UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA Ny. D G3P2A0 PRE DAN POST SC
DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
OLEH
NENENG HERAWATI
110 613 0002
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
DEPOK
JULI 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA Ny. D G3P2A0 PRE DAN POST SC
DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners
OLEH
NENENG HERAWATI
110 613 0002
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
DEPOK
JULI 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
anugerahNya penulis dapat menyelesaikan Karya ilmiah akhir ners dengan judul
“Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaaan Pada
Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini”.
Karya ilmiah akhir ners ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Program Studi Profesi Ilmu Keperawatan di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penyusunan Karya ilmiah
akhir ners ini dapat terlaksana atas bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama
dari berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan
terima kasih kepada :
1. Ibu Tri Budiati S.Kep.,M.Kep., Sp.Kep. Mat selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
2. Ibu Kuntarti S,kp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 dan
Profesi Ners FIK.
3. Ibu Fajar Waluyanti S.Kp.,M.Kep., selaku koordinator MA PKKKMP
dan KIAN, sekaligus Penanggungjawab Profesi/Sekretaris Program Studi
Ners FIK UI.
4. Ibu Wiwit Kurniawati, M.Kep., Sp. Mat selaku penguji yang telah
memberi masukan, bimbingan, dan motivasi dan menjadi fasilatator serta
pembimbing di keperawatan maternitas.
6.
Kepala
ruangan
dan
perawat
Mangunkusumo Jakarta Pusat
Ruang
Kebidanan
RS
Cipto
yang telah mendukung praktik profesi
sehingga berjalan dengan lancar.
7. Seluruh staf pengajar Program Sarjana Keperawatan atas segala
bantuan, ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama masa
pendidikan.
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
8. Sahrudin, Najwa Syah Nabilah, dan Irsyad Syah Haidar (Suami dan
anak tercinta) yang selalu memberikan dorongan , semangat dan
mendo’akan keberhasilan yang tiada habisnya.
9. Terima kasih pada ibunda tercinta yang selalu memberi dukungan dan
doa yang tiada hentinya.
10. Rekan-rekan seperjuangan Ekstensi Angkatan 2011 dan Reguler
Angkatan 2008, ( Ana Nurjanah, Linda Ernawati, Ida Srihastuti, Sari
Nartiana, Lulu Aqilah , Kiki Rachmanisa, Titin Novi) yang telah banyak
memberikan dukungan dan semangat selama praktik profesi ilmu
keperawatan.
Akhirnya penulis menyadari karya ilmiah akhir ners ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis, mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
kesempurnaannya, serta semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat bermanfaat bagi
dunia keperawatan dan ilmu pengetahuan.
Depok, Juli 2014
Penulis
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul Penulisan
: Neneng Herawati
: Profesi Keperawatan
: Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaaan Pada Ny. D dengan G3P2A0 Pre
dan Post SC dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan
kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba. (2006). Penulisan karya
ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan Pada
Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan indikasi ketuban pecah dini. .
Masalah pre operasi dan post operasi ansietas, risiko infeksi, nyeri akut dan
ketidakefektifan pemberian ASI. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi
mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, melakukan, pemantauan kehamilan
selama proses persalinan dengan ketuban pecah dini, mengajarkan manajemen
laktasi. Hasil karya ilmiah ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan komprehensif.
Kata kunci: Ketuban Pecah Dini, Pre Operasi dan Post Operasi, Ny.D
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Neneng Herawati
: Profession of Nursing
: Analysis of Public Health Nursing Practice Clinic Urban
In Ms. D with G3P2A0 Pre and Post SC with Indication
Premature Rupture of Membranes
Premature rupture of membranes is rupture of membranes before there are signs
of labor and eagerly begin one hour before the in partu. Most of premature rupture
of membranes at term pregnancy occurs in more than 37 weeks, whereas less than
36 weeks is not too much. Manuaba. (2006). Writing scientific papers end aims to
provide an overview of nursing care In Ny. D with G3 P2 A0 Pre and Post SC
with Indication premature rupture of membranes. Problems preoperative and
postoperative anxiety, risk of infection, acute pain and ineffectiveness of
breastfeeding. Nursing interventions provided include teaches deep breathing
relaxation techniques, conduct, monitoring pregnancies with premature rupture of
membranes during childbirth, lactation management teaching. The results of this
paper suggest a health care institution to provide nursing care in a holistic and
comprehensive.
Keywords: Premature Rupture of Membranes, Pre and Post Surgery Operations,
Ms.D
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 6
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................ 7
BAB 2 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8
2.1 Wilayah Kota & Pengertian Kota .......................................................... 8
2.2 Kesehatan Masyarakat Perkotaan Berhubungan dengan KPD .............. 9
2.3 Adaptasi Maternal ................................................................................. 12
2.4 Pengertian Ketuban Pecah Dini. ............................................................ 17
2.5 Etiologi Ketuban Pecah Dini . ............................................................... 17
2.6 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini .................................................. 19
2.7 Manifestasi Klinis .................................................................................. 19
2.8 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini .......................................................... 19
2.9 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 20
2.10 Penatalaksanaan ................................................................................... 21
BAB 3 ANALISIS KASUS
3.1 Pengkajian Pre Operasi SC .................................................................... 28
3.2 Pengkajian Post Operasi SC .................................................................. 29
3.3Masalah Keperawatan ............................................................................ 31
3.4 Rencana Keperawatan Prenatal ............................................................. 31
3.5 Diagnosis Post SC & Post SC ............................................................... 31
3.6 Kunjungan Rumah ................................................................................ 38
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktek .............................................................................. 39
4.2 Analisa Masalah Keperawatan ............................................................. 39
4.3 Analisis Intervensi Keperawatan........................................................... 43
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ............................................................. 45
4.5 Evaluasi ................................................................................................. 47
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................ 48
5.2 Saran ..................................................................................................... 49
5.2.1 Bagi Praktek Keperawatan .......................................................... 49
5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan..................................................... 49
5.2.3 Bagi Penelitian ............................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota dapat diartikan sebagai suatu daerah yang memiliki gejala pemusatan
penduduk yang merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis sosial , ekonomi , kultur, yang terdapat di daerah
tersebut dengan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya
(Bintarto, 2000). Pada ruang-ruang kota tersebut tercipta lingkungan fisik,
sebagai tempat warga kota beraktivitas, dalam bentuk yang sangat kompleks.
Berbagai kepentingan, kesibukan dan kehangatan bergelut didalamnya.
Keramaian penduduknya bukan saja karena banyaknya jumlah orang yang
menghuninya dan lalu lintas yang hiruk pikuk, melainkan juga karena irama
pertumbuhan kota itu sendiri. Keramaian itu merupakan gejala terjalinannya
sekian banyak kebutuhan dan peranan yang terdapat didalamnya. Urbanisasi
merupakan salah satu factor pemicu perkembangan kota. Urban yang tinggi
menjadikan lahan pemukiman semakin sempit, pemukiman yang padat dan
tata ruang kota yang buruk. Tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh
banyak faktor penyebab, Departemen Kesehatan, RI (2007) menyebutkan
bahwa 28% penyebab kematian ibu di Indonesia adalah karena perdarahan,
24% karena eklamsi, 11% infeksi, 8% komplikasi pada puerpureum, 5%
persalinan lama, 5% abortus, 3% obstruksi emboli dan 11% lain-lainnya.
Melahirkan adalah proses alami dalam siklus kehidupan. Namun tidak semua
persalinan terjadi secara aman sesuai usia kehamilannya, tanpa masalah pada
trimester ke tiga ataupun diakhir menjelang persalinan. Kehamilan trimester
tiga dapat terjadi masalah perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat,
penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari tangan, keluar cairan
pervaginam atau ketuban pecah dini, gerakan janin tidak terasa, dan nyeri
perut yang hebat. Kelahiran yang bermasalah dapat mengakibatkan persalinan
1 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
2 prematur diantaranya akibat perdarahan, keluarnya cairan pervaginam atau
ketuban pecah dini yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin
yang dilahirkannya.
Premature rupture of membaranes adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan ruptur spontan selaput ketuban sebelum awitan persalinan (dini)
dan sebelum aterm
(prematur). Faktor –faktor resiko yang diketahui
menyebabkan ruptur membran premature adalah riwayat persalinan prematur,
tersamar cairan amnion, janin multipel, dan solutio plasenta. Kenneth, .
Leveno, et.al. (2003). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu
. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari
37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba.
(2006).
Penyebab ketuban pecah dini yaitu belum diketahui, tetapi dapat juga
disebabkan oleh adanya penyakit seksual menular, infeksi pada vagina yang
disebabkan oleh bacteri atau kondisi saluran genital bawah yang kurang
bersih. Becmann. (2010). Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterin atau
oleh kedua faktor tersebut. Berkuranya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : Inkompetensi serviks (leher rahim),
peninggian tekanan intra uterin, penekanan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini. Misalnya : Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin
atau lebih, makrosomia, hidramnion, penyakit infeksi karena mikroorganisme,
faktor keturunan (ion Cu rendah, vitamin C rendah dan kelainan genetik).
Pengaruh
dari
luar
yang
melemahkan
ketuban
(infeksi
genetalia,
meningkatnya enzim proteolitik).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
3 Menurut World Health Organzation (WHO) tahun (2010) , 536.000
perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99 % kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian Ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450
per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian Ibu di 9
negara maju 51 negara persemakmuran. Berdasarkan SDKI (2012) rata-rata
angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup. Urutan penyebab kematian Ibu dari yang terbanyak adalah perdarahan,
eklamsi, perdarahan sebelum persalinan dan infeksi. Angka KPD di Indonesia
cukup tinggi, data dari RSCM pada bulan Pebruari
2012 sebanyak 57 dan
pada bulan Maret 2012 sebanyak 69 pasien.
Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ke empat memuat tentang
pengurangan jumlah angka kematian anak. tingginya angka kematian anak si
Indonesia pada usia hingga satu tahun menunjukan masih rendahnya status
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, rendahnya akses dan kualitas pelayanan
kesahatan ibu dan anak; serta perilaku ibu hamil, keluarga , dan masyarakat
yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Indonesia membuat
suatu program nasional untuk kesehatan anak-anak berdasarkan isu kematian
bayi dan balita tersebut. Program ini dijalankan berdasarkan pertimbangan
bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita
(AKBA).merupakan indikator yang umum untuk menentukan derajat
kesehtan masyarakat pada tingkat nasional maupun profibsi (MDGs, 2008).
Menurut Prawirohardjo, (2007) penyebab kematian maternal merupakan
suatu hal yang kompleks, yang dapat digolongkan pada faktor-faktor
reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan, dan sosial ekonomi.
Yang termasuk komplikasi obstetrik adalah
infeksi. Infeksi disini dapat
terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat
asepsis-antiseptis, karena partus lama, ketuban pecah dini, dan sebagainya.
Menurut WHO, secara garis besar terdapat empat faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu: faktor sosial- ekonomi,
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
4 dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan
ketidaktahuan perkembangan kesehatan seksual dan proses reproduksi, serta
lokasi tempat tinggal yang terpencil, faktor budaya dan lingkungan ( misalnya
praktik tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi .
Manuaba. (1999).
Hasil penelitian yang dilakukan Norwitz & Schorge (2008) dalam Ariyana,
Sayono, Kusumawati (2011) didapatkan bahwa kelahiran prematur salah
satunya disebabkan oleh ketuban pecah dini saat preterem yaitu sebesar 20%
-25 %. Damarati & Yulis Pujiningsih, ( 2012) didapatkan data dari hasil
penelitian bahwa dari 45 orang ( 24, 59%) mengalami ketuban pecah dini.
Berdasarkan data diatas didapatkan tingginya angka kejadian KPD. KPD
terjadi dikarenakan banyak faktor diantaranya dari hasil penelitian Yudin
(2008) KPD diakibatkan oleh infeksi sebesar 65 %. Hasil penelitian Fitri AS
(2010) dalam Tahir, (2012) didapatkan data 70,2 % infeksi genetalia dapat
mempengaruhi KPD. Hasil penelitian
Ning Li, Qiulan Fu, Wenhua Cai
(2013),didapatkan hasil 57 kasus (30,2%) kelahiran dengan KPD diakibatkan
karena, infeksi bakterial pada vagina yang dilakukan pemeriksaan pada sekret
vagina. Department of Obstetrics and Gynecology, Nanning Maternal and
Child Health Care Hospital, Nanning, China (2013).
1.2 Rumusan Masalah
Jumlah kasus ibu hamil dan melahirkan dengan ketuban pecah dini dari tahun
ketahun semakin meningkat baik di dunia maupun Indonesia. Resiko
kematian, berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur adalah kondisi
yang terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami ketuban
pecah dini. Bayi berat lahir rendah, bayi dengan distres pernapasan merupakan
masalah kesehatan yang terjadi pada bayi lahir dari ibu dengan kehamilan
yang disertai dengan ketuban pecah dini
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
5 Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar
ketuban pecah dini
terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu,
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2006).
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada kehamilan atrem atau ataupun pada kehamilan pretrem
Prawirohardjo, (2010).
Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan
terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di
dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Hasil data
penelitian
oleh Pujiningsih, (2012) didapatkan 24,59 % ibu bersalin
mengalami ketuban pecah dini (KPD). KPD adalah pecahnya ketuban
ditunggu sampai 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu).
Kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak
tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C),
inkompetensi servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan
selaput ketuban. Hidayat. (2009).
Pecahnya ketuban terlalu dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut
periode laten (lag period = LP ). Bil periode laten terlalu panjang dan ketuban
setelah pecah , maka akan dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan
angka kematian ibu dan anak. Suwiyoga. (2006).
Menurut Hidayat (2009) komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah
dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan,
yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada
kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolaps tali pusat.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini
preterm. Berdasarkan hal tersebut, penulis berperan sebagai perawat yang
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
6 berkemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Sehingga karya ilmiah ini disusun, sebagai upaya untuk mendapatkan
gambaran yang lebih komprehensif, dengan berfokus pada penerapan konsep
dan teori keperawatan dalam asuhan keperawatan pre dan post SC atas
indikasi KPD.
Menurut Manuaba. (2010) kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari
semua persalinan. Hasil penelitian Wahyuni (2009) dalam Pujiningsih (2012)
kejadian ketuban pecah dini di Indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari
17.665 kelahiran. Oleh karena itu sangat diperlukan
asuhan keperawatan
untuk mengatasi hal tersebut.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran
asuhan keperawatan pada Ny.D G3P2A0 dengan pre dan post sectio
caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian pada Ny. D G3P2A0 dengan pre
dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini di ruang kebidanan
lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Pusat.
b. Menggambarkan identifikasi masalah keperawatan pada kasus Ny. D
dengan G3P2A0 dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban
pecah dini di ruang kebidanan lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta Pusat.
c. Menggambarkan intervensi keperawatan pada Ny.D dengan G3P2A0
dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini di ruang
kebidanan lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta Pusat.
d. Memaparkan implementasi keperawatan pada Ny.D dengan G3P2A0
dengan pre dan post SC dengan indikasi KPD di ruang kebidanan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
7 lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Pusat.
e. Memaparkan hasil intervensi nyeri setelah post operasi SC yang telah
diberikan pada Ny. D G3P2A0
dengan pre dan post SC dengan
indikasi ketuban pecah dini di ruang kebidanan lantai 2 gedung A zona
B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat.
