitam bahan halus (non jeans) c. Perempuan memakai celana/ rok hitam bahan halus (non jeans) d. Tidak diperkenankan memakai perhiasan dan aksesoris yang mencolok e. Menggunakan sepatu dengan berkaos kaki bukan alas kaki lainya (sandal, crocs, dll) 4. Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan: a. Menjaga tingkah laku dan menggunakan bahasa yang sopan setiap kegiatan di puskesmas atau di masyarakat b. Selalu menghormati staf dan pengunjung puskesmas c. Dilarang mempublikasi foto-foto yang menyangkut privasi pasien di media sosial d. Jadwal pelaksanaan Field Lab bisa berubah dengan permintaan dari pihak puskesmas di luar dari jadwal akademik mahasiswa dan dimohon memberikan surat konfirmasi perpindahan jadwal kepada pihak Field Lab 5. Selalu menjaga nama baik almamater Universitas Sebelas Maret 4 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 BAB II. KAJIAN TEORI .......................................................................................... 3 BAB III. PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)........................................................................................................... 14 BAB IV. KAJIAN ILMIAH ’PMS’ ............................................................................ 17 BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN ................................................................. 20 BAB VI. PROSEDUR KERJA ................................................................................... 29 BAB VII. SKALA PENILAIAN .................................................................................. 30 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 31 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Yang termasuk PMS adalah Syphillis, Gonorhoe, jengger ayam, herpes genetalis, HIV/AIDS, dan lain-lain. Meskipun masih sedikit bukti-bukti empiris tentang munculnya berbagai penyakit menular di negara berkembang seperti di Indonesia, tetapi data faktual telah menunjukkan bahwa penyakit menular khususnya penyakit menular seksual (PMS) semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. Penderita PMS adalah penderita yang mempunyai gejala seperti gejala penyakit yang datangnya secara lambat/ menahun/ kronis. Penyebab utama meningkatnya PMS di negara-negara berkembang seperti di Indonesia antara lain adalah: a. Kemiskinan dan kebodohan b. Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehatan reproduksi di kalangan anak remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan gaya hidup global dan desakan jumlah penduduk dan perubahan struktur penduduk Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di seluruh Kabupaten di Indonesia pada tahun 2005-2007 adalah 68.64% padahal target SPM yaitu 100%. Dari hasil evaluasi tahun 2007 tersebut, ternyata masih diperlukan promosi kesehatan dalam upaya pencegahan penularan penyakit menular khususnya HIV-AIDS. Selain itu juga perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap Puskesmas apakah pada tahun 2005-2007 tersebut, data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada penderita HIV-AIDS di semua Puskesmas di semua Kabupaten atau karena penjaringan yang kurang memadai. Oleh karena itu semua mahasiswa FK UNS yang sedang mengambil mata kuliah field lab harus mampu menggali masalah PMS dan memberi penyuluhan yang efektif, mudah dipahami masyarakat. 6 Permasalahan yang dihadapi Puskesmas khusus PMS ternyata belum semua Puskesmas dapat melaksanakan kegiatan bimbingan Field Lab dengan topik PMS pada mahasiswa semester 4 sesuai dengan harapan institusi pendidikan FK UNS, hal tersebut disebabkan belum semua puskesmas mempunyai klinik PMS. Akibatnya apa yang diharapkan atau yang diperoleh mahasiswa dari tiap-tiap Puskesmas kemungkinan berbeda. Oleh karena itu perlu kearifan dalam penilaian topik PMS. B. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa dapat memiliki kemampuan: a. