8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemecahan

advertisement
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
1.
Pemecahan Masalah
Masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon.
Namun, tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu
pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan
adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh
suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui si pelaku
(Shadiq, 2004). Setiap masalah harus ada pemecahan masalah. Menurut
Nasution (2009) pemecahan masalah berarti menyelesaikan tantangan
dalam menjawab masalah. Pemecahan masalah merupakan perluasan
yang wajar dari belajar aturan. Dalam memecahkan masalah kita perlu
mempelajari aturan. Tidak sekadar menerapkan aturan-aturan yang
diketahui, akan tetapi juga menghasilkan pelajaran baru.
Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri
dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Dalam
menyelesaikan masalah tersebut memerlukan waktu yang lebih lama dari
biasanya karena suatu masalah memuat tantangan yang tidak dapat
dipecahkan oleh prosedur rutin. Solso (2007) menyatakan pemecahan
masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk
menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang
8
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
9
spesifik. Polya (1973) mengemukakan pendapatnya bahwa secara umum
terdapat empat tahap kemampuan pemecahan masalah, yaitu: memahami
masalah (understanding the problem), membuat rencana penyelesaian
(deising a plan), menyelesaikan masalah sesuai rencana (carrying out the
plan), dan memeriksa hasil penyelesaian masalah (looking back).
Menurut John Dewey (Nasution, 2009) terdapat langkah-langkah
yang diikuti dalam pemecahan masalah, yaitu:
1) Pelajar dihadapkan dengan masalah
2) Pelajar merumuskan masalah itu
3) Ia merumuskan hipotesis
4) Ia menguji hipotesis itu
Terdapat empat langkah penting yang harus dilakukan dalam
proses pemecahan masalah menurut Shadiq (2004), yaitu:
1) Memahami masalahnya
2) Merencanakan cara penyelesaian
3) Melaksanakan rencana
4) Menafsirkan hasilnya
Dalam langkah memahami masalah siswa harus dapat menentukan
dengan cermat apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal
yang akan menjadi arah dalam pemecahan masalah. Hal-hal yang
diketahui tidak hanya dibayangkan dalam otak yang sangat terbatas
kemampuannya,
namun
dapat
dituangkan
ke
dalam
kertas.
Merencanakan cara penyelesaian siswa dituntut untuk membuat model
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
10
matematika dari soal yang diberikan. Lalu dalam langkah melaksanakan
rencana siswa dituntut menyelesaikan model matematika yang telah
dibuatnya. Dan pada tahap terakhir menafsirkan hasilnya siswa dituntut
untuk dapat menyimpulkan hasil yang diperolehnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah
adalah usaha dari seseorang untuk dapat menyelesaikan sebuah
pertanyaan dengan menemukan jalan atau solusi untuk memecahkan
masalah dengan melibatkan dirinya dalam mengatasi pertanyaan atau
soal yang memiliki tantangan. Berdasarkan tahapan pemecahan masalah,
berikut ini tahapan dengan indikatornya yang akan digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah yaitu sesuai tahapan Polya
sebagai berikut:
Indikator kemampuan pemecahan masalah berdasarkan tahapan
menurut Polya.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Tahapan Pemecahan Masalah
Memahami masalah
Membuat rencana
penyelesaian
Menyelesaikan masalah
sesuai rencana
Memeriksa hasil
penyelesaian
Indikator
Siswa dapat menetukan apa
yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dalam soal yang
diberikan.
Siswa dapat menentukan
rumus mana yang dapat
digunakan dalam soal.
Siswa dapat menyelesaikan
soal sesuai dengan rumus
yang telah dibuat.
Siswa dapat memeriksa hasil
yang telah dikerjakan.
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
11
2.
Self Efficacy
Menurut Santrock (2007) self-efficacy adalah keyakinan bahwa
seseorang dapat menguasai sebuah situasi dan memberikan hasil yang
diinginkan. Self-efficacy merupakan faktor penting dalam menjelaskan
apakah siswa tersebut akan berhasil atau tidak. Hal ini karena siswa yang
memiliki keyakinan terhadap dirinya sendiri secara tidak sadar akan
dapat memotivasi dirinya untuk bisa.