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap :
1. Rumah sakit/Institusi
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Rumah
Sakit bagi pengembangan asuhan keperawatan sehingga diharapkan akan
dapat meningkatkan kualitas di pelayanan lantai 2 gedung A Zona B RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat
2. Institusi pendidikan
Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai
masukan untuk mempersiapkan anak didiknya sebagai calon perawat yang
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada kasus
maternitas dengan asuhan keperawatan pada Ibu dengan G3P2A0 pre dan post
SC dengan indikasi ketuban pecah dini.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori dan konsep yang terkait dengan penulisan karya
ilmiah yang berjudul “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaaan Pada Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan
Indikasi Ketuban Pecah Dini ” .
2.1 Wilayah Kota
Wilayah/Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi. Budihardjo. (1983).
Pengertian Kota
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi
yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas
penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan
suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama,
adat, dan kebudayaan. Bintarto, (1989)
Ciri-ciri yang dimiliki sebuah kota, menurut Bintarto (1989), ciri-ciri kota
dibedakan menjadi dua sebagai berikut. Ciri-ciri fisik di wilayah kota
terdapat: Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket, tempat parkir
yang memadai, tempat rekreasi dan olahraga, alun-alun, gedung pemerintah.
Ciri-ciri sosial : Masyarakatnya heterogen, bersifat individualistis dan
materialistis, mata pencaharian nonagraris, corak kehidupannya bersifat
gesselschsft (hubungan kekerabatan pudar), terjadi kesenjangan sosial antara
golongan
masyarakat kaya dan masyarakat miskin, norma-norma agama
8 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
9 tidak begitu kuat, pandangan hidup lebih realistis, menerapkan strategi
keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat
secara tegas.
Menurut Sugiharyanto, (2006) pengertian kota. Kota merupakan tempat
pemukiman yang padat penduduknya. Masyarakat kota pada umumnya
mempunyai mata pencaharian di bidang industri , perdagangan, dan jasa.
Lahan diperkotaan biasanya memiliki ruang yang relatif sempit dibandingkan
dengan pedesaan. Penggunaan lahan yang sempit didaerah perkotaan selain
untuk pemukiman dan perumahan juga dibangun untuk pabrik, pertokoan,
tempat hiburan, penginapan serta perkantoran. Keanekaragaman aktivitas
penduduk mendorong penggunaan lahan diperkotaan lebih berperan sebagai
fungsi ekonomis.
Perkotaan merupakan daerah yang paling banyak kegiatan penduduknya, dari
aktivitas produksi sampai dengan pelayanan jasa. Adapun pusat kegiatan di
perkotaan diantaranya berikut ini : a) Sebagai pusat pemerintahan, b) Sebagai
pusat kegiatan sosial budaya (pusat kegiatan kesenian, pusat pendidikan),
sebagai pusat kesehatan, sebagi pusat pemukiman penduduk, sebagi pusat
kegiatan ekonomi dan transportasi (pusat penanaman modal dan keuangan,
pusat kegiatan transportasi, pusat komsusi dan produksi, pusat perdagangan,
pusat perindustrian Sugiharyanto, (2006).
2.2 Kesehatan Masyarakat Perkotaan Berhubungan Dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD).
Mengandung dan melahirkan adalah proses alami dalam siklus kehidupan.
Keberhasilan melalui tahapan tersebut dapat dilihat dari semakin rendahnya
angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Berdasarkan data WHO(1999) sekitar
80% kematian maternal akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan,
persalinan dan setelah melahirkan. Di dunia, setiap menit seorang perempuan
meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan persalinan. Data
Nasional tahun 2007-2008 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
10 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Urutan penyebab kematian Ibu dari
yang terbanyak adalah perdarahan, eklampsi, perdarahan sebelum persalinan
dan infeksi. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar akibat dari
adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti febris, korioamnionitis, infeksi
saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD).
KPD didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan
yang dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban pecah disebut sebagai KPD preterm jika membran
ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini sangat berbahaya karena merupakan salah satu faktor penyebab
asfiksia neonatorum dan infeksi. KPD terjadi akibat berkurangnya kekuatan
membran yang disebabkan oleh infeksi dari vagina dan servik. Kekuatan
membran ketuban juga dapat terganggu akibat pengaruh nikotin dari rokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok sangat berbahaya terhadap kehamilan
dan persalinan, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Amasha dan
Jaraeh di Jordania pada tahun (2012) dalam Muntoha, dkk. (2013) didapatkan
data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada proses persalinan dan
kondisi kesehatan bayi pada ibu perokok dibandingkan ibu bukan perokok.
Pada saat hamil, seorang ibu tidak hanya harus menjaga kesehatan dirinya
sendiri, namun juga harus menjaga kesehatan bayi yang ada dalam kandungan
nya. Apalagi seorang ibu memiliki masalah kesehatan, bukan tidak mungkin
masalah tersebut juga nantinya akan berdampak langsung pada bayinya.
Salah satu yang menjadi masalah pada ibu hamil terutama diperkotaan saat ini
adalah banyaknya paparan polusi udara. Hasil penelitian Wahyuningsih, dkk
(2013) didapatkan 71,4 % pasien memilki riwayat suami merokok. Paparan
asap rokok merupakan salah satu faktor resiko pada ibu hamil yang dapat
terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Data di atas menjelaskan bahwa
kekuatan membran amnion juga bisa terganggu karena efek dari nikotin dari
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
11 rokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah berbahaya bagi
kehamilan.
Permasalahan kesehatan perkotaan yang muncul merupakan dampak dari
pembangunan yang kurang berwawasan kesehatan, sehingga peningkatan
kesehatan masyarakat pendekatannnya tidak hanya fokus pada pada
pelayanan kesehatan semata serta hanya menekankan kondisi sehat atau sakit
fisik secara medis saja, teteapi kepada seluruh aspek yang mempengaruhi
kesejahteraaan masyarakat termasuk sarana dan prasarana lingkungan fisik
serta perilaku hidup sehat dan bersih di tempat dimana mereka tinggal (Bina
gizi dan KIA DEPKES , 2012)
Status sosial ekonomi salah satu faktor yang berperan dalam menentikan
status kesehatan seseorang adalah status sosial ekonomi (FKM, UI, 2007).
Sosisal ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam
masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan, dan
pekerjaaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk
pemeliharaaan kesehatan , Notoadmojo. (2003). Keadaaan sosial ekonomi
yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah
kesehatan yang dihadapi, hal ini karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan
dalam mengatasi berbagai masalah tersebut, Effendi Nasrul, (1998).
Menurut WHO dalam, Notoadmojo. (2003) faktor ekonomi juga berpengaruh
terhadap sesorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status
ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan
bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku
kesehatan menurut Notoadmojo. (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulasi atau aobjek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikaikan menjadi 3
kelompok : a) perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
12 usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. b) perilaku pencairan atau
penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan atau sering disebut perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behavior) perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan
atau kecelakaaan. c) perilaku kesehatan lingkungan adalah apabila seseorang
merespon lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun sosial dan budaya, dan
sebagainya.
kemungkinan
Hasil
penelitian
kontaminan
air
Weinstein.
oleh
(2008)
Nitrat
didapatkan
dapat
bahwa
mempromosikan
pengembangan terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Ada juga bukti yang
muncul bahwa spesies oksigen reaktif secara khusus mampu merusak kolagen
(melalui enzim MMP-9) di selaput janin, yang bisa pada gilirannya
menyebabkan KPD.
2.3 Adaptasi Maternal
Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama
kehamilan berlangsung banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang
wanita untuk itu diperlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai
perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi
selama
kehamilan
umumnya
menimbulkan
ketidaknyamanan
dan
kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil.
Perubahan-perubahan fisiologis selama kehamilan
diantaranya 1) Sistem
Reproduksi; Ukuran, pada ada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah
30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan
bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saati ini rahim
membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut
kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi desidua.
Berat, berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000
gram
pada akhir bulan, posisi rahim dalam kehamilan. Vaskularisasi, arteri uterin
dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya,
pembuluh darah vena mengembang dan bertambah.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
13 Serviks uteri, bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini
yang disebut dengan tanda Goodell. Ovarium Ovulasi berhenti namun masih
terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan
mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron. Vagina dan Vulva
Oleh karena pengaruh esterogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan
vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah ataiu kebiruan,
kondisi ini yang disebut dengan tanda Chadwick (Sulistyawati, 2011).
2) Sistem Urinaria, selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih),
yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat
sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat
penekanan rahim yang membesar).
3) Sistem Kardiovaskular selama
kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau
biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat sampai 3050%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia Peningkatan ini mulai terjadi
pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan
16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka denyut
jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70
kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit
jantung, ia dapat jatuh dalam keadaan decompensate cordis.
Sulistiyawati. (2011). 4) Sistem Gastrointestinal perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu
hamil adalah sebagai berikut: Trimester pertama , pada bulan-bulan pertama
kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini mungkin dikarenakan
kadar hormon esterogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus
menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang.
Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan
lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi
menimbulkan konstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama
wanita hamil. Tidak jarang dijumpai adanya gejala muntah (emesis) pada
bulan-bulan pertama kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
14 sebagai morning sickness. Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu
banyak dikeluarkan (hiperemesis gravidarum), maka keadaan ini patologik.
Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang
terjadi. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang
mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa
yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi lainnya dalah Pica
(mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi
ataupun adanya suatu tradisi Hanifa Wiknjosastro. (2002). Trimester kedua
dan ketiga biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron
yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya
tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organorgan dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan
lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian
besar hal ini terjadi pada kehamilan akibat konstipasi dan naiknya tekanan
vena-vena dibawah uterus termasuk vena honoroidal. Panas perut karena
terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus bagian
bawah, Sunarsih, (2011).
5) Metabolisme pada metabolisme mineral yang terjadi adalah sebagai
berikut: Kalsium, dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan untuk
pembentukan tulang terutama di trimester akhir dibutuhkan 30-40 gram.
Fosfor, dibutuhkan rata-rata 2 gr/hari. Air, wanita hamil cenderung
mengalami retensi air. Sulistyawati. ( 2011). 6) Sistem Muskuloskeletal
Esterogen dan progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan
ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis
untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir
kehamilan dan pada saat kelahiran. Ligamen pada simfisis pubis dan
sakroiliaka akan menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari esterogen.
Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32 minggu dan
sakrooksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai pengganti
bagian belakang. Sunarsih (2011).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
15 7) Sistem Integumen , perubahan sistem intugumen yang dirasakan ibu hamil
adalah sebagai berikut : Trimester pertama, palmar eritema (kemerahan di
telapak tangan) dan spider nevi, linea alba/nigra. Trimester kedua dan ketiga,
Chloasma dan perubahan warna areola, striae gravidarum (bulan 6-7)
Sunarsih, (2011).
8) Payudara, payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami
banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan
yang dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut : selama kehamilan
payudara bertambah besar, tegang dan berat, dapat teraba nodul-nodul, akibat
hipertropi
kelenjar
alveoli,
bayangan
vena-vena
lebih
membiru,
hiperpigmentasi pada areola dan puting susu, kalau diperas akan keluar air
susu jolong (kolostrum) berwarna kuning. Mochtar. (1998).
9) Sistem Endokrin, selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior
memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone (FSH) merangsang
folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan ovarium
di mana ia dilepaskan. Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus luteum
dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan
esterogen merangsang poliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam
upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta, yang
terbentuk secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan
terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi
esterogen dan progesterone. Sunarsih. (2011).
10) Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Berat Badan, peningkatan berat badan
selama kehamilan juga mencakup produksi konsepsi (janin, plasenta dan
cairan amniotik), dan hipertropi beberapa jaringan maternal (uterus, payudara,
darah, cadangan lemak, cairan ekstraselular dan ekstravaskular). Sebagian
besar protein terdapat pada janin, tetapi terdapat juga pada uterus, darah,
plasenta dan payudara. Sebaliknya, sebagian besar deposit lemak terdapat
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
16 pada jaringan adipose maternal, terutama regiogluteal dan paha atas, dan juga
janin yang merupakan satu-satunya hal penting utama lainnya.
11) Sistem Pernafasan, ruang abdomen yang membesar oleh karena
meningkatnya
ruang
rahim
dan
pembentukan
hormon
progesteron
menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita
hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak
oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Sulistyawati. (2011).
12) Sistem neurologi, perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat
menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular berikut:
kompresi saraf panggul atau stasis vaskular akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah, lordosis dorsolumbar
dapat menyebabkan nyeri tarikan pada saraf atau kompresi akar saraf, edema
yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome
selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median di bawah
ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai oleh parestesia
(sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada
sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku.
Tangan yang dominan biasanya paling banyak terkena, akroestesia (rasa baal
dan gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang membungkuk
dirasakan oleh beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini berkaitan dengan
tarikan pada segmen pleksus brakialis, nyeri kepala akibat ketegangan umum
timbul saat ibu merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri
kepala dapat juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan, seperti
kesalahan refraksi, sinusitis, atau migren, “nyeri kepala ringan”, rasa ingin
pingsan, dan bahkan pingsan (sinkop) sering terjadi pada awal kehamilan.
Ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural, atau hipoglikemia mungkin
merupakan keadaan yang bertanggung jawab atas gejala ini. Hipokalsemia
dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuskular, seperti kram otot atau
tetani. Sulistyawati. (2011).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
17 2.4 Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar
ketuban pecah dini
terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu,
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba. (2006).
2.5 Etiologi Ketuban Pecah Dini
Penyebab ketuban pecah dini yaitu belum diketahui, tetapi dapat juga
disebabkan oleh adanya penyakit seksual menular, infeksi pada vagina yang
disebabkan oleh bacteri atau kondisi saluran genital bawah yang kurang
bersih. Becmann. (2010). Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterin atau
oleh kedua faktor tersebut. Berkuranya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : Inkompetensi serviks (leher rahim)
inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri
atau merupakan suatu kelainan congental pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi yang berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam
masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ke tiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin dan keluarnya hasil konsepsi.
Manuaba. (2002).
Peninggian tekanan intra uterin, penekanan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini. Misalnya : Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua
janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli dapat terjadi distensi uterus
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
18 berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjad karena jumlah yang berlebihan, isi rahim yang lebih
besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan
mudah pecah. Saifudin. (2002).