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang PMS khususnya HIV/AIDS b. Memahami program pencegahan dan pengobatan PMS khususnya HIV/AIDS c. Memahami tatalaksana PMS – HIV/AIDS d. Memahami proses rujukan kasus PMS terutama yang berisiko tertular HIV/AIDS 7 BAB II KAJIAN TEORI Penyakit yang termasuk dalam golongan PMS diantaranya adalah gonorhea, jengger ayam, syphilis dan HIV/AIDS. Di antara penyakit-penyakit tersebut, yang paling berbahaya adalah HIV/AIDS. A. HIV/AIDS 1. Etiologi Klien yang mendapatkan Penanganan HIV/AIDS adalah klien yang mendapat penanganan HIV/AIDS sesuai standar di satu wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu tertentu. HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4+ T-sel dan macrophages) komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh (CD4+ <200/ml), terjadi AIDS. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. Apakah gejala-gejala HIV? Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi. 8 Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV. Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS. Apakah AIDS ? AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang lama kelamaan akan mengakibatkan AIDS. AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah dipastikan sebagai penyebab AIDS. Tahap HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. Kapankah seorang terkena AIDS? Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut: Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS. Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh) Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paruparu (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi. Penyakit-penyakit penyerta pada orang dengan HIV + digunakan sebagai indikator AIDS. Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati. 9 2. Cara Penularan Cara Penularan virus HIV AIDS 1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit yang terluka, jarum suntik, dsb. 2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang Pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom atau pengaman lainnya, oral sex, dsb 3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb. 4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita HIV+. Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja), Air mata, Air keringat serta Urine (Air seni atau air kencing). Tanda dan Gejala Penyakit AIDS Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV. Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini : 1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC. 2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik. 10 3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga. 4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tekanan darah rendah dan Impoten. 5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis. 6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphilis. Dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal). 3. Diagnosis Curiga AIDS secara klinis : • Batuk lebih dari 2 – 3 minggu • Penurunan berat badan menyolok > 10 % • Panas > 1 bulan • Diare > 1 bulan • Perhatikan : kandidiasis oral • Herpes zooster yang luas, kambuhan • Sariawan rekuren dan berat 11 Curiga AIDS secara klinis : • Penyakit kulit : - dermatitis seborroik kambuhan, psoriasis prurigo noduler, dermatitis generalisata • Limfadenopati generalisata • Infeksi jamur kambuhan (kandidiasis vagina/ keputihan) pada alat kelamin wanita • Pneumonia berat berulang • Pasien TBC terutama : - TB ekstrapulmonal : limfadenitis TB, efusi pleura TB, TB intestinal, TB peritoneal, TB kulit - TB paru + kandida oral - TB – MDR , TB-XDR Curiga HIV secara klinis : • Riwayat perilaku seksual • Riwayat penggunaan narkoba • Riwayat pekerjaan : pelaut, sopir truk, dll • Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku risiko tinggi • Riwayat transfusi • Perhatikan ciri khas / tanda kelompok risiko (misal : tato , perilaku tertentu) • Sekarang HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risti misal ibu rumah tangga Diagnosis Laboratorium : - Serologis / deteksi antibodi : rapid tes, ELISA, Western Blot (untuk konfirmasi) - Deteksi virus : RT- PCR, antigen p24 • Indikasi : - Pasien secara klinis curiga AIDS - Orang dengan risiko tinggi - Pasien infeksi menular seksual - Ibu hamil di antenatal care ( PMTCT ) - Pasangan seks atau anak dari pasien positip HIV Perhatikan negatif palsu karena periode jendela. Pada risiko tinggi , tes perlu diulang 3 bulan kemudian, dan seterusnya tiap 3 bulan. 