Menurut Ormrod (2008), self-efficacy adalah penilaian seseorang
tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau
mencapai tujuan tertentu. Setiap orang akan lebih mungkin terlibat dalam
perilaku tertentu ketika mereka yakin bahwa mereka akan mampu
menjalankan perilaku tersebut dengan sukses. Self-efficacy membantu
seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju,
kegigihan, ketekunan yang mereka tunjukan dalam menghadapi
kesulitan, dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami
saat mereka mempertahankan keputusan-keputusan yang mencakup
kehidupan mereka.
Ormrod (2008) menyebutkan beberapa perilaku yang dipengaruhi
oleh self-efficacy yaitu sebagai berikut:
1) Pilihan aktivitas
Self efficacy mempengaruhi pilihan siswa terhadap aktivitasaktivitas yang akan ia lakukan. Antara siswa yang memiliki selfefficacy rendah akan berbeda pilihan aktivitasnya dengan siswa yang
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
12
memiliki self-efficacy tinggi. Pada saat belajar siswa yang memiliki
self-efficacy rendah ia akan menghindari tugas-tugas atau soal-soal
yang menantang. Namun, hal ini akan berbeda dengan siswa yang
memiliki self-efficacy tinggi. Pada saat belajar siswa yang memiliki
self-efficacy tinggi mereka akan cenderung untuk lebih bersemangat
dalam menyelesaikan tugas-tugas ataupun soal-soal terutama untuk
tugas-tugas atau soal-soal yang menantang.
2) Tujuan
Orang yang memiliki self-efficacy tinggi akan dengan percaya
diri menetapkan tujuan yang lebih tinggi bagi dirinya. Bila seseorang
merasa mampu melakukan tugas-tugas dalam karir tertentu maka ia
akan memilih karir tersebut.
3) Usaha dan Persistensi
Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan cenderung untuk
lebih bersemangat dalam menyelesaikan tugas ataupun soal terutama
untuk tugas atau soal yang menantang. Saat menghadapi tugas atau
soal yang menantang siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan
terus berusaha pantang menyerah dalam mengerjakan tugas tersebut
sampai masalah tersebut terpecahkan. Sedangkan siswa yang
memiliki self-efficacy rendah akan bersikap kebalikannya. Ia akan
mudah menyerah saat menghadapi soal yang sulit.
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
13
4) Pembelajaran dan prestasi
Orang dengan self-efficacy tinggi akan cenderung lebih banyak
belajar dan berprestasi daripada mereka yang memiliki self-efficacy
rendah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan selfefficacy menurut Ormrod (2008), di antaranya adalah:
a) Keberhasilan dan kegagalan pembelajar sebelumnya
b) Pesan yang disampaikan orang lain
c) Keberhasilan dan kegagalan orang lain
d) Keberhasilan dan kegagalan dalam kelompok yang lebih besar.
Menurut Bandura (1997) ada tiga dimensi sebagai pengukuran
tingkat self-efficacy, yaitu sebagai berikut:
1) Level
Pada dimensi ini tingkat self-efficacy hanya diukur berdasarkan
tingkatan atau level seseorang terhadap usaha dalam menyelesaikan
level tersebut. Dalam mengerjakan tugas tertentu self-efficacy setiap
orang hanya sebatas tingkat kesukaran yang rendah, sedang, atau
tinggi saja.
2) Strenght
Keyakinan dalam diri seseorang juga dapat dibedakan pada
tingkatan kemantapan orang tersebut terhadap keyakinannya. Hal ini
disebut dengan kekuatan (strenght).
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
14
3) General
Self-efficacy juga dapat dibedakan berdasarkan general artinya
seberapa self-efficacy
yang dimiliki seseorang untuk dapat
digeneralisasikan ke dalam situasi yang lain.
Pada penelitian ini indikator self-efficacy dikembangkan dari
dimensi-dimenasi yang dikemukakan oleh Bandura (1997), yaitu level,
strenght, dan general. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu;
Tabel 2.2 Indikator Self-efficacy
Dimensi
Level
Strenght
General
Indikator
1. Siswa mampu menyelesaikan tugas.
2. Siswa mampu menghadapi tugas yang sulit.
1. Keyakinan siswa terhadap usahanya dalam
mencapai tujuan.
2. Keyakinan siswa pada kemampuannya sendiri
dalam bertahan untuk menyelesaikan tugas.
1. Siswa mampu menyikapi situasi yang berbeda
dengan baik.