Makrosomia adalah berat badan neonatus > 4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan dstensi uterus yang meningkat atau over distensi
yang menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis dan
kekuatan membrane menjadi berkurang , menimbulkan selaput ketuban
mudah pecah. Winkjosastro. (2006).
Hidramnion adalah jumlah cairan amnion > 2000 ml. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningkatan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan
mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja. Kelainan letak
janin dan rahim : letak sungsang , letak lintang. Kemungkinan kesempitan
panggul: bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).
Korioaminonitis : adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebakan oleh
penyebaran organsme vagina ke atas. Dua faktor predisposisi terpenting
adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
Penyakit
infeksi
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
sejumlah
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang
terjadi menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Faktor keturunan
(ion Cu rendah, kelainan genetik). Riwayat KPD sebelumnya. Kelainan atau
kerusakan selaput ketuban. Serviks (leher rahim) yang pendek (< 25 mm)
pada usia kehamilan 23 minggu.
Menurut Manuaba. (2006) penyebab ketuban pecah dini diantaranya : serviks
inkompeten, overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan ganda), faktor
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
19 keturunan (ion Cu rendah, vitamin C rendah dan kelainan genetik). Pengaruh
dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia, meningkatnya enzim
proteolitik). Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
disebut fase laten, makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan
infeksi,
makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin, komplikasi ketuban pecah dini makin
meningkat.
2.6 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak dibawah, biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi.
2.7 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik menurut Mansjoer. (1999) antara lain : keluar air ketuban
berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedkit-sedikit atau
sekaligus banyak, dapat disertai demam jika sudah ada infeksi, janin mudah
diraba, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering, Inspekulo tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.
2.8 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kuranya jaringan ikat dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban. Kolagen terdapat pada
lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retiluler korion dan trofoblas.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
20 Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interlukin -1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi ,
terjadi peningkaan aktivitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan , sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion /
amnion , menyebakan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Patofisiologi pada intrapartum : acending infection, pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia
luar. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran melalui infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion. Atau juga jika ibu mengalam infeksi
sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
Tindakan iatrogenik traumatik atau hygine buruk, misalnya pemeriksaan
dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan vagina yang keluar ini kecuali air ketuban mungkin
urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5 , denga kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes lakumus (tes nitrazin) ,
jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air
ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5 , darah dan infeksi vagina dapat
menghasilakan tes postif yang palsu. Mikroskopis (tes pakis), dengan
meneteskan air ketubanpada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis
.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
21 Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,
namun pada umumnya KPD sudah bisa terdagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana.
2.10
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan
menaikan insidensi bedah caesarea, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikan insidensi chorioamniontis. Kasus KPD yang
kurang bulan kalua menumpuh cara-cara aktiv harus dipastikan bahwa
tidak akan terjadi RDS, dan kalua menempuh cara konservatif dengan
maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau
keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur
kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamlan dan letak janin.
Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang
bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk
persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru
sudah matang, chorioamnionitis yang diikiti dengan sepsis pada janin
merupakan sebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan lama
pecahnya selaput ketuban aau lamanya periode laten.
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm ( > 37 Minggu). Beberapa
penelitan menyebutkan lma periode laten dan durasi KPD keduanya
mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode laten = L.P = “lag” period.
Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P nya. Pada
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
22 hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan
sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah bila dalam 24 jam setelah
kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan
induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah sectio caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.
Walapun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan
terhadap
chorioamnionitis
lebih
penting
dari
pada
pengobatannya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dlakukan.
Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis
KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam
kemungkinan infeksi mungkin telah terjadi , proses persalinan umumnya
berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan berperan
aktif, (induksi persalinan) segera dberikan atau ditunggu 6-8 jam dengan
alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan
mempersingkat periode laten, durasi KPD dapat diperpendek sehngga
resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan janin, ibu dan jalannnya proses persalinan berhubungan
dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan
komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses
persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi
dilakukan dngan memperhatikan bishop score jika > 5 induksi dapat
dilakukan, sebaliknya < 5 dilakukan pematangan serviks, jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan sectio cesarean.
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterem ( < 37 Minggu). Pada
kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebgai profilaksi penderita perlu
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
23 dirawat di rumah sakit, ditidurkan didalam posisi trendelenberg, tidak
perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan
diusahakan
bisa
mencapai
37
minggu,
obat-obatan
ultranelaksen atau tocolitic agar diberikan juga tujuan menunda proses
persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatifdengan pemberian kortikosteroid pada
penderita
KPD
kehamilankurang
bulan
adalah
agar
tercapainya
pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan
konservatif muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi
persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai
usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jelas merangsang
timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang
tidak ringan.
Komplikasi-komplikasi yag dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani
uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban,
dan juga mungkin terjadi
intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan
dengan tindakan bedah cesarean hendaknya. Seperti halnya pada
pengelolaan KPD yang cukup bulan, tindakan bedah cesarean hendaknya
dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya
ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin,
partus tak maju, dll.
Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.
Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabkna komplikasi
yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat, sehingga
dikatakan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan kewaspadaan
terhadap kemungkinan infeksi intaruterin. Sikap konservatif meliputi
pemeriksaan lekosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital
terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin,
pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
24 setiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterem KPD telah
dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. (8) The National
Institutes of Health (NIH) telah merekomondasikan penggunaan
kortikosteroid pada preterem KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang
tidak ada infeksi intraamnion. Sediaan terdiri atas betametason 2 dosis
masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexsametason 4 dosisi masingmasing 6 mg tiap 12 jam.
Menurut Clinical Guidelines. (2012), manajemen KPD dipengaruhi oleh
usia gestasi, adanya infeksi, tenaga kerja, dan munculnya gejala
mencurigakan pada fetal.
Pengkajian dan perawatan antenatal maternal
Observasi: 1) Setelah pendaftaran, lakukan pengkajian dasar pada suhu,
nadi, tekanan darah, aktivitas uterus, vaginal discharge, dan urinalisis, 2)
Observasi selanjutnya: ke satu, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal
discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, kedua , 2 kali sehari: DJJ,
ketiga, setiap hari: tekanan darah dan kaji aktivitas usus. Tes patologi:
Pada saat pendaftaran sudah diduga KPD: 1)
Kumpulkan full blood
picture (FBP), 2) C-reactive protein jika diindikasikan, 3) Urine tengah, 4)
Low vaginal swab dan/atau endoservical swab.
Edukasi maternal: Ajari ibu tentang personal hygiene termasuk mengganti
pembalut setiap 4 jam atau sebanyak yang dibutuhkan. dan tidak
dianjurkan menggunakan tampon, anjurkan latihan kaki sesering mungkin
dan ajarkan ibu menggunakan graduated compressions hingga mobilitas
kembali normal. Elastic compression stockings digunakan untuk mencegah
deep vein thrombosis, jadwalkan dengan dokter anak saat usia gestasi <32
minggu atau selama kehamilan jika ada komplikasi. Diskusikan
manajemen anak premature, seperti metode memberi makan, NICU, faktor
risiko, dan hasil yang dicapai. Jadwalkan ibu dan kelurga tentang NICU,
informasikan ibu tentang sumber pelayanan informasi kesehatan atau tanya
ke perawat/bidan, hindari ibu melakukan hubungan seksual jika KPD.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
25 Manajemen KPD
Setelah dikonfirmasi bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini, usia
gestasi harus dipastikan terlebih dahulu. Kemudian, ibu diberikan hidrasi
dan antibiotic, serta janin selalu dimonitor. Sekitar 96.5% janin dengan
usia gestasi 32 minggu atau lebih memiliki kematangan paru-paru dan
lebih dapat bertahan hidup. Jika dalam 72 jam tidak ada tanda-tanda akan
melahirkan, maka ibu harus diberi induksi melahirkan. Hanya sedikit KPD
premature mencapai kematangan paru dan dapat bertahan hidup. Uterus
adalah inkubator yang terbaik bagi janin. Dengan cara memonitor tandatanda komplikasi pada janin, yang berhubungan dengan sepsis, penurunan
volume cairan amnion, dan distres janin, proses kelahiran dapat ditunda
hingga janin mencapai kematangan paru.
Pasien dengan KPD yang mengalami penundaan kelahiran tidak hanya
memerlukan pelvic rest (tidak ada pemeriksaan vaginal, tidak hubungan
seksual), tetapi juga perlu pemeriksaan suhu dan nadi 4x/hari, jumlah
pergerakan janin setiap hari, dan jumlah sel darah putih serta nonstress
tests 2x/minggu., serta pemeriksaan speculum steril. Antibiotic yang
diberikan dapat memperpanjang kehamilan dan meningkatkan hasil yang
maksimal bagi ibu dan janin. Korticoid bermanfaat untuk KPD. Profilaksis
surfaktan dapat meningkatkan hasil yang maksimal pada janin premature.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen terapi pada ketuban Pecah Dini: Konservatif : rawat rumah
sakit dengan tirah baring, tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin,
umur kehamilan kurang 37 minggu, antibiotik profilaksis dengan
amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari, memberikan tokolitik bila ada
kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan
fungsi paru janin, jangan memeriksakan pemeriksaan dalam vagina
kecuali ada tanda-tanda gawat janin, melakukan terminasi kehamilan bila
ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin, bila dalam 3 x 24 jam tidak ada
pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
26 bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi
kehamilan.
Aktif, bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan, induksi atau akselerasi persalinan, lakukan sectio
cesarean bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan,
lakukan sectio histrektomi bila terdapat tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban.
Yang harus segera dilakukan : pakai pembalut tiap keluar banyak atau
handuk yang bersih, tenangkan diri jangan bergerak terlalu banyak pada
saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri. Yang tidak boleh dilakukan :
tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi
kuman, jangan bergerak mondar-mandir atau berlari kesana kemari, karena
air ketuban akan terasa keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal
supaya lebih tinggi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
BAB 3
ANALISIS KASUS
3.1 Pengkajian Pre Operasi SC
Klien yang dikelola adalah Ny. D , berusia 33 tahun, pendidikan sekolah
dasar (SD), masuk rumah sakit tanggal 12 Mei 2014, masuk dengan diagnosa
G3P2A0 hamil 38 minggu dengan ketuban pecah dini 24 jam , HPHT tanggal
15-08-2013 dan riwayat perdarahan pasca diurut perutnya. Keluhan utama
masuk keluar air-air dari jam 12. 00 wib. Sejak usia kehamilan 34 minggu
keluar darah pervaginam setelah diurut perutnya , lalu di rawat karena
perdarahannya itu , klien mengatakan setelah diurut perutnya malamnya
keluar darah. Klien di rawat di rumah sakit Budi Asih 4 hari kemudian
perdarahan lagi dirujuk ke RSCM dan di RSCM dirawat 3 hari. Saat klien
dirawat sudah dilakukan pematangan paru pada janin. Klien tidak mengaku
kepada dokter bahwa dirinya pernah diurut perutnya sehingga terjadi
perdarahan. Diagnosa medis selama klien dirawat karena perdarahannya
dengan palsenta previa totalis tetapi hasil USG fetomaternal di RSCM tidak
ada plasenta previa. Pada tanggal 12 Mei 2014 klien mengeluh keluar air-air
dari kemaluannya yang terus menerus sehingga klien periksa ke poli
kebidanan RSCM.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 12 Mei 2014 didapatkan data
kesadaran compos mentis , berat badan saat kaji 65 Kg, tinggi badan 150 cm,
suhu 37 ◦ C, pernapasan 16 x/ menit, nadi 88 x/menit, dan tekanan darah
120/80 mmHg. ANC selama kehamilan 5 kali pemeriksaan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik head to toe diperoleh hasil bahwa kulit kepala bersih,
distribusi rambut merata, rambut hitam tipis panjang, konjungtiva tak anemis,
warna pink, sklera tak ikterik, membran mukosa merah, bentuk dada simetris,
bunyi napas vesikuler,bunyi jantung S1 dan S2 normal, CRT < 2 detik,
payudara membesar, puting menonjol, abdomen membuncit, tampak striae ,
tampak linea nigra, TFU 37 cm, kontraksi tidak ada, bising usus ada, ± 5 – 8
x/menit, Leoplod I TFU 37 cm, Leoplod II kanan teraba bagian kecil,
Leopold III teraba kepala di bagian bawah , sudah masuk PAP, Leopold IV
27 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
28 bagian yang masuk PAP sudah 4/5. Denyut jantung janin 140 x/ menit.
Genetalia vagina tidak ada varises, flour albus positif, warna agak
kekuningan, bau tidak ada, konsistensi encer. Ekstremitas bawah tidak ada
varises, edema tidak ada. Klien mengeluh saat masuk rumah sakit keluar airair pervaginam sejak tanggal 11 Mei 2014 jam 12.00 wib.
Hasil USG Fetomaternal di RSCM tanggal 2 April 2014 didapatkan hasil :
hamil 36 minggu dengan pertumbuhan dan aktifitas janin normal, plasenta
letak normal. Tidak tampak tanda hipoperfusi. Indeks cairan amnion (ICA) :
13 cm. Hasil laboraturium tanggal 13 Mei 2014 Hb : 11,2 g/dl, Ht: 33,5 ,
Leukosit : 12,3 1000/UL , Trombosit : 360 1000/UL, MCV/VER ; 80,1 fL,
MCH/HER : 26,8 pg, MCHC/KHER : 33,4 g/dl. Therapi saat klien dikamar
bersalin ampicilin sulbactan 4x1,5 mg IV dan misoprostol 4x25 mg per
vaginam. Klien dilakukan pemantauan CTG pada janin. Hasil USG ulang di
kamar bersalin ICA 6,94 cm.
Analisa Data
Data subjektif ; klien mengatakan khawatir dengan persalinannya ini , klien
mengatakan khawatir dengan kondisi kesejahteraan janinnya. Data objektif ;
wajah ibu tampak tegang, klien selalu bertanya tentang proses persalinannya,
TD 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 16x/menit, suhu 36,5 derajat
celcius. Klien tampak memegangi perutnya, klien dianjurkan bedrest. Diagnosa
yang didapatkan ansietas. Data subjektif ; klien mengatakan air ketubannya
masih keluar sedikit sedikit. Data objektif ; tampak rembesan air ketuban saat
inspeksi
pervaginam,
cairan
berwarnah
jernih,
tidak
berbau,
klien
menggunakan under pat. Suhu tubuh klien 36,5 derajat celcius, Leukosit : 12,3
1000/U, DJJ 143 x/mnt. Diagnosa yang dapat ditegakan resiko infeksi
3.2 Pengkajian Post Operasi SC
Ny. D tanggal 14-05-2014 jam 03.45-04.45 wib dilakukan SC a/i KPD 24
jam , oligohidramnion. Jenis kelamin bayi laki-laki, BBL 2600 gr, PB 46 cm,
A/S 9/10, LP 26 cm, LK 20 cm setelah operasi SC ibu dilakukan pemasangan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
29 kontrasepsi IUD jenis coppert T. Riwayat menyusui pada anak ke satu dan
kedua selama 6 bulan. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu didapatkan
anak pertama lahir tahun 1999 jenis kelamin perempuan BBL 2900 gr sehat ,
anak kedua lahir tahun 2007 jenis kelamin laki-laki BBL 3100 gr sehat. Status
obstetrik P2 A0, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 120/70
mmHg, nadi 86 x/ menit, pernapasan 16 x/ menit, suhu 36,8 derajat celcius.
