180 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

advertisement
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka Daerah
Perkotaan Yogyakarta dipengaruhi oleh proses konvektif pembentukan hujan
sebagai ciri hujan daerah terbangun. Beberapa kesimpulan yang dapat
disampaikan antara lain :
1.
Secara temporal :
a.
Curah hujan bulanan di daerah perkotaan Yogyakarta mempunyai pola
Monsoonal yang dipengaruhi oleh Monsoon Asia dan Monsoon
Australia.
b.
Curah hujan di musim kemarau lebih bervariasi dibandingkan curah
hujan musim penghujan dan curah hujan tahunan Nilai koefisien
variasi curah hujan musim kemarau hampir 500% dari nilai koefisien
variansi curah hujan penghujan dan curah hujan tahunan. Artinya
curah hujan di musim penghujan dan curah hujan tahunan variasi atau
fluktuasinya lebih kecil (lebih seragam) dibandingkan curah hujan di
musim kemarau.
c.
Curah hujan secara temporal (hujan bulanan, hujan musiman dan
hujan tahunan) di
daerah perkotaan Yogyakarta tidak ada yang
memperlihatkan kecenderungan kenaikan dan penurunan yang
signifikan.
d.
Hari hujan pada curah hujan bulanan, musiman dan tahunan
memperlihatkan kecenderungan penurunan. Artinya curah hujan yang
turun akan memiliki intensitas hujan yang besar. Pada musim
penghujan akan menyebabkan genangan, pada musim kemarau akan
lebih banyak hari tanpa hujan.
2.
Secara spasial :
180
a.
Curah hujan di sekitar daerah perkotaan Yogyakarta lebih tinggi
dibandingkan daerah tengah kota, jumlah curah hujan daerah sekitar
dibandingkan daerah kota hampir dua kalinya (persentase di atas
95%).
b.
Curah hujan di daerah tujuan angin (downwind) lebih tinggi
dibandingkan hujan di sekitarnya.
c.
Curah hujan konvektif mulai terlihat pada musim kemarau dan transisi
kemarau ke penghujan, walapun belum diikuti oleh peningkatan curah
hujan secara signifikan, akibat data yang kurang panjang.
3.
Berdasarkan kandungan kimia air hujan di daerah perkotaan Yogyakarta
menggunakan analisis faktor dan analisis kluster, sumber dominan
pencemar tidak dapat diketahui, karena tidak terdapat unsur dominan pada
setiap lokasi sampel hujan, tetapi secara umum curah hujan di daerah
perkotaan Yogyakarta mengandung kebasaan yang tinggi. Artinya karbon
sangat mempengaruhi curah hujan yang turun di daerah penelitian.
4.
Daerah perkotaan Yogyakarta :
a.
Fenomena Urban Heat Island yaitu suhu udara yang lebih tinggi
dibandingkan daerah sekitarnya) dapat diidentifikasi di daerah
penelitian. Fenomena tersebut didukung oleh imbangan energi dimana
nilai kalor tersimpan sangat tinggi, nilai fluks laten turbulen sangat
rendah. Hal ini akan menyebakan evaporasi menurun dan peningkatan
suhu udara.
b.
Nilai korelasi secara umum antara variabel (y) dengan seluruh
variabel bebas (x) ditunjukkan dengan nilai R = 0,710, sedangkan nilai
koefisien determinasi (R square) sebesar 0,504 artinya 50,4% variabel
y dapat dijelaskan oleh jumlah bangunan, kepadatan bangunan, suhu
udara dan kelembapan udara. Sisanya 49,6% dipengaruhi oleh
variabel lain.
c.
Persamaan regresi yang dihasilkan sebagai berikut :
Y = 2647,076 + 0,001x1 – 14012,7x3 – 7,852x4 – 17,511x5
181
Artinya jika kepadatan bangunan berkurang 1 satuan maka curah
hujan akan berkurang 14012,7, jika suhu udara berkurang 1 satuan
maka curah hujan akan berkurang 7,852 dan jika kelembapan
berkurang 1 satuan maka curah hujan berkurang 17,511.
6.2 Saran
1.
Peran data sangat penting dalam penelitian klimatologi, selain kualitas
data yang baik, panjang tahun data juga harus diperhatikan.
2.
Penggunaan wahana penginderaan jauh untuk penentuan proses konvektif
hujan sangat penting. Hujan konvektif merupakan salah satu bentuk
penelitian secara real time, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan data
hujan tercatat.
3.
Daerah perkotaan mempunyai tingkat kekasaran permukaan yang berbeda
akibat perubahan penggunaan lahan/penutup lahan. Perubahan ini akan
menimbulkan perubahan terhadap variabel iklim. Beberapa perubahan
tersebut antara lain intensitas hujan yang lebih tinggi pada saat musim
hujan, urban heat island, serta kecepatan angin yang lebih tinggi (angin
puting beliung). Sebagai upaya mitigasi terhadap perubahan iklim, perlu
penambahan stasiun hujan (jaringan stasiun iklim), agar dampak
perubahan iklim di daerah perkotaan dapat diminimalisir.
182
Download