INSIDENSI,, KARAKTERISTIK, DAN PENA PENATALAKSANAAN TALAKSANAAN PENDERITA GONORE DI BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN (Suatu Tinjauan di Rumah Sakit Al Al-Islam Bandung Periode Tahun 2008-2010) 2008 AMELIA DWI HERYANI 10100107045 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2011 INSIDENSI, KARAKTERISTIK, DAN PENATALAKSANAAN PENDERITA GONORE DI BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN (Suatu Tinjauan di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Periode Tahun 2008-2010) Oleh AMELIA DWI HERYANI 10100107045 SKRIPSI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat oleh yang disebutkan di atas telah diperiksa dan direvisi, secara lengkap dan memuaskan Bandung, 13 Agustus 2011 Pembimbing I Deis Hikmawati, dr., SpKK.,M.Kes NIK: D.10.0.528 Pembimbing II Mia Kusmiati, dr., M.Pd.Ked NIK: D.05.0.412 ii Skripsi ini telah dipertahankan oleh penulis di dalam seminar yang diadakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Pada tanggal 5 agustus 2011 Yang dihadiri oleh Ketua : Prof. Dr. Toni S Djadjakusumah, dr., SpKK(K) Sekretaris : Julia Hartati, dr Pembimbing I : Deis Hikmawati, dr., SpKK., M.Kes Pembimbing II : Mia Kusmiati, dr., M.Pd.Ked Penguji I : Prof. Dr. Tony S Djajakusumah, dr., SpKK (K) Penguji II : Julia Hartati, dr Penguji III : Rika Nilapsari, dr., SpPK iii MOTTO And do not approach unlawful sexual intercourse. Indeed, it is ever an immorality and is evil as a way. (Q.S 17;32 Al-Isra’) iv ABSTRAK Infeksi Menular Seksual (IMS) saat ini masih banyak terjadi di masyarakat, dan salah satu penyakit IMS yang angka kejadiannya masih meningkat adalah gonore. Kasus gonore di beberapa negara cenderung meningkat khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Meskipun kejadian penyakit ini cenderung meningkat, ternyata hanya sedikit negara-negara di dunia yang melaporkan insidensi penyakit ini. Dilakukan studi deskriptif retrospektif untuk meneliti data penderita gonore yang dilakukan pemeriksaan, pengobatan, dan pembuatan rekam medis di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Periode Tahun 2008 hingga 2010. Data sekunder kemudian diolah dan disusun dalam bentuk tabel dan grafik batang. Didapatkan 83 data rekam medis penderita gonore, dan insidensi tertinggi yaitu pada tahun 2010 (48,2%). Mayoritas jenis kelamin penderita gonore adalah laki-laki, dengan usia kategori dewasa muda (54,22%), bekerja sebagai wiraswasta (38,55%), dan berstatus telah menikah (53,01%). Mayoritas penatalaksanaan adalah pemberian antibiotik siprofloksasin (33,74%). Secara umum hasil penelitian sesuai dengan teori atau dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, namun pemilihan antibiotik untuk penderita gonore di Rumah Sakit ini belum sepenuhnya berpedoman pada anjuran dari Departemen Kesehatan. KataKunci: Insidensi, karakteristik, penatalaksanaan, gonore, RS. Al-Islam v ABSTRACT Currently, Sexual Transmitted Infection (STI’s) is still widely spreading in community, and one of the STI’s the incidence of which is still increasing is gonorrhoeae. The gonorrhoeae cases in some countries incline to increase, particularly in developing countries such as Indonesia. However, though the incidence of the disease inclines to increase, in fact only few countries throughout world have reported the accurately estimated incidence of the disease. A descriptive-retrospective study was conducted to investigate the data of those patients with gonorrhoeae that underwent examination, treatment, and medical recording at Bandung Al-Islam Hospital in a time period of 2008 to 2010. Then, the secondary data was processed and arranged in forms of tables and bar graphics. Eighty three medical recording data of patients with gonorrhoeae were obtained, the highest incidence being in 2010 (48,19%). Majority of the patients with gonorrhoeae was male, young adult (54,22%), entrepreneur (38,55%), and married (53,01%). Moreover, majority of management was the administration of ciprofloxacin antibiotic (33,74%). In general, the findings of research were in agreement with theories and previous researches, but the choice of antibiotic for the patients with gonorrhoeae at the Hospital has not been based on the recommendation by Health Department guidelines. Keyword : Incidence, characteristic, treatment, gonnorhoeae, Al-Islam Hospital vi KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahiim Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi syarat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program studi Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Thaufiq Boesoirie, dr., MS, Sp.THT-KL(K) selaku Rektor Universitas Islam Bandung, Prof. Dr. H. Herri S. Sastramihardja, dr., Sp.FK(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, H. Dede Setiapriagung, dr., Sp.Rad., M.H.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Al-Islam Bandung, dr. Guntur selaku pembimbing lapangan Rumah Sakit Al-Islam Bandung dan seluruh staf Rumah Sakit Al-Islam Bandung yang telah membantu proses penelitian skripsi ini. Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Deis Hikmawati, dr., SpKK., M.Kes sebagai pembimbing I dan Mia Kusmiati, dr., M.Pd.Ked sebagai pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, semangat, serta doa dalam keberhasilan skripsi ini. Tidak lupa rasa terimakasih kepada Julia Hartati dr., selaku dosen wali yang selalu memberikan arahan dan semangat seperti orangtua kedua di kampus kepada saya selama proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. vii Tidak lupa saya sampaikan rasa terimakasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada orangtua Ibunda Diani Anggraini dan Ayahanda Subur Hermanto atas segala doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang tiada henti dan tidak ternilai dengan apapun, serta dukungan moril maupun materil. Saya juga menyampaikan terimakasih kepada kakak-kakakku Alfarina Herdianti dan Rafdi Ahmed atas segala dukungan dan bimbingan nya dalam penyusunan skripsi ini. Saya sampaikan juga rasa terimakasih kepada sahabat-sahabatku Tri Suci Lestari, Annisa Tri Kusuma, dan Karima Yudhistina yang telah menjadi teman dalam bermain dan bekerjasama dalam belajar hingga saya dapat mengikuti perkuliahan ini hingga akhir. Terimakasih juga kepada Putri Sukmarani atas segala dukungan dan semangatnya yang tiada henti. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada temanteman Fakultas Kedokteran Angkatan 2007, 2006, dan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bentuk bantuan dan semangatnya selama saya mengikuti perkuliahan hingga akhir. Semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan pahala yang berlimpah dan semoga kita semua selalu ada dalam karunia dan rahmat-Nya Bandung, Agustus 2011 Penulis viii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... MOTTO ...................................................................................................... ABSTRAK................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................ KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1.2. Identifikasi Masalah.............................................................. 1.3.Tujuan Penelitian ................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................. 1.4.1 Aspek Teoritis .................................................................... 1.4.2 Aspek Praktis ...................................................................... 1 1 4 5 5 5 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN.............. 2.1 Kajian Pustaka ....................................................................... 