UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA Ny. D G3P2A0 PRE DAN POST SC DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR NERS OLEH NENENG HERAWATI 110 613 0002 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA DEPOK JULI 2014 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA Ny. D G3P2A0 PRE DAN POST SC DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners OLEH NENENG HERAWATI 110 613 0002 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA DEPOK JULI 2014 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat anugerahNya penulis dapat menyelesaikan Karya ilmiah akhir ners dengan judul “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaaan Pada Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini”. Karya ilmiah akhir ners ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Program Studi Profesi Ilmu Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penyusunan Karya ilmiah akhir ners ini dapat terlaksana atas bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Ibu Tri Budiati S.Kep.,M.Kep., Sp.Kep. Mat selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini. 2. Ibu Kuntarti S,kp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 dan Profesi Ners FIK. 3. Ibu Fajar Waluyanti S.Kp.,M.Kep., selaku koordinator MA PKKKMP dan KIAN, sekaligus Penanggungjawab Profesi/Sekretaris Program Studi Ners FIK UI. 4. Ibu Wiwit Kurniawati, M.Kep., Sp. Mat selaku penguji yang telah memberi masukan, bimbingan, dan motivasi dan menjadi fasilatator serta pembimbing di keperawatan maternitas. 6. Kepala ruangan dan perawat Mangunkusumo Jakarta Pusat Ruang Kebidanan RS Cipto yang telah mendukung praktik profesi sehingga berjalan dengan lancar. 7. Seluruh staf pengajar Program Sarjana Keperawatan atas segala bantuan, ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama masa pendidikan. Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 8. Sahrudin, Najwa Syah Nabilah, dan Irsyad Syah Haidar (Suami dan anak tercinta) yang selalu memberikan dorongan , semangat dan mendo’akan keberhasilan yang tiada habisnya. 9. Terima kasih pada ibunda tercinta yang selalu memberi dukungan dan doa yang tiada hentinya. 10. Rekan-rekan seperjuangan Ekstensi Angkatan 2011 dan Reguler Angkatan 2008, ( Ana Nurjanah, Linda Ernawati, Ida Srihastuti, Sari Nartiana, Lulu Aqilah , Kiki Rachmanisa, Titin Novi) yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat selama praktik profesi ilmu keperawatan. Akhirnya penulis menyadari karya ilmiah akhir ners ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis, mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 kesempurnaannya, serta semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat bermanfaat bagi dunia keperawatan dan ilmu pengetahuan. Depok, Juli 2014 Penulis Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 ABSTRAK Nama Program Studi Judul Penulisan : Neneng Herawati : Profesi Keperawatan : Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaaan Pada Ny. D dengan G3P2A0 Pre dan Post SC dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba. (2006). Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan Pada Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan indikasi ketuban pecah dini. . Masalah pre operasi dan post operasi ansietas, risiko infeksi, nyeri akut dan ketidakefektifan pemberian ASI. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, melakukan, pemantauan kehamilan selama proses persalinan dengan ketuban pecah dini, mengajarkan manajemen laktasi. Hasil karya ilmiah ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan komprehensif. Kata kunci: Ketuban Pecah Dini, Pre Operasi dan Post Operasi, Ny.D Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 ABSTRACT Name Study Program Title : Neneng Herawati : Profession of Nursing : Analysis of Public Health Nursing Practice Clinic Urban In Ms. D with G3P2A0 Pre and Post SC with Indication Premature Rupture of Membranes Premature rupture of membranes is rupture of membranes before there are signs of labor and eagerly begin one hour before the in partu. Most of premature rupture of membranes at term pregnancy occurs in more than 37 weeks, whereas less than 36 weeks is not too much. Manuaba. (2006). Writing scientific papers end aims to provide an overview of nursing care In Ny. D with G3 P2 A0 Pre and Post SC with Indication premature rupture of membranes. Problems preoperative and postoperative anxiety, risk of infection, acute pain and ineffectiveness of breastfeeding. Nursing interventions provided include teaches deep breathing relaxation techniques, conduct, monitoring pregnancies with premature rupture of membranes during childbirth, lactation management teaching. The results of this paper suggest a health care institution to provide nursing care in a holistic and comprehensive. Keywords: Premature Rupture of Membranes, Pre and Post Surgery Operations, Ms.D Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 6 1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................ 7 BAB 2 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8 2.1 Wilayah Kota & Pengertian Kota .......................................................... 8 2.2 Kesehatan Masyarakat Perkotaan Berhubungan dengan KPD .............. 9 2.3 Adaptasi Maternal ................................................................................. 12 2.4 Pengertian Ketuban Pecah Dini. ............................................................ 17 2.5 Etiologi Ketuban Pecah Dini . ............................................................... 17 2.6 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini .................................................. 19 2.7 Manifestasi Klinis .................................................................................. 19 2.8 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini .......................................................... 19 2.9 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 20 2.10 Penatalaksanaan ................................................................................... 21 BAB 3 ANALISIS KASUS 3.1 Pengkajian Pre Operasi SC .................................................................... 28 3.2 Pengkajian Post Operasi SC .................................................................. 29 3.3Masalah Keperawatan ............................................................................ 31 3.4 Rencana Keperawatan Prenatal ............................................................. 31 3.5 Diagnosis Post SC & Post SC ............................................................... 31 3.6 Kunjungan Rumah ................................................................................ 38 BAB 4 ANALISIS SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktek .............................................................................. 39 4.2 Analisa Masalah Keperawatan ............................................................. 39 4.3 Analisis Intervensi Keperawatan........................................................... 43 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ............................................................. 45 4.5 Evaluasi ................................................................................................. 47 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................................ 48 5.2 Saran ..................................................................................................... 49 5.2.1 Bagi Praktek Keperawatan .......................................................... 49 5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan..................................................... 49 5.2.3 Bagi Penelitian ............................................................................. 50 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota dapat diartikan sebagai suatu daerah yang memiliki gejala pemusatan penduduk yang merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial , ekonomi , kultur, yang terdapat di daerah tersebut dengan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya (Bintarto, 2000). Pada ruang-ruang kota tersebut tercipta lingkungan fisik, sebagai tempat warga kota beraktivitas, dalam bentuk yang sangat kompleks. Berbagai kepentingan, kesibukan dan kehangatan bergelut didalamnya. Keramaian penduduknya bukan saja karena banyaknya jumlah orang yang menghuninya dan lalu lintas yang hiruk pikuk, melainkan juga karena irama pertumbuhan kota itu sendiri. Keramaian itu merupakan gejala terjalinannya sekian banyak kebutuhan dan peranan yang terdapat didalamnya. Urbanisasi merupakan salah satu factor pemicu perkembangan kota. Urban yang tinggi menjadikan lahan pemukiman semakin sempit, pemukiman yang padat dan tata ruang kota yang buruk. Tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor penyebab, Departemen Kesehatan, RI (2007) menyebutkan bahwa 28% penyebab kematian ibu di Indonesia adalah karena perdarahan, 24% karena eklamsi, 11% infeksi, 8% komplikasi pada puerpureum, 5% persalinan lama, 5% abortus, 3% obstruksi emboli dan 11% lain-lainnya. Melahirkan adalah proses alami dalam siklus kehidupan. Namun tidak semua persalinan terjadi secara aman sesuai usia kehamilannya, tanpa masalah pada trimester ke tiga ataupun diakhir menjelang persalinan. Kehamilan trimester tiga dapat terjadi masalah perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari tangan, keluar cairan pervaginam atau ketuban pecah dini, gerakan janin tidak terasa, dan nyeri perut yang hebat. Kelahiran yang bermasalah dapat mengakibatkan persalinan 1 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 2 prematur diantaranya akibat perdarahan, keluarnya cairan pervaginam atau ketuban pecah dini yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin yang dilahirkannya. Premature rupture of membaranes adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan ruptur spontan selaput ketuban sebelum awitan persalinan (dini) dan sebelum aterm (prematur). Faktor –faktor resiko yang diketahui menyebabkan ruptur membran premature adalah riwayat persalinan prematur, tersamar cairan amnion, janin multipel, dan solutio plasenta. Kenneth, . Leveno, et.al. (2003). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba. (2006). Penyebab ketuban pecah dini yaitu belum diketahui, tetapi dapat juga disebabkan oleh adanya penyakit seksual menular, infeksi pada vagina yang disebabkan oleh bacteri atau kondisi saluran genital bawah yang kurang bersih. Becmann. (2010). Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkuranya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : Inkompetensi serviks (leher rahim), peninggian tekanan intra uterin, penekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya : Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih, makrosomia, hidramnion, penyakit infeksi karena mikroorganisme, faktor keturunan (ion Cu rendah, vitamin C rendah dan kelainan genetik). Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia, meningkatnya enzim proteolitik). Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 3 Menurut World Health Organzation (WHO) tahun (2010) , 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian Ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian Ibu di 9 negara maju 51 negara persemakmuran. Berdasarkan SDKI (2012) rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Urutan penyebab kematian Ibu dari yang terbanyak adalah perdarahan, eklamsi, perdarahan sebelum persalinan dan infeksi. Angka KPD di Indonesia cukup tinggi, data dari RSCM pada bulan Pebruari 2012 sebanyak 57 dan pada bulan Maret 2012 sebanyak 69 pasien. Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ke empat memuat tentang pengurangan jumlah angka kematian anak. tingginya angka kematian anak si Indonesia pada usia hingga satu tahun menunjukan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesahatan ibu dan anak; serta perilaku ibu hamil, keluarga , dan masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Indonesia membuat suatu program nasional untuk kesehatan anak-anak berdasarkan isu kematian bayi dan balita tersebut. Program ini dijalankan berdasarkan pertimbangan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA).merupakan indikator yang umum untuk menentukan derajat kesehtan masyarakat pada tingkat nasional maupun profibsi (MDGs, 2008). Menurut Prawirohardjo, (2007) penyebab kematian maternal merupakan suatu hal yang kompleks, yang dapat digolongkan pada faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan, dan sosial ekonomi. Yang termasuk komplikasi obstetrik adalah infeksi. Infeksi disini dapat terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat asepsis-antiseptis, karena partus lama, ketuban pecah dini, dan sebagainya. Menurut WHO, secara garis besar terdapat empat faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu: faktor sosial- ekonomi, Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 4 dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan perkembangan kesehatan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil, faktor budaya dan lingkungan ( misalnya praktik tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi . Manuaba. (1999). Hasil penelitian yang dilakukan Norwitz & Schorge (2008) dalam Ariyana, Sayono, Kusumawati (2011) didapatkan bahwa kelahiran prematur salah satunya disebabkan oleh ketuban pecah dini saat preterem yaitu sebesar 20% -25 %. Damarati & Yulis Pujiningsih, ( 2012) didapatkan data dari hasil penelitian bahwa dari 45 orang ( 24, 59%) mengalami ketuban pecah dini. Berdasarkan data diatas didapatkan tingginya angka kejadian KPD. KPD terjadi dikarenakan banyak faktor diantaranya dari hasil penelitian Yudin (2008) KPD diakibatkan oleh infeksi sebesar 65 %. Hasil penelitian Fitri AS (2010) dalam Tahir, (2012) didapatkan data 70,2 % infeksi genetalia dapat mempengaruhi KPD. Hasil penelitian Ning Li, Qiulan Fu, Wenhua Cai (2013),didapatkan hasil 57 kasus (30,2%) kelahiran dengan KPD diakibatkan karena, infeksi bakterial pada vagina yang dilakukan pemeriksaan pada sekret vagina. Department of Obstetrics and Gynecology, Nanning Maternal and Child Health Care Hospital, Nanning, China (2013). 1.2 Rumusan Masalah Jumlah kasus ibu hamil dan melahirkan dengan ketuban pecah dini dari tahun ketahun semakin meningkat baik di dunia maupun Indonesia. Resiko kematian, berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur adalah kondisi yang terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami ketuban pecah dini. Bayi berat lahir rendah, bayi dengan distres pernapasan merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada bayi lahir dari ibu dengan kehamilan yang disertai dengan ketuban pecah dini Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 5 Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2006). Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan atrem atau ataupun pada kehamilan pretrem Prawirohardjo, (2010). Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Hasil data penelitian oleh Pujiningsih, (2012) didapatkan 24,59 % ibu bersalin mengalami ketuban pecah dini (KPD). KPD adalah pecahnya ketuban ditunggu sampai 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu). Kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C), inkompetensi servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban. Hidayat. (2009). Pecahnya ketuban terlalu dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten (lag period = LP ). Bil periode laten terlalu panjang dan ketuban setelah pecah , maka akan dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Suwiyoga. (2006). Menurut Hidayat (2009) komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolaps tali pusat. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Berdasarkan hal tersebut, penulis berperan sebagai perawat yang Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 6 berkemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Sehingga karya ilmiah ini disusun, sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif, dengan berfokus pada penerapan konsep dan teori keperawatan dalam asuhan keperawatan pre dan post SC atas indikasi KPD. Menurut Manuaba. (2010) kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan. Hasil penelitian Wahyuni (2009) dalam Pujiningsih (2012) kejadian ketuban pecah dini di Indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Oleh karena itu sangat diperlukan asuhan keperawatan untuk mengatasi hal tersebut. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada Ny.D G3P2A0 dengan pre dan post sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Menggambarkan hasil pengkajian pada Ny. D G3P2A0 dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini di ruang kebidanan lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. b. Menggambarkan identifikasi masalah keperawatan pada kasus Ny. D dengan G3P2A0 dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini di ruang kebidanan lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. c. Menggambarkan intervensi keperawatan pada Ny.D dengan G3P2A0 dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini di ruang kebidanan lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. d. Memaparkan implementasi keperawatan pada Ny.D dengan G3P2A0 dengan pre dan post SC dengan indikasi KPD di ruang kebidanan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 7 lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. e. Memaparkan hasil intervensi nyeri setelah post operasi SC yang telah diberikan pada Ny. D G3P2A0 dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini di ruang kebidanan lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. 1.4 Manfaat Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap : 1. Rumah sakit/Institusi Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Rumah Sakit bagi pengembangan asuhan keperawatan sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas di pelayanan lantai 2 gedung A Zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat 2. Institusi pendidikan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai masukan untuk mempersiapkan anak didiknya sebagai calon perawat yang profesional dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada kasus maternitas dengan asuhan keperawatan pada Ibu dengan G3P2A0 pre dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang teori dan konsep yang terkait dengan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaaan Pada Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini ” . 2.1 Wilayah Kota Wilayah/Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Budihardjo. (1983). Pengertian Kota Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama, adat, dan kebudayaan. Bintarto, (1989) Ciri-ciri yang dimiliki sebuah kota, menurut Bintarto (1989), ciri-ciri kota dibedakan menjadi dua sebagai berikut. Ciri-ciri fisik di wilayah kota terdapat: Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket, tempat parkir yang memadai, tempat rekreasi dan olahraga, alun-alun, gedung pemerintah. Ciri-ciri sosial : Masyarakatnya heterogen, bersifat individualistis dan materialistis, mata pencaharian nonagraris, corak kehidupannya bersifat gesselschsft (hubungan kekerabatan pudar), terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya dan masyarakat miskin, norma-norma agama 8 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 9 tidak begitu kuat, pandangan hidup lebih realistis, menerapkan strategi keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat secara tegas. Menurut Sugiharyanto, (2006) pengertian kota. Kota merupakan tempat pemukiman yang padat penduduknya. Masyarakat kota pada umumnya mempunyai mata pencaharian di bidang industri , perdagangan, dan jasa. Lahan diperkotaan biasanya memiliki ruang yang relatif sempit dibandingkan dengan pedesaan. Penggunaan lahan yang sempit didaerah perkotaan selain untuk pemukiman dan perumahan juga dibangun untuk pabrik, pertokoan, tempat hiburan, penginapan serta perkantoran. Keanekaragaman aktivitas penduduk mendorong penggunaan lahan diperkotaan lebih berperan sebagai fungsi ekonomis. Perkotaan merupakan daerah yang paling banyak kegiatan penduduknya, dari aktivitas produksi sampai dengan pelayanan jasa. Adapun pusat kegiatan di perkotaan diantaranya berikut ini : a) Sebagai pusat pemerintahan, b) Sebagai pusat kegiatan sosial budaya (pusat kegiatan kesenian, pusat pendidikan), sebagai pusat kesehatan, sebagi pusat pemukiman penduduk, sebagi pusat kegiatan ekonomi dan transportasi (pusat penanaman modal dan keuangan, pusat kegiatan transportasi, pusat komsusi dan produksi, pusat perdagangan, pusat perindustrian Sugiharyanto, (2006). 2.2 Kesehatan Masyarakat Perkotaan Berhubungan Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD). Mengandung dan melahirkan adalah proses alami dalam siklus kehidupan. Keberhasilan melalui tahapan tersebut dapat dilihat dari semakin rendahnya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Berdasarkan data WHO(1999) sekitar 80% kematian maternal akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah melahirkan. Di dunia, setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan persalinan. Data Nasional tahun 2007-2008 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 10 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Urutan penyebab kematian Ibu dari yang terbanyak adalah perdarahan, eklampsi, perdarahan sebelum persalinan dan infeksi. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar akibat dari adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti febris, korioamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD). KPD didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan yang dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah disebut sebagai KPD preterm jika membran ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. Hal ini sangat berbahaya karena merupakan salah satu faktor penyebab asfiksia neonatorum dan infeksi. KPD terjadi akibat berkurangnya kekuatan membran yang disebabkan oleh infeksi dari vagina dan servik. Kekuatan membran ketuban juga dapat terganggu akibat pengaruh nikotin dari rokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok sangat berbahaya terhadap kehamilan dan persalinan, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Amasha dan Jaraeh di Jordania pada tahun (2012) dalam Muntoha, dkk. (2013) didapatkan data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada proses persalinan dan kondisi kesehatan bayi pada ibu perokok dibandingkan ibu bukan perokok. Pada saat hamil, seorang ibu tidak hanya harus menjaga kesehatan dirinya sendiri, namun juga harus menjaga kesehatan bayi yang ada dalam kandungan nya. Apalagi seorang ibu memiliki masalah kesehatan, bukan tidak mungkin masalah tersebut juga nantinya akan berdampak langsung pada bayinya. Salah satu yang menjadi masalah pada ibu hamil terutama diperkotaan saat ini adalah banyaknya paparan polusi udara. Hasil penelitian Wahyuningsih, dkk (2013) didapatkan 71,4 % pasien memilki riwayat suami merokok. Paparan asap rokok merupakan salah satu faktor resiko pada ibu hamil yang dapat terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Data di atas menjelaskan bahwa kekuatan membran amnion juga bisa terganggu karena efek dari nikotin dari Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 11 rokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah berbahaya bagi kehamilan. Permasalahan kesehatan perkotaan yang muncul merupakan dampak dari pembangunan yang kurang berwawasan kesehatan, sehingga peningkatan kesehatan masyarakat pendekatannnya tidak hanya fokus pada pada pelayanan kesehatan semata serta hanya menekankan kondisi sehat atau sakit fisik secara medis saja, teteapi kepada seluruh aspek yang mempengaruhi kesejahteraaan masyarakat termasuk sarana dan prasarana lingkungan fisik serta perilaku hidup sehat dan bersih di tempat dimana mereka tinggal (Bina gizi dan KIA DEPKES , 2012) Status sosial ekonomi salah satu faktor yang berperan dalam menentikan status kesehatan seseorang adalah status sosial ekonomi (FKM, UI, 2007). Sosisal ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan, dan pekerjaaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaaan kesehatan , Notoadmojo. (2003). Keadaaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah tersebut, Effendi Nasrul, (1998). Menurut WHO dalam, Notoadmojo. (2003) faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap sesorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku kesehatan menurut Notoadmojo. (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulasi atau aobjek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikaikan menjadi 3 kelompok : a) perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 12 usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. b) perilaku pencairan atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaaan. c) perilaku kesehatan lingkungan adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun sosial dan budaya, dan sebagainya. kemungkinan Hasil penelitian kontaminan air Weinstein. oleh (2008) Nitrat didapatkan dapat bahwa mempromosikan pengembangan terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Ada juga bukti yang muncul bahwa spesies oksigen reaktif secara khusus mampu merusak kolagen (melalui enzim MMP-9) di selaput janin, yang bisa pada gilirannya menyebabkan KPD. 2.3 Adaptasi Maternal Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama kehamilan berlangsung banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang wanita untuk itu diperlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan-perubahan fisiologis selama kehamilan diantaranya 1) Sistem Reproduksi; Ukuran, pada ada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saati ini rahim membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua. Berat, berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000 gram pada akhir bulan, posisi rahim dalam kehamilan. Vaskularisasi, arteri uterin dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena mengembang dan bertambah. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 13 Serviks uteri, bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut dengan tanda Goodell. Ovarium Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron. Vagina dan Vulva Oleh karena pengaruh esterogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah ataiu kebiruan, kondisi ini yang disebut dengan tanda Chadwick (Sulistyawati, 2011). 2) Sistem Urinaria, selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar). 3) Sistem Kardiovaskular selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat sampai 3050%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit jantung, ia dapat jatuh dalam keadaan decompensate cordis. Sulistiyawati. (2011). 4) Sistem Gastrointestinal perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai berikut: Trimester pertama , pada bulan-bulan pertama kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini mungkin dikarenakan kadar hormon esterogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi menimbulkan konstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai adanya gejala muntah (emesis) pada bulan-bulan pertama kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 14 sebagai morning sickness. Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu banyak dikeluarkan (hiperemesis gravidarum), maka keadaan ini patologik. Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya dalah Pica (mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi ataupun adanya suatu tradisi Hanifa Wiknjosastro. (2002). Trimester kedua dan ketiga biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organorgan dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian besar hal ini terjadi pada kehamilan akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena dibawah uterus termasuk vena honoroidal. Panas perut karena terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus bagian bawah, Sunarsih, (2011). 5) Metabolisme pada metabolisme mineral yang terjadi adalah sebagai berikut: Kalsium, dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir dibutuhkan 30-40 gram. Fosfor, dibutuhkan rata-rata 2 gr/hari. Air, wanita hamil cenderung mengalami retensi air. Sulistyawati. ( 2011). 6) Sistem Muskuloskeletal Esterogen dan progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelahiran. Ligamen pada simfisis pubis dan sakroiliaka akan menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari esterogen. Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32 minggu dan sakrooksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai pengganti bagian belakang. Sunarsih (2011). Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 15 7) Sistem Integumen , perubahan sistem intugumen yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai berikut : Trimester pertama, palmar eritema (kemerahan di telapak tangan) dan spider nevi, linea alba/nigra. Trimester kedua dan ketiga, Chloasma dan perubahan warna areola, striae gravidarum (bulan 6-7) Sunarsih, (2011). 8) Payudara, payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut : selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat, dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli, bayangan vena-vena lebih membiru, hiperpigmentasi pada areola dan puting susu, kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna kuning. Mochtar. (1998). 9) Sistem Endokrin, selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone (FSH) merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan ovarium di mana ia dilepaskan. Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus luteum dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan esterogen merangsang poliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta, yang terbentuk secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi esterogen dan progesterone. Sunarsih. (2011). 10) Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Berat Badan, peningkatan berat badan selama kehamilan juga mencakup produksi konsepsi (janin, plasenta dan cairan amniotik), dan hipertropi beberapa jaringan maternal (uterus, payudara, darah, cadangan lemak, cairan ekstraselular dan ekstravaskular). Sebagian besar protein terdapat pada janin, tetapi terdapat juga pada uterus, darah, plasenta dan payudara. Sebaliknya, sebagian besar deposit lemak terdapat Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 16 pada jaringan adipose maternal, terutama regiogluteal dan paha atas, dan juga janin yang merupakan satu-satunya hal penting utama lainnya. 11) Sistem Pernafasan, ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Sulistyawati. (2011). 12) Sistem neurologi, perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular berikut: kompresi saraf panggul atau stasis vaskular akibat pembesaran uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah, lordosis dorsolumbar dapat menyebabkan nyeri tarikan pada saraf atau kompresi akar saraf, edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median di bawah ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai oleh parestesia (sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku. Tangan yang dominan biasanya paling banyak terkena, akroestesia (rasa baal dan gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang membungkuk dirasakan oleh beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen pleksus brakialis, nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan, seperti kesalahan refraksi, sinusitis, atau migren, “nyeri kepala ringan”, rasa ingin pingsan, dan bahkan pingsan (sinkop) sering terjadi pada awal kehamilan. Ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural, atau hipoglikemia mungkin merupakan keadaan yang bertanggung jawab atas gejala ini. Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuskular, seperti kram otot atau tetani. Sulistyawati. (2011). Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 17 2.4 Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba. (2006). 2.5 Etiologi Ketuban Pecah Dini Penyebab ketuban pecah dini yaitu belum diketahui, tetapi dapat juga disebabkan oleh adanya penyakit seksual menular, infeksi pada vagina yang disebabkan oleh bacteri atau kondisi saluran genital bawah yang kurang bersih. Becmann. (2010). Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkuranya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : Inkompetensi serviks (leher rahim) inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congental pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi yang berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ke tiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin dan keluarnya hasil konsepsi. Manuaba. (2002). Peninggian tekanan intra uterin, penekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya : Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli dapat terjadi distensi uterus Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 18 berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjad karena jumlah yang berlebihan, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. Saifudin. (2002). Makrosomia adalah berat badan neonatus > 4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan dstensi uterus yang meningkat atau over distensi yang menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis dan kekuatan membrane menjadi berkurang , menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. Winkjosastro. (2006). Hidramnion adalah jumlah cairan amnion > 2000 ml. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang , letak lintang. Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi). Korioaminonitis : adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebakan oleh penyebaran organsme vagina ke atas. Dua faktor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang menyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Faktor keturunan (ion Cu rendah, kelainan genetik). Riwayat KPD sebelumnya. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban. Serviks (leher rahim) yang pendek (< 25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu. Menurut Manuaba. (2006) penyebab ketuban pecah dini diantaranya : serviks inkompeten, overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan ganda), faktor Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 19 keturunan (ion Cu rendah, vitamin C rendah dan kelainan genetik). Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia, meningkatnya enzim proteolitik). Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten, makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi, makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin, komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat. 2.6 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah, biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. 2.7 Manifestasi Klinik Manifestasi klinik menurut Mansjoer. (1999) antara lain : keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedkit-sedikit atau sekaligus banyak, dapat disertai demam jika sudah ada infeksi, janin mudah diraba, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, Inspekulo tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering. 2.8 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut : Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kuranya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retiluler korion dan trofoblas. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 20 Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interlukin -1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi , terjadi peningkaan aktivitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan , sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion , menyebakan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Patofisiologi pada intrapartum : acending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran melalui infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion. Atau juga jika ibu mengalam infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau hygine buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi. 2.9 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan vagina yang keluar ini kecuali air ketuban mungkin urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5 , denga kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes lakumus (tes nitrazin) , jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5 , darah dan infeksi vagina dapat menghasilakan tes postif yang palsu. Mikroskopis (tes pakis), dengan meneteskan air ketubanpada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis . 2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 21 Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana. 2.10 Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikan insidensi bedah caesarea, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikan insidensi chorioamniontis. Kasus KPD yang kurang bulan kalua menumpuh cara-cara aktiv harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalua menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamlan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikiti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan lama pecahnya selaput ketuban aau lamanya periode laten. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm ( > 37 Minggu). Beberapa penelitan menyebutkan lma periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode laten = L.P = “lag” period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P nya. Pada Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 22 hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah sectio caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walapun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamnionitis lebih penting dari pada pengobatannya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dlakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi mungkin telah terjadi , proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan berperan aktif, (induksi persalinan) segera dberikan atau ditunggu 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten, durasi KPD dapat diperpendek sehngga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi. Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannnya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dngan memperhatikan bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5 dilakukan pematangan serviks, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan sectio cesarean. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterem ( < 37 Minggu). Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebgai profilaksi penderita perlu Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 23 dirawat di rumah sakit, ditidurkan didalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan ultranelaksen atau tocolitic agar diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari pengelolaan konservatifdengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD kehamilankurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jelas merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang tidak ringan. Komplikasi-komplikasi yag dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah cesarean hendaknya. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tindakan bedah cesarean hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll. Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabkna komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat, sehingga dikatakan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intaruterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan lekosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 24 setiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterem KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. (8) The National Institutes of Health (NIH) telah merekomondasikan penggunaan kortikosteroid pada preterem KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intraamnion. Sediaan terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexsametason 4 dosisi masingmasing 6 mg tiap 12 jam. Menurut Clinical Guidelines. (2012), manajemen KPD dipengaruhi oleh usia gestasi, adanya infeksi, tenaga kerja, dan munculnya gejala mencurigakan pada fetal. Pengkajian dan perawatan antenatal maternal Observasi: 1) Setelah pendaftaran, lakukan pengkajian dasar pada suhu, nadi, tekanan darah, aktivitas uterus, vaginal discharge, dan urinalisis, 2) Observasi selanjutnya: ke satu, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, kedua , 2 kali sehari: DJJ, ketiga, setiap hari: tekanan darah dan kaji aktivitas usus. Tes patologi: Pada saat pendaftaran sudah diduga KPD: 1) Kumpulkan full blood picture (FBP), 2) C-reactive protein jika diindikasikan, 3) Urine tengah, 4) Low vaginal swab dan/atau endoservical swab. Edukasi maternal: Ajari ibu tentang personal hygiene termasuk mengganti pembalut setiap 4 jam atau sebanyak yang dibutuhkan. dan tidak dianjurkan menggunakan tampon, anjurkan latihan kaki sesering mungkin dan ajarkan ibu menggunakan graduated compressions hingga mobilitas kembali normal. Elastic compression stockings digunakan untuk mencegah deep vein thrombosis, jadwalkan dengan dokter anak saat usia gestasi <32 minggu atau selama kehamilan jika ada komplikasi. Diskusikan manajemen anak premature, seperti metode memberi makan, NICU, faktor risiko, dan hasil yang dicapai. Jadwalkan ibu dan kelurga tentang NICU, informasikan ibu tentang sumber pelayanan informasi kesehatan atau tanya ke perawat/bidan, hindari ibu melakukan hubungan seksual jika KPD. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 25 Manajemen KPD Setelah dikonfirmasi bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini, usia gestasi harus dipastikan terlebih dahulu. Kemudian, ibu diberikan hidrasi dan antibiotic, serta janin selalu dimonitor. Sekitar 96.5% janin dengan usia gestasi 32 minggu atau lebih memiliki kematangan paru-paru dan lebih dapat bertahan hidup. Jika dalam 72 jam tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, maka ibu harus diberi induksi melahirkan. Hanya sedikit KPD premature mencapai kematangan paru dan dapat bertahan hidup. Uterus adalah inkubator yang terbaik bagi janin. Dengan cara memonitor tandatanda komplikasi pada janin, yang berhubungan dengan sepsis, penurunan volume cairan amnion, dan distres janin, proses kelahiran dapat ditunda hingga janin mencapai kematangan paru. Pasien dengan KPD yang mengalami penundaan kelahiran tidak hanya memerlukan pelvic rest (tidak ada pemeriksaan vaginal, tidak hubungan seksual), tetapi juga perlu pemeriksaan suhu dan nadi 4x/hari, jumlah pergerakan janin setiap hari, dan jumlah sel darah putih serta nonstress tests 2x/minggu., serta pemeriksaan speculum steril. Antibiotic yang diberikan dapat memperpanjang kehamilan dan meningkatkan hasil yang maksimal bagi ibu dan janin. Korticoid bermanfaat untuk KPD. Profilaksis surfaktan dapat meningkatkan hasil yang maksimal pada janin premature. b. Penatalaksanaan Keperawatan Manajemen terapi pada ketuban Pecah Dini: Konservatif : rawat rumah sakit dengan tirah baring, tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin, umur kehamilan kurang 37 minggu, antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari, memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin, jangan memeriksakan pemeriksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda gawat janin, melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin, bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 26 bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan. Aktif, bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan, induksi atau akselerasi persalinan, lakukan sectio cesarean bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan, lakukan sectio histrektomi bila terdapat tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban. Yang harus segera dilakukan : pakai pembalut tiap keluar banyak atau handuk yang bersih, tenangkan diri jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri. Yang tidak boleh dilakukan : tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman, jangan bergerak mondar-mandir atau berlari kesana kemari, karena air ketuban akan terasa keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 BAB 3 ANALISIS KASUS 3.1 Pengkajian Pre Operasi SC Klien yang dikelola adalah Ny. D , berusia 33 tahun, pendidikan sekolah dasar (SD), masuk rumah sakit tanggal 12 Mei 2014, masuk dengan diagnosa G3P2A0 hamil 38 minggu dengan ketuban pecah dini 24 jam , HPHT tanggal 15-08-2013 dan riwayat perdarahan pasca diurut perutnya. Keluhan utama masuk keluar air-air dari jam 12. 