BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka Daerah Perkotaan Yogyakarta dipengaruhi oleh proses konvektif pembentukan hujan sebagai ciri hujan daerah terbangun. Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan antara lain : 1. Secara temporal : a. Curah hujan bulanan di daerah perkotaan Yogyakarta mempunyai pola Monsoonal yang dipengaruhi oleh Monsoon Asia dan Monsoon Australia. b. Curah hujan di musim kemarau lebih bervariasi dibandingkan curah hujan musim penghujan dan curah hujan tahunan Nilai koefisien variasi curah hujan musim kemarau hampir 500% dari nilai koefisien variansi curah hujan penghujan dan curah hujan tahunan. Artinya curah hujan di musim penghujan dan curah hujan tahunan variasi atau fluktuasinya lebih kecil (lebih seragam) dibandingkan curah hujan di musim kemarau. c. Curah hujan secara temporal (hujan bulanan, hujan musiman dan hujan tahunan) di daerah perkotaan Yogyakarta tidak ada yang memperlihatkan kecenderungan kenaikan dan penurunan yang signifikan. d. Hari hujan pada curah hujan bulanan, musiman dan tahunan memperlihatkan kecenderungan penurunan. Artinya curah hujan yang turun akan memiliki intensitas hujan yang besar. Pada musim penghujan akan menyebabkan genangan, pada musim kemarau akan lebih banyak hari tanpa hujan. 2. Secara spasial : 180 a. Curah hujan di sekitar daerah perkotaan Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan daerah tengah kota, jumlah curah hujan daerah sekitar dibandingkan daerah kota hampir dua kalinya (persentase di atas 95%). b. Curah hujan di daerah tujuan angin (downwind) lebih tinggi dibandingkan hujan di sekitarnya. c. Curah hujan konvektif mulai terlihat pada musim kemarau dan transisi kemarau ke penghujan, walapun belum diikuti oleh peningkatan curah hujan secara signifikan, akibat data yang kurang panjang. 3. Berdasarkan kandungan kimia air hujan di daerah perkotaan Yogyakarta menggunakan analisis faktor dan analisis kluster, sumber dominan pencemar tidak dapat diketahui, karena tidak terdapat unsur dominan pada setiap lokasi sampel hujan, tetapi secara umum curah hujan di daerah perkotaan Yogyakarta mengandung kebasaan yang tinggi. Artinya karbon sangat mempengaruhi curah hujan yang turun di daerah penelitian. 4. Daerah perkotaan Yogyakarta : a. Fenomena Urban Heat Island yaitu suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya) dapat diidentifikasi di daerah penelitian. Fenomena tersebut didukung oleh imbangan energi dimana nilai kalor tersimpan sangat tinggi, nilai fluks laten turbulen sangat rendah. Hal ini akan menyebakan evaporasi menurun dan peningkatan suhu udara. b. Nilai korelasi secara umum antara variabel (y) dengan seluruh variabel bebas (x) ditunjukkan dengan nilai R = 0,710, sedangkan nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,504 artinya 50,4% variabel y dapat dijelaskan oleh jumlah bangunan, kepadatan bangunan, suhu udara dan kelembapan udara. Sisanya 49,6% dipengaruhi oleh variabel lain. c. Persamaan regresi yang dihasilkan sebagai berikut : Y = 2647,076 + 0,001x1 – 14012,7x3 – 7,852x4 – 17,511x5 181 Artinya jika kepadatan bangunan berkurang 1 satuan maka curah hujan akan berkurang 14012,7, jika suhu udara berkurang 1 satuan maka curah hujan akan berkurang 7,852 dan jika kelembapan berkurang 1 satuan maka curah hujan berkurang 17,511. 6.2 Saran 1. Peran data sangat penting dalam penelitian klimatologi, selain kualitas data yang baik, panjang tahun data juga harus diperhatikan. 2. Penggunaan wahana penginderaan jauh untuk penentuan proses konvektif hujan sangat penting. Hujan konvektif merupakan salah satu bentuk penelitian secara real time, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan data hujan tercatat. 3. Daerah perkotaan mempunyai tingkat kekasaran permukaan yang berbeda akibat perubahan penggunaan lahan/penutup lahan. Perubahan ini akan menimbulkan perubahan terhadap variabel iklim. Beberapa perubahan tersebut antara lain intensitas hujan yang lebih tinggi pada saat musim hujan, urban heat island, serta kecepatan angin yang lebih tinggi (angin puting beliung). Sebagai upaya mitigasi terhadap perubahan iklim, perlu penambahan stasiun hujan (jaringan stasiun iklim), agar dampak perubahan iklim di daerah perkotaan dapat diminimalisir. 182