2.1.1 Infeksi Menular Seksual .................................................. 2.1.2 Gonore............................................................................. 2.1.2.1 Definisi ...................................................................... 2.1.2.2 Epidemiologi .............................................................. 2.1.2.3 Etiologi ...................................................................... 2.1.2.4 Patogenesis ................................................................ 2.1.2.5 Patofisiologi ............................................................... 2.1.2.6 Manifestasi Klinis ...................................................... 2.1.2.7 Komplikasi................................................................. 2.1.2.8 Diagnosis ................................................................... 2.1.2.9 Diagnosis Banding ..................................................... 2.1.2.10 Penatalaksanaan ....................................................... 2.1.3 HIV dan AIDS ................................................................. 2.2 Kerangka pemikiran............................................................... 6 6 6 7 7 7 8 10 11 12 15 16 18 19 22 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian.................................................................... 3.1.1 Kriteria Inklusi ................................................................ 3.1.2 Kriteria Eksklusi ............................................................. 3.2 Metode Penelitian ................................................................. 25 25 26 26 ix 3.2.1 Rancangan Penelitian ..................................................... 3.2.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel ..................... 3.2.3 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data ..................... 3.2.4 Pengolahan Data ............................................................ 3.3 Aspek Etik Peneliti ............................................................... 26 26 27 28 28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 4.1. Hasil Penelitian .................................................................... 4.1.1 Hasil Penelitian Deskriptif .............................................. 4.2. Pembahasan ......................................................................... 4.3. Keterbatasan Penelitian ........................................................ 29 29 29 36 39 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 40 5.1. Kesimpulan .......................................................................... 40 5.2. Saran.................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42 LAMPIRAN ................................................................................................ 44 RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 47 x x DAFTAR SINGKATAN 1. WHO : World Health Organization 2. IMS : Infeksi Menular Seksual 3. RS : Rumah Sakit 4. WPS : Wanita Penjaja Seks 5. AS : Amerika Serikat 6. LOS : Lipooligosakarida 7. PID : Pelvic Inflammatory Disease 8. UNG : Uretritis Non Gonokokal 9. HIV : Human Immunodeficiency Virus 10. AIDS : Aqcuired Immune Deficiency Syndrome xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Tabel Distribusi Insidensi Penderita Gonore............................................. 29 Tabel 4.2 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 30 Tabel 4.3 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Usia ............................. 31 Tabel 4.4 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Pekerjaan ..................... 32 Tabel 4.5 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Status Perkawinan ....... 33 Tabel 4.6 Tabel Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Penatalaksanaan .......... 34 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Struktur Neisseria gonorrhoeae…………………………………….. 9 Gambar 2.2 Uretritis Gonore……………………………………………………... 13 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran ................................................................... 24 Gambar 4.1Distribusi Insidensi Penderita Gonore .................................................... 30 Gambar 4.2 Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Jenis Kelamin..................... 31 Gambar 4.3 Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Usia ..................................... 32 Gambar 4.4 Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Pekerjaan ............................ 33 Gambar 4.5 Distribusi Penderita Gonore Berdasarkan Status Perkawinan ............. 34 Gambar 4.6 Distribusi Penatalaksaan Pada Penderita Gonore ................................. 35 xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Tabel Data Hasil Penelitian…………………………. ......................... 44 xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Gonore adalah penyakit karena infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae) yaitu bakteri diplokokus Gram negatif dan manusia merupakan satu-satunya pejamu alamiah untuk gonokokus. Infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual.1 Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 terdapat 62 juta kasus gonore di dunia yang masuk ke dalam peringkat ketiga dari seluruh kasus Infeksi Menular Seksual (IMS).2 Meskipun di beberapa negara cenderung menurun, namun negara lainnya cenderung meningkat seperti negara-negara berkembang.3 Hanya sedikit negara negara di dunia yang melaporkan insidensi penyakit ini.4 Laporan Departemen Kesehatan pada tahun 1990 menyatakan bahwa jumlah kasus gonore adalah 38 kasus per 100.000 penduduk. Penelitian di Indonesia pada beberapa Rumah Sakit (RS) menunjukan hasil yang bervariasi. Kasus gonore tahun 2006 di RS Hasan Sadikin Bandung menduduki peringkat pertama dari keseluruhan IMS yaitu sebanyak 50 kasus. Menurut hasil penelitian di RS Dr. Soetomo pada 1 2 tahun 2002 hingga tahun 2004 penderita gonore mengalami peningkatan dari 60% menjadi 69% dan kembali mengalami penurunan hingga tahun 2006 yaitu sebesar 65%.4 Angka kejadian gonore di RS Kariadi Semarang menempati urutan ketiga dari seluruh penderita IMS tahun 1990-1994.3 Epidemiologi penderita gonore terbanyak di Indonesia tercatat pada usia 15 hingga 24 tahun.6 Pada penelitian di RS Dr.Soetomo Surabaya Tahun 2002-2006 penderita gonore pada pria menunjukan perbedaan yang sangat jauh dari wanita dengan jumlah 90,7% pada pria dan hanya sebesar 9,3% pada wanita.4 Kelompok yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini adalah Wanita Penjaja Seks (WPS), pecandu narkotik, dan homoseksual.3 Menurut WHO faktor risiko IMS pada pria yaitu memiliki mitra seksual lebih dari satu dalam satu bulan terakhir, berhubungan seksual dengan WPS dalam satu bulan terakhir, mengalami satu atau lebih episode IMS dalam satu bulan terakhir, serta perilaku istri atau mitra seksual berisiko tinggi. Faktor risiko IMS pada wanita adalah memiliki suami atau mitra seks yang menderita IMS, suami atau mitra seks atau pasien itu sendiri memiliki mitra seks lebih dari satu dalam satu bulan terakhir, mempunyai mitra seks baru dalam tiga bulan terakhir, mengalami satu atau lebih episode IMS dalam satu bulan terakhir serta perilaku suami atau mitra seks berisiko tinggi.6 3 Perubahan pola distribusi maupun pola perilaku penyakit gonore tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah faktor sosial dimana maraknya tempat prostitusi, berganti-gantinya pasangan seksual, serta kurangnya pendidikan masyarakat akan penyebaran penyakit menular seksual.3 Menurut penelitian di Kabupaten Semarang, dari 54 WPS, 15 diantaranya menderita gonore.7 Adanya tindakan mengkonsumsi antibiotika tanpa anjuran dokter atau berobat sendiri menyebabkan munculnya galur-galur resisten terhadap antibiotika sehingga di Indonesia sebagian besar gonokokus yang berhasil diisolasi pada saat ini telah resisten terhadap penisilin, tertrasiklin, streptomisin, dan spiramisin.3,6 Pengobatan gonore yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan adalah pengobatan utama dengan sefiksim dan levofloksasin, sedangkan untuk pengobatan pilihan lain dapat pula diberikan kanamisin, spektinomisin dan tiamfenikol. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung saat ini memiliki kerjasama dengan berbagai RS di Bandung yaitu RS Al-Ihsan, RS Muhammadiyah, RS dr. Salamun dan RS Al-Islam. Peneliti melakukan penelitian di RS Al-Islam karena setelah diadakan survey RS Al-Islam memiliki insidensi terbanyak dari berbagai RS tersebut. Dengan beragamnya pola angka kejadian, karakteristik dan pemberian antibiotik pada penderita gonore di dunia dan berbagai kota di Indonesia, maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai insidensi, karakteristik serta penatalaksanaan pada penderita gonore khususnya di RS Al-Islam yang berguna untuk evaluasi masyarakat serta membantu langkah diagnosis dini. 4 1.2. Identifikasi Masalah Masalah yang akan diteliti adalah : 1) Bagaimana insidensi penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010 ? 2) Bagaimana karakteristik (usia, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan) dari penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010 ? 3) Bagaimana penatalaksanaan penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010 ? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang : 1) Insidensi penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS AlIslam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010. 2) Karakteristik (usia, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan) penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010. 3) Penatalaksanaan penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010. 5 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Menambah literatur tentang angka kejadian kasus, karakteristik, serta penatalaksanaan pada penderita gonore di kota Bandung khususnya di RS Al-Islam yang dapat bermanfaat untuk penambahan data epidemiologi gonore. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah literatur di Institusi Unisba yang dapat berguna untuk penelitian selanjutnya 1.4.2 Aspek Praktis Menyampaikan informasi dan data yang ada di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam sekaligus merangkum data yang telah ada ke dalam suatu bentuk tulisan. Diharapkan dengan penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui tentang jumlah kejadian penyakit gonore, karakteristik penderita gonore dan dapat melakukan tindakan prevensi untuk terjadinya penyakit ini. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu petugas yang bergerak di bidang medis untuk mendiagnosis secara dini dari karakteristik penderita sehingga dapat dilakukan penanganan secara tepat. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Infeksi Menular Seksual Infeksi Menular Seksual merupakan suatu penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Penularan tidak terbatas melalui genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital sehingga kelainan yang timbul akibat IMS ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital.9 Berdasarkan laporan-laporan yang dikumpulkan oleh WHO, setiap tahun di seluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit gonore, sifilis, herpes genitalis, dan jumlah tersebut menurut hasil analisis WHO cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS di antaranya gonore. 6 7 2.1.2 Gonore 2.1.2.1 Definisi Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae yang merupakan bakteri diplokokus Gram negatif dan manusia merupakan satu-satunya pejamu alamiah untuk gonokokus. Infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual.1 2.1.2.2 Epidemiologi Infeksi gonore meningkat drastis pada pertengahan tahun 1970 dan dengan cepat meluas ke berbagai negara di dunia. Angka kejadian gonore di Amerika Serikat (AS) lebih tinggi daripada di negara-negara industri lainnya. Insidensi gonore di AS mengalami peningkatan drastis pada awal tahun 1970 yang tercatat lebih dari 1 juta kasus gonore.1,3,10 Kejadian gonore di negara berkembang dan di negara maju seperti AS mengalami penurunan sejak tahun 1980 dan terus menurun selama periode 19751999. Angka kejadian tersebut tetap stabil sampai pada tahun 2005 lalu kembali dilaporkan mengalami peningkatan dengan jumlah 339.593 kasus.4 Angka kejadian penyakit gonore yang bervariasi ini dipengaruhi oleh faktor perilaku yang mencakup peningkatan aktivitas seksual, perubahan dalam metode kontrol kelahiran, mobilitas penduduk yang tinggi, dan peningkatan infeksi berulang.1 8 Penyakit gonore menyebar sebagian besar lewat aktivitas seksual, walaupun bayi baru lahir juga dapat terinfeksi pada saat terjadinya proses kelahiran. Meskipun penyakit ini dapat mengenai pada setiap umur, namun infeksi gonore lebih sering terjadi pada umur 15 hingga 35 tahun. Pada wanita di Amerika pada tahun 2000 dilaporkan memiliki insidensi terbanyak pada usia 15 hingga 19 tahun sedangkan pada pria memiliki kejadian terbanyak pada umur 20 hingga 24 tahun.1 2.1.2.3 Etiologi Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam kelompok Neisseria sebagai N. gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat tiga spesies lain, yaitu N. meningitidis, dan dua lainnya yang bersifat komensal yaitu N. catarrhalis serta N. pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.3 Neisseria gonorrhoeae Gonokok termasuk golongan diplokokus Gram negatif, tak bergerak, diameternya kira-kira 0,8 mikrometer. Bila sendiri-sendiri, kokus berbentuk seperti ginjal; bila organisme ini terlihat berpasangan, bagian yang rata atau cekung saling berdekatan. Neisseria paling baik tumbuh pada lingkungan aerob.11 9 Sebagian besar bakteri ini meragikan karbohidrat, membentuk asam, tetapi tidak menghasilkan gas. N. gonorrhoeae menghasilkan oksidase dan memberi reaksi oksidase positif. Bakteri ini dengan cepat mati oleh pengeringan, sinar matahari, pemanasan basah, dan berbagai disinfektan. Bakteri ini menghasilkan enzim autolitik yang cepat mengakibatkan pembengkakan dan lisis in vitro pada suhu 25oC dan pada pH Basa.11 Secara morfologik gonokok ini terdiri atas empat tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai protein pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai protein pili dan bersifat nonvirulen. Protein pili adalah alat mirip rambut yang menjulur ke luar beberapa mikrometer dari permukaan gonokokus yang dibentuk oleh tumpukan protein pilin. Protein pili membantu pelekatan pada sel inang dan resistensi terhadap fagositosis.11 Gambar 2.1. Sruktur Neisseria gonorrhoeae (Sumber: Jawetz Mikrobiologi Kedokteran)11 10 Gonokokus memiliki Por (Protein I) yang menjulur dari selaput sel gonokokus. Protein ini terdapat dalam bentuk trimer untuk membentuk pori-pori di permukaan untuk tempat masuknya beberapa nutrien ke dalam sel. Gonokokus juga memiliki Opa (Protein II) yang memiliki fungsi untuk perlekatan gonokokus pada sel inang. Protein III bekerja sama dengan Por dalam pembentukan pori-pori pada permukaan sel. Gonokokus memiliki Lipooligosakarida (LOS) yang tidak mempunyai rantai samping antigen O yang panjang dan kadang-kadang disebut polisakarida. Racun dalam infeksi gonokokus terutama disebabkan oleh pengaruh endotoksik LPS.11 Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas. Gonokokus dapat menyerang selaput lendir saluran genitourinari, mata, rektum, dan tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan. Hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis.11 2.1.2.4 Patogenesis Gonokokus memiliki protein pili yang membantu perlekatan bakteri ini ke sel epitel yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Pertama-tama mikroorganisme melekat ke membran plasma (dinding sel), lalu menginvasi ke dalam sel dan merusak mukosa sehingga memunculkan respon inflamasi dan eksudasi.10,12 11 Gonokokus akan menghasilkan berbagai macam produk ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kerusakan sel, termasuk diantaranya enzim seperti fosfolipase, peptidase dan lainnya. Kerusakan jaringan ini tampaknya disebabkan oleh dua komponen permukaan sel yaitu LOS (lipooligosakarida) yang berperan menginvasi sel epitel dengan cara menginduksi produksi endotoksin yang mengakibatkan kematian sel mukosa dan peptidoglikan. Mobilisasi leukosit PMN menyebabkan terbentuknya mikroabses subephitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepaskan PMN dan gonokokus.4 2.1.2.5 Patofisiologi Bakteri gonokokus merusak membran yang melapisi selaput lendir terutama kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rektum dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara mukosa ke mukosa. Risiko penularan laki-laki kepada perempuan lebih tinggi daripada penularan perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama di vagina.10 Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis, dan testis pada laki-laki. Pada perempuan infeksi dapat menyebar ke uretra, kelenjar Skene, kelenjar Bartholin, endometrium, tuba falopii, dan rongga peritoneum, yang dapat menyebabkan Pelvic Inflammatory Disease (PID) 12 pada perempuan. Pelvic Inflammatory Disease adalah penyebab utama infertilitas pada perempuan.10 Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan bakteremia. Bakteremia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan berisiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid karena terjadinya peningkatan pH diatas 4,5 saat menstruasi. Penularan perinatal kepada bayi saat lahir, melalui ostium serviks yang terinfeksi, dapat menyebabkan konjungtivitis dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak didiagnosis dan diobati.10,12 2.1.2.6 Manifestasi Klinis A. Gejala Pada Pria Uretritis anterior akut adalah manifestasi yang paling umum terjadi pada pria. Masa inkubasinya berkisar antara 1 sampai 14 hari atau lebih lama. Gejala yang sering ditimbulkan adalah sekret dari uretra dan disuria. Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, dapat pula disertai nyeri pada waktu ereksi.3,13 Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. Lima belas persen uretritis pada pria menunjukan gejala minimal atau tidak menunjukan gejala tetapi mereka tetap mampu menularkan penyakitnya.1,3 13 Pada sebagian besar kasus, laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu. Uretritis pada pria yang tidak diobati dapat berkurang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, tetapi biasanya telah terjadi komplikasi lokal seperti epididimitis, seminal vesikulitis, dan prostatitis.3,10 Gambar 2.2 Uretritis gonore (Sumber: Daili SF. Infeksi Menular Seksual)3 A. Gejala Pada Wanita Kanalis endoservikalis merupakan tempat yang paling utama untuk infeksi gonokokus pada wanita. Infeksi juga dapat terjadi pada kelenjar Skene atau kelenjar Bartholin.13 14 Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam tujuh sampai dua puluh satu hari. Gejala yang muncul yaitu peningkatan sekret vagina, disuria, perdarahan uterus diluar siklus menstruasi dan menorrhagia.1,13 Pemeriksaan fisik menunjukan sekret serviks yang purulen atau mukopurulen, eritema, edema dan perdarahan mucosal yang mudah di induksi dengan melakukan apus endoserviks. Sekret purulen dapat muncul dari uretra, kelenjar periuretra, atau kelenjar Bartholin.1,13 Infeksi menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen, dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati. Infeksi N. gonorrhoeae tidak atau sedikit menimbulkan gejala pada 25% sampai 50% perempuan. Perempuan yang tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan berisiko mengalami penyulit.10 B. Infeksi Ekstra Genital Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai karena berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonokokus di faring sering asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan limfadenopati leher. Infeksi gonokokus di perianal dan rektum mungkin asimtomatik, menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan, atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianal, serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum.10 15 2.1.2.7 Komplikasi Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson), parauretritis, Littritis (radang kelenjar Littre), dan Cowperitis (radang kelenjar Cowper). Selain itu, infeksi dapat pula menjalar ke atas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior dapat mengenai trigonum kandung kemih yang menimbulkan trigonitis. Gejala trigonitis adalah poliuria, disuria terminal, dan hematuria.3 Pada wanita, infeksi pada serviks (servisitis gonore) dapat menimbulkan komplikasi salpingitis, ataupun penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul yang simtomatik ataupun asimtomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Bila infeksi mengenai uretra dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada kelenjar Bartholin akan menyebabkan terjadinya bartholinitis.3 Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitidis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi non-genital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis.3 16 2.1.2.8 Diagnosis Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas beberapa tahapan. A. Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pengecatan Gram akan ditemukan gonokok Gram negatif, intraselular dan ekstraselular. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin dan endoserviks.3 Pemeriksaan Gram dari duh tubuh uretra pada pria memiliki sensitivitas tinggi (90-95%) dan spesifisitas 95-99%. Sedangkan dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan spesitifitas 90-99%. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk dilakukan di klinik luar rumah sakit atau praktek pribadi, klinik dengan fasilitas laboratorium terbatas seperti kultur, maupun untuk rumah sakit dengan fasilitas laboratorium lengkapyang memiliki LG, tes serologi, kultur, dan tes sensitivitas.3 B. Kultur (biakan) Untuk identifikasi perlu dilakukan kultur (pembiakan). Dua macam media yang dapat digunakan ialah media transpor dan media pertumbuhan. Berikut adalah contoh media transport.3 17 1). Media Stuart : hanya untuk transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. 2). Media Transgrow : selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeaee dan merupakan gabungan media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer-Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan proteus spp. Contoh media pertumbuhan adalah sebagai berikut :3 1). Media Thayer-Martin : selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekann pertumbuhan kuman positif-Gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. 2). Modifikasi Thayer-Martin : isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp. 3). Agar coklat McLeod : dapat ditumbuhi kuman lain selain gonokok. Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh tubuh uretra pria, sensitivitas nya lebih tinggi (94-98%) dari duh tubuh endoserviks (85-95%). Sedangkan spesifisitas dari kedua pemeriksaan tersebut sama yaitu lebih dari 99%. Adapun tes definitif untuk gonokok adalah sebagai berikut :3 1). Tes Oksidasi : reagen oksidasi yang mengandung larutan tetramil-p-fenilendiamin hidroklorida satu persen ditambahkan pada koloni gonokok. Semua 18 Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. 