Therapi pycin 4x 1,5 gr, metronidazole 3x500 mg, pronalges sup 3x1.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik head to toe diperoleh hasil bahwa kulit
kepala bersih, distribusi rambut merata, rambut hitam tipis panjang,
konjungtiva tak anemis, warna pink, sklera tak ikterik, membran mukosa
merah, bentuk dada simetris, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2
normal, CRT < 2 detik, payudara membesar, puting menonjol, ASI keluar
sedikit. Abdomen tampak luka operasi, tampak rembesan darah pada verban,
kontraksi uterus keras, posisi tengah, 2 jari bawah pusat, diastasis rektus
abdminis 2 jari, kandung kemih kosong . Lochia rubra positif 40 cc, varises
tidak ada, hemoroid tidak ada. Ekstremitas tidak ada edema, tanda Homans
tidak ada.
Eliminasi kebiasaan BAK 5-7 x/hari, BAK saat ini masih menggunakan
kateter (DC), kebiasaan BAB 1x/ hari, BAB saat ini belum, konstipasi tidak
ada. Isirahat dan kenyamanan untuk kebiasaan tidur lama 8 jam pola tidur saat
ini baik. Mobilisasi dan latihan tingkat mobilisasi miring kanan dan kiri di
tempat tidur, latihan/senam tidak dilakukann. Nutrisi dan cairan asupan nutrisi
klien 3x/ hari nafsu makan baik, asupan cairan 8-10 gelas/ hari cukup.
Keadaan mental adaptasi psikologis baik, penerimaaan terhadap bayi baik
suami sangat mengharapkan kelahiran anak ini karena dari pernikahan
sebelumnya suami klien belum mempunyai keturunan.
Analisa Data
Data subjektif ; klien mengatakan nyeri dan sakit pada luka operasinya, klien
mengatakan setelah dipijat oleh dokter secara tiba-tiba klien menangis
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
30 kesakitan dan marah . Data objektif ; klien tampak meringis kesakitan, wajah
klien tampak tegang, klien tampak menangis, VAS 5. TD 110/70 mmHg, nadi
80 x/mnt, pernapasan 16x/mnt. Diagnosa yang dapat ditegakan yaitu nyeri
akut. Data subjektif ; klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui
dengan posisi yang benar, klien mengatakan kedua anaknya dirawat oleh
ibunya. Klien mengatakan anak pertamanya hanya 3 bulan menyusu dan anak
keduanya 6 bulan. Data objektif ; bayi tampak tidak puas setelah menyusu,
perlekatan bayi saat menyusu tidak benar, bayi tampak rewel menangis.
Diagnosa yang dapat ditegakan yaitu ketidakefektifan pemberian ASI.
3.3 Masalah Keperawatan
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian Ny. D dikelompokan dalam analisa
data. Hasil analisa data menunjukan adanya beberapa masalah pada kasus Ny.
D yaitu ansietas pada saat pre operasi SC dan resiko infeksi, diagnosa setelah
post operasi SC yaitu nyeri akut dan
ketidakefektifan pemberian ASI.
Adapun masalah keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah ansietas,
nyeri, resiko infeksi dan ketidakefektifan pemberian ASI.
3.4 Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan prioritas
masalah
keperawatan maka rencana keperawatan yang disusun adalah
sebagai berikut :
3.5 Diagnosa Pre Operasi SC
Diagnosis 1 : Ansietas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
ansietas berkurang atau hilang dengan kriteria hasil, Klien akan : Menunjukan
aktivitas
yang
dibutuhkan
meskipun
ada
kecemasan,
menunjukan
kemampuan untuk berfokus pada diri, tidak menunjukan pengtahuan dan
keterampilan yang baru, mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator
ansietas
pasien
sendiri,
tidak
menunjukan
perilaku
agresif,
mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
31 Intervensi Keperawatan : Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
setiap, selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum
dimiliki, untuk mengurangi ansietas di masa lalu sediakan informasi faktual
menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis, ajarkan dan instruksikan
pasien untuk penggunaan teknik relaksasi, jelaskan prosedur yang dilakukan
terhadap pasien, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur,
berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan ansietas, yakinkan pasien kembali dengan
menyentuh, saling memberi empatik secara verbal dan nonverbal.
Implementasi : mengkaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
setiap, selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum
dimiliki, untuk mengurangi ansietas di masa lalu sediakan informasi faktual
menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis, mengajarkan dan meng
instruksikan pasien untuk penggunaan teknik relaksasi,
menjelaskan
prosedur yang dilakukan terhadap pasien, termasuk sensasi yang biasanya
dirasakan selama prosedur, memberikan dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas,
meyakinkan pasien kembali dengan menyentuh, saling memberi empatik
secara verbal dan nonverbal.
Evaluasi : Hari Selasa Tgl 13 Mei 2014
S: klien mengatakan khawatir dengan kesejahteraan janinnya, klien bertanya
kondisi kehamilannya. O: klien tampak tegang wajahnya, klien mampu
melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam yang telah diajarkan ,TD:
120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, P: 16x/mnt, suhu: 36,5 derajat celcius, klien
mengatakan air ketubannya masih keluar, klien terpasang vemflon, klien
dianjurkan bedrest. A: Ansietas berhubungan dengan proses persalinan. P:
kaji tingkat cemas klien, evaluasi teknik relaksasi yang telah diajarkan pada
klien, beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya, beri
penjelasan tentang prosedur yg diberikan pada klien seperti pemantauan janin
melalui CTG dan dilakukannya pematangan serviks.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
32 Diagnosis 2 : Resiko infeksi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x 24 jam tanda-tanda infeksi tidak ada dengan kriteria hasil :
leukosit normal dibawah (10.000), suhu normal 36-37 derajat celcius, tidak
ada kemerahan, tidak ada bengkak, tidak ada perubahan fungsi
Intervensi : observasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal
discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat
sampai ketuban berhenti mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam,
pantau DJJ , kolaburasi dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya
tanda-tanda infeksi, kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya
ketuban.
Implementasi :mengobservasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi,
vaginal discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, memotivasi klien
untuk dirawat sampai ketuban berhenti mengalir, memberikan perawatan
perineal setiap 4 jam, memantau DJJ , berkolaburasi dan memantau adanya
peningkatan leukosit dan adanya tanda-tanda infeksi, berkolaburasi
pemberian antibiotik, mencatat waktu pecahnya ketuban.
Evaluasi Hari Selasa Tanggal 13 Mei 2014, Jam 10.00 wib
S: klien mengatakan dari vaginanya masih keluar air-air. O: inspeksi pada
vagina tampak keluar rembesan air ketuban, klien bedrest, DJJ 140x/mnt,
TD: 120/80 x/mnt, N:88x/mnt, S: 36,5 derajat celcius, klien mendapatkan
ampicilin sulbaktan 4x1,5 gr. A: Resiko infeksi teratasi sebagian.
P:
observasi TTV klien setiap 4 jam, pantau pengeluaran air ketuban
pervaginam,warna dan baunya, pantau DJJ, kolaburasi dalam pemberian
antibiotik.
Diagnosis Post Operasi
Diagnosis 3 : Nyeri Akut. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3x 24 jam nyeri akut berkurang atau hilang dengan kriteria hasil ; Klien akan
: Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan, mempertahankan tingkat nyeri pada skala 1 atau kurang ( skala
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
33 1-10 ), mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mencegah nyeri, menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik
ataupun non analgesik secara tepat.
Intervensi keperawatan : Kaji nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya
dengan menggunakan skala nyeri 0-10, ajarkan teknik mengurangi rasa nyeri
dengan nonfarmakologi seperti : hipnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi,
terapi bermain, terapi aktivitas kompres hangat atau dingin serta masase,
berikan posisi yang nyaman menurut klien, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi analgetik jika dengan non farmakologi tidak berhasil.
Implementasi : mengkaji nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya
dengan menggunakan skala nyeri 0-10, mengajarkan teknik mengurangi rasa
nyeri dengan nonfarmakologi seperti : hipnosis, relaksasi, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas kompres hangat atau dingin serta
masase, memberikan posisi yang nyaman menurut klien,
berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik jika dengan non farmakologi
tidak berhasil.
Evaluasi: Hari Rabu Tgl 14 Mei 2014, Jam 11.00 wib
S: klien mengatakan nyeri di daerah luka operasi VAS 4. O: klien tampak
meringis kesakitan, klien tampak berhati-hati saat akan menggerakan
badannya untuk miring kanan/kiri, tampak luka operasi SC, klien terpasang
DC, IV line terpasang asering 20 tpm, therapi pronalges sup. A: nyeri akut. P:
Observasi TTV, kaji tingkat nyeri, motivasi utk lakukan teknik relaksasi tarik
napas dalam, ajarkan teknik valsava manuver, anjurkan mobilisasi bertahap.
Catatan Perkembangan Hari Kamis Tgl 15 Mei 2014 , Jam 10.00 wib
DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC VAS 2, klien mengatakan
saat berubah posisi atau mobilisasi sudah mulai berkurang nyerinya, klien
mengatakan sat menyusui perutnya terasa mules. DO: klien tampak sudah
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
34 mulai mobilisasi, klien masih tampak meringis saat bergerak, klien tampak
memegangi perutnya saat bergerak. Diagnosa : Nyeri akut. Implementasi :
mengkaji tingkat nyeri klien, evaluasi redemonstrasi teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri, motivasi klien untuk mobilisasi, memberi penjelasan
proses involusi uteri saat menyusui, kolaburasi pemeberian therapi analgesik.
S: klien mengatakan nyeri mulai berkurang VAS 1, klien mengatakan baru
mengetahui mules proses involusi yang dialaminya. O: klien mampu
melakukan teknik relaksasi, wajah klien tampak mulai rileks, klien kooperatif
saat di berikan asuhan keperawatan, klien tampak mobilisasi menyusui
bayinya. A: Nyeri akut mulai teratasi. P: observasi TTV, kaji tingkat nyeri
klien, motivasi klien untuk melakukan teknik relaksasi, motivasi klien untuk
mobilisasi.
Catatan Perkembangan Hari Jumat Tgl 16 Mei 2014, Jam 10.00 wib
DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi sudah tidak nyeri tapi tinggal
ngilu-ngilu sedikit VAS 1. DO: wajah klien tampak rileks, mobilisasi klien
tampak aktif, luka klien tidak ada rembesan. Implementasi :evaluasi
redemonstrasi teknik relaksasi, motivasi klien untuk mobilisasi.
S: klien mengatakan nyeri sudah berkurang VAS 1. O: klien mampu
mengatasi nyeri dengan teknik napas dalam, wajah klien tampak rileks,
mobilisasi klien aktif, luka operasi tidak ada tanda infeksi. A: nyeri akut
teratasi. P: ajarkan pada klien perawatan luka operasi selama dirumah,
ajarkan untuk mengenal adanya tanda-tanda infeksi pada luka operasi.
Diagnosis 4 : Ketidakeefektifan pemberian ASI , Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan ibu dan bayi akan mengalami
pemberian ASI yang efektif. Kriteria Hasil : Bayi akan menunjukkan
kemantapan menyusu seperti : (Sikap dan penempelan sesuai,
menyusu 8 kali sehari,
kepuasan bayi setelah menyusu),
minimal
ibu akan :
Mempertahankan menyusui yang efektif selama diinginkannya, mengenali
isyarat lapar dari bayi dengan segera, mengindikasikan kepuasan terhadap
menyusui, mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
35 Intervensi keperawatan : Kaji kemampuan bayi untuk menempel dan
menghisap secara efektif, kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui,
kaji keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada puting, kaji integritas
kulit puting ibu, ajurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman pada saat
menyusui, ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik menyusui yang
baik dan benar, ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik pemompaan
payudara untuk mempertahankan suplai ASI selama penundaan, edukasi ibu
tentang kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, ajarkan
dan demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care),
libatkan
keluarga sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus
menyusui. NANDA Internasional. (2010).
Implementasi : mengkaji kemampuan bayi untuk menempel dan menghisap
secara efektif,
mengkaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui,
mengkaji keterampilan ibu dalam menempelkan mulut bayi pada puting,
mengkaji integritas kulit puting ibu, mengajurkan ibu untuk mengatur posisi
yang nyaman pada saat menyusui, mengajarkan dan demonstrasikan ibu
tentang teknik menyusui yang baik dan
demonstrasikan
ibu
tentang
teknik
benar,
mengajarkan dan
pemompaan
payudara
untuk
mempertahankan suplai ASI selama penundaan,mengedukasi ibu tentang
kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, mengajarkan
dan demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care), melibatkan
keluarga sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus
menyusui.
Evaluasi Hari Rabu 14 Mei 2014, Jam 11.30 wib
S: klien mengatakan ASI nya baru keluar sedikit, klien mengatakan tidak
menerti bagaimana posisi menyusui yang benar. Klien mengatakan saat anak
yang pertama hanya 3 bulan menyusui dan anak ke dua 6 bulan. O: klien
tampak kaku saat memposisikan bayi untuk menyusu, perlekatan bayi tidak
benar, bayi tampak tidak puas, rewel dan menangis, saat menyusu bayi
terdengar suara bunyi bukan suara menelan air.
pemberian ASI. P:
A: ketidakefektifan
berikan informasi tentang teknik menyusui yang benar,
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
36 tingkatkan rasa percaya diri ibu bahwa bisa memberikan ASI pada bayinya,
ajarkan dan demonstrasikan posisi menyusui yang benar, ajarkan dan bantu
bayi saat perlekatan. Ajarkan ibu untuk cukup istirahat, makan dengan gizi
seimbang dan tidak cemas agar ASI nya berproduksi banyak.
Catatan Perkembangan Hari Kamis 15 Mei 2014, jam 10.30 wib
DS: klien mengatakan ASI nya sudah mulai keluar. DO: posisi klien saat
menyusui masih kurang tepat, perlekatan bayi belum benar, bayi tampak tidak
puas setelah menyusui , ibu menyusui hanya sebentar sehingga bayi hanya
tertidur sebentar dan menangis lagi. Diagnosa ketidakefektifan pemberian
ASI. implementasi: ajarkan dan demonstrasikan kembali posisi yang benar
saat menyusui, bantu klien saat menyusu dengan posisi yang yaman dan
benar, anjurkan pada klien untuk menyusui dengan kedua payudaranya,
ajarkan tanda-tanda bayi sudah puas menyusu.
