BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Keluarga 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi adalah proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau yang disebut dengan proses sensoris. Proses persepsi itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2010). Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandang (Lestari, 2010). Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkan. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 15 sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicu, serta ada kejadian yang membuka. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitar (Waidi, 2006). Jadi persepsi adalah suatu pengalaman yang menyatakan suatu peristiwa yang diawali dengan proses penginderaan untuk menyampaikan pengetahuan yang kita miliki ke orang laian ataupun masyarakat. b. Syarat Terjadi Persepsi Syarat-syarat terjadi persepsi menurut Sunaryo (2004) adalah sebagai berikut : 1) Adanya objek yang dipersepsi; 2) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi; 3) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; 4) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut Walgito (2010), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu : Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 16 1) Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. 2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 3) Perhatian Perhatian diperlukan untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi. Perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Siagian (2005) yaitu : 1) Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan. 2) Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 17 3) Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul. 4) Pengalaman, dalam hal ini pengalaman sangat berpengaruh terhadap persepsi karena berdasarkan pengalaman yang di alami akan muncul berbagai perbedaan persepsi. 5) Pengetahuan, yang berpengaruh terhadap persepsi adalah setiap pengeahuan didapatkan dari banyak pengalaman. d. Macam-macam Persepsi Macam-macam persepsi menurut Siagian (2005), dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu : 1) External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. 2) Self Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam individu. e. Aspek-aspek Persepsi Aspek persepsi pada hakekatnya merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (2009), ada tiga yaitu: Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 18 1) Komponen kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut. 2) Komponen Afektif Yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi bersifat evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimiliki. 3) Komponen Konatif Yaitu komponen kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikap. Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 19 f. Proses Persepsi Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan ditangkap melalui indera. Proses persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Proses fisik atau kealaman Adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera atau reseptor. 2) Proses fisiologis Adalah stimulus yang diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak. 3) Proses psikologis Adalah proses yang terjadi dalam otak sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya (Walgito, 2010). Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari objek yang menimbulkan stimulus kemudian stimulus itu mengenai alat indera, kemudian dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak stimulus itu diproses sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 20 Menurut Siagian (2005) menggambarkan proses pembentukan persepsi pada skema di bawah ini : Diri yang bersangkutan Persep si Pengetahuan Pengalaman Sasaran Persepsi Faktor Situasi Skema 2.1 . Proses terjadinya persepsi (Siagian, 2005) Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada di seleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 21 dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan. Persepsi dikatakan mempengaruhi terapi kejang listrik karena setiap pandangan/ pemikiran pasien dan keluarga berbedabeda terhadap terapi kejang listrik. Perbedaan pandangan/ pemikiran dikarenakan banyak faktor-faktor misalnya seperti pengetauan, pengalaman dll. 2. Keluarga a. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya. Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling mempertahankan, dan saling menyerahkan diri (Shochib, 2010). Sedangkan menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki ikatan darah yang hidup bersama dan saling Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 22 berinteraksi. Interaksi yang baik antara anak dan orang tua merupakan hal penting dalam masa perkembangan anak. Interaksi yang baik ditentukan oleh kualitas pemahaman dari anak dan orang tua untuk mencapai kebutuhan keluarga (Soetjiningsih, 2012). Orang tua memiliki peran yang penting dalam memberikan pendidikan informal selama di lingkungan rumah. Orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya baik dalam pendidikan maupun kebutuhan pribadi dari anaknya (Ahmad, 2010). Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa di poli dan rawat inap IPKJT RSUD Banyumas. b. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (2010), ada lima yaitu : 1) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama ntuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini berguna untuk pemenuhan fungsi psikososial. 2) Fungsi sosialisasi adalah fungsi untuk mengembangkan dan tempat melatih anak untuk dapat berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 23 3) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan meningkatkan sumber daya manusia. 4) Fungsi ekonomi adalah fungsi dimana untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarganya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. 5) Fungsi pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahan kesehatan anggota tubuh setiap keluarga. c. Karakteristik Keluarga Macam – macam karakteristik keluarga antara lain : 1) Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi. 2) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran sosial (Friedman, 2010). 3) Anggota keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu atap rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah , mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. 4) Mempunyai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya serta meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota (Johnson, 2010). Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 24 Jadi persepsi keluarga adalah pendapat atau pemikiran keluarga pada suatu objek yang menyatakan suatu peristiwa untuk menyampaikan pengetahuan, perasaan, sikap dan pengalaman yang dimiliki terhadap orang lain. B. Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy) 1. Pengertian Terapi kejang listrik adalah suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang dipasang pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik dapat tercapai (Taufik, 2010). Terapi kejang listrik merupakan salah satu pengobatan yang sudah digunakan sejak lama untuk mengobati berbagai gangguan jiwa dan masih terus digunakan hingga saat ini (Saddock, 2007). Saat ini prosedur tindakan terapi kejang listrik telah banyak berbeda, meskipun masih menimbulkan risiko efek samping (Dawkins, 2012). Terapi kejang listrik ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh sehingga pasien menerima aliran listrik yang terputus – putus (Baihaqi,2007). Terapi kejang listrik saat ini masih merupakan subjek yang menimbulkan kontroversi. Pada pelaksanaannya terapi kejang listrik dilakukan sebanyak 6-12 kali untuk klien dengan gangguan afektif dan yang paling umum 3 kali Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 25 seminggu (Wijayanto, 2012). Aktivitas kejang ini diyakini membawa perubahan biokimia tertentu yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala (Mankad, 2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi kejang listrik merupakan suatu pengobatan menggunakan aliran listrik pada kepala seseorang untuk menghasilkan kejang tonik – klonik umum yang bertujuan untuk mengobati gangguan jiwa tertentu. 2. Jenis-jenis Jenis terapi kejang listrik menurut Kaplan & Sadock (2006), ada dua yaitu: a. Terapi kejang listrik konvensional ECT konvensional ini menyebabkan timbulnya kejang pada pasien sehingga tampak tidak manusiawi.Terapi konvensional ini di lakukan tanpa menggunakan obat-obatan anastesi seperti pada ECT premedikasi. b. Terapi kejang listrik pre-medikasi Terapi ini lebih manusiawi dari pada ECT konvensional,karena pada terapi ini di berikan obat-obatan anastesi yang bisa menekan timbulnya kejang yang terjadi pada pasien. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 26 3. Frekuensi dan Jumlah Frekuensi dan jumlah pemberian terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), tergantung pada keadaan pasien terapi kejang listrik dapat diberi sebagai berikut : a. Secara block : 2 – 4 hari bertutur – turut 1 – 2 kali sehari. b. 2 – 3 kali seminggu. c. Terapi kejang listrik maintenance : sekali tiap 2 – 4 minggu. d. Sebelum ada obat psikotropik, terapi kejang listrik diberi paling sedikit 12 kali, bila perlu sampai 20 kali, tetapi sekarang apabila diberi obat psikotropik maka terapi kejang listrik dihentikan setelah pasien menunjukan perbaikan yang jelas (tidak perlu lagi sampai 12 kali) dan dilanjutkan dengan obat saja. 4. Persiapan Alat Alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan terapi kejang listrik adalah sebagai berikut : a) Konvulsator set (diatur intensitas dan timer); b) Tounge spatel atau karet mentah di bungkus kain; c) Kain kasa; d) Cairan NaCl secukupnya; e) Spuit disposibel; f) Obat SA injeksi 1 ampul; g) Tensimeter; h) Stetoskop; i) Slim suiger; j) Set konvulsator. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 27 Gambar 2.1. Alat Terapi Kejang Listrik 5. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi Kejang Listrik Persiapan dan cara melakukan terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), antara lain : a. Sebelum pemberian terapi kejang listrik pasien diperiksa badannya dengan teliti, terutama jantung dan paru-paru. Tulang punggung perlu mendapatkan perhatian yang istimewa. b. Pasien harus berpuasa agar jangan sampai muntah dan tersedak waktu tidak sadar. c. Kandung seni dan rektum perlu dikosongkan supaya pasien tidak mengotori dirinya dan tempat tidur bila tejadi inkotinensia. d. Gigi palsu yang dapat dilepaskan harus dikeluarkan, juga bendabenda lain yang ada di dalam mulut (permen dan sebagainya). e. Pasien berbaring terlentang lurus diatas permukaan yang datar dan agak keras, menggunakan pakaian yang ketat (sabuk, pakaian dalam dan sebagainya) di longgarkan. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 28 f. Bagian kepala yang akan ditempelkan elektroda dibersihkan (misalnya dengan alkohol) supaya minyak kulit hilang sehingga tidak terlalu menahan aliran listrik. Tempat untuk elektroda pada daerah antara os frontalis dan os temporalis dengan tulang tengkorak yang tipis dan tidak terdapat banyak rambut daerah ini kemudian dibasahi dengan bahan pengantar aliran listrik (misalnya air garam atau pasta khusus). g. Diantara rahang atas dan bawah di tempat gigi – gigi yan masih kuat (biasanya diantara morales) diberi bahan yang lunak (misalnya sepotong kain yang dilipat – lipat) untuk digigit oleh pasien. Harus diperhatikan bahwa bibir atau pipi tidak terjepit. h. Dagu tidak perlu ditahan. Perhatikan bagian lengan pasien yang dapat memukul karena tiba – tiba terjadi flexi pada permulaan fase tonik. Ekstremitas dapat dipegang, tetapi tidak boleh terlalu keras seperti hendak menahan konvulsi (bahaya robekan otot, fraktur dan luxasio. i. Elektroda ditekan dengan kekuatan yang sedang pada tempatnya, sedapat mungkin rambut tebal dikesampingkan. 6. Posisi elektroda dalam terapi kejang listrik (ECT) Posisi eletroda secara tradisional pada terapi kejang listrik dipasang secara bilateral. Namun saat ini secara rutin telah dilakukan penempatan elektroda alternatif, termasuk di area Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 29 bifrontal dan unilateral. Posisi penempatan elektroda dalam terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy) adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Posisi elektroda dalam terapi kejang listrik 7. Reaksi Pasien Reaksi pasien setelah mendapatkan terapi kejang listrik berupa konvulsi yang mirip serangan epilepsi jenis grand mal dengan fase tonik kira – kira 10 detik diikuti leh fase klonik yang lebih lama 30-40 detik (Maramis,2010). Sesudah fase klonik timbul fase relaksasi otot dengan pernapasan yang dalam dan keras. Kepala dimiringkan agar pasien tidak tersedak saliva. Pasien tidak sadar selama kira – kira 5 menit, lalu pelan – pelan dalam waktu 5 Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 30 – 10 menit kesadaran akan timbul kembali. Banyak pasien tidur sesudah konvulsi, jika tidak diganggu mungkin sekitar 1 jam. Beberapa pasien akan menjadi sangat bingung sesudahnya (kebingungan pasca konvulsi). Mereka harus dijaga baik – baik jangan sampai mereka jatuh dan melukai dirinya. 