penyempurnaan desain filter harmonisa menggunakan kapasitor

advertisement
18
PENYEMPURNAAN DESAIN FILTER HARMONISA
MENGGUNAKAN KAPASITOR EKSISTING PADA
PABRIK SODA KAUSTIK DI SERANG - BANTEN
Margo Pujiantara
Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh November
Kampus ITS, Keputih Sukolilo, Surabaya-60111
Pada sistem tenaga listrik AC tiga fasa
yang ideal, daya listrik disalurkan dengan frekwensi
tunggal 50 Hz dan masing-masing line berbeda fasa
120o. Dengan adanya pembebanan yang non linear
pada sistem tenaga listrik maka dapat terjadi
distorsi harmonisa dan ketidakseimbangan sistem.
Hal ini mengakibatkan turunnya kwalitas sistem
tenaga listrik. Salah satu metode untuk
memperbaikinya adalah dengan menggunakan filter
pasif.
Filter pasif yang digunakan dalam paper ini
adalah orde dua. Pada paper ini penalaan dilakukan
pada frekwensi 550 Hz dan 650 Hz menggunakan
kapasitor eksisting (tanpa menambah kapasitor).
Filter ini diharapkan dapat menurunkan harmonisa
pada frekwensi ke-11 dan ke-13 yang timbul akibat
beban konverter 12 pulsa.
Abstrak :
Kata Kunci : harmonisa, resonansi, damped filter
1. PENDAHULUAN
Harmonisa adalah cacat gelombang yang
disebabkan
oleh interaksi antara gelombang
sinusoidal sistem dengan komponen gelombang lain
yang mempunyai frekwensi kelipatan integer dari
komponen fundamentalnya. Penyebab harmonisa ini
ialah adanya beban nonlinear seperti konverter, tanur
busur listrik, UPS dll.tidak sinusoidal. Kerugian
akibat pengaruh harmonisa seperti : pemanasan pada
peralatan, penurunan faktor daya, masalah resonansi
dll.
Untuk meningkatkan kwalitas sistem tenaga
listrik maka distorsi harmonisa harus ditekan
seminimalnya. Salah satu caranya adalah dengan
menggunakan filter harmonisa. Filter harmonisa
selain dapat mereduksi distorsi harmonisa juga dapat
berfungsi sebagai kompensator reaktif pada
frekwensi fundamental.
Beban utama sistem kelistrikan pada
perusahaan penghasil soda kaustik yang diamati
ialah konverter 12 pulsa yang dipergunakan untuk
suplai proses elektrolisis. Akibat dari beban
konverter 12 pulsa tersebut harmonisa orde ke-11
dan ke-13 cukup tinggi sehingga perlu untuk
dikurangi. Tujuan dari paper ini ialah mereduksi
harmonisa orde ke-11 dan ke-13 tanpa manambah
kapasitor.
Dalam paper ini dibahas metode untuk mandesain
filter harmonisa dengan damper sehingga dapat
menurunkan individual harmonic sampai kurang dari
3 % dan mengoptimalkan kondisi eksisting.
2. HARMONISA DAN FILTER
2.1. Pengertian Harmonisa
Pada sistem tenaga listrik ac ideal, energi
listrik disalurkan dalam frekuensi tunggal yang
konstan dan pada level tegangan yang konstan pula.
Tetapi dengan perkembangan beban listrik yang
semakin besar dan komplek, terutama penggunaan
beban-beban tak linier, akan menimbulkan
perubahan pada bentuk gelombangnya.
Cacat gelombang yang disebabkan oleh interaksi
antara bentuk gelombang sinusoidal sistem dengan
komponen gelombang lain lebih dikenal dengan
harmonisa, yaitu komponen gelombang lain yang
mempunyai frekuensi kelipatan integer dari
komponen fundamentalnya seperti ditunjukkan pada
gambar 1.
Gambar 1. Bentuk gelombang harmonisa
2.2. Sumber – Sumber Harmonisa
Dalam sistem tenaga listrik AC sumbersumber harmonisa dapat berasal dari pemakaian
beban-beban tak linier seperti :
9 Konverter
9 Tanur busur listrik
9 Lampu Florence
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
Selain itu pada beban linier seperti
transformator dan motor-motor induksi juga dapat
membangkitkan harmonisa pada jaringan. Tetapi
harmonisa yang dibangkitkan cukup kecil jika
dibandingkan dengan menggunakan beban-beban tak
linier.