2. Siswa konsisten pada tugas atau aktivitasnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy adalah keyakinan pada
kemampuan sendiri dalam menyelesaikan masalah. Indikator self-efficacy
pada
penelitian
ini
dikembangkan
dari
dimensi-dimensi
yang
dikemukakan oleh Bandura (1997) yaitu Level, Strenght, General.
3.
Problem Based Learning (PBL)
Landasan
teori
pembelajaran
berbasis
masalah
adalah
kolaborativisme, yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa siswa
akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
15
semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua itu akan
memperoleh hasil dari kegiatan berinteraksi dengan sesama individu.
Adapun pendapat Hamruni (Suyadi, 2013) mengemukakan bahwa PBL
adalah
suatu
pendekatan
pembelajaran
yang
dimulai
dengan
menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu
peserta
didik
memerlukan
pengetahuan
baru
untuk
dapat
menyelesaikannya. Adapun karakteristik dari PBM menurut Min Liu
(Shoimin,2014), yaitu;
1.
Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada
siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga
oleh teori kontruktivisme dimana siswa di dorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2.
Authentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa dalah masalah yang
otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah
tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya
nanti.
3.
New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum
mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya
sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya,
baik dari buku atau informasi lainnya.
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
16
4.
Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan
dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian
tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
5.
Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sabagai fasilitator.
Meskipun begitu, guru harus selalu memantau perkembangan
aktivitas siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang
hendak dicapai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan
PBL terdapat langkah-langkah yang akan dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Menurut Hamruni (Suyadi, 2013), terdapat
enam langkah untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran berbasis
masalah ini, yaitu:
1) Menyadari adanya masalah
Pada tahap ini guru dapat menunjukkan adanya gap atau
kesenjangan antara realitas yang terjadi dengan idealitas atau yang
dikehendaki.
2) Merumuskan masalah
Setelah siswa mampu menangkap gap atau kesenjangan dalam
masalah tersebut maka guru perlu membantu siswa untuk
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
17
merumuskan masalah, sehingga menjadi pertanyaan-pertanyaan
yang lebih fokus dan spesifik.
3) Merumuskan hipotesis
Apabila siswa sudah mampu merumuskan masalah secara
spesifik, maka mereka harus mampu merumuskan hipotesis. Guru
membantu siswa untuk dapat merumuskan masalah dengan tepat.
4) Mengumpulkan data
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan atau mengumpulkan
data
yang
relevan
secepat
mungkin,
kemudian
mengorganisasikannya, serta menyajikannya secara skematis atau
terpetakan, sehingga mudah dipahami.
5) Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, guru membantu
siswa untuk mampu menguji hipotesis yang diajukan pada langkah
ke-tiga.
6) Menentukan pilihan penyelesaian
Guru membantu siswa untuk memilih alternatif penyelesaian
masalah secara bijaksana.
Selain itu, menurut Ibrahim dan Nur (Rusman, 2013) menguraikan
langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
18
Tabel 2.3 Langkah-Langkah PBL
Tahapan
Fase 1: Orientasi siswa
kepada masalah
Fase 2: Mengorganisasi
siswa untuk belajar
Fase 3: Membimbing
pengalaman individual/
kelompok
Fase
4:Mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya
Fase 5: Menganalisis
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Perilaku Guru
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan,
dan memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah.
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen
untuk
mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
Membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, dan membantu mereka
untuk berbagai tugas dengan temannya.
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi
atau
evaluasi
terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PBL
adalah pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalah kepada
siswa, dimana masalah yang diberikan merupakan masalah yang
berkaitan dengan permasalahan dalam konteks dunia nyata, selanjutnya
siswa memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan pengetahuan
yang dimiliki siswa sebelumnya untuk menemukan pengetahuan baru.
4.
Team-Assisted Individualization (TAI)
Team Assisted Individualization (TAI) adalah bantuan individual
dalam kelompok dengan karakteristik bahwa tanggung jawab belajar ada
pada siswa. Siswa harus mampu membangun pengetahuan tidak
menerima bantuan langsung atau dalam bentuk jadi dari guru. TAI
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
19
menggabungkan kooperatif dengan pengajaran individual. Menurut
Slavin sintak strategi pembelajaran bantuan individual dalam kelompok
(BidaK) adalah (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar
berupa modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa
pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling
berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi
serta tes formatif (Suyatno, 2009)
TAI memiliki dasar pemikiran untuk mengadaptasi pengajaran
terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa
maupun
pencapaian
prestasi
siswa
(Slavin,
2009).
