1 HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN

advertisement
HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 13 MALANG
PRIMA ARIFIN
ABSTRAK
Arifin, Prima. 2012. Hubungan Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelas VII B SMP Negeri 13 Malang. Skripsi, Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing ( I ) Drs.
Suparman Adi Winoto, H. SH, M.Hum ( II ) Siti Awaliyah, S.Pd,
M.Hum
Kata Kunci: Kebiasaan belajar, Prestasi belajar, Siswa SMP
Membiasakan anak-anak untuk belajar merupakan salah satu faktor yang
penting. Kebiasaan yang dibina dari saat ke saat ini akan banyak menguntungkan
bagi orang tua maupun bagi anak. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang
baik akan memperoleh prestasi belajar yang baik pula. Sebaliknya anak yang
kebiasaan belajarnya tidak baik, prestasi belajarnya tidak maksimal. Sebagai mana
dikemukakan Hamalik bahwa cara belajar turut menentukan hasil belajar yang
diharapkan. Cara yang tepat akan membawa hasil yang memuaskan, sedangkan
cara yang tidak sesuai akan menyebabkan belajar itu kurang berhasil.
Tujuan penelitian ini untuk (a) mendiskripsikan kebiasaan belajar siswa
kelas VII B SMP Negeri 13 Malang (b) mendiskripsikan prestasi belajar siswa
kelas VII B SMP Negeri 13 Malang (c) mengetahui hubungan kebiasaan belajar
terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif korelatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP
Negeri 13 Malang tahun pelajaran 2011/2012 yang keseluruhan berjumlah 41
responden. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan kuisioner dengan
kriteria jawaban selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Analisis hasil
penelitian menggunakan analisis persentase dan Korelasi Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Siswa kelas VII B SMP Negeri
13 Malang memiliki kebiasaan belajar yang baik di rumah dengan persentase
76,3% dan kebiasaan belajar yang baik di sekolah dengan persentase 78,7 %. (2)
1
Prestasi belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang menunjukkan kriteria
baik dengan persentase 51 %. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa koofisien r
( korelasi product moment ) adalah (a) Ada hubungan (korelasi) sebesar 0.842
(sangat kuat) antara kebiasaan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa kelas
VII B SMP Negeri 13 Malang. (b) Ada hubungan (korelasi) sebesar 0.725 (kuat)
antara kebiasaan belajar di sekolah dengan prestasi belajar siswa kelas VII B SMP
Negeri 13 Malang. Berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel
kebiasaan belajar (X) dengan prestasi belajar (Y).
Saran yang disampaikan adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 13
Malang perlu meningkatkan prestasi agar dapat meningkatkan kriteria yang lebih
tinggi dari yang telah dicapai saat ini, dan perlu meningkatkan kebiasaan belajar
yang lebih baik dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. Kepala sekolah
meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk siswa. Guru bidang studi PKn menentukan langkah yang tepat
dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu pengajaran. Orang tua
diharapkan dapat menjadi motivator utama dalam belajar siswa dirumah dengan
menerapkan kebiasaan belajar yang baik kepada putra-putrinya.
PENDAHULUAN
Kebiasaan belajar merupakan persoalan setiap siswa. Mereka memiliki
kebiasaan belajar yang khas yang disesuaikan dengan selera dan kondisi masingmasing individu. Berbagai kebiasaan dapat berupa cara mereka dalam
mempelajari materi suatu pelajaran, kebiasaan istirahat sejenak pada saat belajar,
keteraturan dalam belajar, mendengarkan musik saat belajar, dan sebagainya.
Kebiasaan mempelajari suatu materi pelajaran antara siswa yang satu dengan
yang lain berbeda-beda dalam arti ada siswa yang biasa mempelajari materi
pelajaran dengan cara hafalan, adapula siswa yang lainnya yang lebih menyukai
dengan memusatkan perhatiannya pada pengertian atau pemecahan suatu masalah.