2). Tes fermentasi : tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. C. Tes Beta-Laktamase Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung chromogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta laktamase, akan menyebabkan perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.3 2.1.2.9 Diagnosis Banding Diagnosis banding dari penyakit gonore sebagai berikut :1 1). Infeksi Trichomonas vaginalis : eksudat terlihat berbusa, berbau busuk, disertai dengan uretritis. Tes saline positif menandakan adanya infeksi protozoa. 2). Infeksi Candida albicans : eksudat terlihat kental, berwarna krem, dan terasa gatal. Diagnosis dilakukan dengan identifikasi organisme dengan pewarnaan atau kultur. 3). Infeksi Gardnerella vaginalis : sekret tidak berbau, berwarna keabuan, dan asam. Pada pewarnaan terlihat clue cell, dan aroma amine pada alkalisasi dengan potassium hydroxide. 19 Uretritis yang diidentifikasikan patogen selain gonokokus dikelompokan dalam nongonococcal urethritis (NGU). Penyakit ini dikarakteristikan dengan disuria, kadang-kadang disertai dengan sekret dari uretra dan biasanya mempunyai periode inkubasi yang panjang, onset akut yang lebih pendek, dan sedikit sekret dari uretra. Keluhan dapat juga hanya terasa ketidaknyamanan atau nyeri pada uretra tanpa adanya sekret.1 2.1.2.10 Penatalaksanaan A. Pengobatan Spesifik Gonore Sebagian besar gonokokus yang berhasil diisolasi telah resisten terhadap penisilin, tetrasiklin, dan antimikroba terdahulu lainnya, sehingga obat-obat ini tidak bisa digunakkan lagi untuk pengobatan gonore. Kanamisin dan tiamfenikol telah menunjukan keampuhannya kembali di Indonesia setelah lama di tinggalkan.6 Secara umum dianjurkan pada semua pasien gonore juga diberikan pengobatan bersamaan dengan obat anti klamidiosis oleh karena infeksi campuran antara klamidiosis dan gonore sering dijumpai. a) Regimen pengobatan yang dianjurkan6 a. Sefiksim : 400 mg per oral, dosis tunggal b. Levofloksasin : 250 mg per oral dosis tunggal 20 b) Pilihan pengobatan lain6 a. Kanamisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau, b. Spektinomisin : 2 gr intramuskular dosis tunggal atau, c. Tiamfenikol : 3,5 gr per oral dosis tunggal Untuk meningitis dan endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus dapat diberikan dalam dosis yang sama, namun memerlukan jangka waktu pemberian yang lebih lama, yaitu selama empat minggu untuk endokarditis.6 B. Obat-obatan Infeksi Gonore 1). Sefalosporin Beberapa sefalosporin generasi ketiga seperti Seftriakson dosis 125 mg atau 250 mg i.m, dan sefiksim 400 mg per oral dosis tuggal menunjukan efektifitas dalam pengobatan gonore tanpa komplikasi dan memberi angka kesembuhan lebih dari 95%. Sefiksim memiliki kelebihan karena disamping efektif terhadap galur Penicilinase Producing Neisseria gonorrhoeae juga dapat diberikan per oral.3,6,13 Kemanjuran pengobatan sefriakson terhadap gonore telah terbukti. Di sini terdapat hubungan yang kuat antara konsentrasi hambat minimum (minimum inhibitory concentration) penisilin dan sefalosporin. Selain untuk pengobatan gonore ano-genital tanpa komplikasi, pemberian seftriakson dosis tunggal juga 21 efektif untuk oftalmia nenonatorum, konjungtivitis, dan infeksi faring yang disebabkan oleh gonokokus.6 2). Penisilin Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 3-4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasi nya ialah alergi penisilin.3 3). Ampisilin dan Amoksisilin Ampisilin dosisnya adalah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. Kontraindikasinya adalah alergi penisilin.3 4). Spektinomisin Dosisnya adalah 2 gram i.m. baik untuk penderita yang alergi penisilin, dan yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin.3 5). Kanamisin Dosisnya adalah 2 gram i.m. Kebaikan obat ini sama dengan spektinomisin. Kontraindikasinya adalah kehamilan.3 6). Tiamfenikol Dosisnya adalah 2,5-3,5 gram, secara oral. Tidak dianjurkan pemakaian pada kehamilan.3 22 7). Kuinolon Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Mengingat pada beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal.3,6 2.1.3 HIV dan AIDS Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) atau sindrom kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik.9 HIV ialah retrovirus yang disebut Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus III (HTLV-III) yang juga disebut retrovirus. HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 terbanyak karena HIV-1. Partikel HIV terdiri atas dua untaian RNA dalam inti protein yang dilindungi envelop lipid asal sel hospes.9 Cara penularan terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan sperma dan darah, sedangkan dalam jumlah kecil ditemukan dalam air liur dan air mata. HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan menimbulkan destruksi sel tersebut. HIV dapat laten 23 dalam sel imun dan dapat aktif kembali yang menimbulkan infeksi. Produksi virus menimbulkan kematian sel dan juga limfosit yang tidak terinfeksi, defisiensi imun, dan AIDS.9 2.2. Kerangka Pemikiran Gonore merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual yang erat kaitannya dengan faktor risiko IMS. Faktor risiko IMS pada pria dan wanita adalah berganti-ganti pasangan seksual, memiliki lebih dari satu pasangan seksual, mengalami satu atau lebih episode IMS dalam satu bulan terakhir, berhubungan seks dengan WPS, dan memiliki suami atau istri yang menderita IMS maupun yang memiliki risiko tinggi terkena IMS, yang saat ini telah marak di Indonesia. Faktor sosial seperti maraknya tempat prostitusi, berganti-gantinya pasangan seksual, kurangnya pendidikan masyarakat akan penyebaran IMS dan faktor lingkungan seperti stress, mobilitas tinggi, dan perubahan sosial ekonomi menyebabkan peningkatan insidensi dari penyakit gonore ini. Penderita gonore lalu datang berobat ke RS. Al-Islam dan insidensi penyakit ini akan di teliti oleh penulis di RS.Al-Islam Bandung selama periode tahun 2008-2010. Penderita gonore yang datang ke RS.Al-Islam tentunya memiliki karakteristik tertentu seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan status perkawinan yang akan diteliti oleh penulis. Setelah dilakukan pemeriksaan dan pasien di diagnosis menderita gonore, lalu pasien akan 24 diberikan obat-obatan seperti antibiotik untuk menyembuhkan penyakitnya. Namun, dokter harus berhati-hati dalam memilih antibiotik untuk gonore agar tidak terjadi resistensi. - Maraknya tempat prostitusi Maraknya berganti-ganti pasangan seksual Kurangnya pendidikan masyarakat akan penyebaran IMS Faktor lingkungan : stress, mobilitas tinggi, dan perubahan sosial ekonomi. Tingginya insidensi penderita gonore Penderita gonore berobat ke RS Penatalaksanaan Insidensi tahun 2008-2010 di RS. Al-Islam Karakteristik : - Umur - Jenis Kelamin - Pekerjaan - Status Perkawinan Pemilihan dan pemberian antibiotik di RS. Al-Islam Tahun 2008-2010 Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medis penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010. 3.1.1 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1) Data rekam medis penderita baru gonore yang tercatat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010 yang datanya lengkap, baik hanya gonore maupun dengan penyakit penyerta. 2) Data rekam medis penderita gonore yang telah sembuh namun mengalami reinfeksi yaitu dengan jangka waktu minimal satu bulan dari kunjungan sebelumnya yang tercatat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS AlIslam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010. 