Untitled - Perpustakaan BAPPENAS

advertisement
MODAL SOSIAL
DALAM PENGELOLA AN HIPPAM
(Studi Kasus Pengelolaan HIPP AM Kedungkandang
Kedungkandang Kota Malang)
TE SIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Pascasarjana S-2
Program Studi
Magister Administrasi Publik
Diajukan Oleh :
SUKO KURNIANTO
09/295183/PMU/06 418
Kepada
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
Kecamat~
Tesis
Modal Sosial dalam Pengelolaan HIPPAM
(Studi Kasus Pengelolaan HIPPAM Kedungkandang
Kecamatan Kedungkandang Kota Malang)
Dipersiapkan dan disusun oleh
Suko Kurnianto
Telah dipertahankan di de pan Dewan Penguji
Pada tanggal 15 Nopember 20 10
Susunan Dewan Pen~mii
Pembimbi ng Uta rna
Anggota Dewan Penguji Lain
Dr. Nunuk Dwi Retnandari
Pembimbing Pendamping I
e Kutanegara, M.Si
Pembimbing Pendamping II
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister
Pengelola Program Studi Magister Administrasi Publik UGM
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahw tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta,
iii
November 2010
"cJtOt§tOt 9!:!tJJ11trh olfcng-hitung- OffJcbcraptr c::sBcmptrk olftdcri qotOt§
~ilti
c::sBcrikmr,
rcapi eR.ihti!&h OffJcbcraptr @kh!t:rs
~ilti
olftJ111bcriktm olftdcri
qotOl§ ~ilti cUiliki:
OffJumbtOt§tOl C:Wtrkw OffJcdzkit rcapi cRYibutuhktm ®rtOt§ ef2tnn
62cbih bcrtUti 0(3)miptrch c::58tOtptrk rcapi rc:Achk
olftJ111butuhktm
~
I~
Karya Ini Kupersembahkan
Kepada:
Bapak, Ibu dan Adik Yang ada di Surga.
Istri dan Anak-anak Tercinta.
iv
qotOl§
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut dan indah untuk diucapkan terkecuali "Puji syukur
Alhamdulillah" ke hadapan Allah SWT, karena atas rahmat, taufik dan hidayahNya, penulis akhimya dapat menyelesaikan tesis Modal Sosial Dalam
Pengelolaan HIPPAM Di Kelurahan Kedungkandang Kota Malang. Tesis ini
merupakan kajian tentang peran dan kontribusi Modal Sosial (Social Capital)
dalam
mendukung
pengelolaan
HIPP AM
sebagai
bentuk
pemberdayaan
masyarakat Kedungkandang.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk dapat dinyatakan lulus dari
program studi Magister Administrasi Publik (MAP) Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa substansi tesis ini masih jauh dari yang
diharapkan karenanya masih memerlukan banyak penyempumaan, walaupun
penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan tesis ini
sebagaimana layaknya sebuah penelitian ilmiah.
Selama proses penyusunan proposal sampai tersusun menjadi sebuah
tesis, penulis banyak mendapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besamya kepada :
1.
Segenap Civitas Akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta;
2.
Walikota Malang, Drs. Peni Suparto, M.AP. yang telah mengijinkan untuk
mengikuti studi di Magister Administrasi Publik (MAP) UGM Yogyakarta.
v
3.
Inspektur Kota Malang, Ora. Sutiarsi, M.Si. yang telah banyak memberikan
motivasi hingga akhir studi ini.
4.
Dr. Nunuk Dwi Retnandari, selaku dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan saran, arahan, bimbingan, masukan, dorongan, dan motivasi
selama penulisan tesis ini.
5.
Pengelola dan karyawan MAP UGM beserta seluruh staf yang setia melayani
mahasiswa secara profesional dan berdedikasi tinggi semoga lembaga ini
semakin maju dan berkembang di kemudian hari.
6.
Seluruh dosen dan pengajar di MAP UGM yang sudi memberikan transfer
ilmu, sehingga membuka cakrawala dan wawasan dalam konsep berpikir,
semoga ilmu tersebut kelak dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
7.
Rekan-rekan mahasiswa MAP UGM angkatan IV Bappenas khususnya
ternan-ternan "MAGer's" yang senasib dan sepenanggungan khususnya atas
kebersamaannya selama ini, semoga persahabatan kita tetap terjaga selalu.
8.
Seluruh Pengurus HIPPAM Kedungkandang, Tokoh Masyarakat dan Tokoh
Agama serta masyarakat Kedungkandang atas segala informasi dan
bantuannya selama penyusunan tesis ini;
9.
Sahabat, saudara dan handai taulan yang telah banyak membantu memberikan
nasehat, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan studi ini.
10. Istriku tercinta, Irma Widyastuti atas kesabarannya memberikan motivasi dan
selalu mendampingi dalam menyelesaikan studi, serta ke tiga buah hatiku,
Rifky Firmansyah, Nathan Abbiyu Nafi Pramudita dan Kheisa Elvarita
Angela yang turut merasakan keprihatinan untuk menggapai kesuksesan.
vi
Tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
yang membantu baik materi maupun non materi selama melaksanakan studi di
Yogyakarta.
Semoga Allah SWT. membalas semua do'a, kesabaran, dorongan serta
amal dan kebaikan yang telah diberikan menjadi ibadah dan kemudian mendapat
ridha-Nya. Amiin ...
Akhimya dengan segala kerendahan hati Penulis memohon maaf apabila
ada kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja dalam penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, sehingga, kritik dan
saran demi kesempumaan tesis ini sangat diharapkan. Semoga setitik karya ini
dapat bermanfaat.
Yogyakarta,
November 2010
Penulis,
SUKO KURNIANTO
vii
DAFTAR lSI
Hal
LEMBAR JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KAT A PENGANT AR
DAFTAR ISI
DAFT AR T ABEL
DAFTAR DIAGRAM DAN BAGAN
DAFT AR GAMBAR
INTI SARI
ABSTRACT
BABI
11
Ill
IV
v
VIII
XI
Xll
XIll
XIV
XV
PENDAHULUAN
I .I Latar Belakang
BAB II
1.2 Rumusan Masalah
II
1.3 Tujuan Penelitian
II
1.4 Manfaat Penelitian
I2
TINJAUAN PUSTAKA
2.I Modal Sosial
13
2.I.I Tipe Modal Sosial
24
2.1.2 Elemen Modal Sosial
27
2.2. Pemberdayaan Masyarakat
29
2.2.1 Strategi Pembangunan dan Pemberdayaan
Ma~arnk~
38
2.2.2 Perencanaan Pembangunan Partisipatif
39
2.2.3 Prinsip-Prinsip Perencanaan Partisipatif
44
2.3. Peranan Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat
49
2.4 Kerangka Pemikiran
52
viii
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
55
3.2 Lokasi Penelitian
57
3.3 Metode Pengumpulan Data
57
3.3.1 Teknik wawancara
57
3.3.2 Observasi
58
3.3.3 Dokumentasi
59
3 .4 T eknik Anal isis Data
60
3.4.1 Reduksi Data
60
3.4.2 Penyajian Data
61
3.4.3 Verifikasi Data
61
3.5 Prosedur dan Tahapan Penelitian
62
3.5.1 Tahap Persiapan Penelitian
62
3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
63
3.5.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
63
3.5.4 Tahap Pelaporan
64
3.6 Definisi Konsep dan Operasional
BABIV
64
DESKRIPSI WILA YAH PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Kedungkandang
67
4.1.1 Kondisi Geografis
67
4.1.2 Kondisi Topografis
68
4.1.3 Kondisi Kependudukan
69
4.2 HIPPAM
70
4.2.1 Munculnya Sumur Bor
70
4.2.2 Pembentukan HIPPAM
74
4.2.3 Organisasi HIPPAM
76
ix
BABY
MODAL SOSIAL DI KEDUNGKANDANG
5.1 Bentuk Modal Sosial di masyarakat Kedungkandang
5 .1.1 Perkumpulan
81
5.1.1.1 Pengajian
81
5 .1.1.2 Perkumpulan Kematian
83
5 .1.2 Organisasi Kemasyarakatan dan Kepemudaan
BAB VI
79
85
5.1.2.1 Karang Taruna
85
5.1.2.2 Arisan
88
5.1.3 Tradisi Masyarakat
90
5 .1.3 .1 Megengan
91
5.1.3.2 Tahlilan
94
5.1.3.3 Ngayat (Melayat)
95
5 .1.3 .4 Go tong Royong
96
BENTUK MODAL SOSIAL DAN PERANANNY A DALAM
PENGELOLAAN HIPPAM
BAB VII
6.1 Pengelolaan HIPP AM
102
6.2 Peranan Modal Sosial Dalam Pengelolaan HIPP AM
114
6.2.1 Kepercayaan
115
6.2.2 Jaringan
120
6.2.3 Norma-norma
124
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
129
7.2 Saran
130
DAFTAR PUS TAKA
LAMP IRAN
X
DAFT ART ABEL
Tabel: 2.1
Perbedaan Sifat Kepemilikan Modal
18
Tabel : 3.1
Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Informan Data
59
Tabel: 4.1
Usia Penduduk Kelurahan Kedungkandang
69
Tabel: 4.2
Jumlah pelanggan HIPP AM Kedungkandang
76
Tabel: 4.3
Pengurus HIPP AM Kedungkandang
77
Tabel: 6.1
Golongan dan Tarip air
108
Tabel: 6.2
Manivestasi Kepercayaan Pengurus
Dalam Pengelolaan HIPP AM
Tabel: 6.3
Manifestasi Kepercayaan Masyarakat
Dalam Pengelolaan HIPP AM
Tabel: 6.4
122
Manifestasi Norma Formal
Dalam Pengelolaan HIPP AM
Tabel: 6.6
118
Manifestasi J aringan
Dalam Pengelolaan HIPP AM
Tabel: 6.5
118
126
Manifestasi Norma Non Formal
Dalam Pengelolaan HIPP AM
xi
127
DAFT AR BAGAN DAN DIAGRAM
Bagan : 2.1
Kerangka Pikir Penelitian
Bagan : 4.1
Struktur Organisasi Pengurus HIPP AM
Diagram 4.1
54
Kelurahan Kedungkandang
78
Usia Penduduk Kelurahan Kedungkandang
69
xii
DAFT AR GAMBAR
Gambar 1.1
Bentuk Aktivitas Masyarakat di Sungai
Gambar 4.1
Sumur Bor dan Instalasi
73
Gambar 4.2
Kantor HIPP AM
75
Gambar 5.1
Makanan Khas acara Megengan "Kue Apem"
93
Gambar 5.2
Gotong Royong dalam Pembuatan Panggung Hiburan
99
Gambar 6.1
lndustri di Masyarakat
109
Gambar 6.2
Rembug Warga
Ill
xiii
7
INTI SARI
Penelitian ini membahas mengenai peranan modal sosial dalam
pengelolaan HIPPAM (Himpunan Pemakai dan Pengguna Air Minum). Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk-bentuk modal
sosial yang berkembang di masyarakat Kelurahan Kedungkandang Kota Malang.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
bentuk dan peranan modal sosial dalam mendukung pengelolaan HIPP AM di
Kelurahan Kedungkandang Kota Malang.
Penelitian 1111 menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data kemudian di analisis melalui tiga tahapan
yaitu reduksi data, penyajian data dan mengambil kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa masyarakat R W 5
Kelurahan Kedungkandang merupakan masyarakat yang memiliki modal sosial
yang cukup kuat yang muncul dari karakteristik masyarakat pedesaan yang masih
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, sikap saling
menghargai satu sama lain, sederhana dan sopan santun. Selain itu nuansa religius
yang masih nampak kental di dalam kehidupan masyarakat melahirkan modal
sosial yang kuat yang menumbuhkan tingkat kepercayaan dan kerja sama yang
baik di antara warga masyarakat. Modal sosial yang ada pada masyarakat tersebut
dapat ditemukan pada organisasi-organisasi kemasyarakatan, perkumpulanperkumpulan, dan tradisi-tradisi yang masih melekat di masyarakat termasuk
dalam pengelolaan HIPP AM.
Peranan modal sosial dalam pengelolaan HIPP AM dapat dilihat dari
tingginya tingkat kepercayaan yang didukung dengan adanya norma yang kuat
dalam masyarakat serta dukungan kerja sama dari masyarakat terhadap
pengelolaan HIPP AM. Modal sosial yang ada pada masyarakat Kelurahan
Kedungkandang Kota Malang serta modal sosial yang melekat kuat pada
pengurus atau pengelola HIPPAM membuat HIPPAM dapat berjalan secara
efektif dan efisien.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian tersebut, disarankan kepada
pemerintah agar mengadopsi pengelolaan HIPP AM di Kelurahan Kedungkandang
untuk diterapkan di daerah lain yang mempunyai kondisi kesulitan air yang sama.
Kata Kunci : Kepercayaan, Jaringan dan Norma-norma.
xiv
ABSTRACT
The research discusses about role of social capital in HIPPAM management. It aims to
describe and analyze model of developed social capital in Kelurahan Kedungkandang, Malang.
In addition, it is also to indentify and describe the role of social capital in supporting HIPP AM
management as the type of community-based empowerment in Kelurahan Kedungkandang,
Malan g.
The research applied qualitative method with descriptive approach. Data was collected by
using observation, interview and documentation. Then, data was analyzed through three steps:
data reduction, data presentation and decision making/verification.
The result of research indicate that people in R W 5 Kelurahan Kedungkandang are
society who have rather strong social capital emerging from rural community characteristic that
still highly respect to togetherness, mutual cooperation, attitude of respecting to each other, plain
and well mannered values. In addition, religious atmosphere still strong in the society life lead to
trust and cooperation level among people. The existence of social capital can be found in
community organization, associations, and tradition, which is included in HIPPAM management.
The role of social capital in HIPPAM management can be seen on high trust level
supported by strong religious norm in the society and community cooperation over HIPPAM
management. The social capital existing in Kelurahan Kedungkandang, Malang and social
capital attaching strongly in HIPPAM adiministrator make HIPPAM can operate effectively and
efficiently.
Based on the findings, government is recommended to adopt HIPPAM management in
Kelurahan Kedungkandang to be implemented in other regions that have same water problems.
Keywords: Trust, Network, Norms.
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada hakekatnya alam telah menyediakan au bersih yang
dibutuhkan, namun karena desakan pertumbuhan penduduk yang tidak merata
serta aktivitasnya telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan
keseimbangan lingkungan. Pada sisi lain seiring dengan meningkatnya
konsumsi air, variasi musim, kerusakan lingkungan dan pencemaran
menyebabkan air menjadi langka baik dari sisi jumlah maupun kualitas
sehingga tidak layak lagi dikonsumsi secara langsung. Guna mengatasinya
diperlukan prasarana dan sarana air bersih untuk merekayasa agar air yang
disediakan alam dapat aman dan sehat dikonsumsi. Untuk konsumsi air
minum telah ditetapkan dalam Kepmenkes Nomor 907/Menkes/SKNII/2002
tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum dimana bahwa syaratsyarat air layak minum adalah harus bebas dari bahan-bahan anorganik
maupun organik. Dengan kata lain kualitas air harus bebas dari zat kimia,
racun, limbah berbahaya, tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
mengandung logam berat.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau digunakan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Tidak ada yang meragukan ataupun
membantah bahwa air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Begitu
1
pentingnya air bagi manusta sehingga hak atas air merupakan hak asast
manusia yang fundamental. Pengakuan air sebagai hak asasi manusia secara
tegas tertuang dalam pasal 14 The Convention on the Elimination all of
Forms Discrimination Against Women-CEDA W 1979 yang menyatakan
bahwa perlunya pengakuan yang tidak diskriminatif terhadap penyediaan air
sebagai hak-hak perempuan, demikian juga dalam pasal 24 The Convention
on The Right of The Child-CRC 1989 yang menyatakan bahwa dalam upaya
mencegah malnutrisi dan penyebaran penyakit maka setiap anak dan orang
dewasa memiliki hak atas air minum yang bersih.
Air minum yang bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi
kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia. Oleh karena itu air minum
mutlak harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Dengan air
sebagai hak asasi manusia menjadikan penyediaan layanan air dikategorikan
sebagai pelayanan pokok yang merupakan pusat dari kontrak sosial antara
pemerintah dan masyarakat. Dengan kata lain j ami nan terhadap hak atas air
bagi masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah. Tanggung jawab
pemerintah terhadap pemenuhan hak atas air secara tegas tertuang dalam
pasal 5 Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber daya Air
dimana negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang
sehat, bersih dan produktif.
Hak setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan akses
terhadap air bersih dan pemerintah wajib untuk memenuhi kebutuhan akan air
2
bersih tersebut berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang
menyatakan bahwa "Bumi dan air dan kekayaan a/am yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat ", serta pasal 34 ayat 3 yang berbunyi "Negara
bertanggung jawab alas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak".
Di
negara berkembang seperti Indonesia,
masalah terbesar
mengenai persediaan air bukan hanya dari masalah kelangkaan air melainkan
dari kekeliruan menentukan kebijakan tentang pengelolaan air dan baru
menyadari adanya masalah-masalah tersebut setelah akibat yang tidak
dikehendaki dari kebijakan menjadi kenyataan. Akibatnya penyediaan air
bersih di Indonesia saat ini masih minim bahkan dibeberapa daerah terjadi
kelangkaan air bersih.
Kelangkaan air bersih yang dirasakan di Indonesia, terjadi karena
ketersediaan sumber air bersih yang layak konsumsi di Indonesia semakin
terbatas akibat pembangunan dan perambahan hutan secara serampangan
sehingga membahayakan kelangsungan hidup manusia di masa mendatang.
Sumber air bersih yang layak di konsumsi hanya sekitar 25 % dari 5.860
sungai yang tersebar di Indonesia dan itupun yang tersisa hanya di kawasan
Indonesia timur 1•
Kelangkaan dan kesulitan mendapatkan mr bersih tidak hanya
terjadi pada masyarakat pedesaan saja tetapi dialami juga oleh masyarakat
1
Ariful Amri, Ketua Rona Universitas Riau, Kamis(2-7-2009)
3
perkotaan yang sermg berebut air bersih dengan kawasan industri apalagi
pada waktu musim kemarau. Kondisi ini sudah berlangsung lama seperti di
kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan maupun Semarang. Sampai saat ini,
pelayanan penyediaan air bersih di kota-kota besar baru mencapai 45 %,
sedangkan di pedesaanjuga baru mencapai 10 % 2 .
Krisis
air di
kota-kota besar ini
menyebabkan terjadinya
ketidakadilan pemenuhan kebutuhan air khususnya bagi masyarakat miskin di
perkotaan. Tidak semua lapisan masyarakat terjangkau oleh layanan PDAM
karena semakin mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk
mendapatkan
layanan
air
bersih.
Ketidak
mampuan
PDAM
untuk
menyediakan air yang bersih dan aman bagi masyarakat dan keterbatasan
pelayanan PDAM yang hanya mampu melayani sebagian lapisan masyarakat
merupakan bentuk kegagalan pemerintah ..
Negara, yang secara yuridis (UUD 1945) sebagai penguasa dan
pengelola sumber daya air, tidak mampu menjalankan perannya dalam
pengelolaan sumber daya air di Indonesia yang memberikan jaminan
pemenuhan hak azasi warga negaranya dan tercapainya kesejahteraan
masyarakat. Adanya privatisasi yang dilakukan pemerintah berdampak pada
pembebanan tarif kepada masyarakat seolah menjadi kontra produktif dengan
konsep air untuk kesejahteraan. Negara gagal memberikan layanan dasar bagi
kesejahteraan warga negaranya. Namun di sisi lain, pemerintah justru
semakin mendorong upaya komersialisasi air bersih dengan memberikan izin
2
Menteri PU, Indonesia Masih krisis Air bersih, yogyakarta 20-12-2008
4
yang luas bagi penguasaan sumber air oleh perusahaan swasta (domestik dan
asing) dan juga perusahaan air minum dalam kemasan (AMOK).
Seperti berbagai program pembangunan manusia lainnya di
Indonesia, dalam mengatasi persoalan akses terhadap air bersih bagi kaum
miskin, sungguh merupakan upaya yang tidak mudah karena harus
membangun komitmen dan kesadaran bersama terlebih apabila pembahasan
komitmen dan kesadaran bersama itu terkait dengan isu yang membutuhkan
kampanye dan komunikasi intensif. Isu air bersih bagi masyarakat adalah
salah satu dari sekian yang membutuhkan dorongan dan komitmen bersama
dalam mencapai tujuan keempat MDGs3 yaitu menurunkan separuh proporsi
penduduk yang belum terlayani fasilitas air minum.
Mengatasi persoalan air bersih, pemerintah membangun Sistem
Penyediaan Air Minum (SP AM) dengan teknologi
memungkinkan
masyarakat dapat
mengelola
sederhana yang
secara mandiri.
Sistem
penyediaan air minum sederhana ini dioperasionalkan dengan bantuan sumur
bor yang dialirkan ke tandon air yang dibangun setinggi 10-15 meter dan
pendistribusiannya menggunakan sistem gaya gravitasi sebagai tenaga
pendorong air dari tandon yang disalurkan kerumah-rumah penduduk.
Berdasarkan Petunjuk teknis Pelaksanaan Prasarana Air Minum
Sederhana dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur, khususnya Sub
Bidang Air Bersih, bahwa dalam upaya menjamin pemanfaatan infrastruktur
3 Diskusi
media,Erna Witoelar, mantan duta besar MDGs untuk PBB di Indonesia
5
atr bersih/Sistem Pengelolaan Air Min urn (SP AM) yang berkelanjutan,
penyelenggaraannya dilaksanakan oleh masyarakat pengguna sendiri melalui
organisasi masyarakat setempat atau Organisasi penyelenggaraan air minum
di
masyarakat meliputi lembaga pengambil keputusan dan lembaga
pelaksana/pengelola. Pembentukan orgamsas1 penyelenggara air minum
dilakukan melalui mekanisme rembug warga.
Di Kota Malang pemenuhan air bersih masih mengandalkan kinerja
PDAM yang merupakan salah satu BUMD milik Pemerintah Kota Malang.
Wilayah cakupan pelayanan PDAM Kota Malang hingga saat ini baru
mencapai 68 % dari seluruh penduduk Kota Malang 4 . Sedangkan sisanya
belum dapat terlayani dikarenakan lokasinya yang jauh dari sumber air atau
tandon air, serta kondisi wilayah yang berbukit sehingga pendistribusian air
tidak mampu mencapai kawasan tersebut.
Salah satu lokasi di Kota Malang yang sangat sulit mendapatkan air
bersih tersebut adalah Kelurahan Kedungkandang. Kondisi ini dikarenakan
sebagian besar wilayah Kelurahan Kedungkandang berbukit sehingga layanan
PDAM tidak dapat menjangkau wilayah tersebut.
Untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, masyarakat Kelurahan Kedungkandang menggunakan
air sungai sebagai kegiatan sehari-hari, diantaranya untuk mencuci, minum,
memasak
dan
peliharaannya.
membuang
Kondisi
hajat
seperti
ini
serta
Laporan keuangan PDAM Kota malang bulan maret 2009
6
memandikan
hewan
tentunya sangat tidak sehat dan
mengandung resiko kesehatan yang tinggi.
4
untuk
Garnbar 1.1
Bentuk aktivitas masyarak:at di sungai
Sumber: Data primer, 2010
Bagi orang dewasa mengkonsumsi air yang kurang memenuhi
standar kesehatan, dalarn jangka wak:tu pendek tidak: ak:an berpengaruh terlalu
besar narnun
bagi
anak:-anak:,
dalarn jangka wak:tu panjang ak:an
mengakibatkan gangguan syaraf dan motorik otak: akibat keracunan zat besi.
Akibat dari mengkonsumsi air yang tidak: sehat baru ak:an dirasak:an 20
hingga 40 tahun mendatang, di saat bayi dan anak:-anak: yang ada saat ini
telah menjadi orang dewasa.
Ketidakmarnpuan PDAM Kota Malang dalarn mengatasi persoalan
air bersih terutama bagi masyarak:at Kelurahan KedungKandang dan adanya
program pemerintah untuk memfasilitasi pembangunan dan pengembangan
7
sistem
penyediaan
mr
mmum
(SP AM)
bagi
masyarakat
yang
melatarbelakangi pembentukan Himpunan Pemakai dan Pengguna Air
Min urn (HIPP AM).
Di Kota Malang hingga saat ini sudah terdapat beberapa HIPP AM
seperti HIPP AM Madyopuro, HIPP AM Buring, HIPP AM Arjowinangun,
HIPPAM Wonokoyo dan HIPPAM KedungKandang. Namun diantara
beberapa
HIPPAM
yang
ada
tersebut,
hanya
HIPPAM
Kelurahan
KedungKandang yang mulai dari awal dibentuknya hingga saat ini belum
pemah mengalami konflik seperti yang terjadi pada HIPPAM-HIPPAM
lainnya, hal ini terbukti dengan dijadikannya HIPPAM Kedungkandang
sebagai program percontohan dan kunjungan Menteri Pekerjaan Umum pada
tahun 2006.
Masyarakat di Kelurahan Kedungkandang membentuk HIPP AM
dengan tujuan agar dapat memanfaatkan dan menggunakan air bersih secara
maksimal. Adapun pembentukan kepengurusan HIPP AM dilakukan dengan
cara rembug warga yang dihadiri oleh seluruh tokoh masyarakat dan tokoh
agama serta disaksikan oleh pejabat kelurahan dan kecamatan sebagai
pendamping. HIPP AM sendiri adalah wadah bagi para pemakai air min urn
untuk mengurus dan mengatur kebutuhan air minum guna keperluan seharihari
secara
bersama-sama.
HIPP AM
KedungKandang
beranggotakan
masyarakat kelurahan KedungKandang yang terdaftar sebagai pelanggan
HIPPAM.
8
Keberadaan HIPP AM ini sangat membantu aktifitas warga yang
sebelumnya sangat kesulitan air bersih dimana untuk mendapatkan air bersih
biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sangat mahal, namun saat ini
masyarakat dengan mudah mendapatkan air bersih dengan biaya yang relatif
terjangkau. Sebagai perbandingan apabila membeli air dari PDAM harga per
meter kubiknya mencapai Rp. 2.000,- sedangkan harga yang ditetapkan
HIPPAM hanya Rp. 1.000,- per meter kubik.
Dengan terbentuknya HIPP AM tidak hanya mampu memenuhi
kebutuhan air bersih bagi masyarakat tetapi HIPPAM juga menjadi media
penggerak ekonomi warga. Hal ini ditandai dengan munculnya industri rumah
tangga diantaranya industri pembuatan batu bata, peternakan ayam potong,
industri pembuatan tahu serta peternakan ikan. HIPP AM merupakan lembaga
di tingkat masyarakat yang merupakan forum demokrasi dan wadah
pengambilan keputusan yang mencerminkan aspirasi masyarakat pengguna
air minum. HIPP AM dibentuk oleh masyarakat sendiri. Pengambilan
keputusan dalam HIPP AM dilakukan dengan melalui musyawarah mufakat,
hal ini mencerminkan norma, budaya dan kearifan masyarakat lokal.
Nilai-nilai, Norma dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat
merupakan dasar dari modal sosial. Hal ini disampaikan Ancok (2003 : 6)
dalam pidato pengukuhan guru besar bahwa :
"Organisasi sosial yang tradisional dibangun masyarakat untuk
kepentingan bersama. Mereka terlibat dalam organisasi didasari
oleh kontrak sosial, para anggota berkumpul diikat oleh
kepentingan emosional dan sosial tidak menekankan pada
kepentingan hers[fat maleri, sehingga para anggota akan
berpartisipasi dalam kegiatan organisasi. Para anggota organisasi
yang diikal oleh kepentingan bersama akan herparlisipasi dalam
kegiatan organisasi sejak perencanaan sampai dengan
implementasi kegiatan. Parlisipasi penuh seperli ini akan
9
menimbulkan rasa memiliki organisasi (sense of ownership)
sehingga organisasi dapat berjalan secara efektlf'.
Pentingnya peranan modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat
telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang peranan modal
sosial dalam adopsi teknologi sistem tanam legowo pada kegiatan prima tani
di Kabupaten Kupang yang dilakukan oleh Adrian Bire Tahun 2008
menunjukkan bahwa hampir sebagian besar petani masih mempunyai rasa
solidarisme yang cukup tinggi dan semakin memperkuat peranan modal
sosial petani, yang menimbulkan semakin tingginya tingkat adopsi teknologi
sistem tanam legowo oleh petani.
Penelitian yang tidak jauh berbeda tentang peranan modal sosial
dilakukan Santi Novita Tahun 2008 pada masyarakat nelayan dalam
pemanfaatan dan pengelolaan Danau Singkarak menyimpulkan bahwa
pengaruh modal sosial terhadap peningkatan kegiatan yang menunjang
kelestarian sumber daya ikan terlihat dari adanya kegiatan budidaya ikan dan
dukungan
masyarakat
Keda
Nagari
terhadap
keberadaan
reservat
didaerahnya. Modal sosial juga berpengaruh pada ketaatan mereka mematuhi
aturan penangkapan ikan dengan tidak menangkap ikan menggunakan setrum,
born dan potas yang merupakan zat kimia beracun.
Modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat diberbagai bidang
dapat meningkatkan keadaan yang kondusif antar individu, meningkatkan
kepercayaan terhadap para aktor lain yang terlibat dalam jaringan dan mampu
menumbuhkan efisiensi biaya pembangunan ketika modal sosial tersebut
terbentuk dan terpelihara dalam hubungan masyarakat. Kondisi seperti ini
10
pula yang terjadi di masyarakat Kelurahan Kedungkandang, dimana terdapat
nilai, norma dan budaya lokal mampu menciptakan modal sosial dalam
pengelolaan HIPP AM.
