BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Keluarga 1. Persepsi a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi Keluarga
1. Persepsi
a. Pengertian
Persepsi adalah proses yang didahului oleh proses
penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera atau yang disebut dengan proses
sensoris. Proses persepsi itu tidak berhenti begitu saja melainkan
stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan
proses persepsi (Walgito, 2010). Persepsi mengandung pengertian
yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli
telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi,
walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat
benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah
pengetahuan, pengalaman dan sudut pandang (Lestari, 2010).
Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap
suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan
menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk
menafsirkan. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File
itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicu, serta ada
kejadian yang membuka. Persepsi merupakan hasil kerja otak
dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitar
(Waidi, 2006).
Jadi persepsi adalah suatu pengalaman yang menyatakan
suatu peristiwa yang diawali dengan proses penginderaan untuk
menyampaikan pengetahuan yang kita miliki ke orang laian
ataupun masyarakat.
b. Syarat Terjadi Persepsi
Syarat-syarat terjadi persepsi menurut Sunaryo (2004)
adalah sebagai berikut : 1) Adanya objek yang dipersepsi; 2)
Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan
dalam
mengadakan
persepsi;
3)
Adanya
alat
indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; 4) Saraf
sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang
kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja tetapi ada
faktor-faktor yang mempengaruhi. Menurut Walgito (2010),
faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu :
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor.
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai
alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke
pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
3) Perhatian
Perhatian diperlukan untuk menyadari atau untuk mengadakan
persepsi. Perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai
suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi menurut
Siagian (2005) yaitu :
1) Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang
berpengaruh adalah karakteristik individual meliputi dimana
sikap, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan.
2) Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa
orang, benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi
mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
3) Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus
secara kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana
persepsi itu timbul.
4) Pengalaman, dalam hal ini pengalaman sangat berpengaruh
terhadap persepsi karena berdasarkan pengalaman yang di
alami akan muncul berbagai perbedaan persepsi.
5) Pengetahuan, yang berpengaruh terhadap persepsi adalah
setiap pengeahuan didapatkan dari banyak pengalaman.
d. Macam-macam Persepsi
Macam-macam persepsi menurut Siagian (2005), dapat
digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1) External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang datang dari luar diri individu.
2) Self Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang berasal dari dalam individu.
e. Aspek-aspek Persepsi
Aspek persepsi pada hakekatnya merupakan suatu interelasi
dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut
menurut Allport (2009), ada tiga yaitu:
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
1) Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau
informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya.
Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu
keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2) Komponen Afektif
Yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan
tidak senang. Jadi bersifat evaluatif yang berhubungan erat
dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimiliki.
3) Komponen Konatif
Yaitu komponen kesiapan seseorang untuk bertingkah laku
yang berhubungan dengan obyek sikap.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi
mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga
komponen konatif merupakan kesediaan untuk bertindak atau
berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan
manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling
berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap
obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan
konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian
secara internal diantara ketiga komponen tersebut.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
f. Proses Persepsi
Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan
ditangkap melalui indera. Proses persepsi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Proses fisik atau kealaman
Adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang
menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat
indera atau reseptor.
2) Proses fisiologis
Adalah stimulus yang diterima oleh alat indera kemudian
dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak.
3) Proses psikologis
Adalah proses yang terjadi dalam otak sehingga seseorang
dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu sebagai
suatu akibat dari stimulus yang diterimanya (Walgito, 2010).
Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari objek yang
menimbulkan stimulus kemudian stimulus itu mengenai alat indera,
kemudian dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak
stimulus itu diproses sehingga seseorang dapat menyadari apa yang
diterima dengan reseptor itu.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
Menurut
Siagian
(2005)
menggambarkan
proses
pembentukan persepsi pada skema di bawah ini :
Diri yang
bersangkutan
Persep
si
Pengetahuan
Pengalaman
Sasaran Persepsi
Faktor Situasi
Skema 2.1 . Proses terjadinya persepsi (Siagian, 2005)
Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan
rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang
dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan
pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan
atau data yang ada di seleksi. Untuk menghemat perhatian yang
digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi
lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah
diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai
dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan
diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi data atau
rangsang tersebut berhasil ditafsirkan.