Dilihat dari segi bentuk belajarnya, siswa yang satu lebih suka dengan belajar
berkelompok dengan temannya, namun siswa yang lain justru tidak menyukainya
dengan alasan tidak bisa konsentrasi. Kenyataan tersebut semuanya bermula dari
2
kondisi fisik dan psikis yang berbeda, latar belakang ekonomi yang tidak sama,
ingatan, pikiran, daya kemampuan menyerap materi pelajaran, minat, perbedaan
kebiasaan para siswa yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Dari berbagai pernyataan tersebut di atas, akan dapat mengganggu studi
belajar mereka, maka dari itu penting sekali dikaji lebih jauh bagaimana
sebenarnya pola-pola kebiasaan belajar yang dilakukan oleh para siswa pada saat
belajar dan berbagai kondisi yang diciptakannya. Lebih lanjut perlu pula dipelajari
bagaimanakah hubungan kebiasaan belajar siswa tersebut terhadap prestasi
belajarnya.
Pada dasarnya dalam proses pembelajaran sering timbul kesulitan belajar
dikarenakan kebiasaan belajar siswa yang kurang baik, Gie (1987: 7) bahwa ”agar
seseorang dapat belajar dengan baik dia harus mengetahui dulu metode, teknik,
kemahiran atau cara-cara belajar yang efisien kemudian pengetahuan itu
dipraktikan setiap hari sampai menjadi suatu kebiasaan belajar”. Cara-cara yang
dipakai siswa dalam belajar akan menjadi suatu kebiasaan, kebiasaan belajar yang
dapat mempengaruhi belajar siswa. Kebiasaan belajar adalah perilaku siswa yang
dilakukan secara berulang-ulang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama. Gie
(1995: 192) mengatakan bahwa ” kebiasaan adalah perilaku siswa yang dilakukan
secara rutin dari waktu kewaktu dalam rangka pelaksanaan belajarnya”.
Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah atau bawaan sejak lahir tetapi
perilaku yang dipelajari secara sengaja maupun tidak sadar, yang kemudian
kebiasaan belajar tersebut telah tertanam dalam diri siswa dan akhirnya akan
timbul yang namanya siswa sukses dan siswa yang gagal dalam belajar.
Kebiasaan belajar dapat mengarah pada pola pengembangan belajar baik
3
berpengaruh positif yakni jika dilakukan secara rutin dan teratur, dan berpengaruh
negatif jika kebiasaan belajar dilakukan tidak teratur.
Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang menunjang
tercapainya prestasi belajar siswa, terutama yang sangat berpengaruh pada prestasi
siswa adalah cara belajar. Cara belajar merupakan strategi yang dilakukan oleh
siswa dalam belajarnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu prestasi
belajar yang baik. Hal ini dapat dilihat dari cara belajarnya setiap hari, disiplin
waktu baik di rumah maupun di sekolah. Banyak siswa yang gagal mendapat hasil
yang baik dalam pelajarannya karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang
efektif, karena itu untuk menunjang agar tujuan belajar siswa dapat tercapai maka
diperlukan adanya belajar yang efektif.
Pada umumnya kebiasaan belajar yang dilakukan para siswa baik di
rumah maupun di sekolah, bahwa adanya kecenderungan melakukan tingkah laku
belajar apabila mereka akan menghadapi ulangan atau ujian dan ada pekerjaan
rumah saja. Siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik maka akan
memperoleh prestasi belajar yang baik pula, sebaliknya siswa yang kebiasaan
belajarnya tidak baik, maka prestasi belajarnya tidak akan maksimal.
Sebagaimana dikemukakan Hamalik (1990: 30) bahwa ”cara belajar yang
dipergunakan turut menentukan hasil belajar yang diharapkan. Cara yang tepat
akan membawa hasil yang memuaskan, sedangkan cara yang tidak sesuai akan
menyebabkan belajar itu kurang berhasil”.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (a) mendiskripsikan
kebiasaan belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang (b) mendiskripsikan
4
prestasi belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang (c) mengetahui
hubungan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VII B SMP
Negeri 13 Malang.
METODE
Data penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif.
Menggunakan penelitian deskriptif korelatif bersetujuan untuk mendiskripsikan
apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat analisis dan menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi.
Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasiinformasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variable-variabel
yang ada (Mardalis, 1989: 26).
Penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya hubungan
kebiasaan belajar dengan prestasi belajar pada siswa kelas VII B di SMP Negeri
13 Malang. Variabel dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar (X) sebagai
variabel bebas terhadap prestasi belajar (Y) sebagai variabel terikat. Menurut
Sugiyono (2008: 58) variabel pada dasarnya “segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan”. Selanjutnya Sugiyono
(2008:59) menyatakan variabel bebas adalah “variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel terikat, sedangkan
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat”.
5
HASIL TEMUAN
1) Kebiasaan Belajar
a. Kebiasaan Belajar di Rumah
Dari perhitungan terhadap hasil kuisioner diketahui bahwa pada siswa
kelas VII B SMP Negeri 13 Malang memiliki kebiasaan belajar yang baik
(76,3%) di rumah. Mereka memiliki waktu yang cukup untuk belajar, sarana
yang memadai serta keadaan mental dan fisik yang baik dalam belajar.
Kebiasaan belajar di rumah di dukung oleh sekolah yaitu, para guru
selalu aktif memberikan tugas-tugas baik berupa tugas pribadi ataupun tugas
kelompok kepada siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang sehingga kegiatan
belajar tidak terbatas di lingkungan sekolah saja. Dengan memberikan tugas
belajar di luar jam sekolah setiap siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang
akan merasa memiliki kewajiban untuk menyelesaikanya sehingga mereka
mengerjakan tugas yang mana tugas merupakan suatu sarana untuk mengulang
atau mengingat pelajaran ataupun sebagai pengantar untuk materi baru yang
akan diajarkan. Akan tetapi tugas yang diberikan juga tidak terlalu banyak, hal
ini dimaksudkan agar siswa bisa melakukan atau memiliki kegiatan selain
kegiatan mengerjakan tugas sekolah di rumah.
b. Kebiasaan Belajar di Sekolah
Dari perhitungan terhadap hasil kuisioner di ketahui bahwa pada siswa
kelas VII B SMP Negeri 13 Malang memiliki kebiasaan belajar yang baik
(78,7%) di sekolah. Artinya para siswa melakukan kegiatan belajar di sekolah
dengan baik. Mereka mengikuti kegiatan belajar di sekolah sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, mendapatkan sarana yang memadai serta keadaan
6
mental dan fisik yang baik dalam belajar. Kebiasaan belajar di sekolah ini
didukung beberapa faktor, yaitu:
1) Kedisiplinan yang diterapkan di SMP Negeri 13 Malang
Kedisiplinan ini mendukung kebiasaan belajar yang baik pada
siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang. Setiap siswa diharuskan untuk
datang di sekolah tepat pada waktunya. Siswa yang tidak datang tepat pada
waktunya akan dikenakan sangsi berupa point pelanggaran. Selain itu
absensi siswa juga sangat diperhatikan, dalam hal ini sekolah selalu
mengontrol dan berkerjasama dengan wali murid. Kedisiplinan waktu
belajar di sekolah SMP Negeri 13 Malang sangat mendukung proses belajar
siswa. Dengan adanya sangsi atas keterlambatan dan ketidak hadiran yang
tanpa alasan siswa akan menguranggi atau bahkan tidak terlambat mengikuti
pelajaran dan berusaha selalu hadir dalam setiap kegiatan pengajaran,
dengan demikian konsentrasi siswa terpusat.
2) Sarana yang terdapat pada SMP Negeri 13 Malang
Sarana atau alat pelajaran erat hubunganya dengan cara belajar
siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar
dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan atau materi yang diajarkan.
Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan
bahan atau materi pelajaran yang diberikan pada siswa. Demikian pula
sarana belajar yang terdapat di SMP Negeri 13 Malang cukup lengkap
sehingga mendukung proses belajar siswa.
7
3) Interaksi yang baik dari guru PKn dan siswa
Proses belajar mengajar Pendidikan kewarganegaraan terjadi antara
guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasinya dengan
gurunya. Di dalam relasi yang baik siswa akan menyukai gurunya, juga
menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa akan berusaha
mempelajarinya dengan baik. Pada SMP Negeri 13 malang terjalin relasi
yang baik sehingga proses belajar berjalan dengan baik.
4) Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini
perlu pembinaan dari guru. Guru di SMP Negeri 13 Malang senangtiasa
memberikan pengarahan tentang bagaimana metode belajar yang baik.
Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga
dalam pembagian waktu untuk belajar. Dengan demikian siswa perlu belajar
teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar
yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 13 Malang
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa terkait dengan kemampuan siswa
dalam menangkap isi dan pesan dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Salah
satu faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam penelitian ini yakni
taraf intelegensi, yakni kemampuan awal siswa sebelum terjadinya proses belajar
mengajar. Kemampuan ini termasuk dalam ranah kognitif, hal ini sesuai dengan
penjelasan Winkel (1989: 138) bahwa yang mencakup dalam ranah kognitif
adalah taraf intelegensi dan daya krestivitas bakat khusus, taraf kemampuan
berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, dan teknik-teknik studi.
8
Surtinah Tirtinegoro (dalam Anne, 2011) menjelaskan bahwa “prestasi
belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu”.
Dari teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar
merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah
mata pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan dalam nilai baik
berbentuk raport dan laporan lain seperti nilai semester, dimana nilai semester
tersebut mencerminkan keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajarnya.
Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13
Malang adalah menduduki kriteria baik (51%), maka perlu diadakan upaya-upaya
peningkatan prestasi belajar. Dalam upaya peningkatan prestasi belajar hendaknya
perlu diperhatikan faktor internal dan faktor eksternal. Dengan memadukan
keduanya faktor internal dan eksternal diharapkan prestasi belajar siswa kelas VII
B SMP negeri 13 Malang dapat meningkat.
3. Hubungan antara Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas
VII B SMP Negeri 13 Malang
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi product
moment diketahui bahwa:
a. Ada hubungan (Korelasi) sebesar 0.842 (sangat kuat) antara Kebiasaan belajar
di rumah dengan Prestasi Belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang.
b. Ada hubungan (Korelasi) sebesar 0.725 (kuat) antara Kebiasaan belajar di
sekolah dengan Prestasi Belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang.
9
Maka dari itu salah satu upaya yang dapat dilakukan siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa adalah berusaha untuk memperbaiki
kebiasaan belajar sehingga pada akhirnya memiliki kebiasaan belajar yang baik,
berencana dan efisien. Hal ini seperti yang dikemukakan Rusyan dan Daryani
(1993: 3) “kesuksesan belajar anda sebenarnya tidak terlepas dari cara belajar
yang anda laksanakan, sebab baik tidaknya hasil belajar dapat dilihat dan
dirasakan oleh anda sendiri”. Bahkan Hamalik (1990: 30) menegaskan “bahwa
cara belajar yang dipergunakan turut menentukan hasil belajar yang diharapkan.
Cara belajar yang tepat akan membawa hasil yang memuaskan, sedangkan cara
yang tidak sesuai akan menyebabkan cara belajar itu kurang berhasil”. Siswa akan
belajar dengan efisien apabila ada motivasi dalam dirinya. Atau dengan kata lain
siswa akan belajar lebih efisien apabila siswa berusaha untuk belajar. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan sardirman (1986: 85) “motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu
usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik”.
PEMBAHASAN
A. Kebiasaan Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian (Suyono dan Harianto, 2011: 9).
Menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) “belajar adalah
suatu perilaku, pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan
sebaliknya bila ia tidak belajar maka responya menurun”. Di dalam belajar
10
menurut Skinner akan ditemukan hal-hal berikut: 1) kesempatan terjadinya
peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, 2) respons si pebelajar,
3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan
perubahan tingkah laku. Stimulus-stimulus yang diberikan kepada seseorang akan
saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan
mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian dengan respon yang
dimunculkan akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensikonsekuensi ini pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan
munculnya perilaku. Konsep belajar sebagaimana dikemukakan oleh Skinner ini
termasuk dalam pandangan teori belajar behavioristik (Budiningsih, 2005: 24).
Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10) “belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas”.
Konsep belajar sebagaimana dikemukakan oleh Gagne bahwa dengan belajar
seseorang akan memiliki kapabilitas, pengetahuan, sikap, dan memiliki nilai.