12 • Hati-hati positif palsu terutama pada pasien yang asimptomatik. Pemeriksaan serologi harus dikonfirmasi dengan western blot, atau setidaknya harus dengan strategi 3 test dengan metode berbeda yang melibatkan ELISA. 4. Tatalaksana HIV/AIDS dimaksud : Penderita bisa memahami tentang penyakitnya sehingga dia berobat pada stadium awal karena kebanyakan kasus di lapangan terjadi akibat terlambatnya penanganan penderita HIV/AIDS. Hal ini disebabkan penderita datang sudah stadium lanjut dan kebanyakan penderita datang dengan penyakit setelah bekerja di rantau. Oleh karena itu diperlukan peningkatan sosialisasi yang intensif. Bentuk sosialisasi sebaiknya langsung pada suspek penderita dan keluarga penderita serta masyarakat umum. Adapun tatalaksana HIV/AIDS di Indonesia umumnya adalah: Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah kegiatan konseling dan Test HIV secara sukarela Perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS Pengobatan infeksi Opurtunistik Sistem pelaporan kasus HIV/AIDS Untuk penanggulangan HIV/AIDS ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh Puskesmas, yaitu: 1. Penyuluhan KRR, PMS, NAPZA pada kelompok sasaran (siswa SMP/SMA, Karangtaruna, PSK, Pengguna jarum suntik/IDUs) dll 2. Meningkatkan pelaksanaan PMTCT (Prevention Mother to Child Transmision) 3. Mengembangkan klinik VCT 4. Peningkatan gaya hidup sehat B. Gonorhea 1. Etiologi Pada laki – laki dikenal sebagai “kencing nanah”. Penyebabnya bakteri yang disebut Neisseria gonorrrheae. Gejala muncul antara 2 hinga 10 hari setelah terjadi hubungan seksual. 2. Cara Penularan Melalui hubungan seksual 3. Gejala 13 a. Pada Perempuan - keluar cairan kental berwarna kekuningan - nyeri perut bagian bawah - dapat muncul tanpa gejala b. Pada Laki-laki (Morning Drop) - keluar nanah dari kemaluan - sakit saat kencing 4. Diagnosis Dalam menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain: a. Sediaan langsung dengan perwarnaan Gram akan ditemukkan gonokok negatif-Gram b. Kultur untuk identifikasi c. Tes definitif antara lain; Tes oksidasi yaitu reagen yang mengandung larutan tetrametil-pfenilendiamin dimana akan memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda. Tes fermentasi menggunakan reagen glukosa, maltosa dan sukrosa, dimana gonococcus meragikan glukosa. 5. Tatalaksana Pengobatan untuk penyakit Gonorhea antara lain; penicilin, amoksisilin, sefalosporin, spektinomisin, kanamisin, dan tiamfenikol. 14 C. Syphilis 1. Etiologi Disebut juga dengan “raja singa”. Disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Gejala – gejala muncul antara 26 minggu (kadang- kadang 3 bulan) setalah terjadi hubungan seksual. 2. Cara Penularan - melalui kontak seksual - melalui kontak langsung dengan lesi - penularan dari ibu ke anak 3. Gejala Primer : tampak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri. Sekunder : bintil / bercak merah di tubuh yang hilang sendiri atau tanpa gejala. Tersier : kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan syaraf. 4. Diagnosis a. Pemeriksaan Treponema Pallidum dengan mengambil serum dari lesi kulit, kemudian dilihat bentuk dan pergerakkannya. Treponema akan tampak berwarna putih latar belakang gelap dan pergerakkannya memutar terhadap sumbunya. b. T.S.S. atau serologic Tests for Syphilis sebagai ukuran untuk mengevaluasi tes serologi ialah sensitivitas dan spesifitas. 