Sistim Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor

advertisement
Jurusan Teknik Elektronika Telekomunikasi, Vol. 2012
1
Sistim Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network
(Hardware)
Andi Irwanto. M1), Arif Gunawan2), Wakhyu Dwiono3)
1)
2)
3)
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: [email protected]
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: [email protected]
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Caltex Riau, Pekanbaru 28265, email: [email protected]
ABSTRAK
Dalam memperkirakan cuaca suatu area untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai
Meteorologi dan Geofisika, diperlukan suatu alat yang dapat mengambil data parameter hujan otomatis. Saat
ini pengambilan data yang masih manual oleh petugas BMKG, yaitu dengan memonitoring setiap 60 menit
sekali. Proyek akhir ini mewujudkan suatu alat yang dapat mengambil data parameter hujan secara otomatis,
seperti temperatur udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin, arah angin dan intesitas terik
matahari. Sistem ini menggunakan 6 buah sensor diantaranya: anemometer, mekanik arah angin, LM-35, DTSense Barometric Pressure & Temperature Sensor, dan DT-Sense Humidity Sensor, pengujian sistem akuisisi
parameter hujan untuk kecepatan angin menggunakan optocoupler dengan membaca jumlah garis dari encoder
yang diinputkan pada port timer mikrokontroller, untuk arah angin sama halnya dengan kecepatan angin yang
menggunakan encoder untuk menentukan arah angin, pengukuran intesitas panas matahari menggunakan
perubahan tegangan dari LM 35 yang di inputkan ke port ADC mikrokontroller, data terukur oleh sensor yang
telah diolah di mikrokontroller ditransmisikan ke server menggunakan KYL-500S. Pengujian dilakukan
dengan memposisikan dua buah node pengukur di dua daerah yang berbeda dengan jarak antar node ± 80
meter NLOS, yang dikirim menggunakan wireless ke node 3 sebagai repeater dengan jarak dari node pengukur
± 80 meter NLOS, data diteruskan ke server dengan jarak ± 80 meter NLOS dari node repeater, kemudian data
ditampilkan dalam graphical user interface.
Kata kunci: Sistim Akuisisi Parameter Hujan, Parameter Hujan
ABSTRACT
Weather forecasty of certain area for scientific purpose, especially in relation with Meteorology and
Geophysics, needs certain devices to acquire rain parameter data automatically. Nowadays, the data
acquisition is manually obtained by BMKG, that is restored every 60 minutes. This final project implements
certain devices to acquire rain parameter data automatically, such as air temperature, air humidity, air
pressure, wind velocity, wind direction, and sun light intensity. This system uses 6 type of sensors such as
anemometer, wind direction sensor, LM-35, DT-Sense Barometric Pressure and Temperature Sensor, and DTSense Humidity Sensor. Wind velocity is measured using optocoupler by reading the amount of lines, that is
inputted into timer port of microcontroller, for wind direction sensor uses the same process encoder to
determine the direction, sun light intensity being measured using voltage change from LM-35 that was inputted
to ADC port of microcontroller. The data measured by sensor that has been processed in microcontroller is
transmitted to server using KYL-500S. The testing is done by positioning two measuring nodes in two different
areas with separated about ± 80 m away, mode NLOS, transmitted using wireless transmission to node 3 as
repeater, with separated about distance from measuring nodes is ± 80 m away, mode NLOS, the data is
forwarded to server with distance of ± 80 m away mode NLOS from repeater node, and then displayed in
graphical user interface.
Keywords
: Rain Parameter Acquisition System, Rain Parameter
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Perubahan cuaca yang sangat cepat menyebabkan kondisi yang sangat sulit untuk memprediksi
keadaan cuaca yang tidak menentu.
2
Andi Irwanto. M1), Arif Gunawan2), Wakhyu Dwiono3)
Kemajuan teknologi sekarang ini sebenarnya sudah dapat membantu manusia dalam hal
melakukan pengambilan data parameter hujan dengan berbagai faktor alam. Kemajuan teknologi ini
dipicu begitu pesatnya perkembangan teknologi terutama dibidang sensor maupun mikrokontroler.