00 wib. Sejak usia kehamilan 34 minggu keluar darah pervaginam setelah diurut perutnya , lalu di rawat karena perdarahannya itu , klien mengatakan setelah diurut perutnya malamnya keluar darah. Klien di rawat di rumah sakit Budi Asih 4 hari kemudian perdarahan lagi dirujuk ke RSCM dan di RSCM dirawat 3 hari. Saat klien dirawat sudah dilakukan pematangan paru pada janin. Klien tidak mengaku kepada dokter bahwa dirinya pernah diurut perutnya sehingga terjadi perdarahan. Diagnosa medis selama klien dirawat karena perdarahannya dengan palsenta previa totalis tetapi hasil USG fetomaternal di RSCM tidak ada plasenta previa. Pada tanggal 12 Mei 2014 klien mengeluh keluar air-air dari kemaluannya yang terus menerus sehingga klien periksa ke poli kebidanan RSCM. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 12 Mei 2014 didapatkan data kesadaran compos mentis , berat badan saat kaji 65 Kg, tinggi badan 150 cm, suhu 37 ◦ C, pernapasan 16 x/ menit, nadi 88 x/menit, dan tekanan darah 120/80 mmHg. ANC selama kehamilan 5 kali pemeriksaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik head to toe diperoleh hasil bahwa kulit kepala bersih, distribusi rambut merata, rambut hitam tipis panjang, konjungtiva tak anemis, warna pink, sklera tak ikterik, membran mukosa merah, bentuk dada simetris, bunyi napas vesikuler,bunyi jantung S1 dan S2 normal, CRT < 2 detik, payudara membesar, puting menonjol, abdomen membuncit, tampak striae , tampak linea nigra, TFU 37 cm, kontraksi tidak ada, bising usus ada, ± 5 – 8 x/menit, Leoplod I TFU 37 cm, Leoplod II kanan teraba bagian kecil, Leopold III teraba kepala di bagian bawah , sudah masuk PAP, Leopold IV 27 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 28 bagian yang masuk PAP sudah 4/5. Denyut jantung janin 140 x/ menit. Genetalia vagina tidak ada varises, flour albus positif, warna agak kekuningan, bau tidak ada, konsistensi encer. Ekstremitas bawah tidak ada varises, edema tidak ada. Klien mengeluh saat masuk rumah sakit keluar airair pervaginam sejak tanggal 11 Mei 2014 jam 12.00 wib. Hasil USG Fetomaternal di RSCM tanggal 2 April 2014 didapatkan hasil : hamil 36 minggu dengan pertumbuhan dan aktifitas janin normal, plasenta letak normal. Tidak tampak tanda hipoperfusi. Indeks cairan amnion (ICA) : 13 cm. Hasil laboraturium tanggal 13 Mei 2014 Hb : 11,2 g/dl, Ht: 33,5 , Leukosit : 12,3 1000/UL , Trombosit : 360 1000/UL, MCV/VER ; 80,1 fL, MCH/HER : 26,8 pg, MCHC/KHER : 33,4 g/dl. Therapi saat klien dikamar bersalin ampicilin sulbactan 4x1,5 mg IV dan misoprostol 4x25 mg per vaginam. Klien dilakukan pemantauan CTG pada janin. Hasil USG ulang di kamar bersalin ICA 6,94 cm. Analisa Data Data subjektif ; klien mengatakan khawatir dengan persalinannya ini , klien mengatakan khawatir dengan kondisi kesejahteraan janinnya. Data objektif ; wajah ibu tampak tegang, klien selalu bertanya tentang proses persalinannya, TD 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 16x/menit, suhu 36,5 derajat celcius. Klien tampak memegangi perutnya, klien dianjurkan bedrest. Diagnosa yang didapatkan ansietas. Data subjektif ; klien mengatakan air ketubannya masih keluar sedikit sedikit. Data objektif ; tampak rembesan air ketuban saat inspeksi pervaginam, cairan berwarnah jernih, tidak berbau, klien menggunakan under pat. Suhu tubuh klien 36,5 derajat celcius, Leukosit : 12,3 1000/U, DJJ 143 x/mnt. Diagnosa yang dapat ditegakan resiko infeksi 3.2 Pengkajian Post Operasi SC Ny. D tanggal 14-05-2014 jam 03.45-04.45 wib dilakukan SC a/i KPD 24 jam , oligohidramnion. Jenis kelamin bayi laki-laki, BBL 2600 gr, PB 46 cm, A/S 9/10, LP 26 cm, LK 20 cm setelah operasi SC ibu dilakukan pemasangan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 29 kontrasepsi IUD jenis coppert T. Riwayat menyusui pada anak ke satu dan kedua selama 6 bulan. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu didapatkan anak pertama lahir tahun 1999 jenis kelamin perempuan BBL 2900 gr sehat , anak kedua lahir tahun 2007 jenis kelamin laki-laki BBL 3100 gr sehat. Status obstetrik P2 A0, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 120/70 mmHg, nadi 86 x/ menit, pernapasan 16 x/ menit, suhu 36,8 derajat celcius. Therapi pycin 4x 1,5 gr, metronidazole 3x500 mg, pronalges sup 3x1. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik head to toe diperoleh hasil bahwa kulit kepala bersih, distribusi rambut merata, rambut hitam tipis panjang, konjungtiva tak anemis, warna pink, sklera tak ikterik, membran mukosa merah, bentuk dada simetris, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 normal, CRT < 2 detik, payudara membesar, puting menonjol, ASI keluar sedikit. Abdomen tampak luka operasi, tampak rembesan darah pada verban, kontraksi uterus keras, posisi tengah, 2 jari bawah pusat, diastasis rektus abdminis 2 jari, kandung kemih kosong . Lochia rubra positif 40 cc, varises tidak ada, hemoroid tidak ada. Ekstremitas tidak ada edema, tanda Homans tidak ada. Eliminasi kebiasaan BAK 5-7 x/hari, BAK saat ini masih menggunakan kateter (DC), kebiasaan BAB 1x/ hari, BAB saat ini belum, konstipasi tidak ada. Isirahat dan kenyamanan untuk kebiasaan tidur lama 8 jam pola tidur saat ini baik. Mobilisasi dan latihan tingkat mobilisasi miring kanan dan kiri di tempat tidur, latihan/senam tidak dilakukann. Nutrisi dan cairan asupan nutrisi klien 3x/ hari nafsu makan baik, asupan cairan 8-10 gelas/ hari cukup. Keadaan mental adaptasi psikologis baik, penerimaaan terhadap bayi baik suami sangat mengharapkan kelahiran anak ini karena dari pernikahan sebelumnya suami klien belum mempunyai keturunan. Analisa Data Data subjektif ; klien mengatakan nyeri dan sakit pada luka operasinya, klien mengatakan setelah dipijat oleh dokter secara tiba-tiba klien menangis Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 30 kesakitan dan marah . Data objektif ; klien tampak meringis kesakitan, wajah klien tampak tegang, klien tampak menangis, VAS 5. TD 110/70 mmHg, nadi 80 x/mnt, pernapasan 16x/mnt. Diagnosa yang dapat ditegakan yaitu nyeri akut. Data subjektif ; klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui dengan posisi yang benar, klien mengatakan kedua anaknya dirawat oleh ibunya. Klien mengatakan anak pertamanya hanya 3 bulan menyusu dan anak keduanya 6 bulan. Data objektif ; bayi tampak tidak puas setelah menyusu, perlekatan bayi saat menyusu tidak benar, bayi tampak rewel menangis. Diagnosa yang dapat ditegakan yaitu ketidakefektifan pemberian ASI. 3.3 Masalah Keperawatan Data-data yang dihasilkan dari pengkajian Ny. D dikelompokan dalam analisa data. Hasil analisa data menunjukan adanya beberapa masalah pada kasus Ny. D yaitu ansietas pada saat pre operasi SC dan resiko infeksi, diagnosa setelah post operasi SC yaitu nyeri akut dan ketidakefektifan pemberian ASI. Adapun masalah keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah ansietas, nyeri, resiko infeksi dan ketidakefektifan pemberian ASI. 3.4 Rencana Keperawatan Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan prioritas masalah keperawatan maka rencana keperawatan yang disusun adalah sebagai berikut : 3.5 Diagnosa Pre Operasi SC Diagnosis 1 : Ansietas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas berkurang atau hilang dengan kriteria hasil, Klien akan : Menunjukan aktivitas yang dibutuhkan meskipun ada kecemasan, menunjukan kemampuan untuk berfokus pada diri, tidak menunjukan pengtahuan dan keterampilan yang baru, mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator ansietas pasien sendiri, tidak menunjukan perilaku agresif, mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 31 Intervensi Keperawatan : Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien setiap, selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum dimiliki, untuk mengurangi ansietas di masa lalu sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis, ajarkan dan instruksikan pasien untuk penggunaan teknik relaksasi, jelaskan prosedur yang dilakukan terhadap pasien, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur, berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas, yakinkan pasien kembali dengan menyentuh, saling memberi empatik secara verbal dan nonverbal. Implementasi : mengkaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien setiap, selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum dimiliki, untuk mengurangi ansietas di masa lalu sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis, mengajarkan dan meng instruksikan pasien untuk penggunaan teknik relaksasi, menjelaskan prosedur yang dilakukan terhadap pasien, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur, memberikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas, meyakinkan pasien kembali dengan menyentuh, saling memberi empatik secara verbal dan nonverbal. Evaluasi : Hari Selasa Tgl 13 Mei 2014 S: klien mengatakan khawatir dengan kesejahteraan janinnya, klien bertanya kondisi kehamilannya. O: klien tampak tegang wajahnya, klien mampu melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam yang telah diajarkan ,TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, P: 16x/mnt, suhu: 36,5 derajat celcius, klien mengatakan air ketubannya masih keluar, klien terpasang vemflon, klien dianjurkan bedrest. A: Ansietas berhubungan dengan proses persalinan. P: kaji tingkat cemas klien, evaluasi teknik relaksasi yang telah diajarkan pada klien, beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya, beri penjelasan tentang prosedur yg diberikan pada klien seperti pemantauan janin melalui CTG dan dilakukannya pematangan serviks. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 32 Diagnosis 2 : Resiko infeksi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 24 jam tanda-tanda infeksi tidak ada dengan kriteria hasil : leukosit normal dibawah (10.000), suhu normal 36-37 derajat celcius, tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak, tidak ada perubahan fungsi Intervensi : observasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat sampai ketuban berhenti mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam, pantau DJJ , kolaburasi dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya tanda-tanda infeksi, kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya ketuban. Implementasi :mengobservasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, memotivasi klien untuk dirawat sampai ketuban berhenti mengalir, memberikan perawatan perineal setiap 4 jam, memantau DJJ , berkolaburasi dan memantau adanya peningkatan leukosit dan adanya tanda-tanda infeksi, berkolaburasi pemberian antibiotik, mencatat waktu pecahnya ketuban. Evaluasi Hari Selasa Tanggal 13 Mei 2014, Jam 10.00 wib S: klien mengatakan dari vaginanya masih keluar air-air. O: inspeksi pada vagina tampak keluar rembesan air ketuban, klien bedrest, DJJ 140x/mnt, TD: 120/80 x/mnt, N:88x/mnt, S: 36,5 derajat celcius, klien mendapatkan ampicilin sulbaktan 4x1,5 gr. A: Resiko infeksi teratasi sebagian. P: observasi TTV klien setiap 4 jam, pantau pengeluaran air ketuban pervaginam,warna dan baunya, pantau DJJ, kolaburasi dalam pemberian antibiotik. Diagnosis Post Operasi Diagnosis 3 : Nyeri Akut. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam nyeri akut berkurang atau hilang dengan kriteria hasil ; Klien akan : Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan, mempertahankan tingkat nyeri pada skala 1 atau kurang ( skala Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 33 1-10 ), mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri, menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik ataupun non analgesik secara tepat. Intervensi keperawatan : Kaji nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya dengan menggunakan skala nyeri 0-10, ajarkan teknik mengurangi rasa nyeri dengan nonfarmakologi seperti : hipnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas kompres hangat atau dingin serta masase, berikan posisi yang nyaman menurut klien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik jika dengan non farmakologi tidak berhasil. Implementasi : mengkaji nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya dengan menggunakan skala nyeri 0-10, mengajarkan teknik mengurangi rasa nyeri dengan nonfarmakologi seperti : hipnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas kompres hangat atau dingin serta masase, memberikan posisi yang nyaman menurut klien, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik jika dengan non farmakologi tidak berhasil. Evaluasi: Hari Rabu Tgl 14 Mei 2014, Jam 11.00 wib S: klien mengatakan nyeri di daerah luka operasi VAS 4. O: klien tampak meringis kesakitan, klien tampak berhati-hati saat akan menggerakan badannya untuk miring kanan/kiri, tampak luka operasi SC, klien terpasang DC, IV line terpasang asering 20 tpm, therapi pronalges sup. A: nyeri akut. P: Observasi TTV, kaji tingkat nyeri, motivasi utk lakukan teknik relaksasi tarik napas dalam, ajarkan teknik valsava manuver, anjurkan mobilisasi bertahap. Catatan Perkembangan Hari Kamis Tgl 15 Mei 2014 , Jam 10.00 wib DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC VAS 2, klien mengatakan saat berubah posisi atau mobilisasi sudah mulai berkurang nyerinya, klien mengatakan sat menyusui perutnya terasa mules. DO: klien tampak sudah Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 34 mulai mobilisasi, klien masih tampak meringis saat bergerak, klien tampak memegangi perutnya saat bergerak. Diagnosa : Nyeri akut. Implementasi : mengkaji tingkat nyeri klien, evaluasi redemonstrasi teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri, motivasi klien untuk mobilisasi, memberi penjelasan proses involusi uteri saat menyusui, kolaburasi pemeberian therapi analgesik. S: klien mengatakan nyeri mulai berkurang VAS 1, klien mengatakan baru mengetahui mules proses involusi yang dialaminya. O: klien mampu melakukan teknik relaksasi, wajah klien tampak mulai rileks, klien kooperatif saat di berikan asuhan keperawatan, klien tampak mobilisasi menyusui bayinya. A: Nyeri akut mulai teratasi. P: observasi TTV, kaji tingkat nyeri klien, motivasi klien untuk melakukan teknik relaksasi, motivasi klien untuk mobilisasi. Catatan Perkembangan Hari Jumat Tgl 16 Mei 2014, Jam 10.00 wib DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi sudah tidak nyeri tapi tinggal ngilu-ngilu sedikit VAS 1. DO: wajah klien tampak rileks, mobilisasi klien tampak aktif, luka klien tidak ada rembesan. Implementasi :evaluasi redemonstrasi teknik relaksasi, motivasi klien untuk mobilisasi. S: klien mengatakan nyeri sudah berkurang VAS 1. O: klien mampu mengatasi nyeri dengan teknik napas dalam, wajah klien tampak rileks, mobilisasi klien aktif, luka operasi tidak ada tanda infeksi. A: nyeri akut teratasi. P: ajarkan pada klien