manual field lab - Fakultas Kedokteran UNS

advertisement
MODUL FIELD LAB SEMESTER IV
EDISI REVISI III
PENYULUHAN KESEHATAN:
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Disusun Oleh :
Tim Revisi Field Lab Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Field Lab
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
1
TIM REVISI
Ketua Tim Revisi
: Iwan iskandar, dr.
Anggota Revisi
:
1. Rias Harum, dr
2. Munadi Ngabdan S., S.Kep
3. Alip Sudarmono, dr
4. Sunardi, dr
5. Endah Siswandari, dr
6. Suhanantyo, drg., M.Si., Med
7. Indah Purnama Sari
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tim Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
tersusunnya modul Field Lab dengan topik Penyuluhan Kesehatan : Penyakit Menular
Seksual (PMS).
Topik Field Lab ini dikembangkan sebagai tuntutan kebutuhan materi pendidikan
kedokteran komunitas yang akhir-akhir muncul fenomena meningkatnya penyakit menular
sexual. Berdasarkan hal tersebut maka perlu bentuk modul pembelajaran yang mendukung
tercapainya kompetensi mahasiswa kedokteran dalam hal penyuluhan kesehatan komunitas
khususnya pada penyakit menualar sexual.
Akhir kata tim penyusun modul Field Lab topik PMS menghaturkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkenan
penyusunan, penyempurnaan dan penerbitan modul ini.
Tim Field Lab FKUNS
3
membantu dalam
ETIKA PELAKSANAAN
1. Mahasiswa sebelum pelaksanaan Field Lab diharuskan berkordinasi dengan kepala
puskesmas secara sopan dan memperhatikan waktu
2. Kedatangan kelompok mahasiswa wajib tepat waktu sesuai kesepakatan dengan
puskesmas
3. Hal yang harus diperhatikan dalam berpakaian :
a.
Memakai kemeja warna putih dan jas almamater/ jas laboratorium (sesuai
kesepakatan dengan puskesmas)
b.
Laki-laki memakai celana panjang hitam bahan halus (non jeans)
c.
Perempuan memakai celana/ rok hitam bahan halus (non jeans)
d.
Tidak diperkenankan memakai perhiasan dan aksesoris yang mencolok
e.
Menggunakan sepatu dengan berkaos kaki bukan alas kaki lainya (sandal,
crocs, dll)
4. Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan:
a.
Menjaga tingkah laku dan menggunakan bahasa yang sopan setiap kegiatan di
puskesmas atau di masyarakat
b.
Selalu menghormati staf dan pengunjung puskesmas
c.
Dilarang mempublikasi foto-foto yang menyangkut privasi pasien di media
sosial
d.
Jadwal pelaksanaan Field Lab bisa berubah dengan permintaan dari pihak
puskesmas di luar dari jadwal akademik mahasiswa dan dimohon memberikan
surat konfirmasi perpindahan jadwal kepada pihak Field Lab
5. Selalu menjaga nama baik almamater Universitas Sebelas Maret
4
DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN .......................................................................................
1
BAB II.
KAJIAN TEORI ..........................................................................................
3
BAB III.
PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
(PMS)...........................................................................................................
14
BAB IV.
KAJIAN ILMIAH ’PMS’ ............................................................................
17
BAB V.
STRATEGI PEMBELAJARAN .................................................................
20
BAB VI.
PROSEDUR KERJA ...................................................................................
29
BAB VII. SKALA PENILAIAN ..................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
31
5
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Yang termasuk PMS adalah
Syphillis, Gonorhoe, jengger ayam, herpes genetalis, HIV/AIDS, dan lain-lain.
Meskipun masih sedikit bukti-bukti empiris tentang munculnya berbagai penyakit
menular di negara berkembang seperti di Indonesia, tetapi data faktual telah
menunjukkan bahwa penyakit menular khususnya penyakit menular seksual (PMS)
semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. Penderita PMS
adalah penderita yang mempunyai gejala seperti gejala penyakit yang datangnya
secara lambat/ menahun/ kronis.
Penyebab utama meningkatnya PMS di negara-negara berkembang seperti di
Indonesia antara lain adalah:
a. Kemiskinan dan kebodohan
b. Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehatan reproduksi di kalangan anak
remaja
c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini
d. Perubahan gaya hidup global dan desakan jumlah penduduk dan perubahan struktur
penduduk
Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di seluruh Kabupaten di
Indonesia pada tahun 2005-2007 adalah 68.64% padahal target SPM yaitu 100%.