Mengingat
modal
sosial
merupakan
salah
satu
faktor
yang
berpengaruh dalam kegiatan organisasi karena akan sangat berdampak
terhadap keberhasilan organisasi di kemudian hari, maka penulis tertarik
meneliti bagaimana bentuk-bentuk modal sosial yang berkembang di
Kelurahan Kedungkandang dan peranan modal sosial dalam pengelolaan
HIPPAM di Kelurahan Kedungkandang. Tentunya hasil penelitian yang
diperoleh akan dapat dipergunakan dalam merumuskan pengelolaan HIPP AM
di masa mendatang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian Jatar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah
bentuk-bentuk
modal
sosial
yang
berkembang
di
Kelurahan Kedungkandang.
2. Bagaimanakah bentuk modal sosial dan peranannya dalam pengelolaan
HIPP AM di Kelurahan Kedungkandang Kota Malang.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah :
11
I.
Meiihat
dan
Mendeskripsikan
bentuk-bentuk
modal
sosial
yang
berkembang di masyarakat Kelurahan Kedungkandang Kota Malang.
2.
Mendeskripsikan dan menganalisis bentuk-bentuk modal sosial yang ada
dan
peranannya
dalam
pengelolaan
HIPP AM
di
Kelurahan
Kedungkandang Kota Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
Selain tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan berrnanfaat baik
secara praktis maupun teoritis, yaitu :
I.
Secara Praktis, dapat dijadikan sebagai bahan acuan/masukan dalam
upaya untuk melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap pelaksanaan
pengelolaan HIPP AM di Kelurahan Kedungkandang Kota Malang.
2.
Secara Teoritis, dapat dijadikan sebagai wawasan dan bahan masukan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Administrasi
Publik serta menambah wawasan bagi peneliti.
3.
Secara umum penelitian ini diharapkan akan dapat memberi masukan
kepada semua pihak yang tertarik pada peranan modal sosial dalam
pengelolaan HIPPAM dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu masukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
4.
Bagi
Pemerintah
Kota
Malang,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam pengelolaan
HIPPAM di masa yang akan datang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Modal Sosial
Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber yang timbul dari adanya
interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun demikian
pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi itu
sendiri.
Melainkan
dari
interaksi
tersebut,
seperti
terciptanya
atau
terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat. Sebuah interaksi dapat
terjadi dalam skala individual maupun institusional, secara individual,
interaksi terjadi manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama
lain yang kemudian melahirkan ikatan emosional. Secara institusional,
interaksi dapat lahir pada saat visi dan tujuan suatu organisasi memiliki
kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi lainnya.
Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, orang-orang
berinteraksi, berkomunikasi dan kemudian menjalin kerja sama pada dasarnya
dipengaruhi oleh keinginan untuk berbagi cara mencapai tujuan bersama yang
tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri secara pribadi. Keadaan ini
terutama teijadi ·· pada. interaksi · yang berlangsung· · relatif lama. Interaksi
semacam m1 melahirkan modal sosial, yaitu ikatan-ikatan emosional yang
menyatukan orang untuk mencapm tujuan bersama, yang kemudian
menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya relasi
yang relatif panjang.
13
Sebagaimana modal finansial dan modal manus1a. modal sosial
akhir-akhir ini juga diakui sebagai faktor penting yang menentukan
keberhasilan pembangunan suatu negara. Sebagai salah satu elemen yang
terkandung dalam masyarakat sipil, modal sosial menunjuk pada nilai dan
norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian besar anggota
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan
komunitas masyarakat. Konsep mengenai modal sosial telah banyak
dibicarakan oleh para sosiolog, ekonom, analis kebijakan dan pekerja sosial.
Modal sosial merupakan terminologi baru yang dikembangkan oleh
ahli-ahli sosial sekitar tahun 1900-an yang diawali oleh realitas bahwa proses
pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara berkembang dianggap
terlalu materialistik seperti peningkatan produksi dan pertumbuhan dengan
mengesampingkan aspek sosial dan budaya.
Konsep modal sosial itu sendiri bermula dari pemikiran Pierre
Bourdieu pada akhir tahun 1970-an (Hobbs, 2000 ; Yustika, 2006). Bourdieu
menekankan bahwa modal sosial dapat merujuk kepada norma atau jaringan
yang memungkinkan orang untuk melakukan tindakan kolektif. Bourdieu
· sebagai" peletak fondasi konsep modal sosial, mendefinisikan modal sosial
sebagai agregat sumberdaya aktual ataupun potensial yang diikat untuk
mewujudkan jaringan
yang
awet
sehingga
menginstitusionalisasi-kan
hubungan persahabatan yang saling menguntungkan. Bourdieu berkeyakinan
bahwa jaringan sosial tidaklah alami melainkan dikontruksi melalui strategi
14
investasi yang berorientasi pada pelembagaan hubungan kelompok yang
dapat
dipakai
sebagai
sumber terpercaya untuk meraih
keuntungan
(Yustika,2006). Pandangan Bourdieu tersebut mengisyaratkan bahwa melalui
modal sosial, pelaku dapat melakukan akses langsung terhadap sumber daya,
sumber informasi inovasi, informasi pasar serta dapat meningkatkan
akumulasi modal manusia dan modal budaya.
Robert Puttnam (I 993) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu
nilai kepercayaan antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap
pimpinannya. Modal sosial didetinisikan sebagai institusi sosial yang
melibatkan jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang mendoromg
pada sebuah kolaborasi
sosial
untuk kepentingan bersama.
Hal
ini
mengandung pengertian bahwa diperlukan adanya suatu ikatan/jaringan sosial
yang ada dalam masyarakat dan norma yang mendorong produktivitas
komunitas. Menurut Fukuyama (1995), modal sosial adalah kemampuan yang
timbul dari adanya kepercayaan dalam sebuah komunitas.
Pierre Bourdieu dalam The Form
ql Capital ( 1986) mendefinisikan
modal sosial sebagai "sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh
seseorang yang berasal dari jaringan sosial yang terlambangkan serta
berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan· timbal
balik atau dengan kata lain keanggotaan dalam kelompok sosial yang
memberikan kepada anggota berbagai bentuk dukungan kolektif'. Dalam
pengertian ini modal sosial menekankan pentingnya tranformasi dari
hubungan sosial yang sesaat dan rapuh. scpcrti pertentangan. pertemanan atau
15
kekeluargaan, menjadi hubungan yang bersifat jangka panjang yang diwarnai
oleh perasaan kewajiban terhadap orang lain. Bourdieu juga menegaskan
tentang modal sosial sebagai suatu yang berhubungan satu dengan yang lain,
baik ekonomi, budaya, maupun bentuk-bentuk modal sosial berupa institusi
lokal maupun kekayaan sumber daya alam. Pendapatnya menegaskan tentang
modal sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan
seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial
tertentu (paguyuban, kelompok, arisan, asosiasi tertentu).
Coleman menyebutkan setidaknya terdapat tiga bentuk modal sosial,
yaitu : (1) struktur kewaj iban; (2) ekspektasi dan (3) kepercayaan (Yustika,
2006). Deskripsi modal sosial seperti kepercayaan dan hubungan timbal balik
dikembangkan dalam sebuah proses yang terus menerus. Dalam kaitan ini
modal sosial dapat diartikan sebagai sumber yang timbul dari adanya
interaksi antar individu-individu dalam suatu komunitas (Suharto, 2005).
Beberapa ahli lain juga memberikan definisi tentang modal sosial
seperti Francis Fukuyama ( 1999) mendefinisikan modal sosial sebagai
serangkaian nilai dan norma informal yang dimiliki bersama diantara para
anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara
mereka. Fukuyama·(1995) mengatakan bahwa dengan bersandar pada normanorma dan nilai-nilai bersama, asosiasi antar manusia akan menghasilkan
kepercayaan yang pada gilirannya akan memiliki nilai ekonomi yang besar
dan terukur. Kepercayaan merupakan harapan yang tumbuh di dalam suatu
16
komunitas atau masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur,
saling percaya, teratur dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut.
Modal sosial baik yang dikemukakan Bourdieu, Coleman, Puttnam
maupun Fukuyama hanya berkisar pada tiga parameter, yaitu kepercayaan,
norma dan jaringan kerjasama, walaupun Bourdieu, Coleman dan Puttnam
mempunyai perspektif sedikit berbeda mengenai modal sosial. Modal sosial
yang diformulasikan Bourdieu yaitu melihat modal sosial dari sumber daya
dimana pelaku individu dapat menggunakannya karena kepemilikannya
terhadap jaringan secara bersama sebagai barang publik yang diatur oleh
organisasi dan jaringan horizontal yang eksis dalam masyarakat. Sedangkan
Coleman melihat sekaligus dari kedua sudut pandang tersebut tetapi dengan
cakupan lebih luas mengenai bentuk-bentuk modal sosial.
Parameter dalam modal sosial ini juga sesuai dengan pendapat
Rejean landry, Nabil amara dan Moktar Lamari (2001) menyatakan bahwa
modal sosial dapat dibagi atas tiga konsep dasar yaitu kepercayaan, norma
dan jaringan kerja. Kepercayaan berkembang karena adanya interaksi yang
terus menerus, norma tingkah laku berkembang karena adanya perubahan dan
interaksi yang terus menerus dan jaringan
ke~ja
akan efisien bila adanya
komunikasi dengan organisasi sekitamya. ·
Meskipun modal sosial ini analog dengan modal ekonomi, akan
tetapi jenis modal ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan jenis modal
lainnya, menurut Light (2004) dalam Masik (2005) keunikan modal sosial
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
17
Tabel: 2.1
Perbedaan Sifat Kepemilikan Modal
Sifat Kepemilikan modal
Secara umum
dapat diakses
Dikenai pajak
Keuangan
Tidak
Ya
Ya
Ya
Fisik
Tidak
Ya
Ya
Ya
Man usia
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Budaya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Jenis modal
Sosial
Dapat disimpan
Bermetamorfosa
Sumber: Light (2004) dalam Masik (2005)
Tabel diatas memperlihatkan bahwa keunikan utama modal sosial
adalah secara umum dapat diakses, artinya penduduk miskin masih dapat
memiliki jenis modal tersebut. Meskipun setiap orang dapat memilikinya,
modal
sosial
1111
seperti
jenis
modal
lainnya
dapat
dipupuk
dan
diperdagangkan dengan bentuk modallainnya.
Beberapa ahli di Indonesia juga memberikan pendapat mengenm
modal sosial. Menurut Eko (2007) modal sosial adalah kekayaan horizontal
dalam masyarakat. Modal sosial hadir dalam bentuk kearifan lokal, organisasi
.
sosial,
. kerja sama,
solidaritas
sosial, . jaringan
sosial. dan. lain-lain
.. Dalam
. . . .
. .
..
.
.
.. . .
.· . .
masyarakat lokal di Indonesia, modal sosial menjadi kekuatan yang tidak
dapat diremehkan. Dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik, terdapat
banyak nilai yang menjadi modal sosial antara lain bcrupa solidaritas, gotong
royong, tolong menolong. Nilai-nilai kchcrsamaan yang tcrkandung dalam
pcrilaku terschut mencerminkan adanya rasa sating percaya diantara anggota
18
masyarakat yang sesungguhnya merupakan potensi bagi perkembangannya
suatu relasi yang sehat (Mariana, 2007).
Menurut Yustika (2006) bahwa bentuk modal sosial bergantung pada
tiga elemen kunci, Pertama; kepercayaan dari lingkungan sosial dan
perluasan kewajiban yang harus dipenuhi. Dari perspektif ini individu yang
berada dalam struktur sosial dengan saling percaya tinggi memiliki modal
sosial yang lebih baik daripada situasi sebaliknya. Kedua; jaringan informasi,
informasi sangat penting sebagai basis tindakan. lndividu yang memiliki
jaringan yang lebih luas akan lebih mudah untuk memperoleh informasi
sehingga dapat dikatakan modal sosialnya lebih tinggi dan sebaliknya.
Ketiga; norma dan sanksi yang efektif. Norma dalam kelompok atau suatu
komunitas yang dapat mendukung individu untuk memperoleh prestasi.
Norma yang berlaku secara kuat dan efektif dalam sebuah komunitas dapat
mempengaruhi dan berpotensi mendidik orang lain.
Dalam memahami modal sosial secara garis besar terdapat dua
perspektif yaitu perspektif yang memandang modal sosial berlangsung dan
memberikan keuntungan kepada skala individu dan skala kelompok. Pada
perspektif yang pertama fokus pembahasannya adalah pemanfaatan modal
sosial oleh individu-individu · yaitu · bagaimana individu mengakses dan
menggunakan sumber daya yang tertanam di dalam hubungan sosial untuk
mendapatkan keuntungan, baik yang bersifat material maupun non material.
Kelompok ini memandang modal sosial sama seperti jenis modal lainnya
yang dapat dimiliki dan dikembangkan secm·a personal. Pendefinisian modal
19
sosial lebih pada interaksi sosial antar individual dan sumber daya yang
tertanam dalam relasi sosial (Van der Gaag, 2005 dalam Masik, 2005).
Namun demikian kelompok ini tetap mengakui bahwa norma, nilai
kepercayaan pada skala kelompok juga mempengaruhi pemanfaatan dan
pengaksesan modal sosial pada skala individual, menurut mereka agregasi
keuntungan yang diperoleh secara individual juga bermanfaat kepada
kelompok.
Perspektif kedua, memfokuskan pembahasan modal sosial sebagai
asset kolektif namun tetap mengakui pentingnya interaksi dan jaringan
individual dalam bentuk modal sosial. Fokus analisa kelompok ini adalah
bagaimana kelompok membentuk dan memelihara modal sosial sebagai asset
kolektif dan bagaimana asset tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan
anggotanya (Lin, 2001 dalam Masik, 2005). Modal sosial dari perspektif ini
didefinisikan dalam hal kelompok, jaringan kerja, norma-norma dan
kepercayaan yang tersedia bagi orang-orang untuk tujuan yang produktif.
Perbedaan kedua perspektif ini sebenamya tidak dapat dipisahkan
secara tegas, karena hubungan antara interaksi sosial yang dilakukan oleh
individual dan norma/struktur sosial pada kelompok bersifat timbal balik.
Selain perbedaan itu terdapat kesamaan pemahaman bahwa modal· sosial ...
terdiri dari sumber daya yang tertanam dalam relasi sosial dan struktur sosial
yang dapat dimobilisasi ketika seseorang ingin meningkatkan keberhasilan
dalam tindakan dengan tujuan tertentu (Lin, 2001; dalam Masik, 2005).
20
Grootaert dan Barteler (200 I) mengungkapkan ada tiga manfaat
modal sosial yaitu Pertama; partisipasi individu dan jaringan kerja sosial
akan meningkatkan ketersediaan informasi dengan biaya rendah. Kedua;
partisipasi dan jaringan kerja lokal serta sikap saling percaya akan membuat
kelompok
lebih
mudah
untuk
mencapm
keputusan
bersama
dan
mengimplementasikan dalam kegiatan bersama dan Ketiga; memperbaiki
jaringan kerja dan sikap mengurangi perilaku tidak baik dari anggota.
Ancok (2005) menyatakan banyak manfaat dari modal sosial yaitu:
I.
Manfaat pada masyarakat
Mengutip
Puttnam
(1993)
pertumbuhan
ekonomi
sangat
berkorelasi dengan kehadiran modal sosial. Pertumbuhan ekonomi suatu
masyarakat akan baik apabila ciri-ciri berikut dimiliki oleh masyarakat
yaitu
Pertama;
hadirnya
hubungan
yang
erat
antar
anggota
masyarakatnya, Kedua; adanya para pemimpin yang jujur dan egaliter
yang memperlakukan dirinya sebagai bagian dari masyarakat bukan
sebagai penguasa, Ketiga; adanya rasa saling percaya dan kerjasama
diantara unsur masyarakat.
2.
Manfaat pada organsisasi
Modal sosial akan memungkinkan manusia·untukbeketja sama
untuk menghasilkan sesuatu yang besar. Akumulasi pengetahuan akan
berjalan lebih cepat melalui interaksi antara manusia yang berbagi
wawasan. Akumulasi pengetahuan sebagai hasil interaksi sosial menjadi
kekuatan organisasi karena dia bisa menciptakan bcrbagai inovasi.
21
Semangat kerjasama, rasa saling percaya, berkorelasi dengan intensitas
kerja sama yang selanjutnya mempengaruhi kualitas sinergi organisasi.
3.
Manfaat pada individu
Berdasarkan penelitian para ahli, individu yang memiliki modal
sosial yang tinggi lebih maju dalam karir jika dibandingkan dengan
mereka yang modal sosialnya lebih rendah. Suksesnya seseorang di
dalam memperoleh pekerjaan juga dipengaruhi oleh modal sosial yang
dimilikinya.
Selain mempunyai manfaat, modal sosial juga mempunym
SISI
negatif. Fanatisme kelompok yang mendiskriminasikan kelompok lain adalah
refleksi dari sisi negatif modal sosial. Kondisi di indonesia setelah berlakunya
undang-undang otonomi daerah tampak semakin menuju ke arah ini. Banyak
daerah yang hanya mementingkan orang dari daerahnya sendiri dengan
mendiskriminasikan orang lain yang berasal dari luar daerah (Ancok, 2005).
Alim (2002) menyatakan bahwa modal sosial di Indonesia berkembang dalam
sisi gelapnya. Contohnya adalah dominasi praktek kolusi dan nepotisme,
banyak anak pengusaha yang mendapat kemudahan karena jaringan
kekuasaan yang dibangun orang tuanya.
Witrianto · (2003) menyatakan beberapa dimensi pembangunan
manusta
yang
sangat
dipengaruhi
oleh
modal
sosial
antara
lain
kemampuannya menyelesaikan berbagai masalah kolektif, mendorong roda
perubahan yang cepat di tengah masyarakat, memperluas kesadaran bersama
bahwa banyak jalan yang bisa dilakukan oleh setiap anggota kelompok untuk
22
memperbaiki nasib secara bersama-sama, memperbaiki mutu kehidupan
seperti tingkat kesejahteraan, perkembangan anak dan banyak keuntungan
lainnya yang dapat diperoleh.
Bangsa yang memiliki modal sosial tinggi akan cenderung lebih
efisien dan efektif menjalankan berbagai kebijakan untuk mensejahterakan
dan memajukan rakyatnya. Suatu kelompok masyarakat yang memiliki modal
sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelesaikan kompleksitas
persoalan dengan lebih mudah. Hal ini memungkinkan terjadi terutama pada
masyarakat yang terbiasa hidup dengan rasa saling mempercayai yang tinggi.
Masyarakat yang bersatu dan memiliki hubungan keluar dengan lingkungan
kelompoknya secara intensif dan dengan didukung oleh semangat kebajikan
untuk hidup saling menguntungkan akan merefleksikan kekuatan itu sendiri.
Memperhatikan pendapatan-pendapatan tentang modal sosial diatas
dapat disimpulkan bahwa modal sosial merupakan suatu rangkaian kerjasama
yang dipupuk dan terjalin dalam jangka waktu tertentu dalam suatu
komunitas bersama sehingga menimbulkan rasa kepercayaan antar individu
masyarakat dengan berpegang norma-norma yang disepakati bersama
sehingga tercipta suatu kondisi yang diinginkan dalam suatu kelompok atau
wilayah tertentu.
23
2.1.1 Tipe Modal Sosial
Woolcock (2001) dalam Herawati (2003) membedakan 3 (tiga)
tipe modal sosial :
I.
Social Bounding.
Pengertian Social Bounding adalah tipe modal sosial
dengan karekteristik adanya ikatan yang kuat yaitu adanya perekat
sosial dalam suatu sistem kemasyarakatan. Misalnya kebanyakan
anggota keluarga mempunyai hubungan kekerabatan dengan
keluarga lain. Hubungan kekerabatan ini bisa menimbulkan adanya
rasa empati atau kebersamaan. Bisa juga mewujudkan rasa simpati,
rasa berkewajiban, rasa percaya, resiprositas, pengakuan timbal
balik nilai kebudayaan yang mereka percaya. Aturan main
merupakan aturan atau kesepakatan bersama dalam masyarakat,
bentuk aturan ini bisa formal dengan sanksi yang jelas seperti
undang-undang. Namun ada juga sanksi non formal yang akan
diberikan masyarakat kepada anggota masyarakatnya berupa
pengucilan, rasa tidak hormat bahkan dianggap tidak ada dalam
suatu lingkungan komunitasnya. Ini menimbulkan ketakutan dari
setiap anggota masyarakat yang tidak melaksanakan bagian dari
tanggung jawabnya. Hal ini berdampak adanya keteraturan dalam
masyarakat.
Dalam lingkungan masyarakat, norma-norma itu tercermin
dalam kehidupan sehari-hari. Yang perlu diingat bahwa modal
24
sosial ada yang memberikan pengaruh yang baik dan ada yang
memberikan pengaruh yang kurang baik. Tradisi atau adat-istiadat
merupakan tata kelakuan yang kekal serta memiliki integrasi yang
kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat yang mempunyai
kekuatan untuk mengikat dengan beban sanksi bagi pelanggamya.
Hal
ini
kembali
berkait pada karakteristik sosio-psikologis
masyarakat desa yang masih meyakini suatu kepercayaan tertentu
secara homogen.
2.
Social Bridging.
Social Bridging merupakan suatu ikatan sosial yang
timbul
sebagai
reaksi
atas
berbagai
macam
karakteristik
kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam
kelemahan yang ada di sekitamya sehingga mereka memutuskan
untuk membangun suatu kekuatan dari kelemahan yang ada.
Wilayah kerjanya lebih luas dari pada social bounding. Dia bisa
bekerja lintas kelompok etnis, maupun kelompok kepentingan.
Social bridging bisa juga dilihat dengan adanya keterlibatan umum
sebagai warga negara, asosiasi dan jaringan. Tujuannya adalah
mengembangkan potensi
yang ada dalam
masyarakat
agar
masyarakat mampu menggali dan memaksimalkan kekuatan yang
mereka miliki baik sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya
alam (SDA) dapat dicapai.
25
Ketercapaiannya melalui interaksi sosial sebagai modal
utama. Interaksi yang terjalin bisa berwujud kerja sama atau sinergi
antar kelompok, yaitu upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah
laku yang diperlukan untuk mengatasi konflik ketika tingkah laku
seseorang atau kelompok dianggap menjadi hambatan oleh orang
atau kelompok lain, sehingga akhimya tingkah laku mereka
menjadi cocok satu sama lain.
3.
Social Linking
Merupakan
hubungan
sosial
yang dikarakteristikkan
dengan adanya hubungan diantara beberapa level dari kekuatan
sosial maupun status sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya:
hubungan antar elite politik dengan masyarakat umum. Dalam hal
ini elite politik yang dipandang khalayak sebagai tokoh, dan
mempunyai
Namun
status sosial daripada masyarakaat kebanyakan.
mereka
sama-sama
mempunyai
kepentingan
untuk
mengadakan hubungan. Elite politik membutuhkan massa untuk
mendapatkan suara dan mendukungnya. Sementara masyarakat
berusaha mendapatkan orang yang dipercaya bisa menjadikan
penyalur aspirasi dan mereka percaya sebagai wakilnya.
Pada dasamya ketiga tipe modal sosial ini dapat bekerja
tergantung dari keadaannya. Ia dapat bekerja dalam kelemahan maupun
kelebihan dalam suatu masyarakat. Ia dapat digunakan dan dijadikan
26
pendukung sekaligus penghambat dalam ikatan sosial tergantung
bagaimana individu dan masyarakat memakainya.
Dapat disimpulkan bahwa Modal sosial dapat berperan sebagai
fasilitator terbangunnya koordinasi, kerja sama bagi komunitas dalam
mewujudkan kehidupan sosial. Melalui perkumpulan yang bersifat
horizontal ini warga dapat mengaktualisasikan kepentingannya dan
mempunyai kepedulian yang tinggi dalam menyikapi dan mengelola
masalah publik, dan akhirnya mereka pun peduli terhadap kelembagaan
demokrasi yang merupakan serangkaian aturan main dalam menentukan
kebijakan publik.
2.1.2 Elemen Modal Sosial
Merujuk pada Ridell (1997), Suharto (2004) menyatakan ada 3
(tiga) elemen modal sosial yaitu kepercayaan, norma-norma dan
Janngan-J anngan.
1. Kepercayaan
Dasar dari terbentuknya modal sosial adalah rasa percaya.
Kepercayaan menjadi pengikat masyarakat. Pada masyarakat yang
"low trust" ikatan kelembagaan/institusi diikat oleh keanggotaan
dalam
keluarga.
Sebagaimana
dijelaskan
Fukuyama
( 1995)
kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah
masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan
ketja sama yang berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
Apabila anggota kelompok
27
mengharapkan anggota-anggotanya
berperilaku
JUJUr
dan
terpercaya,
mereka
akan
saling
mempercayainya. Kepercayaan ibarat pelumas yang membuat
jalannya organisasi menjadi lebih efisien dan efektif. Cox (1995)
mencatat
bahwa
dalam
masyarakat
yang
memiliki
tingkat
kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat posistif,
hubungan-hubungan juga bersifat kerja sama. Kepercayaan sosial
pada dasamya merupakan produk dari modal sosial yang baik.
2. Norma
Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilainilai,
harapan-harapan
dan
tujuan-tujuan
yang
diyakini
dan
dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma dapat bersumber
dari agama, panduan moral maupun standar-standar sekuler seperti
halnya kode etik profesional. Norma dibangun dan berkembang
berdasarkan sejarah kerja sama di masa lalu dan ditetapkan untuk
mendukung iklim kerja sama. Norma-norma dapat merupakan pra
kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.
3. Jaringan
Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringanjaringan kerja sama an tar man usia (Puttnam, 1993) jaringan terse but
memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan
tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerja sama. Jaringanjaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerja sama para
anggotanya serta manfaat dari partisipasinya itu.
28
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringanjaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan
orang lain, kemudian mereka membangun interaksi yang kental, baik
bersifat formal maupun informal (Onyx, 1996).
2.2 Pemberdayaan Masyarakat
Terjadinya kegagalan pada model pembangunan pada masa lalu,
menyadarkan akan perlunya reorientasi baru dalam pembangunan, yaitu
pendekatan
pembangunan
yang
memperhatikan
lingkungan
dan
pembangunan yang berwajah manusiawi. Pendekatan tersebut menempatkan
manusia sebagai faktor kunci yang memainkan peran penting dalam segala
segi. Proses pembangunan hendaknya sebagai suatu proses yang populis,
konsentrasi
pembangunan
lebih
pada
ekonomi
kerakyatan,
dengan
mengedepankan fasilitas pembangunan pada usaha rakyat kecil.
Bertolak dari model pembangunan yang humanize tersebut maka
dibutuhkan program-program pembangunan yang memberikan prioritas pada
upaya memberdayakan masyarakat. Dalam konteks Good Governance ada
tiga pilar yang harus menopang jalannya proses pembangunan, yaitu
masyarakat sipil, pemerintah dan swasta. Oleh karena itu SDM/ masyarakat
menjadi
pilar utama
yang
harus
diberdayakan
sejak
awal.
Dalam
pembangunan perekonomian rakyat untuk memberdayakan rakyat hendaklah
disertai transformasi secara seimbang, baik itu transformasi ekonomi, sosial,
budaya maupun politik. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara kekuatan
ekonomi, budaya, sosial dan politik.
29
Dengan adanya pemberdayaan, masyarakat dapat menjalankan
pembangunan dengan diberikan hak untuk mengelola sumber daya yang ada.
Masyarakat diberikan kesempatan untuk merencanakan dan melaksanakan
program pembangunan yang telah mereka tentukan. Dengan demikian
masyarakat diberi kekuasaan untuk mengelola sumber daya sendiri.
Menurut
Winami
dalam
Sulistiyani
(2004
79),
inti
dari
pemberdayaan ada tiga hal, yaitu pengembangan, memperkuat potensi atau
daya
dan
terciptanya
kemandirian.
Pada
hakikatnya
pemberdayaan
merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat dapat berkembang. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan
tetapi masyarakat tidak menyadari, atau bahkan belum diketahui. Oleh karena
itu, daya harus digali, dan kemudian dikembangkan.
Berdasarkan asumsi tersebut maka pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran
akan
potensi
yang
dimiliki
serta
berupaya
untuk
mengembangkan nya dengan dilandasi proses kemandirian.
a. Konsep dan arah pemberdayaan
Di
Indonesia, ada pergeseran menarik dalam hal wacana,
paradigma dan kebijakan pembangunan, yakni dari pembangunan ke
pemberdayaan. Tepatnya pembangunan desa terpadu pada tahun 1970-an,
bergeser menjadi pembangunan masyarakat desa pada tahun 1980-an dan
awal 1990-an, kemudian bergeser lagi menjadi pemberdayaan masyarakat
(desa) mulai akhir 1990-an hingga sekarang. Kini. dalam konteks
30
reformasi, demokratisasi dan desentralisasi,
wacana pemberdayaan
mempunyai gaung luas dan populer.
Gagasan pemberdayaan berangkat dari realitas obyektif yang
merujuk pada kondisi struktural yang timpang dari sisi alokasi kekuasaan
dan pembagian akses sumberdaya masyarakat (Margot Breton, 1994 ).
Pemberdayaan sebenamya merupakan sebuah altematif pembangunan
yang sebelumnya dirumuskan menurut cara pandang developmentalisme
(modemisasi ).
Pada intinya, paradigma lama (pembangunan) lebih berorientasi
pada negara dan modal sementara paradigma baru (pemberdayaan) lebih
terfokus pada masyarakat dan institusi lokal yang dibangun secara
partisipatif. Modal adalah segala-galanya yang harus dipupuk terus meski
harus ditopang dengan pengelolaan politik secara otoritarian dan
sentralistik. Sebaliknya, pemberdayaan adalah pembangunan yang dibuat
secara demokratis, desentralistik dan partisipatoris. Masyarakat menempati
posisi utama yang memulai, mengelola dan menikmati pembangunan.
Negara adalah fasilitator dan membuka ruang
yang kondusif bagi
tumbuhnya prakarsa, partisipasi dan institusi lokal.
Tidak
ada
sebuah
pengertian
maupun
model
tunggal
pemberdayaan. Pemberdayaan dipahami sangat berbeda menurut cara
pandang orang maupun konteks kelembagaan, politik, dan sosialbudayanya.
