Laporan Praktikum Lapangan Mata Kuliah Petrologi daerah Gorontalo – Pohuwato Propinsi Gorontalo \ Oleh : Fauzul Chaidir A. Usman 471415002 Program Studi Teknik Geologi Jurusan Ilmu dan teknologi kebumian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Negeri Gorontalo Gorontalo 2016 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI Judul : Praktikum Lapangan Petrologi Daerah Gorontalo Pohuwato Nama Praktikan : Fauzul Chaidir A. Usman NIM : 471 415 002 Program Studi : Teknik Geologi Email : [email protected] Lama Praktikum : 1 Hari Lokasi Praktikum : Ruas Jalan Raya Trans Sulawesi Gorontalo Pohuwato Mengetahui, Dosen Pengampu Muhammad Kasim, S.T., M.T. NIP 19770915200812 1 001 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita hanturkan kepada Allah swt atas nikmat iman, kesehatan, kesempatan dan kecerdasan yang diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum lapangan dalam mata kuliah Petrologi daerah Gorontalo - Pohuwato ini dengan sebaik-baiknya. Tak lupa pula shalawat dan salam kita kirmkan kepada baginda Rasulullah SAW yang mana merupakan tokoh percontohan kita sekalian sekaligus penyelamat kita dari gelapnya zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan yang luas seperti saat ini. Kita sadari bersama bahwasanya laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kesalahan-kesalahan dalam laporan yang perlu diperbaiki. Oleh karenanya, dperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga laporan ini dapat jadi lebih baik dan bermanfaat. Gorontalo, Juni 2016 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................ ii DAFTAR TABEL ......................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ..................................................................... v DAFTAR FOTO ........................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................. 1 1.2. Maksud dan Tujuan ....................................................... 1 1.3. Lokasi dan Kesampaian daerah ....................................... 1 1.4. Waktu Praktikum ......................................................... 2 BAB II GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM ............ 3 2.1. Fisiografi Regional ....................................................... 3 2.2. Stratigrafi Regional ...................................................... 4 2.3. Struktur Geologi Regional ............................................. 6 BAB III TEORI RINGKAS ......................................................... 8 3.1. Batuan Beku ................................................................. 9 3.2. Batuan Sedimen ............................................................ 11 3.3. Batuan Metamorf .......................................................... 12 BAB IV DATA LAPANGAN ........................................................ 14 4.1. Stasiun 1 ...................................................................... 14 4.2. Stasiun 2 ...................................................................... 14 4.3. Stasiun 3 ...................................................................... 14 4.4. Stasiun 4 ...................................................................... 15 BAB V PEMBAHASAN ............................................................. 16 5.1. Stasiun 1 ...................................................................... 16 5.2. Stasiun 2 ...................................................................... 16 5.3. Stasiun 3 ...................................................................... 17 5.4. Stasiun 4 ...................................................................... 18 ii BAB VI PENUTUP ..................................................................... 20 6.1. Kesimpulan ................................................................. 