bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak kekerasan khususnya pelecehan seksual tidak pernah luput dari
perhatian masyarakat di Indonesia saat ini. Kasus pelecehan seksual tidak hanya
terjadi di kota-kota besar saja, melainkan daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Kasus –kasus pemerkosaan tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak
kenal indentitasnya, akan tetapi kadang-kadang justru dilakukan oleh orang yang
mempunyai hubungan dekat sekalipun, seperti dalam hubungan keluarga, kerabat
maupun tetangga. Perkosaan adalah hubungan seks yang dipaksakan dengan
seseorang yang tidak memberikan persetujuannya.
Kasus pelecehan seksual di Indonesia sampai saat ini masih belum dapat
diatasi oleh pemerintah. Berdasarkan data statistic yang diperoleh penulis
mengenai kasus pelecehan seksual ang terus bertambah setiap tahunnya. Data
catatan tahunan Komnas Perempuan dan Lembaga Pengada Layanan, sepanjang
tahun 2011 telah tercatat terdapat 4.377 kasus kekerasan seksual dari total
119.107 kasus kekerasan yang dilaporkan.artinya, setiap hari ada 12 perempuan
menjadi korban kekerasan seksual.
Kasus pelecehan seksual di Indonesia semakin marak dibicarakan oleh
masyarakat, bukan hanya oleh masyarakat di Indonesia, namun telah menjadi
masalah global. Dan korban perkosaan tidak hanya terjadi oleh orang-orang
dewasa saja, melainkan anak-anak usia remaja menjadi korban nafsu dari orang-
1
orang dewasa yang merusak psikologi dari anak dalam usia berkembang. Hal ini
membuat Indonesia semakin memprihatinkan dari segi keamanan karena
masyarakat merasa tidak memiliki tempat yang aman saat ini.
Kejahatan kesusilaan (moral offenses) dan kekerasan seksual (sexual
harrassement) merupakan dua bentuk pelanggaran atas kesusilaan yang bukan
saja merupakan masalah hukum nasional tapi juga merupakan masalah hukum
semua Negara di dunia atau telah menjadi masalah global (Atamasasmita,
1998:103). Tingkat kejahatan kekerasan seksual terus meningkat tajam setiap
tahunnya. Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait mencatat pada tahun 2011
terdapat 2.509 laporan kekerasan, tahun 2012 terdapat 2.637 laporan.
(Kompas.com, 15 Maret 2013). Hal ini sangat memperhatinkan, dimana asumsi
mengenai keluarga tempat dimana seseorang memperoleh perlindungan dan
bukan sebaliknya, tempat dimulainya penderitaan bagi seseorang korban
perkosaan.
Diberbagai media massa seperti televisi, media cetak, atau media massa
lainnya sering memberitakan tentang kasus-kasus tindak kekerasan atau pelecehan
seksual yang terjadi belakangan ini. Dimana media massa menjalankan perannya
sebagai penyampai informasi kepada khalayak dengan cepat tentang informasi
apa saja yang sedang terjadi disekeliling masyarakat urban. Kasus tentang tindak
kriminalitas,kekerasan atau tindak pelecehan seksual merupakan isu sosial yang
layak diangkat ke publik sehingga masyarakat dapat memantau atau memperoleh
informasi mengenai kasus-kasus seperti diatas.
2
Peran media massa, dalam paradigmanya adalah sebagai sebagai media
edukasi, media informasi,dan yang terakhir adalah sebagai media hiburan.
Namun, secara lebih spesifik peran media massa yang ada saat ini lebih
menyentuh persoalan – persoalan yang terjadi di masyarakat secara aktual (
Bungin,2006: 85-86).
Salah satu contoh isu sosial yang layak dikaji adalah masyarakat
dikejutkan oleh penemuan enam potongan jenazah di tol Cikampek-Bekasi pada
tanggal 5 Maret 2013. Penemuan jenazah di tol Cikampek-Bekasi ini serontak
mengejutkan masyarakat melalui pemberitaan – pemberitaan yang disiarkan atau
diangkat oleh media massa mengenai kasus tersebut. Polisi beritndak cepat untuk
menyelidiki dan mencari tahu siapa pelaku dari kasus mutilasi ini. setelah
melakukan penyelidikan, pelaku dari kasus mutilasi ini adalah seorang pedagang
soto ayam di Terminal Kampung Rambutan yakni Benget Situmorang (39).