8. Komplikasi Komplikasi yang biasanya terjadi pada terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), antara lain : a. Paling sering ialah luaxio pada rahang atau fraktur kompresi pada vertebra. Luxasio rahang direposisi sesudah konvulsi berhenti, waktu otot – otot masih lemas dan pasien belum sadar. b. Biasanya terjadi apnea, ini berlangsung agak lama dan bibir dan muka kelihatan biru (sianosis), maka dapat dilakukan pernafasan buatan. c. Tidak jarang timbul sakit kepala sesudah terapi kejang listrik, tetapi ini tidak berat dan berlangsung kira – kira setengah hari. Bila perlu dapat diberi analgetik. d. Selalu terjadi amnesia antegrade dan tidak jarang juga amnesia retrograde sesudah terapi kejang listrik, tetapi pasien baik kembali sesudah satu atau beberapa hari. e. Kebingungan sesudah konvulsi kadang – kadang hebat, pasien dapat menajdi sangat gelisah, agresif, atau destruktif. Pasien harus Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 31 diawasi oleh beberapa orang dan biasanya sesudah beberapa menit atau paling lama 10 menit pasien sudah tenang kembali. f. Mudah lupa, hal ini akan menjadi baik kembali sesudah beberapa minggu atau beberapa buln setelah terapi kejang listrik dihentikan. 9. Kontraindikasi Kontraindikasi terapi kejang listrik bukanlah terhadap listrik itu sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Kontraindikasi dari terapi kejang listrik menurut Maramis (2010 dalam Wijayanto 2012), antara lain : a. Kontraindikasi mutlak ialah tumor otak, karena listrik yang masuk mempertinggi permeabilitas kapiler otak sehingga terjadi edema sedikit. Hal ini menjadi fatal pada tumor otak sehingga yang memang menyebabkan edema serebri dan tekanan intracranial yang meninggi, karena terjadinya inkarserario (terjepitnya otak atau bagian otak lain). b. Umur dan kehamilan bukan merupakan kontraindikasi. Akan tetapi harus diingat, bahwa biarpun tidak terjadi kelahiran sebelum waktunya, anak di dalam rahim dapat saja terganggu apabila ibu tersebut mengalami hypoxia karena apnea sesudah konvulsi. c. Apabila ada tuberkulosis pulmonum, thrombosis coroner, hipertensi atau angguan lain pada sistem kardiovaskuler kita harus Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 32 mempertimbangkan keadaan setiap penderita masing – masing dengan mengingat beratnya penyakit badan itu. 10. Indikasi Indikasi terapi kejang listrik mula – mula dipakai untuk skizofrenia. Setelah 4 tahun terlihat bahwa efek yang paling baik diperoleh pada pengobatan depresi, kemudian terapi kejang listrik dipakai juga untuk berbagai macam gangguan jiwa. Indikasi pemakaian terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), yaitu : a. Depresi Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan (Videbeck, 2008). Pasien dengan penyakit depresif mayor yang tidak berespon terhadap antidepresan atau yang tidak dapat meminum obat (Stuart, 2007). Gangguan afek yang berat meliputi pasien dengan gangguan bipolar, autodepresi menunjukan respon yang baik terhadap terapi kejang listrik (Tomb, 2004). Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 33 b. Mania Terapi kejang listrik efektif dalam mengobati mania akut, karena efektivitas dari farmakoterapi, terapi kejang listrik sering kali diberikan untuk episode mania akut (Stuart, 2007). c. Percobaan Bunuh Diri Pasien dengan bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai efek terapeutik (Stuart, 2007). Pasien bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu antidepresan bekerja sehingga perlu mendapat terapi kejang listrik (Tomb, 2004). d. Skizofrenia Terapi kejang listrik dapat efektif sekali dalam pengobatan dengan lama penyakit yang lebih pendek, terutama dengan gejala afektif akut. Pasien psikotik akut (terutama tipe skizoaktif) yang tidak berespon pada medikasi saja mungkin akan membaik jika ditambah terapi kejang listrik (Tomb, 2004). 11. Efek Samping Efek samping terapi kejang listrik yang terbagi dalam tiga kategori risiko menurut Lawrence (2011), yaitu : a. Kategori pertama adalah risiko kesehatan dan fisik, termasuk reaksi negatif terhadap obat anestesi dan obat relaksasi otot, komplikasi Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 34 kardiovaskular, trauma fisik, nyeri, ketidaknyamanan, kejang berkepanjangan dan kematian. b. Kategori kedua adalah risiko disfungsi kognitif dan memori karena aliran listrik terapi kejang listrik diberikan pada area medial temporal yang berhubungan dengan memori termasuk hipokampus yang merupakan area yang mempunyai ambang kejang rendah. Pasien harus diperingatkan akan risiko amnesia menetap dan kemungkinan gangguan kognitif. c. Kategori ketiga adalah risiko kerusakan pada alat terapi kejang listrik. Kualitas alat terapi kejang listrik yang digunakan harus memenuhi Standard International Elektrotechnical Commision. Beberapa efek samping dari terapi kejang listrik menurut Syamsir (2009) yaitu : a) Aritma; b) Hilang ingatan sementara; c) Patah tulang vertebra; d) Luksasi mandibular; e) Aspirasi penuomonia; f) Apnea