Dari hasil evaluasi tahun 2007 tersebut, ternyata masih diperlukan promosi kesehatan
dalam upaya pencegahan penularan penyakit menular khususnya HIV-AIDS. Selain
itu juga perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap Puskesmas apakah pada tahun 2005-2007
tersebut, data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada penderita HIV-AIDS
di semua Puskesmas di semua Kabupaten atau karena penjaringan yang kurang
memadai. Oleh karena itu semua mahasiswa FK UNS yang sedang mengambil mata
kuliah field lab harus mampu menggali masalah PMS dan memberi penyuluhan yang
efektif, mudah dipahami masyarakat.
6
Permasalahan yang dihadapi Puskesmas khusus PMS ternyata belum semua
Puskesmas dapat melaksanakan kegiatan bimbingan Field Lab dengan topik PMS
pada mahasiswa semester 4 sesuai dengan harapan institusi pendidikan FK UNS, hal
tersebut disebabkan belum semua puskesmas mempunyai klinik PMS. Akibatnya apa
yang diharapkan atau yang diperoleh mahasiswa dari tiap-tiap Puskesmas
kemungkinan berbeda. Oleh karena itu perlu kearifan dalam penilaian topik PMS.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa dapat
memiliki kemampuan:
a. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang PMS khususnya HIV/AIDS
b. Memahami program pencegahan dan pengobatan PMS khususnya HIV/AIDS
c. Memahami tatalaksana PMS – HIV/AIDS
d. Memahami proses rujukan kasus PMS terutama yang berisiko tertular HIV/AIDS
7
BAB II
KAJIAN TEORI
Penyakit yang termasuk dalam golongan PMS diantaranya adalah gonorhea,
jengger ayam, syphilis dan HIV/AIDS. Di antara penyakit-penyakit tersebut, yang paling
berbahaya adalah HIV/AIDS.
A. HIV/AIDS
1.
Etiologi
Klien yang mendapatkan Penanganan HIV/AIDS adalah
klien yang
mendapat penanganan HIV/AIDS sesuai standar di satu wilayah kerja Puskesmas
pada kurun waktu tertentu.
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV
merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia
(terutama CD4+ T-sel dan macrophages) komponen-komponen utama sistem
kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang
akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh (CD4+ <200/ml), terjadi AIDS.
Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang
kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap
berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak
mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena
infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Apakah gejala-gejala HIV?
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak
ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang
mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai
panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat
terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi
akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah
terjadinya infeksi.
8
Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi
HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara
untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes
HIV. Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan
tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat
menyebabkan berkembangnya AIDS.
Apakah AIDS ?
AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan karena menurunnya sistem
kekebalan tubuh. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang
lama kelamaan akan mengakibatkan AIDS. AIDS adalah singkatan dari ‘acquired
immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi
yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah
dipastikan sebagai penyebab AIDS. Tahap HIV dalam tubuh dan timbulnya
berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang
menjadi AIDS.
Kapankah seorang terkena AIDS?
Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling
lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan,
akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi
berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:

Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak
dikategorikan sebagai AIDS.

Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran
pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)

Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung
lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau

Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran
tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paruparu (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi. Penyakit-penyakit penyerta
pada orang dengan HIV + digunakan sebagai indikator AIDS.
Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila
diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.
9
2.
Cara Penularan
Cara Penularan virus HIV AIDS
1.
Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit
yang terluka, jarum suntik, dsb.
2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang
Pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom
atau pengaman lainnya, oral sex, dsb
3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan
badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb.
4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita
HIV+.
Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita
HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja),
Air mata, Air keringat serta Urine (Air seni atau air kencing).
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak
memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus
HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap
sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah
hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk
mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika
seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya
adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS
diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala
seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit
jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang
kronik.
10
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan hingga 10% dibawah normal karena
gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal
sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan
makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi
letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada
telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tekanan
darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar
air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam
penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya
adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit
kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami
penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV.
Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphilis. Dibandingkan Pria
maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya
adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga
(tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan
mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
3. Diagnosis
Curiga AIDS secara klinis :
• Batuk lebih dari 2 – 3 minggu
• Penurunan berat badan menyolok > 10 %
• Panas > 1 bulan
• Diare > 1 bulan
• Perhatikan : kandidiasis oral
• Herpes zooster yang luas, kambuhan
• Sariawan rekuren dan berat
11
Curiga AIDS secara klinis :
• Penyakit kulit :
-
dermatitis seborroik kambuhan, psoriasis
prurigo noduler, dermatitis
generalisata
• Limfadenopati generalisata
• Infeksi jamur kambuhan (kandidiasis vagina/ keputihan) pada alat kelamin wanita
• Pneumonia berat berulang
• Pasien TBC terutama :
-
TB ekstrapulmonal : limfadenitis TB, efusi pleura TB, TB intestinal, TB
peritoneal, TB kulit
-
TB paru + kandida oral
-
TB – MDR , TB-XDR
Curiga HIV secara klinis :
• Riwayat perilaku seksual
• Riwayat penggunaan narkoba
• Riwayat pekerjaan : pelaut, sopir truk, dll
• Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku risiko tinggi
• Riwayat transfusi
• Perhatikan ciri khas / tanda kelompok risiko
(misal : tato , perilaku tertentu)
• Sekarang HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risti misal ibu rumah
tangga
Diagnosis Laboratorium :
- Serologis / deteksi antibodi : rapid tes, ELISA, Western Blot (untuk konfirmasi)
- Deteksi virus : RT- PCR, antigen p24
• Indikasi :
-
Pasien secara klinis curiga AIDS
-
Orang dengan risiko tinggi
-
Pasien infeksi menular seksual
-
Ibu hamil di antenatal care ( PMTCT )
-
Pasangan seks atau anak dari pasien positip HIV
Perhatikan negatif palsu karena periode jendela. Pada risiko tinggi , tes perlu
diulang 3 bulan kemudian, dan seterusnya tiap 3 bulan.
12
• Hati-hati positif palsu terutama pada pasien yang asimptomatik.
Pemeriksaan serologi harus dikonfirmasi dengan western blot, atau setidaknya
harus dengan strategi 3 test dengan metode berbeda yang melibatkan ELISA.
4. Tatalaksana HIV/AIDS dimaksud :
Penderita bisa memahami tentang penyakitnya sehingga dia berobat pada
stadium awal karena kebanyakan kasus di lapangan terjadi akibat terlambatnya
penanganan penderita HIV/AIDS.
Hal ini disebabkan penderita datang sudah
stadium lanjut dan kebanyakan penderita datang dengan penyakit setelah bekerja di
rantau. Oleh karena itu diperlukan peningkatan sosialisasi yang intensif. Bentuk
sosialisasi sebaiknya langsung pada suspek penderita dan keluarga penderita serta
masyarakat umum. Adapun tatalaksana HIV/AIDS di Indonesia umumnya adalah:

Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah kegiatan konseling dan Test
HIV secara sukarela

Perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS

Pengobatan infeksi Opurtunistik

Sistem pelaporan kasus HIV/AIDS
Untuk penanggulangan HIV/AIDS ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan oleh Puskesmas, yaitu:
1. Penyuluhan KRR, PMS, NAPZA pada kelompok sasaran (siswa SMP/SMA,
Karangtaruna, PSK, Pengguna jarum suntik/IDUs) dll
2. Meningkatkan pelaksanaan PMTCT (Prevention Mother to Child Transmision)
3. Mengembangkan klinik VCT
4. Peningkatan gaya hidup sehat
B. Gonorhea
1. Etiologi
Pada laki – laki dikenal sebagai “kencing nanah”. Penyebabnya bakteri yang
disebut Neisseria gonorrrheae. Gejala muncul antara 2 hinga 10 hari setelah terjadi
hubungan seksual.
2. Cara Penularan
Melalui hubungan seksual
3. Gejala
13
a. Pada Perempuan
- keluar cairan kental berwarna kekuningan
- nyeri perut bagian bawah
- dapat muncul tanpa gejala
b. Pada Laki-laki (Morning Drop)
- keluar nanah dari kemaluan
- sakit saat kencing
4. Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan, antara lain:
a.
Sediaan langsung dengan perwarnaan Gram akan ditemukkan gonokok
negatif-Gram
b.
Kultur untuk identifikasi
c.
Tes definitif antara lain;

Tes oksidasi yaitu reagen yang mengandung larutan tetrametil-pfenilendiamin dimana akan memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah
muda.

Tes fermentasi menggunakan reagen glukosa, maltosa dan sukrosa,
dimana gonococcus meragikan glukosa.
5. Tatalaksana
Pengobatan untuk penyakit Gonorhea antara lain; penicilin, amoksisilin,
sefalosporin, spektinomisin, kanamisin, dan tiamfenikol.
14
C. Syphilis
1. Etiologi
Disebut juga dengan “raja singa”.
Disebabkan
oleh
bakteri
Treponema
pallidum. Gejala – gejala muncul antara 26 minggu (kadang- kadang 3 bulan)
setalah terjadi hubungan seksual.
2. Cara Penularan
- melalui kontak seksual
- melalui kontak langsung dengan lesi
- penularan dari ibu ke anak
3. Gejala
 Primer
: tampak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri.