4. Tatalaksana Pengobatannya juga harus dilakukan pada mitra seksualnya serta sebelum sembuh penderita dilarang bersenggama. Obat-obat yang digunakan yaitu penisilin dan antibiotik lain. 15 D. Kutil Kelamin (Jengger Ayam) Penyebab : virus HPV ( Human Papilloma Virus) Gejala (muncul 2-3 bln setelah tertular) • Kutil sangat kecil seperti mata ikan akan muncul di luar alat kelamin/anus maupun di dalam vagina • Semakin lama dibiarkan akan semakin besar seperti bunga kol/jengger ayam • Tidak terasa sakit, hanya kadang-kadang terasa gatal • Akan timbul-hilang seumur hidup (bersifat kambuhan) Kalau kena kutil kelamin? Konsekuensi • Dapat meningkatkan resiko terhadap kanker leher rahim dan kanker penis • Dapat ditularkan ke pasangan Pengobatan • Belum ada obat yang dapat menghilangkan virus penyebab kutil. Pada tahap pertama kutil dapat diobati dengan bahan kimia yang bisa menghapus kutil. Bila besar perlu operasi di rumah sakit Namun operasi sering kali tidak efektif, karena kutil dapat muncul kembali E. Herpes Genitalis Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV (Herpes Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital. 1. Etiologi Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV: - Herpes simplex virus tipe I: umumnya menyebabkan lesi atau luka padasekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher. - Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). 16 Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varisela. Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang sama. Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks. 2. Gejala Klinik Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut: - Nyeri dan disuria - Uretral dan vaginal discharge - Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala) - Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal - Nyeri pada rektum, tenesmus Tanda-tanda: - Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi - Limfadenopati inguinal - Faringitis - Cervisitis 17 Gambar Herpes genitalis pada laki-laki Gambar Herpes genitalis pada perempuan 3. Diagnosis Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadang-kadang namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes. Pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear. 18 BAB III PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) Kasus Infeksi Menular Seksual yang Diobati Infeksi Menular Seksual yang Diobati adalah Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) yang ditemukan berdasarkan syndrome dan etiologi serta diobati sesuai standar di satu wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu 1 tahun. Tabel 2. Diskripsi Cakupan Infe ksi Menular Seksual (IMS) yang diobati Menurut Kecamatan tahun 2005-2007 No Cakupan Infeksi Menular 2005 2006 2007 51.96 20 puskesmas 68.64 19 puskesmas Seksual (IMS) yang diobati 1 2 Kabupaten Semarang Data Kosong 68.31 18 puskesmas Sumber: Bappeda Kab. Semarang, 2008. Kompilasi data dari Pusat kesehatan Masyarakat di Seluruh Kabupaten Semarang. Dari data tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di Kabupaten semarang tahun 2005-2007, target SPM tahun 2005 yaitu 100% dan pada tahun 2010 sebesar 100% juga. Pada tahun 2005 didapatkan cakupan klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS sebesar 51.96% dari Puskesmas Bergas dan Puskesmas Tengaran, hal ini masih berada jauh dibawah target SPM tahun 2005. Sedangkan masih ada 20 puskesmas yang datanya kosong, hal ini dapat disebabkan karena memang tidak ada pasien penderita infeksi menular seksual yang ditemukan oleh puskesmas. Pada tahun 2006 didapatkan Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yaitu 68.64%. Angka tersebut berasal dari Puskesmas Bergas, Tengaran dan Sumowono. Puskesmas yang datanya kosong ada 19 puskesmas. Pada tahun 2007 didapatkan Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten Semarang sebanyak 68.31%. Angka tersebut berasal dari Bergas, Tengaran dan Sumowono ditambah dengan 805 orang dari Puskesmas Duren Ambarawa. Dari hasil evaluasi ini, ternyata pada tahun 2005 cakupan IMS yang diobati belum mencukupi target SPM Dinkes Jateng. Perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap puskesmas apakah data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada penderita 19 infeksi menular seksual atau karena sebab lain. Pada tahun 2006 cakupan meningkat. Sedangkan tahun 2007 jumlah cakupannya hampir sama dengan tahun sebelumnya ditambah data dari Puskesmas Duren sebanyak 805 orang. Sebaiknya data yang dikirimkan bukan berupa jumlah orang tetapi berupa cakupan sehingga datanya dapat dibandingkan dengan data dari tahun-tahun sebelumnya serta dapat dilihat tren-nya mengalami peningkatan atau penurunan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan upaya-upaya program pencegahan PMS di tiap-tiap puskesmas: 1) Pengobatan IMS a. Advokasi b. Meningkatkan KIE Pencegahan IMS, Pemeriksaan IMS dan pengobatan secara dini c. Pendidikan dan latihan bagi petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita IMS. d. Mengembangkan Klinik IMS di lokasi/ lokalisasi penjaja seks. e. Pemeriksaan IMS berkala kepada para PS dan pramuria di lokasi,lokalisasi, BAR, Karaoke, Panti Pijat. 