Ada
yang
memahami
pemberdayaan
sebagai
proses
mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi
31
tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan
penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Ada pula pihak lain yang
menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga
masyarakat secara bersama-sama pada sebuah kepentingan bersama atau
urusan
yang
secara
kolektif
dapat
mengidentifikasi
sasaran,
mengumpulkan sumber daya, mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh
karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam komunitas.
Sutoro Eko (2002) memahami pemberdayaan (masyarakat desa)
dengan beberapa cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam
konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat
bukanlah obyek penerima manfaat yang tergantung pada pemberian dari
pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek
(agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat
secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggung jawab negara. Pemberian
layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan
seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara.
Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan
kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan
sumber dayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut
menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan pemerintahan.
Pemberdayaan tidak bisa hanya diletakkan pada kemampuan dan
mental diri individu, tetapi hants diletakkan pada konteks relasi kekuasaan
32
yang lebih besar, dimana setiap individu berada di dalamnya. Mengikuti
pendapat Margot Breton ( 1994 ), realitas obyektif pemberdayaan merujuk
pada kondisi struktural yang mempengaruhi alokasi kekuasaan dan
pembagian akses sumberdaya di dalam masyarakat. Dia juga mengatakan
bahwa realitas subyektif perubahan pada level individu (persepsi,
kesadaran dan pencerahan), memang penting, tetapi sangat berbeda dengan
hasil-hasil obyektif pemberdayaan: perubahan kondisi sosial. "Setiap
individu tidak bisa mengembangkan kemampuan dirinya karena dalam
masyarakat terjadi pembagian kerja yang semu, relasi yang subordinatif,
dan ketimpangan sosial", demikian tulis Heller (1994: 185). Bahkan James
Herrick (1995) menegaskan
bahwa
pemberdayaan yang menekankan
pada pencerahan dan emansipasi
individu tidak cukup memadai
memfasilitasi pengembangan kondisi sosial altematif.
b.
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi lebih mandiri. Dimana kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah suatu kondisi yang
dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan,
memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapm
pemecahan
masalah-masalah
yang
dihadapi
dengan
mempergunakan daya kemampuan yang terdiri kemampuan kognitif,
konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang
dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
Kondisi kognitif adalah kemampuan berpikir yang dilandasi oleh
pengetahuan dan wawasan masyarakat dalam rangka mencari solusi atas
permasalahan yang dihadapi. Kondisi konaf!f merupakan suatu perilaku
yang terbentuk yang diarahkan pada perilaku yang sensitive terhadap nilainilai pembangunan dan pemberdayaan. Kondisi afekt(f adalah rasa yang
dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan untuk diintervensi dalam
mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kondisi psikomotorik
merupakan kecakapan ketrampilan yang dimiliki masyarakat sebagai
upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan pembangunan.
Terjadinya keberdayaan dalam empat aspek tersebut akan
memberikan kontribusi pada tercapainya kemandirian masyarakat yang
dicita-citakan. Karena dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan,
yang dilengkapi dengan kecakapan ketrampilan, diperkuat oleh rasa
memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhannya tersebut.
Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah
proses. Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan
memperoleh kemampuan. Dengan proses belajar tersebut akan diperoleh
kemampuan/daya dari waktu ke waktu. Yang diharapkan dari adanya
pemberdayaan
adalah
untuk
mewujudkan
komunitas
yang
baik,
masyarakat yang ideal. Menurut Montagu & Matson dalam Suprijatna (
Suprijatna, Tjahja, 2000: 13) dalam the Dumanization ol Man. yang
34
mengusulkan konsep The Good Community and Competency yang
meliputi sembilan konsep komunitas dan empat komponen kompetensi
masyarakat. The Good Community and Competency adalah :
I)
Setiap anggota masyarakat berinteraksi satu sama lain berdasarkan
hubungan pribadi, adanya kelompok juga kelompok primer.
2)
Komunitas memiliki otonomi yaitu kewenangan dan kemampuan
untuk mengurus kepentingannya sendiri secara bertanggungjawab.
3)
Memiliki vialibilitas yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah
sendiri.
4)
Distribusi kekuasaan merata sehingga setiap orang berkesempatan riil,
bebas memiliki dan menyatakan kehendak.
5)
Kesempatan setiap anggota masyarakat untuk berpartisipasi aktif
untuk kepentingan bersama.
6)
Komunitas memberi makna kepada anggota.
7)
Adanya heterogenitas dan beda pendapat.
8)
Pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat kepada yang
berkepentingan.
9)
Adanya konflik dan managing konflik.
Sedangkan untuk melengkapi sebuah komunitas yang baik perlu
ditambahkan kompetensi sebagi berikut:
1) Mampu mengidentifikasikan masalah dan kebutuhan komunitas.
2) Mampu mencapai kesempatan tentang sasaran yang hendak dicapai
dan skala prioritas.
35
3)
Mampu menemukan dan menyepakati cara dan alat mencapai sasaran
yang telah disetujui.
4)
Mampu bekerja sama rasional dalam bertindak mencapai tujuan.
Pada awalnya upaya memberdayakan masyarakat pasti dihadapkan
pada suatu kondisi masyarakat atau bagian dari masyarakat yang masih
dalam posisi dan kondisi yang lemah. Oleh karena itu untuk meningkatkan
komunitas yaitu dengan 9 langkah konsep komunitas yang didukung
dengan 4 kompetensi agar dapat mengantarkan masyarakat mampu untuk
memikirkan, mencari dan menentukan solusi yang terbaik dalam
pembangunan sosial.
c. Tahap- Tahap Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap.
Tahap- tahap yang harus dilalui tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kesadaran
tinggi.
2) Tahap transformasi
kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan-keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan kemandirian.
36
Tahap pertama merupakan tahap perstapan atau penyadaran
dalam
proses
pemberdaya
pemberdayaan
berusaha
masyarakat.
menciptakan
pra
Pada tahap
kondisi,
m1
pihak
supaya
dapat
memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Dengan
demikian akan tumbuh kesadaran akan kondisinya saat itu, dan dengan
demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya
memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Sebagaimana pendapat Randy dan Riant (2007 ; 3) bahwa "Pada tahap
ini masyarakat dapat diberikan pengetahuan yang bersifat kognisi, belief
dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa
mereka perlu diberdayakan, dan proses pemberdayaan itu dimulai dari
dalam diri mereka tidak dari orang luar".
Pada tahap kedua masyarakat akan menjalani proses belajar
tentang
pengetahuan
dan
kecakapan-keterampilan
yang
memiliki
relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut.
Sehingga akan bertambah wawasan dan kecakapan-keterampilan dasar
yang mereka butuhkan.
Tahap
ketiga
adalah
tahap
pengayaan
atau
peningkatan
intelektualitas dan kecakapan keterampilan yang diperlukan, agar mereka
dapat membentuk kemampuan kemandirian. Apabila masyarakat telah
mencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri
melakukan pembangunan.
37
2.2.1
Strategi Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan konsep yang lahir sebagai bagian dari
perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat, utamanya
Eropa. Konsep pemberdayaan mulai tampak kepermukaan sekitar dekade
1970-an, dan terus berkembang sepanjang dekade 1980-an hingga 1990an (akhir abad 20) (Pranarka & Moeljarto, 1996 : 44). Pemberdayaan
masyarakat sebagai strategi pembangunan digunakan dalam paradigma
pembangunan yang berpusat pada manusia. Perspektif pembangunan ini
menyadari
betapa
pentingnya
kapasitas
manusia
dalam
rangka
meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya
materi dan non material melalui redistribusi modal atau kepemilikan.
Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan didefinisikan
sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna
mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan,
terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan
sosial dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan
rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan
mentransfer daya dari lingkungannya (Payne, 1997 : 266).
Sementara
itu
Ife
(1995
182)
memberikan
batasan
pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas
sumber,
kesempatan,
pengetahuan,
dan
keterampilan
untuk
meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan
untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan komunitas
38
mereka. Terkait dengan itu, Sutrisno (2000 : 185) menjelaskan, dalam
perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola
sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun
dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses
pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan. Perbedaannya
dengan
pembangunan
partisipatif
adalah
keterlibatan
kelompok
masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan
program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah.
2.2.2
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Seiring
dengan
perkembangan
demokrasi,
maka
faktor
keterlibatan multi stakeholders dalam proses perencanaan semakin
menguat. Tjokroamidjojo (1988) mengemukakan bahwa keberhasilan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tergantung dengan adanya
keterlibatan aktif masyarakat. Arti penting partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan menurut Islamy (200 1) karena dengan
partisipasi masyarakat berarti :
1.
Memberi
kesempatan
yang
nyata
kepada
mereka
untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan tentang masalah kehidupan
yang mereka hadapi sehari-hari dan mempersempit jurang pemisah
antara pemerintah dan rakyat.
2.
Memperluas peluang pendidikan politik bagi masyarakat sebagai
landasan bagi pendidikan demokrasi. sehingga rakyat menjadi
39
terlatih dalam menyusun prioritas kebutuhan dan kepentingan yang
berbeda.
3.
Dengan adanya partisipasi masyarakat lokal dalam menangam
urusan-urusan publik akan memperkuat solidaritas komunitas
masyarakat lokal.
Mengenai pendidikan kepada masyarakat, Conyers ( 1994)
mengemukakan
bahwa sangatlah penting dan diperlukan adanya
komponen pendidikan dalam setiap bentuk perencanaan pembangunan
partisipatif. Masyarakat harus faham bagaimana sistem pengambilan
keputusan bekerja, dan pilihan-pilihan apa saja yang ada bagi mereka
sehingga mereka dapat berpartisipasi secara efektif. Sejalan dengan hal
ini Suprajogo (2003) menyatakan bahwa dalam konteks otonomi daerah,
masyarakat lokal yang lebih memahami kebutuhan dan permasalahan
yang dihadapi harus diberdayakan ataupun ditingkatkan kapasitasnya
agar mereka lebih mampu mengenali kebutuhan-kebutuhannya.
Dalam
setiap
kebijakan
pembangunan
khususnya
yang
menyangkut dan berkenaan dengan kepentingan masyarakat, maka
terdapat satu hal yang harus diperhatikan dan sama sekali tidak boleh
dilewatkan yaitu peran serta masyarakat. ·Peran serta masyarakat,
memegang peranan penting dalam perencanaan pembangunan, karena
masyarakat
saat
ini
tidak
boleh
lagi
dianggap
sebagai
obyek
pembangunan tetapi harus ditempatkan sebagai subyek pembangunan
bersama-sama dengan pemerintah. Artinya, masyarakat harus di dorong
40
untuk aktif terlibat dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
evaluasi
serta
pemeliharaan
dan
pengembangan basil pembangunan.
Selanjutnya Oetomo ( 1997) menyatakan bahwa secara gans
besar peran serta masyarakat dalam perencanaan meliputi:
a. Pemberian masukan dalam penentuan arah pembangunan;
b. Mengidentifikasikan berbagai potensi dan masalah pembangunan;
c. Pemberian masukan dalam perumusan rencana tata ruang;
d. Pemberian informasi, saran dan pertimbangan atau pendapat dalam
penyusunan strategi dan arah kebijakan pembangunan;
e. Pengajuan keberatan terhadap rancangan pembangunan;
f. Kerja sama dalam penelitian dan pengembangan;
g. Bantuan tenaga ahli.
Conyers ( 1994 ), mengungkapkan beberapa pandangan untuk
memperkuat kesimpulan tentang pentingnya partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan, yaitu terdapat tiga alasan pokok
mengapa partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan
pembangunan yaitu :
Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat paling
efektif guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan
sikap
masyarakat
yang
setempat,
tanpa
pembangunan serta proyek- proyek akan gagal.
41
kehadirannya,
program
Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau
program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan
dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk
proyek tersebut dan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek yang
bersangkutan.
Beberapa kasus menunjukkan bahwa bantuan dan
dukungan dari masyarakat setempat sangat sulit didapatkan jika mereka
tidak diikutsertakan sejak awal.
Ketiga,
tumbuh
dan
berkembangnya
anggapan
bahwa
keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan adalah
merupakan suatu hak demokrasi bagi masyarakat. Masyarakat merasa
mempunyai
untuk
ikut urung
rembug dalam
menentukan Jems
pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka sendiri.
Lebih lanjut Abe (2002) mengemukakan bahwa melibatkan
masyarakat secara langsung akan membawa tiga dampak penting, yaitu ;
a. Terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan rakyat
akan memperjelas apa yang sebetulnya dikehendaki masyarakat;
b. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan. Semakin
banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik;
c. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan politik masyarakat.
Di sisi lain peran serta masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan memerlukan beberapa prasyarat antara lain dalam bentuk
kesiapan dari masyarakat. Keterlibatan rakyat akan menjadi penjamin
bagi suatu proses yang baik dan benar. Namun jika tidak dilakukan
42
serangkaian upaya untuk mengembangkan pendidikan politik, maka
keterlibatan rakyat secara langsung tidak akan memberi banyak arti,
bahkan bisajadi malah menjadi sumber masalah.
Jadi, perencanaan pembangunan partisipatif adalah suatu
pendekatan perencanaan yang tujuannya berorientasi kepada kepentingan
masyarakat, sedangkan prosesnya melibatkan peran serta secara langsung
atau tidak langsung segenap elemen masyarakat. Tujuan dan cara harus
dipandang sebagai satu kesatuan. Suatu tujuan untuk kepentingan rakyat,
yang hila dirumuskan dengan tanpa melibatkan masyarakat, maka akan
sangat sulit dipastikan bahwa rumusannya akan berpihak kepada rakyat.
Suatu perencanaan yang ingin melibatkan kepentingan masyarakat tentu
saja harus berjuang untuk mengangkat yang tersimpan di bawah
permukaan dan menggalinya secara seksama, serta merumuskannya
dengan tepat, agar tidak menyimpang dari apa yang diinginkan
masyarakat.
Hal tersebut di atas berarti, bahwa menggerakkan sebuah
perencanaan
partisipatif
membutuhkan
pra
kondisi
untuk
mentransformasikan kapasitas kesadaran dan ketrampilan masyarakat,
sehingga bisa keluar dari · tradisi diam, apatis, pasrah dan cenderung
menyembunyikan maksud di bawah permukaan. Selama hal ini tidak
terjadi,
maka partisipasi
hanya akan
terlihat
sebagai
formalitas
partisipatif, sedangkan realitas sesungguhnya adalah hegemoni dan
manipulasi (Tjokroamidjojo, 2002).
43
2.2.3
Prinsip-Prinsip Perencanaan Partisipatif
Model-model
perencanaan
sebagaimana
paradigma
lama
(pembangunan) pada garis besarnya mengabaikan posisi rakyat sebagai
pihak yang seharusnya memiliki kedaulatan. Pengabaian posisi rakyat ini
bertentangan dengan konsep pemberdayaan yang seharusnya adalah
bagian dari proses dan definisi pembangunan itu sendiri. Dalam
pandangan
Bryant
dan
White
( 1989)
mengelola
peran
serta
pemberdayaan bukanlah semata-mata melibatkan masyarakat dalam
tahap perencanaan atau dalam evaluasi proyek belaka. Dalam peran serta
tersirat makna dan integritas keseluruhan proyek itu. Peran serta
merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain.
Peran serta berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan atau
perubahan yang akan dihasilkan suatu proyek sehubungan dengan
kehidupan masyarakat; peran serta adalah kesadaran mengenai kontribusi
yang dapat diberikan pihak-pihak lain untuk suatu kegiatan.
Salah
satu
kegagalan
pemerintah
dalam
melaksanakan
pembangunan adalah tidak adanya desentralisasi kewenangan yang
diberikan kepada level pemerintah di bawahnya maupun masyarakat
pada umumnya. Semasa rezim Orde Baru warna sentralistis sangat kuat
sehingga berdampak pada lemahnya inovasi lokal yang seharusnya lebih
memahami potensi daerah. Belajar dari kegagalan ini selanjutnya
mendorong pemerintah dan sejumlah aktor non negara lainnnya untuk
44
menciptakan sistem pemerintahan yang lebih desentralistis. Kelebihan
dari sistem ini adalah lebih mampu mendekatkan diri pada persoalan dan
kebutuhan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah lokal itu sendiri.
Mereka diberi kesempatan untuk mengidentifikasi persoalan dan
kebutuhannya, lebih dari itu mereka diberi hak untuk ikut memutuskan
kebijakan apa yang akan dilakukan untuk daerahnya. Desentralisasi
dalam pengertian ini bukan hanya pelimpahan kewenangan antar level
pemerintahan, tetapi pelimpahan kewenangan dari pemerintah kepada
masyarakat. Pemaknaan desentralisasi seperti ini diperlukan karena
perencanaan partisipatif tidak akan berjalan selama pengambilan
keputusan sepenuhnya masih dipegang oleh pemerintah. Tentu saja harus
bisa dibedakan secara jelas kewenangan yang memang menjadi tugas
pemerintah dan kewenangan yang menjadi arena publik.
Proses perencanaan sesungguhnya adalah perpaduan antara
kebenaran ilmu pengetahuan yang menjadi landasan berpikir dengan
kekuasaan
yang
menjadi
landasan
legitimasi.
Kondisi
m1
bisa
menciptakan ketegangan di antara keduanya yang antara lain terlihat dari
manajemen proses perencanaan yang berkepanjangan dengan struktur
kelembagaan yang terlampau rumit. Ini adalah harga yang memang harus
dibayar untuk mendemokratiskan perencanaan, tetapi masyarakat kadang
menjadi tidak sabar terhadap output dan outcome perencanaan.
Terjadilah intervensi di luar proses perencanaan formal yang mendistorsi
perencanaan yang dianggap sudah demokratis tersebut. Atas dasar itu,
45
perencanaan
partisipatif
perlu
memiliki
pnns1p
orgamsas1
dan
manajemen yang efisien dan produktif, dengan tetap memperhitungkan
nilai-nilai demokratis dalam perencanaan.
Prinsip lain yang patut diperhatikan adalah adanya jaringan
kerja kebijakan. Hal ini merupakan pola hubungan di antara aktor-aktor
yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam konsep ini
interdependensi adalah kata kunci yang harus dipahami. Aktor-aktor
saling berinterdependensi karena mereka tidak akan mampu mencapai
tujuannya tanpa melibatkan sumber daya yang dimiliki aktor lain.
Interdependensi didasarkan pada distribusi sumber daya di antara aktoraktor tersebut, tujuan yang dicapai dan persepsi mereka terhadap
ketergantungan sumber daya. Informasi, tujuan dan sumber daya saling
dipertukarkan dalam interaksi. Oleh karena proses interaksi sering
berulang, maka proses pelembagaan akan terjadi, muncul penyamaan
persepsi, pola partisipasi dan aturan interaksi berkembang dan ditetapkan
secara resm1.
Konsep di atas membutuhkan pnns1p transparansi, yakrii
keterbukaan di antara para aktor untuk secara jujur mengungkap segala
informasi dan sumber daya yang dibutuhkan dalam proses perencanaan.
Transparansi juga diperlukan pada tahap pengambilan keputusan karena
pada tahap ini harus ada kejelasan argumen terhadap pemilihan alternatif
kebijakan dengan berbagai macam implikasinya. Dengan kata lain,
46
transparansi adalah persoalan membangun kepercayaan di antara pihakpihak yang terlibat dalam proses perencanaan.
Sedangkan Abe (2002), untuk mengorganisasikan model ini
(perencanaan partisipatif) perlu diperhatikan prinsip dasar yang penting
dikembangkan yakni :
1.
Dalam perencanaan bersama rakyat, yang melibatkan banyak
orang, maka harus dipastikan bahwa di antara para peserta
memiliki rasa saling percaya, saling mengenal dan saling bisa
bekerja sama. Sebab yang hendak disusun adalah rencana aksi
bersama,
dengan
demikian
sejak
awal
perlu mempunyai
dukungan nyata, saling percaya dibutuhkan agar dalam proses
bisa berjalan dengan jujur dan terbuka, tidak merupakan ajang
siasat.
2.
Agar
semua
orang
bisa
berbicara
dan
mengemukakan
pandangannya secara fair dan bebas, maka di antara peserta tidak
boleh ada yang lebih tinggi dalam
kedudukan.
Hal
ini
dimaksudkan untuk membangun suatu suasana dan kondisi setara.
Tujuan
dasamya
adalah
agar
semua
pihak
bisa
mengaktualisasikan pikiran secara sehat dan tidak mengalami
hambatan.
3.
Perencanaan bersama rakyat harus bermakna bahwa rakyat bisa
menyepakati hasil
yang diperoleh, baik saat itu maupun
setelahnya. Harus dihindari praktek perang intelektual, dimana
47
mereka yang berkelebihan informasi mengalahkan mereka yang
miskin informasi secara tidak sehat. Keputusan yang diambil
harus merupakan keputusan bersama, dan bukan hasil rekayasa
satu kelompok. Untuk bisa menghasilkan keputusan bersama,
dibutuhkan pembahasan yang mendalam, sehingga masingmasing pihak benar-benar bisa paham sebelum keputusan
diambil. Suatu keputusan yang baik, tentu tidak boleh didasarkan
pada dusta dan kebohongan. Prinsip ini hendak menekankan
pentingnya kejujuran dalam penyampaian informasi, khususnya
persoalan yang sedang dihadapi. Hal yang dipentingkan dalam
soal ini adalah agar yang diungkapkan benar-benar sesuatu yang
menyentuh kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bukan hasil
rekayasa (cerita palsu).
4.
Berproses dengan berdasarkan fakta, dengan sendirinya menuntut
cara berpikir yang obyektif. Maksud dari berpikir obyektif adalah
agar
para
peserta
bisa
kesepakatan-kesepakatan
berproses
yang
sudah
dengan
menggunakan
ditetapkan
dan
tidak
berpindah-pindah dalam menggunakan pijakan.
5.
Prinsip partisipasi hanya akan ·mungkin · terwujud secara sehat,
jika apa yang dibahas merupakan hal yang dekat dengan
kehidupan keseharian masyarakat yakni berfokus pada masalahmasalah masyarakat. Jika perencanaan dilakukan di tingkat desa,
48
maka dengan sendirinya masalah yang dibahas berorientasi ke
de sa.
Dari pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasamya
perencanaan partisipatif memiliki prinsip sebagai berikut: ( 1) berorientasi
pada pemberdayaan; (2) mengenal adanya desentralisasi sesuai fungsi
kewenangan masing-masing; (3) diselenggarakan melalui organisasi dan
manajemen perencanaan yang efisien dan produktif; (4) menjamin proses
membangunjaringan berlangsung efektif; dan (5) mengakui transparansi.
Sedangkan dalam pelaksanaan proses perencanaan partisipatif
harus memperhatikan prinsip sebagai berikut : (1) antar peserta harus
saling percaya, saling mengenal dan saling bisa bekerja sama; (2) tiap
peserta berkedudukan sama dalam forum;
(3) tiap peserta bisa
menyepakati hasil yang diperoleh; (4) Hasil keputusan tidak didasarkan
atas dusta dan kebohongan; (5) proses berdasarkan fakta dan berpikir
yang obyektif; dan (6) berfokus pada masalah-masalah kehidupan
keseharian (masalah lokal).
2.3 Peranan Modal Sosial dalam pemberdayaan masyarakat
· Walaupnn sampai saat ini belum·ada konsensus yang formal tentang
sumber dan originalitas serta proses pembentukan modal sosial, namun
bagaimanapun juga telah muncul suatu kesepahaman dan saling pengertian
antara para ahli dan peneliti tentang peran penting modal sosial dalam proses
pemberdayaan dan pembangunan. Telah
49
te~jadi
suatu kesepakatan umum
bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal, suatu inisiatif dan proses
pembangunan seharusnya mempertimbangkan secara serius akan peran
penting dari modal sosial.
Peningkatan modal sosial dapat berpengaruh pada peningkatan
lingkungan melalui pengurangan biaya tindakan bersama, peningkatan
pengetahuan dan arus informasi, peningkatan kerja sama, berkurangnya
degradasi sumber daya alam, lebih banyaknya investasi terhadap lahan negara
dan sistem penyediaan air, peningkatan pengawasan dan penyelenggaraan
(Anderson, 2000).
Adanya peningkatan minat akan modal sosial dan hasilnya akan
mempengaruhi pada tindakan bersama dalam melestarikan sumber daya alam
(Ruud, 2002). Pretty dan Ward ( 2001) menyatakan bahwa jika modal sosial
terbangun dengan baik, kelompok lokal dengan aturan dan sanksi lokalnya
akan lebih bisa meningkatkan keberadaan sumber daya alam dibandingkan
jika individu-individu bekerja sendiri.
Menurut World Bank ( 1998), modal so sial tidaklah sederhana
sebagai penjumlahan dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat,
tetapi juga merupakan perekat dan penguat yang menyatukan mereka secara
· bersama-sama. Modal sosial menandai·· adanya suatu potensi masyarakat
untuk tindakan bersama mengatasi masalah daerahnya. Dengan lebih
rendahnya biaya untuk bekerja bersama, memudahkan kerja sama dan
kerelaan dalam mematuhi aturan yang berlaku (Pretty dan Ward (2001).
50
Adler dan Kwon (2000) menyatakan bahwa modal so sial mengubah
individu yang semula hanya memikirkan diri sendiri dan melupakan
kewajiban terhadap orang lain menjadi anggota suatu masyarakat yang
mempunyai minat bersama, suatu identitas umum dan suatu komitmen untuk
kebaikan bersama.
Secara nyata apabila diamati secara mendalam, semua perilaku dan
aktivitas sosial-ekonomi warga masyarakat lokal melekat dalam jaringan
hubungan-hubungan sosial. Modal sosial dapat membuat dan memungkinkan
transaksi ekonomi menjadi lebih efisien dengan memberikan kemungkinan
bagi pihak-pihak terkait untuk bisa ( 1) lebih banyak mengakses informasi, (2)
memungkinkan
mereka
untuk
mengkoordinasikan
kegiatan
untuk
kepentingan bersama, dan (3) dapat mengurangi atau menghilangkan
opportunistic behaviour melalui transaksi-transaksi yang teijadi berulangulang dalam rentang waktu yang panjang.
Hampir semua bentuk modal sosial terbentuk dan tumbuh melalui
gabungan atau kombinasi tindakan dari beberapa orang. Keputusan masingmasing pemain atau pelaku memiliki konsekuensi kepada semua anggota
kelompok atau group. Sehingga hal tersebut mencerminkan suatu atribut dari
struktur sosial.
Djamaludin Ancok (2003:23) menyatakan bahwa masyarakat yang
bisa menumbuhkan modal sosial dan menghasilkan karya besar adalah
masyarakat yang berorientasi "kita" bukan masyarakat yang berorientasi
51
"kami". Masyarakat yang berorientasi "kita" akan menfokuskan perhatian dan
tindakannya pada upaya peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Dapat disimpulkan bahwa modal sosial dalam pemberdayaan
masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial maupun dibidang-bidang lainnya
dapat
meningkatkan
keadaan
yang
kondusif antar
individu,
dapat
meningkatkan kepercayaan terhadap para aktor lain yang terlibat dalam
jaringan dan mampu menumbuhkan efisiensi biaya pembangunan ketika
modal sosial tersebut terbentuk dan terpelihara dalam hubungan masyarakat.
2.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka
pemikiran
dalam
penelitian
1m
adalah
untuk
mendeskripsikan bahwa antara konsep modal sosial dan pemberdayaan
masyarakat merupakan konsep-konsep yang saling mempengaruhi. Konsep
modal sosial, yang didalamnya mencakup tentang kerja sama, norma dan
kepercayaan yang menjadi dasar perilaku seseorang merupakan konsep yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Modal
sosial dianggap sebagai salah satu faktor berpengaruh pada pemberdayaan
masyarakat.
Modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat · baik diberbagai
bidang dapat meningkatkan keadaan yang kondusif antar individu dan dapat
meningkatkan kepercayaan terhadap para aktor lain yang terlibat dalam
jaringan serta mampu menumbuhkan efisiensi biaya pembangunan ketika
modal sosial tersebut terbentuk dan terpelihara dalam hubungan masyarakat.
52
Menumbuh kembangkan aspek kepercayaan masyarakat menjadi
komponen utama pembentukan modal sosial sehingga tercipta suatu jaringan
kerja antar warga dalam menciptakan pemberdayaan masyarakat. Modal
sosial dalam masyarakat pada pemberdayaan masyarakat akan dilihat pada
tahap-tahap pemberdayaan masyarakat yang melalui tahap penyadaran,
enabling dan memberdayakan segala potensi dan daya (Empowering) yang
dimiliki masyarakat dengan tujuan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan
sendiri tanpa menggantungkan kepada pihak lain.
Untuk
memudahkan
pemahaman
logika
penelitian
mengenat
hubungan antara modal sosial dan pemberdayaan masyarakat dalam
kaitannya dengan pengelolaan HIPPAM sesuai dengan tujuan dari penelitian
ini, penulis menyajikannya dalam bentuk bagan sebagai berikut:
53
I -MODAL SOSIAL I
1. Kepercayaan
- Besamya keinginan masyarakat menjadi
pelanggan HIPP AM.
- Manfaat adanya HIPP AM.
- Tingkat Kinerja HIPPAM.
2. Jaringan /kerjasama
- Latar belakang sosial kemasyarakatan.
Kelompok perkumpulan non formal di
masyarakat.
Tingkat hubungan antara pengelola dan
masyarakat.
Intensitas pertemuan antara pengelola dan
masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam menJaga
fasilitas.
3. Norma
- Aturan yang digunakan dalam pengelolaan
HIPPAM.
- Mekanisme pembuatan aturan.
- Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap
aturan ..
- Sanksi yang diberikan kepada masyarakat
diluar aturan yang berlaku.
I Pemberdayaan Masyarakat I
a. Tahap penyadaran
- Kesadaran
masyarakat
terhadap pentingnya sumur
bor.
- Tingkat swadaya masyarakat
dalam mengelola HIPP AM.
b. Enabling
- Tingkat demokratisasi atau
kebebasan berpendapat yang
seimbang
setiap
anggota
dalam rapat.