Perbedaan
individualisasi pengajaran tersebut yaitu siswa memasuki kelas dengan
pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beraagam. Dalam
strategi TAI diterapkan bimbingan antar teman. Siswa yang mempunyai
kemampuan akademik tinggi akan bertanggung jawab terhadap siswa
yang mempunyai kemampuan akademik kurang. Dengan hal itu maka
siswa
yang
mempunyai
kemampuan
akademik
tinggi
dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa
yang mempunyai kemampuan akademik kurang dapat terbantu dalam
menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi dalam pembelajaran.
Menurut Shoimin (2014) Team Assisted Individualization (TAI)
memiliki delapan komponen, yaitu:
1) Placement Test, pada langkah ini guru memberikan tes awal (pretest) kepada siswa. Cara ini bisa digunakan dengan mencermati rata-
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
20
rata nilai harian atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh
siswa, sehingga guru dapat mengetahui kekurangan siswa pada
bidang tertentu.
2) Teams, langkah ini cukup penting dalam penerapan strategi
pembelajaran tipe Team AssistedIndividualization. Pada tahap ini
guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang
terdiri dari 4-5 siswa.
3) Teaching Group, guru memberikan materi secara singkat menjelang
pemberian tugas kelompok.
4) Student Creative, pada sintak ini guru perlu menekankan dan
menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu)
ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
5) Team Study, pada sintak team study siswa belajar bersama dengan
mengerjakan LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada sintak
ini guru juga memberikan bantuan secara individual kepada siswasiswa yang membutuhkan dengan dibantu siswa-siswa yang
memiliki kemampuan akademis tinggi di dalam kelompok tersebut
yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).
6) Fact Test, guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa. Misalnya dengan memberikan kuis dan sebagainya.
7) Team Score and Recognition, guru memberikan skor pada hasil kerja
kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok
yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
21
kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan
menyebut mereka sebagai “kelompok Ok”, “kelompok luar biasa”
dan sebagainya.
8) Whole-Class Unit, pada sintak ini guru menyajikan kembali materi
di akhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa
kelas di kelasnya.
Strategi Team Assited Individualization (TAI) dirancang untuk
memperoleh manfaat yang sangat besar dari potensi sosialisasi yang
terdapat dalam PBL. Menurut Slavin (2009) TAI juga dirancang untuk
memuaskan kriteria berikut ini untuk menyelesaikan masalah-masalah
teoretis dan praktis dari sistem pengajaran individual:
1) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan
pengelolaan rutin.
2) Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk
mengajar kelompok-kelompok kecil.
3) Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya
sehingga para siswa di kelas tiga ke atas dapat melakukannya.
4) Para siswa akan termotivasi untuk memperlajari materi-materi yang
diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat
curang atau menemukan jalan pintas.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Team Assisted
Individualization (TAI) adalah strategi pembelajaran yang dilakukan
dengan membentuk kelompok kecil yang heterogen dan bimbingan antar
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
22
teman. Dimana Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi
akan bertanggung jawab terhadap siswa yang mempunyai kemampuan
akademik kurang untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan
oleh guru. Di dalam Team Assisted Individualization (TAI) ada delapan
komponen yaitu: placement test, teams, teaching group, student creative,
team study, fact test, teams score and recognition, and whole class unit.
5.
Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Team-Assisted
Individualization (TAI)
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang
berorientasi pada pemecahan masalah. Pada mulanya siswa diberikan
masalah yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari lalu masalah
tersebut
dipecahkan
bersama
dalam
diskusi
kelompok.
Dalam
pelaksanaan diskusi tidak semua siswa ikut terlibat aktif. Kadang ada
beberapa siswa yang pasif saat berdiskusi. Oleh karena itu perlu adanya
strategi untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan menerapkan
strategi
Team
Assisted
Individualization
(TAI).
Team
Assisted
Individualization (TAI) ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa secara individual karena tipe ini mengkombinasikan keunggulan
individual dan pembelajaran kooperatif.
Penerapan PBL dengan strategi TAI ini memaksimalkan
kemampuan individu siswa. Siswa masuk kelas dengan pengetahuan,
kemampuan, dan motivasi yang beragam dengan cara pembentukan
kelompok heterogen. Setiap kelompok mempunyai siswa dengan
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
23
kemampuan beragam dari mulai yang berkemampuan akademis tinggi
sampai dengan rendah. Selanjutnya pemberian persepsi oleh guru bahwa
keberhasilan setiap individu ditentukan oleh kelompoknya, sehingga
pada saat diskusi dalam satu kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan akademis tinggi akan memberikan bimbingan kepada
anggota
kelompok
yang
mempunyai
akademis
kurang.