2) Peningkatan Gaya Hidup Sehat a. Meningkatkan derajat pendidikan dasar dari anak, pemuda dan remaja khususnya anak perempuan. b. KIE di sekolah dan tempat kerja termasuk life Skill Education. Perlindungan dan KIE kepada keluarga dan kelompok penduduk yang menghadapi masalah sosial. Kerjasama dan koordinasi dengan media massa dan perusahaan advertensi untuk KIE pada masyarakat umum KIE dan perlindungan anggota militer dan polisi KIE dan pelayanan kesehatan di Lapas. 3) Promosi dan distribusi Kondom, melakukan social marketing, dan meningkatkan akses kondom kepada WPS dan pelanggannya. a. Melakukan social–marketing dan meningkatkan akses kondom kepada WTS dan pelanggannya b. Meningkatkan ketersediaan kondom, memperluas jaring distribusinya melalui swasta, LSM dan Pemerintah. c. Meningkatkan KIE tentang manfaat penggunaan kondom d. Meningkatkan kwalitas kondom. 20 4) Promosi Perilaku Seksual Aman a. Advokasi pada decision maker b. Mengembangkan proyek – proyek panduan penggunaan kondom 100%. c. Melaksanakan KIE secara sistematis dan bijaksana tentang penggunaan kondom dan hubungan seksual non – penetratif. d. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan IMS pada kelompok berisiko. 21 BAB IV KAJIAN ILMIAH ’PMS’ Konsep Map DATA (Buku) MASALAH KESEHATAN (Diagnosis HIV AIDS) DOKTER DATA (Internet) DATA Hasil Lab Upaya pencegahan HIV/AIDS dilakukan Bukti KEPUTUSAN MEDIS bersama dengan kegiatan penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS). Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: 1. Serosurvey Kegiatan ini dilaksanakan oleh DKK dan PMI dengan sasaran WPS langsung, WPS tak langsung dan Napi, tujuannya untuk mendapatkan data besaran masalah HIV dan Sifilis di kelompok risiko tinggi, jika ditemukan akan dilakukan pengobatan. 2. Pertemuan dengan Lingkar LSM Peduli AIDS Membahas rencana kegiatan di masing-masing LSM sesuai dengan isu SPM (Standart Pelayanan Minimal) yang mereka akses untuk menekan pertumbuhan penularan HIV/AIDS. 3. Pertemuan dengan Tim Pengarah KPAD Kota Surakarta Sosialisasi HIV/AIDS di masing-masing instansi yang dibawahinya dengan harapan bisa memberi informasi pencegahan dan penanganannya. 4. Pelayanan VCT Di RS Daerah dr. Moewardi Surakarta, RS dr. Oen Surakarta dan Puskesmas Manahan (bagi kelompok IDU’s). 22 5. Pelayanan IMS Dilaksanakan di Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah atas kerja sama DKK Surakarta dengan GF – ATM diperuntukkan bagi umum termasuk kelompok risiko tinggi. 6. Pembentukan DIC (Droup In Centre) Oleh LSM Mitra Alam sebagai tempat kosultasi dan informasi mengenai bahaya Narkoba/NAPZA bagi generasi muda/ pemuda/remaja. (PB IDI, 2000) Perjalanan Infeksi HIV/AIDS : Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela (windows periode). Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah. Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut. Perkembangan HIV/AIDS di Dunia a. Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) sampai dengan akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak (Anonim, 2006). 23 b. Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010. Ada beberapa hasil penelitian antara lain di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun. Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik. 24 BAB V STRATEGI PEMBELAJARAN 1. Diagnosis HIV-AIDS Seorang ibu rumah tangga datang ke Dokter A dengan keluhan panas dan batuk darah. Ibu tersebut mengeluh bahwa sakitnya sudah lama dan berkali-kali mondok keluar masuk rumah sakit dengan keluhan serupa. Anamnesis lebih lanjut ternyata suaminya sudah meninggal dan sebelumnya ada riwayat memakai injeksi Narkoba (IDU). Dokter A tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut menyatakan kemungkinan ibu tersebut menderita AIDS. Pasien tidak puas lalu datang ke dokter B, kemudian oleh dokter B disarankan melakukan pemeriksaan laboratorium Sputum BTA, Foto Thoraks dan pemeriksaan darah berupa Limfosit T. Hasil pemeriksaan jumlah Limfosit T Helper (CD4) menunjukkan hasil sangat rendah. Dokter B mendiagnosis HIV dan pasien berkonsultasi apakah penyakitnya dapat disembuhkan dan apakah ada obatnya. Pertanyaan: 1. Menurut anda dokter yang manakah yang lebih kompeten, apa alasannya? (Kompetensi cara berpikir kritis/Critical Thinking) 2. Bukti-bukti apakah yang perlu dikumpulkan untuk memahami masalah pasien tersebut? (Kompetensi Critical Thinking dan Evidance Based Medicine=EBM Diagnosis) 3. Keterangan apa yang sebaiknya diberikan oleh dokter sehubungan dengan pertanyaan pasien?( Kompetensi EBM Diagnosis dan Etika) Skenario 2 ini membawa kompetensi seperti: - Berpikir kritis/Critical Thinking - EBM Diagnosis Fokus skenario 2 diutamakan pada Learning Objective (LO) mayor EBM Diagnosis. Peran Tutor untuk mengarahkan diskusi menuju LO EBM Diagnosis adalah melalui langkah-langkah atau konsep sebagai berikut: Dokter A: Mendiagnosis HIV AIDS tanpa didukung pemeriksaan Laboratorium (bukti ilmiah) Dokter B: Mendiagnosis HIV AIDS dengan didukung pemeriksaan Laboratorium (bukti ilmiah) 25 Bagaimana pendapat saudara? Saudara lebih setuju pendapat siapa? Teknik membuat keputusan medis berbasis bukti seperti apakah yang harus saudara lakukan? Dokter dalam hal ini diidentikkan sebagai mahasiswa FKUNS diharapkan mencari bukti-bukti ilmiah berupa data ilmiah termasuk pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis HIV AIDS. Data ilmiah atau bukti yang didapatkan dipakai untuk mendiagnosis HIV AIDS, kemudian memberikan informasi kepada pasien dan disampaikan secara etis. 2. Bentuk Strategi Penyuluhan PMS : a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling) Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diketahui dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). b. Interview (Wawancara) Interview sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam. c. Metode Pendidikan Kelompok Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. c.1 Kelompok Besar Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain : c.1.a Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Halhal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah : 26 Persiapan Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan : a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. b. Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. Pelaksanaan Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah. d. Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk. e. Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin. c.1.b Seminar Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat. c.2 Kelompok Kecil Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain : c. 2.1 Diskusi Kelompok Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling 27 memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan / keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta. c.2.2 Curah Pendapat (Brain Storming) Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi. c.2.3 Bola Salju (Snow Balling) Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas. c.2.4 Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group) Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain 28 dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya. c.2.5 Memainkan Peranan (Role Play) Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas. c.2.6 Permainan Simulasi (Simulation Game) Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai nama sumber. c.3. Metode Pendidikan Massa (Public Education) Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain : a. Ceramah umum (public speaking) Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk 29 menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa. b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa. c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada waktu yang lalu (tahun 1970an). d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa. e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa. f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu". 