mamanjang; g) Kematian. C. Gangguan Jiwa 1. Pengertian Gangguan jiwa adalah gejala – gejala patologik dominan yang berasal dari unsur jiwa. Hal ini tidak berarti unsur yang lain tidak terganggu, yang sakit dan menderita ialah manusia yang seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingungannya (Yosep, 2011). Sedangkan menurut PPDGJ II gangguan jiwa atau Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 35 gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan yang secara khas berkaitan denan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi penting manusia (Maslim, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah pola perilaku yang tidak normal yang dialami seseorang sebagai akibat gejala distress dan disabilitas yang menyerang manusia seutuhnya. 2. Etiologi Faktor – faktor penyebab gangguan jiwa pada ketiga unsur yang terus menerus saling mempengaruhi menurut Yosep (2011), yaitu : a. Faktor – faktor somatik (somatogenik) atau srganobiologis : neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik, dan fakotr – faktor pre dan perinatal. b. Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif : Interaksi ibu – anak, persaingan antara saudara kandung, inteligensi, hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat, kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi dan rasa malu atau rasa bersalah. c. Faktor – fakotr sosial buaya (sosiogenik) atau sosiokultural : kestabilan keluarga, tingkat ekonomi, perumahan, masalah Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 36 kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan. 3. Tanda dan Gejala Tanda umum gangguan jiwa menurut Yosep (2011), adalah sebagai berikut : a. Gangguan kognisi Gangguan kognisi meliputi gangguan sensasi dan persepsi. Macam – macam gangguan sensasi dan persepsi yaitu : 1) Gangguan sensasi dapat dibedakan menjadi : Hiperestesia (peningkatan abnormal dari kepekaan dalam proses penginderaan, baik terasa panas, dingin, nyeri ataupun raba), anesthesia (suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama sekali perasaan pada penginderaan), hipekinestesia (peningkatan kepekaan yang berlebihan terhadap perasaan gerak tubuh, hipokinestesia (penurunan kepekaan terhadap gerak perasaan tubuh). 2) Gangguan persepsi dapat dibedakan menjadi : Ilusi yaitu suatu persepsi yang salah/ palsu, dimana ada atau pernah ada rangsangan dari luar dan halusiansi yaitu suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 37 b. Gangguan perhatian Beberapa bentuk gangguan perhatian yaitu distraktibility (perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti), aproseksia (ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi tanpa memandang pentingnya masalah tersebut) dan hiperproseksia (terjadinya pemusatan perhatian yang berlebihan). c. Gangguan ingatan Beberapa bentuk gangguan ingatan antara lain amnesia atau ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, hipernemsia yaitu keadaan dimana seseorang dapat menggambarkan kembali kejadian yang lalu dengan sangat teliti, paramnesia yaitu gangguan penyimpangan terhadap ingatan lama yang dikenal dengan baik. d. Gangguan pikiran Beberapa bentuk gangguan kesadaran yaitu gangguan bentuk pikiran (penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah pada suatu tujuan), gangguan arus (meliputi cara laju dan laju proses asosiasi dalam pemikiran) dan gangguan isi pikiran, meliputi isi pikiran yang nonverbal atau isi pikiran yang diceritakan. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 38 e. Gangguan kesadaran Beberapa bentuk gangguan kesadaran yakni sebagai berikut: 1) Kesadaran kuantitatif dapat dibedakan menajdi dua, yaitu kesadaran yang menurun (kesadaran dengan kemampuan persepsi, perhatian, dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan) dan kesadaran yag meninggi (keadaan reaksi yang meningkat terhadap suatu rangsang). 2) Kesadaran kualitatif (terjadi perubahan dalam kualitas kesadaran, dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik dan psikogen). f. Gangguan kemauan Beberapa bentuk gangguan kemauan yaitu abulia atau ketidaksanggupan membuat keputusan maupun memulai suatu tingkah laku, negativism yaitu ketidaksanggupan dalam bertindak/ melakukan sesuatu, kelakuan atau ketidakmampuan memiliki keleluasan dalam memutuskan untuk mengubah suatu tingkah laku dan kompulsi yaitu seseorang yang merasa didorong untuk melakukan suatu tindakan. g. Gangguan emosi dan afek Beberapa bentuk gangguan emosi dan afek yakni sebagai berikut euforia (emosi yang menyenangkan, bahagia yang berlebihan, dan bila tidak sesuai dengan keadaan, hal ini Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 39 menunjukan adanya gangguan), afek yang kaku (rasa hati tetap dipertahankan sehingga menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan), emosi labil (ketidakstabilan yang berlebihan), cemas dan depresi (gejala yang terlhat dari ekspresi muka atau tingkah laku) serta emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak ada sama sekal tanda – tanda ekspresi afektif). 