Mikrokontroler merupakan single chip processor yang mampu melakukan pekerjaan manusia dalam
dimensi yang kecil, kemampuan mikrokontroler ini juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan
monitoring ataupun melakukan pengiriman data kesuatu wilayah tanpa diperlukan seorang manusia.
Dengan memperhatikan hal diatas, maka penulis tertarik mewujudkan suatu alat yang dapat
membantu mengambil data parameter hujan secara otomatis, kemudian data yang diperoleh dikirim ke
server menggunakan media wirelesss. Hal ini didasari pengambilan data yang masih manual oleh
petugas BMKG, yang dalam proses pengambilan data dimonitoring setiap 60 menit sekali ke taman
alat. Sementara alat ukur yang digunakan masih alat pengukur sederhana, seperti: alat pengukur suhu
menggunakan termometer , pengukur tekanan udara menggunakan barometer, dan pengukur
kelembaban udara menggunakan termometer bola basah dan bola kering.
2.
Tinjauan Pustaka
2.1. Wireless Sensor Network
Wireless Sensor Network (WSN) adalah suatu infrastruktur jaringan wireless yang menggunakan
sensor untuk memonitoring fisik atau kondisi lingkungan sekitar, seperti suhu, suara, getaran,
gelombang elektromagnetik, tekanan, gerakan, dan lain–lain. Masing–masing node dalam jaringan
sensor nirkabel biasanya dilengkapi dengan radio tranciever atau alat komunikasi wireless lainnya,
mikrokontroler kecil, dan sumber energi, biasanya baterai.
Dengan adanya teknologi WSN, memungkinkan peneliti untuk mendapat informasi yang
maksimal tanpa harus berada di area sensor. Informasi dapat diakses dari jarak jauh melalui gadget
seperti laptop, remote control, server dan sebagainya [1].
Gambar 2.1 Konfigurasi Dasar WSN [1]4
Pada gambar 2.1 terlihat bahwa WSN dibangun dari Access Point dan Sensor Point. Sensor Point
dapat juga dikatakan sebagai pemroses data analog dari perubahan sensor. Aplikasi ini menggunakan
BASCOM-AVR yang memanfaatkan fitur dari Microcontroller ATMega 8535. Data analog sensor
akan diubah menjadi digital untuk kemudian dikirim ke Access Point melalui media Wireless[1].
2.2. Mikrokontroler AVR ATMEGA8535
ATMega8535 digunakan karena mikrokontroler ini menggunakan arsitektur RISC (Reduced
Instruction Set Computing) 8 bit yang memiliki konsumsi daya rendah dan memiliki perfoma yang
tinggi karena semua instruksinya dalam kode 16 bit dan sebagian besar dieksekusi dalam 1 siklus
membuat salah satu jenis AVR ini berbeda dengan keluarga MCS51 yang instruksinya membutuhkan
12 siklus. Sehingga ATMega8535 dapat digunakan untuk aplikasi sederhana maupun aplikasi yang
komplek [2].
Gambar 2.2 ATMEGA8535
Jurusan Teknik Elektronika Telekomunikasi, Vol. 2012
3
2.3. LM35
Untuk memudahkan pengolahan temperature diukur dengan sebuah tranduser sehingga tanpa
perlu memikirkan konversi dari besaran sensor menjadi besaran listrik. Transduser juga harus
mempunyai daerah pengukuran yang luas. IC LM35 ini mempunyai presisi yang tinggi dengan
lineraritas +10.0 mV terhadap suhu Celcius. Suhu yang dapat diukur cukup lebar yakni antara –55 C
sampai dengan 150 C. Sedangkan konfigurasi pin LM35 terlihat pada gambar dibawah ini[1].
Gambar 2.3 Konfigurasi pin LM35
2.4. Optocoupler
Optocoupler adalah merupakan komponen elektronik opto isolator yang terdiri dari pemancar
cahaya atau emitter yang mengkopel secara optik terhadap photo detector melalui media yang
terisolasi. Pemancar cahaya dapat berupa penerang lampu ataupun LED. Media isolasi berupa udara,
plastik, gelas atau fiber. Sedangkan photo detector dapat berupa photo konduktor, photo dioda, photo
transistor, photo SCR atau rangkaian photo dioda/amplifier [3].