Evaluasi: S: klien tampak antusias untuk menyusui bayinya. O: klien
kooperatif saat diajarkan, klien tampak memposisikan bayi dengan benar saat
menyusu, perlekatan bayi pada payudara tampak benar, bayi tampak tenang.
A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P: motivasi ibu untuk
menyusui, bantu dan instruksikan klien untuk menyusui dengan posisi yang
benar, anjurkan klien untuk makan dan minum yang cukup,
evaluasi
pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bayi sudah puas menyusui.
Catatan Perkembangan Hari Jumat Tgl 16 Mei 2014, Jam 10.30 wib
DS: klien mengatakan ASI nya sudah banyak, klien mengatakan belum
mengerti cara masase payudara, memerah payudara dan cara menyimpan
ASI.
DO: klien tampak menyusui bayinya , bayi tampak puas setelah
menyusu, tampak payudara klien membesar. Implementasi evaluasi cara
menyusui, ajarkan cara menyimpan dan memerah payudara, ajarkan klien
massase payudara.
Evaluasi : S: klien senang diajarkan cara masase dan memeras ASI, klien
mengatakan terasa sakit saat dilakukan pemerahan payudaranya. O: ASI
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
37 klien tampak banyak keluar didapatkan 50 cc setelah diperah, payudara klien
tampak mulai lunak, klien merasa nyaman setelah diperah payudaranya tidak
terlalu kencang. A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P:
evaluasi pada klien cara masase payudara dan cara memerah ASI, motivasi
ibu untuk menyusui dengan kedua payudaranya.
3.6 Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah dilakukan hari Selasa tanggal 20 Mei 2014 jam 10.30 wib
dirumah kontrakan kediaman Ny. D di daerah Klender Jakarta Pusat.
Lingkungan klien tampak rumahnya sangat berdempetan dan padat. Klien
tinggal di sebuah kontrakan dua petak yang terdiri dari ruang tamu kecil dan
kamar tidur yang menyatu dengan tempat menyimpan makan dan cucian dan
kamar mandi kecil dibelakangnya tanpa ada nya sekat antara tempat tidur
dengan penyimpanan piring makan dan pakain dan barang yang kotor. Data
yang diperoleh saat kunjungan rumah, DS: klien mengatakan payudaranya
agak bengkak,
klien mengatakan perban luka operasinya terbuka. DO:
payudara klien tampak sedikit bengkak, klien tampak sedang menyusui
bayinya, TD 120/70 mmHg, N 80 x/mnt, P 16x/mnt, S: 37 derajat celsius,
perban luka operasi tampak terbuka, tanda infeksi kemerahan tidak ada.
Diagnosa yang didapatkan dari data di atas ketidakefektifan pemberian ASI.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ibu dan bayi
akan mengalami pemberian ASI yang efektif. Kriteria Hasil : Bayi akan
menunjukkan kemantapan menyusu seperti : (Sikap dan penempelan sesuai,
minimal menyusu 8 kali sehari, kepuasan bayi setelah menyusu), ibu akan :
Mempertahankan menyusui yang efektif selama diinginkannya, mengenali
isyarat lapar dari bayi dengan segera, mengindikasikan kepuasan terhadap
menyusui, mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI.
Intervensi : Kaji kemampuan bayi untuk menempel dan menghisap secara
efektif, kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui, kaji keterampilan
ibu dalam menempelkan bayi pada puting, kaji integritas kulit puting ibu,
ajurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman pada saat menyusui, ajarkan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
38 dan demonstrasikan ibu tentang teknik menyusui yang baik dan
benar,
ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik pemompaan payudara untuk
mempertahankan suplai ASI selama penundaan, edukasi ibu tentang
kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, ajarkan dan
demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care), libatkan keluarga
sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus menyusui.
Implementasi :
melakukan perawatan payudara (breast care) pada klien,
ajarkan klien untuk menyusui dengan kedua payudaranya, motivasi kembali
untuk memerah ASI nya bila sudah menyusui tetapi payudara masih terasa
penuh. Evaluasi S: klien mengatakan terasa nyaman setelah dilakukan masase
payudara, O: klien tampak mendemonstrasikan massase payudara, payudara
sudah lunak, klien mampu mengulang cara menyimpan ASI di lemari es. A:
ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P: motivasi klien untuk
menyusui dengan kedua payudaranya, evaluasi cara masase payudara yang
sudah diajarkan kepada pasien.
Catatan Perkembangan Hari Kamis Tgl 22 Mei 2014 jam 11.00 wib
DS: klien mengatakan payudaranya sudah tidak bengkak. DO: payudara klien
tampak tidak bengkak, klien mampu mengulang cara masase payudara yang
sudah diajarkan, klien mampu mengulang cara pemerahan dan penyimpanan
ASI dengan benar, bayi klien tampak tenang, klien menyusui dengan posisi
yang benar. A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi. P: motivasi klien
untuk istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang, dan minum yang cukup
agara produksi ASI nya banyak.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Bab ini berisi tentang analisis situasi yang terkait dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. D dengan G3P2A0 pre dan post sc atas indikasi KPD
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Analisis situasi yang dilakukan meliputi
tentang profil lahan praktek, analisis hasil pengkajian, masalah keperawatan,
intervensi, alternatif pemecahan masalah, dan evaluasi.
4.1 Profil Lahan Praktek
Rumah Sakit UPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan salah satu rumah
sakit umum pemerintahan di Jakarta. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
terletak di jalan Diponogoro RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Pusat. Salah satu pelayanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah
pelayanan ruang rawat inap kebidanan yang terdiri dari ruang kelas, kelas II,
dan kelas III. Ruangan kebidannan ini dibagi menjadi ruang rawat obstetri,
ruang ginekologi. Gedung A Lt II zona B ruang rawat kebidanan salah
satunya ada ruang rawat kebidanan obstetri atau post partum kelas III,
ruangan ini mempunyai 4 kamar dengan kapasitas 24 tempat tidur.
4.2 Analisa Masalah Keperawatan
Hasil pengkajian dari kasus yang telah digambarkan pada bab sebelumnya
menunjukan bahwa masalah keperawatan yang ada pada Ny. D pre dan post
Sc atas indikasi KPD adalah masalah ansietas, resiko infeksi , nyeri akut,
ketidakefektifan pemberian ASI .
Masalah
ansietas diangkat karena
berhubungan dengan psikologi ibu saat menghadapi persalinan dengan
adanya masalah KPD, resiko infeksi diangkat karena persalinan dengan
disertai KPD dapat beresiko terjadi infeksi terhadap ibu dan bayi. Sedangkan
masalah nyeri akut diangkat berhubungan dengan saat proses persalinan
dengan adanya kontraksi yang berlangsung dan post SC dengan adanya luka
operasi di daerah perut yaitu diatas simpisis dan kontraksi uterus untuk proses
involusi uterus. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI diangkat karena
39 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
40 berhubungan dengan kurangnya informasi ibu mengenai manajemen laktasi
atau bagaimana pemberian ASI yang baik pada bayi.
Masalah ansietas yang diangkat pada kasus Ny. D disebakan dengan adanya
respon psikologis ibu saat menghadapi proses persalinan. Kekhawatiran
orang tua terhadap kesejahteraan bayi terlihat selama persalinan. Ny. D pada
saat persalinan juga mengkhawatirkan kesejahteraan janinnya, karena saat
klien melahirkan anak pertama dan kedua tidak mengalami hal seperti
sekarang yang dihadapi klien. Sumber stres bervariasi pada setiap individu,
tetapi nyeri dan tidak adanya pendukung merupakan dua faktor yang
mempengaruhi.
Menurut Muhoirotin. (2010) pendampingan suami sangat dibutuhkan ibu
pada proses persalinan karena dengan pendampingan suami yang maksimal
dapat menurunkan kecemasan. Kehadiran suami atau pasangan sangat
dianjurkan untuk mendampingi ibu selama persalinan karena pendekatan
langsung dapat mendorong komunikasi diantara pasangan sehingga dapat
mengatasi semua kekhawatiran.Pada kasus Ny. D dengan kondisi kehamilan
dengan adanya KPD sehingga ibu mendapatkan intervensi untuk tirah baring
selama proses percobaan induksi untuk pematangan servix.
Masalah nyeri diangkat pada kasus Ny. D pasca melahirkan dengan post SC
maka ibu akan mengalami nyeri. Tindakan operasi sectio caesarea
menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya perubahan kontuinitas
jaringan karena adanya pembedahan. Pada proses operasi digunakan anastesi
agar pasien tidak nyeri saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan
pasien mulai sadar, akan nyeri didaerah sayatan yang membuat sangat
terganggu. Whalley, dkk. (2008).
Metode non farmakologi tersebut bukan merupakan pengganti untuk obatobatan, tindakan tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri
yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal ini, terutama
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
41 saat nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari,
mengkombinasikan metode non farmakologi dengan obat-obatan mungkin
cara yang paling efektif untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non
farmakologi menjadi lebih murah, simpel, efektif, dan tanpa efek yang
merugikan. Potter. (2005).
Menurut hasil penelitian Ayudiyanningsih (2009) menyebutkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur.
Ketika seseorang melakukan relaksasi pernapasan untuk mengendalikan
nyeri, didalam tubuh tersebut meningkatkan komponen saraf parasimpatik
secara stimulan maka hormon adrenalin dan kortisol yang dapat
menyebabkan stresakan menurun sehingga meningkatkan konsentrasi serta
merasa tenang untuk mengatur napas sampai pernapasan kurang dari 60-70
x/menit . kemudian kadar PaCO2 akan meningkat dan menurunkan
pH
sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah Henderson. (2005).
Teori relaksasi pernapasan ini menjelaskan bahwa pada spinal cord , sel-sel
reseptor yang menerima stimulasi nyeri periferal dihambat oleh stimulasi dari
serabut-serabut saraf yang lain. Stimulasi yang menyenangkan dari luar juga
dapat merangsang sekresi endorfin , sehingga stimulasi nyeri yang dirasakan
oleh klien menjadi berkurang. Priharjo. (2003). Periode relaksasi pernapasan
yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan, ketegangan otot yang
terjadi akibat meningkat nyeri. Smeltzer dan Bare. (2003).
Menurut Bobak. (2005) masalah fisiologis selama beberapa hari pertama
dapat didominasi oleh nyeri akibat insisi dan nyeri dari gas di usus halus dan
kebutuhan untuk menghilangkan nyeri. Tindakan untuk mengupayakan
kenyamanan, mengubah posisi, mengganjal insisi dengan bantal, memberi
kompres panas pada abdomen, dan teknik relaksasi bisa juga digunakan.
Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang menghasilkan gas dan
minuman berkarbonat bisa mengurangi nyeri yang disebabkan gas.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
42 Masalah resiko infeksi diangkat pada kasus Ny. D disebabkan karena klien
dengan proses persalinan yang disertai KPD dapat terjadi infeksi, dimana
terjadi peningkatan leukosit 12,3 1000/U. Klien mendapatkan pemantauan
saat dikamar bersalin dengan pemberian antibiotik ampicilin sulbaktan 4x1,5
gr, setiap 4 jam dilakukan pemantauan tanda vital dan DJJ, pengeluaran air
ketuban dan klien mendapatkan terapi misoprostol 4x25 mg PV untuk induksi
persalinan sebagai penanganan persalinan dengan KPD.
Manajemen KPD menurut Clinical Guidelines. (2012) yaitu
setelah
dikonfirmasi bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini, usia gestasi harus
dipastikan terlebih dahulu. Kemudian, ibu diberikan hidrasi dan antibiotic,
serta janin selalu dimonitor. Sekitar 96.5% janin dengan usia gestasi 32
minggu atau lebih memiliki kematangan paru-paru dan lebih dapat bertahan
hidup. Jika dalam 72 jam tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, maka ibu
harus diberi induksi melahirkan.
Pasien dengan KPD yang mengalami penundaan kelahiran tidak hanya
memerlukan pelvic rest (tidak ada pemeriksaan vaginal, tidak hubungan
seksual), tetapi juga perlu pemeriksaan suhu dan nadi 4x/hari, jumlah
pergerakan janin setiap hari, dan jumlah sel darah putih serta nonstress tests
2x/minggu., serta pemeriksaan speculum steril. Antibiotic yang diberikan
dapat memperpanjang kehamilan dan meningkatkan hasil yang maksimal
bagi ibu dan janin. Korticoid bermanfaat untuk KPD. Profilaksis surfaktan
dapat meningkatkan hasil yang maksimal pada janin premature.
Masalah ketidakefektifan pemberian ASI diangkat pada kasus Ny. D
disebabkan karena klien mengutarakan sudah lupa bagaimana cara menyusui
bayi, klien tampak kaku dan tidak mengetahui posisi yang benar saat bayi
akan menyusui. Klien mengatakan saat mempunyai anak ke satu dan kedua
selalu orang tuanya yang merawat dan mengurus bayinya. Klien saat dikaji
pengetahuan tentang proses laktasi tidak mengerti. Bayi tampak menangis
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
43 dan tidak puas setelah menyusui. Klien merasa kurang percaya diri saat
menyusui.
Menurut (Johnson & Wendy, 2005 dalam Pertiwi, 2012) faktor-faktor yang
berpengaruh pada proses laktasi antara lain posisi dan fiksasi bayi yang benar
pada payudara dan frekuensi dan durasi menyusui. Selain itu, nutrisi, keadaan
kesehatan ibu baik fisik maupun psikis serta keadaan payudara juga
mempengaruhi proses laktasi.
Karena, proses laktasi merupakan hasil
interaksi kompleks antara status nutrisi, keadaan kesehatan serta keadaan
payudara ibu yang nantinya akan berpengaruh pada produksi dan pengeluaran
ASI Carpenito, (2009).
4.3 Analisis Intervensi Keperawatan
Pre operasi :
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas
pada Ny. D difokuskan pada saat ibu menghadapi proses persalinan. Dengan
diberikan penjelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya
dirasakan selama prosedur. Memberikan dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
Memberikan informasi dan melakukan pendekatan sehingga ibu dapat bekerja
sama saat proses persalinan walaupun ibu mengalami ansietas. Menurut
Bobak. (2005) jika ada waktu sebelum melahirkan perawat dapat mengajari
ibu tersebut tentang harapan pascaoperasi, cara meredakan nyeri, mengubah
posisi, batuk dan napas dalam.
Dalam perawatan pada klien, penulis melakukan intervensi-intervensi untuk
mengurangi ansietas klien dengan dengan cara mengkaji tingkat ansietas klien,
melakukan pendekatan dan memberikan penjelasan yang dilakukan terhadap
klien selama diruang bersalin terhadap prosedur yang dilakukan terhadap
klien. Memberikan penjelasan atau informasi tentang keadaan janin dan
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ansietas klien,
sehingga klien merasa lebih tenang dengan mengetahui kesejahteraan
janinnya. Diharapkan dengan distraksi (mengalihkan perhatian), klien dapat
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
44 menglihkan rasa cemas dan nyeri saat di ruang bersalin. Schneider (2000)
dalam Hayati (2009) menyebutkan bahwa intervensi distraksi efektif
dilakukan karena individu akan berkonsentrasi pada stimulus yang menarik
atau menyenangkan dari pada berfokus pada gejala yang tidak menyenangkan.