4. Klasifikasi Klasifikasi gangguan jiwadaat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut : a. Skizofrenia Skizofrenia yaitu suatu penyakit yang mempengaruhi otak sehingga penderita akan mengalami gangguan kognitif, persepsi, emosi, dan perilaku. Gejala yang ditimbulkan meliputi gejala positif dan negatif yan dapat dibedakan dari tingkah laku penderita. Gejala inilah yang menentukan apakah penderita mudah kambuh atau tidak, dimana gejala positif bisa disembuhkan dengan obat antipsikosis, sedangkan gejala negatif dapat menghambat pemulihan (Stuart, 2007). b. Gangguan mental organik Gangguan mental organik merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Stuart, 2002). Pembagian menjadi psikotik dan tidak Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 40 psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun. c. Gangguan perasaan atau mood Gangguan perasaan atau mood merupakan gangguan yang diakibatkan tidak normalnya fungsi sistem limbik hipotalamus, dan ganglia basalis yang berfungsi membentuk emosi manusia. Gangguan perasaan dikategorikan menjadi dua, yaitu gangguan perasaan unipolar yang menunjukan gejala depresi pada penderitanya dan gangguan perasaan bipolar yan menyebabkan penderita mengalami depresi atau mania berlebihan pada suatu kondisi (Videbeck, 2008). d. Gangguan neurotik Gangguan neurotik merupakan gangguan yang ditandai dengan ansietas karena adanya situasi yang sebenarnya tidak membahayakan penderita. Gangguan ini disebabkan karena neurotransmitter norepinefrin dan serotonin. Macam – macam gangguan neurotik meliputi gangguan ansietas, gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh dan gangguan penyesuaian (Mansjoer, 2001). e. Gangguan kepribadian Gangguan kepribadian adalah gangguan berat karakter individu atau kecenderungan perilaku pada individu yang tidak sesuai. Manifestasi klinis yang ditunjuka mencakup pola perilaku Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 41 abnormal yang berlangsung lama, sikap dan perilaku yang tidak serasi, kecenderungan menyimpan dendam, sensitive, dan harga diri rendah (Videbeck, 2008). f. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik Gangguan ini mencakup gangguan makan, tidur dan disfungsi seksual yang bukan diakibatkan faktor organobiologis. Selain itu gangguan ini juga meliputi gangguan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas yang tidak diklasifikasikan ditempat lain. g. Retardasi mental Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya gangguan keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Mansjoer, 2001). 5. Penanganan Penanganan mengatasi masalah gangguan jiwa menurut Suart (2006), dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 42 a. Terapi Psikofarmaka Psikofarmaka atau obat psikotropika adalah obat yag bekerja secara selektif pada sistem saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku yang digunakan berpengaruh untuk terhadap terapi taraf gangguan kualitas psikiatrik hidup klien. dan Obat psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain antipsikosis, antri depresan, anti mania, anti ansietas, anti insomnia, anti panik, dan anti obsesif-kompulsif (Hawari, 2001). b. Terapi Somatik Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy). Terapi kejang listrik merupakan suatu jenis pengobatan somati dengan cara mengnduksi kejang grand mal buatan dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada satu atau kedua pelipis. Kejang grand mal tersebut diharapkan memberikan efek terapeautik pada klien. Mekanisme kerja terapi kejang listrik belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan bahwa terapi kejang listrik menghasilkan perubahan – perubahan biokimia di dalam otak yakni peningkatan kadar norepinefrin dan serotonin Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 43 dimana efeknya sama denan obat anti depresan (Townsend, 2006). c. Terapi Modalitas Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Pencapaian tujuan terapi mordalitas tergantung pada kondisi kesehatan klien. Dan tingkat dukungan yang tersedia. Terdapat beberapa