Gambar 2.4 Rangkaian Optocoupler
2.5. DT-SENSE Humidity Sensor
DT-SENSE HUMIDITY SENSOR merupakan sebuah modul sensor cerdas berbasis sensor
HH10D yang dapat digunakan untuk mendeteksi besarnya kelembaban nisbi (Relatif Humidity
disingkat RH) di sekitar sensor. Keluaran DT-SENSE HUMIDITY SENSOR berupa data digital yang
sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai langsung tanpa perhitungan tambahan. Modul sensor
ini dilengkapi dengan antarmuka UART TTL dan I2C. Contoh aplikasi DTSENSE HUMIDITY
SENSOR antara lain untuk sistem HVAC (Heating, Ventilating, and Air Conditioning), pengendali
iklim mikro, stasiun cuaca (weather station), pengendali kelembaban udara (humidifiers atau
dehumidifier), atau aplikasiaplikasi lain yang menggunakan informasi kelembaban nisbi [4].
Gambar 2.5 Modul DT-SENSE HUMIDITY SENSOR
2.6. DT-SENSE Barometric Pressure & Temperature Sensor
DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR merupakan sebuah modul
sensor cerdas berbasis sensor HP03 yang dapat digunakan untuk mendeteksi besarnya tekanan dan
temperatur udara di sekitar sensor. Keluaran DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE &
TEMPERATURE SENSOR berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai
langsung tanpa terlalu banyak perhitungan tambahan. Modul sensor ini dilengkapi dengan antarmuka
Andi Irwanto. M1), Arif Gunawan2), Wakhyu Dwiono3)
4
UART TTL dan I2C. Contoh aplikasi DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE &
TEMPERATURE SENSOR antara lain untuk sistem pengukuran dan kendali tekanan udara, sistem
barometer/altimeter, produk-produk perkiraan cuaca, atau aplikasi-aplikasi lain yang menggunakan
informasi tekanan udara dan temperature[4].
.
Gambar 2.6 Modul DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR
2.7. KYL-500S
Kyl 500S digunakan sebagai media transmisi untuk mengirimkan data yang terdeteksi oleh
sensor-sensor tanpa kabel (nircable). Untuk dapat mengirimkan data serial melalui udara minimal
diperlukan suatu device yang dapat melakukan proses penumpangan data serial digital ke frekuensi
pembawa dengan frekuensi yang lebih tinggi untuk kemudian dipancarkan ke udara. Salah satu
contoh device yang dapat melakukan hal tersebut adalah modul Kyl 500S Wireless Transceiver.
Jarak yang bisa ditempuhnya sekitar 100 m – 5Km. Baudrate di udara 1200 bps, 2400 bps, 4800 bps,
9600 bps, 19200 bps, atau 38400 bps. Modulasi GFSK (Gaussian Frequency Shift Keying) sehingga
sangat anti-interferensi dan BER (Bit Error Rate) yang rendah[5].
Gambar 2.7 KYL-500S
3.
Perancangan Sistem
Pada perancangan terdapat 2 bagian utama, yaitu bagian hardware dan software. Dan pada
bagian ini akan dijelaskan blok diagram sistem secara keseluruhan.
Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network
Jurusan Teknik Elektronika Telekomunikasi, Vol. 2012
5
Gambar 3.2 Alat Akuisisi Parameter Hujan Menggunakan Wireless Sensor Network
Dapat dilihat pada blok diagram sistem akuisisi parameter hujan menggunakan Wireless Sensor
Network , pada modul pengukur, proses pengambilan data menggunakan 6 buah sensor, yaitu sensor
kecepatan angin, sensor arah angin, sensor temperatur udara, sensor tekanan udara, sensor
kelembaban nisbi, dan sensor pengukur tingkat intensitas panas matahari. Proses kerja dari sensor
tersebut yaitu ketika terjadinya perubahan data cuaca yang terukur pada setiap parameter yang
menjadi penyebab terjadinya hujan seperti kecepatan angin, temperatur udara, tekanan udara, dan
kelembaban udara, maka semua sensor akan mengukur perubahan-perubahan data yang merupakan
parameter penyebab terjadinya hujan, tidak adapun perubahan data yang terukur oleh sensor-sensor
tersebut, mikrokontroller tetap akan mengirim data secara terus-menerus dimana urutan pengiriman
datanya, node 1 dan 2 mengirimkan data ke node 3. Pada node 3 akan di cek apakah node 1 dan 2
sudah mengirim data, jika ada data yang diterima maka diteruskan ke server menggunakan modul
tranceiver KYL-500S . Data ditampilkan dalam bentuk user interface dan grafik.