Persepsi dikatakan mempengaruhi terapi kejang listrik
karena setiap pandangan/ pemikiran pasien dan keluarga berbedabeda terhadap terapi kejang listrik. Perbedaan pandangan/
pemikiran dikarenakan banyak faktor-faktor misalnya seperti
pengetauan, pengalaman dll.
2. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dimana
terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya. Dalam pengertian
psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama
dalam tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota
merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling mempertahankan, dan saling menyerahkan
diri (Shochib, 2010).
Sedangkan menurut Friedman (2010),
keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi
dirinya sebagai bagian dari keluarga.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, keluarga merupakan
unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang memiliki ikatan darah yang hidup bersama dan saling
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
berinteraksi. Interaksi yang baik antara anak dan orang tua
merupakan hal penting dalam masa perkembangan anak. Interaksi
yang baik ditentukan oleh kualitas pemahaman dari anak dan orang
tua untuk mencapai kebutuhan keluarga (Soetjiningsih, 2012).
Orang tua memiliki peran yang penting dalam memberikan
pendidikan informal selama di lingkungan rumah. Orang tua
menginginkan yang terbaik untuk anaknya baik dalam pendidikan
maupun kebutuhan pribadi dari anaknya (Ahmad, 2010). Keluarga
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang anggota
keluarganya mengalami gangguan jiwa di poli dan rawat inap
IPKJT RSUD Banyumas.
b. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2010), ada lima yaitu :
1) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama ntuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini berguna
untuk pemenuhan fungsi psikososial.
2) Fungsi sosialisasi adalah fungsi untuk mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk dapat berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
diluar rumah.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
3) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan meningkatkan sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi adalah fungsi dimana untuk memenuhi
kebutuhan setiap anggota keluarganya seperti makanan,
pakaian dan tempat tinggal.
5) Fungsi
pemeliharaan
kesehatan
adalah
fungsi
untuk
mempertahan kesehatan anggota tubuh setiap keluarga.
c.
Karakteristik Keluarga
Macam – macam karakteristik keluarga antara lain :
1) Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah atau adopsi.
2) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama
lain dalam peran – peran sosial (Friedman, 2010).
3) Anggota keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu
atap rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah , mereka
tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah
mereka.
4) Mempunyai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan
budaya serta meningkatkan perkembangan fisik, psikologis,
sosial anggota (Johnson, 2010).
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
Jadi persepsi keluarga adalah pendapat atau pemikiran
keluarga pada suatu objek yang menyatakan suatu peristiwa untuk
menyampaikan pengetahuan, perasaan, sikap dan pengalaman yang
dimiliki terhadap orang lain.
B. Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
1. Pengertian
Terapi kejang listrik adalah suatu jenis pengobatan somatik
dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang
dipasang pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang
grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik dapat
tercapai (Taufik, 2010). Terapi kejang listrik merupakan salah satu
pengobatan yang sudah digunakan sejak lama untuk mengobati
berbagai gangguan jiwa dan masih terus digunakan hingga saat ini
(Saddock, 2007). Saat ini prosedur tindakan terapi kejang listrik
telah banyak berbeda, meskipun masih menimbulkan risiko efek
samping (Dawkins, 2012).
Terapi kejang listrik ini dilakukan dengan cara mengalirkan
listrik sinusoid ke tubuh sehingga pasien menerima aliran listrik
yang terputus – putus (Baihaqi,2007). Terapi kejang listrik saat ini
masih merupakan subjek yang menimbulkan kontroversi. Pada
pelaksanaannya terapi kejang listrik dilakukan sebanyak 6-12 kali
untuk klien dengan gangguan afektif dan yang paling umum 3 kali
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
seminggu (Wijayanto, 2012). Aktivitas kejang ini diyakini
membawa perubahan biokimia tertentu yang dapat mengurangi
atau bahkan menghilangkan gejala (Mankad, 2010). Jadi dapat
disimpulkan bahwa terapi kejang listrik merupakan suatu
pengobatan menggunakan aliran listrik pada kepala seseorang
untuk menghasilkan kejang tonik – klonik umum yang bertujuan
untuk mengobati gangguan jiwa tertentu.