Benget memutilasi korban yang tak lain ialah istrinya sendiri. Sebelum,
memutilasi korban, Benget sempat bersi tegang dengan korban. Pelaku menuduh
korban berselingkuh dengan pria lain, akibat emosi yang tidak dapat dikendalikan
oleh pelaku, Benget memukul dan melakukan tindakan pelecehan seksual kepada
korban hingga tewas. Ketika Benget mengetahui istrinya meninggal, pelaku panik
dan memutilasi korban yakni istrinya sendiri. Sebelum dibuang ke Tol CawangBekasi, jasad korban disimpan oleh pelaku dalam kulkas selama 2 hari
(www.News.Detik.com / 07 Maret 2013 ).
Berdasarkan pemaparan mengenai kasus seorang suami yang tega
memutilasi istrinya sendiri, semakin membuat masyarakat penasaran mengenai
3
perkembangan informasi dari kejadian diatas. Namun, tanpa disadari dari
pemberitaan di media-media membuat masyarakat menjadi khawatir dan terus
waspada dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Seperti yang diberitakan oleh
Indopos, 7 Maret 2013 dimana media Indopos memaparkan dengan jelas
bagaimana awal mulanya pembunuhan mutilasi tersebut terjadi, apa penyebabnya
hingga penemuan korban.
Tindak pelecehan diatas hanya salah satu dari contoh kejadian yang sering
terjadi di Indonesia yang sering diberitakan oleh media. Peristiwa diatas turut
menyedot perhatian masyarakat urban yang akhirnya banyak media massa baik
media elektronik ataupun media cetak memuat berita dan perkembangan tentang
kasus diatas, dan menjadi perbincangan khalayak. Hal ini didasarkan atas
pemberitan – pemberitaan yang diangkat ke publik. Media begitu memusatkan
perhatiannya kepada isu-isu sosial atau tentang hal – hal yang menyangkut
tentang penderitaan atau kepentingan masyarakat.
Ibnu Hamad dalam bukunya tentang Konstruksi Realitas Politik dalam
Media Massa mengutip apa yang dikatakan oleh Walter Lippman, fungsi media ,
adalah pembentukan makna (the meaning Construction of the press); bahwasanya
interpretasi media massa terhadap berbagai peristiwa secara radikal dapat
mengubah interpretasi orang tentang suatu realitas dan pola tindakan mereka.
Media begitu sering memberitakan tentang tindakan kekerasan seperti
pelecehan seksual. Hal tersebut tidak lepas dari nilai berita yang terkandung
dalam peristiwa yang diangkat oleh media tersebut. Hal ini tidak lepas dari nilai
4
berita. Nilai berita menjadi ukuran yang bergna, atau yang biasa diterapkan, untuk
menentukan layaknya berita (newsworthy) (Ishwara, 2008:53).
A.S Haris Sumadiria memaparkan bahwa sebuah peristiwa atau kejadian
dapat dikatakan sebuah berita apabila memiliki nilai-nilai berita yang terkandung
didalamnya. Kriteria –kiriteria nilai berita menurut (Sumadiria 2006:80) ada 11;
Keluarbiasaan, Kebaruan, Akibat, Aktual, Kedekatan, Informasi, Konflik, Orang
penting, Ketertarikan manusiawi, Kejutan, Seks.
Fenomena tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh
seorang pedagang soto yang membunuh istrinya sendiri ini menarik perhatian
penulis untuk diteliti karena, pelaku dari mutilasi ini adalah suaminya sendiri dan
terjadi didalam lingkup keluarga, dimana yang seharusnya tempat paling aman
adalah didalam keluarga seperti yang telah dijelaskan oleh penulis di awal. Kasus
diatas juga memiliki nilai-nilai berita, sehingga kasus tersebut mendapat perhatian
dari media untuk memantau perkembangan dari kasus tersebut. Nilai-nilai berita
tersebut antara lain Human Interest,Konflik, Seks, Impact,dan Informasi.
Pada penelitian ini, mengenai kasus pelecehan seksual dan mutilasi di Tol
Cawang-Bekasi Jakarta Timur akan di telaah oleh peneliti dengan pendekatan
kualitatif. Peneliti dalam menganalisis menggunakan studi analisis framing,
dimana peneliti melakukan komparasi terhadap dua media yang menjadi objek
penelitian yakni media Kompas dan media Indopos dalam memberitakan kasus
mutilasi Tol Cawang. Berita-berita yang akan menjadi pahan penelitian adalah
berita yang dimuat dalam Surat Kabar Indopos dan Surat Kabar Kompas.