Selain
mendapatkan bimbingan dari siswa yang berkemampuan akademis
tinggi, siswa yang akademisnya kurang juga akan dibantu oleh guru. Di
akhir pembelajaran kelompok yang sukses dalam hasil diskusi kelompok
akan diberikan penghargaan oleh guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diuraikan langkah-langkah
PBL dengan strategi Team Assisted Individualization (TAI) sebagai
berikut:
Tabel 2.4 Langkah-Langkah PBL dengan Strategi TAI
Tahapan
Fase 1: Orientasi siswa
pada masalah
1.
2.
Fase 2: Mengorganisasi
siswa untuk belajar
3.
4.
Perilaku Guru
Guru memberikan masalah yang
berkaitan dengan permasalahan dunia
nyata dengan membagikan Lembar
Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap
siswa. Lalu guru meminta siswa untuk
mengamati.
Guru
membantu
siswa
dalam
mengidentifikasi dan mengkoordinasi
LKK yang diberikan selama proses
mencoba dilakukan siswa.
Guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok heterogen dengan
anggota kelompok empat siswa.
Pembagian kelompok ini berdasarkan
rata-rata nilai ulangan harian siswa.
(Placement Test dan Teams)
Guru memberikan materi sesuai LKK
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
24
Tahapan
Fase 3: Membimbing
penyelidikan individu
dan kelompok
Fase
4:
Mengembangkan
dan
menyajikan hasil karya
Fase 5: Menganalisa
dan
mengevaluasi
proses
pemecahan
masalah
Perilaku Guru
yang diberikan. (Teaching Group)
5. Guru menekankan dan menciptakan
persepsi bahwa keberhasilan setiap
siswa ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya dalam memecahkan
masalah dengan cara saling berdiskusi.
(Student Creative)
6. Guru mengawasi jalannya diskusi
kelompok
dalam
membahas
penyelesaian LKK yang diberikan.
(Team Study)
7. Guru meminta siswa berkemampuan
tinggi untuk membantu siswa yang
berkemampuan
rendah
dalam
kelompoknya.
8. Guru memberikan bantuan secara
individual
kepada
siswa
yang
membutuhkan.
9. Guru
meminta
siswa
untuk
mempresentasikan hasil diskusi LKK di
depan kelas.
10. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa lain untuk bertanya atau
menanggapi hasil diskusi yang sedang
dipresentasikan.
11. Guru
memberikan
kuis
untuk
dikerjakan secara individual (Fact Test)
12. Guru memberikan simpulan dengan
menekankan strategi penyelesaian
masalah. (Whole-Class Unit)
13. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang sukses dalam diskusi.
(Teams Score and Team Recognition)
Adapun perbedaan antara Problem Based Learning (PBL) dan
Problem Based Learning (PBL) dengan strategi Team Assisted
Individualization (TAI) sebagai berikut:
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
25
Tabel 2.5 Perbedaan Antara PBL dan PBL dengan strategi TAI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PBL
PBL dengan strategi TAI
Fase 1: Orientasi siswa pada masalah
Guru
memberikan 1. Guru memberikan masalah yang
masalah yang berkaitan
berkaitan dengan permasalahan
dengan
permasalahan
dunia nyata dengan membagikan
dunia nyata.
Lembar Kerja Kelompok (LKK)
kepada setiap siswa. Lalu guru
meminta siswa untuk mengamati.
Guru meminta siswa 2. Guru membantu siswa dalam
mengamati
dan
mengidentifikasi
dan
menanggapi pertanyaan
mengkoordinasi
LKK
yang
guru
mengenai
diberikan selama proses mencoba
permasalahan tersebut
dilakukan siswa.
Fase 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru meminta siswa 3. Guru membagi siswa ke dalam
untuk berkelompok ke
beberapa kelompok heterogen
dalam
beberapa
dengan anggota kelompok empat
kelompok
dengan
siswa. Pembagian kelompok ini
anggota masing-masing
berdasarkan rata-rata nilai ulangan
4-5 orang.
harian siswa. (Placement Test dan
Teams)
Guru memberikan LKK 4. Guru memberikan materi sesuai
yang berkaitan dengan
LKK yang diberikan. (Teaching
permasalahan kehidupan
Group)
sehari-hari
yang
dibagikan kepada setiap
kelompok.