2. Jenis-jenis
Jenis terapi kejang listrik menurut Kaplan & Sadock
(2006), ada dua yaitu:
a. Terapi kejang listrik konvensional
ECT konvensional ini menyebabkan timbulnya kejang pada pasien
sehingga tampak tidak manusiawi.Terapi konvensional ini di
lakukan tanpa menggunakan obat-obatan anastesi seperti pada ECT
premedikasi.
b. Terapi kejang listrik pre-medikasi
Terapi ini lebih manusiawi dari pada ECT konvensional,karena
pada terapi ini di berikan obat-obatan anastesi yang bisa menekan
timbulnya kejang yang terjadi pada pasien.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
3. Frekuensi dan Jumlah
Frekuensi dan jumlah pemberian terapi kejang listrik
menurut Maramis (2010), tergantung pada keadaan pasien terapi
kejang listrik dapat diberi sebagai berikut :
a. Secara block : 2 – 4 hari bertutur – turut 1 – 2 kali sehari.
b. 2 – 3 kali seminggu.
c. Terapi kejang listrik maintenance : sekali tiap 2 – 4 minggu.
d. Sebelum ada obat psikotropik, terapi kejang listrik diberi paling
sedikit 12 kali, bila perlu sampai 20 kali, tetapi sekarang apabila
diberi obat psikotropik maka terapi kejang listrik dihentikan setelah
pasien menunjukan perbaikan yang jelas (tidak perlu lagi sampai
12 kali) dan dilanjutkan dengan obat saja.
4. Persiapan Alat
Alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan terapi
kejang listrik adalah sebagai berikut : a) Konvulsator set (diatur
intensitas dan timer); b) Tounge spatel atau karet mentah di
bungkus kain; c) Kain kasa; d) Cairan NaCl secukupnya; e) Spuit
disposibel; f) Obat SA injeksi 1 ampul; g) Tensimeter; h)
Stetoskop; i) Slim suiger; j) Set konvulsator.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
Gambar 2.1. Alat Terapi Kejang Listrik
5. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi Kejang Listrik
Persiapan dan cara melakukan terapi kejang listrik menurut
Maramis (2010), antara lain :
a. Sebelum pemberian terapi kejang listrik pasien diperiksa badannya
dengan teliti, terutama jantung dan paru-paru. Tulang punggung
perlu mendapatkan perhatian yang istimewa.
b. Pasien harus berpuasa agar jangan sampai muntah dan tersedak
waktu tidak sadar.
c. Kandung seni dan rektum perlu dikosongkan supaya pasien tidak
mengotori dirinya dan tempat tidur bila tejadi inkotinensia.
d. Gigi palsu yang dapat dilepaskan harus dikeluarkan, juga bendabenda lain yang ada di dalam mulut (permen dan sebagainya).
e. Pasien berbaring terlentang lurus diatas permukaan yang datar dan
agak keras, menggunakan pakaian yang ketat (sabuk, pakaian
dalam dan sebagainya) di longgarkan.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
f. Bagian kepala yang akan ditempelkan elektroda dibersihkan
(misalnya dengan alkohol) supaya minyak kulit hilang sehingga
tidak terlalu menahan aliran listrik. Tempat untuk elektroda pada
daerah antara os frontalis dan os temporalis dengan tulang
tengkorak yang tipis dan tidak terdapat banyak rambut daerah ini
kemudian dibasahi dengan bahan pengantar aliran listrik (misalnya
air garam atau pasta khusus).
g. Diantara rahang atas dan bawah di tempat gigi – gigi yan masih
kuat (biasanya diantara morales) diberi bahan yang lunak (misalnya
sepotong kain yang dilipat – lipat) untuk digigit oleh pasien. Harus
diperhatikan bahwa bibir atau pipi tidak terjepit.
h. Dagu tidak perlu ditahan. Perhatikan bagian lengan pasien yang
dapat memukul karena tiba – tiba terjadi flexi pada permulaan fase
tonik. Ekstremitas dapat dipegang, tetapi tidak boleh terlalu keras
seperti hendak menahan konvulsi (bahaya robekan otot, fraktur dan
luxasio.
i. Elektroda ditekan dengan kekuatan yang sedang pada tempatnya,
sedapat mungkin rambut tebal dikesampingkan.
6. Posisi elektroda dalam terapi kejang listrik (ECT)
Posisi eletroda secara tradisional pada terapi kejang listrik
dipasang secara bilateral. Namun saat ini secara rutin telah
dilakukan penempatan elektroda alternatif, termasuk di area
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
bifrontal dan unilateral. Posisi penempatan elektroda dalam terapi
kejang listrik (Electro Convulsive Therapy) adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Posisi elektroda dalam terapi kejang listrik
7. Reaksi Pasien
Reaksi pasien setelah mendapatkan terapi kejang listrik
berupa konvulsi yang mirip serangan epilepsi jenis grand mal
dengan fase tonik kira – kira 10 detik diikuti leh fase klonik yang
lebih lama 30-40 detik (Maramis,2010). Sesudah fase klonik timbul
fase relaksasi otot dengan pernapasan yang dalam dan keras.