4.
Analisa dan Hasil Pengujian
Pengukuran / pengujian berdasarkan perancangan. Awalnya pengukuran dilakukan untuk setiap
blok rangkaian yang terpisah untuk selanjutnya diukur untuk sistem keseluruhan secara terintegrasi.
Adapun pengujian yang dilakukan meliputi:
1. Pengujian Rangkaian Sensor Kecepatan Angin dan Arah Angin.
2. Pengujian Sensor LM 35
3. Pengujian Sensor Humidity
4. Pengujian Sensor Barometric Pressure dan Temperature
5. Pengujian KYL 500s (Transmiter dan Receiver)
6. Pengujian Pengiriman data dengan sistem WSN
4.1.1 Pengujian Rangkaian Sensor Kecepatan Angin dan Arah Angin
Pengukuran rangkaian sensor kecepatan angin dan arah angin ini dimaksudkan untuk melihat
output tegangan dan output gelombang.
Pada pengujian rangkaian sensor kecepatan angin prosedur pengujiannya ialah dengan
memberikan supply tegangan DC ke rangkaian optocoupler sebesar 5 volt, kondisi awal Jika antara
Phototransistor dan LED terhalang maka Phototransistor tersebut akan off sehingga output dari
kolektor akan berlogika high.
Sebaliknya jika antara Photo transistor dan LED tidak terhalang maka Phototransistor tersebut akan
on sehingga output-nya akan berlogika low.
6
Andi Irwanto. M1), Arif Gunawan2), Wakhyu Dwiono3)
Gambar 4.1 Pengujian kecepatan angin ketika Phototransistor dan LED tidak terhalang
Gambar 4.2 Pengujian kecepatan angin ketika phototransitor dan LED terhalang
Gambar 4.3 Output gelombang pengujian optocoupler
Gambar 4.4 Data pengujian kecepatan angin
Berdasarkan hasil data pengukuran kecepatan angin yang terukur ialah 0 knot, hal ini disebabkan
satuan kecepatan angin yang digunakan ialah knot, dimana 1 knot = 1,86 Km/jam, sehingga pada
pengujian, angin yang terukur dari anemometer tidak terbaca karena jumlah pulsa dari pembacaan
putaran encoder harus mencapai kecepatan 1,86 Km/jam dalam sekali pengambilan data, satu hal lagi
disebabkan mekanik kecepatan angin tidak terlalu ringan sehingga sulit berputar dengan angin yang
pelan.
Pengujian sensor arah angin prinsipnya hampir sama dengan pengujian sensor kecepatan angin,
karena sama-sama menggunakan rangkaian optocoupler untuk menentukan arah angin.
Jurusan Teknik Elektronika Telekomunikasi, Vol. 2012
7
Gambar 4.5 Pengujian arah angin ketika Phototransistor dan LED tidak terhalang
Gambar 4.6 Pengujian arah angin ketika phototransitor dan LED terhalang
Gambar 4.7 Data pengujian arah angin
Berdasarkan pengujian data arah angin diatas, jika antara Phototransistor dan LED terhalang
maka Phototransistor tersebut akan off sehingga output dari kolektor akan berlogika high.
Sebaliknya jika antara Photo transistor dan LED tidak terhalang maka Phototransistor tersebut akan
on sehingga output-nya akan berlogika low, maka dapat ditentukan arah anginnya.