25 26 3.1.2 Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah data rekam medis gonore yang mengalami gagal terapi yaitu penderita yang belum sembuh lalu kembali berobat dengan jangka waktu minimal setelah terapi satu minggu dan kurang dari satu bulan dari kunjungan pertamanya di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS AlIslam selama periode tahun 2008 hingga 2010. 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan metode deskriptif dengan pendekatan retrospekif dimana penulis akan memaparkan proporsi kejadian, karakteristik, serta penatalaksanaan penderita gonore yang melakukan pemeriksaan di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung periode tahun 2008 hingga 2010. 3.2.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi populasi berdasarkan data rekam medis dengan metode cross sectional. 3.2.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti dan definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut : 27 Variabel 1. Insidensi 2. Karakteristik a. Usia - Anak-anak - Remaja - Dewasa Muda - Dewasa - Usia lanjut b. Jenis Kelamin c. Pekerjaan d. Status perkawinan 3. Penatalaksanaan Definisi Operasional Angka yang menggambarkan kejadian atau timbulnya suatu penyakit (kasus baru) dalam kurun waktu tertentu pada suatu populasi16 Skala Rasio lama hidup seseorang dari tanggal kelahirannya15 Usia 1-12 Tahun Usia 13-17 Tahun Usia 18-24 Tahun Usia 25-40 Tahun Usia lebih dari 40 tahun Sifat (keadaan) laki-laki atau perempuan15 Pencaharian; yang dijadikan pokok penghidupan penderita15 Status penderita masih lajang atau telah menikah15 Nominal Nominal Pengobatan penyakit dengan pemberian antibiotik15 Nominal Rasio Nominal 3.2.3 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini terdiri dari alur prosedur penelitian sebagai berikut : Pengambilan data penderita gonore di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung Pengolahan data Analisis data dengan Microsoft Excell ( proporsi kejadian, karakteristik, dan penatalaksanaan) Hasil penelitian 28 3.2.4 Pengolahan Data Data yang diperoleh, dianalisis secara deskriptif dengan menghitung frekuensi dan persentase dari variabel-variabel yang ditentukan yaitu jumlah penderita Gonore yang datang berobat, distribusi berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan serta penatalaksanaan pemberian antibiotik. Selanjutnya variabel-variabel tersebut digambarkan lewat tabel serta uraian dari hasil yang terdapat di dalamnya. 3.3 Aspek Etik Penelitian Sebelum mengambil data penelitian di RS Al-Islam Bandung, peneliti membuat surat izin terlebih dahulu dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung untuk seterusnya disampaikan kepada pihak RS Al-Islam. Peneliti dapat melakukan pengambilan data setelah disetujui oleh Kepala RS Al-Islam dan setelah peneliti mendapatkan surat izin mengadakan penelitian. Karena topik dari penelitian yang dilakukan merupakan topik yang sangat sensitif, maka penulis merahasiakan identitas dari penderita gonore yang diteliti. Karena penulis menggunakan rekam medik sebagai objek penelitian, maka penulis melakukan pengambilan data dalam pengawasan petugas rekam medik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Al-Islam Bandung, agar penulis tetap senantiasa menjaga kerahasiaan identitas dari rekam medik tersebut. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Selama periode tahun 2008 hingga 2010 didapatkan sebanyak 83 penderita gonore yang tercatat di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Data yang dikumpulkan merupakan data dari Rekam Medis di RS tersebut. 4.1.1 Hasil Penelitian Deskriptif Tabel 4.1 Distribusi Insidensi Penderita Gonore di RSAl-Islam tahun 2008-2010 Tahun Frekuensi Persentase (%) 2008 24 28,92 2009 19 22,89 2010 40 48,19 Jumlah 83 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui insidensi tertinggi penderita gonore di RS Al-Islam Bandung terjadi pada tahun 2010, disusul dengan tahun 2008 dan tahun 2009. Distribusi insidensi kejadian gonore pada tahun 2008 hingga 2010 dapat diilustrasikan dalam gambar 4.1 berikut. 29 30 60.00% 48,19% 50.00% 40.00% 28,92% 30.00% 22,89% 20.00% 10.00% 0.00% Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Gambar 4.1 Distribusi Insidensi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Tabel 4.2 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 70 84,34 Perempuan 13 15,66 83 100 Jumlah Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penderita gonore di RS Al-Islam lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Distribusi penderita gonore di RS Al-Islam pada tahun 2008 hingga 2010 berdasarkan jenis kelamin dapat diilustrasikan dalam gambar 4.1 berikut. 31 90 84,34% 80 70 60 50 40 30 15,66% 20 10 0 Laki-laki Perempuan Gambar 4.2 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Berdasarkan Jenis kelamin Tabel 4.3 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Berdasarkan Usia Kategori Usia Frekuensi Persentase (%) Anak-Anak 1 1,2 Remaja 0 0 Dewasa Muda 29 34,94 Dewasa 43 51,81 Usia lanjut 10 12,05 Jumlah 83 100 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penderita gonore di RS Al-Islam adalah kategori dewasa yaitu berusia antara 25 sampai 40 tahun. Usia paling muda adalah 11 tahun dan usia paling tua adalah 63 tahun. Distribusi penderita gonore berdasarkan usia di RS Al- Islam pada tahun 2008 hingga 2010 dapat diilustrasikan dalam gambar 4.3 berikut 32 60 51,81% 50 40 34,94% 30 20 12,05% 10 1,20% 0 0 Anak-anak Remaja Dewasa Muda Dewasa Usia Lanjut Gambar 4.3 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Berdasarkan Usia Tabel 4.4 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Pelajar 2 2,41 Mahasiswa 19 22,89 Pegawai/Karyawan 5 6,02 Wiraswasta 32 38,55 Dokter 1 1,21 Ibu Rumah Tangga 5 6,02 Pembantu Rumah Tangga 1 1,21 Tidak Bekerja 18 21,69 83 100 Jumlah Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penderita gonore di RS Al-Islam bekerja sebagai wiraswasta. Penderita gonore yang paling sedikit adalah dokter dan pembantu rumah tangga. Distribusi 33 penderita gonore di RS Al-Islam berdasarkan pekerjaan dapat diilustrasikan dalam gambar 4.4 berikut 45 38,55%) 40 35 30 22,89% 25 21,69% 20 15 10 5 6,02% 2,41% 6,02% 1,21% 1,21% 0 Gambar 4.4 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.5 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Berdasarkan Status Perkawinan Status Perkawinan Frekuensi Persentase (%) Menikah 44 53,01 Belum Menikah 36 43,37 Janda/Duda 3 3,62 83 100 Jumlah 34 Berdasarkan tabel di atas, penderita gonore di RS Al-Islam tahun 2008 hingga 2010 memperlihatkan bahwa mayoritas penderita telah menikah dan yang paling sedikit yaitu berstatus janda atau duda. Distribusi penderita gonore di RS Al-Islam tahun 2008 hingga 2010 berdasarkan status perkawinannya di ilustrasikan dalam gambar 4.5 berikut 60 53,01% 50 43,37% 40 30 20 10 3,62% 0 Menikah Belum Menikah Janda/Duda Gambar 4.5 Distribusi Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 4.6 Distribusi Penatalaksanaan Pada Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 Antibiotik Frekuensi Persentase (%) Sefiksim 6 7,23 Amoksisilin/Ampisilin 5 6,02 Spektinomisin 15 18,07 Tiamfenikol 17 20,48 Levofloksasin 12 14,46 Siprofloksasin 28 33,74 83 100 Jumlah 35 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian antibiotik terbanyak terhadap penderita gonore di RS Al-Islam adalah siprofloksasin, lalu diikuti dengan tiamfenikol, spektinomisin, levofloksasin, sefiksim, dan paling jarang diberikan amoksisilin atau ampisilin. Distribusi penatalaksanaan penderita gonore di RS Al-Islam tahun 2008 hingga 2010 di ilustrasikan dalam gambar 4.5 berikut. 