2.3. Distorsi Harmonisa
Dalam harmonisa khususnya pada sistem tenaga
listrik dipakai istilah Total Harmonic Distortion
(THD) yang didefinisikan sebagai persentase total
komponen
harmonisa
terhadap
komponen
fundamentalnya. Total Harmonic Distortion (THD)
dituliskan sebagai :
19
High Pass Filter orde dua diperlihatkan pada
gambar 2 yang terdiri atas resistansi yang diparalel
dengan induktor/ reaktor dan diseri dengan kapasitor.
Impedansi rangkaian :
R. jωL
1
+
j ωC R + j ωL
Z=
R. jωL R − jωL
1
+
x
j ωC R + j ωL R − j ωL
=
jR 2ωL
1
ω 2 RL2
+
+
jωC R 2 + ω 2 L2 R 2 + ω 2 L2
⎛ R 2ωL
ω 2 RL2
1 ⎞⎟
=
+ j⎜
−
⎜ R 2 + ω 2 L2 ωC ⎟
R 2 + ω 2 L2
⎝
⎠
=
Pada saat resonansi bagian imajiner = 0 sehingga :
R 2ω 0 L
2
2 2
R + ω0 L
−
1
=0
ω 0C
R 2ω 0 2 LC = R 2 + ω 0 2 L2
1
⎤2
Sehingga :
⎡k
⎢∑ U n ⎥
ω 0 2 L2 − R 2ω 0 2 CL + R 2 = 0
2
⎦ x100%
(1)
THD = ⎣
a=ω02 ; b=-R2ω02C ; c=R2
U1
Dimana :
− b ± b 2 − 4ac
L12 =
Un = komponen harmonisa
2a
U1 = komponen fundamental
R 2ω 0 2 C ± ( R 2ω 0 2 C ) 2 − 4ω 0 2 R 2
k = komponen harmonisa maksimum yang
L12 =
diamati
2ω 2
0
Perhitungan tersebut tidak sama untuk setiap
negara tergantung standar yang dipakai. Dalam paper
ini diberikan standar dari IEEE Std. 519-1992 seperti
pada tabel 1.
69 kV and below
69,001 kV through
161 kV
161,001 kV and
above
R 2ω 0 2 C ± R 4ω 0 4 C 2 − 4ω 0 2 R 2
2ω 0 2
Agar terdapat nilai L maka dibawah akar harus ≥ 0,
sehingga :
R 4ω 0 4 C 2 − 4ω 0 2 R 2 ≥ 0
Tabel 1. Limit distorsi tegangan
Bus Voltage at PCC
L12 =
Individual
Voltage
Distortion (%)
3,0
1,5
THD
(%)
1,0
1,5
R≥
2
ω 0C
Impedansi
5,0
2,5
C1
C2
L
R
R
2.4. Filter Harmonisa
Tujuan utama dari filter harmonisa adalah
untuk mengurangi amplitudo satu atau lebih
frekuensi tertentu dari sebuah tegangan atau arus.
Dengan penambahan filter harmonisa pada suatu
sistem tenaga listrik yang mengandung sumbersumber harmonisa, maka penyebaran arus harmonisa
ke seluruh jaringan dapat ditekan sekecil mungkin.
Selain itu filter harmonisa pada frekuensi
fundamental dapat mengkompensasi daya reaktif dan
dipergunakan untuk memperbaiki faktor daya sistem.
2.5. Perencanaan High Pass Filter Damped Orde
Dua
Frekuensi, f
Gambar 2. High Pass Filter orde dua [2].
(a) Gambar rangkaian (b) Kurva impedansi fungsi
frekwensi
3. SISTEM KELISTRIKAN
EKSISTING
Sistem kelistrikan eksisting disuplai dari
PLN dengan tegangan 150 KV dan kapasitas daya
terpasang dari PLN adalah 71,464 MVA. Tegangan
150 kV tersebut diturunkan menjadi 20 kV oleh trafo
utama yang berkapasitas 80 MVA.
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
20
Beban utama pabrik adalah rectifier yang
dipakai untuk elektrolisa. Adapun rectifier tersebut
adalah rectifier 6 pulsa dan 12 pulsa, sehingga
distorsi harmonisa yang dominan adalah harmonisa
ke 5, 7, 11 dan 13.