Guru membantu siswa 5. Guru
menekankan
dan
dalam mengidentifikasi
menciptakan persepsi bahwa
dan
mengkoordinasi
keberhasilan
setiap
siswa
LKK yang diberikan.
ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya dalam memecahkan
masalah dengan cara saling
berdiskusi. (Student Creative)
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Guru
membimbing 6. Guru
meminta
siswa
kepada setiap kelompok
berkemampuan
tinggi
untuk
dalam bekerja sama
membantu
siswa
yang
dengan
anggota
berkemampuan rendah dalam
kelompoknya
dalam
kelompoknya.
menyelesaikan LKK.
Guru membantu siswa
dalam
mengumpulkan 7. Guru memberikan bantuan secara
informasi agar siswa
individual kepada siswa yang
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
26
PBL
PBL dengan strategi TAI
dapat
menyelesaikan
membutuhkan.
masalah pada LKK.
Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
8. Guru
dan
siswa 8. Guru memberikan soal evaluasi
membahas
bersama
untuk dikerjakan secara individual
pendapat yang telah
(Fact Test)
dikemukakan siswa dan
melakukan evaluasi dari
hasil presentasi.
9. Guru dan siswa bersama- 9. Guru
memberikan
simpulan
sama
menyimpulkan
dengan menekankan strategi
hasil pembelajaran yang
penyelesaian masalah. (Wholediperoleh.
Class Unit)
11. Guru memberikan soal
evaluasi.
11. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang sukses
dalam diskusi. (Teams Score and
Team Recognition)
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2015) yaitu berdasarkan hasil
uji hipotesis dengan Independent Samples Test diperoleh kemampuan
komunikasi matematis siswa yangmengikuti strategi TPS dalam PBL lebih
baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti PBL. Penelitian yang dilakukan Taufik dengan peneliti memiliki
persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada jenis penelitian dan
model pemebelajaran. Penelitian Taufik dan penelitian peneliti sama-sama
melakukan penelitian eksperimen. Model pembelajaran yang digunakan
Taufik dan peneliti adalah PBL. Perbedaannya terletak pada sumber data
penelitian, strategi pemebelajaran, dan kemampuan kognitif. Sumber data
penelitian Taufik adalah siswa SMP. Strategi pembelajaran yang digunakan
Taufik menggunakan strategi TPS, sedangkan strategi pembelajaran yang
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
27
digunakan peneliti menggunakan strategi TAI. Selain sumber data penelitian
dan strategi pembelajaran penelitian Taufik dan peneliti juga berbeda pada
kemampuan kognitif yang diujikan. Taufik menguji kemampuan komunikasi
matematis sedangkan peneli menguji kemampuan pemecahan masalah
matematis.
Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2015) menyatakan bahwa kelas
yang diajar dengan menggunakan PBL dengan strategi TPS berpengaruh
terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SMP N 1 Binangun.
Penelitian yang dilakukan Dian memiliki persamaan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti, yaitu terletak pada jenis penelitian, sumber data penelitian,
dan model pembelajaran. Penelitian Dian dan peneliti sama-sama merupakan
penelitian eksperimen. Sumber data penelitian Dian dan peneliti adalah siswa
SMP. Model pembelajaran yang digunakan Dian dan peneliti sama-sama
menggunakan model pembelajaran PBL. Perbedaan penelitian Dian dan
penelitian peneliti terletak pada strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran
yang digunakan Dian menggunakan strategi TPS sedangkan strategi
pembelajaran yang digunakan peneliti menggunakan strategi TAI. Selain
strategi pembelajaran penelitian Dian dan peneliti juga mempunyai perbedaan
pada kemampuan kognitif. Penelitian Dian menguji kemampuan koneksi
matematis sedangkan peneliti menguji kemampuan pemecahan masalah
matematis.