4.1.2 Pengujian Rangkaian LM35
Pengukuran pada rangkaian sensor suhu LM35 ini dimaksudkan untuk melihat keluaran tegangan
dari sensor tersebut dan dibandingkan dengan hasil perhitungan teori.
Pengujian rangkaian sensor pengukuran intesitas panas matahari ialah dengan menjalankan
rangkaian dengan memberikan supply 5V, ukur menggunakan probe multimeter pada output penguat
non inverting, amati tegangan output.
Gambar 4.8 Output tegangan penguat non inverting LM35 pada suhu standart
8
Andi Irwanto. M1), Arif Gunawan2), Wakhyu Dwiono3)
Gambar 4.9 Tampilan suhu LM35 pada hyperterminal dalam kondisi suhu standart
Gambar diatas merupakan tegangan awal pada output LM35 dengan supply 5V, ini merupakan
output tegangan pada suhu normal (suhu ruangan), dan setelah dinaikkan suhu dengan mendekatkan
api pada sensor LM35 tersebut, tegangan akan naik, ini menunjukkan sensor suhu LM35 bekerja.
Tampilan suhu pada hyperterminal terletak di akhir yaitu data suhu terbaca sebesar 28o.
Gambar 4.10 Output tegangan penguat non iverting LM35 setelah dipanaskan
Gambar 4.11 Tampilan suhu LM35 pada hyperterminal dalam kondisi LM35 dipanaskan
Tegangan bertambah ketika sensor dipanaskan dengan api, yang berarti suhu disekitar sensor
naik, dimulai dari tegangan suhu standar sekitar suhu standart dengan tegangan output sekitar 1,42 V,
dan dipanaskan sampai dengan tegangan sekitar 2,86 V, pembacaan data suhu di hyperterminal teletak
di akhir yaitu sebesar 57o. Pada pengujian sensor LM 35 ini, digunakan untuk mengukur tingkat
intesitas panas matahari dalam 1 hari, sehingga dapat dilihat seberapa lama matahari terik dalam satu
hari.
4.1.3 Pengujian Humidity Sensor
Keluaran DT-SENSE HUMIDITY SENSOR berupa data digital yang sudah terkalibrasi penuh
sehingga dapat dipakai langsung tanpa perhitungan tambahan.
Jurusan Teknik Elektronika Telekomunikasi, Vol. 2012
9
Gambar 4.12 Data humidity sensor yang telah terkalibrasi penuh
4.1.4Pengujian Sensor Barometric Pressure dan Temperature
Keluaran DT-SENSE BAROMETRIC PRESSURE & TEMPERATURE SENSOR berupa data
digital yang sudah terkalibrasi penuh sehingga dapat dipakai langsung tanpa terlalu banyak
perhitungan tambahan.
Gambar 4.13 Data Barometric Pressure dan Temperature sensor yang telah terkalibrasi penuh
4.1.5 Pengujian KYL 500S
Pengujian KYL 500S dilakukan dengan mengirimkan data dari mikrokontroller menggunakan
satu node saja langsung ke KYL 500S server dan kemudian di tampilkan di hyperterminal seperti
berikut:
Gambar 4.14 Data yang diterima dilihat dari hyperterminal
Data diatas merupakan data pengiriman dari salah satu node, angka 1 awal menandakan nomor
nodenya, 52 merupakan inisialisasi data arah angin, 0 nerupakan data kecepatan angin dalam satuan
knot, 93 merupakan data kelembaban udara yg terukur, 1015/1014 merupakan data tekanan udara, 24
merupakan suhu udara, dan 25 merupakan nilai intesitas panas matahari.
10
Andi Irwanto. M1), Arif Gunawan2), Wakhyu Dwiono3)
4.4.1
Pengujian Pengiriman data dengan Parameter Jarak
Pengujian dilakukan dengan mengirimkan data dan ditampilkan pada hyperterminal jarak 10
meter antara TX dan RX, kemudian TX tetap pada posisi semula dan untuk RX (server) bergerak
menjauhi node perlahan-lahan, sampai akhirnya data tidak diterima lagi oleh RX. Pengujian dilakukan
pada kondisi Line Of Sight (LOS) dan Obstacle (NLOS), berikut data yang didapat pada saat
pengukuran.