Intervensi yang dilakukan dalam mengatasi resiko infeksi pada klien
observasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge,
aktivitas uterus, dan aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat sampai
ketuban berhenti mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam, pantau
DJJ , kolaburasi dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya tanda
tanda infeksi, kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya ketuban.
Menurut Simon,et.al. (2010) pemberian antibiotik pada klien dengan ketuban
pecah dini mengurangi komplikasi akibat kelahiran prematur dan infeksi
pasca-natal dalam pengaturan berpenghasilan tinggi. Ada bukti kualitas
moderat yang, dalam pengaturan berpenghasilan rendah, di mana akses ke
intervensi lain (steroid antenatal, terapi surfaktan, ventilasi, terapi antibiotik)
mungkin rendah, antibiotik untuk KPD dapat mencegah 4% kematian neonatal
karena komplikasi prematuritas dan 8% dari mereka karena infeksi.
Data dari Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Nigeria
Teaching Hospital. (2014) fakta bahwa antibiotik profilaksisdigunakan pada
penelitiannya didapatkan angka kesakitan ibu dari 20% dan angka kematian
perinatal sebesar 8,9% yang dilaporkan. Kurangnya efektivitas antibiotik
profilaksis seperti yang tercantum dalam penelitian ini mungkin disebabkan
karena obat adultrated di lingkungan kita dan status sosial-ekonomi rendah
pasien yang terlibat.
Post Operasi :
Intervensi yang dilakukan dalam mengatasi nyeri pasca operasi pada klien
dilakukan kaji tingkat nyeri klien, mengobservasi tanda-tanda vital ,
pemberian analgetik setelah post operasi melalui supositoria sesuai program,
ajarkan dan anjurkan teknik relaksai untuk mengurangi nyeri, mengganjal luka
operasi dengan bantal. Memotifasi dan mengajarkan klien untuk melakukan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
45 ambulasi miring kiri miring kanan setelah 6 jam post op. Mengajarkan
valsafah manuver dengan menahan perut atau memegang luka operasi saat
melakukan perubahan posisi, batuk atau tertawa untuk mengurangi nyeri.
Memberikan informasi nyeri yang dirasakan disebabkan adanya luka insisi
operasi dan adanya proses involusi uterus sehingga klien akan merasakan
nyeri dan mules pada abdomen. Menjelaskan bahwa involusi uterus
merupakan proses fisiologis pada ibu yang selesai melahirkan, rasa tidak
nyaman atau kontraksi /mules saat menyusui akan dirasakan oleh klien .
Begitu juga dengan ibu yang parietasnya sudah tiga kali melahirkan akan lebih
ekstra uterus untuk kontraksi kembali ke bentuk semula sehingga ibu akan
merasakan yang namanya “after pain” . dengan memberikan penjelasan dan
informasi terhadap klien sehingga klien dapat kooperatif saat di berikan
asuhan keperawatan.
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri
Calvillo & Flaskerud. (1991) dikutip dari Potter & Perry. (2005). Adanya
orang-orang yang memberi dukungan amat berpengaruh terhadap nyeri yang
dirasakan.
Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan , bantuan
atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang
dicintai dapat meminimalkan kesepian dan ketakutan, Potter & Perry. (2005).
Sebagai perawat saat memberikan asuhan keperawatan dengan caring dapat
memberikan rasa kedekatan dan keperpercaya terhadap klien sehingga klien
merasa mempunyai teman selama di ruang rawat.
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Asuhan keperawatan pada klien persalinan secara SC,
perawat dapat
memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan kebutuhan
pengajaran klien yang melahirkan melalui sectio caesarea. Perawat dapat
menjelaskan prosedur setelah post operasi SC untuk membantu klien untuk
bekerja sama
dari pemulihannya dari pembedahan. Perawat juga dapat
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
46 membantu klien merencanakan perawatannya dan menerima kunjungan
keluarga dan teman-temannya sehingga klien dapat dapat mengatur waktu
istirahat yang adekuat.
Informasi dan bantuan dalam melakukan perawatan bayi dapat memfasilitasi
penyesuaian peran ibu. Pospartum (puerperium) adalah jangka waktu 6
minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan Bobak, (2005). Pada fase
postpartum ini klien akan meraskan nyeri, kecemasan saat merawat bayi dan
proses laktasi. Sehingga perawat perlu mengetahui fase psikologis yang
dihadapi klien saat pospartum sehingga perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dapat secara komprehensif terhadap klien.
Periode postpartum klien akan mengalami fase adaptasi psikologis yaitu fase
Taking In, Taking Hold dan Letting Go. Taking In (ketergantungan) terjadi 13 hari dimana ibu pasif dan masih dalam mengumpulkan kekuatan, diri
berfokus pada kesemubuhan diri
sendiri perlu bantuan orang lain untuk
mengatasi kondisinya, kebutuhan yang harus dipenuhi adalah makan, minum,
dan tidur yang nyenyak. Fase Taking Hold (transisi) terjadi 3-10 hari dimana
ibu mulai bersemangat dan tertarik pada bayi serta ingin merawat bayi mulai
peduli dengan diri dan mulai memenuhi kebutuhan diri dan bayinya,
kebutuhannya pemberian pendidikan kesehatan. Fase Letting Go (mandiri)
ibu dan ayah mulai berkoordinasi dalam mengurus bayi mereka, memiliki
harapan dan mimpi yang tinggi terhadap bayi mereka yang baru lahir Bobak,
(2005).
Dalam hal ini perawat merupakan sarana untuk memberikan dukungan dan
menetramkan perasaan cemas atau ansietas, selain memberikan penjelasan
yang akurat mengenai proses yang akan dihadapi pada klien intranatal dan
postpartum yaitu proses fisologi yang akan dihadapi pasien. Prosedur tindakan
intranatal, pemeriksaan diagnostik, dan rencana terapi. Oleh karena itu klien
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
47 dan keluarga perlu diberikan penjelasan mengenai setiap prosedur dan hasil
yang diharapkan dari prosedur tersebut terhadap kesejahteraan bayi dan ibu.
4.5 Evaluasi
Setelah intervensi keperawatan selama tiga hari dilakukan perawatan di ruang
postpartum didapatkan hasil bahwa masalah ansietas dapat teratasi ditandai
dengan
klien
mampu
kooperatif
saat
dilakukan
tindakan,
mampu
mempraktekan teknik relaksasi dan bersikap tenang. Resiko infeksi teratasi
dengan manajemen penanganan klien dengan KPD setelah dilakukan
pemantauan selama proses persalinan dan dilakukan induksi persalinan tetapi
karena tidak berhasil dan hasil USG ICA 6,94 cm oligohidramnion, maka
klien dilakukan persalinan dengan cara sectio caesarea. Ibu dan bayi dapat
pulang bersama dengan kondisi sehat. Nyeri dapat teratasi ditandai dengan
klien mampu melakukan teknik relaksasi dan distraksi saat menghadapi nyeri
dan melakukan teknik valsafa manufer untuk mengurangi nyeri saat
pergerakan atau perubahan posisi, tertawa, dan batuk.
Ketidakefektifan pemberian ASI dapat teratasi, ditandai ibu dan bayi merasa
puas setelah menyusui, ibu dapat memposisikan posisi yang benar saat
menyusui, bayi tampak perlekatan pada puting payudara dengan benar.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus. Harry.O & William R. F. (2010). Pada
saat setelah persalinan secara SC ini klien akan meraskan nyeri, kecemasan
saat merawat bayi dan proses laktasi.
Masalah keperawatan yang menjadi prioritas didapatkan berdasarkan data
yang
ditemukan
adalah
ansietas,
ketidakefektifan pemberian ASI.
resiko
infeksi,
nyeri
akut
dan
Intervensi keperawatan yang dilakukan
khususnya pada kasus kelolaan dengan pre dan post SC dengan indikasi KPD
meliputi : melakukan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi
untuk mengatasi ansietas dan nyeri, memberikan penjelasan tentang prosedur
tindakan yang dilakukan terhadap pasien, proses persalinan yang dihadapai
dengan adanya his yang terus-menerus sehingga menimbulkan ansietas dan
rasa nyeri. Mengajarkan teknik valsa manuver, ambulasi , edukasi tentang
manajemen laktasi dan cara perawatan bayi.
Evaluasi yang didapatkan dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan
yaitu ansietas yang dialami klien saat menghadapi proses persalinan secara
Sectio caesarea dapat berkurang.
Klien diberi intervensi keperawatan
penjelasan tentang prosedur tindakan yang dihadapi klien, sensasi yang akan
dirasakan saat dilakukan tindakan seperti dilakukan CTG, pematangan servik.
Diajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi, berikan dorongan
kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas, yakinkan pasien kembali dengan menyentuh,
saling memberi empatik secara verbal dan nonverbal.
Evaluasi yang didapatkan dari intervensi resiko infeksi observasi tanda-tanda
vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge, aktivitas uterus, dan
aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat sampai ketuban berhenti
48 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
49 mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam, pantau DJJ , kolaburasi
dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya tanda-tanda infeksi,
kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya ketuban. Klien dapat
tertangani dengan baik dan tidak terjadi infeksi pada ibu dan janin.
Nyeri akut dapat teratasi saat klien diruang perawatan post partum, dengan
diberi intervensi keperawatan mengkaji dan mengobservasi tingkat nyeri (010) pasien, mengajarkan klien teknik relaksasi seperti tarik napas dalam dan
teknik distraksi, mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan
untuk mencegah nyeri, menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan
analgesik ataupun non analgesik secara tepat.
Ketidakefektifan proses
menyusui dapat teratasi sebagian klien dapat menyusui bayi dengan posisi
yang benar dan manajemen laktasi dapat dimengerti oleh klien.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
Perawat hendaknya dapat melakukan pendekatan dengan menggunakan
asuhan keperawatan maternitas untuk mengantisipasi terjadinya ansietas,
nyeri akut dan ketidakefektifan pemberian ASI
dengan melakukan
pengkajian mengenai keadaan klien saat menghadapi pre dan post SC,
intervensi apa yang akan diberikan terhadap klien.
Perawat dapat
memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan
kebutuhan pengajaran klien yang melahirkan melalui sectio caesarea.
Perawat dapat menjelaskan prosedur persalinan secara SC untuk membantu
klien untuk bekerja sama dari pemulihannya dari pembedahan. Perawat
secara aktif melatih keterampilan dan meningkatkan pengetahuannnya
khususnya keperawatan maternitas sehingga mampu melakukan asuhan
keperawatan secara komperhensif. Selain itu perlu dilakukan pelatihanpelatihan intensif sehingga perawat dapat melakukan perawatan pada klien
dengan persalinan secara SC.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
50 5.2.2 Bagi Ilmu Keperawatan
Bagi ilmu keperawatan diharapkan dapat meningkatkan pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang asuhan keperawatan maternitas pada klien
dengan proses persalinan secara SC dan menambahkan literatur tentang
tatalaksana asuhan keperawatan pada klien dengan proses persalinan secara
SC.
5.2.3 Bagi Penelitian
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan
penelitian terkait asuhan keperawatan yang dilakukan pada ibu dengan pre
dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, S.A. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan
Bayi. Jogjakarta: Diglossia Media.
Asamoah, et.al. (2011). Distribution of Causes of Maternal Mortality among
Different of Maternal Mortality among Different Descriptive Study. BMC
Public Health
Ariyana. (2011) . Faktor resiko kejadian persalinan prematur. Fakultas Ilmu
Keperawatan
dan Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Kedung
Mundu Semarang : Indonesia. (diunduh tanggal 26-6-2014)
Bintarto. (1989). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bintarto. (2000). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Balai Pendidikan dan Pelatihan. (2007). Perencanaan Tata Ruang Wilayah
dan Kota. Yayasan Badan Penerbit. Pekerjaan Umum : Jakarta.
Beckmann. (2010). Obstetrics and gynecology. Lppincott Williams & Wilkins.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L & Jensen, M.D. (2005). Keperawatan Maternitas.
Jakarta:EGC
Carpenito, L.J. (2009).
Jakarta: EGC
Diagnosis Keperawatan Aplikasi dan Praktik Klinis.
Damarati & Yulis Pujiningsih. ( 2012). Analisis tentang Paritas dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di RSUD Sidoarjo. Universitas
PGRI Adi Buana: Surabaya
Effendy Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan MasyarakatEd.2.
Jakarta: EGC
Eko Budihardjo, Ir. (1983) Arsitektur dan Kota Di Indonesia. Yayasan Badan
Penerbit Alumni : Bandung.
M Gandhi, F Shah, C Panchal. (2012). Obstetric Outcomes In Premature Rupture
Of The Membrane (Prom). The Internet Journal of Gynecology and
Obstetrics.
Harry. O & Wlliam.R.F. (2010).
Yogyakarta: Yogyakarta
Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Andi
Hidayat, dkk. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika.
Henderson, C. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
51 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
52 Kenneth, . Leveno, et.al. (2003). Obstetri Williams Panduan Ringkas. Ed.21. Alih
Bahasa Brham.J ,Pendit. Jakarta:EGC
Lang, J. and Rothman, K.J. (2011). Field Test Results of The Motherhood Method
to Measure Maternal Mortality: Indian J Med Res
Lia, X . [et al]. (2010). Trends in Maternal Mortality Due to Obstetric
Hemorrhage in Urban, and Rural China. J. Perinat. Med.
Manuaba. (2006). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologis, Obstetri
Patologi, (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Muntoha, dkk. (2013). Hubungan Antara Riwayat Paparan Asap Rokok dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD D.r.
Soewondo:Kendal.
Notoadmojo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Ning Li, Qiulan Fu, Wenhua Cai. (2013). Cause Analysis and Clinical
Management Experience of The Premature Rupture of Membrane,
Department of Obstetrics and Gynecology. SNanning Maternal and Child
Health Care Hospital. Nanning : Chin. (diunduh tanggal 25-6-2014).
NANDA Internasional. (2010). Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi
2009-2011. Alih bahasa : Made Sumarwati. [et al]. EGC:Jakarta.
Okeke, et.al. (2014). The Incidence and Management Outcome of Preterm
Premature Rupture of Membranes (PROM) in a Tertiary Hospital in
Nigeria. Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Nigeria
Teaching Hospital (UNTH), Enugu: Nigeria
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. (Ed. 4). Alih bahasa: Yasmin Asih. [et al].
Jakarta : EGC
Prihardjo, R. (2003). Perawatan Nyeri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. YBP-SP : Jakarta.