40.00% 33,74% 35.00% 30.00% 25.00% 18,07% 20,48% 20.00% 14,46% 15.00% 7,23% 10.00% 6,02% 5.00% 0.00% Gambar 4.6 Distribusi Penatalaksanaan Penderita Gonore di RS Al-Islam tahun 2008-2010 36 4.2 Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa tahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup pesat terhadap jumlah penderita gonore yang datang berobat di RS Al-Islam Bandung dibanding tahun 2008 dan 2009. Hasil tersebut hampir serupa dengan hasil penelitian insidensi gonore di Amerika Serikat yang stabil hingga tahun 2005 lalu setelah itu kembali mengalami peningkatan. Hal ini mungkin terjadi karena semakin meningkatnya pergaulan bebas dan tempat prostitusi di Bandung sehingga penyebaran gonore pun menjadi lebih mudah. Meningkatnya insidensi gonore di tahun 2010 mungkin pula disebabkan karena terjadinya pertambahan jumlah penduduk, mobilitas penduduk yang bertambah dengan berbagai alasan (pekerjaan, liburan, rapat), dan terjadinya kemajuan sosial ekonomi, terutama dalam bidang industri. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan lebih banyak kebebasan sosial dan lebih banyak waktu yang terluang untuk mendatangi tempat-tempat prostitusi. Dari data rekam medis di RS Al-Islam tahun 2008 hingga 2010 memperlihatkan hasil mayoritas penderita gonore adalah laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitri Abdullah Jawas dan Dwi Murtiastutik di RS Dr.Soetomo pada tahun 2002-2006 yang memperlihatkan bahwa penderita gonore pria memperlihatkan angka yang tinggi (90,7%). Hal tersebut mungkin disebabkan karena pada perempuan gejala baru terlihat saat telah terjadi komplikasi, sehingga mereka tidak segera mencari pengobatan. Lakilaki lebih sering terkena penyakit gonore mungkin pula dapat disebabkan karena 37 tingkat stress akan pekerjaan serta pengaruh lingkungan yang lebih dominan sehingga mereka mencari hiburan dengan datang ke tempat prostitusi. Untuk variabel usia, hasil menunjukan mayoritas penderita gonore adalah kategori usia dewasa yaitu 25-40 tahun. Hal ini kurang sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa insidensi terbanyak gonore terbanyak berada pada umur 15 hingga 24 tahun yaitu pada kategori usia remaja hingga dewasa muda. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor usia yang telah dewasa tidak menjamin individu tersebut mengerti akan bahaya dari praktik seks yang tidak aman seperti berganti-ganti pasangan. Usia dewasa rata-rata lebih memiliki materi yang lebih banyak dan pekerjaan yang lebih mapan dibandingkan kategori usia remaja dan usia lanjut, selain itu Usia dewasa pula memiliki libido yang lebih tinggi dan pergaulan yang lebih luas dibandingkan usia lanjut. Faktor-faktor tersebut dapat menjadikan kejadian penyakit gonore pada usia dewasa lebih meningkat dibandingkan usia remaja dan usia lanjut. Untuk variabel pekerjaan, data di RS Al-Islam memperlihatkan bahwa mayoritas penderita gonore bekerja sebagai wiraswasta. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Fitri Abdullah Jawas dan Dwi Murtiastutik di RS Dr.Soetomo Surabaya pada tahun 2002-2006 yang memperlihatkan bahwa wiraswasta merupakan pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh penderita gonore. Hasil penelitian ini mungkin terjadi karena pekerjaan sebagai wiraswasta sebagian besar memiliki waktu yang lebih luang dan materi yang lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan lainnya seperti pegawai negeri, sehingga mereka 38 lebih memiliki peluang yang lebih besar untuk mendatangi tempat-tempat prostitusi. Pekerjaan sebagai wiraswasta pun rata-rata memiliki mobilitas yang tinggi, yaitu mengharuskan mereka untuk sering pergi ke luar kota atau luar negeri yang membuat mereka seringkali terpisah jarak dengan istri. Hal ini mungkin dapat menyebabkan mereka mencari penyaluran kebutuhan seksualnya dengan partner lain selain istri mereka. Dari data yang didapatkan di RS Al-Islam selama tahun 2008-2010 menunjukan bahwa mayoritas penderita gonore berstatus menikah. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitri Abdullah Jawas dan Dwi Murtiastutik di RS Dr.Soetomo Surabaya pada tahun 2002-2006 yang hasilnya adalah mayoritas penderita berstatus lajang. Hal ini menunjukan bahwa telah menikahnya individu tidak menjamin bahwa individu tersebut tidak akan berganti-ganti pasangan. Banyaknya penderita gonore yang berstatus telah menikah mungkin pula dapat disebabkan karena istri mereka memiliki kekurangan yang membuat suami-suami tersebut mencari kepuasan kepada mitra lain. Dari data yang didapatkan di RS Al-Islam tahun 2008-2010 menunjukan bahwa antibiotik yang paling sering diberikan pada penderita gonore di RS tersebut adalah siprofloksasin. Hal ini tidak sesuai dengan literatur Departemen Kesehatan yang menganjurkan pengobatan utama gonore adalah dengan sefiksim dan levofloksasin. 39 Siprofloksasin merupakan golongan kuinolon yang dapat digunakan untuk terapi gonore, namun beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin semakin tinggi sehingga golongan kuinolon yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan adalah levofloksasin. 4.3 Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini penulis mengalami beberapa keterbatasan yaitu : 1. Keterbatasan data populasi. Data populasi penderita gonore di RS AlIslam sangat terbatas sehingga perlu diambil data beberapa tahun agar mendapatkan hasil yang akurat. 2. Keterbatasan isi rekam medis RS.Al-Islam sehingga variabel lain yang mendukung seperti tingkat pendidikan tidak dapat disertakan dalam penelitian. 3. Keterbatasan jurnal terbaru. Penulis mengalami hambatan dalam mendapatkan jurnal penelitian yang terbaru tentang gonore. 4. Penelitian ini hanya bersifat deskriptif, sehingga hanya dapat menggambarkan kejadian di waktu dan tempat tertentu. Penelitian ini tidak dapat di generalisasikan pada tempat yang lain. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RS Al-Islam Bandung untuk mengetahui insidensi dan karakteristik penderita gonore selama periode Tahun 2008 hingga 2010 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Insidensi tertinggi penderita gonore terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 40 orang (48,19%). 2. Mayoritas penderita gonore di RS Al-Islam adalah laki-laki sebanyak 70 orang (84,34%). Penderita gonore paling banyak berusia 25-40 tahun (51,81%), mayoritas pekerjaan sebagai wiraswasta (38,55%), dan kebanyakan berstatus telah menikah (53,01%). 3. Antibiotik yang paling banyak di berikan sebagai penatalaksaan gonore di RS Al-Islam Bandung adalah siprofloksasin (33,74%), diikuti dengan tiamfenikol (20,48%), spektinomisin (18,07%), levofloksasin (14,46%), sefiksim (7,23%), lalu yang paling sedikit adalah amoksisilin/ampisilin (6,02%). 40 41 5.2 Saran 1. Dilakukan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam tentang hubungan salah satu karakterisitik tersebut dengan kejadian gonore. 2. Dilakukan penelitian selanjutnya di komunitas beresiko terjadi gonore seperti tempat prostitusi. 3. Sebaiknya pilihan penatalaksanaan penderita gonore di RS Al-Islam lebih mengacu pada antibiotik yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan untuk mencegah resistensi yang semakin tinggi. 4. Sebaiknya rekam medis di RS Al-Islam lebih dilengkapi kembali datanya sehingga penelitian selanjutnya tidak hanya terbatas pada insidensi dan karakteristik saja. 5. Dilakukan publikasi hasil penelitian kepada masyarakat agar menjadi pengetahuan dan kesadaran untuk mengurangi faktor resiko terkena IMS. Publikasi dapat dilakukan dengan cara penyuluhan maupun melalui media internet. DAFTAR PUSTAKA 1. Freedberg I, Eisen A, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz S et al, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in general Medicine. Edisi 6: p. 2205-8. 