Kapabilitas tersebut timbul karena adanya stimulasi yang berasal dari lingkungan
dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar. Penjabaran mengenai konsep
sebagaimana dikemukakan oleh Gegne dapat ditarik pengertian bahwa belajar
merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi
lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Slameto (2010: 2-3) menjelaskan “belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
11
lingkungannya”. Perubahan tingkah laku tersebut ditunjukkan dengan ciri-ciri:
1) perubahan terjadi secara sadar, 2) perubahan belajar besifat kontinu dan
fungsional, 3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4) perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara, 5) perubahan dalam belajar bertujuan atau
terarah, 6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Winkel (1989: 53) mengemukakan “bahwa belajar adalah suatu aktifitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative, konstan dan
berbekas”.
Senada dengan pendapat Winkel, Sanjaya (2008: 229) mengemukakan
“bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan
tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap,
serta psikomotor”. Dikatakan positif oleh karena perubahan perilaku itu bersifat
adanya penambahan dari perilaku sebelumnya yang cenderung menetap (tahan
lama dan tidak mudah dilupakan).
Menurut Ginting (2008: 34) “belajar adalah pengalaman terencana yang
membawa perubahan tingkah laku”. Sedangkan menurut Syah (2003: 63) “belajar
merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative tetap
sebagai hasil pengalamanya dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif”.
Witherington, dkk (1982: 15) menjelaskan “kebiasaan adalah suatu cara
bertindak yang telah dikuasai yang besifat tahan uji (persistent), seragam, dan
12
banyak sedikitnya otomatis. Kebiasaan biasanya terjadi tanpa disertai kesadaran
pada pihak yang dimiliki kebiasaan itu”. Sedangkan Patty, dkk (1982: 141)
mengemukakan “suatu kebiasaan dijalankan juga secara otomatis, ialah bahwa
otomatis terjadi diluar kemauan dan tidak ada pemikiran, sedang kemauan
memegang peranan yang penting dalam terjadinya kebiasaan dan dasarnya ialah
pertimbangan akal”.
Definisi tentang kebiasaan menurut Good (1995) yakni : (1) suatu
tindakan, gerakan atau corak kelakuan yang berkat praktek dan pendidikan telah
menjadi mudah, dikenal baik dan cepat serta dapat dilakukan dengan sadar, tanpa
ragu-ragu atau tanpa konsentrasi, dan (2) keseluruhan bentuk atau corak tindakan
yang karena keadaan yang terus-menerus dilakukan oleh individu, telah menjadi
dominan dan menjadi stereotip. Kebiasaan biasanya terjadi tanpa disertai
kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu. Kebiasaan dapat timbul
melalui dua cara yakni yang pertama adalah dengan adanya kecenderungan pada
setiap orang untuk mengikuti jalan yang jumlah rintangan yang terkecil. Artinya
kalau kita melalukan perbuatan untuk pertama kalinya, maka kita melakukannya
dengan jalan tertentu dan cara tertentu tadi adalah cara yang termudah dan yang
menghendaki usaha terkecil dari kita. Cara yang kedua ialah dengan sengaja
melakukan sesuatu dalam cara tertentu, supaya dengan demikian terbentuklah
semacam pola sambutan otomatis. Cara kedua ini biasanya dipergunakan bila
seseorang berusaha membentuk suatu kebiasaan baru untuk menggantikan
kebiasaan lama yang harus dibuang.
Jadi kesimpulan dari kebiasaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang secara otomatis atau suatu cara berbuat atau betindak yang
13
dimiliki seseorang dan diperolehnya melalui proses belajar. Cara tersebut bersifat
tetap, seragam dan otomatis.
Dari perhitungan terhadap hasil kuisioner diketahui bahwa pada siswa
kelas VII B SMP Negeri 13 Malang memiliki kebiasaan belajar yang baik
(76,3%) di rumah. Mereka memiliki waktu yang cukup untuk belajar, sarana yang
memadai serta keadaan mental dan fisik yang baik dalam belajar.