Kepala dimiringkan agar pasien tidak tersedak saliva. Pasien tidak
sadar selama kira – kira 5 menit, lalu pelan – pelan dalam waktu 5
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
– 10 menit kesadaran akan timbul kembali. Banyak pasien tidur
sesudah konvulsi, jika tidak diganggu mungkin sekitar 1 jam.
Beberapa pasien akan menjadi sangat bingung sesudahnya
(kebingungan pasca konvulsi). Mereka harus dijaga baik – baik
jangan sampai mereka jatuh dan melukai dirinya.
8. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada terapi kejang listrik
menurut Maramis (2010), antara lain :
a. Paling sering ialah luaxio pada rahang atau fraktur kompresi pada
vertebra. Luxasio rahang direposisi sesudah konvulsi berhenti,
waktu otot – otot masih lemas dan pasien belum sadar.
b. Biasanya terjadi apnea, ini berlangsung agak lama dan bibir dan
muka kelihatan biru (sianosis), maka dapat dilakukan pernafasan
buatan.
c. Tidak jarang timbul sakit kepala sesudah terapi kejang listrik, tetapi
ini tidak berat dan berlangsung kira – kira setengah hari. Bila perlu
dapat diberi analgetik.
d. Selalu terjadi amnesia antegrade dan tidak jarang juga amnesia
retrograde sesudah terapi kejang listrik, tetapi pasien baik kembali
sesudah satu atau beberapa hari.
e. Kebingungan sesudah konvulsi kadang – kadang hebat, pasien
dapat menajdi sangat gelisah, agresif, atau destruktif. Pasien harus
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
diawasi oleh beberapa orang dan biasanya sesudah beberapa menit
atau paling lama 10 menit pasien sudah tenang kembali.
f. Mudah lupa, hal ini akan menjadi baik kembali sesudah beberapa
minggu atau beberapa buln setelah terapi kejang listrik dihentikan.
9. Kontraindikasi
Kontraindikasi terapi kejang listrik bukanlah terhadap
listrik itu sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul.
Kontraindikasi dari terapi kejang listrik menurut Maramis (2010
dalam Wijayanto 2012), antara lain :
a. Kontraindikasi mutlak ialah tumor otak, karena listrik yang masuk
mempertinggi permeabilitas kapiler otak sehingga terjadi edema
sedikit. Hal ini menjadi fatal pada tumor otak sehingga yang
memang menyebabkan edema serebri dan tekanan intracranial yang
meninggi, karena terjadinya inkarserario (terjepitnya otak atau
bagian otak lain).
b. Umur dan kehamilan bukan merupakan kontraindikasi. Akan tetapi
harus diingat, bahwa biarpun tidak terjadi kelahiran sebelum
waktunya, anak di dalam rahim dapat saja terganggu apabila ibu
tersebut mengalami hypoxia karena apnea sesudah konvulsi.
c. Apabila
ada
tuberkulosis
pulmonum,
thrombosis
coroner,
hipertensi atau angguan lain pada sistem kardiovaskuler kita harus
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
mempertimbangkan keadaan setiap penderita masing – masing
dengan mengingat beratnya penyakit badan itu.
10. Indikasi
Indikasi terapi kejang listrik mula – mula dipakai untuk
skizofrenia. Setelah 4 tahun terlihat bahwa efek yang paling baik
diperoleh pada pengobatan depresi, kemudian terapi kejang listrik
dipakai juga untuk berbagai macam gangguan jiwa. Indikasi
pemakaian terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), yaitu :
a. Depresi
Depresi
adalah
suatu
mood
sedih
(disforia)
yang
berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai prilaku seperti
perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas,
kurang bersemangat, sering menangis, waspada berlebihan,
pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan
(Videbeck, 2008). Pasien dengan penyakit depresif mayor yang
tidak berespon terhadap antidepresan atau yang tidak dapat
meminum obat (Stuart, 2007). Gangguan afek yang berat meliputi
pasien dengan gangguan bipolar, autodepresi menunjukan respon
yang baik terhadap terapi kejang listrik (Tomb, 2004).