Tingkat
transparansi
pengelolaan HIPP AM
Tingkat
pengawasan
masyarakat kepada pengelola
HIPPAM.
c. Empowerment
- Tingkat
prakarsa
dari
masyarakat
dalam
mengembangkan HIPP AM
- Tingkat
pastisipasi
masyarakat
dalam
pengelolaan HIPP AM.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian pada hakekatnya adalah wahana untuk menemukan kebenaran
atau lebih membenarkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan modal
sosial dalam pengelolaan HIPP AM yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengelolaan
HIPP AM terse but.
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah dan peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik
pengumpulan
data
dilakukan
secara
induktif (penarikan
kesimpulan
berdasarkan keadaan-keadaan yang khusus untuk diperlakukan secara
umum). Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Riduan, 2007 : 51).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif dengan maksud hasil penelitian akan memberikan gambaran
mengenai berbagai fenomena, menjelaskan hubungan, mendapatkan makna
dan implikasi dari suatu masalah (Nazir, 1999 : 64).
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kasus, yaitu penelitian yang memusatkan diri secara intensif terhadap suatu
obyek
tertentu,
dengan
mempelajarinya
55
sebagai
suatu
kasus
(Nawawi, 2003: 72). Sedangkan Yin mengartikan studi kasus sebagai suatu
inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan
nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan
tegas (Yin, 2005 : 18).
Penelitian ini difokuskan pada bentuk-bentuk modal sosial yang
berkembang di masyarakat Kelurahan Kedungkandang dan bentuk-bentuk
modal sosial dan peranannya dalam pengelolaan HIPP AM di Kelurahan
Kedungkandang Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif dengan maksud hasil penelitian akan
memberikan gambaran atau mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan
akurat terhadap objek yang diteliti agar permasalahan dalam penelitian ini
dapat terjawab.
Dengan mengacu pada tujuan penelitian yang berusaha menjelaskan
bentuk-bentuk modal sosial yang berkembang di masyarakat dan bentukbentuk modal sosial dan peranannya di pengelolaan HIPP AM, maka dapat
dikatakan sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan dalam
penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan secara rinci dan
menyeluruh mengenai bentuk-bentuk modal sosial yang berkembang di
masyarakat Kelurahan Kedungkandang dan bentuk-bentuk dan peranannya
dalam pengelolaan HIPP AM di Kelurahan Kedungkandang Kota Malang,
dengan memaparkan realitas yang berlangsung berupa data-data dan faktafakta yang ditemui di lapangan.
56
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dimaksud dalam penelitian adalah tempat
peneliti menangkap keadaan yang sebenamya dari objek yang diteliti yaitu
masyarakat RW. 5 di Kelurahan Kedungkandang. Pemilihan lokasi ini
didasarkan pada :
1. Krisis yang di alami PDAM mengakibatkan PDAM Kota Malang tidak
mampu memenuhi
kebutuhan
masyarakat terutama di
Kelurahan
KedungKandang sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih
dari PDAM.
2. Adanya lokasi sumur bor milik HIPPAM yang berada di RW. 5
Kelurahan Kedungkandang yang dikelola oleh masyarakat Kelurahan
KedungKandang dan mampu memenuhi kebutuhan seluruh warga RW
yang merupakan konsumen HIPP AM bahkan termasuk warga disekitar
kelurahan tersebut.
3. HIPPAM-HIPPAM disekitar Kedungkandang banyak yang bermasalah
namun HIPP AM Kelurahan Kedungkandang tidak pemah mengalami
konflik hingga saat ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik Wawancara
Teknik wawancara memiliki fungsi untuk menggali informasi
dan berbagai wacana dari informan. Dalam penelitian ini, teknik
wawancara
yang
digunakan
adalah
semi
terstruktur
yang
memungkinkan peneliti untuk lebih bebas tanpa terpaku kepada
pertanyaan-pertanyaan
yang
telah
57
ditetapkan.
Dalam
melakukan
wawancara dengan informan, peneliti berbekal panduan wawancara
sehingga sangat memungkinkan informasi yang diperoleh akan
berkembang secara luas.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap beberapa
informan yaitu :
•
Masyarakat R W 5 yang menjadi pelanggan HIPP AM .
•
Tokoh masyarakat (Ketua RT dan ketua RW) dan Tokoh agama.
•
Pengurus I pengelola HIPPAM (ketua, Wakil dan Sekretaris
HIPPAM
•
Kepala kelurahan dan para staff kelurahan Kedungkandang.
3.3.2 Observasi
Observasi dapat digunakan untuk menggambarkan aktivitas
keseharian
dari
obyek
penelitian
yang
akan
diamati
guna
mengungkapkan fenomena yang sedang terjadi. Selain itu observasi
juga digunakan sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh dari
metode wawancara maupun dokumentasi.
Observasi dilakukan terhadap aktivitas warga dalam berinteraksi
dengan warga lainnya, serta melihat kehidupan sosial kemasyarakatan
seperti aktivitas kegiatan pengajian dan pola gotong royong. Observasi
juga dilakukan pada organisasi informal kemasyarakatan seperti karang
taruna dan arisan dan pola kerja pengurus dalam mengelola HIPPAM.
58
3.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder
dengan
mempelajari
berbagai
literatur
atau
dokumentsi
yang
berhubungan dengan obyek penelitian. Data sekunder bersumber dari
responden dan instansi terkait seperti kantor Kelurahan dan pengurus
HIPPAM.
Tabel 3.1
Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Informan Data
Jenis Data/Informasi
Teknik
Pengumpulan
Data
Informan
1
2
3
Wawancara dan
observasi
Masyarakat (Pengurus Kelompok,
ketua RT dan Ketua RW, Tokoh
Agama,
salah
satu
warga
masyarakat pengikut kelompok
perkumpulan)
2
3
- Masyarakat (Ketua RT dan RW,
ketua HIPPAM, Warga RT 1
dan RT 7)
- Kepala kelurahan dan staf di
Kelurahan KedungKandang
- Pengurusjpengelola HIPPAM
(Wakil Ketua dan sekretaris)
Bentuk-bentuk
sosial
yang
masyarakat
modal
ada
di
1
Partisipasi
dalam
HIPPAM
Masyarakat
pengelolaan
Wawancara dan
observasi
Pengelolaan HIPPAM oleh
pengurusjpengelola
HIPPAM
Wawancara dan
observasi
............
59
- Masyarakat (Ketua RT dan RW,
Tokoh Agama, Warga
- Kepala kelurahan, staf dan
tokoh masyarakat di Kelurahan
KedungKandang
- Pengurusjpengelola HIPPAM
. (l(etu(l ~Cill ?~kr.~~C:lr.i?}
.....
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keberhasilan pengelolaan
HIPPAM
Wawancara
- Masyarakat (Tokoh Agama,
Ketua RT dan RW, masyarakat
pelanggan HIPPAM)
- Kepala kelurahan, staf dan
tokoh masyarakat di Kelurahan
KedungKandang
- Pengurusjpengelola HIPPAM
(Ketua dan Wakil Ketua)
.... ·······
Kondisi masyarakat di
lokasi penelitian
Observasi
Masyarakat
- Ketua RT dan RW
- Tokoh Pemuda dan Agama
- Warga masyarakat dari
buruh dan petani.
Data Sekunder
Dokumen
- Kantor Kelurahan (monografi)
- Pengurus HIPPAM (laporan
keuangan dan arsip
administrasi pengelolaan
HIPPAM)
3.4 Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, analisis
data terdiri dari 3 (tiga) tahapan sesuai dengan tahapan analisis yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2009 ; 92-99) :
3.4.1
Reduksi data
Dalam tahap ini data yang diperoleh dilapangan jumlahnya
cukup banyak untuk itu perlu dicacat secara teliti dan rinci. Mereduksi
dimaksudkan untuk memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada
hal-hal yang penting, mencari tema dan pola yang didapat dari data
lapangan tersebut. Dalam tahap ini data yang diperoleh dari lapangan
diberi kode kemudian dikelompokkan sesuai dengan tema. Tema ini
meliputi tempat, waktu dan cara pandang terhadap fenomena yang
60
terjadi dilapangan dikaitkan dengan landasan teori yang dipakai dalam
penelitian ini.
Data hasil wawancara maupun observasi, peneliti memberikan
kode atau catatan kecil terhadap data tersebut sehingga akan
memudahkan dalam mengelompokkannya. Disamping itu, data
tersebut juga diberikan pemaknaan ataupun saran sebagai langkah
analisis
selanjutnya.
Sedangkan
data
dokumentasi,
peneliti
memberikan kode pada data yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian, menghubungkan data tersebut dengan hasil wawancara
maupun observasi serta membuat ringkasan untuk lebih memaknai
data tersebut.
3.4.2
Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hagan, maupun diagram.
Tujuan dari display data ini adalah untuk memudahkan memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut. Data yang didapat kemudian dijelaskan
hubungannya dengan data yang lain sehingga terbentuk suatu korelasi
data terkait permasalahan penelitian.
3.4.3
Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Dalam penelitian ini kesimpulan selalu
61
difokuskan untuk menjawab rumusan masalah. Dari berbagai data
yang diperoleh di lapangan akan ditarik suatu kesimpulan sebagai
rangkaian fenomena untuk menjawab rumusan masalah. Penarikan
kesimpulan ini dilakukan dengan melihat hubungan antar data,
informasi yang bersifat aktual atau menarik serta informasi dari
informan terkait permasalahan penelitian.
3.5 Prosedur dan Tahapan Penelitian
Prosedur penelitian ini akan menjelaskan urutan atau tahapan-tahapan
pelaksanaan penelitian secara terstruktur. Tahapan-tahapan penelitian ini
meliputi sebagai beikut :
3.5.1
Tahap Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan tahap awal dari seluruh
rangkaian dalam proses pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini,
peneliti melakukan peninjauan!observasi awal pada lokasi penelitian
guna mengetahui permasalahan yang ada dan merumuskannya.
Perumusan masalah ini erat hubungannya dengan tujuan dan manfaat
penelitian.
Setelah merumuskan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
akan ditentukan lingkup penelitian dan penyusunan studi pustaka serta
metode penelitian. Tahap selanjutnya adalah mencari data di lapangan
dengan mengikuti prosedur yang relevan.
62
3.5.2
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Pemahaman tentang latar belakang masyarakat, dalam konteks
penelitian ini kegiatan penelitian dilakukan pada masyarakat
konsumen pelanggan HIPP AM di Kelurahan Kedungkandang.
2. Pengambilan
data
tentang
berbagai
aktifitas
dan
perilaku
keseharian masyarakat yang membentuk modal sosial.
3. Pengambilan data dilakukan dengan teknik dan metode yang telah
ditetapkan berdasarkan pendekatan penelitian yang ditetapkan
pada penelitian ini.
4. Pemilahan dan pengelompokan data berdasarkan kategori tematema yang nantinya akan menjadi temuan penelitian.
3.5.3
Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan tahap lanjutan dari
seluruh rangkaian penelitian setelah data terkumpul. Pengolahan dan
analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan
ke dalam sub-sub tema berdasarkan kategori. Pengelompokan tersebut
dimaksudkan untuk menemukan tema-tema yang akan menjadi
temuan dalam penelitian. Setelah itu, data yang telah dikategorisasi
tersebut dianalisa untuk menemukan bentuk-bentuk modal sosial dan
faktor-faktor yang mempengaruhi secm·a empirik yang ada pada
konsumen HIPP AM Kelurahan Kedungkandang.
63
3.5.4
Tahap Pelaporan
Tahap pelaporan merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian
kegiatan penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi
perangkuman kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan
secara keseluruhan. Bentuk pelaporan ini dituangkan dalam suatu
tulisan yang penulisannya didasarkan pada kaidah-kaidah penulisan
laporan ilmiah.
3.6 Definisi Konsep dan Operasional
Definisi konsep memiliki fungsi untuk membatasi pendiskripsian
aspek-aspek yang akan diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
adanya bias dalam interpretasi terhadap dimensi-dimensi yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini definisi konsep ditekankan pada proses pengelolaan
HIPP AM sebagai bentuk pengelolaan air minum serta peranan modal sosial
yang mendukung pemberdayaan masyarakat tersebut.
Definisi operasional merupakan operasionalisasi dari aspek-aspek
penelitian yang akan digunakan untuk mencari, mengumpulkan dan
menganalisa
fenomena-fenomena
berupa
data
dan
informasi
dan
menyimpulkan hasil dari fenomena tersebut. Definisi operasional meliputi
bentuk dan peran modal sosial dalam pengelolaan HIPP AM berbasis
pemberdayaan masyarakat.
Dalam penelitian ini, dimensi tersebut meliputi bentuk modal sosial
yaitu segala representasi yang terjadi dalam hubungan antar individu dalam
64
kelompok atau perkumpulan yang memungkinkan adanya kerja sama diantara
individu tersebut untuk menghasilkan manfaat bersama. Bentuk-bentuk
modal so sial ini dapat dilihat dari aspek -aspek berikut :
a. Kepercayaan
Kepercayaan yaitu sikap saling percaya antara HIPP AM dengan
masyarakat sehingga memungkinkan terbangunnya kerja sama untuk
menghasilkan manfaat yang dapat dinikmati bersama. Kepercayaan ini
meliputi :
- Besamya keinginan masyarakat menjadi pelanggan HIPPAM.
- Manfaat adanya HIPP AM.
- Tingkat Kinerja HIPP AM.
b. Jaringan
Jaringan yaitu hubungan intern pengurus HIPPAM serta antara pengelola
dan masyarakat sehingga mampu membangun pola kerjasama yang
konstruktifuntuk meningkatkan manfaat bersama. Jaringan ini meliputi :
- Kelompok-kelompok perkumpulan non formal di masyarakat.
- Tingkat hubungan antara pengelola dan masyarakat
- Intensitas pertemuan antara pengelola dan masyarakat.
- Partisipasi masyarakat dalam menjaga fasilitas.
c. Norma-norma
Norma yaitu pedoman yang telah disepakati terkait perilaku dan interaksi
yang dapat diterima oleh warga masyarakat dan pengelola HIPP AM
65
sehingga mampu dijadikan sarana dalam kegiatan masyarakat maupun
HIPPAM. Norma ini meliputi :
- Aturan yang digunakan dalam pengelolaan HIPP AM.
- Mekanisme pembuatan aturan.
- Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap aturan.
- Aturan yang diterapkan kepada masyarakat diluar aturan yang berlaku.
66
BABIV
DESKRIPSI WILA YAH PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di R W 5 Kelurahan Kedungkandang Kota Malang,
dengan obyek penelitian HIPP AM. Dipilihnya Kedungkandang sebagai lokasi
penelitian
karena
keberadaan
HIPP AM
terletak
di
wilayah
Kelurahan
Kedungkandang dan pengelolaannya dilakukan oleh warga Kedungkandang.
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Kedungkandang
Kelurahan Kedungkandang merupakan satu dari 57 kelurahan di Kota
Malang, tepatnya berada di bagian selatan Kota Malang. Jarak kelurahan
Kedungkandang dengan pusat pemerintahan Kota Malang sejauh 10 km
sedangkan dengan pusat Kecamatan Kedungkandang sejauh 5 km. Kelurahan
Kedungkandang
masuk di
wilayah Kecamatan Kedungkandang yang
berbatasan dengan kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.
Secara administrasi Kelurahan Kedungkandang terbagi menjadi 7 R W
(rukun warga) dan 49 RT (rukun tetangga), jumlah RW telah mengalami
pemekaran yaitu dari 5 RW menjadi 7 RW pada tahun 2001. Dua RW
pemekaran itu meliputi RW 6 yang tadinya berada di wilayah RW I serta
RW 7 yang tadinya merupakan masuk wilayah RW 3.
4.1.1
Kondisi Geografis
Kondisi geogratis Kelurahan Kedungkandang terletak pada
ketinggian 420 mdpl dengan luas wilayah 423.260 m 2 • Wilayah
67
Kelurahan Kedungkandang sebagian besar merupakan tanah sawah
tadah hujan seluas 10.600 m 2 dan tanah kering seluas 361.000 m21 •
4.1.2
Kondisi Topografis
Kelurahan Kedungkandang dilewati 2 sungai besar yaitu
sungai Amprong dan sungai Bango dan secara topografis kemiringan
tanah di wilayah Kelurahan Kedungkandang dikelompokkan menjadi
2 bagian yaitu :
a. Tanah datar meliputi wilayah yang terletak di sebelah barat sungai
Amprong yang merupakan pusat pemerintahan dan kegiatan
perdagangan. Wilayah di barat sungai Am prong meliputi R W
1,2,3,6 dan RW 7.
b. Tanah miring yang meliputi wilayah di sebelah timur sunga1
Amprong yang merupakan kawasan perbukitan dan masih banyak
perkebunan atau ladang. Wilayah di timur sungai meliputi R W 4
dan RW 5.
Kemiringan tanah yang sangat berbeda antara di barat dan
timur sungai berpengaruh terhadap kondisi lingkungan dimana di
wilayah barat sungai mudah untuk mendapatkan air bersih dari aliran
PDAM sedangkan pada wilayah timur sungai sangat kesulitan dalam
mendapatkan air bersih karena tanah yang berbukit dan tidak adanya
sumber air.
1
Data diolah dari monografi kelurahan Kedungkandang semester 1 tahun 2010
68
4.1.3
Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk Kelurahan Kedungkandang berdasarkan
hasil sensus penduduk oleh BPS tahun 2010 sebanyak 9.673 jiwa atau
2.575 kk, yang terdiri dari laki-laki: 4.841 jiwa (50,44%) dan
perempuan: 4.791 jiwa (49,56%).
Berdasarkan
usia
penduduk
Kelurahan
Kedungkandang
sebagai berikut :
Tabel: 4.1
Usia Penduduk Kelurahan Kedungkandang
No
1
0
2
3
4
I,.,
Usia
Jiwa
-5
Persentase(%)
1,167
12,06
6 -15
1, 998
20,66
16 -60
5,484
56,69
1, 024
10,59
9,673
100
11]
60
Total
>J
Sumber: Data monografi kelurahan semester 1 tahun 2010
Diagram 4.1
Diagram Usia Penduduk Kelurahan Kedungkandang
Sumber : Data monografi kelurahan semester 1 tahun 2010
69
Dilihat dari data penduduk berdasarkan usia bahwa penduduk
Kelurahan Kedungkandang lebih banyak merupakan usia produktif
yaitu sejumlah 5. 488 jiwa atau 56,69 %.
Mata
pencaharian
penduduk
Kelurahan
Kedungkandang
sebagian besar menjadi buruh pabrik (Pabrik rokok) sebanyak 1.500
orang, hal ini dikarenakan di wilayah Kedungkandang banyak berdiri
industri pembuatan rokok dalam sekala kecil dan menengah.
Penduduk yang berpropesi sebagai petani sebanyak 336 orang, namun
setengah dari jumlah petani tersebut merupakan petani penggarap.
Penduduk sebagai peternak (sapi) sebanayak 203 orang, sedangkan
penduduk dengan profesi sebagai PNS/TNI/Polri sebanyak 273 orang
dan lain-lain sebanyak I 09 orang.
4.2 Himpunan Pemakai dan Pengguna Air Minum (HIPPAM)
HIPP AM merupakan organisasi kemasyarakatan yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat di R W 5 dengan tujuan agar dapat mengelola
dan memanfaatkan serta menggunakan air bersih secara optimal. Air bersih
ini didapat dari pengelolaan sumur bor.
4.2.1 Munculnya Sumur Bor
Sebelum tahun 1995, di mus1m kemarau warga R W 5 di
Kelurahan Kedungkandang sungguh sangat menderita. Tidak ada
sumber mata air yang mengalir disini, ditambah letak topografis yang
berada di atas bukit. Setiap musim kemarau tiba, warga R W 5 sibuk
70
mendatangi sungai Amprong yang jaraknya ± 2 kilometer untuk
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat dengan menggunakan
"pikulan" dan bagi yang mampu menggunakan gerobak atau "cikar"
yang ditarik sapi.
Setelah jalan-jalan kampung diperlebar dan dapat dilalui
kendaraan, kebutuhan air bersih dilakukan melalui suplai dari tangkitangki PDAM Kota Malang yang dilakukan 2 (dua) kali seminggu.
Untuk mendapatkan air PDAM masyarakat harus memesan 1 (satu)
bulan sebelumnya. Harga air bersih yang harus dibeli oleh warga
masyarakat sebesar Rp. 150.000,- per tangki. Sampai dengan tahun
2000 PDAM telah memperbanyak intensitas pengiriman tangki air dari
2 (dua) kali seminggu bertambah sampai menjadi 10 sampai 15
pengiriman setiap hari. Walaupun pengiriman dilakukan sampai malam
hari namun pasokan air tangki sebanyak itu selalu kurang dan kemudian
muncul permasalahan baru adanya tindak kekerasan dan sabotase
pengiriman air tangki tersebut.
Pada tahun 2001 tokoh masyarakat dan tokoh agama melakukan
musyawarah untuk membahas kebutuhan air bersih bagi warga di
wilayah tersebut yang ditindaklanjuti dengan pengajuan proposal sumur
bor kepada Pemerintah Kota Malang. Setelah melakukan kajian dan
penelitian kedalaman air tanah di wilayah tersebut dan adanya masukan
dari PDAM Kota Malang yang belum dapat melayani wilayah tersebut
maka Pemerintah Kota Malang menindaklanjuti dengan memberikan
71
bantuan proyek pembangunan sumur bor senilai Rp. 400.000.000,(empat ratus juta rupiah) yang dibantu oleh pemerintah propinsi Jawa
Timur
Masyarakat sangat antusias menenma bantuan sumur bor
tersebut, bahkan rela atau siap memberikan lahan untuk digunakan
sebagai lokasi pembangunan sumur bor tersebut tanpa meminta ganti
rugi. Masyarakat rela memberikan lahan untuk pembangunan sumur bor
dengan pertimbangan bahwa dengan adanya sumur bor tersebut
kesulitan air bersih yang selama ini dirasakan masyarakat akan teratasi
dan pembangunan sumur bor ini untuk kemaslahatan masyarakat.
Setelah dilakukan peninjauan dan penelitian yang dilakukan
oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Malang bahwa lokasi sumur bor
yang paling tepat adalah wilayah selatan Kedungkandang yang
berbatasan dengan kelurahan Lesanpuro tepatnya berada di salah satu
lahan warga masyarakat R W 5 yang bemama ibu Siti, maka
pembangunan sumur bor dapat dilaksanakan. Walaupun pembangunan
sumur bor merupakan proyek dari pemerintah namun masyarakat ikut
serta berpartisipasi membantu pembangunan tersebut, salah satunya
dengan memberikan jajanan maupun minuman bagi pekerja.
Untuk mengantisipasi permasalahan lahan yang digunakan
dalam pembangunan sumur bor di kemudian hari, para tokoh agama
dan tokoh masyarakat mengusulkan kepada Pemerintah Kota Malang
untuk memberikan tali asih atau penggantian atas tanah yang dipakai
72
untuk sumur bor milik ibu Siti, walaupun pada kenyataannya ibu Siti
menolak pemberian ganti rugi tersebut. Namun karena adanya
pengertian yang diberikan tokoh masyarakat akhimya ganti rugi
tersebut diterima oleh ibu Siti. Setelah pembangunan sumur bor selesai
dilaksanakan, tanah dan instalasi sumur bor oleh Pemerintah Kota
Malang dihibahkan kepada masyarakat Kelurahan Kedungkandang
khususnya masyarakat di RW 5.
Gambar4.1
Sumur Bor dan Instalasi
Sumber: Data primer 2010
Sebagai tindak lanjut pembangunan sumur bor tersebut pada
awal tahun 2002 Pemerintah Kota Malang memberikan bantuan
instalasi tandon utama dan jaringan perpipaan utama sepanjang 2 km.
Sumur bor ini walaupun berada di wilayah Kelurahan Kedungkandang
73
namun melayani juga sebagian penduduk di wilayah Kelurahan
Lesanpuro. Untuk menjangkau penduduk yang jauh dari sumur bor
maka dibuatkan sub-sub tandon sebanyak 10 (sepuluh) buah.
Selama setengah tahun, sumur yang digali di atas tanah hibah
dari salah satu warga Kelurahan Kedungkandang ini selesai, sekaligus
pembangunan tandon-tandon dan pipanisasi. Awal 2002, warga
kelurahan Kedungkandang sudah dapat menikmati air bersih. Untuk
kelurahan KedungKandang terpasang pipa sepanjang 3.000 meter.
4.2.2 Pembentukan HIPP AM
Setelah warga dapat menikmati air bersih yang mengalir di
rumah sendiri, masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat sadar
bahwa
sumur
bor
tersebut
perlu
dikelola
dengan
baik
agar
keberlangsungan sumur bor dapat terjaga. Tokoh masyarakat (ketua RT
dan R W) melakukan musyawarah dengan perwakilan warga dan tokoh
agama untuk membahas pengelolaan sumur bor tersebut. Dalam rapat
terse but para tokoh masyarakat dan tokoh agama juga merangkul tokoh
"preman" yang ada di daerah tersebut, hal ini dimaksudkan agar orangorang tersebut tidak melakukan yang merugikan dan merusak fasilitas
yang ada dan sikap ini merupakan suatu langkah upaya untuk
merangkul kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat.
Dilandasi semangat kebersamaan dan jiwa sosial yang tinggi
dian tara warga masyarakat maka terbentuklah HIPP AM (himpunan
pemakai dan pengguna air minum) pada tanggal 25 Juni 2002 yang
74
kepengurusannya ditetapkan dalam rembug warga. Hasil rembung ini
kemudian segera disusun pengurus di RW 5 yang terdiri dari tokohtokoh masyarakat yang dipercaya warga dengan fasilitator dari
kelurahan dan pemerintah kota. Pengurus air ini menyusun tata tertib
dan pembukuan. Sampai saat ini, pengelola air dinamakan IDPPAM
(Himpunan Pemakai dan Pengguna Air Minum).
Dalam menangani pengelolaan HIPPAM warga masyarakat
lebih terkesan mengikuti pendapat para tokoh masyarakat maupun
tokoh agama. Warga RW 5 masih mengedepankan sifat acceptabilitas
dan kepercayaan yang tinggi terhadap tokoh-tokoh tersebut sehingga
dalam pengelolaan HIPPAM masyarakat menyerahkan sepenuhnya
pengelolaan sumur bor kepada pengurus HIPPAM.
Kepengurusan HIPPAM yang ada saat ini terdiri dari ketua,
wakil ketua, sekretaris, bendahara dan team teknis (operator).
Kepengurusan HIPP AM sudah 2 (dua) kali mengalami perubahan.
Pemilihan kepengurusan dilakukan melalui rembug warga.
Gambar4.2
Kantor HIPPAM
Sumber: data primer 2010
75
Asset pertama kali dimiliki oleh HIPP AM yaitu instalasi sumur bor
yang merupakan bantuan pemerintah sebesar Rp. 400.000.000,00 (em pat
ratus juta) dan jaringan perpipaan senilai Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah). Cakupan pelayanan HIPPAM pada bulan Agustus tahun 2010
mencapai 95% penduduk di R W Kelurahan Kedungkandang dan sebagain
masyarakat Kelurahan Lesanpurao yang berbatasan langsung dengan
masyarakat RW 5. Jumlah penduduk RW 5 berdasarkan survey BPS tahun
2010 mencapai 324 KK atau 1.320 jiwa.
Sedangkan pelanggan HIPP AM dari tahun 2002 sam pat dengan
20 I 0 sebagai berikut
Tabel: 4.2
Jumlah pelanggan HIPP AM Kedungkandang
No
Keterangan
2003
2004 2005
1
Jumlah
-
50
2006
2007 2008
2009
2010
127
180
216
261
292
324
77
53
36
45
31
32
-
127
180
216
261
292
324
324
pelanggan
2
Sambungan 50
baru
3
Total
50
Sumber: data pnmer yang d10lah 2010
4.2.3 Organisasi HIPP AM
HIPP AM Kedungkandang saat ini memiliki jumlah pengurus
sebanyak 11 (sebelas) orang, Kepengurusan HIPPAM terdiri dari Pelindung
(kepala kelurahan Kedungkandang), penasehat (ketua LPMK), ketua, wakil
76
ketua, sekretaris, bendahara, (operator). Adapun pengurus HIPPAM
Kedungkandang adalah sebagai berikut :
Tabel: 4.3
Pengurus HIPP AM Kedungkandang
Jabatan
No
Nama
1
Lurah Kedungkandang
Pelindung
2
KetuaLPMK
Penasehat
3
Las uri
Ketua
4
Atimen
Wakil ketua 1
5
M. Kholil
Wakil ketua 2
6
Ramli
Sekretaris 1
7
A. Rosyid
Sekretaris 2
8
MA. Kholil
Bendahara 1
9
Rohimin
Bendahara 2
10
Siti Aminah
Operator 1
11
Moh. Yasin
Operator 2
Sumher : HIPP AM Kedungkandang 2010
Adapun susunan struktur kepengurusan HIPP AM Kedungkandang
adalah sebagai berikut :
77
Bagan: 4.2
Struktur Organisasi Pengurus HIPP AM Kelurahan Kedungkandang
(Tahun 2010)
PELINDUNG
LURAH
KETUA
I
PENASEHA T
LPMK
WAKIL
II
WAKIL
I
SEKRETARIS
I
SEKRETARIS
II
Sumber: Pengurus HIPPAM 2010
BENDAHARA
I
BENDAHARA
II
OPERATOR
II
OPERATOR
II
BABV
MODAL SOSIAL DI KEDUNGKANDANG
Modal Sosial merupakan norma-norma dan hubungan-hubungan sosial
yang mengakar dalam struktur masyarakat, sehingga orang-orang dapat
mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan. Secara sederhana Modal Sosial
merupakan kemampuan masyarakat untuk mengkoordinir diri sendiri dalam
memperjuangkan tujuan-tujuan mereka. Pada bab ini akan di bahas bentuk-bentuk
modal sosial yang ada di Kelurahan Kedungkandang.