perawatan luka operasi selama dirumah, ajarkan untuk mengenal adanya tanda-tanda infeksi pada luka operasi. Diagnosis 4 : Ketidakeefektifan pemberian ASI , Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan ibu dan bayi akan mengalami pemberian ASI yang efektif. Kriteria Hasil : Bayi akan menunjukkan kemantapan menyusu seperti : (Sikap dan penempelan sesuai, menyusu 8 kali sehari, kepuasan bayi setelah menyusu), minimal ibu akan : Mempertahankan menyusui yang efektif selama diinginkannya, mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera, mengindikasikan kepuasan terhadap menyusui, mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 35 Intervensi keperawatan : Kaji kemampuan bayi untuk menempel dan menghisap secara efektif, kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui, kaji keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada puting, kaji integritas kulit puting ibu, ajurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman pada saat menyusui, ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik menyusui yang baik dan benar, ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik pemompaan payudara untuk mempertahankan suplai ASI selama penundaan, edukasi ibu tentang kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, ajarkan dan demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care), libatkan keluarga sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus menyusui. NANDA Internasional. (2010). Implementasi : mengkaji kemampuan bayi untuk menempel dan menghisap secara efektif, mengkaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui, mengkaji keterampilan ibu dalam menempelkan mulut bayi pada puting, mengkaji integritas kulit puting ibu, mengajurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman pada saat menyusui, mengajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik menyusui yang baik dan demonstrasikan ibu tentang teknik benar, mengajarkan dan pemompaan payudara untuk mempertahankan suplai ASI selama penundaan,mengedukasi ibu tentang kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, mengajarkan dan demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care), melibatkan keluarga sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus menyusui. Evaluasi Hari Rabu 14 Mei 2014, Jam 11.30 wib S: klien mengatakan ASI nya baru keluar sedikit, klien mengatakan tidak menerti bagaimana posisi menyusui yang benar. Klien mengatakan saat anak yang pertama hanya 3 bulan menyusui dan anak ke dua 6 bulan. O: klien tampak kaku saat memposisikan bayi untuk menyusu, perlekatan bayi tidak benar, bayi tampak tidak puas, rewel dan menangis, saat menyusu bayi terdengar suara bunyi bukan suara menelan air. pemberian ASI. P: A: ketidakefektifan berikan informasi tentang teknik menyusui yang benar, Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 36 tingkatkan rasa percaya diri ibu bahwa bisa memberikan ASI pada bayinya, ajarkan dan demonstrasikan posisi menyusui yang benar, ajarkan dan bantu bayi saat perlekatan. Ajarkan ibu untuk cukup istirahat, makan dengan gizi seimbang dan tidak cemas agar ASI nya berproduksi banyak. Catatan Perkembangan Hari Kamis 15 Mei 2014, jam 10.30 wib DS: klien mengatakan ASI nya sudah mulai keluar. DO: posisi klien saat menyusui masih kurang tepat, perlekatan bayi belum benar, bayi tampak tidak puas setelah menyusui , ibu menyusui hanya sebentar sehingga bayi hanya tertidur sebentar dan menangis lagi. Diagnosa ketidakefektifan pemberian ASI. implementasi: ajarkan dan demonstrasikan kembali posisi yang benar saat menyusui, bantu klien saat menyusu dengan posisi yang yaman dan benar, anjurkan pada klien untuk menyusui dengan kedua payudaranya, ajarkan tanda-tanda bayi sudah puas menyusu. Evaluasi: S: klien tampak antusias untuk menyusui bayinya. O: klien kooperatif saat diajarkan, klien tampak memposisikan bayi dengan benar saat menyusu, perlekatan bayi pada payudara tampak benar, bayi tampak tenang. A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P: motivasi ibu untuk menyusui, bantu dan instruksikan klien untuk menyusui dengan posisi yang benar, anjurkan klien untuk makan dan minum yang cukup, evaluasi pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bayi sudah puas menyusui. Catatan Perkembangan Hari Jumat Tgl 16 Mei 2014, Jam 10.30 wib DS: klien mengatakan ASI nya sudah banyak, klien mengatakan belum mengerti cara masase payudara, memerah payudara dan cara menyimpan ASI. DO: klien tampak menyusui bayinya , bayi tampak puas setelah menyusu, tampak payudara klien membesar. Implementasi evaluasi cara menyusui, ajarkan cara menyimpan dan memerah payudara, ajarkan klien massase payudara. Evaluasi : S: klien senang diajarkan cara masase dan memeras ASI, klien mengatakan terasa sakit saat dilakukan pemerahan payudaranya. O: ASI Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 37 klien tampak banyak keluar didapatkan 50 cc setelah diperah, payudara klien tampak mulai lunak, klien merasa nyaman setelah diperah payudaranya tidak terlalu kencang. A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P: evaluasi pada klien cara masase payudara dan cara memerah ASI, motivasi ibu untuk menyusui dengan kedua payudaranya. 3.6 Kunjungan Rumah Kunjungan rumah dilakukan hari Selasa tanggal 20 Mei 2014 jam 10.30 wib dirumah kontrakan kediaman Ny. D di daerah Klender Jakarta Pusat. Lingkungan klien tampak rumahnya sangat berdempetan dan padat. Klien tinggal di sebuah kontrakan dua petak yang terdiri dari ruang tamu kecil dan kamar tidur yang menyatu dengan tempat menyimpan makan dan cucian dan kamar mandi kecil dibelakangnya tanpa ada nya sekat antara tempat tidur dengan penyimpanan piring makan dan pakain dan barang yang kotor. Data yang diperoleh saat kunjungan rumah, DS: klien mengatakan payudaranya agak bengkak, klien mengatakan perban luka operasinya terbuka. DO: payudara klien tampak sedikit bengkak, klien tampak sedang menyusui bayinya, TD 120/70 mmHg, N 80 x/mnt, P 16x/mnt, S: 37 derajat celsius, perban luka operasi tampak terbuka, tanda infeksi kemerahan tidak ada. Diagnosa yang didapatkan dari data di atas ketidakefektifan pemberian ASI. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ibu dan bayi akan mengalami pemberian ASI yang efektif. Kriteria Hasil : Bayi akan menunjukkan kemantapan menyusu seperti : (Sikap dan penempelan sesuai, minimal menyusu 8 kali sehari, kepuasan bayi setelah menyusu), ibu akan : Mempertahankan menyusui yang efektif selama diinginkannya, mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera, mengindikasikan kepuasan terhadap menyusui, mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI. Intervensi : Kaji kemampuan bayi untuk menempel dan menghisap secara efektif, kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui, kaji keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada puting, kaji integritas kulit puting ibu, ajurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman pada saat menyusui, ajarkan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 38 dan demonstrasikan ibu tentang teknik menyusui yang baik dan benar, ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik pemompaan payudara untuk mempertahankan suplai ASI selama penundaan, edukasi ibu tentang kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, ajarkan dan demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care), libatkan keluarga sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus menyusui. Implementasi : melakukan perawatan payudara (breast care) pada klien, ajarkan klien untuk menyusui dengan kedua payudaranya, motivasi kembali untuk memerah ASI nya bila sudah menyusui tetapi payudara masih terasa penuh. Evaluasi S: klien mengatakan terasa nyaman setelah dilakukan masase payudara, O: klien tampak mendemonstrasikan massase payudara, payudara sudah lunak, klien mampu mengulang cara menyimpan ASI di lemari es. A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P: motivasi klien untuk menyusui dengan kedua payudaranya, evaluasi cara masase payudara yang sudah diajarkan kepada pasien. Catatan Perkembangan Hari Kamis Tgl 22 Mei 2014 jam 11.00 wib DS: klien mengatakan payudaranya sudah tidak bengkak. DO: payudara klien tampak tidak bengkak, klien mampu mengulang cara masase payudara yang sudah diajarkan, klien mampu mengulang cara pemerahan dan penyimpanan ASI dengan benar, bayi klien tampak tenang, klien menyusui dengan posisi yang benar. A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi. P: motivasi klien untuk istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang, dan minum yang cukup agara produksi ASI nya banyak. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 BAB 4 ANALISIS SITUASI Bab ini berisi tentang analisis situasi yang terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. D dengan G3P2A0 pre dan post sc atas indikasi KPD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Analisis situasi yang dilakukan meliputi tentang profil lahan praktek, analisis hasil pengkajian, masalah keperawatan, intervensi, alternatif pemecahan masalah, dan evaluasi. 4.1 Profil Lahan Praktek Rumah Sakit UPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan salah satu rumah sakit umum pemerintahan di Jakarta. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo terletak di jalan Diponogoro RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Salah satu pelayanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah pelayanan ruang rawat inap kebidanan yang terdiri dari ruang kelas, kelas II, dan kelas III. Ruangan kebidannan ini dibagi menjadi ruang rawat obstetri, ruang ginekologi. Gedung A Lt II zona B ruang rawat kebidanan salah satunya ada ruang rawat kebidanan obstetri atau post partum kelas III, ruangan ini mempunyai 4 kamar dengan kapasitas 24 tempat tidur. 4.2 Analisa Masalah Keperawatan Hasil pengkajian dari kasus yang telah digambarkan pada bab sebelumnya menunjukan bahwa masalah keperawatan yang ada pada Ny. D pre dan post Sc atas indikasi KPD adalah masalah ansietas, resiko infeksi , nyeri akut, ketidakefektifan pemberian ASI . Masalah ansietas diangkat karena berhubungan dengan psikologi ibu saat menghadapi persalinan dengan adanya masalah KPD, resiko infeksi diangkat karena persalinan dengan disertai KPD dapat beresiko terjadi infeksi terhadap ibu dan bayi. Sedangkan masalah nyeri akut diangkat berhubungan dengan saat proses persalinan dengan adanya kontraksi yang berlangsung dan post SC dengan adanya luka operasi di daerah perut yaitu diatas simpisis dan kontraksi uterus untuk proses involusi uterus. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI diangkat karena 39 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 40 berhubungan dengan kurangnya informasi ibu mengenai manajemen laktasi atau bagaimana pemberian ASI yang baik pada bayi. Masalah ansietas yang diangkat pada kasus Ny. D disebakan dengan adanya respon psikologis ibu saat menghadapi proses persalinan. Kekhawatiran orang tua terhadap kesejahteraan bayi terlihat selama persalinan. Ny. D pada saat persalinan juga mengkhawatirkan kesejahteraan janinnya, karena saat klien melahirkan anak pertama dan kedua tidak mengalami hal seperti sekarang yang dihadapi klien. Sumber stres bervariasi pada setiap individu, tetapi nyeri dan tidak adanya pendukung merupakan dua faktor yang mempengaruhi. Menurut Muhoirotin. (2010) pendampingan suami sangat dibutuhkan ibu pada proses persalinan karena dengan pendampingan suami yang maksimal dapat menurunkan kecemasan. Kehadiran suami atau pasangan sangat dianjurkan untuk mendampingi ibu selama persalinan karena pendekatan langsung dapat mendorong komunikasi diantara pasangan sehingga dapat mengatasi semua kekhawatiran.Pada kasus Ny. D dengan kondisi kehamilan dengan adanya KPD sehingga ibu mendapatkan intervensi untuk tirah baring selama proses percobaan induksi untuk pematangan servix. Masalah nyeri diangkat pada kasus Ny. D pasca melahirkan dengan post SC maka ibu akan mengalami nyeri. Tindakan operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya perubahan kontuinitas jaringan karena adanya pembedahan. Pada proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak nyeri saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar, akan nyeri didaerah sayatan yang membuat sangat terganggu. Whalley, dkk. (2008). Metode non farmakologi tersebut bukan merupakan pengganti untuk obatobatan, tindakan tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal ini, terutama Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 41 saat nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari, mengkombinasikan metode non farmakologi dengan obat-obatan mungkin cara yang paling efektif untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non farmakologi menjadi lebih murah, simpel, efektif, dan tanpa efek yang merugikan. Potter. (2005). Menurut hasil penelitian Ayudiyanningsih (2009) menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi fraktur. Ketika seseorang melakukan relaksasi pernapasan untuk mengendalikan nyeri, didalam tubuh tersebut meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara stimulan maka hormon adrenalin dan kortisol yang dapat menyebabkan stresakan menurun sehingga meningkatkan konsentrasi serta merasa tenang untuk mengatur napas sampai pernapasan kurang dari 60-70 x/menit . kemudian kadar PaCO2 akan meningkat dan menurunkan pH sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah Henderson. (2005). Teori relaksasi pernapasan ini menjelaskan bahwa pada spinal cord , sel-sel reseptor yang menerima stimulasi nyeri periferal dihambat oleh stimulasi dari serabut-serabut saraf yang lain. Stimulasi yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin , sehingga stimulasi nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Priharjo. (2003). Periode relaksasi pernapasan yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan, ketegangan otot yang terjadi akibat meningkat nyeri. Smeltzer dan Bare. (2003). Menurut Bobak. (2005) masalah fisiologis selama beberapa hari pertama dapat didominasi oleh nyeri akibat insisi dan nyeri dari gas di usus halus dan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri. Tindakan untuk mengupayakan kenyamanan, mengubah posisi, mengganjal insisi dengan bantal, memberi kompres panas pada abdomen, dan teknik relaksasi bisa juga digunakan. Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang menghasilkan gas dan minuman berkarbonat bisa mengurangi nyeri yang disebabkan gas. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 42 Masalah resiko infeksi diangkat pada kasus Ny. D disebabkan karena klien dengan proses persalinan yang disertai KPD dapat terjadi infeksi, dimana terjadi peningkatan leukosit 12,3 1000/U. Klien mendapatkan pemantauan saat dikamar bersalin dengan pemberian antibiotik ampicilin sulbaktan 4x1,5 gr, setiap 4 jam dilakukan pemantauan tanda vital dan DJJ, pengeluaran air ketuban dan klien mendapatkan terapi misoprostol 4x25 mg PV untuk induksi persalinan sebagai penanganan persalinan dengan KPD. Manajemen KPD menurut Clinical Guidelines. (2012) yaitu setelah dikonfirmasi bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini, usia gestasi harus dipastikan terlebih dahulu. Kemudian, ibu diberikan hidrasi dan antibiotic, serta janin selalu dimonitor. Sekitar 96.5% janin dengan usia gestasi 32 minggu atau lebih memiliki kematangan paru-paru dan lebih dapat bertahan hidup. Jika dalam 72 jam tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, maka ibu harus diberi induksi melahirkan. Pasien dengan KPD yang mengalami penundaan kelahiran tidak hanya memerlukan pelvic rest (tidak ada pemeriksaan vaginal, tidak hubungan seksual), tetapi juga perlu pemeriksaan suhu dan nadi 4x/hari, jumlah pergerakan janin setiap hari, dan jumlah sel darah putih serta nonstress tests 2x/minggu., serta pemeriksaan speculum steril. Antibiotic yang diberikan dapat memperpanjang kehamilan dan meningkatkan hasil yang maksimal bagi ibu dan janin. Korticoid bermanfaat untuk KPD. Profilaksis surfaktan dapat meningkatkan hasil yang maksimal pada janin premature. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI diangkat pada kasus Ny. D disebabkan karena klien mengutarakan sudah lupa bagaimana cara menyusui bayi, klien tampak kaku dan tidak mengetahui posisi yang benar saat bayi akan menyusui. Klien mengatakan saat mempunyai anak ke satu dan kedua selalu orang tuanya yang merawat dan mengurus bayinya. Klien saat dikaji pengetahuan tentang proses laktasi tidak mengerti. Bayi tampak menangis Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 43 dan tidak puas setelah menyusui. Klien merasa kurang percaya diri saat menyusui. Menurut (Johnson & Wendy, 2005 dalam Pertiwi, 2012) faktor-faktor yang berpengaruh pada proses laktasi antara lain posisi dan fiksasi bayi yang benar pada payudara dan frekuensi dan durasi menyusui. Selain itu, nutrisi, keadaan kesehatan ibu baik fisik maupun psikis serta keadaan payudara juga mempengaruhi proses laktasi. Karena, proses laktasi merupakan hasil interaksi kompleks antara status nutrisi, keadaan kesehatan serta keadaan payudara ibu yang nantinya akan berpengaruh pada produksi dan pengeluaran ASI Carpenito, (2009). 4.3 Analisis Intervensi Keperawatan Pre operasi : Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas pada Ny. D difokuskan pada saat ibu menghadapi proses persalinan. Dengan diberikan penjelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur. Memberikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas. Memberikan informasi dan melakukan pendekatan sehingga ibu dapat bekerja sama saat proses persalinan walaupun ibu mengalami ansietas. Menurut Bobak. (2005) jika ada waktu sebelum melahirkan perawat dapat mengajari ibu tersebut tentang harapan pascaoperasi, cara meredakan nyeri, mengubah posisi, batuk dan napas dalam. Dalam perawatan pada klien, penulis melakukan intervensi-intervensi untuk mengurangi ansietas klien dengan dengan cara mengkaji tingkat ansietas klien, melakukan pendekatan dan memberikan penjelasan yang dilakukan terhadap klien selama diruang bersalin terhadap prosedur yang dilakukan terhadap klien. Memberikan penjelasan atau informasi tentang keadaan janin dan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ansietas klien, sehingga klien merasa lebih tenang dengan mengetahui kesejahteraan janinnya. Diharapkan dengan distraksi (mengalihkan perhatian), klien dapat Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 44 menglihkan rasa cemas dan nyeri saat di ruang bersalin. Schneider (2000) dalam Hayati (2009) menyebutkan bahwa intervensi distraksi efektif dilakukan karena individu akan berkonsentrasi pada stimulus yang menarik atau menyenangkan dari pada berfokus pada gejala yang tidak menyenangkan. Intervensi yang dilakukan dalam mengatasi resiko infeksi pada klien observasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat sampai ketuban berhenti mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam, pantau DJJ , kolaburasi dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya tanda tanda infeksi, kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya ketuban. Menurut Simon,et.al. (2010) pemberian antibiotik pada klien dengan ketuban pecah dini mengurangi komplikasi akibat kelahiran prematur dan infeksi pasca-natal dalam pengaturan berpenghasilan tinggi. Ada bukti kualitas moderat yang, dalam pengaturan berpenghasilan rendah, di mana akses ke intervensi lain (steroid antenatal, terapi surfaktan, ventilasi, terapi antibiotik) mungkin rendah, antibiotik untuk KPD dapat mencegah 4% kematian neonatal karena komplikasi prematuritas dan 8% dari mereka karena infeksi. Data dari Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Nigeria Teaching Hospital. (2014) fakta bahwa antibiotik profilaksisdigunakan pada penelitiannya didapatkan angka kesakitan ibu dari 20% dan angka kematian perinatal sebesar 8,9% yang dilaporkan. Kurangnya efektivitas antibiotik profilaksis seperti yang tercantum dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena obat adultrated di lingkungan kita dan status sosial-ekonomi rendah pasien yang terlibat. Post Operasi : Intervensi yang dilakukan dalam mengatasi nyeri pasca operasi pada klien dilakukan kaji tingkat nyeri klien, mengobservasi tanda-tanda vital , pemberian analgetik setelah post operasi melalui supositoria sesuai program, ajarkan dan anjurkan teknik relaksai untuk mengurangi nyeri, mengganjal luka operasi dengan bantal. Memotifasi dan mengajarkan klien untuk melakukan Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 45 ambulasi miring kiri miring kanan setelah 6 jam post op. Mengajarkan valsafah manuver dengan menahan perut atau memegang luka operasi saat melakukan perubahan posisi, batuk atau tertawa untuk mengurangi nyeri. Memberikan informasi nyeri yang dirasakan disebabkan adanya luka insisi operasi dan adanya proses involusi uterus sehingga klien akan merasakan nyeri dan mules pada abdomen. Menjelaskan bahwa involusi uterus merupakan proses fisiologis pada ibu yang selesai melahirkan, rasa tidak nyaman atau kontraksi /mules saat menyusui akan dirasakan oleh klien . Begitu juga dengan ibu yang parietasnya sudah tiga kali melahirkan akan lebih ekstra uterus untuk kontraksi kembali ke bentuk semula sehingga ibu akan merasakan yang namanya “after pain” . dengan memberikan penjelasan dan informasi terhadap klien sehingga klien dapat kooperatif saat di berikan asuhan keperawatan. Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri Calvillo & Flaskerud. (1991) dikutip dari Potter & Perry. (2005). Adanya orang-orang yang memberi dukungan amat berpengaruh terhadap nyeri yang dirasakan. Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan , bantuan atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang dicintai dapat meminimalkan kesepian dan ketakutan, Potter & Perry. (2005). Sebagai perawat saat memberikan asuhan keperawatan dengan caring dapat memberikan rasa kedekatan dan keperpercaya terhadap klien sehingga klien merasa mempunyai teman selama di ruang rawat. 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah Asuhan keperawatan pada klien persalinan secara SC, perawat dapat memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan kebutuhan pengajaran klien yang melahirkan melalui sectio caesarea. Perawat dapat menjelaskan prosedur setelah post operasi SC untuk membantu klien untuk bekerja sama dari pemulihannya dari pembedahan. Perawat juga dapat Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 46 membantu klien merencanakan perawatannya dan menerima kunjungan keluarga dan teman-temannya sehingga klien dapat dapat mengatur waktu istirahat yang adekuat. Informasi dan bantuan dalam melakukan perawatan bayi dapat memfasilitasi penyesuaian peran ibu. Pospartum (puerperium) adalah jangka waktu 6 minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan Bobak, (2005). Pada fase postpartum ini klien akan meraskan nyeri, kecemasan saat merawat bayi dan proses laktasi. Sehingga perawat perlu mengetahui fase psikologis yang dihadapi klien saat pospartum sehingga perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat secara komprehensif terhadap klien. Periode postpartum klien akan mengalami fase adaptasi psikologis yaitu fase Taking In, Taking Hold dan Letting Go. Taking In (ketergantungan) terjadi 13 hari dimana ibu pasif dan masih dalam mengumpulkan kekuatan, diri berfokus pada kesemubuhan diri sendiri perlu bantuan orang lain untuk mengatasi kondisinya, kebutuhan yang harus dipenuhi adalah makan, minum, dan tidur yang nyenyak. Fase Taking Hold (transisi) terjadi 3-10 hari dimana ibu mulai bersemangat dan tertarik pada bayi serta ingin merawat bayi mulai peduli dengan diri dan mulai memenuhi kebutuhan diri dan bayinya, kebutuhannya pemberian pendidikan kesehatan. Fase Letting Go (mandiri) ibu dan ayah mulai berkoordinasi dalam mengurus bayi mereka, memiliki harapan dan mimpi yang tinggi terhadap bayi mereka yang baru lahir Bobak, (2005). Dalam hal ini perawat merupakan sarana untuk memberikan dukungan dan menetramkan perasaan cemas atau ansietas, selain memberikan penjelasan yang akurat mengenai proses yang akan dihadapi pada klien intranatal dan postpartum yaitu proses fisologi yang akan dihadapi pasien. Prosedur tindakan intranatal, pemeriksaan diagnostik, dan rencana terapi. Oleh karena itu klien Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 47 dan keluarga perlu diberikan penjelasan mengenai setiap prosedur dan hasil yang diharapkan dari prosedur tersebut terhadap kesejahteraan bayi dan ibu. 4.5 Evaluasi Setelah intervensi keperawatan selama tiga hari dilakukan perawatan di ruang postpartum didapatkan hasil bahwa masalah ansietas dapat teratasi ditandai dengan klien mampu kooperatif saat dilakukan tindakan, mampu mempraktekan teknik relaksasi dan bersikap tenang. Resiko infeksi teratasi dengan manajemen penanganan klien dengan KPD setelah dilakukan pemantauan selama proses persalinan dan dilakukan induksi persalinan tetapi karena tidak berhasil dan hasil USG ICA 6,94 cm oligohidramnion, maka klien dilakukan persalinan dengan cara sectio caesarea. Ibu dan bayi dapat pulang bersama dengan kondisi sehat. Nyeri dapat teratasi ditandai dengan klien mampu melakukan teknik relaksasi dan distraksi saat menghadapi nyeri dan melakukan teknik valsafa manufer untuk mengurangi nyeri saat pergerakan atau perubahan posisi, tertawa, dan batuk. Ketidakefektifan pemberian ASI dapat teratasi, ditandai ibu dan bayi merasa puas setelah menyusui, ibu dapat memposisikan posisi yang benar saat menyusui, bayi tampak perlekatan pada puting payudara dengan benar. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Harry.O & William R. F. (2010). Pada saat setelah persalinan secara SC ini klien akan meraskan nyeri, kecemasan saat merawat bayi dan proses laktasi. Masalah keperawatan yang menjadi prioritas didapatkan berdasarkan data yang ditemukan adalah ansietas, ketidakefektifan pemberian ASI. resiko infeksi, nyeri akut dan Intervensi keperawatan yang dilakukan khususnya pada kasus kelolaan dengan pre dan post SC dengan indikasi KPD meliputi : melakukan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk mengatasi ansietas dan nyeri, memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan yang dilakukan terhadap pasien, proses persalinan yang dihadapai dengan adanya his yang terus-menerus sehingga menimbulkan ansietas dan rasa nyeri. Mengajarkan teknik valsa manuver, ambulasi , edukasi tentang manajemen laktasi dan cara perawatan bayi. Evaluasi yang didapatkan dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan yaitu ansietas yang dialami klien saat menghadapi proses persalinan secara Sectio caesarea dapat berkurang. Klien diberi intervensi keperawatan penjelasan tentang prosedur tindakan yang dihadapi klien, sensasi yang akan dirasakan saat dilakukan tindakan seperti dilakukan CTG, pematangan servik. Diajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi, berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas, yakinkan pasien kembali dengan menyentuh, saling memberi empatik secara verbal dan nonverbal. Evaluasi yang didapatkan dari intervensi resiko infeksi observasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat sampai ketuban berhenti 48 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 49 mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam, pantau DJJ , kolaburasi dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya tanda-tanda infeksi, kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya ketuban. Klien dapat tertangani dengan baik dan tidak terjadi infeksi pada ibu dan janin. Nyeri akut dapat teratasi saat klien diruang perawatan post partum, dengan diberi intervensi keperawatan mengkaji dan mengobservasi tingkat nyeri (010) pasien, mengajarkan klien teknik relaksasi seperti tarik napas dalam dan teknik distraksi, mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri, menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik ataupun non analgesik secara tepat. Ketidakefektifan proses menyusui dapat teratasi sebagian klien dapat menyusui bayi dengan posisi yang benar dan manajemen laktasi dapat dimengerti oleh klien. 5.2 Saran 5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Perawat hendaknya dapat melakukan pendekatan dengan menggunakan asuhan keperawatan maternitas untuk mengantisipasi terjadinya ansietas, nyeri akut dan ketidakefektifan pemberian ASI dengan melakukan pengkajian mengenai keadaan klien saat menghadapi pre dan post SC, intervensi apa yang akan diberikan terhadap klien. Perawat dapat memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan kebutuhan pengajaran klien yang melahirkan melalui sectio caesarea. Perawat dapat menjelaskan prosedur persalinan secara SC untuk membantu klien untuk bekerja sama dari pemulihannya dari pembedahan. Perawat secara aktif melatih keterampilan dan meningkatkan pengetahuannnya khususnya keperawatan maternitas sehingga mampu melakukan asuhan keperawatan secara komperhensif. Selain itu perlu dilakukan pelatihanpelatihan intensif sehingga perawat dapat melakukan perawatan pada klien dengan persalinan secara SC. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 50 5.2.2 Bagi Ilmu Keperawatan Bagi ilmu keperawatan diharapkan dapat meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang asuhan keperawatan maternitas pada klien dengan proses persalinan secara SC dan menambahkan literatur tentang tatalaksana asuhan keperawatan pada klien dengan proses persalinan secara SC. 5.2.3 Bagi Penelitian Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan penelitian terkait asuhan keperawatan yang dilakukan pada ibu dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 DAFTAR PUSTAKA Akhmad, S.A. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan Bayi. Jogjakarta: Diglossia Media. Asamoah, et.al. (2011). Distribution of Causes of Maternal Mortality among Different of Maternal Mortality among Different Descriptive Study. BMC Public Health Ariyana. (2011) . Faktor resiko kejadian persalinan prematur. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Kedung Mundu Semarang : Indonesia. (diunduh tanggal 26-6-2014) Bintarto. (1989). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia. Bintarto. (2000). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia. Balai Pendidikan dan Pelatihan. (2007). Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota. Yayasan Badan Penerbit. Pekerjaan Umum : Jakarta. Beckmann. (2010). Obstetrics and gynecology. Lppincott Williams & Wilkins. Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L & Jensen, M.D. (2005). Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC Carpenito, L.J. (2009). Jakarta: EGC Diagnosis Keperawatan Aplikasi dan Praktik Klinis. Damarati & Yulis Pujiningsih. ( 2012). Analisis tentang Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di RSUD Sidoarjo. Universitas PGRI Adi Buana: Surabaya Effendy Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan MasyarakatEd.2. Jakarta: EGC Eko Budihardjo, Ir. (1983) Arsitektur dan Kota Di Indonesia. Yayasan Badan Penerbit Alumni : Bandung. M Gandhi, F Shah, C Panchal. (2012). Obstetric Outcomes In Premature Rupture Of The Membrane (Prom). The Internet Journal of Gynecology and Obstetrics. Harry. O & Wlliam.R.F. (2010). Yogyakarta: Yogyakarta Patologi dan Fisiologi Persalinan. Andi Hidayat, dkk. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika. Henderson, C. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC 51 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 52 Kenneth, . Leveno, et.al. (2003). Obstetri Williams Panduan Ringkas. Ed.21. Alih Bahasa Brham.J ,Pendit. Jakarta:EGC Lang, J. and Rothman, K.J. (2011). Field Test Results of The Motherhood Method to Measure Maternal Mortality: Indian J Med Res Lia, X . [et al]. (2010). Trends in Maternal Mortality Due to Obstetric Hemorrhage in Urban, and Rural China. J. Perinat. Med. Manuaba. (2006). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC. Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi, (Edisi 2). Jakarta: EGC. Muntoha, dkk. (2013). Hubungan Antara Riwayat Paparan Asap Rokok dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD D.r. Soewondo:Kendal. Notoadmojo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Ning Li, Qiulan Fu, Wenhua Cai. (2013). Cause Analysis and Clinical Management Experience of The Premature Rupture of Membrane, Department of Obstetrics and Gynecology. SNanning Maternal and Child Health Care Hospital. Nanning : Chin. (diunduh tanggal 25-6-2014). NANDA Internasional. (2010). Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009-2011. Alih bahasa : Made Sumarwati. [et al]. EGC:Jakarta. Okeke, et.al. (2014). The Incidence and Management Outcome of Preterm Premature Rupture of Membranes (PROM) in a Tertiary Hospital in Nigeria. Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Nigeria Teaching Hospital (UNTH), Enugu: Nigeria Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. (Ed. 4). Alih bahasa: Yasmin Asih. [et al]. Jakarta : EGC Prihardjo, R. (2003). Perawatan Nyeri. Jakarta: EGC Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. YBP-SP : Jakarta. (diunduh tgl 26-6-2014) Patricia, Faas - Fehervary. (2005). Caesarean Section On Demand: Influence of Personal Birth Experience and Working Environment On Attitude of German Gynaecologists. European Journal of Obstetrics and Gynecology Reproductive Biology Ratna Pratiwi. (2012). Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio Caesarea Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan Menggunakan Aroma Terapi Lavender di RS Al Islam Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan Padjajaran: Bandung. Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 53 Sugiharyanto. (2006). Peografi dan Sosiologi. Yudistira Ghalia: Indonesia Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Sulistyawati, A. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Suwiyoga, dkk. (2006). Peranan Faktor Resiko ketuban Pecah Dini Terhadap insiden Sepsis Neonatarum Dini pada Kehamilan Aterm. Cermin Dunia Kedokteran Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. (8 th. Edition). Jakarta: EGC Simon, et.al. (2010). Antibiotic for Pre-term Pre-labour Rupture of Membranes :Prevention of Neonatal Deaths Due to Complications of Pre-term Birth and Infection. Internasional Journal of Epidemiology. London School of Hygiene and Tropical Medicine, Keppel Street: London Tahir dkk. (2012). Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf kabupaten Gowa: Universitas Hasanudin. (diunduh tgl 24-6-2014). Todman D. (2007). A History of Caesarean Section: From Ancient World to The Modern Era. Australian and New Zealand Journal of Obstet and Gynaecol. Weinstein, [et.al] (2008) . Water Disinfection By-Products and Prelabor Rupture of Membranes. Correspondence to Dr. Angus Cook. School of Population Health, University of Western Australia, 35 Stirling Highway, Crawley, WA 6009: Australia Walley, J., Simkin, P., dan Keppler , A. (2008). Panduan Praktis bagi Calon Ibu : Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer . Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Lampiran I PENGKAJIAN PRENATAL Nama Mahasiswa : Neneng Herawati Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2014 NPM : 1106130002 Ruang/RS : Poli Kebidan RSCM I.PENGKAJIAN DATA UMUM KLIEN 1. 2. 3. 4. 5. Initial Klien : Ny. D Usia : 33 Tahun Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : IRT Pendidikan Terakhir : SMP Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu No Tahun Jenis Jenis Persalinan Penolong Kelamin Keadaan Masalah Bayi Kehamilan Waktu Lahir 1 2000 Spontan Bidan Perempuan Sehat Tidak ada BBL: 2900 gr 2 2007 Spontan Bidan Laki-laki Sehat Tidak ada BBL: 3100 gr 3 Hamil SC Dokter Laki-laki ini Pengalaman menyusui : Ya Berapa lama : 6 bulan Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Perdarahan Riwayat Ginekologi 1. Masalah Ginekologi : Tidak ada 2. Riwayat KB : Tidak ada Riwayat Kehamilan Saat Ini HPHT : 15-Agustus- 2013 BB sebelum hamil : 52 kg TD BB/TD TFU Taksiran Partus : 22- Mei-2014 TD sebelum hamil : 110/70 mmHg Letak/Presentasi DJJ Janin Usia Keluhan Gestasi DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI Status Obstetrik : G3 P2 A0, H 37 Minggu Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : CM , BB/TB : 67 kg / 148 cm Tanda Vital Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi 88 x/menit Kepala Leher : Tidak ada pembesaran KGB Kepala : Rambut hitam tipis panjang, bersih tak berketombe, tidak ada luka. Mata : Tak anemis, sklera tak ikterik, tidak menggunakan kacamata. Hidung : simetris, tidak ada sekret Mulut : Tak berbau, gigi utuh, stomatitis tidak ada Telinga : Sekret tidak ada, bersih, pendengaran baik Leher : Tidak ada pembesara KGB, JVP Masalah Khusus : Tidak ada Dada : Jantung : BJ I & II normal Paru : Payudara : Membesar, puting menonjol Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Pengeluaran ASI : Positif ada keluar Puting susu : Positif menonjol Masalah Khusus : Tidaka ada Abdomen Uterus : Tinggi Fundus Uterus : 36 cm, kontraksi : tidak ada Leopold I : TFU 36 cm Leopold II : Teraba bagian kecil Leoplod III : Teraba kepala di bagian bawah, sudah masuk PAP Leopold IV : Bagian yang masuk PAP 4/5 Pigmentasi : Linea nigra : Positif Striae : Positif Fungsi pencernaan : Tidak ada keluhan Masalah khusus : Riwayat perdarahan pada usia kehamilan 34-35 minggu Perineum dan Genital : Vagina : Varises : Tidak ada Kebersihan : Sedikit kotor Keputihan : Positif Jenis / warna : agak kekuningan Konsistensi : Encer Bau : Tidak berbau Hemorroid : Tidak ada Masalah khusus : Tidak ada Ekstremitas Ekstremitas Atas : Tidak ada Inspeksi Palpasi : Varises : Tidak ada Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Ekstremitas Bawah : Inspeksi Palpasi Varises : Tidak ada Reflek Patela : ... Masalah khusus : Tidak ada Eliminasi Urin : Kebiasaan BAK : > 8 x BAB : Kebiasaan BAB : 2 hari sekali Masalah khusu : Tidak ada Istirahat dan Kenyamanan Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekuensi Pola tidur saat ini : Tidak ada masalah Keluhan ketidaknyamanan : Ya, Lokasi : luka operasi sc di perut Sifat : perih, intensitas : 15 menit sekali / saat perubahan posisi Mobilisasi dan latihan Tingkat mobolisasi : Latihan/senam : Masalah khusus : Nutrisi dan Cairan Asupan Nutrisi : Baik Nafsu makan : Baik Asupan cairan : Baik Cukup Masalah khusus : Tidak ada Keadaan Mental Adaptasi psikologis : Penerimaan terhadap kehamilan : Menerima, senang, bahagia karena dari suami kedua ini baru hamil dan suami belum mempunyai keturunan. Masalah khusus : Tidak ada Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan ; Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Klien tinggal dipemukiman yang sangat padat, kondisi kontrakan sangat sempit ventilasi tidak baik , lingkungan sekitar rumah kotor, tinggal didaerah industri. Persiapan persalinan Senam hamil : klien mengatakan tidak pernah melakukan senam hamil selama kehamilannya Rencana tempat melahirkan : recana sebelumnya klien akan melahirkan di bidan yang dekat dari rumah, tetapi karena ada masalah perdarahan sehingga dirujuk ke RS Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu: klien mengatakan hanya menggunakan perlengkapan bayi bekas anaknya ynag dahulu saja. Kesiapan metal ibu dan keluarga: klien mengatakan menyiapan kesiapan menjadi orang tua kembali terutama suami klien yang sekarang ini belum pernah mempunyai anak dari istri sebelumnya. Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses persalinan: klien mengatakan sudah lupa tanda melahirkan hanya rasa mules saja yang masih diingatnya. Perawatan payudara : klien tidak mengetahui cara perawatan payudara. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini : - Folamil 1 x 1 Hasil Pemeriksaan Penunjang : Hasil USG Fetomaternal di RSCM tanggal 2 April 2014 didapatkan hasil : hamil 36 minggu dengan pertumbuhan dan aktifitas janin normal, plasenta letak normal. Tidak tampak tanda hipoperfusi. Indeks cairan amnion (ICA) : 13 cm. Hasil laboraturium tanggal 13 Mei 2014 Hb : 11,2 g/dl, Ht: 33,5 , Leukosit : 12,3 1000/UL , Trombosit : 360 1000/UL, MCV/VER ; 80,1 fL, MCH/HER : 26,8 pg, MCHC/KHER : 33,4 g/dl. Therapi saat klien dikamar bersalin ampicilin sulbactan 4x1,5 mg IV dan misoprostol 4x25 mg per vaginam. Klien dilakukan pemantauan CTG pada janin. Hasil USG ulang tgl 13 mei 2014 di kamar bersalin ICA 6,94 cm. Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 II. ANALISA DATA No 1. 2. Data .DS : Masalah Keperawatan Ansietas b/d krisis DS : (NANDA, klien mengatakan situasi khawatir dengan 2014) persalinannya ini klien mengatakan khawatir dengan kondisi kesejahteraan janinnya. DO ; wajah ibu tampak tegang, klien selalu bertanya tentang proses persalinannya, TD 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 16x/menit, suhu 36,5 derajat celcius. Klien tampak memegangi perutnya klien dianjurkan bedrest Resiko Tinggi Infeksi klien mengatakan air ketubannya masih keluar sedikit sedikit. DO : tampak rembesan ketuban saat air inspeksi pervaginam cairan berwarnah jernih, tidak berbau klien menggunakan under pat Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Suhu tubuh klien 36,5 derajat celcius Leukosit : 12,3 1000/U, DJJ 143 x/mnt III. Diagnosa Prioritas 1. Ansietas 2. Resiko tinggi infeksi NANDA, 2012 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 PENGKAJIAN POSTPARTUM Lampiran 3 PENGKAJIANPOSTPARTUM NamaMahasiswa NPM : Neneng Herawati : 1106130002 Tanggal Pengkajian: 14 Mei 2014 Ruang/RS: Post Partum RSCM I. PENGKAJIAN A. Data Umum 1. Inisial Klien 2. Usia 3. No RM 4. Status Perkawinan 5. Pekerjaan 6. Pendidikan Terakhir 7. Suku 8. Agama 9. Alamat : Ny. D : 33Tahun : 392-65-25 : Kawin : IRT : SD : Betawi :Islam : Jl. Kampung kapitan rw/rt 17/04 cipinang muara ,klender jakarta pusat B. Keluhan Saat Ini Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, dan bertambah sakit setelah ditekan secara tiba-tiba oleh dokter tanpa berkomunikasi dulu kepada klien baru bisa miring kiri dan kanan. Klien mengeluhkan ASI-nya keluar sedikit. C. Riwayat Penyakit Dahulu Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu. D. Riwayat Penyakit Keluaga Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM (-), Asma (-), Jantung (+), Hipertensi (-),Hepatitis (-) E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu No Tahun Jenis Penolong Jenis Persalinan Kelamin 1 2000 Spont Bidan P 2 2007 Spontan Bidan L 3 Saat ini Sectio Dokter L Keadaan Bayi Waktu Lahir BB 2900 gram Masalah - BB 3100 gram BB 2600 gram KPD Pengalaman menuyusi: Menyusui anak pertamanya selama 3 bulan dan 6 bulan Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 - F. Riwayat Kehamilan Saat Ini Klien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Budi Asih, Jakarta Timur dengan riwayat perdarahan Plasenta Previa Totalis (PPT). Dilakukan terminasi pada usia kehamilan 38 minggu karena Ketuban Pecah Dini. G.RiwayatPersalinan Klien(P3A0) melahirkan secara sectio pada tanggal 14Mei2014 pukul 03.15 WIB. Klien melahirkan laki-laki dengan BB:2600gr, AS: 9/10. Perdarahan 550 ml. H.Riwayat Ginekologi Klien tidak memiliki riwayat masalah ginekologi. I. Data Umum Kesehatan Saat Ini 1. Status Obstetri : P3A0 postpartum SC, nifas hari pertama 2. Kesadaran umum :baik, kesadaran composmentis,BB: 67Kg,TB: 148 cm. 3. Tanda-tandaVital : TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16 x/menit,S: 36,70C. 4. PemeriksaanFisik HeadTo Toe a. Kepala Rambut dan kulit kepala Bentuk simetris, rambut hitam, persebaran meratadan kulit kepala klien bersih, klien mengatakan keramas 2 hari sekali, tetapi selama di RS belum keramas. Muka dan Mata Pada muka terdapat kloasma gravidarum berupa titik-titik kehitaman, mata klien simetris, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis (+),sclera an-ikterik. Hidung Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-), polip (-), Pengeluaran cairan berlebih (-) Mulut Mukosa lembab,bersih,sariawan(-),terdapat gigi berlubang,tidak ada karies gigi, tidak ada pembesaran tonsil. Telinga Bentuk simetris, keadaan bersih, berdengung (-), pengeluaran cairan berlebih (-) Leher Tidak ada gangguan menelan,Tidak ada peningkatan JVP,tidak ada pembesaran kelenjar getah bening Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan b. Dada Inspeksi Bentuk simetris,bersih,tidak ada spider nevi,hiperpigmentasi aerola, putting susu everted, tidak ada tonjolan yang mencurigakan Palpasi Tidak ada nyeri tekan,tidak teraba massa yang mencurigakan,ASI belum keluar, payudara keras (-). Auskultasi BJ 1&2 Normal,tidak ada mumur,tidak ada gallops,suara napas vesikuler (+), Bronkovesikuler (+), Bronkial(+), Ronchi -/-, wheezing Perkusi Paru: resonan (+), Jantung: Pekak Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan c. Abdomen Inspeksi bersih,linea nigra (+),strie gravidarum(+),hiperpigmentasi (+), terdapat luka operasi SC yang tertutup balutan kasa kering steril sepanjang 10 cm, dan hasil observasi terlihat ada rembesan darah pada bagian dalam balutan. Palpasi Fundus uteri tidak teraba (klien histerektomi),kandung kemihkosong, diastasis rektus abdomninis tidak teraba (abdomen distensi dan klien merasa nyeri jika dipalpasi), nyeri pada bagian luka operasi dan daerah sekitarnya Auskultasi Bisingusus aktif di empat kuadran dengan 8 kali/menit Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan d. Ekstremitas Ekstremitas atas Edema (-), CRT <3 detik, reflexbisep dan trisep+2 Ekstremitas bawah Edema (-), Varises (-), Refleks patella+2, tandahuman sign (-) Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan e. Genetalia Perineum utuh. Tidak ada tanda-tanda REEDA. Terlihat bercak-bercak merah terang pada pembalut klien, tidak berbau, volume 10-20 cc. Anus: Tidak ada hemoroid. Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan 5. Pola Kesehatan Fungsional a. Pola persepsi dan pemeliharanan kesehatan Persepsi terhadap kesehatan cukup baik klien rutin memeriksakan kehamilannya kerumahsakit.Namun klien masih bingung dan belum mengerti tentang perawatan setelah melahirkan,seperti perawatan payudara serta memerah ASI, perawatan bayi baru lahir. Klien takut untuk bergerak karena takut sakit, iritasi dan jahitan takutrobek. Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 b. Pola nutrisi dan metabolik Selama hamil klien mengatakan pola makan baik tidak ada gangguan, namun setelah melahirkan nafsu makan klien menurun. Frekuensi makan bisa lebih dari 2 kali sehari tidak dihabiskan dalam satu porsi. Selama hamil tidak ada perubahan pola makan, alergiterhadap makanan tidak ada,minum air putih5-6 gelas sehari(1000-1200 ml) Setelah melahirkan klien mengkonsumsi menurumah sakit 3 x sehari tidak pernah habis, hanya habis 1/2 porsi. c. Pola Eliminasi Klien mengatakan sejak kehamilan trimester III, frekuensi BAK 10-12 kali, jumlah 2000-2500 cc,warna kuning, bau khas, tidak ada keluhan dengan BAK. Klien mengatakan sudh flatus d. Pola istirahat dan latihan klien mengatakan bahwa pola istirahat dan tidur selama hamil ini tidak terganggu. e. Pola persepsi sensori dan kognitif Kemampuan klien dalam mengingat dan berorientasi baik.Dalam mengambil keputusan untuk masalah klien klien selalu bermusyawarah dengan suaminya. f. Pola hubungan dengan orang lain Hubungan klien dengan orang tua,suami,saudara baik.Selama dirawat, klien mengatakan mampu berkomunikasi baik dengan perawat, klien juga kooperatif dengan perawat dan dokter. g. Pola reproduksi dan seksualitas Klien selama hamil tidak melakukan hubungan seksual karena takut terjadi apa-apa denganbayinya. Setelah melahirkan klien belum melakukan hubungan seksual. h. Persepsi diri 1. Persepsi diri Klien mengatakan dirinya saat ini sudah menjadi orang tua yang memiliki ketiga orang anak. Klien akan memberikan yang terbaik untuk anak ketiganya seperti ASI eksklusif. Namun, klien khawatir dengan ASI nya yang saat ini masih keluar sedikit dan bayi perlekatannya tidak bagus . Masalah Khusus: Ketidakefektifan pemberian ASI J. Obat-Obat yang dikonsumsi saat ini 1. Pycin 4x1,5 gr 2. Metronidazol 3x500 mg 3. Pronalges sup 3x1 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 K.Hasil Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium (pemeriksaan 4 jam post sectio) No Jenis Pemeriksaan Hasil 1 DarahLengkap a. Hemoglobin 11 g/dl (L) 43.9 % (L) b. Hematokrit 483 ribu/ul c. Trombosit 12.07ribu/ul (H) d. Leukosit 2 Glukosa Darah Sewaktu a. Gula darah sewaktu 94 mg/dl Nilai Normal 12.00-15.00 g/dl 36.0-46.0 % 150-400 ribu/ul 5.00-10.00 ribu/ul <200 mg/dl Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 II. ANALISA DATA No 1 Data DS: Klien mengatakan nyeri dan sakit pada luka operasinya klien mengatakan setelah dipijat oleh dokter secara tiba-tiba klien menangis kesakitan dan marah . DO: Klien tampak meringis kesakitan Wajah klien tampak tegang Klien tampak menangis, VAS 5. TD 110/70 mmHg, nadi 80 x/mnt, pernapasan 16x/mnt.. Terdapat luka jahitan post operasi SC di abdomen tertutup kassa kering sepanjang 10 cm, terdapat rembesan pada balutan 2 DS: Klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui dengan posisi yang benar Klien mengatakan kedua anaknya dirawat oleh ibunya. Klien mengatakan anak pertamanya hanya 3 bulan menyusu dan anak keduanya 6 bulan. Masalah keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang penegtahuan (NANDA, 2014). DO: Bayi tampak tidak puas setelah menyusu Perlekatan bayi saat menyusu tidak benar Bayi tampak rewel menangis. III PRIORITAS DIAGNOSA 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). 2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu (NANDA, 2014). Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Lampiran 5 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No 1 Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Tujuan: Setelahdilakukan tindakan keperawatan pada Ny.D sebanyak 3x24 jam diharapkan nyeri pada Ny.D berkurang dan hilang. 1. Kaji skala nyeri, lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat 1. Evaluasi nyeri tiap shift dapat menentukan rencana intervensi penanganan nyeri selanjutnya 2. Teknik relaksasi meringankan nyeri 3. Mobilisasi bertahap meningkatkan aliran darah yamg meningkatkan proses penyembuhan luka, meringankan nyeri 4. Posisi yang nyaman membuat klien menjadi lebih rileks 5. Klien yang merasakan nyeri akan terhambat dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya 6. Kolaborasi medikamentosa diberikan jika skala nyeri lebih dari VAS 4/ skala nyeri sedang KriteriaHasil: Klien akan mengungkapkan skala nyeri kurang dari 2. Klien dapat memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan Klien menunjukkan TTV dalam batas normal Klien menunjukkan selera makan dan pola tidur yang baik Wajah klien tampak rileks ketika kembali beraktivitas Klien menunjukkan tingkat mobilisasi yang baik tanpa adanya nyeri 2. Ajarkan relaksasi napas dalam saat timbul nyeri 3. Motivasi klien untuk melakukan mobilisasi bertahap 4. Berikan posisi nyaman untuk klien 5. Bimbing klien untuk memenuhi kebutuhan dasar 6. Kolaborasi pemberian analgetik Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 No 2 Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas dan kurang pengetahuan ibu (NANDA, 2014). Tujuan & Kriteria Hasil Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pada Ny. A,klien dan bayi akan mengalami keefektifan pemberian ASI. Kriteria Hasil: Kesejajaran dan pelekatan yang benar antara bayi dan payudara Bayi dapat mencengkeram dan mengompresi areola dengan tepat Bayi dapat mengisap dan menempatkan lidah bayi dengan benar Suara menelan yang dapat didengar Minimal menyusui delapan kali perhari (atau sesuai permintaan) Kepuasan bayi setelah menyusu Kenaikan berat badan sesuai usia Ibu tidak mengalami nyeri tekan pada puting Ibu mengenali isyarat lapar dari bayi dengan segera Intervensi 1. Siapkan ibu untuk menyusui bayinya 2. Kaji pengetahuan ibu tentang proses laktasi dan menyusui 3. Perbaiki salah konsepsi dan informasi mengenai produksi ASI 4. Informasikan tentang pola buang air besar dan buang air kecil bayi yang menjadi tolok ukur kecukupan nutrisi bayi. 5. Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara dan massase payudara agar produksi ASI maksimal 6. Dorong ibu untuk menyusui sesuai keinginan bayi (min Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Rasional 1. Pastikan bahwa klien benarbenar ingin menyusui anaknya dan ikhlas 2. Seberapa jauh pengetahuan klien tentang laktasi akan mempengaruhi rencana intervensi dan cara penyampaian 3. Setelah mengetahui seberapa jauh pengetahuan klien tentang laktasi, nilai konsep klien tentang laktasi dan perbaiki konsep yang salah 4. Informasi tentang pola BAB dan BAK bayi merupakan indikator yang mudah digunakan oleh klien untuk menentukan pakah ASI yang diberikan cukup atau tidak 5. Rangsangan dengan melakukan massase pada payudara serta sentuhan pada puting akan menstimulasi reseptor pada ujung puting yang akan menyampaikan impuls ke otak dan memerintahkan hipotalamus untuk memproduksi ASI 6. Menyusui sesering mungkin akan lebih baik, terutama bagi No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi 2 jam sekali) anjurkan untuk tidak memberikan makanan tambahan 7. Anjurkan kepada ibu untuk memompa asi secukupnya untuk mengurangi kongesti payudara dan memungkinkan puting menonjol 8. Tawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu menyusui Rasional bayi prematur dan BBLR 7. Menurunkan risiko breast engorgement 8. Nutrisi cukup sebelum menyusui akan menambah produksi Lampiran 6 Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN POSTOPERASI Waktu 14 Mei 2014 (shift pagi) Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). Implementasi Evaluasi 1. Mengkaji skala nyeri, lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat 2. Mengajarkan relaksasi napas dalam saat timbul nyeri 3. Memberikan motivasi klien untuk melakukan mobilisasi bertahap, latihan duduk ditempat tidur 4. Memberikan posisi nyaman untuk klien 5. Membimbing klien untuk memenuhi kebutuhan dasar 6. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik (Pronalges Suposioria 3x10 Subjektif: - klien mengatakan nyeri di daerah luka operasi VAS 4. Objektif - klien tampak meringis kesakitan - klien tampak berhati-hati saat akan menggerakan badannya untuk miring kanan/kiri - tampak luka operasi SC - klien terpasang DC - IV line terpasang asering 20 tpm - Therapi pronalges sup. Analisis : Nyeri akut teratasi sebagian Plenning : - Observasi TTV - Kaji tingkat nyeri, - Motivasi utk lakukan teknik relaksasi tarik napas dalam, - Ajarkan teknik valsava manuver, - Anjurkan mobilisasi bertahap. 14 Mei 2014-07- Ketidakefektifan pemberian (shife pagi) ASI berhubungan dengan prematuritas dan kurang pengetahuan ibu (NANDA, 2014). 1. Mempersiapkan ibu untuk menyusui bayinya, niat, keinginan, dan usaha ibu untuk menyusui 2. Mengkaji pengetahuan ibu Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Subjektif: - Klien mengatakan ASI nya baru keluar sedikit - Klien mengatakan tidak menerti bagaimana posisi menyusui yang Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi tentang proses laktasi dan menyusui 3. Memperbaiki konsepsi yang salah tentang proses menyusui dan produksi ASI 4. Meyakinkan klien bahwa setiap ibu mampu menyusui 5. Membimbing klien menyusui bayinya Evaluasi - benar Klien mengatakan saat anak yang pertama hanya 3 bulan menyusui dan anak ke dua 6 bulan. Objektif : - Klien tampak kaku saat memposisikan bayi untuk menyusu, perlekatan bayi tidak benar - Bayi tampak tidak puas - Rewel dan menangis, saat menyusu bayi terdengar suara bunyi bukan suara menelan air. Analisis : - Ketidakefektifan pemberian ASI belum teratasi Plenning : Berikan informasi tentang teknik menyusui yang benar - Tingkatkan rasa percaya diri ibu bahwa bisa memberikan ASI pada bayinya - Ajarkan dan demonstrasikan posisi menyusui yang benar - Ajarkan dan bantu bayi saat perlekatan - Ajarkan ibu untuk cukup istirahat, makan dengan gizi seimbang dan Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi tidak cemas agar berproduksi banyak 15 Mei 2014 (Shift Pagi) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). ASI nya 1. Mengkaji tingkat nyeri klien Subjektif : 2. Evaluasi redemonstrasi teknik - Klien mengatakan nyeri mulai relaksasi untuk mengurangi nyeri berkurang VAS 1 3. Motivasi klien untuk mobilisasi - Klien mengatakan baru mengetahui 4. Memberi penjelasan proses mules proses involusi yang involusi uteri saat menyusui dialaminya. 5. Kolaburasi pemeberian therapi analgesik. Objektif : - Klien mampu melakukan teknik relaksasi - Wajah klien tampak mulai rileks - Klien kooperatif saat di berikan asuhan keperawatan, - Klien tampak mobilisasi menyusui bayinya. Analisis : - Nyeri akut mulai teratasi. Plenning : - Observasi TTV - Kaji tingkat nyeri klien - Memotivasi klien untuk melakukan teknik relaksasi, - Motivasi klien untuk mobilisasi. Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Waktu 15 Mei 2014 (Shift Pagi) Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas dan kurang pengetahuan ibu (NANDA, 2014). Implementasi Evaluasi 1. Ajarkan dan demonstrasikan Subjektif : kembali posisi yang benar saat - Klien tampak antusias untuk menyusui menyusui bayinya. 2. Bantu klien saat menyusu dengan posisi yang yaman dan benar Objektif: 3. Anjurkan pada klien untuk - Klien kooperatif saat diajarka menyusui dengan kedua - Klien tampak memposisikan bayi payudaranya dengan benar saat menyusu 4. Ajarkan tanda-tanda bayi sudah - Perlekatan bayi pada payudara puas menyusu. tampak benar - Bayi tampak tenang. Analisis : - Ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. 16 Mei 2014 (Shift Pagi) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014). Plenning: - Motivasi ibu untuk menyusui - Bantu dan instruksikan klien untuk menyusui dengan posisi yang benar - Anjurkan klien untuk makan dan minum yang cukup - Evaluasi pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bayi sudah puas menyusui. 1. Evaluasi redemonstrasi teknik Subjektif : relaksasi - Klien mengatakan nyeri sudah 2. Motivasi klien untuk mobilisasi. berkurang VAS 1. Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Objektif : - Klien mampu mengatasi nyeri dengan teknik napas dalam - Wajah klien tampak rileks - Mobilisasi klien aktif - Luka operasi tidak ada tanda infeksi. Analisis : - Nyeri akut teratasi. Plenning : - Ajarkan pada klien perawatan luka operasi selama dirumah - Ajarkan untuk mengenal adanya tanda-tanda infeksi pada luka operasi. 16 Mei 2014 (Shift Pagi) Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas dan kurang pengetahuan ibu (NANDA, 2014). 1. Evaluasi cara menyusui Subjektif : 2. Ajarkan cara enyimpan dan - Klien senang diajarkan cara memerah payudara masase dan memeras ASI 3. Ajarkan klien massase payudara. - Klien mengatakan terasa sakit saat dilakukan pemerahan payudaranya. Objektif - : ASI klien tampak banyak keluar didapatkan 50 cc setelah diperah - Payudara klien tampak mulai lunak - Klien merasa nyaman setelah Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014 Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi diperah payudaranya tidak terlalu kencang. Analisis : - Ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. Plenning: - Evaluasi pada klien cara masase payudara dan cara memerah ASI - Motivasi ibu untuk menyusui dengan kedua payudaranya. Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014