(diunduh tgl 26-6-2014)
Patricia, Faas - Fehervary. (2005). Caesarean Section On Demand: Influence of
Personal Birth Experience and Working Environment On Attitude of
German Gynaecologists. European Journal of Obstetrics and Gynecology
Reproductive Biology
Ratna Pratiwi. (2012). Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio
Caesarea Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan
Menggunakan Aroma Terapi Lavender di RS Al Islam Bandung. Fakultas
Ilmu Keperawatan Padjajaran: Bandung.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
53 Sugiharyanto. (2006). Peografi dan Sosiologi. Yudistira Ghalia: Indonesia
Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyawati, A. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Suwiyoga, dkk. (2006). Peranan Faktor Resiko ketuban Pecah Dini Terhadap
insiden Sepsis Neonatarum Dini pada Kehamilan Aterm. Cermin Dunia
Kedokteran
Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. (8 th. Edition). Jakarta: EGC
Simon, et.al. (2010). Antibiotic for Pre-term Pre-labour Rupture of Membranes
:Prevention of Neonatal Deaths Due to Complications of Pre-term Birth
and Infection. Internasional Journal of Epidemiology. London School of
Hygiene and Tropical Medicine, Keppel Street: London
Tahir dkk. (2012). Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf
kabupaten Gowa: Universitas Hasanudin. (diunduh tgl 24-6-2014).
Todman D. (2007). A History of Caesarean Section: From Ancient World to The
Modern Era. Australian and New Zealand Journal of Obstet and
Gynaecol.
Weinstein, [et.al] (2008) . Water Disinfection By-Products and Prelabor Rupture
of Membranes. Correspondence to Dr. Angus Cook. School of
Population Health, University of Western Australia, 35 Stirling
Highway, Crawley, WA 6009: Australia
Walley, J., Simkin, P., dan Keppler , A. (2008). Panduan Praktis bagi Calon Ibu :
Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Lampiran I
PENGKAJIAN PRENATAL
Nama Mahasiswa : Neneng Herawati
Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2014
NPM : 1106130002
Ruang/RS : Poli Kebidan RSCM
I.PENGKAJIAN
DATA UMUM KLIEN
1.
2.
3.
4.
5.
Initial Klien
: Ny. D
Usia
: 33 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan Terakhir : SMP
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
No
Tahun
Jenis
Jenis
Persalinan Penolong
Kelamin
Keadaan
Masalah
Bayi
Kehamilan
Waktu
Lahir
1
2000
Spontan
Bidan
Perempuan Sehat
Tidak ada
BBL:
2900 gr
2
2007
Spontan
Bidan
Laki-laki
Sehat
Tidak ada
BBL:
3100 gr
3
Hamil
SC
Dokter
Laki-laki
ini
Pengalaman menyusui : Ya Berapa lama : 6 bulan
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Perdarahan
Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : Tidak ada
2. Riwayat KB : Tidak ada
Riwayat Kehamilan Saat Ini
HPHT : 15-Agustus- 2013
BB sebelum hamil : 52 kg
TD
BB/TD
TFU
Taksiran Partus : 22- Mei-2014
TD sebelum hamil : 110/70 mmHg
Letak/Presentasi
DJJ
Janin
Usia
Keluhan
Gestasi
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status Obstetrik : G3 P2 A0, H 37 Minggu
Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : CM , BB/TB : 67 kg / 148 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi 88 x/menit
Kepala Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Kepala : Rambut hitam tipis panjang, bersih tak berketombe, tidak ada
luka.
Mata : Tak anemis, sklera tak ikterik, tidak menggunakan kacamata.
Hidung : simetris, tidak ada sekret
Mulut : Tak berbau, gigi utuh, stomatitis tidak ada
Telinga : Sekret tidak ada, bersih, pendengaran baik
Leher : Tidak ada pembesara KGB, JVP
Masalah Khusus : Tidak ada
Dada :
Jantung : BJ I & II normal
Paru :
Payudara : Membesar, puting menonjol
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Pengeluaran ASI : Positif ada keluar
Puting susu : Positif menonjol
Masalah Khusus : Tidaka ada
Abdomen
Uterus :
Tinggi Fundus Uterus : 36 cm, kontraksi : tidak ada
Leopold I : TFU 36 cm
Leopold II : Teraba bagian kecil
Leoplod III : Teraba kepala di bagian bawah, sudah masuk PAP
Leopold IV : Bagian yang masuk PAP 4/5
Pigmentasi :
Linea nigra : Positif
Striae : Positif
Fungsi pencernaan : Tidak ada keluhan
Masalah khusus : Riwayat perdarahan pada usia kehamilan 34-35 minggu
Perineum dan Genital :
Vagina : Varises : Tidak ada
Kebersihan : Sedikit kotor
Keputihan : Positif
Jenis / warna : agak kekuningan
Konsistensi : Encer
Bau : Tidak berbau
Hemorroid : Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada
Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Tidak ada
Inspeksi
Palpasi : Varises : Tidak ada
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Ekstremitas Bawah :
Inspeksi
Palpasi Varises : Tidak ada
Reflek Patela : ...
Masalah khusus : Tidak ada
Eliminasi
Urin : Kebiasaan BAK : > 8 x
BAB : Kebiasaan BAB : 2 hari sekali
Masalah khusu : Tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekuensi
Pola tidur saat ini : Tidak ada masalah
Keluhan ketidaknyamanan : Ya, Lokasi : luka operasi sc di perut
Sifat : perih, intensitas : 15 menit sekali / saat perubahan posisi
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobolisasi :
Latihan/senam :
Masalah khusus :
Nutrisi dan Cairan
Asupan Nutrisi : Baik Nafsu makan : Baik
Asupan cairan : Baik Cukup
Masalah khusus : Tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis :
Penerimaan terhadap kehamilan : Menerima, senang, bahagia karena dari
suami kedua ini baru hamil dan suami belum mempunyai keturunan.
Masalah khusus : Tidak ada
Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan ;
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Klien tinggal dipemukiman yang sangat padat, kondisi kontrakan sangat sempit
ventilasi tidak baik , lingkungan sekitar rumah kotor, tinggal didaerah
industri.
Persiapan persalinan
Senam hamil : klien mengatakan tidak pernah melakukan senam hamil selama
kehamilannya
Rencana tempat melahirkan : recana sebelumnya klien akan melahirkan di bidan
yang dekat dari rumah, tetapi karena ada masalah perdarahan
sehingga dirujuk ke RS
Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu: klien mengatakan hanya menggunakan
perlengkapan bayi bekas anaknya ynag dahulu saja.
Kesiapan metal ibu dan keluarga: klien mengatakan menyiapan kesiapan menjadi
orang tua kembali terutama suami klien yang sekarang ini belum pernah
mempunyai anak dari istri sebelumnya.
Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan: klien mengatakan sudah lupa tanda melahirkan hanya rasa mules saja
yang masih diingatnya.
Perawatan payudara : klien tidak mengetahui cara perawatan payudara.
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
-
Folamil 1 x 1
Hasil Pemeriksaan Penunjang : Hasil USG Fetomaternal di RSCM tanggal 2
April 2014 didapatkan hasil : hamil 36 minggu dengan pertumbuhan dan
aktifitas janin normal, plasenta letak normal. Tidak tampak tanda hipoperfusi.
Indeks cairan amnion (ICA) : 13 cm.
Hasil laboraturium tanggal 13 Mei 2014 Hb : 11,2 g/dl, Ht: 33,5 , Leukosit :
12,3 1000/UL , Trombosit : 360 1000/UL, MCV/VER ; 80,1 fL, MCH/HER :
26,8 pg, MCHC/KHER : 33,4 g/dl. Therapi saat klien dikamar bersalin
ampicilin sulbactan 4x1,5 mg IV dan misoprostol 4x25 mg per vaginam. Klien
dilakukan pemantauan CTG pada janin. Hasil USG ulang tgl 13 mei 2014 di
kamar bersalin ICA 6,94 cm.
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
II. ANALISA DATA
No
1.
2.
Data
.DS :
Masalah
Keperawatan
Ansietas b/d krisis
DS :
(NANDA,
klien
mengatakan situasi
khawatir
dengan
2014)
persalinannya ini
klien
mengatakan
khawatir dengan kondisi
kesejahteraan janinnya.
DO ;
wajah ibu tampak
tegang,
klien
selalu
bertanya tentang
proses
persalinannya,
TD
110/70
mmHg,
nadi
80x/menit,
pernapasan
16x/menit, suhu
36,5
derajat
celcius.
Klien
tampak
memegangi
perutnya
klien dianjurkan
bedrest
Resiko Tinggi Infeksi
klien
mengatakan
air
ketubannya masih keluar
sedikit sedikit.
DO :
tampak
rembesan
ketuban
saat
air
inspeksi
pervaginam
cairan berwarnah jernih,
tidak berbau
klien menggunakan under
pat
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Suhu tubuh klien 36,5
derajat celcius
Leukosit : 12,3 1000/U,
DJJ 143 x/mnt
III. Diagnosa Prioritas
1. Ansietas
2. Resiko tinggi infeksi
NANDA, 2012
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
PENGKAJIAN POSTPARTUM
Lampiran 3
PENGKAJIANPOSTPARTUM
NamaMahasiswa
NPM
: Neneng Herawati
: 1106130002
Tanggal Pengkajian: 14 Mei 2014
Ruang/RS: Post Partum RSCM
I. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Inisial Klien
2. Usia
3. No RM
4. Status Perkawinan
5. Pekerjaan
6. Pendidikan Terakhir
7. Suku
8. Agama
9. Alamat
: Ny. D
: 33Tahun
: 392-65-25
: Kawin
: IRT
: SD
: Betawi
:Islam
: Jl. Kampung kapitan rw/rt 17/04 cipinang muara
,klender jakarta pusat
B. Keluhan Saat Ini
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, dan bertambah sakit setelah
ditekan secara tiba-tiba oleh dokter tanpa berkomunikasi dulu kepada klien
baru bisa miring kiri dan kanan. Klien mengeluhkan ASI-nya keluar sedikit.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.
D. Riwayat Penyakit Keluaga
Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM (-), Asma (-), Jantung (+),
Hipertensi (-),Hepatitis (-)
E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
No Tahun
Jenis
Penolong
Jenis
Persalinan
Kelamin
1
2000
Spont
Bidan
P
2
2007
Spontan
Bidan
L
3
Saat ini Sectio
Dokter
L
Keadaan
Bayi Waktu
Lahir
BB 2900 gram
Masalah
-
BB 3100
gram
BB 2600 gram KPD
Pengalaman menuyusi: Menyusui anak pertamanya selama 3 bulan dan 6 bulan
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
-
F. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Klien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Budi Asih, Jakarta Timur dengan
riwayat perdarahan Plasenta Previa Totalis (PPT). Dilakukan terminasi pada
usia kehamilan 38 minggu karena Ketuban Pecah Dini.
G.RiwayatPersalinan
Klien(P3A0) melahirkan secara sectio pada tanggal 14Mei2014 pukul
03.15 WIB. Klien melahirkan laki-laki dengan BB:2600gr, AS: 9/10.
Perdarahan 550 ml.
H.Riwayat Ginekologi
Klien tidak memiliki riwayat masalah ginekologi.
I. Data Umum Kesehatan Saat Ini
1. Status Obstetri
: P3A0 postpartum SC, nifas hari pertama
2. Kesadaran umum
:baik, kesadaran composmentis,BB: 67Kg,TB: 148
cm.
3. Tanda-tandaVital
: TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16
x/menit,S: 36,70C.
4. PemeriksaanFisik HeadTo Toe
a. Kepala
 Rambut dan kulit kepala
Bentuk simetris, rambut hitam, persebaran meratadan kulit kepala
klien bersih, klien mengatakan keramas 2 hari sekali, tetapi selama
di RS belum keramas.
 Muka dan Mata
Pada muka terdapat kloasma gravidarum berupa titik-titik
kehitaman, mata klien simetris, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, konjungtiva
anemis (+),sclera an-ikterik.
 Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-),
polip (-), Pengeluaran cairan berlebih (-)
 Mulut
Mukosa lembab,bersih,sariawan(-),terdapat gigi berlubang,tidak ada
karies gigi, tidak ada pembesaran tonsil.
 Telinga
Bentuk simetris, keadaan bersih, berdengung (-), pengeluaran
cairan berlebih (-)
 Leher
Tidak ada gangguan menelan,Tidak ada peningkatan JVP,tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
b. Dada
 Inspeksi
Bentuk simetris,bersih,tidak ada spider nevi,hiperpigmentasi aerola,
putting susu everted, tidak ada tonjolan yang mencurigakan
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan,tidak teraba massa yang mencurigakan,ASI
belum keluar, payudara keras (-).
 Auskultasi
BJ 1&2 Normal,tidak ada mumur,tidak ada gallops,suara napas
vesikuler (+), Bronkovesikuler (+), Bronkial(+), Ronchi -/-,
wheezing Perkusi
Paru: resonan (+), Jantung: Pekak
Masalah
Khusus:Tidak
ada
masalah
keperawatan
c. Abdomen
 Inspeksi
bersih,linea nigra (+),strie gravidarum(+),hiperpigmentasi (+),
terdapat luka operasi SC yang tertutup balutan kasa kering steril
sepanjang 10 cm, dan hasil observasi terlihat ada rembesan darah
pada bagian dalam balutan.
 Palpasi
Fundus uteri tidak teraba (klien histerektomi),kandung kemihkosong,
diastasis rektus abdomninis tidak teraba (abdomen distensi dan klien
merasa nyeri jika dipalpasi), nyeri pada bagian luka operasi dan
daerah sekitarnya
 Auskultasi
Bisingusus aktif di empat kuadran dengan 8 kali/menit
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
d. Ekstremitas
 Ekstremitas atas
Edema (-), CRT <3 detik, reflexbisep dan trisep+2
 Ekstremitas bawah
Edema (-), Varises (-), Refleks patella+2, tandahuman sign (-)
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
e. Genetalia
Perineum utuh. Tidak ada tanda-tanda REEDA.
Terlihat bercak-bercak merah terang pada pembalut klien, tidak berbau,
volume 10-20 cc.
Anus: Tidak ada hemoroid.
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
5. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharanan kesehatan
Persepsi terhadap kesehatan cukup baik klien rutin memeriksakan
kehamilannya kerumahsakit.Namun klien masih bingung dan belum
mengerti tentang perawatan setelah melahirkan,seperti perawatan
payudara serta memerah ASI, perawatan bayi baru lahir. Klien takut
untuk bergerak karena takut sakit, iritasi dan jahitan takutrobek.
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
b. Pola nutrisi dan metabolik
Selama hamil klien mengatakan pola makan baik tidak ada gangguan,
namun setelah melahirkan nafsu makan klien menurun. Frekuensi
makan bisa lebih dari 2 kali sehari tidak dihabiskan dalam satu porsi.
Selama hamil tidak ada perubahan pola makan, alergiterhadap makanan
tidak ada,minum air putih5-6 gelas sehari(1000-1200 ml)
Setelah melahirkan klien mengkonsumsi menurumah sakit 3 x sehari
tidak pernah habis, hanya habis 1/2 porsi.
c. Pola Eliminasi
Klien mengatakan sejak kehamilan trimester III, frekuensi BAK 10-12
kali, jumlah 2000-2500 cc,warna kuning, bau khas, tidak ada keluhan
dengan BAK. Klien mengatakan sudh flatus
d. Pola istirahat dan latihan
klien mengatakan bahwa pola istirahat dan tidur selama hamil ini tidak
terganggu.