5
Surat Kabar Indopos merupakan bagian dari Group Jawa Pos News
Network yang dipimpin oleh Dahlan Iskan, dimana Dahlan yang dikenal selalu
terobesesi untuk menaikan atau menajukan oplah Surat Kabar - Surat Kabar yang
tergabung dalam group Jawa Pos. Dalam buku yang berjudul Dapur Media,
Margiono, Pemimpin Redaksi Rakyat Meredeka mengatakan, “ Sasaran kami
hanyalah mengusahakan bagaimana membuat produk yang bisa dibeli oleh
pembaca (Triharyanto, 2013:116) dimana rakyat merdeka merupakan bagian dari
Jawa Pos. Surat Kabar Indopos dipilih oleh penulis karena Surat Kabar yang
berisi tentang opini yang sering memelintir judul dari isinya, judulnya berani dan
sensionalitas (Triharyanto, 2013:116) sama dengan beberapa media yang
dibawahi oleh Jawa Pos.
Sedangkan Surat Kabar Kompas dipilih Karena dikenal dengan sifatnya
yang independen yang berjalan sesuai dengan visi dan misi dari Surat Kabar
tersebut yakni “ Ikut Mengembangkan saling Pengertian dalam Masyrakat yang
Majemuk” dan “ Menghibur yang Papa dan Mengingatkan yang Mapan”. Rizal
Malarangeng mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pers Orde baru, Visi
Kompas, setidaknya dalam tahun-tahun pertama terbitnya, dalam menyajikan
infomasi juga dapat dilihat dari beberapa pandangan P.K Ojong (1981) mengenai
pers, “ Secara intuisif setiap orang merasakan bahwa tugas utama dari pers ialah
mengontrol dan kalau perlu mengecam pemerintah (Malaranggeng,2010:52).
Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis aspek-aspek apa saja
yang ditonjolkan atau yang disembunyikan dari peristiwa tersebut melalui Surat
Kabar Indopos dan Surat Kabar Kompas yang memuat tentang kasus mutilasi
6
yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya sendiri, kemudian penulis akan
melihat bagaimana bingkai yang digunakan oleh Surat Kabar tersebut.
Penulis mengunakan metode framing, bagaimana media mengkonstruksi
sebuah realita terhadap berita-berita yang diangkat kemuka publik tentang
Pemberitaan Kasus Pelecehan Seksual dan Mutilasi Di Tol Cawang-Bekasi,
Jakarta Timur. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. Realitas dalam sebuah
media itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep
subjektif wartawan (Eryanto,2007:22). Dapat dikatakan bahwa, pemberitaan yang
ada dimedia sifatnya subjektif, tergantung individu yang membuat bagaimana
realitas yang mereka tangkap.
Penulis menganalisis pembingkaiaan berita di Surat Kabar Kompas dan
Indopos tentang kasus mutilasi di Tol Cawang dengan metode dari Zhongdang
Pan dan Kosicki.
7
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya oleh
peneliti, maka peneliti ingin mengetahui “bagaimana pemberitaan mengenai kasus
pembunuhan dan kekerasan seksual dalam kasus pembunuhan mutilasi di Tol
Cawang- Bekasi yang dibingkai Surat Kabar Kompas
oleh dan Surat Kabar
Indopos?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan melalukan komparasi,
bagaimana Suran Kabar Indopos dan Surat Kabar Kompas dalam membingkai
peristiwa pembunuhan dengan kekerasan seksual dalam kasus mutilasi Tol
Cawang .
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Signifikasi Akademis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu pengembangan
analisis framing bagi jurusan Ilmu Komunikasi.
1.4.2 Signifikansi Praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, mahasiswa maupun
praktisi media massa terkait pembingkaian sebuah berita dan fakor-faktor yang
memengaruhi isi surat kabar, terutama pada surat kabar INDOPOS dan Surat
Kabar Kompas .
8
1.5 BATASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini, penulis akan memfokuskan pada pemberitaan tentang
kasus mutilasi yang terjadi di tol Cawang-Bekasi pada Surat Kabar INDOPOS
pada tanggal 7 Maret 2013 sampai 12 Maret 2013 dan di Surat Kabar Kompas
pada tanggal 6 Maret 2013 sampai 11 Maret 2013.
9
Download