1992 (Vthd < 5%) kecuali pada bus sumber
harmonisa.
Dalam plot dibawah ini ditampilkan plot
spektrum pada saatpengukuran dan simulasi pada
bus mainsubstation.
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
4. HARMONISA DAN
PENYEMPURNAAN DESAIN FILTER
4.1. Simulasi Pada Kondisi Eksisting Beban 64%
Asumsi yang dipakai dalam simulasi ini
adalah sumber kelistrikan PLN yang merupakan
swing bus yang tidak terpengaruh perubahan diluar
sistem kelistrikannya.
Tabel 2. Hasil Simulasi Aliran Daya pada kondisi
eksisting
SUMMARY OF TOTAL GENERATION , LOADING &
DEMAND
Study :
MW
MVar
MVA
% PF
Swing Bus (es) 43.802
7.652
44.465
98.5
:
Lagging
Generator :
0.000
0.000
0.000
100.0
Lagging
Total Demand
43.802
7.652
44.465
98.5
:
Lagging
Total Motor
43.023 29.607
52.226
82.4
Load
Lagging
Total Static
0.481
-26.013
Load :
Apparent Loss
0.297
4.057
:
Catatan : Tabel diatas adalah output Load Flow Report dari
Software ETAP
Dari simulasi harmonisa dengan Software
ETAP maka diperoleh tingkat distorsi harmonisa
pada kondisi eksisting yang terlihat pada tabel 3.
Tabel 3.Tingkat distorsi harmonisa eksisting pada
bus utama
Bus ID
Rate
d
kV
Voltage Distortion
Fund
(%)
100
RMS(%)
THD(%)
100.02
2.00
Bus 2
20
99,07
99,11
2,87
Main Sub
20
99,01
99,05
2,88
New
Conversion
LC4
20
99,01
99,05
2,88
20
99,01
99,05
2,88
Rsectifier 1
20
98,97
99,02
2,88
Rectifier 2
20
98,98
99,02
2,88
Rectifier 3
20
98,99
99,03
2,88
Rectifier 4
20
99,00
99,04
2,88
Turbo Comp.
20
99,01
99,05
2,88
Cap. 20 Mvar
20
99,03
99,07
2,87
Cap. 5 Mvar
20
99,01
99,05
2,88
Pada kondisi eksisting, distorsi tegangan busbus utama sistem masih dibawah standar IEEE 519-
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Harmonisa
Gambar 3. Spektrum harmonisa di main
substation dari hasil pengukuran
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
,
1
3
5
7
9
11
13
H armo nisa
5
19
25
31
Gambar 4. Spektrum harmonisa di main
substation dari hasilsimulasi
Dari gambar di atas terlihat bahwa hasil
simulasi sama dengan hasil pengukuran saat
eksisting (beban 64%).
4.2. Simulasi Kondisi Eksisting Beban 100 %
Berdasarkan sistim saat pengukuran yang
bebannya hanya 64 %, maka sistem dapat
dikembangkan ke pembebanan 100 %. Pada kondisi
tersebut daya yang diambil dari PLN sebesar 68,78
MW. Hasil simulasinya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4. Hasil simulasi aliran daya eksisting beban
penuh
SUMMARY OF TOTAL GENERATION , LOADING &
DEMAND
Study :
MW
Mvar
MVA
% PF
Swing Bus
(es) :
Generator :
67,61
8
0,000
33,023
75,251
0,000
0,000
89,9
Lagging
100,0
Lagging
89,9
Lagging
82,1
Lagging
Total Demand
67,61
33,023
75,251
:
8
Total Motor
66,28
46,056
80,710
Load
0
Total Static
0,453
-24,483
Load
Apparent Loss
0,885
11,450
:
Catatan : Tabel diatas adalah output Load Flow Report dari
Software ETAP
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
21
Tingkat distorsi harmonisa diperoleh dengan
melakukan simulasi Software ETAP (Harmonic
Analysis) dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 5
sebagai berikut :
Tabel 5. Tingkat distorsi harmonisa dengan
pembebanan 100% pada bus-bus utama
Bus ID
Bus PLN
Voltage Distortion
Rate
d kV
Fund (%)
RMS(%)
THD(%)
150
100,00
100,05
3,04
Bus 2
20
96,19
96,29
4,51
Main Sub
20
96,08
96,17
4,52
New Conversion
20
96,08
96,17
4,52
LC4
20
96,07
96,17
4,52
Rectifier 1
20
96,03
96,13
4,53
Rectifier 2
20
96,03
96,13
4,53
Rectifier 3
20
96,05
96,15
4,53
Rectifier 4
20
96,05
96,15
4,53
Turbo Comp.