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
b. Mania
Terapi kejang listrik efektif dalam mengobati mania akut,
karena efektivitas dari farmakoterapi, terapi kejang listrik sering
kali diberikan untuk episode mania akut (Stuart, 2007).
c. Percobaan Bunuh Diri
Pasien dengan bunuh diri akut yang cukup lama tidak
menerima pengobatan untuk mencapai efek terapeutik (Stuart,
2007). Pasien bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu
antidepresan bekerja sehingga perlu mendapat terapi kejang listrik
(Tomb, 2004).
d. Skizofrenia
Terapi kejang listrik dapat efektif sekali dalam pengobatan
dengan lama penyakit yang lebih pendek, terutama dengan gejala
afektif akut. Pasien psikotik akut (terutama tipe skizoaktif) yang
tidak berespon pada medikasi saja mungkin akan membaik jika
ditambah terapi kejang listrik (Tomb, 2004).
11. Efek Samping
Efek samping terapi kejang listrik yang terbagi dalam tiga
kategori risiko menurut Lawrence (2011), yaitu :
a. Kategori pertama adalah risiko kesehatan dan fisik, termasuk reaksi
negatif terhadap obat anestesi dan obat relaksasi otot, komplikasi
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
kardiovaskular, trauma fisik, nyeri, ketidaknyamanan, kejang
berkepanjangan dan kematian.
b. Kategori kedua adalah risiko disfungsi kognitif dan memori karena
aliran listrik terapi kejang listrik diberikan pada area medial
temporal yang berhubungan dengan memori termasuk hipokampus
yang merupakan area yang mempunyai ambang kejang rendah.
Pasien harus diperingatkan akan risiko amnesia menetap dan
kemungkinan gangguan kognitif.
c. Kategori ketiga adalah risiko kerusakan pada alat terapi kejang
listrik. Kualitas alat terapi kejang listrik yang digunakan harus
memenuhi Standard International Elektrotechnical Commision.
Beberapa efek samping dari terapi kejang listrik menurut
Syamsir (2009) yaitu : a) Aritma; b) Hilang ingatan sementara; c)
Patah tulang vertebra; d) Luksasi mandibular; e) Aspirasi
penuomonia; f) Apnea mamanjang; g) Kematian.
C. Gangguan Jiwa
1. Pengertian
Gangguan jiwa adalah gejala – gejala patologik dominan
yang berasal dari unsur jiwa. Hal ini tidak berarti unsur yang lain
tidak terganggu, yang sakit dan menderita ialah manusia yang
seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingungannya
(Yosep, 2011). Sedangkan menurut PPDGJ II gangguan jiwa atau
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola
perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup
bermakna dan yang secara khas berkaitan denan suatu gejala
penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi penting
manusia (Maslim, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa gangguan
jiwa adalah pola perilaku yang tidak normal yang dialami
seseorang sebagai akibat gejala distress dan disabilitas yang
menyerang manusia seutuhnya.
2. Etiologi
Faktor – faktor penyebab gangguan jiwa pada ketiga unsur
yang terus menerus saling mempengaruhi menurut Yosep (2011),
yaitu :
a. Faktor – faktor somatik (somatogenik) atau srganobiologis :
neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan
perkembangan organik, dan fakotr – faktor pre dan perinatal.
b. Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif :
Interaksi ibu – anak, persaingan antara saudara kandung,
inteligensi, hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat,
kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi dan rasa malu
atau rasa bersalah.
c. Faktor – fakotr sosial buaya (sosiogenik) atau sosiokultural :
kestabilan keluarga, tingkat ekonomi, perumahan, masalah
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,
pengaruh rasial dan keagamaan.
3. Tanda dan Gejala
Tanda umum gangguan jiwa menurut Yosep (2011), adalah
sebagai berikut :
a. Gangguan kognisi
Gangguan kognisi meliputi gangguan sensasi dan persepsi.
Macam – macam gangguan sensasi dan persepsi yaitu :
1) Gangguan sensasi dapat dibedakan menjadi :
Hiperestesia (peningkatan abnormal dari kepekaan dalam
proses penginderaan, baik terasa panas, dingin, nyeri ataupun
raba), anesthesia (suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama
sekali
perasaan
pada
penginderaan),
hipekinestesia
(peningkatan kepekaan yang berlebihan terhadap perasaan
gerak tubuh, hipokinestesia (penurunan kepekaan terhadap
gerak perasaan tubuh).