20 6.2. Saran .......................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 21 LAMPIRAN ................................................................................ 22 1. Peta lintasan dan Kerangka Geologi ............................... 22 2. Deskripsi Batuan ......................................................... 23 iii DAFTAR TABEL TABEL 1. Skala Ukuran Butir Batuan Sedimen Wentworth .................... 12 TABEL 2. Klasifikasi Batuan Sedimen Non Klastik ................................ 12 iv DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1. Peta Geologi Regional Lembar Tilamuta ............................. 3 GAMBAR 2. Rekonstruksi Paleotektonik Sulawesi .................................. 7 GAMBAR 3. Siklus Batuan ....................................................................... 9 GAMBAR 4. Klasifikasi Batuan Beku ...................................................... 11 GAMBAR 5. Fasies Metamorfisme terhadap Tekanan dan Temperatur ... 13 v DAFTAR FOTO FOTO 1. Batuan Beku Intermediet di Stasiun 1 ...................................... 16 FOTO 2. Fragmen Batuan Piroklastik pada Stasiun 1 ............................. 16 FOTO 3. Struktur Perlapisan Batuan Sedimen ........................................ 17 FOTO 4. Struktur Sesar pada Singkapan Stasiun 2 ................................. 17 FOTO 5. Batuan Beku Intermediet di Stasiun 3 ...................................... 18 FOTO 6. Batuan Beku Intermediet pada Stasiun 4 ................................. 19 FOTO 7. Batuan Beku Felsik pada Stasiun 4 .......................................... 19 vi DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Peta Lintasan Praktikum Lapangan ................................. 22 LAMPIRAN 2. Deskripi Batuan pada setiap Stasiun ............................... 23 vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Petrologi merupakan salah satu bidang ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan, mulai dari proses pembentukannya, asal mula batuannya, klasifikasinya, mineral-mineral penuyusunnya, serta struktur-struktur yang terdapat pada batuan tersebut. Keberadaan suatu batuan pada suatu daerah mencerminkan keadaan daerah tersebut. Hal ini membuktikan pentingnya peranan suatu batuan dalam kehidupan kita. Lengan utara sulawesi merupakan daerah yang sebaran batuannya dipengaruhi oleh adanya penunjaman dari utara. Tentunya hal ini mengakibatkan penyebaran batuan vulkanik di lengan utara sulawesi. Penyebaran batuan di daerah Gorontalo sangat beragam mengingat adanya pengaruh dari penunjaman dari utara. Oleh karena itu, diadakannya praktikum lapangan untuk mata kuliah petrologi pada daerah Gorontalo – Pohuwato. Laporan ini dibuat sebagai hasil dari praktikum lapangan petrologi daerah Gorontalo – Puhowato dan sekaligus sebagai syarat dari mata kuliah Petrologi. 1.2. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan praktikum lapangan petrologi di daerah Gorontalo – Pohuwato ialah untuk mengetahui penyebaran batuan yang berada di daerah Gorontalo – Pohuwato sekaligus sebagai syarat ketuntasan dari mata kuliah Petrologi. 1.3. Lokasi dan Kesampaian daerah Lokasi dilaksanakannya praktikum lapangan Petrologi ini adalah sepanjang ruas jalan Trans Sulawesi Gorontalo – Pohuwato pada tiap-tiap singkapan. Perjalananan ditempuh dengan menggunakan kendaraan Bis. 1 Mekanisme pengamatan ialah berhenti pada tiap-tiap singkapan sepanjang perjalanan Gorontalo - Pohuwato untuk melakukan pengamatan batuan. 1.4. Waktu Praktikum Waktu dilaksanakannya praktikum petrologi di daerah Gorontalo – Marisa ialah pada hari Sabtu, 21 Mei 2016 dimulai dari pukul 07.00 waktu setempat dan kembali sekitar pukul 23.00 waktu setempat. 