30 STRATEGI pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa: 1. Tahap Persiapan a. Kegiatan laboratorium lapangan dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 10-13 mahasiswa b. Tiap kelompok dipandu oleh 1 instruktur lapangan (dokter puskesmas) c. Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS (Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali) d. Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab, dengan konfirmasi jadwal kelompok kepada DKK dan Puskesmas terkait e. Pembekalan materi diberikan pada kuliah pengantar Field Lab, sesuai jadwal dari pengelola KBK FK UNS f. Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk mahasiswa. g. Sebelum pelaksanaann diharapkan mahasiswa konfirmasi terlebih dahulu dengan instruktur lapangan (nomor telepon instruktur lapangan tersedia di kantor Field Lab) h. Tiap mahasiswa wajib membuat lembar cara kerja, yang diserahkan kepada instruktur lapangan pada pagi hari sebelum pelaksanaan. Lembar cara kerja berisi: Tujuan Pembelajaran Alat/Bahan yang diperlukan Cara Kerja (singkat) 2. Tahap Pelaksanaan a. Pelaksanaan di lapangan 3 (tiga) hari, sesuai jadwal yang telah disusun tim pengelola Field Lab dan tim pengelola KBK FK UNS. Hari I : Perencanaan dan persiapan bersama instruktur mengenai kegiatan Field Lab yang akan dilaksanakan. Hari II : Pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan. Hari III : Pengumpulan laporan dan evaluasi. b. Peraturan yang harus ditaati mahasiswa : 1) Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan, dikancing rapi. 31 2) Mahasiswa datang sesuai dengan jam buka Puskesmas, kemudian menemui instruktur. 3) Mengikuti kegiatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan (Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan, Pencatatan, Pelaporan). 4) Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan konseling langsung pada pasien/sasaran (konseling dilakukan oleh mahasiswa semester V atau lebih) 5) Apabila hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di Puskesmas yang bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di Puskesmas. 6) Kelompok diperbolehkan mengganti hari, mengikuti jadwal kegiatan Puskesmas (mengikuti jadwal Posyandu). Dengan catatan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran lain di FK dan lapor pada pengelola Field Lab/pengampu topik. 3. Tahap Pembuatan Laporan a. Laporan kelompok, dibuat secara berkelompok sebanyak dua eksemplar: - satu eksemplar untuk Puskesmas - satu eksemplar untuk bagian Field lab (menyesuaikan kebijakan Puskesmas). b. Format Laporan 1) Halaman Cover 2) Lembar Pengesahan 3) Daftar Isi 4) Bab I : Pendahuluan dan Tujuan Pembelajaran Uraikan secara singkat tentang topik Field Lab dan tujuan pembelajaran dari topik tersebut. 5) Bab II : Kegiatan yang Dilakukan 6) Bab III : Pembahasan Berikan penjelasan lebih lanjut mengenai pokok-pokok dari kegiatan yang dilaksanakan serta uraikan pula kendala serta solusi dari kegiatan yang telah dilaksanakan. 7) Bab IV : Penutup Beri simpulan dan saran dari kegiatan yang telah dilaksanakan. 32 8) Daftar Pustaka c. Laporan diketik komputer, ± 10 halaman (tidak termasuk cover dan halaman pengesahan), hari ketiga pelaksanaan harus diserahkan instruktur lapangan untuk disetujui/disahkan. Ditunjukkan dengan lembar tanda tangan persetujuan instruktur lapangan. d. Satu eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, satu laporan diserahkan pada pengelola Field Lab setelah disahkan instruktur lapangan. (paling lambat 1 minggu sesudah pelaksanaan). e. Apabila mahasiswa membuat laporan persis dengan laporan milik temannya, maka akan dikembalikan f. Setiap kelompokmengumpulkan CD yang berisi soft file laporan kelompok dan soft file laporan individu serta dokumentasi kegiatan lapangan. Tata Cara Penilaian 1. Instruktur memberi penilaian kepada mahasiswa sesuai dengan cek list yang ditetapkan dalam buku panduan. 2. Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal yang ditetapkan pengelola Field Lab. 3. Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari kegiatan Field Lab (Pretes, Lapangan, Postes), maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai akhir tidak dapat diolah. 4. Pretes dan postes susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat mengikuti karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari dokter atau rumah sakit. Mahasiswa yang bersangkutan segera menghubungi pengelola topik. 5. Nilai Akhir Mahasiswa : = 1 x Pretes + 3 x Lapangan + 1 x Postes 5 6. Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70 7. Bila ada mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 70 akan dilakukan remidi yang akan dijadwalkan pengelola Field Lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang semester depan. 8. Nilai remidiasi maksimal 70 33 BAB VI PROSEDUR KERJA 1. Menghitung jumlah sasaran Jumlah sasaran dihitung berdasarkan jumlah Siswa atau audiens penyuluhan 2. Menentukan target cakupan penyuluhan PMS Menetapkan berapa besar cakupan penyuluhan yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan. Target cakupan maksimal 100 % 3. Menghitung kebutuhan peralatan peraga penyuluhan PMS Peralatan peraga diperlukan agar penyuluhan menjadi lebih menarik perhatian audiens. Misalnya dengan menggunakan media bagan, elektronik, amupun role play. SELAMAT MENGHITUNG DENGAN BENAR DAN CERMAT KELOMPOK SASARAN PENYULUHAN ’PMS’ DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS: NAMA PUSKESMAS: ................................................. NAMA DESA : ................................................. JUMLAH TARGET : .....................................Orang Jumlah hitungan sesuai Rumus : ....................... Orang 34 BAB VII SKALA PENILAIAN Nama : NIM : Kelompok : Puskesmas : No. 1. 2. 3. 3. Keterangan Persiapan Membuat format rencana kerja sesuai panduan Membuat materi penyuluhan Presentasi rencana kerja dan materi penyuluhan Sikap dan tingkah laku Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu) Menunjukkan kesiapan mengikuti kegiatan Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan kepada staf Puskesmas dan masyarakat Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam mengikuti semua kegiatan Pelaksanaan Menentukan sasaran Penyuluhan PMS Melakukan penyuluhan PMS pada masyarakat Memperhatikan demonstrasi/FGD masalah PMS Menjelaskan bila ada suspek PMS-HIV/AIDS, dan pencatatan pelaporannya Laporan Presentasi hasil laporan Isi laporan sesuai kegiatan Format laporan sesuai panduan JUMLAH NILAI Keterangan : 0: tidak melakukan 1: melakukan kurang dari 40 % 2: melakukan 40-60% 3: melakukan 60-80 % 4: melakukan 80-100 % Jumlah Nilai NILAI : -------------------- X 100 = ........................ 56 35 0 1 2 3 4 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS) bersama-sama dengan masyarakat sipil, para aktivis pengobatan, sektor swasta serta pemerintahan menyerukan ‘bersatu untuk pencegahan HIV’. Jakarta, 18 Agustus 2006 Anonim. 2000. Stigmatisasi dan Diskriminasi pada HIV AIDS. Pengurus Besar IDI. www.depkes.go.id Edit terakhir: 9 Mei 2008 Handoko R.P. Herpes Simpleks dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S (ed).ed 3 cet.4 2004. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, p359-361 Pengurus Besar IDI. 2000. Pencegahan Penyakit Menular. index.php?option. Edit terakhir: 9 Juli 2008 www.depkes.go.id/ Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD, editor. Penyakit Menular Seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Sasongko, A.1996. Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Yayasan Kusuma Buana, Jakarta. Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. www.depkes.go.id/ index.php?option Update : 14 Juli 2006 Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus. 36 FOTO KEGIATAN SEMESTER IV TOPIK : PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) Penyuluhan Penyakit Menular Seksual di SMP Pengenalan Materi PMS di SMP Diskusi tentang PMS di SMP di Kabupaten Sragen Kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam pelaksanan penyuluhanPMS 37