Kebiasaan belajar di rumah di dukung oleh sekolah yaitu, para guru
selalu aktif memberikan tugas-tugas baik berupa tugas pribadi ataupun tugas
kelompok kepada siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang sehingga kegiatan
belajar tidak terbatas di lingkungan sekolah saja. Dengan memberikan tugas
belajar di luar jam sekolah setiap siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang akan
merasa memiliki kewajiban untuk menyelesaikanya sehingga mereka
mengerjakan tugas yang mana tugas merupakan suatu sarana untuk mengulang
atau mengingat pelajaran ataupun sebagai pengantar untuk materi baru yang akan
diajarkan. Akan tetapi tugas yang diberikan juga tidak terlalu banyak, hal ini
dimaksudkan agar siswa bisa melakukan atau memiliki kegiatan selain kegiatan
mengerjakan tugas sekolah di rumah.
Dari pengertian tentang kebiasaan dan belajar di atas dapat dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan kebiasaan belajar ialah suatu cara belajar yang
dilakukan secara rutin, dengan pertimbangan akal, dan otomatis yang mengarah
kepada penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang semuanya
diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan, sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman.
14
Sedangkan dari perhitungan terhadap hasil kuisioner di ketahui bahwa
pada siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang memiliki kebiasaan belajar yang
baik (78,7%) di sekolah. Artinya para siswa melakukan kegiatan belajar di
sekolah dengan baik. Mereka mengikuti kegiatan belajar di sekolah sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, mendapatkan sarana yang memadai serta keadaan
mental dan fisik yang baik dalam belajar. Kebiasaan belajar di sekolah ini
didukung beberapa faktor, yaitu: 1) Kedisiplinan yang diterapkan di SMP Negeri
13 Malang, 2) Sarana yang terdapat pada SMP Negeri 13 Malang, 3) Interaksi
yang baik dari guru PKn dan siswa, 4) Metode belajar
.Dengan demikian dapat disimpulkan kebiasaan belajar siswa kelas VII B
SMP Negeri 13 Malang sesuai dengan teori yang dikemukakan Thursan Hakim
(2000: 33) adalah, siswa dapat mengatur waktunya belajar, yang diantaranya cara
menentukan waktu belajar, mempunyai jadwal belajar dan belajar setiap ada
kesempatan. Selain itu siswa juga mampu belajar sendiri dan belajar kelompok,
kemudian siswa juga harus mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Adapun
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar di sekolah adalah
mematuhi tata tertib/disiplin sekolah, adanya guru yang berkompeten, kondisi
gedung sekolah, fasilitas balajar yang memadai, dan waktu belajar di sekolah. Jadi
dalam mencapai keberhasilan belajar baik di rumah maupun di sekolah belajar
secara efektif dan terpenuhi fasilitas yang dibutuhkan akan dapat membantu dan
mempermudah siswa dalam memcapai keberhasilan dalam belajar.
15
B. Prestasi Belajar
Menurut Winkel (1989: 53) prestasi belajar merupakan suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkunganya,
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan
nilai dan sikap. Sedangkan Hamalik (2004: 36) menyatakan bahwa prestasi
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni
mengalami hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkan perubahan
kelakuan.
Surtinah Tirtinegoro (dalam Anne, 2011) menjelaskan bahwa “prestasi
belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode tertentu”.
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa terkait dengan kemampuan siswa
dalam menangkap isi dan pesan dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Salah
satu faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dalam penelitian ini yakni
taraf intelegensi, yakni kemampuan awal siswa sebelum terjadinya proses belajar
mengajar. Kemampuan ini termasuk dalam ranah kognitif, hal ini sesuai dengan
penjelasan Winkel (1989: 138) bahwa yang mencakup dalam ranah kognitif
adalah taraf intelegensi dan daya krestivitas bakat khusus, taraf kemampuan
berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, dan teknik-teknik studi.
Penilaian prestasi belajar terhadap siswa sangat penting karena dapat
diketahui sejauh mana taraf pengetahuan dan kualitas prestasi siswa yang dicapai
16
selama mengikuti proses kegiatan belajar. Oleh karena itu yang dapat dilakukan
guru adalah mengamati tingkah laku siswa yang dianggap penting dan diharapkan
dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik dari
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
Untuk mengetahui kemajuan belajar yang dicapai oleh siswa dalam
proses belajar maka diadakan ujian atau tes. Sistem evaluasi hasil belajar yang
digunakan yaitu menggunakan tes formatif dan tes sumatif. Menurut Sudjana
(1990: 5) “tes formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program
belajar mengajar itu sendiri”. Sedangkan menurut Arikunto (2001: 48) “tes
sumatif adalah tes yang memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah
mengikuti program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan
dengan teman kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa
tingkat penguasaan yang dicapai”.