2 BAB II GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM Gambar 1. Peta Geologi Regional diambil dari lembar Tilamuta (Bachri et al., 1993) 2.1. Fisiografi Regional Secara fisiografis, Gorontalo berada di bagian tengah Lengan Utara Sulawesi. Gorontalo dibagi ke dalam empat zona fisiografis utama, yaitu Zona Pegunungan Utara, Zona Depresi Limboto, Zona Pegunungan Selatan, Zona Perbukitan Bergelombang dan Zona Dataran Pantai (Bemmelen, 1949). Zona Pegunungan Selatan umumnya terdiri dari formasi-formasi batuan sedimenter gunung api berumur sangat tua di Gorontalo, yaitu Eosen – Oligosen (kira-kira 50 juta hingga 30 juta tahun yang lalu) dan intrusi-intrusi diorit, 3 Zona daratan pantai Pohuwato meliputi Dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut. Daerah penelitian berada di sepanjang jalan trans sulawesi yang mencakup pada zona pegunungan selatan dan zona dataran pantai Pohuwato. 2.2. Stratigrafi regional Mengacu pada peta lembar Tilamuta oleh Bachri et al. (1993), susunan stratigrafi regional daerah penelitian dari muda ke tua diurutkan sebagai : Aluvium (Qal) : pasir, lempung, lanau, lumpur, kerikil, dan kerakal, berupa endapan pantai, rawa, dan sungai. Pelamparannya terutama di daerah pesisir selatan bagian barat, yaitu muara S. Randangan dan sekitarnya. Batugamping Terumbu (Ql) : batugamping koral. Berwarna putih, dan umumnya pejal.satuan ini sebagian sudah terangkat membentuk perbukitan sedang sebagian lainnya masih berkembang terus di bawah muka laut hingga sekarang. Endapan Danau (Qpl) : batulempung, batupasir, dan kerikil. Endapan ini umumnya dikuasai oleh batulempung abu-abu kecoklatan; setempat mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Sebaran satuan ini terutama menempati daerah Lembah Paguyaman dan disekitar Danau Limboto. Ketebalannya mencapai 94 m, dengan alas batuan diorit (Trail, 1974). Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv) : aglomerat, tuf, lava andesitikbasaltik. Satuan ini diduga menindih Breksi Wobudu, sehingga umurnya diperkirakan Pliosen Akhir sampai Pleistosen awal. Sebaran satuan ini terdapat di sebelah selatan dan tenggara Lembah Paguyaman, juga di dekat Teluk Kuandang, dan di beberapa tempat yang bukit-bukit terpisah (Trail, 1974). 4 Granodiorit Bumbulan (Tpb) : granodiorit, granit, dasit, monzonit kuarsa. Satuan batuan ini terdapat di bagian selatan Lembar, terutama di daerah Bumbulan (Paguat), hingga sebelah sebelah barat Marisa. Singkapan yang dijumpai umumnya sudah lapuk (Bachri et al., 1993). Batuan gunungapi Pani (Tppv) : Dasit, Andesit, tuf, aglomerat, breksi gunungapi. Batuan gunungapi ini menindih takselaras Formasi Randangan. Jadi, umur batuan gunungapi Pani diperkirakan Pliosen awal, sesuai juga dengan perkiraan Trail (1974). Tebal formasi ini diperkirakan mencapai ratusan meter (Bachri et al., 1993). Diorit Boliohuto (Tmbo) : diorit, granodiorit. Satuan ini terdiri dari batuan diorit sampai granodiorit yang mengandung kuarsa 20% dengan kandungan feldspar dan biotit cukup menonjol. Di beberapa tempat dijumpai senolit bersusunan basa, menunjukkan kemungkinan batuan dioritan tersebut berasosiasi (menerobos) batuan basa jauh di bawah permukaan. Batuan ini menerobos Formasi Dolokapa. Satuan ini diperkirakan berumur Miosen tengah hingga Akhir, dan diduga sebagai sumber dari endapan emas letakan yang terdapat di daerah Wonggahu (Bachri et al., 1993). Formasi Dolokapa (Tmd) : batupasir wacke, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf lapili, aglomerat, breksi gunungapi, lava andesitikbasaltik. Berdasarkan hasil analisis pelontologi dan kedudukan stratigrafinya yang menindih takselaras Formasi Tinombo yang berumur Eosen, maka umur Formasi Dolokapa diperkirakan Miosen Tengah hingga awal Miosen Akhir. Adapun lingkungan pengendapannya adalah “inner sublitorial”. Formasi Dolokapa mempunyai pelamparan yang cukup luas, terdapat di daerah Paleleh hingga sekitar daerah Kuandang (Bachri et al., 1993). Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv) : breksi, tuf dan lava andesitik sampai basalt. Berdasarkan susunan batuannya, kepingan batuan gunugapi di dalam Formasi Dolokapa diduga berasal dari kegiatan gunungapi yang menghasilkan Batuan Guungapi Bilungala. Oleh karena 5 itu, umur batuannya diperkirakan Miosen Tengah hingga awal Miosen Akhir. Satuan batuan ini tersingkap di bagian timur daerah Tolontio, dan meluas ke arah timur Lembar Kotamobagu. Satuan ini diduga mempunyai ketebalan lebih dari 1000 m (Trail, 1974). Formasi Tinombo (Teot) : lava basal, basal sepilitan, lava andesit, breksi gunungapi, batupasir wacke, batulanau, batupasir hijau, batugamping merah, batugamping kelabu, dan batuan metamorfosa lemah. Berdasarkan posisi stratigrafi, Formasi Tinombo tertindih takselaras oleh Formasi Randangan yang diperkirakan berumur Miosen tengah hingga Miosen Akhir. Pentarikan pada batuan lava basal dari formasi ini di Lembar Kotamobagu oleh Samodra (hubungan lisan) menunjukkan umur 51.9 juta tahun, atau Eosen awal. Oleh karena itu umur Formasi Tinombo dapat diperkirakan Eosen hingga Oligosen. Tebal formasi ini diperkirakan mencapai ribuan meter (Bachri et al., 1993). 2.3. Struktur Geologi Regional Zona utara yang terdiri dari busur gunungapi pengaruh subduksi berumur miosen akhir, hasil dari subduksi lempeng laut maluku dengan arah dip yang cenderung ke barat. Zona ini merupakan hasil dari lempeng samudra di utara, dan blok mikrokontinental berumur paleozoikum, kompleks metamorfisme Malino yang berasal dari perbatasan Australia - New Guinea dari Gondwanaland (Maulana et al., 2013). Hamilton (1979) dan Katili (1975) menginterpretasikan bahwa tunjaman Sulawesi Utara sebagai zona subduksi konvergen antara laut sulawesi dan lengan utara sulawesi. Katili menganggap hanya bagian barat yang aktif bergerak, namun Hamilton (1979) menunjukkan bahwa bagian timur juga aktif. Weissel (1980) mengidentifikasi annomali magnetik berumur Eosen di laut Sulawesi yang semakin muda kearah tunjaman sulawesi utara, menyiratkan subduksi Eosen akhir dibawah tunjaman (Silver et al., 1983). 6 Struktur geometri dari tunjaman sulawesi utara telah dijelaskan dapat dijelaskan dengan rotasi negatif (searah jarum jam) dengan kutub terletak di ujung timur lengan utara (Silver et al., 1983). Menurut Surmont et al. (1994), Bagian barat dari lengan utara Sulawesi mengalami rotasi searah jarum jam sekitar 20-250 pada kala Miosen. Rotasi ini tidak lain disebabkan oleh pengaruh sesar Palu-Matano yang memotong bagian barat lengan utara Sulawesi (Surmont et al., 1994). Gambar 2. Rekonstruksi Paleotektonik Sulawesi selama (a) kala Miosen dan (b) situasi sekarang. 1 = Kerak benua; 2 = kerak samudra; 3 = busur gunungapi; 4 = zona subduksi; 5 = anomali medan magnet di Laut Sulawesi (Surmont et al., 1994) 7 BAB III TEORI RINGKAS Petrologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan aspek genesa (interpretasi). Pengertian luas dari petrologi adalah ilmu yag mempelajari batuan secara fisik. Ruang lingkup pembahasan petrologi umumnya mencakup jenis batuan beku, sedimen, metamorf. Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut. Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu dengan benda yang dinamakan batu atau batuan (Djauhari, 2012). Semua batuan merupakan hasil dari sistem pembentukan batuan, baik prosesnya, materialnya, dan produknya yang biasanya diilustrasikan dalam model konseptual yang disebut “Rock Cycle” (Siklus Batuan) pada gambar 2. Model siklus batuan ini menjelaskan bagaimana semua batuan terbentuk, mengalami deformasi, meleleh, dan mengalami pembentukan kembali akibat dari faktor lingkungan dan proses alami yang mempengaruhinya (American Geosciences Institute, 2015). 