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
Kemampuan klien dalam mengingat dan berorientasi baik.Dalam
mengambil keputusan untuk masalah klien klien selalu bermusyawarah
dengan suaminya.
f. Pola hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan orang tua,suami,saudara baik.Selama dirawat,
klien mengatakan mampu berkomunikasi baik dengan perawat, klien
juga kooperatif dengan perawat dan dokter.
g. Pola reproduksi dan seksualitas
Klien selama hamil tidak melakukan hubungan seksual karena takut
terjadi apa-apa denganbayinya. Setelah melahirkan klien belum
melakukan hubungan seksual.
h. Persepsi diri
1. Persepsi diri
Klien mengatakan dirinya saat ini sudah menjadi orang tua yang
memiliki ketiga orang anak. Klien akan memberikan yang terbaik
untuk anak ketiganya seperti ASI eksklusif. Namun, klien khawatir
dengan ASI nya yang saat ini masih keluar sedikit dan bayi
perlekatannya tidak bagus .
Masalah Khusus: Ketidakefektifan pemberian ASI
J. Obat-Obat yang dikonsumsi saat ini
1. Pycin 4x1,5 gr
2. Metronidazol 3x500 mg
3. Pronalges sup 3x1
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
K.Hasil Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (pemeriksaan 4 jam post sectio)
No Jenis Pemeriksaan
Hasil
1
DarahLengkap
a. Hemoglobin
11 g/dl (L)
43.9 % (L)
b. Hematokrit
483 ribu/ul
c. Trombosit
12.07ribu/ul (H)
d. Leukosit
2
Glukosa Darah Sewaktu
a. Gula darah sewaktu
94 mg/dl
Nilai Normal
12.00-15.00 g/dl
36.0-46.0 %
150-400 ribu/ul
5.00-10.00
ribu/ul
<200 mg/dl
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
II. ANALISA DATA
No
1
Data
DS:
Klien mengatakan nyeri dan sakit pada luka operasinya
klien mengatakan setelah dipijat oleh dokter secara
tiba-tiba klien menangis kesakitan dan marah .
DO:
Klien tampak meringis kesakitan
Wajah klien tampak tegang
Klien tampak menangis, VAS 5.
TD 110/70 mmHg, nadi 80 x/mnt, pernapasan
16x/mnt..
Terdapat luka jahitan post operasi SC di abdomen
tertutup kassa kering sepanjang 10 cm, terdapat
rembesan pada balutan
2
DS:
Klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui
dengan posisi yang benar
Klien mengatakan kedua anaknya dirawat oleh ibunya.
Klien mengatakan anak pertamanya hanya 3 bulan
menyusu dan anak keduanya 6 bulan.
Masalah
keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
injuri fisik luka
post sectio
(NANDA, 2014).
Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
dengan kurang
penegtahuan
(NANDA, 2014).
DO:
Bayi tampak tidak puas setelah menyusu
Perlekatan bayi saat menyusu tidak benar
Bayi tampak rewel menangis.
III PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014).
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu
(NANDA, 2014).
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Lampiran 5
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen injuri fisik luka
post sectio (NANDA,
2014).
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Tujuan:
Setelahdilakukan tindakan
keperawatan pada Ny.D
sebanyak 3x24 jam diharapkan
nyeri pada Ny.D berkurang dan
hilang.
1. Kaji skala nyeri, lokasi,
karakteristik dan laporkan
perubahan nyeri dengan cepat
1. Evaluasi nyeri tiap shift dapat
menentukan rencana
intervensi penanganan nyeri
selanjutnya
2. Teknik relaksasi meringankan
nyeri
3. Mobilisasi bertahap
meningkatkan aliran darah
yamg meningkatkan proses
penyembuhan luka,
meringankan nyeri
4. Posisi yang nyaman membuat
klien menjadi lebih rileks
5. Klien yang merasakan nyeri
akan terhambat dalam
pemenuhan kebutuhan
dasarnya
6. Kolaborasi medikamentosa
diberikan jika skala nyeri
lebih dari VAS 4/ skala nyeri
sedang
KriteriaHasil:
Klien akan mengungkapkan
skala nyeri kurang dari 2.
Klien dapat memperlihatkan
teknik relaksasi secara
individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
Klien menunjukkan TTV
dalam batas normal
Klien menunjukkan selera
makan dan pola tidur yang
baik
Wajah klien tampak rileks
ketika kembali beraktivitas
Klien menunjukkan tingkat
mobilisasi yang baik tanpa
adanya nyeri
2. Ajarkan relaksasi napas dalam
saat timbul nyeri
3. Motivasi klien untuk
melakukan mobilisasi bertahap
4. Berikan posisi nyaman untuk
klien
5. Bimbing klien untuk
memenuhi kebutuhan dasar
6. Kolaborasi pemberian
analgetik
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
No
2
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan dengan
prematuritas dan
kurang pengetahuan
ibu (NANDA, 2014).
Tujuan & Kriteria Hasil
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam pada Ny.
A,klien dan bayi akan mengalami
keefektifan pemberian ASI.
Kriteria Hasil:
Kesejajaran dan pelekatan
yang benar antara bayi dan
payudara
Bayi dapat mencengkeram
dan mengompresi areola
dengan tepat
Bayi dapat mengisap dan
menempatkan lidah bayi
dengan benar
Suara menelan yang dapat
didengar
Minimal menyusui delapan
kali perhari (atau sesuai
permintaan)
Kepuasan bayi setelah
menyusu
Kenaikan berat badan sesuai
usia
Ibu tidak mengalami nyeri
tekan pada puting
Ibu mengenali isyarat lapar
dari bayi dengan segera
Intervensi
1. Siapkan ibu untuk menyusui
bayinya
2. Kaji pengetahuan ibu
tentang proses laktasi dan
menyusui
3. Perbaiki salah konsepsi dan
informasi mengenai
produksi ASI
4. Informasikan tentang pola
buang air besar dan buang
air kecil bayi yang menjadi
tolok ukur kecukupan
nutrisi bayi.
5. Ajarkan ibu untuk
melakukan perawatan
payudara dan massase
payudara agar produksi ASI
maksimal
6. Dorong ibu untuk menyusui
sesuai keinginan bayi (min
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Rasional
1. Pastikan bahwa klien benarbenar ingin menyusui anaknya
dan ikhlas
2. Seberapa jauh pengetahuan
klien tentang laktasi akan
mempengaruhi rencana
intervensi dan cara
penyampaian
3. Setelah mengetahui seberapa
jauh pengetahuan klien
tentang laktasi, nilai konsep
klien tentang laktasi dan
perbaiki konsep yang salah
4. Informasi tentang pola BAB
dan BAK bayi merupakan
indikator yang mudah
digunakan oleh klien untuk
menentukan pakah ASI yang
diberikan cukup atau tidak
5. Rangsangan dengan
melakukan massase pada
payudara serta sentuhan pada
puting akan menstimulasi
reseptor pada ujung puting
yang akan menyampaikan
impuls ke otak dan
memerintahkan hipotalamus
untuk memproduksi ASI
6. Menyusui sesering mungkin
akan lebih baik, terutama bagi
No
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
2 jam sekali) anjurkan untuk
tidak memberikan makanan
tambahan
7. Anjurkan kepada ibu untuk
memompa asi secukupnya
untuk mengurangi kongesti
payudara dan
memungkinkan puting
menonjol
8. Tawarkan makanan atau
cairan untuk ibu selama
siang dan sore hari sebelum
waktu menyusui
Rasional
bayi prematur dan BBLR
7. Menurunkan risiko breast
engorgement
8. Nutrisi cukup sebelum
menyusui akan menambah
produksi
Lampiran 6
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN POSTOPERASI
Waktu
14 Mei 2014
(shift pagi)
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri fisik luka
post sectio (NANDA, 2014).
Implementasi
Evaluasi
1. Mengkaji skala nyeri, lokasi,
karakteristik dan laporkan
perubahan nyeri dengan cepat
2. Mengajarkan relaksasi napas dalam
saat timbul nyeri
3. Memberikan motivasi klien untuk
melakukan mobilisasi bertahap,
latihan duduk ditempat tidur
4. Memberikan posisi nyaman untuk
klien
5. Membimbing klien untuk memenuhi
kebutuhan dasar
6. Melakukan kolaborasi pemberian
analgetik (Pronalges Suposioria
3x10
Subjektif:
- klien mengatakan nyeri di daerah
luka operasi VAS 4.
Objektif
- klien tampak meringis kesakitan
- klien tampak berhati-hati saat akan
menggerakan badannya untuk
miring kanan/kiri
- tampak luka operasi SC
- klien terpasang DC
- IV line terpasang asering 20 tpm
- Therapi pronalges sup.
Analisis : Nyeri akut teratasi sebagian
Plenning :
- Observasi TTV
- Kaji tingkat nyeri,
- Motivasi utk lakukan teknik
relaksasi tarik napas dalam,
- Ajarkan teknik valsava manuver,
- Anjurkan mobilisasi bertahap.
14 Mei 2014-07- Ketidakefektifan pemberian
(shife pagi)
ASI berhubungan dengan
prematuritas dan kurang
pengetahuan ibu (NANDA,
2014).
1. Mempersiapkan ibu untuk
menyusui bayinya, niat,
keinginan, dan usaha ibu untuk
menyusui
2. Mengkaji pengetahuan ibu
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Subjektif:
- Klien mengatakan ASI nya baru
keluar sedikit
- Klien mengatakan tidak menerti
bagaimana posisi menyusui yang
Waktu
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
tentang proses laktasi dan
menyusui
3. Memperbaiki konsepsi yang
salah tentang proses menyusui
dan produksi ASI
4. Meyakinkan klien bahwa setiap
ibu mampu menyusui
5. Membimbing klien menyusui
bayinya
Evaluasi
-
benar
Klien mengatakan saat anak yang
pertama hanya 3 bulan menyusui
dan anak ke dua 6 bulan.
Objektif :
- Klien
tampak
kaku
saat
memposisikan bayi untuk menyusu,
perlekatan bayi tidak benar
- Bayi tampak tidak puas
- Rewel
dan
menangis,
saat
menyusu bayi terdengar suara
bunyi bukan suara menelan air.
Analisis :
- Ketidakefektifan pemberian ASI
belum teratasi
Plenning :
Berikan informasi tentang teknik
menyusui yang benar
- Tingkatkan rasa percaya diri ibu
bahwa bisa memberikan ASI pada
bayinya
- Ajarkan dan demonstrasikan posisi
menyusui yang benar
- Ajarkan dan bantu bayi saat
perlekatan
- Ajarkan ibu untuk cukup istirahat,
makan dengan gizi seimbang dan
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Waktu
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
tidak cemas agar
berproduksi banyak
15 Mei 2014
(Shift Pagi)
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri fisik luka
post sectio (NANDA, 2014).
ASI
nya
1. Mengkaji tingkat nyeri klien
Subjektif :
2. Evaluasi redemonstrasi teknik
- Klien mengatakan nyeri mulai
relaksasi untuk mengurangi nyeri
berkurang VAS 1
3. Motivasi klien untuk mobilisasi
- Klien mengatakan baru mengetahui
4. Memberi
penjelasan
proses
mules proses involusi yang
involusi uteri saat menyusui
dialaminya.
5. Kolaburasi pemeberian therapi
analgesik.
Objektif :
- Klien mampu melakukan teknik
relaksasi
- Wajah klien tampak mulai rileks
- Klien kooperatif saat di berikan
asuhan keperawatan,
- Klien tampak mobilisasi menyusui
bayinya.
Analisis :
- Nyeri akut mulai teratasi.
Plenning :
- Observasi TTV
- Kaji tingkat nyeri klien
- Memotivasi klien untuk melakukan
teknik relaksasi,
- Motivasi klien untuk mobilisasi.
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Waktu
15 Mei 2014
(Shift Pagi)
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pemberian
ASI berhubungan dengan
prematuritas dan kurang
pengetahuan ibu (NANDA,
2014).
Implementasi
Evaluasi
1. Ajarkan dan demonstrasikan Subjektif :
kembali posisi yang benar saat
- Klien tampak antusias untuk
menyusui
menyusui bayinya.
2. Bantu klien saat menyusu dengan
posisi yang yaman dan benar
Objektif:
3. Anjurkan pada klien untuk
- Klien kooperatif saat diajarka
menyusui
dengan
kedua
- Klien tampak memposisikan bayi
payudaranya
dengan benar saat menyusu
4. Ajarkan tanda-tanda bayi sudah
- Perlekatan bayi pada payudara
puas menyusu.
tampak benar
- Bayi tampak tenang.
Analisis :
- Ketidakefektifan pemberian ASI
teratasi sebagian.
16 Mei 2014
(Shift Pagi)
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri fisik luka
post sectio (NANDA, 2014).
Plenning:
- Motivasi ibu untuk menyusui
- Bantu dan instruksikan klien untuk
menyusui dengan posisi yang benar
- Anjurkan klien untuk makan dan
minum yang cukup
- Evaluasi pengetahuan ibu tentang
tanda-tanda bayi sudah puas
menyusui.
1. Evaluasi redemonstrasi teknik Subjektif :
relaksasi
- Klien mengatakan nyeri sudah
2. Motivasi klien untuk mobilisasi.
berkurang VAS 1.
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Waktu
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Objektif :
- Klien mampu mengatasi nyeri
dengan teknik napas dalam
- Wajah klien tampak rileks
- Mobilisasi klien aktif
- Luka operasi tidak ada tanda
infeksi.
Analisis :
- Nyeri akut teratasi.
Plenning :
- Ajarkan pada klien perawatan luka
operasi selama dirumah
- Ajarkan untuk mengenal adanya
tanda-tanda infeksi pada luka
operasi.
16 Mei 2014
(Shift Pagi)
Ketidakefektifan pemberian
ASI berhubungan dengan
prematuritas dan kurang
pengetahuan ibu (NANDA,
2014).
1. Evaluasi cara menyusui
Subjektif :
2. Ajarkan cara enyimpan dan
- Klien senang diajarkan cara
memerah payudara
masase dan memeras ASI
3. Ajarkan klien massase payudara.
- Klien mengatakan terasa sakit saat
dilakukan
pemerahan
payudaranya.
Objektif
- : ASI klien tampak banyak keluar
didapatkan 50 cc setelah diperah
- Payudara klien tampak mulai lunak
- Klien merasa nyaman setelah
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Waktu
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
diperah payudaranya tidak terlalu
kencang.
Analisis :
- Ketidakefektifan pemberian ASI
teratasi sebagian.
Plenning:
- Evaluasi pada klien cara masase
payudara dan cara memerah ASI
- Motivasi ibu untuk menyusui
dengan kedua payudaranya.
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Download