20
96,07
96,17
4,52
Cap. 20 Mvar
20
96,09
96,19
4,51
Cap. 5 Mvar
20
96,08
96,18
4,52
Dari tabel 5 di atas terlihat bahwa total
harmmonic distortion masih di bawah ambang
batas [1].
4.3. Perencanaan Filter Harmonisa
Untuk mendapatkan kualitas tegangan yang
lebih baik maka filter penalaan tunggal pada bus
mainsub akan dimodifikasi menjadi filter harmonisa
karena terjadi resonansi pada bus-bus tersebut dan
distorsi tegangan yang melebihi standar. Jenis filter
yang digunakan adalah high pass filter. Sebuah high
pass filter adalah rangkaian resistor dan induktansi
yang diparalel dan diseri dengan kapasitor. Pada
frekuensi penalaan yang telah ditetapkan, rangkaian
ini menghasilkan impedansi minimal sehingga
menjadi jalan bagi arus-arus harmonisa pada
frekuensi penalaan dan arus-arus harmonisa pada
frekuensi diatas frekuensi penalaan yang ada di
jaringan. Sehingga akan memperbaiki plot impedansi
jaringan dan menurunkan tingkat distorsi harmonisa
dibawah standar IEEE 519-1992 (VTHD < 5%).
Perbandingan nilai filter
F11 =
25,9
x5 MVar = 2808,708839 MVar ≈ 2809 MVar
46.2
F13 =
20,2
x5 MVar = 2191,291161 MVar ≈ 2191 MVar
46,2
Perhitungan Filter
a) Filter F11 / 550 Hz / 2809 kVar di Main Sub 2
Perencanaan filter F11 menggunakan jenis high
pass filter orde dua. Nilai komponen kapassitor,
resistor dan induktor dapat dihitung sebagai
berikut :
Kapasitor
Nilai kapasitor dihitung berdasarkan daya
reaktif yang dibutuhkan. Dari perhitungan
sebelumnya dibutuhkan daya reaktif sebesar
2809 kVar pada tegangan 20 kV.
V oltage s pe ctr um (%)
Gambar 5. Plot impedansi bus 20 KV pada
pembebanan 100 %
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
kVar = 2 π f C V 2 10 -9
dengan :
C = kapasitansi dalam micro farad (uF)
f = frekuensi sistem (Hz)
V = tegangan jala-jala (Volt)
Nilai komponen kapasitor, resistor dan induktor
dapat dihitung sebagai berikut :
C=
1
2
3
4
5
6
7
8 9 10 11 12 13 14 15 17 19 23 25 29 31
Harm onic orde
Gambar 6. Spektrum tegangan bus PLN
eksisting pada pembebanan 100 %
Induktor
Frekuensi resonansi f0 = 550 Hz sehingga nilai
induktor dapat dihitung sebagai berikut :
L=
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa
harmonisa ke 11 dan 13 melampaui ambang
batas (3%) [1,3], sehingga perlu dirancang filter
untuk mereduksi harmonisa tersebut.