8 Gambar 3. Siklus Batuan 3.1. Batuan Beku Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk langsung dari pendinginan magma ketika mencapai permukaan bumi melalui gunungapi. Ukuran batuan beku dapat berukuran sangat besar seperti yang terdapat pada Yosemite Park, dimana magma membeku dibawah tanah dan membentuk batolit dengan diameter sekitar 10 Km, adapun yang berukuran kecil yakni lapisan dengan ketebalan sekitar beberapa sentimeter sebagai abu 9 gunungapi, yang disusun dari fragmen-fragmen mikroskopis batuna beku (American Geosciences Institute, 2015). Batuan beku dapat diklasifikasikan secara beragam, baik berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kandungan kimianya, dan mineraloginya : 1. Berdasarkan tempat terbentuknya : Batuan beku Plutonik, yaitu terbentuk jauh di perut bumi. Batuan beku Hypabisal, yaitu terbentuk tidak jauh dari permukaan bumi. Batuan beku Vulkanik, yaitu terbentuk di permukaan bumi. 2. Berdasarkan warnanya, terdiri dari mineral pembentuk batuan berupa mineral mafik (gelap) dan mineral felsik (terang) : Leucocratic Rock, mengandung mineral mafik < 30% Mesocratic Rock, mengandung mineral mafik 30% - 60% Melanocratic Rock, mengandung mineral mafik 60% - 90% Hypermalanic Rock, mengandung mineral mafik > 90% 3. Berdasarkan kandungan kimianya : Batuan beku asam (Acid), kandungan SiO2 > 65%; contohnya : Granit, Riolit Batuan beku menengah (Intermediet), kandungan SiO2 65% - 52%; contohnya : Diorit, Andesit Batuan beku basa (Basic), kandungan SiO2 52% - 45%; contohnya : Gabro, Basalt Batuan beku ultrabasa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%; contohnya : peridotit (Djauhari, 2012). 10 Gambar 4. Klasifikasi Batuan Beku (Djauhari, 2012) 3.2. Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk pada permukaan bumi dengan suhu dan tekanan yang rendah dengan bantuan agen angin, air, maupun es. Batuan sedimen meliputi ¾ permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki ciri khusus yang dikarenakan teksturnya, strukturnya, komposisinya, dan kandungan fosilnya yang menjelaskan lingkungan alam di zaman dahulu dan bentuk kehidupan di bumi (Boogs, 2009). Batuan sedimen secara umum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu batuan sedimen Silisklastik, dan batuan sedimen non klastik. batuan sedimen silisiklastik terbentuk dari partikel-partikel padat yang berasal dari material sumber. Batuan sedimen jenis ini dapat di klasifikasikan berdasarkan ukuran butir dengan menggunakan skala Wentworth mulai dari yang berukuran lempung (clay) sampai yang berukuran Bongkah (Boulder). Sedangkan batuan sedimen non klastik terdiri dari kelompok batuan sedimen Evaporit, batuan sedimen Karbonat, batuan sedimen Silika, dan batuan sedimen Organik. Klasifikasi batuan non klastik ditunjukkan pada tabel 2 (Djauhari, 2012). 11 Tabel 1.Skala ukuran butir Wentworth (Djauhari, 2012) Tabel 2. Klasifikasi batuan sedimen non Klastik (Djauhari, 2012) 3.3. Batuan Metamorf Batuan metamorf terbentuk akibat dari perubahan induksi pada saat temperatur tinggi (sekitar 600oC) dan/atau tekanan tinggi (sekitar 500 Mpa pada kedalaman 20 Km). Perubahan ini (metamorfisme) terjadi saat keadaan padat. Jenis dari batuan metamorf dihasilkan bergantung pada material batuan sebelumnya yang mengalami metamorfisme, dan juga kondisi tekanan (P) dan suhu (T) yang mempengaruhinya (Waltham, 2009). 