Dalam penelitian ini prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil belajar
siswa yang diisyaratkan dengan angka yang diambil dari nilai rata-rata nilai PKn
semester ganjil yang hasil akhirnya dapat dilihat pada nilai raport.
Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13
Malang adalah menduduki kriteria baik (51%), maka perlu diadakan upaya-upaya
peningkatan prestasi belajar. Dalam upaya peningkatan prestasi belajar hendaknya
perlu diperhatikan faktor internal dan faktor eksternal. Dengan memadukan
keduanya faktor internal dan eksternal diharapkan prestasi belajar siswa kelas VII
B SMP negeri 13 Malang dapat meningkat.
17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Surtinah Tirtinegoro (dalam Anne, 2011)
menjelaskan bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik dalam periode
tertentu”. Dengan faktor yang mempengaruhi sesuai dengan teori yang
dikemukakan ahmadi (2004: 138) menjelaskan bahwa prestasi belajar yang
dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (factor
eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka mebantu murid dalam
mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
C.
Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Dengan Prestasi Belajar
Tiap siswa tentu berkeinginan agar belajarnya di sekolah dapat berhasil
dengan baik. Tidak ada siswa yang mengharapkan kegagalan dalam belajarnya,
sebab kegagalan dalam belajar akan menimbulkan kekecewaan, frustasi, bahkan
mungkin sangat mempengaruhi jiwanya. Jadi jelaslah, keberhasilan adalah tujuan
utama dalam belajar. Jika siswa menyadari hal ini, sudah tentu ia akan bersiapsiap dan berusaha sebisa mungkin menggerakan segala daya yang ada, agar
berhasil mencapai tujuan. Salah satu upaya yang dilakukan siswa adalah berusaha
memperbaiki kebiasaan belajar, sehingga pada akhirnya memiliki kebiasaan
belajar yang baik, berencana, dan efisien. Hal ini seperti yang dikemukakan
Rusyan dan Daryani (1993: 3) ”kesuksesan belajar anda sebenarnya tidak terlepas
dari cara belajar yang anda laksanakan, sebab baik tidaknya hasil belajar dapat
18
dilihat dan dirasakan oleh anda sendiri”. Bahkan Hamalik (1990: 30)
menegasakan “bahwa cara belajar yang dipergunakan turut menentukan hasil
belajar yang diharapkan. Cara belajar yang tepat akan membawa hasil yang
memuaskan, sedangkan cara belajar yang tidak sesuai menyebabkan cara belajar
itu kurang berhasil”.
Hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar pada siswa
kelas VII B SMP Negeri 13 Malang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
koefisien r ( korelasi Product moment ) adalah:
a. Ada hubungan (Korelasi) sebesar 0.842 (sangat kuat) antara Kebiasaan
belajar di rumah dengan Prestasi Belajar siswa kelas VII B SMP
Negeri 13 Malang.
b. Ada hubungan (Korelasi) sebesar 0.725 (kuat) antara Kebiasaan belajar
di sekolah dengan Prestasi Belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13
Malang.
Hal ini berarti hipotesis yang diajukan bahwa ada hubungan yang sangat
kuat antara kebiasaan belajar di rumah dengan prestasi belajar dan hubungan yang
kuat antara kebiasaan belajar di sekolah dengan prestasi belajar pada siswa kelas
VII B SMP Negeri 13 Malang terbukti. Sehingga dengan demikian Ho ditolak dan
Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar
dengan prestasi belajar.
Siswa akan belajar dengan efisien apabila ada motivasi dalam dirinya,
atau dengan kata lain siswa akan belajar lebih efisien apabila siswa berusaha
untuk belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan sardiman (1986: 85)
“motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong dan usaha pencapaian prestasi.
19
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa apabila siswa mempunyai
kebiasaan belajar yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang baik pula,
sebaliknya apabila siswa kebiasaan belajarnya tidak baik, maka prestasi yang
diperoleh tidak bisa maksimal. Dengan demikian ada hubungan antara kebiasaan
belajar dengan prestasi belajar siswa.