2) Gangguan persepsi dapat dibedakan menjadi :
Ilusi yaitu suatu persepsi yang salah/ palsu, dimana ada atau
pernah ada rangsangan dari luar dan halusiansi yaitu suatu
persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
b. Gangguan perhatian
Beberapa bentuk gangguan perhatian yaitu distraktibility
(perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti),
aproseksia (ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun
terhadap situasi tanpa memandang pentingnya masalah tersebut)
dan
hiperproseksia
(terjadinya
pemusatan
perhatian
yang
berlebihan).
c. Gangguan ingatan
Beberapa bentuk gangguan ingatan antara lain amnesia atau
ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada,
hipernemsia
yaitu
keadaan
dimana
seseorang
dapat
menggambarkan kembali kejadian yang lalu dengan sangat teliti,
paramnesia yaitu gangguan penyimpangan terhadap ingatan lama
yang dikenal dengan baik.
d. Gangguan pikiran
Beberapa bentuk gangguan kesadaran yaitu gangguan
bentuk pikiran (penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan
terarah pada suatu tujuan), gangguan arus (meliputi cara laju dan
laju proses asosiasi dalam pemikiran) dan gangguan isi pikiran,
meliputi isi pikiran yang nonverbal atau isi pikiran yang
diceritakan.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
e. Gangguan kesadaran
Beberapa bentuk gangguan kesadaran yakni sebagai
berikut:
1) Kesadaran kuantitatif dapat dibedakan menajdi dua, yaitu
kesadaran yang menurun (kesadaran dengan kemampuan
persepsi, perhatian, dan pemikiran yang berkurang secara
keseluruhan) dan kesadaran yag meninggi (keadaan reaksi
yang meningkat terhadap suatu rangsang).
2) Kesadaran kualitatif (terjadi perubahan dalam kualitas
kesadaran, dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik dan
psikogen).
f. Gangguan kemauan
Beberapa bentuk gangguan kemauan yaitu abulia atau
ketidaksanggupan membuat keputusan maupun memulai suatu
tingkah laku, negativism yaitu ketidaksanggupan dalam bertindak/
melakukan sesuatu, kelakuan atau ketidakmampuan memiliki
keleluasan dalam memutuskan untuk mengubah suatu tingkah laku
dan kompulsi yaitu seseorang yang merasa didorong untuk
melakukan suatu tindakan.
g. Gangguan emosi dan afek
Beberapa bentuk gangguan emosi dan afek yakni sebagai
berikut euforia (emosi yang menyenangkan, bahagia yang
berlebihan, dan bila tidak sesuai dengan keadaan, hal ini
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
menunjukan adanya gangguan), afek yang kaku (rasa hati tetap
dipertahankan sehingga menyebabkan reaksi emosional yang
berlebihan), emosi labil (ketidakstabilan yang berlebihan), cemas
dan depresi (gejala yang terlhat dari ekspresi muka atau tingkah
laku) serta emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak
ada sama sekal tanda – tanda ekspresi afektif).
4. Klasifikasi
Klasifikasi gangguan jiwadaat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu sebagai berikut :
a. Skizofrenia
Skizofrenia yaitu suatu penyakit yang mempengaruhi otak
sehingga penderita akan mengalami gangguan kognitif, persepsi,
emosi, dan perilaku. Gejala yang ditimbulkan meliputi gejala
positif dan negatif yan dapat dibedakan dari tingkah laku penderita.
Gejala inilah yang menentukan apakah penderita mudah kambuh
atau tidak, dimana gejala positif bisa disembuhkan dengan obat
antipsikosis,
sedangkan
gejala
negatif
dapat
menghambat
pemulihan (Stuart, 2007).
b. Gangguan mental organik
Gangguan mental organik merupakan gangguan jiwa yang
psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi
jaringan otak (Stuart, 2002). Pembagian menjadi psikotik dan tidak
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada
suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
c. Gangguan perasaan atau mood
Gangguan perasaan atau mood merupakan gangguan yang
diakibatkan tidak normalnya fungsi sistem limbik hipotalamus, dan
ganglia basalis yang berfungsi membentuk emosi manusia.