Pengujian dilakukan pada kondisi Line Of Sight (LOS) dan Obstacle (NLOS), berikut data yang
didapat pada saat pengukuran.
Tabel 1 Tabel Jarak Koneksi KYL 500S kondisi LOS
NO
Jarak (m)
1
2
3
4
5
6
7
8
10
20
40
60
80
100
120
140
9
10
160
180
11
200
Status
koneksi
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
OK
NO
OK
NO
OK
Tabel 2 Tabel Jarak Koneksi KYL 500S kondisi NLOS
NO
Jarak (m)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Status
koneksi
OK
OK
OK
OK
OK
NO OK
NO OK
NO OK
NO OK
NO OK
11
200
NO OK
4.5 Pengujian Pengiriman Data dengan Sistem Wireless Sensor Network
Dalam pengujian pengiriman data dengan sistem server dilakukan di area kampus Politeknik
Caltex Riau dan Sport Centre Rumbai. Pada pengujian data menggunakan sistem wireless sensor
network masing-masing node diletakan pada daerah pengukuran yang berbeda, node 1 diletakan di
area lantai 4 PCR bagian sudut mendekati area parkir motor tepatnya diatas lab 326, node 2 diletakan
di area lantai 4 PCR bagian sudut mendekati area parkir mobil, tepatnya diatas lab 316, node 1
diletakan di area kantin PCR dan server diletakan di lapangan sport centre rumbai.
Jurusan Teknik Elektronika Telekomunikasi, Vol. 2012
11
Gambar 4.15 Area Pengujian Wireless Sensor Network
Gambar 4.16 Data Hasil Pengujian Wireless Sensor Network
Dapat dilihat dari tampilan di hyper terminal angka awal pada setiap data merupakan kode dari
node, yaitu 1 dan 2. Selain awal datanya bukan angka tersebut maka data tersebut tidak akan diolah di
VB.
Tetapi pada saat pengiriman data sensor pada setiap node juga terdapat data yang error, data
error ini disebabkan karena banyaknya penghalang (obstacle) saat pengiriman data antar node ke
server, seperti pohon dan dinding kampus PCR.
Penyebab lainnya karena keterbatasan kemampuan KYL-500S, KYL500-S ini merupakan modul
transceiver yang half-duplex dimana modul ini tidak bisa menerima dan mengirim data secara
bersamaan.hal ini akan menyebabkan terjadinya collision dalam pengiriman data.
4.6 Analisa Perbandingan Data Temperatur Udara (0C) Sensor dengan Data Temperatur Udara
(0C) BMKG Pekanbaru
Berdasarkan pengujian data temperatur udara sensor yang terukur pada sistem akusisi parameter
hujan yang dibandingkan dengan data temperatur udara BMKG pekanbaru dapat dilihat pada tabel
dan grafik:
Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Temperatur Udara Sensor dengan Temperatur Udara BMKG
Dari perbandingaan data temperatur udara diatas dapat dianalisa bahwa pengujian data sensor
menghasilkan data yang bagus, karena perbandingan dengan data BMKG hampir mendekati.
Pengujian data pengukuran ini dilakukan dengan meletakan posisi alat sensor pengukur tugas akhir
12
Andi Irwanto. M1), Arif Gunawan2), Wakhyu Dwiono3)
sama dengan posisi peletakan alat dari BMKG Pekanbaru, sehingga perbandingan data sensor dengan
alat BMKG tidak terlalu jauh.
4.7 Analisa Perbandingan Data Kelembaban Udara (% RH) Sensor dengan Data Kelembaban
Udara (% RH) BMKG Pekanbaru
Berdasarkan pengujian data kelembaban udara sensor yang terukur pada sistem akusisi parameter
hujan yang dibandingkan dengan data kelembaban udara BMKG pekanbaru dapat dilihat pada tabel
dan grafik:
Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Temperatur Udara Sensor dengan Temperatur Udara BMKG
Dari perbandingaan data kelembaban udara diatas dapat dianalisa bahwa pengujian data sensor
menghasilkan data yang bagus, karena perbandingan dengan data BMKG hampir mendekati.