5.1 Bentuk Modal Sosial Di Masyarakat Kedungkandang
Masyarakat Kedungkandang dalam hal ini masyarakat R W 5
merupakan masyarakat yang kental
dengan karakteristik masyarakat
pedesaan, yakni menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong,
saling menghargai satu sama lain, lugas, sederhana, bersahaja dan
menjunjung unggah ungguh dan sopan santun. Selain itu nuansa religius
masyarakat masih nampak kental di dalam kehidupan mereka. Mayoritas
penduduk memeluk agama Islam dan hanya satu orang saja yang beragama
Hindu yang mengelola tempat ibadah Pure yang berada di lokasi tersebut,
namun demikian kerukunan antar umat beragama sangat terjaga dengan baik,
hal ini didasarkan pada kondusifnya keadaan lingkungan di wilayah terse but.
Pada masyarakat di RW 5 Kelurahan Kedungkandang ini terdapat
berbagai jenis tradisi yang masih tetap dijalankan masyarakat hingga saat ini
79
yaitu
meliputi
perkumpulan
kemasyarakatan
dan
organisasi/lembaga
kemasyarakatan (organisasi lokal). Keberadaan institusi-institusi informal ini
telah membawa pengaruh positif terhadap pola kehidupan masyarakat.
Dinamika sosial yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan-kegiatan dari
berbagai jenis institusi tersebut telah banyak memberikan kontribusi terhadap
perkembangan kehidupan masyarakat.
Hal ini terjadi karena masyarakat di kelurahan Kedungkandang masih
sederhana dan belum terpengaruh oleh kehidupan orang kota yang sangat
individualis. Masyarakat masih menerima apa adanya, rukun, mematuhi
aturan-aturan yang ada dan tidak bertindak macam-macam. Masyarakat
mengikuti dan berpartisipasi dalam semua perkumpulan yang ada. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat :
"Masyarakat mriki masih sederhana, dereng terpengaruh
kehidupan liang kota sing individu. Tiang mriki nopo anane,
guyup, gampang aturane, mboten macem-macem. Kalau wonten
kumpulan nggih ikut semua. Pokoke nopo sing wonten mriki,
tiang-tiang podo partisipasi.
(Masyarakat di sini masih sederhana, belum terpengaruh oleh
kehidupan orang kota yang sangat individu. Masyarakat disini apa
adanya, rukun, gampang aturannya, tidak macam-macam. Kalau
ada perkumpulan semuanya ikut. Pokoknya apa yang ada disini,
semua orang ikut berpartisipasi) ".
Keikutsertaan dan partisipasi masyarakat dalam setiap perkumpulan
yang ada merupakan salah satu bentuk modal sosial yang ada di masyarakat
kelurahan Kedungkandang.
80
5.1.1
Perkumpulan
Pembentukan perkumpulan di masyarakat berdiri secara alamiah
berdasarkan
kebutuhan
dan
asp1ras1
masyarakat
sendiri,
seperti
perkumpulan pengajian, keagamaan, kelompok arisan dan perkumpulan
kematian. Organisasi ini cenderung adaptif dengan kemampuan lokal,
dengan mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya lokal,
tradisi dan kebiasaan, serta sumber daya lokal dan merupakan sarana
rekreasi. Melalui perkumpulan semacam inilah masyarakat yakni para
anggota mensosialisasikan diri dalam suatu kelompok melalui kegiatankegiatan yang disepakati bersama.
Bahwa perkumpulan yang terdapat pada masyarakat R W 5
meliputi:
5.1.1.1 Pengajian
Perkumpulan yang tumbuh di masyarakat berdasarkan
pranata-pranata
so sial
atau
lembaga-lembaga
so sial
kemasyarakatan yang hidup dan tumbuh di masyarakat atas dasar
prakarsa masyarakat sendiri yang secara potensial mempunyai
pengaruh sebagai inti struktur sosial pedesaan serta bisa berperan
sebagai arena sosial misalnya : majelis ta'lim/ pengajian/ yasinan.
Kelompok pengajian yang terdapat di RW 5 terbagai
menjadi 2 kelompok yaitu perkumpulan pengajian yang dilakukan
oleh bapak-bapak dan perkumpulan pengajian yang dilakukan oleh
81
ibu-ibuo Perkumpulan pengajian ini dibentuk berkelompok di setiap
RT yang pelaksanaannya dilakukan pada tingkat RWO Pelaksanaan
pengajian dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali dengan lokasi yang
berpindah-pindah dari satu anggota ke anggota lainnya secara
berurutan sesuai kesepakatano Tempat pengajian yang berpindahpindah tersebut dimaksudkan agar jalinan persaudaraan lebih erat
dan lebih mengenal setiap anggotanyao
Alasan masyarakat mengikuti pengajian m1 yaitu sebagai
bekal di akhirat karena jika hanya memikirkan duniawi saja maka
tidak akan terjadi keseimbangano Oleh karena itu pengajian ini
biasanya diikuti oleh setiap wargao
Seperti pendapat yang
disampaikan salah seorang warga masyarakat :
" Tumut pengajian nggih kangge bekal teng akhirat mas,
lak mikiraken ndunyo mawon lak mboten imbang. Tiap
ngriwo mesti podo tumut, lak mboten bapake yo anake sing
tumuto (Mengikuti pengajian buat bekal di akhirat mas,
kalau hanya mikirkan duniawi saja tidak ada keseimbangano
Di setiap rumah pasti ada yang ikut, kalau nggak
orangtuanya atau anaknya yang ikut. "
Pendapat yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh
seorang tokoh agama :
nek wonten acara keagaman kados ugi pengaosan
nopo tahlilan, tiyang mriki sami remen, nyempetke waktu
kangge ngadiri, amargi niku dalan kangge nyaketaken
kalian sing kuosoo (Kalau ada acara keagamaan seperti
pengajian atau tahlilan, orang-orang disini sangat menyukai,
menyempatkan waktu untuk datang, karena itu jalan untuk
mendekatkan diri dengan yang maha kuasa) "0
"0
0
0
0
0
0
0
82
0
0
Dari
sejumlah
kegiatan
pengaJian
yang
dilakukan
masyarakat menunjukkan bahwa aspek moral tetap menjadi
perhatian
masyarakat.
Hal
1m
menunjukkan
bahwa
pada
masyarakat masih ada filter terhadap efek gelombang globalisasi
yang negatif melalui berbagai bentuk kegiatan kerohanian, yakni
melalui pembinaan keagamaan. Kelompok pengajian ini terbentuk
secara spontan tanpa ada pihak yang memaksa. Memang apabila
dilihat secara administratif kebanyakan organisasi ini dikelola
dengan amat bersahaja, sesuai dengan karakter lokal.
Bahwa modal sosial yang dominan atau menonjol dalam
kegiatan pengajian ini yaitu pertama; aspek norma/aturan karena
dengan
pengajian
masyarakat
m1
mendalami
aturan-aturan
keagamaan yang mengatur hidup bermasyarakat dan kehidupan
keakhiratan. Kedua; aspek jaringan, melakukan kegiatan pengajian
dengan sistem berpindah-pindah dari rumah warga ke yang lainnya
secara bergantian memunculkan ikatan kebersamaan dan rasa
persaudaraan lebih erat serta lebih mengenal setiap anggotanya,
sehingga terjadi interaksi jaringan antar warga masyarakat.
5.1.1.2 Perkumpulan Kematian
Selain perkumpulan jamaah pengajian, masyarakat RW 5
JUga memiliki perkumpulan kematian yang dikelola oleh RW.
83
Sistem pengelolaannya sangat sederhana, pengurus ditunjuk dalam
rembug warga dan sistem kerja bersifat sosial.
Perkumpulan kematian dibentuk berdasarkan keinginan
masyarakat untuk mempunyai wadah yang dapat melaksanakan dan
menangani segala keperluan dan prosesi yang berkaitan dengan
kematian dengan tujuan meringankan beban warga yang terkena
musibah
(kematian).
Perkumpulan
melaksanakan proses ritual
kematian
tidak
hanya
pemakaman mayat saJa namun
perkumpulan kematian juga mengelola asset warga yang berkaitan
dengan pemakaman seperti peralatan seperti keranda mayat,
pengurusan akta kematian dan pemenuhan tanah/lokasi pemakaman
bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat salah satu
pengurus kematian :
"Pembentukan
perkumpulan
kematian
bertujuan
meringankan beban warga yang terkena musibah
(kematian), segala keperluan proses pemakaman kita yang
mengurus semua, disini sudah ada pembagian tugas
masing-masing, siapa yang bertugas menyiapkan makam
sampai kebutuhan pemakaman, sudah siap semua. "
Kegiatan selama ini yang dilakukan perkumpulan kematian
di Rw 5 yaitu selain mengurusi warga yang meninggal termasuk
memelihara peralatan pemakaman. Untuk memelihara kebersihan
makam setiap satu tahun sekali menjelang puasa, pengurus
kematian dan semua warga masyarakat datang untuk bekerja bakti
84
membersihkan makam. Kegiatan kerja bakti bersih makam m1
dinamakan "gugur gunung ".
Aspek jaringan lebih dominan daripada aspek modal sosial
lainnya karena dalam pengelolaan perkumpulan kematian telah
tersusun struktur organisasi secara sederhana, ada pembagian tugas
masing-masing pengurus dan seksi-seksi sehingga jaringan antar
pengurus kematian telah terjalin dengan sendirinya, begitu juga
antara pengurus kelompok kematian dengan warga masyarakat.
5.1.2
Organisasi Kemasyarakatan dan Kepemudaan
Organisasi kemasyarakatan adalah institusi sebagai sarana untuk
menyalurkan pendapat dan pikiran bagi anggota masyarakat pada suatu
wilayah tertentu. Organisasi juga mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu ciri penting dalam organisasi kemasyarakatan adalah kesukarelaan dalam pembentukan dan keanggotaannya. Adapun orgamsast
kemasyarakatan yang terdapat di masyarakat R W 5 yaitu :
5.1.2.1 Karang Taruna
Karang Taruna berasal dari kata Karang yang berarti
pekarangan, halaman, atau tempat. Sedangkan Taruna yang berarti
remaJa.
Jadi
Karang
Taruna
85
berarti
tempat
atau
wadah
pengembangan remaja yang ada. Karang Taruna adalah organisasi
kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan "organisasi
sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial
dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah
desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama
bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.
Salah satu fungsi Karang Taruna yaitu membangun sistem
jaringan komunikasi, informasi, dan kemitraan strategis, yang
mendukung pelaksanaan aktivitas-aktivitas utama dengan berbagai
sektor dan komponen masyarakat. Artinya bahwa karang taruna
membantu aktivitas atau kegiatan dilingkungannya yang telah
ditetapkan oleh tokoh agama maupun tokoh masyarakat dan tetap
mampu menjalin komunikasi dalam kehidupan kemasyarakatan dan
menjadi perekat persatuan dalam perbedaan dan keberagaman
yang tinggi.
Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan
pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam
bidang keorganisasian, olahraga, ketrampilan, keagamaan dan
kesenian sehingga generasi muda dapat berguna bagi lingkungan
masyarakat.
86
Karang taruna di R W 5 memiliki sub-sub karang taruna di
tingkat RT. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh pemudapemuda karang taruna antara lain membantu dalam kegiatan hari
besar nasional dan hari besar keagamaan dan kegiatan lain sebagai
contoh ikut berpartisipasi aktif dalam kesuksesan pelaksanan
pemilukada di wilayah R W 5 dengan membangun pos-pos
pemilihan. Selain itu karang taruna menjadi motivator dalam
kerukunan pemuda-pemudi tetap solid dan kompak dengan
menghargai orang yang lebih tua serta turut aktif dalam kegiatan
bermasyarakat secara sukarela. Hal ini sesuai dengan pendapat
salah satu tokoh pemuda:
"Karang taruna RW 5 memang kurang aktive di tingkat
kelurahan atau tingkat Kota tapi untuk kegiatan di
wilayah kita sendiri, kita turut aktif membantu dalam
kegiatan hari tujuh belasan atau idul.fitri. Kita juga turut
serta berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilukada
dengan membangun pos-pos pemilihan. R W 5 ini kit a
tetap solid dan tetap kompak. Kita juga punya klub
sepakbola, kesenian. Komunikasi kita dengan pak R W dan
sesepuh juga baik, kita menghormati mereka begitu juga
sebaliknya. Apapun kegiatan R W, kita selalu ikut serta
dengan sukarela ".
Modal sosial yang sangat berperan dalam orgamsas1
karang taruna yaitu aspek jaringan karena karang taruna merupakan
organisasi yang terstruktur dan mempunyai hirarki kepengurusan,
serta ikatan pemuda lebih kuat deengan adanya karang taruna.
setiap kegiatan yang dilksanakan di masayarakat selalau di
87
gerakkan oleh pemuda yang tergabubg dalam karang taruna.
Jaringan yang terbina juga terlihat antara karang taruna dengan
tokoh masyarakat dan tokoh agama, hal ini di tandai bahwa setiap
ada kegiatan para tokoh masyarakat selalu menyerahkan kegiatan
kepada karang taruna.
5.1.2.2 Arisan
Dengan mengenal ansan sebagai lembaga lokal, semua
orang pasti tahu. Tetapi arisan sebagai mekanisme yang lebih dari
kumpul-kumpul saja adalah suatu fenomena yang menjelaskan
arisan sebagai lembaga keuangan informal yang selalu hadir dalam
masyarakat kita yang tidak mengenal diferensiasi dan stratifikasi
sosial. Arisan juga telah memberikan fungsi dan manfaat yang
lebih besar kepada masyarakat sehingga nilai-nilai atau normanorma yang sangat determinan dalam pembentukan komunitas
lokal dalam bentuk arisan menjadi penting dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Arisan juga menjadi perekat sosial di antara mereka
sebagai warga masyarakat yang juga makluk sosial yang masih
memegang tradisi yang kuat, dalam hal ini tradisi jawa dan ajaranajaran agama yang dianut oleh para warga masyarakat tersebut.
Arisan merupakan kegiatan warga yang bersifat ekonomi dimana
88
setiap anggota mengumpulkan uang yang bemilai sama oleh
beberapa
orang
kemudian
diantara
diundi
mereka
untuk
menentukan siapa yang memperolehnya. Kegiatan itu dilakukan
secara berkala sampai semua anggota memperoleh giliran dan
tempatnya pun terpusat pada satu tempat.
Dalam masyarakat R W 5 arisan tidak hanya wadah
perkumpulan ekonomi belaka namun terdapat kecenderungan dari
masyarakat untuk melakukan upaya-upaya kreatif yang tentunya
dipandu berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat
itu sendiri. Upaya-upaya kreatif tersebut merupakan suatu bentuk
manifestasi modal sosial sebagai kekuatan yang inheren dalam
masyarakat R W 5 terse but. Arisan tidak hanya didominasi oleh
para ibu namun arisan juga di laksanakan oleh bapak-bapak. Arisan
ini dibentuk disetiap RT.
Arisan
ini
dianggap
sama
seperti
dengan
kegiatan
menabung di bank dan uangnya dapat digunakan untuk keperluan
anak-anak mereka sehingga mereka tidak perlu mencari pinjaman,
sebagai mana yang disampaikan warga masyarakat :
"tumut arisan nggih sami kalihan nabung, saget kangge
celengan, pas butuhe lare-lare men mboten bingung
nggolek selangan. (lkut kegiatan arisan sama saja dengan
menabung di bank, arisan bisa digunakan sebagai
tabungan, ketika anak-anak memerlukan biaya, kita sudah
tidak bingung mencarikan pinjaman) ".
89
Arisan
merupakan
institusi
lokal
yang
mempunyat
pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan masyarakat,
karena gagasan yang berkembang dalam lingkungan sosial
masyarakat tersebut tidak menjadikan masyarakat tercerabut dari
akar-budayanya. Sebagaimana yang disampaikan Robert Puttnam
(1995 : 169) : the Javanese arisan "is commonly viewed by its
members less as an economic institutions than a broadly social one
whose main purpose is the strengthening of community solidarity".
Pendapat Robert Puttnam ini memberikan pengertian bahwa arisan
yang berkembang di daerah Jawa biasanya dipandang oleh
anggotanya lebih merupakan organisasi sosial untuk meningkatkan
kerukunan dan kesetiakawanan antar sesama anggota dari pada
sebagai organisasi ekonomi. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
sistem arisan merupakan sebuah bentuk modal sosial yaitu adanya
kepercayaan yang tinggi antar anggota masyarakat sehingga
kegiatan arisan ini berfungsi sebagai sarana meningkatkan rasa
kebersamaan dan menumbuhkan jaringan yang kuat
diantara
anggotanya.
5.1.3
Tradisi Masyarakat
Suatu tradisi atau kebudayaan akan mengandung arti yang berbedabeda yang melambangkan kepribadian suatu masyarakat tertentu. Dalam
90
kehidupan bermasyarakat di Indonesia sangat mengedepankan solidaritas
hubungan antara satu orang dengan individu lainnya.
Dalam masyarakat sendiri terdapat banyak kebudayaan dan adatistiadat, begitu juga masyarakat di RW 5. Tradisi masyarakat yang masih
dipegang erat dan tetap dijalankan masyarakat sampai saat ini yaitu :
5.1.3.1 Megengan
Sudah dari zaman dahulu masyarakat Indonesia punya
banyak sekali budaya yang masih berlaku dan tidak akan pudar
sepanjang zaman dari seluruh pelosok nusantara, ratusan jenis suku
dan marga mempunyai cari khas adat untuk memperingati momenmomen tertentu yang diyakini mereka sangat sakral atau suci,
apalagi mendekati bulan Ramadhan, salah satunya yaitu tradisi
Megengan.
Megengan adalah salah satu tradisi atau kebudayan
masyarakat Jawa yang terpengaruh oleh adat islam untuk
menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini sering pula disebut
sebagai ritual mapag atau menjemput tanggal. Maksudnya,
menjemput tanggal satu bulan puasa yang dilakukan setelah
padusan (mandi keramas) sebagai syarat bersuci diri.
Megengan berasal dari kata megeng yang artinya menahan
diri atau mengendalikan diri - berhubungan erat dengan tradisi
91
puasa, karena mengengan itu bertujuan menyambut bulan suet
ramadhan maka kata mengeng menjadi megengan yaitu kegiatan
atau ritual untuk menyambut datangnya bulan ramadhan.
Kegiatan megangaan ini di setiap daerah mempunyai
kebiasaan yang berbeda begitu juga di RW 5. Bentuk megangan
seperti selamatan atau genduren (kenduri), yaitu mengundang
tetangga untuk hadir dalam acara megengan untuk datang ke
rumahnya, begitupun sebaliknya, bergantian dan mempersilakan
"orang pintar" atau "sesepuh" untuk memimpin megengan ini
(ngajatne) dan kemudian membagi-bagikan makanan diantaranya
adalah kue apem kepada para tetangga dan sanak saudara. Setiap
tahun, terjadi sedikit keramaian dalam masyarakat RW 5 sebelum
bulan puasa. Mereka saling mengundang tetangga. Masyarakat
R W 5 telah melakukan tradisi ini secara turun temurun.
Hal ini sependapat dengan yang disampaikan oleh salah
satu warga masyarat :
"kalau panjenengan pas mriki awal paso, rame. Katah
berkatan kalian jajanan, napa malih jajanan apem kangge
syarat megengan. (kalau kita datang ketempat ini
bertepatan dengan awal puasa pasti rame. Banyak nasi
berkat dan kue, apalagi kue apem yang merupakan syarat
dalam tradisi megengan"
Acara megengan ini memang tidak ada dalam Agama
Islam, namun karena sudah ada sejak jaman dahulu, maka
masyarakat tetap melaksanakannya. Megengan identik dengan
92
makanannya. Terutama Apem, selain itu juga ada pisang. Adapula
yang disertai dengan nasi layaknya orang tasyakuran. Tradisi ini
sebagai keragaman budaya yang ada di Indonesia dan merupakan
salah satu yang terkandung dalam Bhineka Tunggal lka karena
tradisi ini punya sesuatu yang positif dan makna didalamnya yaitu
kebersamaan dan merupakan ciri budaya Jawa yang sosialis dan
rela atau siap berbagi dengan sesama, seperti pepatah J awa
"Mangan ora mangan sing penting kumpuf'
Gambar 5.1
Makanan Khas acara Megengan
"Kue Apem"
Sumber Data : Data sekunder 2010
Dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan megengan
terdapat modal sosial yang sangat berperan yaitu jaringan yang kuat
antar masyarakat dengan makna kebersamaan untuk selalu bersama
dalam kondisi apapun, serta megenganjuga mengandung norma yang
diyakini bersama walaupun dalam ajaran agama yang masyarakat
anut tidak diatur namun mereka meyakini bahwa megengan
merupakan ritual yang harus tetap dilaksanakan pada awal ramadhan.
93
5.1.3.2 Tahlilan
Tahlilan adalah ritual/upacara selamatan yang dilakukan
umat Islam untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah
meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian,
ketiga hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari
ke-40, ke-1 00,
kesatu tahun pertama,
kedua,
ketiga dan
seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari ke-1 000.
Kata "Tahlil" sendiri secara harafiah berarti berizikir
dengan mengucap kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah" (tiada yang
patut disembah kecuali Allah), yang sesungguhnya bukan zikir
yang
dikhususkan
bagi
upacara
memperingati
kematian
seseorang.
Tahlilan adalah sebuah budaya yang sangat dinamis dan
dari sudut pandang antropologis, sangat menarik. Dia tak hanya
menjadi
perekat sosial,
tapi juga mempersatukan elemen
masyarakat yang terpisah dalam kompartemen ideologi dan
keyakinan.
Tahlilan yang sering dilakukan oleh masyarakat R W 5
tidak hanya pada saat ada warga masyarakat yang meninggal saja
namun kegiatan tahlilan dilakukan juga setiap malam jumat
kliwon setiap satu bulan sekali dan dilakukan di rumah warga
masyarakat
secara
bergantian
94
atau
bergilir.
Selain
untuk
mempertebal keimanan dan mendoakan para leluhur kegiatan
tahlilan juga mempererat silaturahmi antar warga masyarakat.
Kegiatan tahlilan merupakan bentuk modal sosial yang
berkembang di masyarakat yaitu terbinanya jaringan antar
anggota masyarakat dengan dilakukannya kegiatan tahlian secara
berpindah dari satu warga kewarga yang lainnya sehingga dengan
model kegiatan seperti ini akan meningkatkan hubungan dan
interaksi antar warga masyarakat, selain itu tahlilan merupakan
wadah komunikasi masyarakat dengan tokoh agama secara alami
dan terbuka.
5.1.3.3 Nglayat (Melayat)
Dalam realita kehidupan manus1a tidak bisa terlepas
dengan sosialitasnya terhadap lingkungan sekitamya. Begitu juga
kondisi ketika salah satu warga masyarakat meninggal dunia,
tentunya warga masyarakat pergi melayat (nglayat) ke rumah
orang yang meninggal tersebut. Melayat tidak hanya karena
dianjurkan ajaran Islam, tapi juga merupakan adat bagi orang
Jawa karena hubungan kemasyarakatan yang sangat akrab
membuat mereka malu bila tidak datang melayat. Ini merupakan
cerminan modal sosial yang terdapat di masyarakat.
Begitu juga masyarakat di R W 5, apabila ada salah satu
warga yang meninggal maka mereka secara sukarela mengurus
95
keperluan kematian, seperti pembuatan makam yang dilakukan
bersama, mengurus keperluan prosesi pemakaman walaupun di
masyarakat terdapat perkumpulan kematian. Tidak ketinggalan
para ibu membawa keperluan dapur seperti minyak goreng, beras
atau gula untuk disumbangkan kepada keluarga yang meninggal.
Hal ini merupakan wujud kebersamaan dan adanya solidaritas
yang tinggi dan adanya empaty antar warga masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat peranan modal sosial
dalam kegiatan melayat ini yaitu adanya suatu aturan yang tidak
resmi bahwa apabila tiak datang dalam kegiatan ini maka
masyarakat tersebut merasa malu dan akan di jadikan omongan
bagi masyarakat lainnya, serta kegiatan ini memunculkan jaringan
atau ikatan batin dimasyarakat dengan berempaty terhadap
keluarga yang mengalami kesusahan.
5.1.3.4 Gotong royong
Gotong royong adalah sisten tradisional yang sudah lama
ada sejak jaman dahulu dan dilakukan oleh warga masyarakat,
khususnya di perkampungan ataupun di pedesaan. Gotong royong
itu
sendiri
artinya
adalah
bekerja
bersama-sama
dalam
menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati
hasil pekerjaan tersebut secara adil atau suatu pekerjaan yang
96
dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga
menurut batas kemampuannya masing-masing.
Gotong royong sendiri menjadi ajang silaturahmi yang
bagus untuk para warga yang melakukan kegiatan tersebut. Tidak
perduli siapa yang mampu atau miskin, mereka bersama bahu membahu melakukan kegiatan untuk lingkungannya tanpa
mengharapkan upah. Hal ini sesuai dengan pendapat Tokoh
masyarakat yang menyatakan :
" Kegiatan gotong royong tidak ada jadwal tetapnya,
kegiatan ini dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat
sini saja, kalau ada bersih-bersih kampung atau perayaan
keagamaan ataupun hari besar nasional seperti agustusan
baru masyarakat melakukan gotong royong. Gotong
royong s[fatnya spontantanpa paksaan, sebelum dilakukan
go tong royong, beberapa hari sebelumnya pak R W
memberitahu lewat ketua-ketua RT tentang pelaksanaan
gotong royong tersebut, semua warga berpartisipasi,
kalau untuk bersih kampung biasanya dilakukan pada hari
minggu, tapi kalau yang sifatnya spontan biasanya
masyarakat bergantian mana yang sempat, kalau bisanya
pagi ya pagi nanti dilanjutkan sama warga lain yang
bisanya siang atau sore karena masyarakat sini bekerja
nya macam-macam, ada petani, buruh pabrik, pegawai
juga ada. Mayarakat melakukannya menyesuaikan waktu
longgar yang mereka punyai ".
Nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan gotong royong
ini untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan dan merupakan
wujud solidaritas dan saling percaya antar warga masyarakat.
Gotong royong memberi
kesempatan warga untuk saling
mengenal secara pribadi antar warga masyarakat.
97
Hal ini seperti pendapat salah seorang warga :
"ma5yarakat yang punya hajatan nggak perlu minta
tolong ke ma5yarakat untuk membantu. Ma5yarakat sudah
tahu sendiri untuk membantu keperluan terop sama listrik
trus keperluaan Iiane. Masalah makanae orang-orang
yang kerjabakti udah disiapkan kalian ibu-ibu. Gotong
royong diwarga sini udah tradisi dari dulu-dulu. "
Kebersamaan warga baik generasi tua maupun muda,
saling hormat menghormati dan kerukunan warga dapat terlihat
dalam gotong royong. Wujud gotong royong yang dilakukan
masyarakat R W 5 yaitu ketika salah satu warga mempunyai
hajatan maka warga yang lain tanpa dimintai pertolongan akan
membantu dengan sukarela. Kebersamaan warga R W 5 juga
terlihat ketika ada perayaan keagamaan dan peringatan nasional di
mana masyarakat membaur di semua lapisan untuk bergotong
royong membangun panggung hiburan maupun mempersiapkan
konsumsi demi kepentingan bersama. Dari sini timbul rasa
kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong sehingga dapat
terbina rasa kesatuan dan persatuan warga masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa modal sosial yang berperan
dalam kegiatan gotong royong ini yaitu adanya suatu jaringan
yang berkembang dan melekat di masyarakat untuk berpartisipasi
terhadap lingkungannya serta nila-nilai yang terdapat dalam
kegiatan gotong royong memunculkan rasa kepercayaan diantara
warga masyarakat.
98
Gambar 5.2
Gotong Royong dalam
Pembuatan Panggung Hiburan
Sumber : Data sekunder 201 0
Dapat disimpulkan bahwa pada masyarakat R W 5 Kelurahan
Kedungkandang terdapat nilai, norma, kepercayaan dan jaringan kerja sama
yang terbentuk dalam perkumpulan-perkumpulan yang ada seperti
pengaJtan,
perkumpulan
kematian,
organisasi
kemasyarakatan
dan
kepemudaan seperti karang taruna dan arisan, dan tradisi masyarakat seperti
megengan, tahlilan, ngelayat, dan gotong royong. Semua perkumpulanperkumpulan ini dapat berjalan karena adanya nilai-nilai modal sosial yang
melekat pada warga untuk berpartisipasi pada setiap perkumpulan yang ada,
norma agama dan adat istiadat yang terdapat pada warga, kepercayaan
antara
sesama warga
dalam
melaksanakan perkumpulan sehingga
menciptakan jaringan kerja sama yang baik dalam kegiatan perkumpulan.
Kondisi ini terjadi karena orang-orang berinteraksi, berkomunikasi
dan kemudian menjalin kerja sama pada dasarnya dipengaruhi oleh
keinginan untuk berbagi cara mencapai tujuan bersama yang tidak jarang
99
berbeda dengan tujuan dirinya sendiri secara pribadi. Keadaan ini terutama
terjadi pada interaksi yang berlangsung relatif lama. Interaksi semacam ini
melahirkan modal sosial, yaitu ikatan-ikatan emosional yang menyatukan
orang untuk mencapai tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan
kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya relasi yang relatif
panJang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Robert Puttnam (1993) yang
menyatakan bahwa modal sosial sebagai suatu nilai kepercayaan antara
anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pimpinannya. Modal sosial
didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan, normanorma dan kepercayaan sosial yang mendoromg pada sebuah kolaborasi
sosial untuk kepentingan bersama. Hal ini juga mengandung pengertian
bahwa diperlukan adanya suatu ikatan/jaringan sosial yang ada dalam
masyarakat dan norma yang mendomg produktivitas komunitas.
Keikutsertaan warga dalam perkumpulan yang ada menurut
Bourdieu mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan
seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial
tertentu (paguyuban, kelompok, arisan, asosiasi tertentu). Pada akhimya
modal sosial yang ada dalam masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk
perkumpulan akan memberikan manfaat kepada individu, masyarakat dan
orgamsas1.