Gangguan perasaan dikategorikan menjadi dua, yaitu gangguan
perasaan
unipolar
yang
menunjukan
gejala
depresi
pada
penderitanya dan gangguan perasaan bipolar yan menyebabkan
penderita mengalami depresi atau mania berlebihan pada suatu
kondisi (Videbeck, 2008).
d. Gangguan neurotik
Gangguan neurotik merupakan gangguan yang ditandai
dengan ansietas karena adanya situasi yang sebenarnya tidak
membahayakan penderita. Gangguan ini disebabkan karena
neurotransmitter norepinefrin dan serotonin. Macam – macam
gangguan neurotik meliputi gangguan ansietas, gangguan panik,
gangguan
cemas
menyeluruh
dan
gangguan
penyesuaian
(Mansjoer, 2001).
e. Gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian adalah gangguan berat karakter
individu atau kecenderungan perilaku pada individu yang tidak
sesuai. Manifestasi klinis yang ditunjuka mencakup pola perilaku
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
abnormal yang berlangsung lama, sikap dan perilaku yang tidak
serasi, kecenderungan menyimpan dendam, sensitive, dan harga
diri rendah (Videbeck, 2008).
f. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis
dan faktor fisik
Gangguan ini mencakup gangguan makan, tidur dan
disfungsi seksual yang bukan diakibatkan faktor organobiologis.
Selain itu gangguan ini juga meliputi gangguan perilaku yang
berhubungan dengan masa nifas yang tidak diklasifikasikan
ditempat lain.
g. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa
yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya gangguan keterampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial
(Mansjoer, 2001).
5. Penanganan
Penanganan mengatasi masalah gangguan jiwa menurut
Suart (2006), dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
a. Terapi Psikofarmaka
Psikofarmaka atau obat psikotropika adalah obat yag
bekerja secara selektif pada sistem saraf pusat (SSP) dan
mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku
yang
digunakan
berpengaruh
untuk
terhadap
terapi
taraf
gangguan
kualitas
psikiatrik
hidup
klien.
dan
Obat
psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain
antipsikosis, antri depresan, anti mania, anti ansietas, anti
insomnia, anti panik, dan anti obsesif-kompulsif (Hawari, 2001).
b. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan
akibat gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak mengganggu
sistem tubuh lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah terapi
kejang listrik (Electro Convulsive Therapy). Terapi kejang
listrik merupakan suatu jenis pengobatan somati dengan cara
mengnduksi kejang grand mal buatan dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada satu atau kedua
pelipis. Kejang grand mal tersebut diharapkan memberikan efek
terapeautik pada klien. Mekanisme kerja terapi kejang listrik
belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan bahwa terapi
kejang listrik menghasilkan perubahan – perubahan biokimia di
dalam otak yakni peningkatan kadar norepinefrin dan serotonin
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
dimana efeknya sama denan obat anti depresan (Townsend,
2006).
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien
gangguan yang bervariasi yang bertujuan untuk mengubah
perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya
menjadi perilaku yang adaptif. Pencapaian tujuan terapi
mordalitas tergantung pada kondisi kesehatan klien. Dan tingkat
dukungan yang tersedia. Terdapat beberapa jenis terapi
mordalitas, antara lain terapi individual, terapi perilaku, terapi
lingkungan, terapi kognitif, terapi kelompok, terapi bermain, dan
terapi keluarga.
D. RSUD Banyumas
RSUD Banyumas didirikan pada tanggal 1 Januari 1924. Pada
waktu berdiri diberi nama “ Burgerziekenhais te Banyumas “, yang
lengkapnya bernama “ Juliana Burgerziekenhais “ atau lebih dikenal pada
waktu itu sebagai Rumah Sakit Juliana, dengan kapasitas TT 110 buah.
Tahun 1935 kota Kabupaten pindah ke Purwokerto, sehingga RS
memprihatinkan dan citranya menurun. Setelah berakhir masa penjajahan
Belanda di Indoensia ( 1941 ), maka rumah sakit ini menjadi rumah sakit
milik pemerintah pendudukan Jepang dan digantikan namanya menjadi
RSU Banyumas sampai dengan tahun 1945. Kemudian diserahkan kepada
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44
pemerintah RI pada tahun 1950 dibawah Departemen Kesehatan
(Pemerintah Pusat). Tahun 1953 rumah sakit tersebut diserahkan
pengelolaannya pada Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Banyumas.