 Sekunder : bintil / bercak merah di tubuh yang hilang sendiri atau tanpa
gejala.
 Tersier
: kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan syaraf.
4. Diagnosis
a.
Pemeriksaan Treponema Pallidum dengan mengambil serum dari lesi kulit,
kemudian dilihat bentuk dan pergerakkannya. Treponema akan tampak
berwarna putih latar belakang gelap dan pergerakkannya memutar terhadap
sumbunya.
b.
T.S.S. atau serologic Tests for Syphilis sebagai ukuran untuk mengevaluasi
tes serologi ialah sensitivitas dan spesifitas.
4. Tatalaksana
Pengobatannya juga harus dilakukan pada mitra seksualnya serta sebelum sembuh
penderita dilarang bersenggama. Obat-obat yang digunakan yaitu penisilin dan
antibiotik lain.
15
D. Kutil Kelamin (Jengger Ayam)
Penyebab : virus HPV ( Human Papilloma Virus)
Gejala (muncul 2-3 bln setelah tertular)
•
Kutil sangat kecil seperti mata ikan akan muncul di luar alat kelamin/anus maupun
di dalam vagina
•
Semakin lama dibiarkan akan semakin besar seperti bunga kol/jengger ayam
•
Tidak terasa sakit, hanya kadang-kadang terasa gatal
•
Akan timbul-hilang seumur hidup (bersifat kambuhan)
Kalau kena kutil kelamin?
Konsekuensi
•
Dapat meningkatkan resiko terhadap kanker leher rahim dan kanker penis
•
Dapat ditularkan ke pasangan
Pengobatan
•
Belum ada obat yang dapat menghilangkan virus penyebab kutil. Pada tahap
pertama kutil dapat diobati dengan bahan kimia yang bisa menghapus kutil. Bila
besar perlu operasi di rumah sakit
Namun operasi sering kali tidak efektif, karena kutil dapat muncul kembali
E. Herpes Genitalis
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel
yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat
genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV (Herpes
Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital.
Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi
dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai
daerah genital.
1. Etiologi
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang
merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV:
-
Herpes simplex virus tipe I: umumnya menyebabkan lesi atau luka padasekitar
wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
-
Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
16
Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga
termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang
menyebabkan herpes zoster dan varisela. Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan
oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang
sama.
Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui
vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan
herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada
mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.
2. Gejala Klinik
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah
anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka
dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang
terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai
berikut:
-
Nyeri dan disuria
-
Uretral dan vaginal discharge
-
Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
-
Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
-
Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda-tanda:
-
Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada
tingkat infeksi
-
Limfadenopati inguinal
-
Faringitis
-
Cervisitis
17
Gambar Herpes genitalis pada laki-laki
Gambar Herpes genitalis pada perempuan
3. Diagnosis
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok
dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan
melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes
darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu
memuaskan. Virus kadang-kadang namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium
yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material
yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes. Pemeriksaan Tzanck dengan
pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear.
18
BAB III
PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL (PMS)
Kasus Infeksi Menular Seksual yang Diobati
Infeksi Menular Seksual yang Diobati adalah Kasus Infeksi Menular Seksual
(IMS) yang ditemukan berdasarkan syndrome dan etiologi serta diobati sesuai standar
di satu wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu 1 tahun.
Tabel 2. Diskripsi Cakupan Infe ksi Menular Seksual (IMS) yang diobati Menurut
Kecamatan tahun 2005-2007
No
Cakupan Infeksi Menular
2005
2006
2007
51.96
20 puskesmas
68.64
19 puskesmas
Seksual (IMS) yang diobati
1
2
Kabupaten Semarang
Data Kosong
68.31
18 puskesmas
Sumber: Bappeda Kab. Semarang, 2008. Kompilasi data dari Pusat kesehatan Masyarakat di Seluruh
Kabupaten Semarang.
Dari data tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa Cakupan Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang diobati di Kabupaten semarang tahun 2005-2007, target SPM tahun
2005 yaitu 100% dan pada tahun 2010 sebesar 100% juga. Pada tahun 2005 didapatkan
cakupan klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS sebesar 51.96% dari
Puskesmas Bergas dan Puskesmas Tengaran, hal ini masih berada jauh dibawah target
SPM tahun 2005. Sedangkan masih ada 20 puskesmas yang datanya kosong, hal ini dapat
disebabkan karena memang tidak ada pasien penderita infeksi menular seksual yang
ditemukan oleh puskesmas. Pada tahun 2006 didapatkan
Cakupan Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang diobati di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yaitu
68.64%. Angka tersebut berasal dari Puskesmas Bergas, Tengaran dan Sumowono.