12 Berdasarkan tipenya, metamorfisme fasies dapat dikategorikan menjadi 5, yaitu : Metamorfisme kontak, yaitu perubahan batuan akibat adanya pemanasan akibat kontak batuan. Contoh : Hornfels Metamorfisme regional, yaitu perubahan batuan yang terjadi pada skala regional akibat dari faktor tekanan (P) yang kuat dan temperatur (T) yang tinggi sehingga mengakibatkan batuan mengalami pelipatan. Contoh : Gneiss Metamorfisme Dinamik, yaitu perubahan pada batuan yang terjadi di sepanjang jalur sesar yang terdapat penggerusan dan penghancuran pada batuan. Contoh : Mylonite. Metamorfisme Burial (penimbunan), yaitu perubahan batuan yang terjadi pada batuan yang tertimbun/tertindih. Faktor utama yang menyebabkannya ialah akibat tekanan (P). Metamorfisme Hidrotermal, yaitu perubahan batuan yang terjadi disekitar rekahan yang mengalami kontak dengan air panas (Hidrotermal). Metamorfisme ini disebabkan oleh adanya termperatur yang tinggi dan tekanan rendah. ( American Geological Institute, 2015) Gambar 5. Fasies Metamorfisme pada Tekanan (P) dan Temperatur (T) masing-masing. 13 BAB IV DATA LAPANGAN 4.1. Stasiun 1 Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016 Waktu : 08.30 am Daerah : Kecamatan Bongomeme Koordinat : N 00037’35.5” ; E 1220 41’55.2” Vegetasi : Lebat Cuaca : Mendung Letak singkapan : Pinggir jalan Kondisi Singkapan : Lapuk Jenis Batuan : Batuan Beku Batuan Piroklastik 4.2. Stasiun 2 Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016 Waktu : 09.31 am Daerah : Desa Bumela Koordinat : N 00036’28.3” ; E 1220 39’38.5” Cuaca : Cerah Letak singkapan : Pinggir jalan Kondisi Singkapan : Lapuk Vegetasi : Sedang Struktur : Sesar (N 650 E/ 490 SE) Jenis Batuan : Batuan Sedimen 4.3. Stasiun 3 Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016 Waktu : 11.47 am 14 Daerah : Kecamatan Tilamuta Koordinat : N 00033’19” ; E 1220 22’34.2” Elevasi : 58 mdpl Cuaca : Cerah Letak singkapan : Pinggir jalan Kondisi Singkapan : Lapuk sebagian Vegetasi : Sedang Struktur : Gores garis Jenis Batuan : Batuan Beku 4.4. Stasiun 4 Hari/tanggal : Sabtu, 21 Mei 2016 Waktu : 02.01 pm Daerah : Desa Tapadaa Koordinat : N 00029’8.8” ; E 1220 13’33” Elevasi : 14 mdpl Cuaca : Cerah Letak singkapan : Pinggir jalan Kondisi Singkapan : Lapuk Sebagian Vegetasi : Sedang Struktur : Sheeting joint Jenis Batuan : Batuan Beku 15 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Stasiun 1 Lokasi stasiun 1 terletak pada koordinat N 00037’35.5” E 122041’55.2” . Secara administratif lokasi ini terletak di desa Bakti, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo. Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan dengan kondisi telah lapuk. Batuan yang terdapat di singkapan ialah jenis batuan beku dan batuan breksi piroklastik. Batuan beku pada singkapan memiliki ciri bertekstur Faneritik, bersifat intermediet, berwarna abu-abu, dan dapat diidentifikasi antara lain kuarsa, plagioklas, dan biotit. Foto 1. Batuan beku intermediet di stasiun 1 Foto 2. Fragmen batuan piroklastik di stasiun 1 Menurut ciri di atas batuan beku tersebut ialah batuan Andesit. Batuan breksi pada singkapan terdiri dari fragmen batuan beku intermediet dengan matriks berukuran lanau. Kondisi batuan sudah mengalami pelapukan. 5.2. Stasiun 2 Lokasi stasiun 2 terletak pada koordinat N 00036’28.3” E 122039’38.5” . Secara administratif lokasi ini terletak di Desa Bumela, Kabupaten Gorontalo. Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan dengan kondisi lapuk. Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang. Batuan pada singkapan termasuk dalam jenis batuan sedimen silisiklastik. Berdasarkan ukuran butir (skala Wentworth), batuan sedimen pada singkapan terbagi atas ukuran butir, batuan sedimen pada singkapan mulai dari berukuran lempung, pasir kasar, dan pasir halus. 