BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan a

advertisement
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan
a.
Kadar Air pada Tekanan pF 1
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat salah satu
perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan kemampuan
tanah dalam memegang air yaitu pemberian bahan organik eceng gondok
sebanyak 12 ton/ha (Tabel 1). Hal ini diduga karena pemberian bahan organik
Eceng Gondok 12 ton/ha yang belum terdekomposisi sempurna dalam jumlah
yang relatif banyak akan membentuk pori-pori makro pada tanah dalam jumlah
yang banyak pula. Pori-pori makro tersebut akan diisi oleh air gravitasi
sehingga kadar air tanah meningkat pada taraf pF 1. Supriyadi (2008)
mengatakan peningkatan bahan organik pada tanah yang terdegradasi akan
meningkatkan kapasitas air yang tersedia, suplai unsur hara dan struktur tanah
tanah dan sifat fisik lainnya.
Tabel 1. Kadar air pada pF 1,00; pF 2,00; pF 2,54 dan pF 4,20
Perlakuan
pF 1,00
pF 2,00 pF 2,54
Tanpa perlakuan (P0)
50,58a
38,5a
30,42ab
3 ton/ha (P1)
51,25a
41,28ab 32,56b
6 ton/ha (P2)
53,27a
44,14bc 31,26b
9 ton/ha (P3)
54,06a
45,30c
27,65a
12 ton/ha (P4)
60,24b
45,36c 29,60ab
BNT 5%
4,49
3,28
3,13
KK (%)
4,43
4,06
5,50
pF 4,20
8,92
9,13
10,40
9,75
11,24
11,27
Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5%
Gambar 2. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes)
pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pF 1 (Y)
Analisis regresi (Gambar 2) menunjukkan pemberian bahan organik eceng
gondok (Eichornia crassipes) berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kadar
air dalam tanah pada tekanan pF 1 dengan nilai kuadratik sebesar 80,34%, dan
terdapat hubungan linier antara pemberian bahan organik eceng gondok
(Eichornia crassipes) dengan jumlah kadar air pada pF 1. Artinya semakin
ditambahkan bahan organik (Eichornia crassipes) sebanyak 1 ton maka akan
meningkatkan jumlah kadar air pada tekanan pF 1 sejumlah 0,73% (Gambar 2).
Menurut garis regresi jumlah kadar air yang terendah terdapat pada perlakuan
kontrol dengan nilai rata-rata 50,58. Selanjutnya, pada perlakuan 3 ton/ha
meningkat menjadi 51,25 dan terus meningkat pada perlakuan 6 ton/ha menjadi
53,27 serta menjadi 54,06 pada perlakuan 9 ton/ha. Kadar air tertinggi tercapai
pada perlakuan 12 ton/ha dengan nilai 60,24.
b. Kadar Air pada Tekanan pF 2
Hasil analisis sidik ragam menunjukan pemberian bahan organik Eceng
Gondok sejumlah 6 ton/ha berbeda sangat nyata dengan kontrol dan berbeda
nyata dengan perlakuan 3 Ton/ha serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan
pemberian bahan organik Eceng Gondok sejumlah 9 Ton/ha dan 12 Ton/ha
(Tabel 1). Hal ini menunujukan pemberian bahan organik Eceng Ggondok
kedalam tanah dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air
pada taraf pF 2,00 diduga seperti halnya pada pF1,00 pemberian bahan organik
yang belum terdekomposisi akan meningkatkan pori-pori makro atau pori-pori
drainase dalam tanah yang akan ditempati oleh air Gravitasi. Bahan organik
sangat penting untuk mempertahankan struktur tanah dan kemampuan
memegang air.
Kadar Air pF 2
50
40
y = 0.5907x + 39.374
R² = 0.8909
30
20
10
0
0
2
4
6 Eceng Gondok
8
10
Bahan
Organik
ton/ha
12
14
Gambar 3. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes)
pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pF 2 (Y)
Hasil analisis regresi (gambar 3) menunjukan pemberian bahan organik
eceng gondok (Eichornia crassipes) mempunyai hubungan kuadratik terhadap
jumlah kadar air dalam tanah pada tekanan pF 2 dengan nilai 80,9%. Hal ini
menunjukan pemberian bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes)
masih memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah kadar air
dalam tanah pada tekanan pF 2 khususnya pada perlakuan 6 ton/ha, 9 ton/ha
dan 12 ton/ha walaupun demikian ketiga perlakuan tersebut tidak berbeda
nyata. Peningkatan tersebut sejumlah 0,59% setiap ditambahkan bahan organik
eceng gondok (Eichornia crassipes) sejumlah 1 ton/ha-nya.