Puskesmas yang datanya kosong ada 19 puskesmas. Pada tahun 2007 didapatkan
Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten Semarang sebanyak 68.31%.
Angka tersebut berasal dari Bergas, Tengaran dan Sumowono ditambah dengan 805
orang dari Puskesmas Duren Ambarawa.
Dari hasil evaluasi ini, ternyata pada tahun 2005 cakupan IMS yang diobati
belum mencukupi target SPM Dinkes Jateng. Perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap
puskesmas apakah data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada penderita
19
infeksi menular seksual atau karena sebab lain. Pada tahun 2006 cakupan meningkat.
Sedangkan tahun 2007 jumlah cakupannya hampir sama dengan tahun sebelumnya
ditambah data dari Puskesmas Duren sebanyak 805 orang. Sebaiknya data yang
dikirimkan bukan berupa jumlah orang tetapi berupa cakupan sehingga datanya dapat
dibandingkan dengan data dari tahun-tahun sebelumnya serta dapat dilihat tren-nya
mengalami peningkatan atau penurunan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan upaya-upaya
program pencegahan PMS di tiap-tiap puskesmas:
1) Pengobatan IMS
a. Advokasi
b. Meningkatkan KIE Pencegahan IMS, Pemeriksaan IMS dan pengobatan secara
dini
c. Pendidikan dan latihan bagi petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita IMS.
d. Mengembangkan Klinik IMS di lokasi/ lokalisasi penjaja seks.
e. Pemeriksaan IMS berkala kepada para PS dan pramuria di lokasi,lokalisasi, BAR,
Karaoke, Panti Pijat.
2) Peningkatan Gaya Hidup Sehat
a. Meningkatkan derajat pendidikan dasar dari anak, pemuda dan remaja khususnya
anak perempuan.
b. KIE di sekolah dan tempat kerja termasuk life Skill Education.
Perlindungan dan KIE kepada keluarga dan kelompok penduduk yang
menghadapi masalah sosial.
Kerjasama dan koordinasi dengan media massa dan perusahaan advertensi untuk
KIE pada masyarakat umum
KIE dan perlindungan anggota militer dan polisi
KIE dan pelayanan kesehatan di Lapas.
3) Promosi dan distribusi Kondom, melakukan social marketing, dan meningkatkan
akses kondom kepada WPS dan pelanggannya.
a. Melakukan social–marketing dan meningkatkan akses kondom kepada WTS dan
pelanggannya
b. Meningkatkan ketersediaan kondom, memperluas jaring distribusinya melalui
swasta, LSM dan Pemerintah.
c. Meningkatkan KIE tentang manfaat penggunaan kondom
d. Meningkatkan kwalitas kondom.
20
4) Promosi Perilaku Seksual Aman
a. Advokasi pada decision maker
b. Mengembangkan proyek – proyek panduan penggunaan kondom 100%.
c. Melaksanakan KIE secara sistematis dan bijaksana tentang penggunaan kondom
dan hubungan seksual non – penetratif.
d. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan IMS pada kelompok
berisiko.
21
BAB IV
KAJIAN ILMIAH ’PMS’
Konsep Map
DATA
(Buku)
MASALAH
KESEHATAN
(Diagnosis
HIV AIDS)
DOKTER
DATA
(Internet)
DATA
Hasil Lab
Upaya
pencegahan
HIV/AIDS
dilakukan
Bukti
KEPUTUSAN
MEDIS
bersama
dengan
kegiatan
penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS). Kegiatan yang telah dilaksanakan
antara lain:
1. Serosurvey
Kegiatan ini dilaksanakan oleh DKK dan PMI dengan sasaran WPS langsung, WPS
tak langsung dan Napi, tujuannya untuk mendapatkan data besaran masalah HIV
dan Sifilis di kelompok risiko tinggi, jika ditemukan akan dilakukan pengobatan.
2. Pertemuan dengan Lingkar LSM Peduli AIDS
Membahas rencana kegiatan di masing-masing LSM sesuai dengan isu SPM
(Standart Pelayanan Minimal) yang mereka akses untuk menekan pertumbuhan
penularan HIV/AIDS.
3. Pertemuan dengan Tim Pengarah KPAD Kota Surakarta
Sosialisasi HIV/AIDS di masing-masing instansi yang dibawahinya dengan
harapan bisa memberi informasi pencegahan dan penanganannya.
4. Pelayanan VCT
Di RS Daerah dr. Moewardi Surakarta, RS dr. Oen Surakarta dan Puskesmas
Manahan (bagi kelompok IDU’s).