16 Foto 3. Struktur perlapisan batuan sedimen di Stasiun 2 Foto 4. Struktur Sesar pada singkapan di Stasiun 2 Lempung pada singkapan berwarna kecoklatan, sedangkan yang berukuran pasir telah berwarna kecoklatan dalam kondisi lapuk. Batupasir pada singkapan memiliki sortasi dan porositas yang baik. Berdasarkan pengamatan pada batupasir, dapat diketahui bahwa batupasir pada daerah ini berasal dari pelapukan batuan beku kaya kuarsa (granitik). Bukti ini diperkuat dengan adanya batuan kuarsa pada singkapan yang tidak mengalami pelapukan. Pada lokasi juga terdapat struktur geologi berupa sesar dengan arah 650 E / 49 SE. 5.3. Stasiun 3 Lokasi stasiun 3 terletak pada koordinat N 00033’19.0” E 122022’34.2” . Secara administratif lokasi terletak di Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo. Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan raya dengan kondisi lapuk sebagian. Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang. Batuan pada singkapan berupa batuan beku bertekstur porfiritik, dengan fenokris berupa batuan beku intermediet dan massa dasar bertekstur afanitik. 17 Foto 5. Batuan beku intermediet pada di Stasiun 3 Batuan pada lokasi telah mengalami perubahan sebagian menjadi batuan metamorf. Secara regional, lokasi singkapan berada pada satuan batuan Diorit Boliohuto, sehingga batuan pada singkapan tersebut adalah diorit porfiritik. Struktur geologi yang didapatkan di singkapan ialah berupa struktur goresgaris dengan nilai trend : 3350 E; plunge : 150; pitch : 750, dan cermin sesar. 5.4. Stasiun 4 Lokasi stasiun 3 terletak pada koordinat N 00029’8.8” E 122013’33.0” . Secara administratif lokasi terletak Desa Tapadaa, Kecamatan Botumoito. Singkapan yang diamati terletak di pinggir jalan raya dengan kondisi lapuk sebagian. Vegetasi disekitar singkapan tergolong sedang. Batuan pada singkapan berupa batuan beku bertekstur porfiritik dengan fenokris berupa mineral kuarsa dan massa dasar berukuran faneritik. Batuan ini tergolong batuan felsik dilihat dari mineralnya yang berwarna terang. Batuan ini diterobos oleh batuan beku intermediet bertekstur porfiritik dengan fenokris berupa mineral plagioklas dan massa dasar berukuran afanitik. 18 Foto 6. Batuan beku Intermediet pada stasiun 4. Foto 7. Batuan beku Felsik pada stasiun 4. Berdasarkan geologi regional, batuan pada singkapan termasuk dalam satuan Granodiorit Bumbulan. Struktur geologi pada singkapan berupa kekar berlembar (Sheeting Joint) yang terdapat pada singkapan batuan beku asam (Felsik).. 19 BAB VI PENUTUP 6.1. KESIMPULAN Dari penelitian lapangan yang kami lakukan dan studi dari literaturliteratur terpercaya, dapat disimpulkan bahwa sebaran batuan di daerah sekitaran Gorontalo dipengaruhi oleh adanya penunjaman di bagian utara lengan utara Sulawesi. Batuan yang dominan terdapat pada lokasi ialah batuan beku intrusi intermediet sampai asam dan batuan vulkanik. Struktur geologi juga banyak ditemukan pada setiap stasiun yang tidak lain merupakan pengaruh dari adanya tunjaman di utara lengan utara sulawesi. Kondisi batuan pada singkapan kebanyakan telah mengalami pelapukan berhubung singkapan pada setiap stasiun berada di pinggiran jalan raya Trans Sulawesi. 6.2. SARAN Alam kita memiliki begitu banyak keunikan di bidang geologi yang menarik untuk di kaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu, sangat diharapkan kepada semua pihak untuk tetap menjaga kelestariannya, maka diperlukan adanya pengkajian tentang alam, sehingga diharapkan kedepannya praktikum lapangan seperti ini tetap dilaksanakan sebagai pelatihan kepada mahasiswamahasiswi geologi agar terbiasa melakukan kegiatan lapangan. 20 DAFTAR PUSTAKA Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Vol IA. The Hague Bachri, S., Sukido, dan Ratman, N. 1993. Peta Geologi Regional Lembar Tilamuta skala 1 : 250.000. Trail, D.S. 1974. Extract from General Geological Survey on Block 2, Sulawesi. P.T. Tropic Endeavour Maulana, Adi., Watanabe, Koichiro., Imai, Akira., Yonezu, Kotaro. 