Penelitian yang dilakukan Ida Fikriyah (2016) menyatakan bahwa pada
kelompok kemampuan pemecahan masalah tinggi siswa termasuk level
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
28
abstraks diperluas, pada kelompok kemampuan pemecahan masalah rendah
termasuk level relation dan level prastruktural. Penelitian Ida dan peneliti
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian Ida dan penelitian
adalah sama-sama meneliti kemampuan pemecahan masalah. Perbedaannya
terletak pada jenis penelitian dan sumber data penelitian. Jenis penelitian Ida
menggunakan deskripsi kualitatif sedangkan penelitian peneliti menggunakan
penelitian eksperimen. Sumber data penelitian Ida adalah siswa SMK,
sedangkan sumber data peneliti adalah siswa SMP.
Beberapa penelitian di atas memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan
pengaruh PBL dengan strategi TAI. Penelitian ini dilakukan sebagai tindak
lanjut untuk melengkapi dan memperbaiki kekurangan dari penelitian
sebelumnya. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa belum ada penelitian yang sama dengan peneliti, yaitu pengaruh
Problem
Based
Learning
(PBL)
dengan
strategi
Team
Assisted
Individualization (TAI) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
dan self-efficacy siswa SMP Negeri 1 Karangpucung.
C. Kerangka Pikir
Pada pembelajaran matematika siswa hanya menghafal rumus dan
terpaku pada apa yang dicontohkan, sehingga siswa menjadi kurang terlatih
dalam mengembangkan kemampuannya dan sering dianggap sebagai
pembelajaran
yang
membosankan.
Sehingga
perlu
adanya
strategi
pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran karena strategi
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
29
proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
salah satunya yaitu strategi TAI. Strategi TAI adalah strategi pembelajaran
yang dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang heterogen dan
bimbingan antar teman. Strategi TAI dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual atau perorangan. Selain strategi pembelajaran,
untuk mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran diperlukan adanya
suatu model pembelajaran. Salah satu model yang dapat digunakan adalah
PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan memberikan
masalah kepada siswa, dimana masalah yang diberikan merupakan masalah
yang berkaitan dengan permasalahan dalam konteks dunia nyata. Dengan
adanya permasalahan, siswa belajar untuk menyelesaikannya. Salah satu
kemampuan siswa yang perlu dimiliki adalah kemampuan pemecahan
masalah. Di dalam pemecahan masalah, siswa tidak hanya dapat untuk
memecahkan masalah tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya. Siswa dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan. Selain kemampuan kognitif siswa juga perlu memiliki
kemampuan afektifnya, salah satunya yaitu self-efficacy. Self-efficacy perlu
dimiliki setiap siswa karena self-efficacy adalah keyakinan pada kemampuan
sendiri dalam menyelesaikan masalah. Dalam menyelesaikan masalah pada
self-efficacy ada tingkatannya yaitu level, stenght, dan general.
Langkah awal dalam pembelajaran menggunakan model PBL dengan
strategi TAI yaitu orientasi siswa pada masalah. Pada tahap ini guru
memberikan masalah yang berkaitan dengan permasalahan dunia nyata. Pada
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
30
langkah kedua yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, pada langkah ini
guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa
ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya dalam memecahkan masalah
dengan cara berdiskusi. Langkah ketiga yaitu membimbing penyelidikan
individu dan kelompok, pada langkah ini guru memberikan bantuan secara
individual kepada siswa yang membutuhkan dan siswa yang berkemampuan
tinggi membantu siswa yang berkemampuan rendah. Langkah keempat yaitu
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada langkah ini guru meminta
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi dan memberikan kesempatan
kepada siswa lain untuk aktif bertanya dan menanggapi hasil diskusi.
Langkah kelima yaitu menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, pada langkah ini guru memberikan kesimpulan dan memberikan
penghargaan kepada kelompok yang sukses dalam diskusi sehingga
memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kompak dalam berdiskusi.
Melalui perpaduan PBL dengan strategi TAI diduga mampu
mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal itu
dikarenakan dalam penerapan PBL dengan strategi TAI memberikan lebih
banyak kesempatan siswa untuk memecahkan masalah konteks dunia nyata
baik secara individu maupun kelompok. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat ditarik kerangka pikir bahwa melalui PBL dengan strategi TAI dapat
berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan
self-efficacy.
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
31
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1.
Capaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI lebih baik dari pada
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran PBL (tanpa TAI).
2.
Capaian self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan
strategi TAI lebih baik dari pada self-efficacy siswa yang mengikuti
pembelajaran PBL (tanpa TAI).
Pengaruh Problem Based..., Retno Dewi Pratiwi, FKIP, UMP, 2017
Download