22
5. Pelayanan IMS
Dilaksanakan di Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah atas kerja sama
DKK Surakarta dengan GF – ATM diperuntukkan bagi umum termasuk kelompok
risiko tinggi.
6. Pembentukan DIC (Droup In Centre)
Oleh LSM Mitra Alam sebagai tempat kosultasi dan informasi mengenai bahaya
Narkoba/NAPZA bagi generasi muda/ pemuda/remaja. (PB IDI, 2000)
Perjalanan Infeksi HIV/AIDS :
Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun
untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh
manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan
pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini
disebut sebagai periode jendela (windows periode). Sebelum masuk pada tahap AIDS,
orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+
ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan
bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs
sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau
menjadi donor darah.
Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel
darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka
kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi
berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan
meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.
Perkembangan HIV/AIDS di Dunia
a. Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut
UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) sampai dengan akhir 1995, jumlah
orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai
28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi
infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak (Anonim,
2006).
23
b. Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi
penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di
Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi
33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda
akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.
Ada beberapa hasil penelitian antara lain di negara industri, seorang dewasa yang
terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara
berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun. Setelah menjadi AIDS,
survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di
negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat
dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan
kwalitas pelayanan yang lebih baik.
24
BAB V
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diagnosis HIV-AIDS
Seorang ibu rumah tangga datang ke Dokter A dengan keluhan panas dan batuk
darah. Ibu tersebut mengeluh bahwa sakitnya sudah lama dan berkali-kali mondok
keluar masuk rumah sakit dengan keluhan serupa. Anamnesis lebih lanjut ternyata
suaminya sudah meninggal dan sebelumnya ada riwayat memakai injeksi Narkoba
(IDU). Dokter A tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut menyatakan
kemungkinan ibu tersebut menderita AIDS. Pasien tidak puas lalu datang ke dokter B,
kemudian oleh dokter B disarankan melakukan pemeriksaan laboratorium Sputum
BTA, Foto Thoraks dan pemeriksaan darah berupa Limfosit T.
Hasil pemeriksaan jumlah Limfosit T Helper (CD4) menunjukkan hasil sangat
rendah. Dokter B mendiagnosis HIV dan pasien berkonsultasi apakah penyakitnya dapat
disembuhkan dan apakah ada obatnya.
Pertanyaan:
1. Menurut anda dokter yang manakah yang lebih kompeten, apa alasannya?
(Kompetensi cara berpikir kritis/Critical Thinking)
2. Bukti-bukti apakah yang perlu dikumpulkan untuk memahami masalah pasien
tersebut? (Kompetensi Critical Thinking dan Evidance Based Medicine=EBM
Diagnosis)
3. Keterangan apa yang sebaiknya diberikan oleh dokter sehubungan dengan
pertanyaan pasien?( Kompetensi EBM Diagnosis dan Etika)
Skenario 2 ini membawa kompetensi seperti:
- Berpikir kritis/Critical Thinking
- EBM Diagnosis
Fokus skenario 2 diutamakan pada Learning Objective (LO) mayor EBM Diagnosis.
Peran Tutor untuk mengarahkan diskusi menuju LO EBM Diagnosis adalah melalui
langkah-langkah atau konsep sebagai berikut:
Dokter A: Mendiagnosis HIV AIDS tanpa didukung pemeriksaan Laboratorium (bukti
ilmiah)
Dokter B: Mendiagnosis HIV AIDS dengan didukung pemeriksaan Laboratorium
(bukti ilmiah)
25
Bagaimana pendapat saudara? Saudara lebih setuju pendapat siapa?
Teknik membuat keputusan medis berbasis bukti seperti apakah yang harus saudara
lakukan?
Dokter dalam hal ini diidentikkan sebagai mahasiswa FKUNS diharapkan
mencari bukti-bukti ilmiah berupa data ilmiah termasuk pemeriksaan laboratorium
untuk mendiagnosis HIV AIDS. Data ilmiah atau bukti yang didapatkan dipakai
untuk mendiagnosis HIV AIDS, kemudian memberikan informasi kepada pasien dan
disampaikan secara etis.
2. Bentuk Strategi Penyuluhan PMS :
a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat diketahui dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh
perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (Wawancara)
Interview sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah
perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam.
c. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok
yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode
akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
c.1 Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar
ini, antara lain :
c.1.a Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Halhal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :
26
 Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi
dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan
diri dengan :
a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema.
b. Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide,
transparan, sound sistem, dan sebagainya.
 Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran
(dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu
dan gelisah.
b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
d. Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
e. Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.
c.1.b Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli
atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
dianggap hangat di masyarakat.
c.2 Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara
lain :
c. 2.1 Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling
27
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat.
Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang
sama sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan / keterbukaan untuk
mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan
dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup, pemimpin
kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua
orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari
salah seorang peserta.
c.2.2 Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama
dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta
memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota
mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya
terjadilah diskusi.
c.2.3 Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5
menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya
dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
c.2.4 Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group)
kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain
28
dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
c.2.5 Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan
anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka
meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.
c.2.6 Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan
diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti
bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain
beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
berperan sebagai nama sumber.
c.3. Metode Pendidikan Massa (Public Education)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa
atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.
Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan
sebagainya maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian
bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar. Pada
umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan
atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain :
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri
kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk
29
menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk
pendekatan massa.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di
televisi pada waktu yang lalu (tahun 1970an).
d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab
/ konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu".
30
STRATEGI pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa:
1. Tahap Persiapan
a. Kegiatan laboratorium lapangan dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 10-13
mahasiswa
b. Tiap kelompok dipandu oleh 1 instruktur lapangan (dokter puskesmas)
c. Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS (Sragen, Wonogiri,
Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali)
d. Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab, dengan konfirmasi
jadwal kelompok kepada DKK dan Puskesmas terkait
e. Pembekalan materi diberikan pada kuliah pengantar Field Lab, sesuai jadwal dari
pengelola KBK FK UNS
f. Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk mahasiswa.
g. Sebelum pelaksanaann diharapkan mahasiswa konfirmasi terlebih dahulu dengan
instruktur lapangan (nomor telepon instruktur lapangan tersedia di kantor Field
Lab)
h. Tiap mahasiswa wajib membuat lembar cara kerja, yang diserahkan kepada
instruktur lapangan pada pagi hari sebelum pelaksanaan. Lembar cara kerja berisi:

Tujuan Pembelajaran

Alat/Bahan yang diperlukan

Cara Kerja (singkat)
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan di lapangan 3 (tiga) hari, sesuai jadwal yang telah disusun tim
pengelola Field Lab dan tim pengelola KBK FK UNS.
Hari I
: Perencanaan dan persiapan bersama instruktur mengenai kegiatan
Field Lab yang akan dilaksanakan.
Hari II
: Pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan.
Hari III
: Pengumpulan laporan dan evaluasi.
b. Peraturan yang harus ditaati mahasiswa :
1) Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan, dikancing rapi.
31
2) Mahasiswa datang sesuai dengan jam buka Puskesmas, kemudian menemui
instruktur.
3) Mengikuti kegiatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan
(Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan, Pencatatan, Pelaporan).
4) Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan konseling langsung pada
pasien/sasaran (konseling dilakukan oleh mahasiswa semester V atau lebih)
5) Apabila hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di Puskesmas yang
bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di
Puskesmas.
6) Kelompok
diperbolehkan
mengganti
hari,
mengikuti
jadwal
kegiatan
Puskesmas (mengikuti jadwal Posyandu). Dengan catatan tidak mengganggu
kegiatan pembelajaran lain di FK dan lapor pada pengelola Field
Lab/pengampu topik.
3. Tahap Pembuatan Laporan
a. Laporan kelompok, dibuat secara berkelompok sebanyak dua eksemplar:
-
satu eksemplar untuk Puskesmas
-
satu eksemplar untuk bagian Field lab
(menyesuaikan kebijakan Puskesmas).
b. Format Laporan
1) Halaman Cover
2) Lembar Pengesahan
3) Daftar Isi
4) Bab I : Pendahuluan dan Tujuan Pembelajaran
Uraikan secara singkat tentang topik Field Lab dan tujuan pembelajaran dari
topik tersebut.
5) Bab II : Kegiatan yang Dilakukan
6) Bab III : Pembahasan
Berikan penjelasan lebih lanjut mengenai pokok-pokok dari kegiatan yang
dilaksanakan serta uraikan pula kendala serta solusi dari kegiatan yang telah
dilaksanakan.
7) Bab IV : Penutup
Beri simpulan dan saran dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
32
8) Daftar Pustaka
c. Laporan diketik komputer, ± 10 halaman (tidak termasuk cover dan halaman
pengesahan), hari ketiga pelaksanaan harus diserahkan instruktur lapangan untuk
disetujui/disahkan. Ditunjukkan dengan lembar tanda tangan persetujuan instruktur
lapangan.
d. Satu eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, satu laporan
diserahkan pada pengelola Field Lab setelah disahkan instruktur lapangan. (paling
lambat 1 minggu sesudah pelaksanaan).
e. Apabila mahasiswa membuat laporan persis dengan laporan milik temannya, maka
akan dikembalikan
f. Setiap kelompokmengumpulkan CD yang berisi soft file laporan kelompok dan soft
file laporan individu serta dokumentasi kegiatan lapangan.