2809
= 22.36233152 μF
2π.50.(20000) 2 10 − 9
1
1
=
= 3.75 mH
ω 20 C (2 x 3.14 x550 )2 22.3623315 2.10 -6
Resistor
Sedangkan untuk mencari resistor dapat
digunakan persamaan :
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
22
R=
2
2
Resistor
=
= 25.8934894 6 Ω
Sedangkan untuk mencari resistor dapat
ω 0 C (2x3.14x550 )2 22.3623315 2
digunakan persamaan :
R=
Spesifikasi yang lebih lengkap adalah sebagai
berikut :
Spesifikasi yang lebih lengkap adalah sebagai
berikut :
Spesifikasi Kapasitor
¾ Kapasitas kapasitor = 17,45 uF
¾ Arus kapasitor pada tegangan sistem dan
frekuensi fundamental :
Q = 3 V LL I C sin φ
dimana sin φ = 1
Spesifikasi Kapasitor
¾ Kapasitas kapasitor = 22,36 μF
¾ Arus kapasitor pada tegangan sistem dan
frekuensi fundamental :
Q = 3 V LL I C sin φ
dimana sin φ = 1
IC =
¾
2.809.000
3 20000
= 81,09 A ≈ 81 A
IC =
Tegangan kapasitor pada tegangan base
system :
(
VC = I C X C = 81 2.π.50.22,36.10−6
¾
)
-1
(
VC = I C X C = 63 2.π.50.17.4465856 8.10 −6
= 19972.11 V3 φ
-1
= 19914.81 V3 φ
Spesifikasi Induktor / Reactor
¾ Induktansi nominal = 3,44 mH
¾ Arus nominal filter = 44,8 A
Arus nominal diperoleh dari simulasi
Circuit Maker.
Spesifikasi Resistor
¾ Resistansi nominal = 28,08 Ohm
¾ Rating daya resistor = 160,2 W
Rating daya diperoleh dari simulasi Circuit
Maker
Spesifikasi Resistor
¾ Resistansi nominal = 25,89 Ohm
¾ Rating daya resistor = 321,1 W
Rating daya diperoleh dari simulasi Circuit
Maker
Setelah semua parameter dihitung, maka hasil
filter yang direncanakan dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
b) Filter F13 / 650 Hz / 2191 kVar di Main Sub 2.
Perencanaan filter F13 menggunakan jenis high
pass filter orde dua. Nilai komponen kapasitor,
resistor dan induktor dapat dihitung sebagai
berikut :
Damping Resistor
25,89 Ohm
Reactor
3,75 mH
Kapasitor
Nilai kapasitor dihitung berdasarkan daya
reaktif yang dibutuhkan. Dari perhitungan
sebelumnya dibutuhkan daya reaktif sebesar
2037 Kvar pada tegangan 20 kV.
Reactor
3,44 mH
Damping Resistor
28,08 Ohm
Kapasitor
22,36 µF
a.
Kapasitor
17,45 µF
b.
Gambar 7. Filter yang direncanakan
kVar = 2 π f C V 2 10 -9
4.4. Simulasi dan Analisa Penyempurnaan
Filter Harmonisa
Nilai komponen kapasitor, resistor dan induktor
dapat dihitung sebagai berikut :
L=
)
VC = 11497.82 V1φ
Spesifikasi Induktor / Reactor
¾ Induktansi nominal = 3,75 mH
¾ Arus nominal filter = 57,77 A
Arus nominal diperoleh dari simulasi
Circuit Maker.
Induktor
Frekuensi resonansi f0 = 650 Hz sehingga nilai
induktor dapat dihitung sebagai berikut :
2.191.000
= 63,24872199 A ≈ 63 A
3 20000
Tegangan kapasitor pada tegangan base
system :
VC = 11530,9 V1φ
2191
C=
= 17.44658568 μF
2xπx50 x (20000) 2 x10 − 9
2
2
=
= 28.08319708 Ω
ω 0 C (2x3.14x650 )2 17.44658568.10 -6
Sebelum melakukan simulasi dengan filter
yang sudah dihitung, akan dibuat simulasi dengan
kapasitor yang sudah dipecah terlebih dahulu. Dalam
simulasi ini sistem dipasang dengan kapasitor yang
dihitung sebelumnya berdasarkan perbandingan
persen arus pada rectifiernya sehingga diperoleh C1=
2809kVar dan C2= 2191 kVar. Hasil simulasinya
dapat dilihat pada tabel 6 dan 7.