100
Adanya
perkumpulan-perkumpulan
yang
ada
di
Kelurahan
Kedungkandang sebagai bentuk dari modal sosial sesuai dengan pendapat
Eko (2007) yang menyatakan modal sosial seperti ini adalah kekayaan
horizontal dalam masyarakat. Modal sosial hadir dalam bentuk kearifan
lokal, organisasi sosial, kerja sama, solidaritas sosial, jaringan sosial dan
lain-lain. Dalam masyarakat lokal di Indonesia, modal sosial menjadi
kekuatan yang tidak dapat diremehkan. Dalam masyarakat Indonesia yang
pluralistik, terdapat banyak nilai yang menjadi modal sosial antara lain
berupa
solidaritas,
gotong
royong,
tolong
menolong.
Nilai-nilai
kebersamaan yang terkandung dalam perilaku tersebut mencerminkan
adanya rasa saling percaya diantara anggota masyarakat yang sesungguhnya
merupakan potensi bagi perkembangannya suatu relasi yang sehat.
101
BABVI
BENTUK MODAL SOSIAL DAN PERANANNY A
DALAM PENGELOLAAN HIPPAM
Pembasahasan sebelumnya telah dijelaskan tentang nilai-nilai modal sosial
yang berkembang melalui kegiatan kelompok-kelompok dan tradisi di masyarakat
yang sangat berpengaruh terhadap perilaku hidup bermasyarakat. Pada bab ini
membahas mengenai bentuk modal sosial dan perannya dalam pengelolaan
HIPPAM Kedungkandang.
6.1
Pengelolaan HIPP AM
Pada tahun pertama kepengurusan telah dilakukan pengembangan
jaringan perpipaan sekunder dan perpipaan sambungan rumah (SR) yang
panjangnya mencapai 5 km. Dengan pembangunan perpipaan sampai ke
sambungan rumah (SR) ini maka atas inisiatif pengurus yang di
konsultasikan dengan para tokoh agama dan masyarakat kemudian sub-sub
tandon yang ada dibongkar dan dikembalikan kepada Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintah Kota Malang dengan tujuan dapat digunakan di daerah
lain yang belum mendapatkan air bersih.
Untuk mengembangkan jaringan perpipaan sampai dapat masuk ke
rumah-rumah warga tentunya membutuhkan biaya yang besar, sehingga
masyarakat yang ingin menjadi anggota HIPPAM atau "amprah" air bersih
dikenakan biaya sambungan baru sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua
102
ratus ribu rupiah). Penetapan harga ini dilakukan pengurus dengan tokoh
masyarakat dalam suatu musyawarah mufakat yang dihadiri pengurus
HIPP AM dan tokoh masyarakat dalam hal ini ketua R W dan semua ketua
RT membahas besamya tarip sambungan baru dengan melakukan
perhitungan biaya pokok produksi (harga pipa, meteran dan tenaga)
disesuaikan dengan kemampuan ekonomi warga serta mekanisme dan cara
pembayaran yang tidak memberatkan warga sehingga masyarakat tidak
merasa terbebani dan dapat menerima dengan lapang dada besamya biaya
sambungan baru tersebut. Penetapan harga tersebut mencerminkan bentuk
modal sosial yaitu adanya jaringan an tara pen gurus HIPP AM dengan tokoh
masyarakat yang bermusyawarah dengan posisi dan kapasitas yang sejajar
untuk menetapkan harga sambungan baru sehingga memunculkan rasa
kepercayaan warga terhadap kepengurusan HIPPAM.
Pembayaran biaya sambungan baru tersebut dilakukan secara
mengangsur sesuai dengan kemampuan masing-maing caJon pelanggan dan
apabila pembayaran angsuran telah mencapai 50 %, pengurus langsung
memasang instalasi sampai kerumah (1 - 2 meter dari pipa sekunder).
Namun ketentuan tersebut tidak mutlak dilaksanakan, ada pertimbanganpertimbangan lain dimana · pengurus melakukan · koordinasi dengan para ·
tokoh masyarakat mengenai kredibilitas caJon pelanggan. Dengan model
sistem pembayaran seperti ini pengurus secara tidak langsung menerapkan
103
norma yang fleksibel yang dapat diterima semua pihak dan hal 1m
merupakan perwujudan dari bentuk modal sosial.
Apabila calon pelanggan yang di rekomendasikan berperilaku baik
dan bertanggung jawab maka walaupun pembayarannya kurang dari 50 %,
pengurus tetap memasang instalasi air. Begitu juga apabila ada calon
pelanggan yang direkomendasikan oleh tokoh masyarakat kredibilitasnya
kurang baik maka walaupun orang tersebut sudah membayar lebih dari 50%,
jaringan perpipaan rumah belum dapat dilakukan. Dengan sistem tersebut
terjalin pola kerjasama yang baik antara pengurus dengan tokoh masyarakat
(ketua RT dan RW setempat), hal ini merupakan manifestasi jaringan dalam
modal sosial.
Kondisi diatas sesum dengan pendapat salah seorang ketua RT
setempat yang menyatakan :
" pengurus HIP PAM dengan kita sating kerjasama, terutama
menyangkut pelanggan diwilayah RT saya ini, kalau ada yang mau
"amprah ", mereka pasti memberitahu dan biasanya masyarakat
yang mau mengajukan sambungan baru ngomong dulu ke kita
sebelum ke HIP PAM, nanti kita bantu ngomong sama pengurus, jadi
kita semua enak, kita membantu warga, trus pengurus juga kita
beritahu gimana orang terse but setiap harinya. Selain itu kita juga
sering bantu pengurus kalau ada warga yang telat bayar atau lupa
bayar, pokoknya sing penting sating komunikasi saja antara kita dan
pengurus "
Pengurus HIPP AM setiap bulan mendapatkan honor sebesar
Rp. 60.000,- (enampuluh ribu rupiah) dan untuk petugas teknis disesuaikan
dengan beban kerja yang dilaksanakan dengan upah yang berlaku. Nilai
honor itu tentunya sangat minim sekali namun para pengurus merasa bahwa
104
itu tidak menjadi permasalahan. Bagi pengurus HIPP AM, turut mengelola
kebutuhan air bersih untuk warga adalah sebuah perjuangan walaupun
dengan honor yang kecil.
Pertimbangan mereka mau menjadi pengurus yaitu pertama : kerja
merupakan ibadah, hal ini sesuai dengan keyakinan masyarakat setempat
yang mayoritas beragama muslim (99,9%) yang meyakini bahwa bekerja
dengan iklas merupakan salah satu ibadah kepada Tuhan. Kedua : semangat
kerja dan kebersamaan, dimana kerja keras yang dilakukan untuk
kemaslahatan umat dan adanya kepercayaan masyarakat yang telah
sepenuhnya menyerahkan pengelolaan ini kepada pengurus. Ketiga : jiwa
so sial yang tinggi, karena dalam diri mereka (pen gurus) tertanam suatu
keyakinan " sapo maneh lak gak awake dewe (siapa lagi kalau bukan kita
sendiri)", yang melakukan pekerjaan ini. Hal tersebut berdasarkan
kenyataan bahwa kebanyakan masyarakat berpendidikan rendah dan tidak
bisa berorganisasi. Keempat : saling menghormati antara pengurus, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan tokoh preman yang ada sehingga terjalin
kerjasama yang baik.
Keswadayaan
masyarakat
dalam
pengelolaan
HIPPAM
· menggambarkan bahwa pemberdayaan itu · mendorong masyarakat- untuk
mampu
secara
mandiri
mengatasi
permasalahannya
dalam
rangka
membangun diri dan lingkungannya berdasarkan pada kekuatan dan
kemampuannya. Swadaya yang dilakukan oleh masyarakat dapat dilakukan
105
dalam bentuk tenaga, pikiran maupun biaya (asset). Partisipasi aktif
masyarakat dalam setiap kegiatan HIPP AM akan menumbuhkan rasa
kesadaran dan tanggungjawab masyarakat yang tercemin dengan adanya
perubahan sikap mental, pandangan hidup, cara berpikir dan cara kerja.
Pendapat tersebut sesuai dengan keterangan salah seorang pengurus
HIPP AM yang menyatakan :
"..... kalau melihat upah yang kita terima sangat jauh dari ukuran
semestinya, tapi kita tidak pernah berpikir kesitu. Bagi kami ada
sumur bar merupakan berkah tersendiri bagi masyarakat sini. Itu
lebih dari uang yang kami terima setiap bulan. Kami beke1:ja secara
iklas tumakninah lillahitaalla. Kerja merupakan ibadah. Selain itu
ma:,yarakat disini mendukung sepenuhnya kepengurusan ini, ini juga
yang membuat kita mau untuk mengurus HIPAMini".
Sistem
pengelolaan HIPP AM telah terbentuk sejak pertama
didirikan, hal ini ditandai dengan terbentuknya struktur organisasi dan
kepengurusan HIPP AM yang ditetapkan 5 tahun sekali dan sampai saat ini
kepengurusan HIPPAM telah dilakukan penggantian sebanyak 2 (dua) kali.
Pemilihan kepengurusan HIPP AM dilakukan secara terbuka yang dihadiri
masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh preman dan dari
birokrat (pegawai kelurahan) sebagai pengamat. Dalam pemilihan pengurus
hak suara peserta dalam rapat adalah sama artinya bahwa tidak ada
perbedaan, begitu juga hak suara tokoh · preman yang memang ·sangat
berpengaruh dalam lingkungan masyarakat tersebut. Untuk meningkatkan
kinerja pengurus setiap 3 bulan sekali dilakukan rapat intern antar pengurus
dan rapat dengan warga dilakukan setiap satu tahun sekali dan pada akhir
106
tahun di buatkan angket kepuasan masyarakat dan saran-saran untuk
peningkatan pengelolaan HIPP AM.
Dalam pengelolaan keuangan, pengurus HIPP AM menggunakan
sistem terbuka yaitu setiap 3 bulan sekali dilaporkan kepada kelurahan dan
setiap satu tahun sekali dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dalam
rembug warga. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan aparat Kelurahan
Kedungkandang sebagai berikut:
" selama saya menjabat di Kelurahan Kedungkandang ini
pengelolaan HIPPAM di RW 5 tidak pernah ada masalah. setiap
bulan pengurus juga membantu administrasi Kelurahan
Kedungkandang. Laporan kegiatanpun juga sering dilaporkan ke
kelurahan apalagi salah seorang staf kami menjadi pengurus
HIP PAM sehingga sekecil apapun permasalahan HIP PAM kita pasti
tahu dan kita akan membantu memberikan masukan atau
memecahkan permasalahan yang ada. Untuk kepengurusan selama
ini terbuka dihadiri lapisan masyarakat disana. Tokoh agama, tokoh
masyarakat juga tokoh-tokoh yang lain disertakan dalam rapat.
Tidak ada pemaksaan dalam pemilihan, mengalir apa adanya dan
sesuai dengan keinginan masyarakat sendiri. Kita sebagai aparat
hanya memantau dan kalau bisa membantu sesuai kapasitas kita
sebagai aparat ".
Dalam
melakukan
sosialisasi
kegiatan
HIPP AM
maupun
pengumumun-pengumum an yang berkaitan dengan permasalahan air,
pengurus melakukannya melalui edaran-edaran yang ditempelkan pada
tempat-tempat tertentu, di mushola-mushola maupun di tempat kelompokkelompok perkumpulan warga diantaranya melalui Perkumpulan jamaah
pengajian, arisan dan kelompok tahlilan yang terdapat disetiap RT baik
jamaah pengajian ibu-ibu maupun bapak-bapak. Hal tersebut nampak bahwa
peran tokoh agama dan tokoh msyarakat melalui kelompok-kelompok
107
kemasyarakatan
san gat
berperan
dalam
pengelolaan
HIPP AM
dan
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam upaya mendukung kegiatan
HIPPAM.
Dalam kenyataannya bahwa tidak semua warga di wilayah tersebut
mampu untuk berlangganan air, karena warga sekitar sebagian besar
bermata pencaharian sebagai buruh pabrik dan pekerja ladang sehingga
pengurus HIPP AM menyarankan kepada warga yang mampu untuk
memberikan air kepada warga yang kurang mampu. Dengan cara ini
memunculkan kebersamaan antar warga masyarakat dan tercipta kerukunan
warga sehingga jaringan dapat terjaga dengan baik.
Untuk menerapkan asas keadilan disetiap rumah dipasang meter air
yang digunakan sebagai alat ukur pemakaian air oleh masyarakat, sehingga
besaran pembayaran air ditentukan oleh seberapa banyak air yang
digunakan. Ada 5 kelompok atau go Iongan yang digunakan oleh HIPP AM
dalam penetapan harga air yaitu :
Tabel: 6.1
Golongan dan Tarip air
No
Pemakaian
(mu~hola)
1
Tempat fasum
2
Ibadah (Masjid)
IZl I 0 m 3
Tarip
10.000/ bulan
Gratis
_)
Minimal : IO.OOO
Maximal: 15.000
4 I 0 m 3 - I5 m 3
1.500/m3
5 IZl I5 m 3
2.000/m 3
Sumber: pengurus HIPPAM 20IO
'"I
108
Keterangan
Mushola
TPA.
Melihat
warga
~an~
ada
kondisi
Melihat goIongan dan tarip air yang ditetapkan oleh HIPPAM lebih
murah dibandingkan dengan harga dari PDAM. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Bapak Wachid, salah seorang pengusaha temak ayam:
"Sebelum ada HIPPAM, bati (laba) saya sedikit pak, lha.. ongkos
yang saya keluarkan untuk membeli air tangki dari PDAM setiap
bulan katah, bisa sampai 2 juta tapi mantun wonten HIPPAM
ongkos beli airnya murah seka/i, setiap bulan saya mbayar airnya
cuman 200 ribu rupiah, paling katah nggih sampai 300 ribu rupiah
mawon, saya dapat ngirit ongkos ngopeni ayam niki ".
Dengan
perekonomian
adanya
warga
swnur
bor
ini JUga
yaitu munculnya
dapat
meningkatkan
industri-industri
masyarakat
diantaranya industri pembuatan batu-bata, petemakan ayam potong, industri
pembuatan tahu serta temak ikan.
Gambar6.1
Industri di Masyarakat
Swnber data : Data primer 2010
Cakupan pelayanan HIPPAM mencapai 95 % penduduk di RW 5
Kelurahan Kedungkandang dan sebagian warga Kelurahan Lesanpuro
dimana jumlah pendududk RW 5 berdasarkan survey BPS tahun 2010
mencapai 342 KK atau 1320 jiwa. Cakupan pelayanan ini berdasarkan
109
jumlah
pengaJuan
sambungan
baru
dari
warga namun
sebetulnya
masyarakat R W 5 secara keseluruhan atau 100% telah menikmati air bersih
karena sejumlah 5 % merupakan orang yang kurang mampu dan tidak bisa
mengajukan sambungan baru sehingga mereka menumpang air kepada
tetangganya yang lebih mampu.
Sedangkan tingkat pembayaran rekening air rata-rata 90% baik atau
membayar tepat waktu dan 10 % kurang lancar. Menyikapi pembayaran
rekening yang kurang lancar pengurus bekerja sama dengan tokoh agama
dan tokoh masyarakat melakukan pendekatan persuasif kepada warga yang
pembayarannya kurang lancar. Masyarakat yang kurang lancar membayar
rekening air diberikan solusi dengan mengangsur semampunya dan
diberikan toleransi waktu yang cukup.
Setiap bulan, pengurus HIPP AM mampu mengumpulkan dana
sebesar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta untuk pendapatan kotor. Pendapatan ini
akan digunakan untuk perbaikan kerusakan alat, listrik, honor pengurus, dan
kebutuhan lain yang sifatnya mendadak. Pengeluaran terbesar tiap bulan itu
untuk listrik yang mencapai Rp 2 juta. Kalau honor pengurus cuma kisaran
Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu sehingga pendapatan bersih tiap bulan dalam
kisaran Rp 1,5 juta. Namun, pengurus bel urn menginvestasi dana ·karena ·
belum berani menanggung resiko. Sementara uang disimpan di bank.
Pengurus HIPP AM juga tidak menutup mata dengan dana segar
yang berhasil dikumpulkan. Pengurus kerap membantu hal yang berbau
110
sosial seperti pembangunan mushola, jembatan, korban bencana, dan zakat.
Hal yang dilakukan pengurus HIPPAM merupakan tindakan memupuk
jaringan kepada masyarakat dan menciptakan kepercayaan sehingga
eksistensi HIPPAM semakin terjaga.
Apabila terdapat permasalahan intern, pengurus segera melakukan
rapat tanpa harus menunggu waktu yang ditentukan guna menyelesaikan
permasalahan yang ada dengan cepat sehingga tidak merugikan masyarakat
dan apabila terdapat permasalahan yang berhubungan dengan masyarakat
maka pegurus akan melakukan rapat bersama antar masyarakat, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan tokoh preman membicarakan permasalahan
untuk dirembug bersama sehingga permasalahan bisa diredam dan
dipecahkan bersama. Kebersamaan dalam memecahkan masalah ini
merupakan wujud dari jaringan yang kuat dan mencerminkan modal sosial
yang tinggi antara pengurus HIPPAM dengan tokoh-tokoh di masyarakat.
Gambar6.2
REMBUG WARGA
Sumber : data Primer 2010
111
Partisipasi masyarakat dalam membantu pengelolaan HIPPAM yaitu
apabila ada kebocoran pipa utama maupun pipa sekunder, maka masyarakat
dapat langsung menghubungi salah satu pengurus sehingga kerusakan dapat
dengan cepat ditangani. Sikap masyarakat untuk ikut peduli terhadap sumur
bor sangat positip. Masyarakat dengan sukarela menjaga fasilitas sumur bor.
Dengan memelihara fasilitas tersebut secara langsung masyarakat telah
berpartisipasi dalam pengelolan HIPP AM.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya sumur bor tersebut timbul
karena ada motivasi dalam diri mereka bahwa kalau mereka ikut
berpartisipasi aktif menjaga fasilitas sumur bor dan jaringan perpipaan maka
kesulitan air yang selama ini dirasakan oleh masyarakat dapat di atasi. Hal
ini merupakan wujud perilaku warga masyarakat yang mempunyai perasaan
memiliki dan saling membutuhkan akan air bersih.
Selain menangani HIPP AM pengurus juga berusaha memberikan
pengetahuan kepada masyarakat cara berorganisasi dengan baik, sebagai
contoh ketika ada warga yang mau membayar rekening air ingin menitipkan
uang kepada ketua, maka ketua menolak dengan memberikan penjelasan
kepada warga tersebut untuk membayar kepada petugas yang menangani.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan seorang- pengurus HIPP AM
tentang pembayaran rekening air :
" ..... sering kali masyarakat disekitar rumah saya mau menitipkan
uang untuk membayar air, tapi saya tolak secara halus, supaya
warga tidak tersinggung, kemudian saya beri pengertian kepada
warga tersebut untuk membayar air kepada petugasnya langsung.
112
Apa yang saya lakukan ini untuk memberikan pengetahuan
berorganisasi dan supaya ma.syarakat itu lebih percaya kepada
pengurus ".
Apa
yang
dikemukakan
pengurus
HIPP AM
terse but
akan
memunculkan kesadaran masyarakat dan menumbuhkan sikap rasa memiliki
dari masyarakat terhadap sumur bor. Sikap yang muncul di masyarakat
tersebut berkaitan dengan daya nalar atau pikiran, perasaan dan tingkah
laku. Daya nalar yang kuat disertai perasaan sensitive terhadap perubahan
sosial akan mempengaruhi tingkah laku masyarakat dalam menyikapi
perubahan
itu
sendiri
termasuk
didalamnya
proses
pemberdayaan
masyarakat. Hal seperti ini menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada
pen gurus.
Dalam mengelola HIPP AM, pengurus tidak banyak menemukan
kendala walaupun sebagian besar warga dengan latar belakang ekonomi dan
pendidikan yang rendah namun mempunyai kesadaran yang tinggi didasari
rasa kebersamaan, memperkecil persoalan yang ada. Semua persoalan akan
dapat diatasi dengan musyawarah, seperti halnya tunggakan pembayaran
rekening.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HIPP AM sesuai dengan
pendapat, Sutrisno · (2000 : 185) · yang menjelaskan masyarakat ikut
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan. Dalam
perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola
sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari
113
pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses
pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan. Masyarakat yang
mandiri
sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas
mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol
lingkungan dan sumber
dayanya sendiri, serta menyelesaikan masalah secara mandiri.
Perilaku masyarakat seperti ini sesuai pendapat Witrianto (2003)
yang menyatakan :
"beberapa dimensi pembangunan manusia yang sangat dipengaruhi
oleh modal sosial antara lain kemampuannya menyelesaikan
berbagai masalah kolekt(/: mendorong roda perubahan yang cepat
di tengah masyarakat, memperluas kesadaran bersama bahwa
banyak }alan yang bisa dilakukan oleh setiap anggota kelompok
untuk memperbaiki nasib secara bersama-sama, memperbaiki mutu
kehidupan seperti tingkat kesejahteraan, perkembangan anak dan
banyak keuntungan lainnya yang dapat diperoleh. Bangsa yang
memiliki modal sosial tinggi akan cenderung lebih efisien dan efekt(f
menjalankan berbagai kebijakan untuk mensejahterakan dan
memajukan rakyatnya. Suatu kelompok masyarakat yang memiliki
modal sosial tinggi akan membuka kemungkinan menyelesaikan
kompleksitas persoalan dengan lebih mudah. Hal ini memungkinkan
terjadi terutama pada masyarakat yang terbiasa hidup dengan rasa
saling mempercayai yang tinggi ··.
6.2
Peranan modal sosial dalam pengelolaan HIPP AM
Untuk menggambarkan peranan dan manfaat dari modal sosial
dalam pengelolaan HIPP AM akan digambarkan dalam ·beberapa bagian
sesuai
dengan
bentuk
modal
sosial.
Dalam
penelitian
mt
telah
diidentifikasikan adanya 3 (tiga) bentuk modal sosial yang mendukung
114
pengelolaan HIPP AM. Bentuk modal sosial terse but adalah kepercayaan
sosial, jaringan sosial dan norma sosial.
6.2.1 Kepercayaan
Dasar terbentuknya modal sosial adalah rasa kepercayaan
yang ada pada masyarakat Kelurahan KedungKandang. Eksistensi
HIPP AM sebagai pengelola sumur bor tidak dapat dilepaskan dari
adanya kepercayaan dari warga Kedungkandang terhadap HIPP AM
maupun kepercayaan HIPP AM terhadap warga Kedungkandang itu
sendiri. Dengan adanya kepercayaan secara timbal balik tersebut
meningkatkan manfaat bersama.
Bentuk kepercayaan dalam pengelolaan HIPP AM sesuai
dengan pemyataan yang di kemukakan oleh tokoh masyarakat tentang
antusias warga ketika awal pembangunan sumur bor:
"....... dimanapun sumur bar akan dibangun, masyarakat siap
menyerahkan lahannya untuk pembangunan sumur bar tersebut
tanpa me minta ganti rugi a tau imbalan sedikitpun. ... "
Pemyataan ini diperkuat oleh pendapat salah seorang tokoh
masyarakat yang menyatakan :
"..... manfaat adanya sumur bar ini sudah dirasakan aleh
masyarakat disekitar sini, bagi masyarakat yang mampu pasti
mereka langsung mengajukan untuk menjadi pelanggan
HIP PAM Masyarakat tidak keberatan dengan biaya yang
dibebankan karena manfaatnya banyak dan persyaratannya
untuk meJ?jadi pelanggan sangat mudah, selain itu
pembayarannya dapat di cicil, pengurus HIPPAM memberi
kemudahan kepada ma~yarakat sini, sehingga masyarakat
percaya sumur bar itu dike/ala/a dengan haik oleh pengurus.
115
Tidak pernah ada permasalahan tentang siapa yang menangani
HIP PAM terse but. Masyarakat kenai semua pengurus HIP PAM.
kita sudah hidup bersama di daerah sini puluhan tahun sejak
mbah buyut kita. Sehingga kita mengenal baik para pengurus
HIPPAM"
Pendapat yang tidak jauh berbeda disampaikan seorang
pengurus HIPP AM tentang bagaimana mengelola HIPP AM :
"... kami tidak menu/up mata terhadap kerja kita, kalau ada
yang kurang bener mengenai HIPPAM. kita siap menerima
masukan maupun kritikan, karena bagi kami masukan itu
mengingatkan kita kalau ada kesalahan yang tidak kita sengaja
serta untuk menambah baik pelayanan kepada masyarakat.
J\1a5yarakat sudah terbiasa bicara langsung kepada para
pengurus disini kalau ada sesuatu permasalahan, baik dijalan,
ditempat perkumpulan, jamaahan maupun dimana kita bisa
bertemu, meraka menyampaikannyapun nyantai, terbuka dan
tidak ada takut atau sungkan serta tidak kaku-kaku sekali... ".
"...... untuk masalah laporan kegiatan, kita juga terbuka bagi
siapa saja yang membutuhkan laporannya... untuk laporan ke
kelurahan setiap bulan kita memberikan kontribusi kesana.. dan
untuk laporan kepada masyarakat kita mengadakan rapat setiap
satu tahun sekali, selain itu kita juga mengedarkan angket
kepuasan pelanggan,. itu kita buat untuk melihat apakah
masyarakat sudah puas ada belum dan sebagai acuan kita untuk
meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi... "
Dalam pembangunan sumur bor di Kelurahan Kedungkandang
tersebut, perilaku warga dan interaksi yang dilakukan masyarakat
sangat mencerminkan aspek-aspek modal sosial yang tumbuh
berkembang di ·masyarakat. Sifat antusias dan sukarela tanpa pamrih
memberi bantuan jajanan dan minuman untuk para pekerja ini
merupakan perilaku masyarakat yang merupakan aktualisasi modal
sosial yang ada di masyarakat. Selain itu sikap dari masyarakat
116
dengan
menyerahkan
sebagian
assetnya
untuk
kepentingan
masyarakat merupakan perwujudan dari pemberdayaan masyarakat
melalui partisipasi.
Kepercayaan
yang
tinggi
dalam
masyarakat
tersebut
merupakan perwujudan yang tumbuh dalam suatu komunitas atau
masyarakat setempat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur para
pengelola HIPP AM, adanya saling keterbukaan dan saling percaya
an tara masyarakat terhadap HIPP AM dan sebaliknya. Sebagaimana
pendapat COX (1995) bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat
positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerja sama. Kepercayaan
sosial pada dasamya merupakan produk dari modal sosial yang baik.
Dengan demikian bahwa kepercayaan yang tumbuh dan
menjadi pengikat masyarakat Kedungkandang merupakan faktor
penting dalam membuat jalannya HIPPAM menjadi lebih efektif dan
efisien.
Bentuk
manifestasi
kepercayaan
masyarakat
dalam
mendukung pengelolaan HIPP AM dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
117
Tabel6.2
Manifestasi Kepercayaan Pengurns
Dalam Pengelolaan HIPP AM
No
Pengurns HIPP AM
I
Mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat (pembuatan
angket kepuasan).
2
Kontinuitas aliran air ke rnmah-rnmah warga
3
Pemasangan sambungan barn walaupun masyarakat barn
membayar 50%.
4
Pemberian kelonggaran waktu dan dengan cara mengangsur
dalam membayar tagihan air.
5
Pengelolaan keuangan dengan terbuka dan Pertanggung
jawaban setiap I tahun sekali.
Sumber: Data primer yang diolah 2010.
Tabel6.3
Manifestasi Kepercayaan Masyarakat
Dalam Pengelolaan HIPP AM
No
Masyarakat
1
Sifat Acceptabilitas, Masyarakat menyerahkan sepenuhnya
pengelolaan kepada pengurns HIPP AM.
2
Keinginan penduduk yang besar menjadi pelanggan HIPP AM
'"I
Masyarakat setuju besarnya biaya sambungan barn dan tarip
.)
air.
4. Sikap sukarela-menyerahkan lahan untuk pembangunan Sumur
bor
5
Perilaku
warga
mempunya1
rasa
membutuhkan air bersih
Sumber: Data primer yang diolah 2010.
118
memiliki
dan
saling
Kepercayaan
Kedungkandang
yang
tertanam
dalam
masyarakat
dan pengurus HIPP AM yang membuat eksistensi
pengelolaan HIPP AM dapat berjalan sampai saat ini. Dalam penelitian
ditemukan bahwa masyarakat di Kedungkandang mempunyai struktur
sosial dengan tingkat kepercayaan tinggi terhadap kinerja pengurus
dalam mengelola HIPP AM, hal ini didasarkan pada eksistensi
pengurus yang sampai saat ini tetap dipertahankan untuk mengelola
HIPP AM. Tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat timbul
karena adanya komunikasi yang baik antara pengurus dangan warga
masyarakat, selain itu komunitas masyarakat tersebut telah saling
mengenal satu dengan yang lainnya dan mempunyai kesamaan
kepentingan serta komunitas masyarakat telah terbentuk sejak lama
dari nenek moyang mereka.
Hal ini sesuai dengan pendapat Fukuyama (1995) yang
menyatakan kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam
sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur,
teratur dan kerja sama yang berdasarkan norma-norma yang dianut
bersama.
Apabila
anggota
kelompok
mengharapkan
anggota-
anggotanya berperilaku jujur dan· terpercaya, mereka pasti saling
mempercayamya.
Kepercayaan
ibarat
pelumas
jalannya organisasi menjadi lebih efisien dan efektif.
119
yang
membuat
6.2.2. Jaringan
Dalam konteks penelitian ini, jaringan yang dimaksudkan
meliputi jaringan kerja sama antara masyarakat dengan pengurus dan
antar pen gurus HIPP AM. Keberhasilan pengelolaan HIPP AM salah
satunya adalah bagaimana organisasi melakukan hubungan yang baik
antara intern organisasi maupun secara ekstern yaitu pelanggan dalam
hal ini warga masyarakat. Dengan jaringan yang terbina dengan baik
menfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi yang positif yang
memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.
Sebagaimana pendapat Puttnam ( 1995) menyatakan bahwa jaringanjaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerja sama para
anggotanya serta manfaat dari partisipasinya.