RSUD Banyumas merupakan rumah sakit umum yang sejak 1978
konsisten memberikan pelayanan kesehatan jiwa, baik rawat inap maupun
rawat jalan. Bahkan ruang inap pasien gangguan jiwa itu selalu penuh
dengan pasien. Direktur RSUD Banyumas, dokter AR Siswanto
Budiwiyoto., MKes mengatakan, pihaknya juga memfasilitasi penanganan
pasien setelah rawat inap dengan membentuk Paguyuban Kesehatan Jiwa
Puntadewa. Paguyuban itu beranggotakan keluarga dan mantan pasien
penyakit kejiwaan di RSUD Banyumas serta orang yang peduli dengan
kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan secara
menyeluruh. Bukan sekadar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi
pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta mampu menangani
tantangan hidup. Pelayanan jiwa di RSUD Banyumas awalnya bernama
Ruang Sakura dan hanya satu ruangan, tetapi sekarang sudah berubah
nama menjadi IPKJT yang terbagi menjadi 4 ruangan rawat inap dan
terdapat poli jiwa. RSUD Banyumas saat ini terletak di Jl. Rumah Sakit,
Kec. Banyumas, Kab. Banyumas, Jawa Tengah.
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45
E. Kerangka Teori
Etiologi : faktor somatik, faktor psikologis,
faktor sosio budaya. (Yosep, 2011)
Gangguan jiwa adalah pola perilaku tidak
normal yang dialami seseorang sebagai
akibat gejala distress dan disabilitas yang
menyerang
manusia
seutuhnya.
(Wijayanto,2012)
Karakteristik keluarga :
Merupakan kumpulan individu dalam
masyarakat yang memiliki ikatan darah
yang hidup bersama.
Indikasi ECT (Maramis,
2010):
1. Depresi
2. Mania
3. Percobaan Bunuh Diri
4. Skizofrenia
Penanganan gangguan jiwa
(Stuart, 2006) :
1. Terapi Psikofarmaka
2. Terapi Somatik
3. Terapi Modalitas
Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive
Therapy) adalah terapi yang menggunakan
aliran listrik yang menghasilkan kejang
grandmal melalui elektroda yang ditempelkan
pada satu atau dua pelipis. (Stuart, 2013)
Syarat terjadi persepsi :
1. Adanya objek
2. Adanya perhatian
3. Adanya alat indera
4. Saraf sensoris
(Omith, 2008)
Komplikasi ECT (Maramis,2010):
1. Gagal nafas
2. Nyeri punggung
3. Sakit kepala
4. Mudah lupa
5. Kebingungan
6. Amnesia antegrade
Peran serta keluarga dalam proses penyembuhan pasien:
1. Peran serta keluarga selama perawatan pasien di rumah sakit.
2. Peran serta keluarga pada persiapan pulang
Peran serta keluarga dalam perawatan pasien depresi berat yang dilakukan ECT :
1. Pre ECT (memantau kondisi pasien, mengawasi untuk puasa tengah malam)
2. Post ECT ( menjaga pasien di tempat tidur agar tidak cedera atau jatuh,
memberikan asupan nutrisi )
Faktor
yang
mempengaruhi
persepsi:
1. Faktor inernal
2. Faktor eksternal
(Sugihartono, 2007)
PERSEPSI
Persepsi
Keluarga
Terhadap Tindakan Terapi
Kejang Listrik Pada Pasien
Gangguan Jiwa
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Modifikasi Sumber : (Maramis, 2010), (Stuart, 2006), (Stuart, 2013), (Yosep, 2011).
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
46
F. Kerangka Konsep
Input
Pasien
gangguan
jiwa
yang
mendapatkan
tindakan
terapi
kejang listrik
Proses
Persepsi keluarga terhadap
tindakan terapi kejang
listrik
pada
pasien
gangguan jiwa yang di
rawat
di
Instalasi
Pelayanan Kesehatan Jiwa
Terpadu RSUD Banyumas
Output
Persepsi
positif
Persepsi
negatif
Fakor yang mempengaruhi persepsi :
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternalnya yaitu fisiologis,
perhatian, sesuatu yang terjadi dan
sesuatu yang menjadi perhatian orang
banyak.
2. Faktor Internal
Faktor internalnya yaitu pengalaman,
pengetahuan, harapan, kebutuhan,
motivasi, emosi dan budaya
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
Persepsi Keluarga Terhadap..., Gita Tri Harianas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download