Diduga bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) yang diberikan
mampu meningkatkan jumlah pori-pori makro dalam tanah yang dapat terisi
oleh air sehingga walaupun pada tekanan pF 2 tanah masih mampu memegang
air. Jumlah kadar air yang tertinggi terdapat pada perlakuan 12 ton/ha dengan
jumlah kadar air 45,36% dan selanjutnya dikuti oleh perlakuan 9 ton/ha dan 6
ton/ha, 3ton/ha dan jumlah kadar air yang terendah terdapat pada kontrol.
C. Kadar Air pada Tekanan pF 2,54
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan 9 ton berbeda nyata
dengan perlakuan pemberian bahan organik Eceng Gondok 3 dan 6 ton/ha akan
tetapi tidak beda nyata dengan kontrol dan perlakuan 12 ton/ha. Hal ini
menunjukan perlakuan 3 dan 6 ton/ha masih dapat memberikan pengaruh
terhadap kemampuan tanah dalam memegang air walaupun secara statistik
tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 1). Hal ini di duga karena bahan
organik Eceng Gondok pada perlakuan 9 dan 12 ton/ha belum mengalami
proses dekomposisi yang sempurna mengakibatkan tidak terbentuknya poripori mikro dalam tanah yang akan ditempati oleh air kapiler sehingga pada
perlakuan tersebut belum mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam
memegang air pada tekanan pF 2,54.
Lain halnya pada perlakuan 3 dan 6 Ton/ha diduga dekomposer dapat
menguraikan bahan organik Eceng Gondok dalam jangka waktu yang singkat
disebabkan oleh jumlah bahan organik yang relatif sedikit dibandingkan
jumlah bahan organik pada perlakuan yang lainnya walaupun bahan organik
yang terdekomposisi belum menjadi humus. Demikian pula pada kontrol yang
tidak diberikan bahan organik eceng gondok diduga masih terdapat pori-pori
mikro yang bisa ditempati oleh air kapiler sehingga kontrol tidak beda nyata
dengan perlakuan 3, 6 dan 12 ton/ha. Seperti yang dikemukakan oleh
Anggraeni (2010) makin kecil suatu partikel maka akan makin luas permukaan
struktur tanah tersebut karena adanya ikatan partikel tanah dengan humus yang
33 mengikat air yang cukup besar.
mampu
32.56
Kadar Air pF 2,54
32
31.26
31
30.42
30
29
y=
29.6
+ 0.4979x + 30.918
R² = 0.3546
27.65
-0.1921x2
28
27
0
1
2
3
4
5
6
Bahan Organik Eceng Gondok
Gambar 4. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes)
pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pF 2,54 (Y)
Analisis regresi menunujukan semakin banyak jumlah bahan organik yang
ditambahkan semakin sedikit jumlah air yang terkandung dalam tanah pada
taraf pF 2,54. Hal ini diakibatkan oleh pemberian bahan organik eceng gondok
yang belum menjadi kompos menyebabkan pori-pori makro lebih banyak
terbentuk dari pada pori-pori mikro sehingga jumlah air kapiler lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah air gravitasi. Dari gambar 4 dapat dilihat jumlah
kadar air yang tertinggi berada pada perlakuan 3 ton/ha dengan nilai 32,56
kemudian turun menjadi 31,26 (perlakuan 6 ton/ha), selanjuntya turun lagi
menjadi 30,42 (kontrol), dan turun menjadi 29.6 (perlakuan 12 ton/ha) serta
nilai yang terendah adalah 27.65 (perlakuan 9 ton/ha).
D. Kadar Air pada Tekanan pF 4,2
Hasil analisis sidik ragam menunujukan bahwa pemberian bahan organik
Eceng Gondok pada tanah tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kemampuan tanah dalam memegang air. Diduga bahan organik Eceng Gondok
belum mengalami proses dekomposisi sampai menjadi humus sehingga pori-
pori tanah yang dapat menyimpan air higroskopis sedikit terbentuk
menyebabkan tanah kurang mampu memegang air pada taraf pF 4,20.
Anggraeni (2010) mengatakan bahwa tanah yang mengandung humus akan
menjadi gembur, dimana ikatan satu sama lain menjadi longgar dan mampu
mengikat air yang cukup besar. Akan tetapi jumlah kadar air yang terbanyak
terdapat pada perlakuan 12 Ton/ha dan jumlah kadar air paling sedikit terdapat
pada kontrol. Artinya pemberian bahan organik Eceng Gondok memberikan
dampak terhadap peningkatan jumlah air dalam tanah walaupun secara statistik
belum nampak pengaruhnya.
12
10.44
Kadar Air pF 4,2
10
9.13
8.92
8
11.24
9.75
y = 0.1753x + 8.844
R² = 0.7553
6
4
2
0
0
2
4
6
8
10
Bahan Oragnik Eceng Gondok ton/ha
12
14
Gambar 5. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes)
pada berbagai perlakuan (X) dengan kadar air pada pF 4,2 (Y)
Hasil analisis regresi (Gambar 4) menunjukan pemberian bahan organik
eceng gondok (Eichornia crassipes) mempengaruhi jumlah kadar air dalam
tanah dengan nilai kuadratik 0,75, artinya bahan organik eceng gondok
(Eichornia crassipes) berpengaruh sekitar 75% terhadap jumlah kadar air
dalam tanah. Jumlah kadar air yang tertinggi terdapat pada perlakuan yang
paling banyak bahan organiknya yakni 12 ton/ha dengan nilai 11,24%.