1
1
=
= 3,44 mH
ω20C (2x3.14 x650)2 17.44658568.10-6
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
23
Tabel 6. Hasil Simulasi Aliran Daya setelah
penyempurnaan filter harmonisa
SUMMARY OF TOTAL GENERATION , LOADING &
DEMAND
Study :
MW
Mvar
MVA
% PF
Swing Bus
67,516
33,295
75,279
89,7
(es) :
Lagging
Generator :
0,000
0,000
0,000
100,0
Lagging
Total
67,516
33,295
75,279
89,7
Demand :
Lagging
Total Motor
66,274
46,047
80,700
82,1
Load
Lagging
Total Static
0,393
-24,220
Load
Apparent
0,849
11,468
Loss :
Catatan : Tabel diatas adalah output Load Flow Report dari
Software ETAP
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1
2
3
Bus PLN
Voltage Distortion
Rated
kV
Fund (%)
RMS(%)
THD(%)
150
100,00
100,03
2,24
Bus 2
20
96,14
96,20
3,26
Main Sub
20
96,03
96,08
3,27
20
96,03
96,08
3,27
New
Conversion
LC4
20
96,03
96,08
3,27
Rectifier 1
20
95,99
96,04
3,28
Rectifier 2
20
95,99
96,04
3,28
Rectifier 3
20
96,00
96,05
3,28
Rectifier 4
20
96,01
96,06
3,28
Turbo Comp.
20
96,03
96,08
3,27
Cap. 20 Mvar
20
96,05
96,10
3,26
Cap. 5 Mvar
20
96,04
96,09
3,27
Dari tabel di atas terlihat bahwa
menunjukkan perbaikan pada THD-nya.
6
7
8
9
10 11 12 13
H armo nic o rde
14
15
17
19
23
25
29
31
Gambar di atas menunjukkan bahwa terjadi
perbaikan pada hamonisa tunggal utamanya
harmonisa ke 11 dan 13 hingga di bawah ambang
standar (3 %).
5. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
:
1. Penggunaan filter LC penalaan tunggal 5 MVar
yang ditala pada frekuensi 204 Hz (berdasarkan
data sekunder) dapat dioptimalkan menjadi
damping filter yang ditala pada frekuensi ke-11
dan 13 sehingga dapat menurunkan harmonisa
individu yang ada pada bus utama seperti pada
tabel berikut.
Bus 2
Bus PLN
hasilnya
¾
2.
Plot Impedansi dan Spektrum Tegangan Bu-Bus
utama
5
Gambar 9. Spektrum tegangan 20 KV pada
pembebanan 100 % setelah pemasangan filter
Tabel 7. Tingkat distorsi harmonisa pada bus-bus
utama setelah penyempurnaan filter
harmonisa
Bus ID
4
Frekwensi ke11
Dari
Ke
3,09
1,92
2,1
1,35
Frekwensi ke13
Dari
Ke
2,65
1,12
1,77
0,78
Data diatas diambil dari report harmonic loadflow
Etap
Filter yang digunakan adalah High Pass Filter
orde dua yang ditala pada frekuensi 550 Hz dan
frekuensi 650 Hz di bus mainsubstation, karena
terjadi resonansi pada frekuensi-frekuensi
tersebut. High Pass Filter orde dua sebagai
jalur yang dapat menyerap harmonisa pada
frekuensi penalaan dan frekuensi diatas
frekuensi penalaannya. Setelah pemasangan
filter tersebut maka diperoleh perbaikan plot
impedansi dan distorsi tegangan harmonisa
yang rendah (VTHD < 5%).
Gambar 8. Plot impedansi bus 20 KV pada
pembebanan 100 % setelah pemasangan filter
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
24
6. DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
9.
Arrilaga J, “Power System Harmonic”, John
Wiley & Sons, New York, 1985.
Dugan R.C, “Electrical Power Systems
Quality”, McGraw-Hill, New York, 1996.
Keskar P.Y, “Spesification Of Variable
Frequency Drive Systems To Meet The New
IEEE 519 Standard”, IEEE Transaction On
Industry Aplications, Vol.32 No.2 March/April
1996.
Ned Mohan, “Power Electronics”, John Wiley
& Sons, New York, 1987.
Rashid M.H, “Elektronika Daya”, Jilid 1, PT.
Prenhallindo, Jakarta, 1993.
Stevenson W.D, “Analisis Sistem Tenaga
Listrik”, edisi keempat, McGraw-Hill, London,
1993.
W. Mielczarski, “Quality of Electricity Supply &
Management of Network Losses”, Puma Press,
Melbourne, 1997.
7. BIODATA PENULIS
Margo Pujiantara, lahir 18 Maret 1966 di
Pasuruan. Saat ini menjadi dosen di Jurusan Teknik
Elektro – ITS dalam bidang Industrial Electrical
sejak tahun 1989. Email: [email protected]
JAVA Journal of Electrical and Electronics Engineering, Vol. 1, No. 2, Oct 2003, ISSN 1412-8306
Download