Tata Cara Penilaian
1. Instruktur memberi penilaian kepada mahasiswa sesuai dengan cek list yang ditetapkan
dalam buku panduan.
2. Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal yang ditetapkan pengelola
Field Lab.
3. Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari kegiatan Field Lab (Pretes,
Lapangan, Postes), maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai akhir tidak dapat
diolah.
4. Pretes dan postes susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat mengikuti
karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari dokter atau rumah
sakit. Mahasiswa yang bersangkutan segera menghubungi pengelola topik.
5. Nilai Akhir Mahasiswa :
=
1 x Pretes + 3 x Lapangan + 1 x Postes
5
6. Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70
7. Bila ada mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 70 akan dilakukan remidi yang
akan dijadwalkan pengelola Field Lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang
semester depan.
8. Nilai remidiasi maksimal 70
33
BAB VI
PROSEDUR KERJA
1. Menghitung jumlah sasaran
Jumlah sasaran dihitung berdasarkan jumlah Siswa atau audiens penyuluhan
2. Menentukan target cakupan penyuluhan PMS
Menetapkan berapa besar cakupan penyuluhan yang akan dicapai pada tahun yang
direncanakan. Target cakupan maksimal 100 %
3. Menghitung kebutuhan peralatan peraga penyuluhan PMS
Peralatan peraga diperlukan agar penyuluhan menjadi lebih menarik perhatian
audiens. Misalnya dengan menggunakan media bagan, elektronik, amupun role play.
SELAMAT MENGHITUNG DENGAN BENAR DAN CERMAT
KELOMPOK SASARAN PENYULUHAN ’PMS’
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS:
NAMA PUSKESMAS: .................................................
NAMA DESA
: .................................................
JUMLAH TARGET
: .....................................Orang
Jumlah hitungan sesuai Rumus : ....................... Orang
34
BAB VII
SKALA PENILAIAN
Nama
:
NIM
:
Kelompok
:
Puskesmas
:
No.
1.
2.
3.
3.
Keterangan
Persiapan
Membuat format rencana kerja sesuai panduan
Membuat materi penyuluhan
Presentasi rencana kerja dan materi penyuluhan
Sikap dan tingkah laku
Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu)
Menunjukkan kesiapan mengikuti kegiatan
Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan
kepada staf Puskesmas dan masyarakat
Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam
mengikuti semua kegiatan
Pelaksanaan
Menentukan sasaran Penyuluhan PMS
Melakukan penyuluhan PMS pada masyarakat
Memperhatikan demonstrasi/FGD masalah PMS
Menjelaskan bila ada suspek PMS-HIV/AIDS, dan
pencatatan pelaporannya
Laporan
Presentasi hasil laporan
Isi laporan sesuai kegiatan
Format laporan sesuai panduan
JUMLAH NILAI
Keterangan :
0: tidak melakukan
1: melakukan kurang dari 40 %
2: melakukan 40-60%
3: melakukan 60-80 %
4: melakukan 80-100 %
Jumlah Nilai
NILAI : -------------------- X 100 = ........................
56
35
0
1
2
3
4
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS
(UNAIDS) bersama-sama dengan masyarakat sipil, para aktivis pengobatan, sektor
swasta serta pemerintahan menyerukan ‘bersatu untuk pencegahan HIV’. Jakarta,
18 Agustus 2006
Anonim. 2000. Stigmatisasi dan Diskriminasi pada HIV AIDS. Pengurus Besar IDI.
www.depkes.go.id Edit terakhir: 9 Mei 2008
Handoko R.P. Herpes Simpleks dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Djuanda Adhi,
Hamzah M, Aisah S (ed).ed 3 cet.4 2004. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, p359-361
Pengurus Besar IDI.
2000. Pencegahan Penyakit Menular.
index.php?option. Edit terakhir: 9 Juli 2008
www.depkes.go.id/
Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD, editor.
Penyakit Menular Seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Sasongko, A.1996. Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Yayasan Kusuma Buana,
Jakarta.
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2,
Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. www.depkes.go.id/ index.php?option Update :
14 Juli 2006
Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus.
36
FOTO KEGIATAN SEMESTER IV
TOPIK : PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Penyuluhan Penyakit Menular Seksual
di SMP
Pengenalan Materi PMS di SMP
Diskusi tentang PMS di SMP
di Kabupaten Sragen
Kerjasama dengan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dalam pelaksanan
penyuluhanPMS
37
Download