Jaringan kerja sama yang selama ini dilakukan oleh pengurus
HIPP AM dengan masyarakat dilakukan secara intensif dan terus
menerus. Sistem penguatan jaringan dilakukan secara informal dan
formal. Artinya penguatan jaringan dilakukan tidak hanya hubungan
antara pelanggan dan produsen tetapi lebih didasarkan pada jaringan
yang bersifat kekeluargaan diantara individu. Penguatan jaringan ini
dapat
dilakukan · melalui ·. kumpulan-kumpulan
kemasyarak.atan
maupun tradisi-tradisi yang masih kental dianut oleh masyarakat.
Interaksi ini melahirkan modal sosial yaitu ikatan-ikatan emosional
yang menyatukan orang untuk mencapai tujuan bersama yang
120
kemudian menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta
dari adanya relasi yang relatif panjango Masyarakat dengan pola
seperti ini cenderung bekerja secara gotong royong, merasa aman
berbicara untuk mengungkapkan permasalahan dan mampu mengatasi
perbedaan-perbedaan yang muncul. Hal ini sependapat dengan
pendapat Onyx; 1996 bahwa masyarakat yang sehat cenderung
memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh, orang mengetahui dan
bertemu orang lain, kemudian mereka membangun interaksi yang
kental, baik bersifat formal maupun non formal.
Dengan mempererat jaringan-jaraingan sosial di masyarakat
memperkuat perasaan kerjasama para anggota masyarakat dengan
pengurus HIPP AM serta meningkatkan manfaat dari partisipasi nya
tersebut. Hal ini dipertegas oleh pendapat salah seorang tokoh
masyarakat tentang hubungan antar warga masyarakat:
Antara warga masyarakat disini satu dengan yang lainnya
hampir mengenal semua, kita hidup disini sudah puluhan tahun,
kita hampir setiap hari ketemuo Masyarakat hampir tiap minggu
mengadakan kegiatan, ada tahlilan, jamaahan pengajian bapakbapak dan ibu-ibu sampai kegiatan arisan segalao Untuk
kepemudaan juga ada wadahnya sendirio Acara kumpul-kumpul
di masyarakat sering terjadi sehingga kita semua mengenal satu
dengan yang lainnyao Tahu sifat dari masing-masing orang.
Dan tahu kepribadian orang itu seperti apa '-'0
"0
0
0
121
Pendapat yang sama disampaikan salah seorang pengurus
HIPPAM tentang hubungan antara pengurus dan masyarakat:
"... HIP PAM ini kan dari masyarakat untuk masyarakat. Jadi
kit a juga hagian dari mmyarakat, yang membedakan kan hanya
kita yang mengurusi HIP PAM dan masyarakat sebagai
pelanggan, tapi pada dasarnya kita sama. Artinya kita setiap
hari ya seperti masyarakat, ngobrol tentang pekerjaan, lahan
sawah a/au ternak kami. Untuk keperluan HIPPAM kita juga
terbuka kepada masyarakat, dan masyarakat sudah
mengetahuinya. Kami dalam memberikan informasi tentang
HIP PAM misalkan ada pengurasan Iandon kan membutuhkan
waktu 2-3 hari dan itu perlu di beritahukan sebelumnya kepada
masyarakat agar mereka bisa menyiapkan air sebelumnya.
Pemheritahuan kepada masyarakat ini sangat terbantu oleh
perkumpulan-perkumpulan yang ada di masyarakat. Setiap ada
informasi yang harus di berilahukan kepada masyarakat kita
tinggal meminta tolong pengurus perkumpulan-perkumpulan
tersebut untuk diumumkan pada waktu itu atau kita umumkan
lewat papan pengumuman dan lewat mushola-mushola.
Bentuk manifestasi jaringan antara masyarakat dan pengurus
HIPP AM dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel: 6.4
Manifestasi Jaringan Dalam Pengelolaan HIPPAM
No
1
INTERN
EKSTERN
Rapat pengurus 3 (tiga) bulan Laporan
sekali.
2
kegiatan
kepada
kelurahan setiap 3 bulan sekali
Rapat pengurus dengan warga Pengajuan
setiap 1 tahun sekali
Proposal
pembangunan Sumur Bor ke
Pemda Kota Malang
3
Pelaporan
Kelurahan
kegiatan
setiap
3
sekali
ke
Pemanfaatan
bulan kelompok perkumpulan dalam
pengimformasian
HIPPAM
122
kelompokkegiatan
4
Pembahasan
pengelolaan Koordinasi
HIPP AM
yang
tokoh
agama,
dengan
tokoh
melibatkan masyarakat dalam menyikapi
tokoh warga
yang
mgm
menjadi
masyarakat dan tokoh preman pelanggan HIPP AM dan warga
diantaranya penetapan biaya yang menunggak pembayaran
sambungan baru dan besamya pemakaian air minum
tarip air.
5
Pemilihan
pengurus
dilakukan
terbuka
yang Komunikasi
melalui
Pembagian
dan
interaktif antara pengurus dan
warga dimanapun berada.
rembug warga
6
terbuka
tugas
pengurus
Rasa memiliki yang besar dari
masyarakat
HIPPAM.
akan
instalasi
HIPPAM
7
Partisipasi
HIPP AM
setiap
dalam
Pemberian air dari warga yang
kegiatan mampu kepada warga yang
kemasyarakatan seperti gotong tidak mampu
royong
dan
hari
besar
keagamaan.
Sumber : Data primer yang diolah 2010.
Manifestasi
Jaringan
yang
berkembang
di
masyarakat
sebagaimana tabel di atas menumbuhkan interaksi positif antara
pengurus HIPP AM dengan masyarakat yang merupakan wujud dari
modal sosial. Pemyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan
seorang pengurus HIPP A~ :
"..... kalau ada kegiatan gotong royong, HIPPAM memberikan
sumbangan kepada masyarakat, kita membelikan jajanan dan
minuman untuk orang-orang. Begitu juga kalau ada kegiatan
perayaan hari besar keagamaan, HIPPAM pasti berpartisipasi.
Kita biasanya memberi uang kepada panitianya. "
123
Hubungan atau jaringan yang terbentuk dalam kehidupan
masyarakat kedungkandang dengan pengurus HIPP AM terse but
merupakan suatu bentuk komunikasi bersama lewat hidup yang
berdampingan sebagai interaksi antar individu dan organisasi. Hal ini
sangat diperlukan sebab dengan intensitas berinteraksi yang tinggi
antar individu akan membuka kemungkinan campur tangan dan
kepedulian individu terhadap individu yang lain atau dengan
organisasi dalam hal ini HIPP AM. Bentuk jaringan seperti ini
menumbuhkan nilai positif karena masyarakat mempunyai jiwa sosial
dan kepedulian terhadap lingkungannya.
6.2.3 Norma-norma
Organiasai tidak berjalan apabila tidak didasari kesepakatan
bersama maupun norma atau ketentuan-ketentuan yang berlaku, tidak
terkecuali pada pengelolaan HIPP AM yang dibentuk berdasarkan
norma-norma yang telah disepakati bersama dalam komunitas
masyarakat dan dilakukan secara terbuka dalam wadah rembug
warga. Norma-norma yang ditetapkan bersifat mengikat untuk
. k.omunitas masyarakat terse but,. 11amun norma-norma terse but tidak
selamanya bersifat kaku. Sifat dari norma-norma tersebut lebih
bersifat fleksibel
artinya dapat
menyesuaikan dengan
permasahan yang dihadapi di masyarakat.
124
tingkat
Dalam penelitan ini, yang dimaksud dengan norma sosial
adalah pedoman yang disepakati bersama yang telah diterima oleh
masyarakat Kedungkandang maupun pihak HIPP AM
sehingga
mampu dijadikan acuan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
interaksi antara HIPP AM dengan warga Kedungkandang itu sendiri
memerlukan aturan main untuk meningkatkan eksistensi masingmasing dalam mencapai tujuannya.
Pendapat ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
pengurus HIP AM tentang aturan yang selama ini dijalankan :
" HIP PAM telah membuat aturan yang ditetapkan bersama
dengan tokoh-tokoh masyarakat disini. Isinya mengenai
anggaran dasar,struktur organisasi, tarip air dan ketentuan lain
yang mengatur tentang pengelolaan air. Selain ketentuan resmi
dari HIP PAM, kita dalam menangani permasalahan lebih
mengedepankan pendekatan personal, selain itu ada
pertimbangan-pertimbangan yang lebih manusiawi sebagai
contoh kalau ada warga yang belum membayar rekening air,
kita tidak serta merta memutus saluran tapi kita mendatangi
yang bersangkutan atau melalui pak RT setempat. Kalau orang
tersebut ternyata belum mempunyai uang, kita memberi
kelonggaran dengan mencicil sesuai kemampuan dan waktu
yang dirasa cukup ".
Peneliti melihat garis besar munculnya dua aturan yang
berkolaborasi untuk memayungi pengelolaan HIPP AM yaitu aturan
dari HIPP AM itu sendiri dan · norma atau adat yang· berlaku · di
masyarakat. Aturan non formal inilah yang dirasakan lebih efektif
daripada aturan formal karena masyarakat masih memegang normanorma tradisional dan masih menjujung nilai adat atau kebudayaan
125
yang
tinggi.
Sebagaimana
pendapat
Woolcock
(2001)
yang
menyatakan Rule of law atau aturan mam merupakan aturan atau
kesepakatan bersama dalam masyarakat dalam bentuk formal dengan
sanksi, namun ada juga sanksi non formal yang diberikan masyarakat
kepada anggota masyarakatnya berupa pengucilan, rasa tidak hormat
bahkan dianggap tidak ada dalam suatu lingkungan komunitasnya. Hal
ini berdampak adanya keteraturan dalam masyarakat.
Bentuk manifestasi aturan antara masyarakat dan pengurus
HIPP AM dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 6.5
Manifestasi Norma Formal
Dalam Pengelolaan HIPP AM
No
Aturan Formal
1
Aturan ten tang pengelolaan HIPPAM meliputi Anggaran
dasar.struktur organisasi dan tarip air.
2
Tingkat pembayaran tagihan rekening air sebesar 90%.
3
Nilai yang melekat pada pengurus HIPPAM
Sumber: Data primer yang diolah 2010.
126
Tabel6.6
Manifestasi Norma Non Formal
Dalam Pengelolaan HIPP AM
No
Aturan Non Formal
1
Toleransi cara pembayaran (mencicil) dan tenggang waktu
terhadap warga yang belum bisa membayar tagihan rekening
air.
2
Penyambungan saluran rumah walaupun calon pelanggan baru
membayar 50%.
"
.)
Keyakinan pengurus bahwa bekerja dengan iklas merupakan
ibadah kepada Tuhan YME.
Sumber: Data primer yang diolah 2010
Manifestasi norma-norma yang diterapkan dalam pengelolan
HIPP AM
sebagaimana tabel diatas sesuai dengan pendapat Fukuyama
( 1999: 16) bahwa modal so sial secara sederhana bisa didefinisikan sebagai
rangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama
diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama diantara mereka.
Dari ketiga bentuk modal sosial yaitu kepercayaan, jaringan dan
norma-norma, faktor yang paling berperan dalam pengelolaan HIPPAM
Kedungkandang yaitu Jaringan karena masyarakat Kedungkandang telah
melakukan interaksi dalam jangka waktu yang lama dan terus menerus
127
sehingga membentuk kerjasama yang baik antara warga masyarakat dan
pengurus HIPP AM yang pada akhimya akan tercipta kepercayaan yang
merupakan faktor penting dalam membuat jalannya organisasi HIPP AM
menjadi lebih efektif dan efisien. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat baik dibidang ekonomi,
sosial maupun dibidang-bidang lainnya dapat meningkatkan keadaan yang
kondusif antar individu dan organisasi, dapat meningkatkan kepercayaan
terhadap para stockholder yang terlibat dalam jaringan dan mampu
menumbuhkan efisiensi biaya ketika modal sosial tersebut terbentuk dan
terpelihara dalam hubungan masyarakat.
128
BAB VII
PENUTUP
7.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dalam pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Modal sosial yang ada pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap
pengelolaan HIPPAM. Modal sosial yang kuat pada masyarakat Kelurahan
Kedungkandang
mengakibatkan
pengelolaan
HIPP AM
Kelurahan
Kedungkandang sampai saat ini berjalan dengan baik dan tidak pemah
terjadi konflik.
2. Masyarakat Kelurahan Kedungkandang mampu melahirkan modal sosial
meliputi nilai, norma, kepercayaan dan jaringan yang dapat ditemui pada
kelompok-kelompok
perkumpulan
seperti
Pengajian,
Perkumpulan
kematian, organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan seperti Karang
taruna dan Arisan, dan tradisi masyarakat seperti Megengan, Tahlilan,
Ngelayat, dan Gotong royong.
3. Masyarakat Kedungkandang mempunyai modal sosial yang baik dengan
tingkat kepercayaan tinggi antara individu dan HIP PAM dan antar para·
pengurus HIPPAM sehingga terjalin kerja sama yang baik antara
masyarakat dan pengurus HIPP AM. Hal ini merupakan faktor penting
dalam membuat jalannya HIPPAM menjadi lebih efektif dan efisien.
129
7.2 SARAN
a. Untuk Pemerintah
1. Pemerintah dapat mengadopsi pengelolaan HIPP AM di Kelurahan
Kedungkandang ini untuk diterapkan di daerah lain yang mempunyai
kondisi sama berdasarkan pola pemberdayaan masyarakat dengan
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dan rasa
memiliki terhadap program pembangunan tersebut.
2. Hendaknya pemerintah tetap mempertahankan posisi dan perannya
sebagai pendamping dalam pengelolaan HIPP AM sehingga apabila
muncul permasalahan, pemerintah dapat berperan sebagai mediator
yang dapat menumbuhkan jaringan antara masyarakat, pengurus dan
pemerintah.
b. Untuk HIPPAM
1. Dalam pembagian tugas secara teknis sudah dilakukan oleh pengurs
namun untuk menyempumakan struktur organisasi perlu dibuatkan
diskripsi kerja sehingga tugas dari masing-masing pengurus menjadi
lebih jelas dan dapat dijadikan pegangan bagi pengurus. Selain itu
dapat dijadikan
~ebagai
pembelajaran. kepada masyarakat dalam
berorganisasi.
2. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, perlu dibuatkan sub
tandon yang dulu pemah ada dengan tujuan apabila terjadi pemakaian
air yang melonjak pada jam puncak yang menyebabkan dibebarapa
130
tempat yang jauh dari tandon utama saluran a1mya mati. Dengan
pembuatan sub tandon ini dapat mengatasi permasalahan tersebut.
3. HIPPAM
harus
keberlangsungan
mempunya.
sumur
bor,
perencanaan
karena
kedepan
untuk
terhadap
mengantisipasi
menyusutnya kapasitas air sumur bor dan menurunnya nilai ekonomis
instalasi. Pengurus HIPP AM perlu melakukan perhitungan terhadap
nilai penyusutan asset sehingga pada waktunya nanti
apabila
diperlukan perawatan yang besar ataupun penggantian instalasi,
pengurus dapat menyediakan biayanya dan hal ini dapat menghindari
beban masyarakat.
c. Untuk masyarakat
Kelompok-kelompok perkumpulan dan tradisi-tradisi yang berjalan di
masyarakat perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi karena peran dan
fungsinya sangat besar terhadap kehidupan masyarakat terutama dalam
pengelolaan HIPP AM Kelurahan Kedungkandang.
131
DAFTAR PUST AKA
BUKU
Colemen, James S. 2008. Dasar-Dasar Teori Sosial. Nusa Media. Bandung.
Delinom, Robert M. Marganingrum, Dyah. 2007. Sumber Daya Air dan
Lingkungan - Potensi, Degradasi dan Masa Depan. Lipi Press.
Jakarta.
Fukuyama, Francis. 1999. The Great Discruption Human Nature and The
Reconstitution o_(Social Order. The Free Press. New York.
------------
2002. Tust Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran
(diterjemahkan dari buku Trust The Social Virtues and The Creation
of Prosperity. 1995). Qalam. Yogyakarta.
ldrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan
Kualitat[f dan Kuantita(f}. UII. Press. Yogyakarta.
Murtiyanto, Nawa. 2005. Kampus Biru Menggugah, Seri Ke-3 Kumpulan
Pemikiran Alumni. FISIPOL UGM. KA FISIPOL GAMA. Jakarta.
Nawawi, Hadari, 2005, Penelitian Terapan, Cetakan Ketiga, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Priyono, Onny S. dan A.M.W pranaka (penyunting). 1996. Pemberdayaan
Konsep, Keb(iakan dan Implementasi. CSIS. Jakarta.
Putnam, Robert D. 1993. Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern
Italy. Priceton University Press. USA.
------------
2001. Bowling Alone: The Collapse And revival of American
Community. Touchstone Book, Published by Simon & Schuster.
USA.
Salim Agus. 2002. Perubahan Sosial. PT. Tiara Kencana. Yogyakarta.
Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitat[f Alfabeta. Bandung.
Supriyatna, Tjahya, 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Suyanto, Suparjan Henri. 2003. Pengembangan Masyarakat. Aditya Media.
Jakarta.
Wrihatnolo, Randi R dan Dwijowiyaoto, Riant Nugroho. 2007. Manajemen
Pemberdayaan "Sebuah Pengantar dan Panduan Untuk
Pemberdayaan Masyarakat". Elex Media Komputindo. Jakarta.
Yustika, Ahmad, Erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan : Definisi, teori dan
Strategi. Bayumedia. Publishing. Malang.
ARTIKEL/MAKALAH
Ancok, Djamaludin. 2003. Pidato Pengukuhan Guru Besar "Modal Sosial dan
Kualitas Masyarakat". UGM. Yogyakarta.
Dwiyanto, Agus. 2008. Kepercayaan Publik : Masihkan Menjadi Modal Sosial
Kita?. PSKK. UGM.
Masik, Agustomi. 2005. Hubungan Modal Sosial dan Perencanaan. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol16/No.3, Desember 2005
Masduqi, Ali dan Endah Noor, dkk. 2008. Seminar nasional Pascasarjana VIIIITS Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis Masyarakat:
Studi Kasus HIP PAM di DAS Brantas Bagian Hilir. ITS. Surabaya.
Mulyawati, Susi S.---. Gotong Royong, Modul SMU Terbuka.
Santoso, Hanung. 2009. Menjamin Hak Rakyat Atas Air: Kritik Atas kebijakan
penyediaan Air Bersih di Indonesia.
Woolcock, Michael and Narayan, Deepa. 2000. Social capital : Implication For
Development Theory, Research and Policy. The World bank
Research Observer Vol 15. 2000.
PENELITIAN :
Bire, Adriana. 2008. Peranan Modal Sosial (Social Capital) Dalam Adopsi
Teknologi Sistem Tanam Legmvo Pada Kegiatan Prima Tani di
Kabupaten Kupang. MPKP. UGM
Iwarman.
2008. Pemberdayaan masyarakat Dalam pengembangan dan
Pengelolaan irigasi di desa Sumberarum Kecamatan Moyudan
kabupaten Sleman. Tesis MPKD. UGM.
Novita, Santi. 2008. Modal Sosial Masyarakat Nelayan Dalam Pemanfaatan dan
Pengelolaan Danau Singkarak. Tesis MPKD. UGM.
Putra, I Made Kristiadi. 2009. Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Desa
Pakraman, Studi Kasus Pengelolaan LPD Desa Prakaman Batuaji
Kawan. Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. Tesis MAP. UGM.
i
~
f1
~,_ :.,~'...;:..~'
-.'
-..;·~
.:1
.
~-~="'"''"".~
=
\
l
\
<~e--:-\).~j\'c\ \,~
<: :;: ~-
~~ !:·?.~-
- -,~- ,-:=---
l •t\.\.'~,-.=- ~'
------~
.. /
~- ------=
-·- l
-·=~:;::ID~-~--.Cliii!JC-=t:l_ _,__..:~-:-~.,.,~
: -~-::----..). .~,
- -
, --
-
.
-- _____: - ""'·
w -...-= • .,.
__
~"~~~~w~
~ ,/1..
r··-<
/ >
f,'
,i
\ 30 " \
...---·- .....,...,....
,;-...·---·.
\\.,~-'<.•. .,..a.I.••Yr,'0'\
(.. tJ. ·J- .
~a
..;.'__....,p·
•..
I
e sMt"'l
•.
~
A .!1:~ u lli\.ll
v
~
r
.IC!d ~ u
u
.ii\'\.V o
,;n uur.nu'Y.Il.
.~&..C:~JUU .lrU'J\Jfl!.l'\ll~ ~u
u 1~ u .1&1\.\l~ l.JJfit~ u
r--::------; P£LINDUNG
LURAH
1;
~---------------------
b
,-
J
1-
II ::---Y
PE:NASEHA~
l\1 K
- -l
I :
II
:
I:
t_==:=:J
BE!':DAHARAl
I
MA.KHOLIL
rBENDAJB.~ll
II
j!
ROHW~-j
~J
Keterangan :
: Garis Koordinasi
: Garis Komando
~TORl
~~Ali-i
OPERATOR
n
,.,.,.
l r<·
•
~IOH.YASIN
~
~
.
. J
1.~- ·~--' -··
SURA.T PERMOHONAN
Sa,nl>ungan Rumah (SR) Meter Air
Kepada
Yth. Bapai</Saudara Ketua H:PAM
"Kedungkandang Timur"
l<elu;ahan Kedungkandang
diMalang
Yang berte.rd:1 tangan/e;ap jempol di bawah ini kami :
Narn3
T. Tgl Lahir/Umur
Pekerjaan
Temr;at Tinggal
: Jl. Kedungkandang Timur N<J .......
~T.
...... RW .......
Kel. Kedungkardang Kec. Kedung!<anda'lg Kote Malang
Dengan ini kami mengajulcan permohonan agar dapatnya Sambungan Rumah (SR),
Pipanisasi dan ME t'=lr Air dari HIP AM (Hirnpunan Pengelolatwn Air Minum)
Kecungkandang Timur ke halaman rumah 1-:ami.
Dengan ini pula kum: rnenyatakari sanggup mentaati semua peraturan yang telah diatur
atau
~iitentukon
oleh Pengurus HIPAM "KediJngkandang Timur, Kelurahan
Kedungkandang Kota lv1alcmg.
Demikian surat pern1ohonan ini. kan1i buat dengan sebenarnya ate s dasar '<esadaran
kami sendiri, tanpa ada unsur paksaan maupun tekanan dari pihal< lain dan dapat
dipergunakan set>agaimana mestiny3.
Mal::~ng,
.............................. 2004
Pernohon
4
HASIL ANGKET
PENGUP.US HIPAM KEL. KEDUNGKANDANG
JANUARI 2004
===================================================
I. KUAUT AS AIR
No.
A:t~rnatif
Item
Jawaban
I
j_NI
·-w··-··. ·r-··
a. Bersih
2
Berdasa,·kon
(responden)
HIFAM
I
ta~el
I
14~
",":-1
-
-
141
100
c. Kotcr
Jumlah
.. ··-·-
.
139
I
.
b. Kurang ber5it1
-~
%
F
··-··-·-· ··--··· ..
I
I
di atas dapat diketahui bahwa scbagian cesar konsumen
rr.enyatakan bahwa kualitas air bersih. Hal ir.i terb1.1k.ti dari 141
konsumen yang menye1takan bersih sejumlah 139 orang atau 98,6 %, yang menyatakan
kurang bersih 2 crar.g atau 1,4 % dan tidak 8da ~esponden yang menyatakan kotor.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas air sud<1h baik.
II.
KELANCARAt~
/\I ternatif
a. Lancar
II
b. Kurang Ia ncar
j
Jawaban
I
_j_---'=-- I
N
141
~~~~:~ m~~--------1-
Berdasarl<an
(responden)
HIPAM
tabel
AIR
141
I
.
1
_j_
~0/c~o
--1
.1--.1
I
126
15
141
I
1
89,4
10,6
1;o__
:=._j
di atas dapat diketal1ui bc:hwa sebagian besar konsumen
menyatAkan
bahwa
aliran
ai~ lancar. Hal lni terbukti dai'i
141
konsumen yang meny2takan lancar sejumlah 126 orang atau 89,4 %, yang menyatakan
kurang lance1r 15 orarg atau 10,6 % dan tid3k· ada rE'!sponden yang menyatakan tidak
i"ncr.r Dengan demikicli1 dapat di!-:atakan bah·Na aliran air lancar.
II!. PELAYANAN PENGURUS
~
No.-r-
-t&m
-- I
111
____Aiternatif
Jawaban
--·----
a. iv'1emuaskan
-~----:-- I
·----+----14 ~- --1
b. Kurang me:muaskar,
1
c. iiJak memuaskc:r
(mengecew8knn)
.___
__.__Ju_m_la_h_ _ _ _ _ _ _
8erdasarkan
tdbel
F
i1__ "-gl
I
9;
·-13_8_ _
3
2.
I
'
;
j
~_:-~~-~-1-4~1~~-_L 1·4-1---+-j
0
~
-
I
I
I
100
i
d: atas dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen
(respunden) HIPAM rner,yatakan bahwCJ pclnyanan pengurus mernuask2n. Hal ini terbukti
dari 1 ·1·; i<onsume1 · y. H1Q me•1yatak2n pelayanan pengurus memuaskan sejumlah
~
38
orang atr•u 97,9 %, yang menyntakan kurar1g mernuaskan 3 orang atau 2,1 %dan tidak
ada respOiiden yan9 mcnyaiakan tidak, memuaskan (mengecewakan). Dengan damir.ian
clapat dikataka,1 bahwa sebagian besar konsumen (res~onden) HIPAM sude~h merasa
puas terhadap pelayanan Pengurus
HIKArvl
28
IV. SARAN I KRITIK
~---.--------------.-----..-----·~
No.
Item
l'J
Alternatif
Jawaban
1
F
a. Memperhatikan kelarcaran
26
air
b. Puas terhad~p pelayanan
Pengurus HIPAM
c. Harus selalu memperhatikan
I
%
18.41
'12
8,5
18
12,8
11
7,8
6
4.3
salurar. yang rusak
d. Peran operator harus
ditingkatkan
e. Pei1innkatan kedisipiinan
dalam bekerja
f. Pei!gontrolan dilakukan
dengan rutin
g. -:-idak me11~berikan
l
I
1
8
5,7
GO
42,5
I
I
d'
j
saran/kritii<
-- - - - - - - - - - - - - - - - -------+---Jumlah
141
100
Berdas :~rkan
!abel di at as dap2r dikete>hui bahwa kualitas air, kelancaran air,
maupun pelayanan rengurus . HIPAM sudgh baik. Hal ini terbukti dari yar1g menye~ranka!1
agar memperhatikon l<elai1caran Rir 26 orang atau 18,4 %, yang mP.ny<'ltakan puas demgan
pelayancm HIPAM sebesm 12 orang atau 8,5 %, yang menyatakan harus memperhatikan
saluran yany rusak ~ejumlah ·j 8 orang atau 12,8 %, yang menyatakan peran operator
harus dit;ngkatkan ::;ejumlall 11 oran·g atau 7,8 %, yang rnenyatakan tentang peningkatan
kedispilinan da!am bekerj2 sejumlah 6 orang atau 4,3 %, yang menyatakan penQontrclan
dilakukan dengan rL:tir. sejum1..ih 8 orang atatJ S,7
%, c;edangkan 60 konsurnen
. responden) Cltau 42,5 % tidak memberikan sarEJn/kritik, ini mambuktikan bahwa secara
umum kualitas ::~ir, kelancamn, dan pelayanan pengu~us HIPAM ~udah baik.
PENGURUS HIPAM KEDUNGKANDANG
Sekretaris,
/\~C.
(
~
l
-·
/
~
"""" R A M L I, S.Ag
29
ANGKET I TANG GAP AN MAS'l' ARAKAT I KONSUMEN HIP AM.
TERHADAF:
H B PAM
( HIMPUNAN PENGELOLAHAN AIR MINUM )
"KE[)UNGKANDANG TIMUR"
f\EL. KEDUNGKANDANG KEC. KEDUNGKANDANG KOTA MALANG
CATATAN:
Lingkaril8h hur~f: 8, b dan c. psda pertanyaan-pertanyaan dibawah ini
dengan se.iujur-jujurnyu, yang dianggap anda benr1r atau yang paling
sesuai dan paling tepat menurut anda.
PERTAYAAN:
1. Bagaimana kP-adaarl air yang telah ditorirr.a sampai saat ini ?
a. Bersih
b. Kurang bersih
c. l<otor
~.
Bagaimana kelancaran p~nerimaan air sampai saat ini ?
3. Lancar
o. Kurarg lancar
c. Tidak Mengalir
3. Bagaimana pelayanar1 pengurus Hipamterhadap anda I konsumen?
a. Memuaskan b. Kurang memuaskan
c. Tidak memuaskan
( Mengecewakan ).
4. Apa saran-saran anda I konsumen terhadap Pengurus I~IPAM. ?
a........................................................ ··························
b.............. ········· ... ············ .............................. ······ ....... .
c........................................................................ ·•· ... ·····
YANG MENGISI
Ar~Gf<ET
~CJI8ng, ......... J<mu8ri 200~
INI A/n. l<onsumGn I WilrQG RT .... RW ..... 1<'31 ......................... ..
27
INTERVIEW GlHDE (PEDOMAN
WA~ANCARA)
STUD I TENT ANG FFRANAN MODAL SOSIAL DALAAJ PENGELOL AAN HIPPAM
DIKELURA HANKEDU NGKANDA NG
(BAGI PELANGGA N)
ldentitas Rcsponden
1.
Nama
2.
Urnur
3.
Alamat
4.
Pendidikan terekhir
Mohon Bapak/lbu jawau pertanyaan berikut sesuai dcngan keadaan dan pcndapat pribadi
dengan sejujur-jujurnya !
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi anggota HIPPAM?