2. Gerbase AC, Rowley JT, Heymann DH, Berkley SF, Piot P: Global Prevalence and Incidence Estimates of Selected Curable. WHO, Switzerland; 1998. 3. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi Menular Seksual. Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005: p. 457. 4. Jawas AF, Murtiastutik D. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular Seksual Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.Soetomo Surabaya Tahun 2002-2006. 2008 Desember;20(3): p.217-21. 5. Hartadi. Jurnal Prospek Penyakit Menular Seksual di Indonesia Dalam Kaitannya Dengan Era Globalisasi (desertasi). Semarang: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Univ, Diponegoro; 1992. 6. Departemen Kesehatan RI, Direktorat jenderal Pengendalian Penyakit san Penyehatan Lingkungan: Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular seksual. Jakarta; 2004. 7. Ekawati S. Faktor-Faktor yang Berperan Terhadap Infeksi Neisseria Gonorrhoeae dan Faktor yang Berperan Terhadap Infeksi NGPP Pada WTS di lokalisasi “tegal panas” Kabupaten Semarang. Semarang: DEP/SMF Ilmu penyakit Kulidt dan Kelamin Fakultas Kedokteran universitas Diponegoro/RSUP DR. Kariadi Semarang; 1999. 8. Elizabeth B, Sy E. Resistensi Beberapa Antibiotika Terhadap Kuman Neisseria Gonorrhoeae yang menginfeksi Wanita Usia Anak di Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang; 2006 Feb. Nomor: 005/SP3/PP/DP2M/II/2006. Disponsori oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 9. Juanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007: p. 363-73. 42 43 10. Price SA, Wilson LMC. Pathophysiology Clinical Concept of Disease Processes. Edisi 6. 2002: p. 1336-7. 11. Jawetz , Melnick, Adelberg Dalam: Nugroho E, Maulany RF, Setiawan I, editor. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta; Penerbit Buku kedokteran EGC; 1995: p. 280-3. 12. Mc.cance KL, Huether SE. Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children. Edisi 5. United States of America; 2006: p. 866. 13. Holmes KK, Sparling PF, Mardh P, Lemon SM, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN. Sexually Transmitted Disease. Edisi 3. United States of America; 1999: p. 454-62. 14. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, Setiawan L, Valleria, Suparman W, editor; 2002: p. 1765. 15. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Homepage di Internet). Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa: Balai Pustaka; 2005. (Dikutip 2010 Februari 21). Didapat dari: www.KamusBahasaIndonesia.org 16. Pratiknya AW. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran Kesehatan. Edisi 1. Jakarta; 1993: p. 241. dan LAMPIRAN Lampiran I. Populasi Penelitian Pasien Gonore RS Al-Islam periode tahun 2008 hingga 2010. Tahun 2008 No No. Medrek Umur Jenis Kelamin Pekerjaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 206295 373822 371281 378571 388512 386540 381875 356015 352416 358167 367265 358162 356074 364534 364961 282546 329418 316108 322692 303191 296866 369777 369347 375321 63 19 19 26 21 33 34 46 37 18 21 22 20 23 21 40 47 23 35 36 52 29 30 25 Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Tidak bekerja Mahasiswa Mahasiswa Wiraswasta Mahasiswa Dokter Wiraswasta Wiraswasta Tidak bekerja IRT Mahasiswa Wiraswasta Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa Karyawan PRT Mahasiswa Wiraswasta IRT IRT Wiraswasta Tidak bekerja Wiraswasta 44 Status Antibiotik Menikah Lajang Lajang Menikah Lajang Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Lajang Menikah Lajang Lajang Lajang Menikah Menikah Lajang Menikah Menikah Menikah Menikah Duda Lajang Siprofloksasin Siprofloksasin Sefiksim Siprofloksasin Siprofloksasin Spektinomisin Siprofloksasin Siprofloksasin Thiamphenicol Thiamphenicol Levofloksasin Levofloksasin Levofloksasin Amoksisilin Siprofloksasin Siprofloksasin Sefiksim Levofloksasin Siprofloksasin Thiamphenicol Sefiksim Levofloksasin Ampisilin Siprofloksasin 45 Tahun 2009 No No.Medrek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 421814 426107 410911 414661 417511 421211 422977 423729 422819 399280 390713 385479 348690 364522 263301 326962 326408 289030 420662 Umur 30 25 26 48 18 24 20 26 31 33 39 21 34 21 23 11 21 27 35 Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Pekerjaan Status Antibiotik Wiraswasta Wiraswasta Tidak bekerja IRT Pelajar Wiraswasta Mahasiswa Wiraswasta Wiraswasta Tidak bekerja Wiraswasta Mahasiswa Tidak bekerja Wiraswasta Mahasiswa Pelajar Mahasiswa Mahasiswa Wiraswasta Menikah Menikah Menikah Menikah Lajang Lajang Lajang Duda Menikah Janda Menikah Lajang Menikah Lajang Lajang Lajang Lajang Lajang Menikah Siprofloksasin Thiamphenicol Thiamphenicol Thiamphenicol Thiamphenicol Amoksisilin Siprofloksasin Spektinomisin Levofloksasin Sefiksim Spektinomisin Spektinomisin Siprofloksasin Levofloksasin Levofloksasin Thiamphenicol Siprofloksasin Levofloksasin Spektinomisin Pekerjaan Status Antibiotik Mahasiswa Mahasiswa Karyawan Karyawan Karyawan Mahasiswa Mahasiswa Tidak bekerja Karyawan Wiraswasta Wiraswasta Tidak bekerja Lajang Lajang Menikah Menikah Menikah Lajang Lajang Menikah Menikah Lajang Menikah Lajang Thiamphenicol Siprofloksasin Siprofloksasin Sefiksim Siprofloksasin Thiamphenicol Siprofloksasin Levofloksasin Siprofloksasin Siprofloksasin Siprofloksasin Siprofloksasin Tahun 2010 No No. Medrek Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 373822 385479 282546 394098 411409 385479 385479 152490 190512 424281 424218 428469 20 22 42 29 29 22 22 33 28 28 27 29 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan 46 13 14 15 427087 450951 450264 28 33 23 Laki-laki Laki-laki Laki-laki 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 452187 453196 453629 455716 447112 450737 446418 446418 446868 445889 458327 266376 281872 415072 400495 262534 332112 280664 312172 346871 349365 429645 435496 441112 429438 39 22 46 29 25 22 38 38 24 30 21 44 30 47 31 19 20 32 39 36 29 24 28 32 46 Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Wiraswasta Wiraswasta Tidak bekerja Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Wiraswasta Tidak bekerja Wiraswasta Mahasiswa Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Tidak bekerja Wiraswasta Tidak bekerja Tidak bekerja Tidak bekerja Tidak bekerja Tidak bekerja Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Tidak bekerja Tidak bekerja Wiraswasta Lajang Menikah Lajang Thiamphenicol Spektinomisin Siprofloksasin Menikah Lajang Menikah Lajang Lajang Lajang Menikah Menikah Lajang Lajang Lajang Menikah Menikah Menikah Menikah Lajang Lajang Menikah Menikah Menikah Lajang Menikah Menikah Menikah Menikah Spektinomisin Levofloksasin Amoksisilin Siprofloksasin Ampisilin Spektinomisin Spektinomisin Spektinomisin Thiamphenicol Thiamphenicol Levofloksasin Spektinomisin Siprofloksasin Thiamphenicol Spektinomisin Spektinomisin Sefiksim Thiamphenicol Spektinomisin Spektinomisin Siprofloksasin Thiamphenicol Siprofloksasin Siprofloksasin Thiamphenicol RIWAYAT HIDUP Nama : Amelia Dwi Heryani Tempat , Tanggal Lahir : Bogor, 18 Agustus 1989 Nama Ayah : Subur Hermanto SE,MM Nama Ibu : Ir. Diani Anggraini Keluarga : Anak ke-2 dari 2 bersaudara Riwayat Pendidikan - TK BDN Jakarta SD BDN Jakarta SD Al-Azhar Sukabumi SD Merdeka Bandung SLTPN 5 Bandung SMAN 2 Bandung Riwayat Organisasi - Wakil Ketua DKM SLTPN 5 Bandung Anggota PMR SMAN 2 Bandung Ketua Komisi B DAM FK Unisba Periode 2008-2009 Sekretaris Umum BEM FK Unisba Periode 2009-2010 Aktif di berbagai kepanitiaan seminar yang dilaksanakan BEM FK Unisba 47