Pengujian data pengukuran ini dilakukan dengan meletakan posisi alat sensor pengukur tugas akhir
sama dengan posisi peletakan alat dari BMKG Pekanbaru, sehingga perbandingan data sensor dengan
alat BMKG tidak terlalu jauh.
4.8 Analisa Perbandingan Data Tekanan Udara (hpa) Sensor dengan Data Tekanan Udara
(hpa) BMKG Pekanbaru
Berdasarkan pengujian data tekanan udara sensor yang terukur pada sistem akusisi parameter
hujan yang dibandingkan dengan data tekanan udara BMKG pekanbaru dapat dilihat pada tabel dan
grafik:
Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Temperatur Udara Sensor dengan Temperatur Udara BMKG
Dari perbandingaan data tekanan udara diatas dapat dianalisa bahwa pengujian data sensor
menghasilkan perbedaan data yang sangat signifikan, karena posisi peletakan alat tidak sama dengan
alat pembanding.
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian tehadap proyek akhir ini, maka penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan, yaitu:
Sistem sudah dapat bekerja secara realtime, hal ini dapat ditunjukan dengan adanya database
yang ter update setiap detiknya. Sensor yang digunakan dapat bekerja dengan baik, hal ini dapat
dibuktikan dengan hasil data yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan data pembandingnya.
Pangaruh obstacle dilingkungan sekitar sangat mempengaruhi jarak pengiriman KYL 500S,
Jurusan Teknik Elektronika Telekomunikasi, Vol. 2012
13
Pengiriman data secara wireless sensor network sudah berjalan sesuai dengan konsepnya, hanya saja
wireless KYL 500s mampu mengirimkan data pada jarak ±160 meter LOS dan ±80 meter NLOS.
5.2 Saran
Adapun saran yang diharapkan untuk pengembangan proyek akhir ini adalah:
Sebaiknya sistem diperluas dengan penggunaan akses internet dengan membentuk suatu gateway
interface, sehingga akses lebih jauh tidak terbatas pada jangkaun wireless saja. Mekanik kecepatan
angin sebaiknya dibuat dari bahan yang jauh lebih ringan, sehingga disaat kondisi angin kecil,
mekanik masih dapat berputar untuk mengukur kecepatan angin. Pada sistem yang digunakan,
sebaiknya mempunyai sumber tegangan yang mandiri, agar bisa diletakan di sebuah daerah terpencil
yang tidak mempunyai sumber listrik.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
Yunianto, Andrika Fitri. (2008). Rancang Bangun Prototipe Stasiun Klimatologi Pertanian
Berbasis Komputer PC dan Mikrokontroler dengan Tranceiver Nirkabel. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
http://organisasi.org/proses-terbentuknya-terjadinya-hujan-alami-dan buatan-ilmu-pengetahuanfisika
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah I Medan. (2011). Hourly Synoptic
Observations Recording Sheet. Riau: Stasiun Meteorologi Pekanbaru.
Saefebri, Yongghi. (2007). Prototipe Wireless Sensor Network (WSN) Sebagai sistem
Pendeteksi Dini Kebakaran Hutan Menggunakan Media Wireless (Hardware). Pekanbaru:
Politeknik Caltex Riau.
Iswanto. (2008). Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroller ATMEGA8535
dengan Bahasa Basic. Yogyakarta: Gava Media.
Putriasari. (2006). Rancang Bangun Sistem Penghitung KWh Berbasis Power Line Carrier
(PLC). Pekanbaru: Politeknik Caltex Riau.
Ade. (2011). Prinsip Kerja Optocoupler. Dalam Indojaya. Diambil 24 November 2011 dari
http://indojaya.com/teknologi/televisi/1448-prinsip-kerja-optocoupler-.htm.
http://www.innovativeelectronic.com/product/dt-sense.
Shenzen KYL communication equipment Co,Ltd. (t.t). KYL 500s smart wireless transceiver
data modul. Diambil 23 November 2011 dari http://pdf1.alldatasheet.com/datasheetpdf/view/391448/KYL/KYL-500S.html
Download