jenis terapi mordalitas, antara lain terapi individual, terapi perilaku, terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi kelompok, terapi bermain, dan terapi keluarga. D. RSUD Banyumas RSUD Banyumas didirikan pada tanggal 1 Januari 1924. Pada waktu berdiri diberi nama “ Burgerziekenhais te Banyumas “, yang lengkapnya bernama “ Juliana Burgerziekenhais “ atau lebih dikenal pada waktu itu sebagai Rumah Sakit Juliana, dengan kapasitas TT 110 buah. Tahun 1935 kota Kabupaten pindah ke Purwokerto, sehingga RS memprihatinkan dan citranya menurun. Setelah berakhir masa penjajahan Belanda di Indoensia ( 1941 ), maka rumah sakit ini menjadi rumah sakit milik pemerintah pendudukan Jepang dan digantikan namanya menjadi RSU Banyumas sampai dengan tahun 1945. Kemudian diserahkan kepada Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 44 pemerintah RI pada tahun 1950 dibawah Departemen Kesehatan (Pemerintah Pusat). Tahun 1953 rumah sakit tersebut diserahkan pengelolaannya pada Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Banyumas. RSUD Banyumas merupakan rumah sakit umum yang sejak 1978 konsisten memberikan pelayanan kesehatan jiwa, baik rawat inap maupun rawat jalan. Bahkan ruang inap pasien gangguan jiwa itu selalu penuh dengan pasien. Direktur RSUD Banyumas, dokter AR Siswanto Budiwiyoto., MKes mengatakan, pihaknya juga memfasilitasi penanganan pasien setelah rawat inap dengan membentuk Paguyuban Kesehatan Jiwa Puntadewa. Paguyuban itu beranggotakan keluarga dan mantan pasien penyakit kejiwaan di RSUD Banyumas serta orang yang peduli dengan kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara menyeluruh. Bukan sekadar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Pelayanan jiwa di RSUD Banyumas awalnya bernama Ruang Sakura dan hanya satu ruangan, tetapi sekarang sudah berubah nama menjadi IPKJT yang terbagi menjadi 4 ruangan rawat inap dan terdapat poli jiwa. RSUD Banyumas saat ini terletak di Jl. Rumah Sakit, Kec. Banyumas, Kab. Banyumas, Jawa Tengah. Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 45 E. Kerangka Teori Etiologi : faktor somatik, faktor psikologis, faktor sosio budaya. (Yosep, 2011) Gangguan jiwa adalah pola perilaku tidak normal yang dialami seseorang sebagai akibat gejala distress dan disabilitas yang menyerang manusia seutuhnya. (Wijayanto,2012) Karakteristik keluarga : Merupakan kumpulan individu dalam masyarakat yang memiliki ikatan darah yang hidup bersama. Indikasi ECT (Maramis, 2010): 1. Depresi 2. Mania 3. Percobaan Bunuh Diri 4. Skizofrenia Penanganan gangguan jiwa (Stuart, 2006) : 1. Terapi Psikofarmaka 2. Terapi Somatik 3. Terapi Modalitas Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy) adalah terapi yang menggunakan aliran listrik yang menghasilkan kejang grandmal melalui elektroda yang ditempelkan pada satu atau dua pelipis. (Stuart, 2013) Syarat terjadi persepsi : 1. Adanya objek 2. Adanya perhatian 3. Adanya alat indera 4. Saraf sensoris (Omith, 2008) Komplikasi ECT (Maramis,2010): 1. Gagal nafas 2. Nyeri punggung 3. Sakit kepala 4. Mudah lupa 5. Kebingungan 6. Amnesia antegrade Peran serta keluarga dalam proses penyembuhan pasien: 1. Peran serta keluarga selama perawatan pasien di rumah sakit. 2. Peran serta keluarga pada persiapan pulang Peran serta keluarga dalam perawatan pasien depresi berat yang dilakukan ECT : 1. Pre ECT (memantau kondisi pasien, mengawasi untuk puasa tengah malam) 2. Post ECT ( menjaga pasien di tempat tidur agar tidak cedera atau jatuh, memberikan asupan nutrisi ) Faktor yang mempengaruhi persepsi: 1. Faktor inernal 2. Faktor eksternal (Sugihartono, 2007) PERSEPSI Persepsi Keluarga Terhadap Tindakan Terapi Kejang Listrik Pada Pasien Gangguan Jiwa Gambar 2.3 Kerangka Teori Modifikasi Sumber : (Maramis, 2010), (Stuart, 2006), (Stuart, 2013), (Yosep, 2011). Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 46 F. Kerangka Konsep Input Pasien gangguan jiwa yang mendapatkan tindakan terapi kejang listrik Proses Persepsi keluarga terhadap tindakan terapi kejang listrik pada pasien gangguan jiwa yang di rawat di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas Output Persepsi positif Persepsi negatif Fakor yang mempengaruhi persepsi : 1. Faktor Eksternal Faktor eksternalnya yaitu fisiologis, perhatian, sesuatu yang terjadi dan sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak. 2. Faktor Internal Faktor internalnya yaitu pengalaman, pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi dan budaya Gambar 2.4 Kerangka Konsep Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017