PENUTUP
A. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang memiliki kebiasaan
belajar baik (76,3%) di rumah. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban angket yang
sebagian besar siswa menyatakan sering yang berarti melakukan kegiatan
belajar di rumah dengan baik.
2. Sebagian besar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang memiliki kebiasaan
belajar baik (78,7%) di sekolah. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban angket yang
disebarkan menyatakan sering yang berarti melakukan kegiatan belajar di
sekolah dengan baik.
3. Prestasi belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang adalah baik (51%).
Hal ini ditunjukkan tingkat prestasi belajar yang paling banyak adalah pada
criteria baik.
4. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa koefisien r (korelasi Product moment)
adalah:
a. Ada hubungan (Korelasi) sebesar 0.842 (sangat kuat) antara Kebiasaan belajar
di rumah dengan Prestasi Belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang.
20
b. Ada hubungan (Korelasi) sebesar 0.725 (kuat) antara Kebiasaan belajar di
sekolah dengan Prestasi Belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang.
Hal ini berarti hipotesis yang diajukan bahwa ada hubungan yang sangat
kuat antara kebiasaan belajar di rumah dengan prestasi belajar dan hubungan yang
kuat antara kebiasaan belajar di sekolah dengan prestasi belajar pada siswa kelas
VII B SMP Negeri 13 Malang terbukti. Sehingga dengan demikian Ho ditolak dan
Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar
dengan prestasi belajar.
B. Saran
Saran-saran yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang perlu meningkatkan prestasi belajar
agar dapat mencapai kriteria yang lebih tinggi dari yang telah dicapai saat ini.
2. Siswa kelas VII B SMP Negeri 13 Malang perlu meningkatkan kebiasaan
belajar yang baik dalam rangka meningkatkan prestasi belajar.
3. Bagi kepala sekolah, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
pengambilan kebijakan untuk kepentingan peningkatan kualitas pendidikan di
SMP Negeri 13 Malang, dengan memperhatikan kebiasaan belajar dan prestasi
siswa serta memberikan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk siswa.
4. Bagi guru bidang studi PKn, dapat dijadikan masukan untuk memperoleh
gambaran tentang kebiasaan siswa sehingga guru dapat menentukan langkahlangkah selanjutnya untuk meningkatkan mutu dalam mengajar.
5. Orang tua, diharapkan dapat menjadi motivator utama dalam belajar siswa di
rumah dengan menerapkan kebiasaan belajar yang baik kepada putra-putrinya.
21
DAFTAR RUJUKAN
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Anas Sudijono, 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Anne, 2011. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli (Online),
(http://www.anneahira.com), diakses 26 Mei 2012.
Arikunto, Suharmini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharmini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (edisi
revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gie, The Liang.1987. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Gie, The Liang.1995. Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Ginting, Abdurrohman. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Humaniora.
Hamalik, Oemar. 1990. Metoda Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito.
Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
22
Mardalis. 1989. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Patty. 1982. Beberapa Hal yang Perlu Diketahui tentang Kesehatan Mental dan
Hygienenya dalam Pendidikan di Sekolah. Malang: Biro I Ikip
Malang.
Rusyan, A. Tabrani dan Daryani, Yani. 1993. Penuntun Belajar yang Sukses.
Jakarta: Nine Karya Jaya.
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta C.V. Rajawali.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Surahmad, Winarno. 2003. Teori Kuda Haus Penerapanya di Dalam Motivasi
Murid Belajar. Fasilitator. Hlm. 14-17.
Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alphabeta.
Suyono, Harianto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sunarto, B. Agung Hartono. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Dedikbud dan Rineka Cipta.
Sudjana. 1990. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung: Tarsito.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada.
Thomas L. Good, Jare E. Brophy. 1995. Looking in Classrooms. New York:
Harper Collins.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis, Disertai, Artikel, Makalah, Tugas akhir, Laporan penelitian.
Edisi kelima. Malang: Universitas Negeri Malang.
Witherington, H.C & Cronbach, Lee. Je,1982. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. Bandung: Jemmars.
Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.
Gramedia.
23
Winarno, M. E. 2007. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Malang:
Fakultas Ilmu Olahraga.
24
Download