2013. Origin of magnetite- and Ilmenite-Series granitic rocks in Sulawesi, Indonesia : magma genesis and regional metallogenic constraint. Procedia Earth and Planetary Science 6 (2013) : 50-57 Silver, Eli A., McCaffrey, Robert., and Smith, Randall B. 1983. Collision, Rotation, and the Initiation of Subduction in the Evolution of Sulawesi, Indonesia. Journal of Geophysical Research Vol. 88 (B11) : 9407-9418 Surmont, J., Laj, C., Rangin, C., Bellon, H., and Priadi, B. 1994. New paleomagnetic constraints on the Cenozoic tectonic evolution of the North Arm of Sulawesi, Indonesia. Earth and Planetary Science Letters. 121(1994) : 629-638 Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi edisi kedua. Bogor : Pakuan University Press American Geological Institute. 2015. Laboratory Manual in Physical Geology. Pearson Boogs jr, Sam. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks second edition. Cambridge University Press Waltham, Tony. 2009. Foundation of Engineering Geology third edition. London : Spon Press 21 DESKRIPSI BATUAN Stasiun :1 Jenis Batuan : Beku Singkapan Batuan Pemberian Megaskopik 1. Warna : Abu-abu (Intermediet) 2. Struktur : Masif 3. Tekstur : Faneritik 4. Ukuran butir : ± 1 mm 5. Kristalinitas : Holokristalin 6. Granularitas : Ekuigranular 7. Tekstur lainnya :- 8. Mineralogi : Kuarsa, Ampibol, plagioklas 9. Nama Batuan : Andesit 23 DESKRIPSI BATUAN Stasiun :1 Jenis Batuan : Piroklastik Singkapan Batuan Pemberian Megaskopik 1. Warna : Abu-abu 2. Struktur : Masif 3. Tekstur : Klastik 4. Ukuran butir : Fragmen = Bomb (Fisher), matriks = lanau 5. Tekstur lainnya :- 6. Mineralogi : Kuarsa, Biotit, mineral lanau 7. Nama Batuan : Breksi Vulkanik 24 DESKRIPSI BATUAN Stasiun :2 Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik Singkapan Pemberian Megaskopik 1. Warna : Kecoklatan 2. Struktur : Paralel Laminasi 3. Tekstur : Klastik 4. Ukuran butir : Lempung (Skala Wentworth) 5. Struktur lainnya : Graded Bedding 6. Mineralogi : Mineral Lempung 7. Nama Batuan : Batulempung (claystone) 25 Batuan DESKRIPSI BATUAN Stasiun :2 Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik Singkapan Pemberian Megaskopik 1. Warna : Kehitaman 2. Struktur : Graded Bedding 3. Tekstur : Klastik 4. Ukuran butir : Pasir kasar (Wentworth) 5. Struktur lainnya : Paralel Laminasi 6. Mineralogi : Kuarsa 7. Nama Batuan : Batupasir (Sandstone) 26 Batuan DESKRIPSI BATUAN Stasiun :2 Jenis Batuan : Sedimen silisiklastik Singkapan Pemberian Megaskopik 1. Warna : Kecoklatan 2. Struktur : Graded Bedding 3. Tekstur : Klastik 4. Ukuran butir : Pasir halus (Wentworth) 5. Struktur lainnya : Paralel Laminasi 6. Mineralogi : Kuarsa 7. Nama Batuan : Batupasir Kuarsa 27 Batuan DESKRIPSI BATUAN Stasiun :3 Jenis Batuan : Beku Batuan Singkapan Pemberian Megaskopik 1. Warna : Abu-abu 2. Struktur : kekar 3. Tekstur : Porfiritik 4. Ukuran butir Fenokris : ± 20 mm Massa dasar : Afanitik 5. Kristalinitas : Holokristalin 6. Granularitas : Inequigranular 7. Tekstur lainnya : Gores garis 8. Mineralogi : Plagioklas, Kuarsa, Ampibol 9. Nama Batuan : Diorit Porfiritik 28 DESKRIPSI BATUAN Stasiun :4 Jenis Batuan : Beku Singkapan Batuan Pemberian Megaskopik 1. Warna : Terang (Felsik) 2. Struktur : Sheeting Joint 3. Tekstur : Porfiritik 4. Ukuran butir Fenokris : ± 20 mm Massa dasar : Afanitik 5. Kristalinitas : Holokristalin 6. Granularitas : Inequigranular 7. Tekstur lainnya :- 8. Mineralogi : Kuarsa, Plagioklas 9. Nama Batuan : Granodiorit 29 DESKRIPSI BATUAN Stasiun :4 Jenis Batuan : Beku Singkapan Batuan Pemberian Megaskopik 1. Warna : Abu-abu (Intermediet) 2. Struktur : Kekar 3. Tekstur : Porfiritk 4. Ukuran butir Fenokris : Plagioklas (± 2 mm) Massa dasar : Afanitik 5. Kristalinitas : Holokristalin 6. Granularitas : Inequigranular 7. Tekstur lainnya :- 8. Mineralogi : plagioklas, kuarsa, ampibol 9. Nama Batuan : Diorit Porfiritik 30