2. Mcnurul bapak/ihlt apa yang dirnaksud dengan HIPPAM?
3. Apa tujnan bapak ibu menjadi pelanggan HIP? AM?
4. Apa rnanfaat adanya HiPPAM yang bapak/ibu rasakan selama ini?
5. Berapa biaya yang bapak/ibu bayarkan Wttuk menjadi a.nggota HIPPAM
6. Siapa yang menetapkan .harga tersebut? Bagaimana cara menetapkan harga?
7. Menurut bapak/ibn, apakah bbya tersebut memberatkan atau tidak? Apa alasannyal
E. Berapa pemakaian air rata-rata yang Bapak/Ibu pergunakan setiap bulan?
9. Berapa Biaya yang bapak/lbu keluarkan untuk
m~mbayar
air setiap bulan?
I 0. Menurut bapu.k/ibu, apakah pcngeluaran setiap bulan tersebut memberatkan atau
tidak? Apa ala:;3.nn)'a!
11. Apakah Bapak/Ibu pernah mcnunggek pembayaran air?
12. Bagaimana Bapak/ibu melaporkan tentang permasabhan air yang Bapak/lbu hadapi?
13.
Apak~
Bapak/lbu ikut perkumpnlan /arisan? Apa narna perkumpulan tersebut?
14. Apakah Bapak/lhu rncngcnal baik pl..11gurus HIPPAM? Seberapa kenai'!
15. A;>akah bapak/Ibu pemah diajak rapat oleh pengurus HIP? AM? Berpa kali?
16. Apakah BapakiJbu pemah usul c!alam rapat?
17. Apakah Bapak/Ibu ikut memilih peng:.uus?
M~ngara
memilih pengurus itu?
I E. Bagaimana pendapat Bapak!lbu terhadap lcinerja pengelola HIPPAM?
19. Apakah pengelola pemah mengajak Bapak/lbu k.erja bakti? Berapa kali?apa saja yang
dilakukan?
:20. Apalcah sumur bor tersebut pemah rusak?
21 . Bagaimana penge!ola menangani sumur bor yang rusak tersebut? Apakah Bapak!lbu
pem~h
dimintai sumbangan?
22. Menurut bapak!ibu, apakah ada selama ini sanksi atau tindakan yang diterima oleh
anggota HIPP AM yang tidak membayar air tepat pada waktunya? Siaoa yang
memberi sanksi atau tindakan tersebut?
23. Apa saran dan rendapat
bap~lv'ibu
tentang kelangsungan HIPPAM ini?
INTERVIEW GUIDE {PEDOMAN WAWANCARA},
STUDI TENTANG PERANAN MODAL
SO~IAL
DALAM PENGELOLAAN IDPPAl\1
DIKELURAHANKEDU NGKANDANG
(BAGi PENGELOLA)
ldentitas Respondcn
1. Nama
2. Umur
3. Alamat
4. Pendidik.m tcrakhir
Mohon Bapilllbujawab pertanyaan berikut sesuai dcngan kead1an dan pendapat pri.badi
dengan sejujur-jujumya !
i.
Kapan HIPPAM berdiri?
2. Sejak k:1pan
ba~1ak/ibu
menangani HIPPAM ini?
3. Siapa yang mengangkat bapak/ibu?
Bera~a
tahun masajabatan pengums?
4.
Bagaimana prosedur pcnggantian pengurus?
5.
Bagaimana proses pengangkatannya?
6. Menurut bapak/ibu apa sebenamya yang dimaksud dengan HIPP AM ?
7.
/\pa tujuan adanya IIIPP/\M?
8.
Apa manfuat yang diharapkan adanya HIPPAM ini':'
9.
Bag::timana proses untuk menjadi anggota HIPPAM?
10. Siapa saja yang bokh menjadi anggota HIPPAM?
11. Berapa anggota HIPPAM?
12. Apa saja syarat menjadi anggota HIPPAM?
13. Berapa biaya sambungan baru/ Siapa yang menetapkan harga air dan sambungan
baru?
14. Bagaimana mcnctapkan atun:n/ketentuan? Siapa yang ;.nenf!tapkan?
15. Apakah menumt hapak/ibu pt:ngelolaa.n HIFPAM tersebut selama ini sudah
dckiif~
Apa indikatornya?
16. Apakah Bapnk/Ibu ikut perk1m1pulan kemasyarakatan? Apa saja?
17.
Bera~a
kali pcngelola mengadakan rapat intern? t.pa yang dibahas?
18. Bagaimana menyikapi persoalan yang muncul?
19. Bagaimana memelihara intalns:? Apakah msyarakat ikut terlibat?
20. Berap:.. kali rapat
c~engan
masyarakat? Apa yang dibahas?
21 . Bagaimana perlanggungjawaban pengelolaan kepada masyarakat?
22. i\pakah masyarakat sudah puas dcngan pelayanan HJPPAM
23. Bagaimana pertanggungjawaba..1 HIPPAM kepada masyarakat?
24. Menurut bapak/ihu, apakah ada selama ini sanksi
~tau
tindakan yang diberikan kepada
pelanggan? Berapa kali? Bagaimana tanggapan masyarakat atas sanksi tersebut??
Siapa yang mcmbcri -;anksi d:1n apa sanksinya?
25. Apa saran dan pendapat bapak/ibu tentang kclangsungan HIPPAM?
BUKTI PEMBAYARA N REKENING AIR
1-liPAM (HIMPUNAN PF.NGELOLAHAN AIR MINUM)
KEDUNGKANDANG TIMUR
KELURAHAN KEDUNGi<ANDAN G· KEC. KEt;UNGKANDAN G KOTA MA.LANG
NO. PELANGG.':I.N :
NAMA
ALAMAT
AT.
BULAN
RW.
TANGGAi..
KELURAHAN :
PETUNJUK METE8AN
BULAN LALU
BULAN 1,..,;1
I
I
I
PEMAKAIJ..N AIR (rr 7 )
--
~E'v1AKAIAN
I
AIR (m 7 )
HARGA/ m•
HARGA
TARIP:
1000
Rp.
TARIP IJ
1200
Rp.
TARIP Iii
1500
Rp
TARIP IV
2000
Rp.
v
2500
Rp.
TARIP
oRHATIAN
I
I
I
I
-i
I
I
---i
~--------·
I
lry
Jumlah Tagihan
11uk kepentingan saud<.ra c1i har"p
!mperhahkan d1bonk ini.
--
..
. Rp. 3.SOO.·
SEWAMETER
..,
J
LUNAS TGL. : ··············· 20 .....
BUKTl PEMBAYA.RA l'J" REKENING AIR
HIPAM (HIMPUNAN PENGELOLAHAN AIR MINUM)
KEDUNGKANDANG TlMUR
KELURAHAN KEDUNGKANDAN G KEC. KEDUNGKANDAN G KOTA MALANG
N!~MA
NO. PELA.NGGAN :
ALAMAT
RT.
BULAN
RW.
KELURAHAN .
TANGGAL
PETUNJUI< METERJ,N
BULAN INI
BULAN LALU
·I.
TJ\F11P I
I
TARIP 11
PEMAKAIAN AIR (m')
--
I
P[MAKA\AN AIR (m')
1
I
r.1 ~
HARGA
-:
10('0
Rp.
1200
Rp.
I
TAR:P Ill
1500
Rp.
i
TARIP IV
2000
Rp
I
i
Ti\f11P V
f---
2500
RHATIAN
f_i}!NAS
't"GL~ ............... 20 ·····
j
Rp. 3.500.·
I
J
11p.
Juml<>n Tagihan
I~<Hi"I>J
:
·--1
Rp.
SEWA \-1ETt=R
c..__
luK kepe1.1ingan saudara rJ:
mperhal<.<an dibalik ini.
HAr~GA
I
BUKTI PEMBAYARP. .N REKENING AIR
Hlf'AM (HIMPUNAN i:JENGELOLAHAN AIR MINUM)
KEDUNGKANDANG TIMUR
I
KELURAHAN KEDUNGKANDAN G KEC. KEDUNGKANDAN G KOTA MALANG
NAMA
RT.
8ULAN
RW.
KELURAHAN
TANGGAL
j
PETUNJU'< METERAN
BULAN INI
- l
NO. PELANGG/\N :
A. LAM AT
I
_j
8ULAN
1.• /\LU
t---
- - - - - - - - - - -·-·
-'EMAKAIAI'J Air~ (m')
--
PEMAKAiAN AIR (m')
HARGA/m'
Tf1Rif' I
T!\f-liP
~~
TARIP Ill
TARI:J IV
TARIP V.,__
1----
1--·-----
----
L
I
RHATIAN
uk kcpon!u1().1n :-;.1ull.1ra rl• ll.utlp
HARGA
1000
Rp.
1200
Rp.
1500
Rp.
2000
Rp.
2500
Ap.
SEWA METER
Ju11lah Tagihan
I
I
Rp. 3.500,Rp.
:
----'
-~
~
-l
!
'
I
UNTUK DIPERHATIK.\N
li~rga .11<
p. '•.1L!oy
(~nll.\p
1000 Ill or,,,,)
\.'
A.. 0 'U(I'.'o.hbiq 11p. 1000.• (:orl~v rup•.t:ol' fnror I
S~rr.emallan
Ocncan aor !Joternpill Saudara
;emo tercapainya. ~cmoralaan OtslrubuU olr:
.~cnjaga
kclestarian
.cm~ayaran
rekcnong s~udara lldak linggi
sumbet
air
f'IP-, llOO.: .(&OIIbu d.un
''"'l~) l.tro~
E.
' '
.it c'u kc<ilo1S np. 2SOO (duG r.ibu lima ralus)
.,
~
I . '
.
Tarip V
: , ,'
Saw;, meier uor pNb~tan Rp. 3500 (liga rtbu lima
7.
f'ongambolnn ait yang lt<Jok sosuuo .!an P''
, ,'
6 sld 20 seliap bulan dtlempal yan~ Ielah d!cnlukar.
2.
Morusak SC!J~I rnowr aor
3.
Mer••bah &rah meier aoo
4.
Morusak mckonismo me lor Dtr
o:eh ?cngurus HIPAM.
Mulunas rnolcr ou
iHJ,I koru~ii
J\p\lblla
P~mbaya;an
clokcn~<an
lev•ol :gl. 20
kelerlambal~nlboaya
~c11npn
dono.:
n;.JUpun
me~ulup
lata us aha Hp. 1.500,· unluk
p1~a
... Un Pildi\ IIIUiur.ll\
,\1(1\1
nqHI
~~
tAormncJnh mo1111 nu tnnp11 'J'"
Mumuuka <.lop I punutup saluran atr
8.
Memuius segol meier I seg111 co~
Meng~abung mstalasi HIPA.M de.r.gan
aor lnnah I sumur
lunas Pongurus lloi'AM tJcrhnK
scro·cntara mnsa daiam porbaoKan.
buian I (pertama),
~
9.
Apribol;, ioda •crusakan diluar korrampu-.n PJngurus
Apabtla sampai lgl. 20 bula:'l b~tlkulnya bolum
hiPAM a:ac; Korusakan alam. akan dosclnsatkan
1(
Menank langsung aor rJengan lns;alas;
melunast, akan dtkenakan denda kelipalan dan bulan
sclelall musyawardh rengurus.
11.
Menya1Jrka'1 ptpa atrislang ke rumah or
I (oer1ama1
(l>ukan rurr.ah hak pclcnggan).
Pc·?iu•~n rlan kctenluan Pengguna IIIPAM
10
5.
ulo/~ pt•/lu.)lllJii (pJI.ul~H/0111 .w}
I(,
.~ .• 15 $./u 25 ''~'9.np: ·~i5.oo.: (~ortbu 111i1n r~tu.s) T~.iip, 111
D.: 26's/(! ~0 kil>lg Rp. 2000,t;(don.·ribu rplo)' Torlp·IV · LAi1AIIG IIN·LARANGAN
dan
Pcm~ ayarnn bc~an Heken1o19 Air dtmulat lgl.
I~ k1biQ
U. 6 &id
1','1,\IUI,ll\ dan \q•f•J,\IIIll/1 .·~• hcJ.,k rl;q :tl ·
l)UQ:JI
Apabtla dalam waktu 3 bulan l>elum e.da coctlan. akan
ya. •U
ada peringalanllegumn dan sclar.julnya akan dolulup
han
serr.cnt;va samp<u mclunast
l>~:urn tcrc~nlurn
~esuao d~~~a~n
a•an dtalur d.-cnudian
pcr'<cmbangan ya.1g adn.
l:~r.ggungnnnya.
Per~•uran dan ketentuan ono oapal ben,bah sawaklu·
11.
w.tklu, arahola adJ pcrl<embangan baru dcngan dasar
kcscpakatan r:an kolcpa1an yang lao.•h .:l'puluskan
nleh <'engurus HI PAM.
Uto;TUI': DiPERHATIKAN
G
Harga aor pr kibog (seliap 1000 lotor air)
A:
1.
3erllem:~llah
. B.
dengan a or :Jtlempal Saudar?.
:;~mber
keleslarian
air
iill)~ r~lusiTarip
\500.: (seribu
Ill
Rp:,25:>0 (du~ ribu·lima rat us) ·rarjp
V . ,1.
Sewa mc•or aor perbu.an Rp. 3500 (1:~3 rohu lima
lgl.
€ sld 20 seliap bulan dtlempal yill"9 ielah dicnlukan
ralus rpll)
OICII Pcnguru~ HIP~f,l.
l:j,
P~mb3yaran lew3l lgl.
. Apal!ila ada kerusakan pada mcler~n Jlau popa
inemih.. p :;cmentara· niasa dalafll porbaikan..
LJl''an l (penama).
1~1.
Apabil3 a•! a ketusakan doluar kemamruan Pcngurvs
HI.PAM a.nu k·arl>rokon ·alaml a~or. ·~llooo<nlknn
20 bulan buro<ulny& l>•Jium
melunasi, akan dikenakan tlenda kehpalan dari bul:~n
setelah m<osyawarah Pce1gurus.
Merubat1 ~. ah meter air
Mer "Silk me~.anisme meier ~~~
.
o•l
Mer~ sa~ segel nteler aor
.,,
5.
lv'el~pas mclc_r a11
6
Uomtnc'ah meier aor tanpa '''"
8.
Memutus·: segol
9
MP.ng_gabung ins'alast Hi PAM dcngan 1
10
11.
air lanah I sumur
Manorll( iangaung oor dongan ll>slalaal
t.,1enyalurt;an pipe air/slang ke rumah cor
Membuka dop: penutup saluran air
meter ..1 sa gal cop
:tlukan rur.-.alllla< pc[anggant
I (penama).
10.
5.
Pongambilan air yan(llodak sesuao ddlo
2.
3
ponpa alau~un popa tunas Pengurus HIPAM bor:1ak
20 dikenakan cenda
ketcrlambaWntblaya·lc.la us aha Rp. 1 .500.· unluk
Apauolu samp;;1
r.
6 s/d 1.~ ~ibig Rp., 1~00.· (seribu dua,rRius) Tuip II
, : ..E.. 41. std kealas
All tlimulai
Pcraturan dan kctenluon on1 lodJk dJpDI
gugal olch pcmohon (pelanggan a or) .
'':9. 2S:s:d 40 .kibiQ •Rr:.2000 ;:(dua :ritiu irJh) Taiip IV· L~RAN'3AN·LARANGAN
dan
~eml>ayaran rekening ~~!Jdara lidak linggi
Pcmbayar?n beban Aekenmy
I~
ktbig qp, 1000.· (seribu ·r•Jpial:f. Talop 1
. ~-.is ~i~ 25:kibig.R~.
demi tercapainya pemeralaan distrubusl. ail
men1aga
o :sld ...S
Per~lvr.Jr.
O?.n ke!cnl~tan ?cngquna HIP/.M
yans llol~m lc•cato!Jm at-on dial\.:' C•'<cmudoan
hari SE-~V;]I dcngi1n 11crkrlmtJangan ya.~,C: nd<'.
Apabi!a dalam waklu 3 bulan ucluno ada c•ci:an, ·akan
oOa peringatan.'logurM dan selanj~lnya ~~an dilutlop.
sementarc- sa:-npai metunasi langg•Jr.gnnr.yil.
11.
Pcmllait~l <!~tn
bcrut·~th
kcl!.:ntuan ira rl.:'p;,t
SCI';ak:u-
waktu: a1:au::;:~ ada porkombangan baru d'-"'~ar. da~ar
•esep~kntan
!Jan kclepalan )'ar.g lela I> dopu!us;;nn
olch F'cngvru5 HI PAM.
UNTlJK OIPERHATIKAN
H~rg;~ ')it pr 1-.I:JJg
u
'11.
v.a
Bc<hemallah Clcngan atr d:tcmpat Sauo.•
oomi tercapalnya pemorataaro distrubusi aor
,-,en)a~a
kelcst:~rtan
~umoor
air
don
o'stO
5 !iibog
.a, o s!_d
(!iC_!'ap 1000{111er ~·r).
tOO•i.· ts'eribu tO~oa.ti)··:allp ·,
12
Rr:.
>5 k.o;g.Rp .. !l00.· (Stllhu uu.a r11v;) Tarop Jl
.. ,c. ,,15. s/Q 25.·kibig R?. ·I·SOP.• ($enbu Inn a r~tus).Tatip 111
',,. ·, o.; ts 'sti.l .,a ~ .bi~ ~o~ ~oou.: wr;a
10011
r\1hr
rr.·,;~ ·,v
v,.
LARANGA~LARANGAN
Pc~gambttan
E 41 .s•J ;e~I;:S Rp . :2500 (dua nbu lln.a r~tus) Tarip
pembayaran rekenong Sauel.ara•t•C"lk 1111\19'
2
2
Sowa mete• nor pcrbulan Rp. 350(' (!oga n!Ju 11.-na
Pombayaran bcban Rcketung I,,, uunul;oo II')•
:s.
Fombayaran tewr.t 191.
~0
:J•kcnn~o<an
C1~nd;:o
;l!J,).
··,•:nP_tup
i<eterlambalanilloaya !ala usall~ rl;L 1 ~00 · Lontu•
arah meter a or
~(:IIH.:nltllil
mnsa oatan'
Membuka dop I ponulup salu• ~o~n
H
~crtJa,:...~n.
Apet\Jtla ;.Fi~ ~o..~ruSDk.an cJ1luar kem;inliJ\..i..~~ F-'1..1 :"\~urlJS
20
Hl~At.'
UUIC111 ~'"''"'IJIII''(U UCIUIII
d!k~na~t~n
:;ICh ... cr~.:sa~o.an a1am•
sctvl.,:~ n ·.·~i'i.l"".Jrah
dcnd:l'<e!qwtun dt.H• r.>u'Jn
akr~~n
o . ..;.::c:::.;.,"-.ln
, 1;ertamaJ.
10
t-pab;la dalam "aklu 3 bulanllclum aou
coo•• oan.
r-'CI~IIU•·"'
.::Jn
kC\dlllllafl
Pen(j~\..'=1,
I"'IPAM
yanc; lJelu•:· t~lccnn:m ukan d1o.:ur (J•ft.cmudJan
;~kan
hdn sest:,jl L!:!rHJilll pcrkcmbilngan yrlnfi
dan sclanj;.~!nya akan Otlutup
J(Jd
mcl~,;nas: tat~ggungan.,ya.
11
Per;;.t'J~ar.
c!an ke1entuar'l1n• capal bcruo<::·l s~wak.!u·
Wilk\•J, j,l,:,1CliC'I i:ad3 pcrk..::mtJangan ba.ru t:Cn'}arl CaS:H
i.•!SCJ1~1i< .: 1;
• ol(,'\) i--'L''
1':
1'
,:;Jn
kctcpatf'n yang tc:a~". C.putuskar
I i]p.>"~J.
1J
1:
Pengun.:s:
;vtemulus segel .11e1er
1
a."
segel cop
Mtnggabung instalas• HIPAM dengan i
,..,, tanah t sumur
b"lan 1 (pertamat
semenlara samp?o
Morub~h
Me"T11noah meter Air ranpa tJir
i..CiliSak?.n pada mctcr•1n Olt:lu ptpa
pOII\Pil ;tt:·~•plrfl n1pR IUORS Pongurus lid~AM t:Orh:lk
/\;1C\btl.l
a~a ~eringaianlteguran
scgol rnctcr uor
Mclcpas meter aor
oleh Pengurus HI PAM
r."'e:unas1. al(an
aor yang lodn• 'csuao daTI r·~
l.loruso~.
Merusak mekanosme mote< w
6 sld 20 seliap bulan dote:npal yang tela! I Cltcntuk ,,
~iJaOIIi sam~C.I ll:;l.
Paraturan dan kelcn:uan '"' lodnk dapat d
"gugal oi·jh pemohon (pctanggan a:o ).
~·.1ona11"- langsung a~r oengan 'nstalasi
r.1enya1urkar. p1pa y,r1s1ang ke rumah f')r,
HIPAM (HIMPUNAN PENGELOL.AHAN AIR MINUM)
"KEDUNGKANCANG TIMUR"
KELURAHAN KEDUNGKANDANG KEC. KEDUNGI<ANDANG KOTA MALANG
SERDASARKAN nASIL ML!SYAVJARAH YANG TELA.H DISEPAI<ATI BERSAMA
PADA TANG•3AL 25 JUNI 20J2, MAKA P~RLU DIKETAHUI DAN DIPERHATIKAN
"PERATURAN, KETENTUAN DAN LARANGAN SERTA HIMBAUAN/ANJURA~
PENGURUS DAN ANGGOTI\ HIPAM"
1.
-2:
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
·12.
13.
14.
I. PERATURAN DAN KETENTUJI.N YANG HARUS DiTAATI BERSAMA
Pemohon, ber:okasi di teri jalan yang telah dilalui pipanisasi dengan m~l3!ui meter
air
Pemasangan sarnbungan pipa dan meter dilaks::makan setelah me!unas: uang
pangkal
Tempat meter eli:- kurang lebih masuk 1 meter dari jarak jalan/gotlpagar ke halaman
Penyambl.mgan k8 dal2m rumah biaya ditanggu!lg olell pemohon diketahl..!i oleh
pengurus
Kerusakan pipa11isa.si poros rnaupun tunas S3mpai meter 3ir ditangg~ng o!~t:
pengl.!rus
Kerusakan sete'ah meter air ditanggung oieh pemohon/c.nggota sambungan ru;Y:ar·,
(SR)
Meter air adaiRh beban hak sewa pemohor./anggota (SR), setiap bulan seharga Rp.
3.500,- da:J dtambah dengan harga pemakaiar, air minimal Rp. 5.000, per bulan
(sesuai dengan tarif)
Tarif/harga oemakc::ian air setiap 1000 liter (per kibig) adalah sebagai berikut :
a. 0 s/d 5 kib!g setiap 1000 liter (per kibig) Rp .. 1.000,- (Seribu rupiah)
b. 6 s/d 15 kibig seti8p 1000 liter (per kibig) Rp. 1.200,- (Seribu dua ratus rupiah)
c. 16 s/d 25 kibiq setiap I 000 liter (per kibig) Rp. 1.500,- (Seribu lima ratus rupiah)
d. 26 s/d 40 kibig setiap 1000 liter (per kibig) Rp. 2.000,- (Dua ribu rupiah)
e. 40 s/d dst kibig setiap 1000 liter (per kibig) Rp. 2.500,- (Dua riuu lima ratus
rupiah)
Pembayaran . biaya bebar1 rekening hak sewa meter dan harga pemakaian ai1
dimulai tanggal 6 s/d 20 setiap bulan, di ~empat yang telah ditenh.Jkan oleh Pengurus
HIPAM
rembayaran yang melebihi tanggal 20 diKenakan biaya administrasi/tata usaha
(denda) sebesar Rp. 1.500,- (seribt.: lima ratus) untuk bulan I (per;ama) apabila pada
bulan berikutn~'z:t r.1asih belum melunasi, rneka denda bertambah dengan kelipatan
bl.!lc:n I (Pertama)
Aoabila tidRk rnflmba.yar selama 3 (ti:;la) bulan berturut-turut ta'lpa ada cicilan atau
pemberitahuan, maka akan ada peringatan/teguran dar. selanjutnya ditutup
sementara,
sar11pai
dengan
dapatnya
melunasi/menyelesaikan
beban
tanagungannya.
A.pabila ada kerusakan atau perbaikan pada pipa poros maupun l2innya yang
horhubungan dor.gan salumn air. pengurus HIPAM h0rhak rnenutup sernentara.
rna.3a dalarn perllai~an.
Apabi!a ada kerusakan diluar kamampuRn pengur·Js HIPAM atau kerusakan alarni.
maka akan diselosaikar. setelah musyawa:·ah f::engurus dan angguta serta
.
korrsumen yang ad3.
Peraturan dan f\etentuan dapat berubah sewaktu-waktu, apabila ada perkembangan
baru denga;, da.c;ar i<esepakatan dan keputusan yang telah ditetapkan oleh
peng·Jrus.
2
15. Peraturan cian ketentu::;n pengurus HI PAM yang belum terc:mturn, ai~::Jn diatur
dikGmudian hari ses~ai der.;Jar. perl<embangan )"clng ada.
16. Pera~uran dan ke~ontua11 ini tidak dapAt digar.ggu g~;gr::t oleh :Jemohon $C?.rnbur.gan
rumat1.
II. LJ\RANG.Af,I-U\PANGAN YN-JG HARUS DIHINDARI BERSAMA
Penyadapan/pengambilnn ai1 yang tidak resmi (tanpa seizin Pen~Jru~ HIPI-\M).
Merr.asang/mcr.yarn~ung pipa ataLA alat lnin sebeium meter air.
3. Merubah/memasc:mg alat/me:usak aiat yang berkaitan mulai dari surnber air s/d
.
me.er a1r.
keboccran. kelemahc' dar'1
A. ~.~emasan9 oo;no:::/alat 1.--:;~, vang men~J8ki8.?.tka:o
Kert.;snkan.
5. Membiarkan air rnengalir melalui meter rusak atau air mengalir yang tidak
bermanfaat.
1.
2.
~
1.
2.
3.
Ill. HIMBAUN/ANJURAN YANG HARUS KITA I...AKSANA~~AN BERSAMA
dan manfae~tkan pe!llakai.'3n air dengan se!Jaik-baiknya, demi
BerhematiFih
meringankan pemb3yaran h1aya iekening pemakaian air dan pemerataan air serta
kelestariannya.
Segeralah mela~or kepada oer.gurus HIPAM, apabila ada kebocoran, keiusakar.
dsb yang oerke:1aan dengan air HIP AM mulai dar! sumur borlsumber air s/d meter
air.
.Jagalah dan taatilah semua poraturan dan ketentuan yang telah kita sepaka~i
berssma.
"PERATURAN. KETENTUAN DAN LARANGAN SEFHA HIMBAUAN/ANJURAN"
TEU,H DISEPAf<ATI DAN [,IPUTUSKAN SERTA DITETAPKAN BERSAMA OLEH
PENGURUS DAN ANGGOTA HIPAM "KEDUNGKANDANG TIMUR"
LABORATOR;UM KUALITAS AIR
.'1. Sura)•ya 2.'1 '-.1a1c.ng, Telp.(u:-41) 551~:·1, Fax.(0341) 55197o,E·mal1; [email protected]
Ds.Lengk~ng Ker.. 1-.~ej.Janya:-Mejekerto, Telp (O:J21) 331860 & Fax (0321) 395.13~
Nemer:
~KAN
,, .........
"
...............
, , , , . , ....
0
SN! 19 ·17025 • 2000
Sert. No. LP • 227 • ION
041 S I Li<A MLG I XII/ OS
Hnlnm:m 2 dnrl 2
Pa~:~
I
KoJ~
? of;
"xi. 061AJIX111200SnS
Coni<Jll Uji
StiiiiJJI" Corll..'
Mcrodc l'cr~"'"l>ilan Contoh
Somplin!: f.(<.•thod
U'i
Tcmpar i\naliso
!'Iocr ~1 A nn.~v::i.r
L.oborn:orium Kuolitas ·Air PJT i Molong
Tonggal Anolisa
Tc.rting Dar:(.r)
09-19 Dcscmbcr 2005
HASIL AN ALISA
Rt::•tlt ofAnaly!is
lidok lcrdctcksi
')
Stanu;H Uaku Mutu S<'sr.ai ucng.lll
TIP'<'.\'Iw!d Vf//ut'.fit/1_1' adop/1 d ./i u:-1
: Corrru11 uji di otn~ 111C!lll'l!!ll!l l'crni.Jran Menter! Ku~~hntnn JU
Nc. 4 I (JIM C::NKBSII'EIWXII ll90 len long Ooku Mt..IU KunlilnN Air Ucrsih
)''"'u r.fr ynniJ digunoknn unll•k kcr~rlunn schD!I·hnrl ynn11 ku~liln~tl}'n
111CI11~nuhi 'YMIII kc~chu11111 dun t!npnl di mlnum oprobi'n lcluh di tn11~.11k
1'\ '~S1111pul;111
Ct,cltlxit'"
Sulljil·nJ uluu lorn'"" ;-"'· har.yt. htrlnku .~mlfl, nntuh 11}/ Jl ai<>J <'•n Ji/:rrung mtmptrb .. ~ya! dun alr:u 1'1'.111/.>lll:liktulkmr Iff .fl'lll/ikut in! /:Jnpa ill" dari
.ab•.r.1/11rlum Kuallta.r ,{lr f'uvm )NQ Tlrttt I
Str'IJ•~·· RID II l•fu>ran In/ solo Mia Jo'hubi•M Clip t>ltlr U.horlllar/11~1 Kull/11111 Air 1'-.rum 111.\'tl Tirta I
; ~. • ('o l•f•cMr "' , '"'"'
,.nf;,; j•n rJiu ·"""f>lt mtntlroned abov~ nnd 3hnl/ f!or lrtrtprot!uctd a.1d or pllhllcat~d \\'i:lrout any njJprova/ from
ll'nltr Qornlfry IAbnrniM')' nf )run 7!rtn I Public Corpornl/t>n
• hi'(', •rlf1rntr "' ttnurt !1 ••lltf 11,'ln btl"f: .•tnmrpttf b)• ll'nt~r Quality L•harntary af )tJ.ftl TTrla I f'ubllc Cnrr~ral/on
,J
Download