Sedangkan jumlah kadar air yang terendah terdapat pada kontrol dengan nilai
8,92%. Dari gambar 5 dapat dilihat adanya hubungan berbentuk linier antara
perlakuan dan jumlah kadar air. disetiap penambahan 1 ton bahan organik
eceng gondok (Eichornia crassipes) pada setiap perlakuan akan meningkatkan
jumlah kadar air dalam tanah sebesar 0,17% .
E. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung
Pengolahan tanah dilakukan pada awal April 2012 pada lahan kering milik
petani. Penanaman dilakukan 2 minggu setelah dilakukan pemberian bahan
organik Eceng Gondok (Eichornia crassipes) pada lahan dengan kadar air
29.19%. Jumlah benih yang ditanam pada setiap bedengan sejumlah 3 benih
tiap lubang. Pada setiap bedengan percobaan diambil 5 sampel secara acak
yang sudah diberi tanda untuk memudahkan dalam pengukuran. Untuk tinggi
tanaman pengamatan dan pengukuran mulai dilakukan pada saat tanaman ber
umur 3 MST sampai tanaman berumur 7 MST. Hal ini dikarenakan setelah itu
tanaman telah mengeluarkan malai yang artinya pertumbuhan tinggi tanaman
tidak terjadi lagi. Sedangkan diameter batang diukur hanya pada saat tanaman
berumur 9 MTS karena pada umur sebelumnya batang tanaman masih terbalut
oleh kelopak daun sehingga sulit untuk melakukan pengukuran dan pada umur
selanjutnya diameternya menyusut sedangkan untuk jumlah daun, dihitung
total jumlah daun yang tumbuh yang sudah membuka. Pengamatan untuk
jumlah daun dilakukan hanya sampai pada umur 7 MST karena pada umur
selanjutya daun sudah mulai tua dan berguguran.
Tabel 2. Pengaruh bahan organik Eceng Gondok terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung
Perlakuan
Tanpa perlakuan (P0)
3 ton/ha (P1)
6 ton/ha (P2)
9 ton/ha (P3)
12 ton/ha (P4)
BNT 5%
KK (%)
Tinggi
tanaman
219.49
230,91
230,02
240,44
237,39
Jumlah
helai daun
12,86
13,00
13,46
12,73
13,06
5,08
6,69
Diameter
batang
1,71a
1,75a
1,79ab
1,90b
1,90b
0,12
3,47
Berat pipilan
kering
115,70a
120,78ab
140.49b
114,30a
142.18b
22,71
9,51
Hasil analisis ragam menunujukan penambahan bahan organik Eceng
Gondok hanya memberikan pengaruh yang nyata pada pertambahan diameter
batang tanaman jagung yakni pada perlakuan 9 dan 12 ton/ha dengan nilai yang
sama sebesar 1,90. Perlakuan tersebut berbeda nyata dengan kontrol dan
perlakuan 3 ton/ha serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 6 ton/ha.
Diduga pada saat pertumbuhan batang, tanaman mendapatkan suplai air yang
cukup khusunya pada perlakuan 9 dan 12 ton/ha dengan memanfaatkan air
gravitasi yang tersedia dalam jumlah banyak sebagai akibat dari curah hujan
yang tinggi sehingga pada perlakuan yang banyak bahan organiknya
pertumbuhan kambium batang tanamannya lebih cepat dan lebih menonjol dari
pada perlakuan yang sedikit bahan organiknya.
Pada tinggi tanaman serta jumlah daun perlakuan tidak memberikan
pengaruh yang nyata (Table 2). diduga bahan organik Eceng Gondok diduga
belum terdekomposisi sampai menjadi humus belum mampu memberikan
pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan tanaman jagung secara umum.
Hastuti (2010) melaporkan bahan organik akan meningkatkan pertumbuhan
jagung apabila bahan organik tersebut telah mengalami proses dekomposisi
sempurna yang mengandung subtansi humus yang terdiri dari asam humat dan
asam fulvat. Dari segi kebutuhan air, diduga tanaman dalam proses
pertumbuhan vegetatifnya masih mendapatkan suplai air yang cukup karena
diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi pada saat penanaman sehingga antara
kontrol dan perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata.
Dari ketersediaan unsur hara diduga dalam proses dekompoisisi bahan
organik jasad renik banyak menggunakan hara yang sudah ada dalam tanah
untuk berkembang biak sehingga tanaman pada petak percobaan yang
diberikan perlakuan kekurangan unsur hara khususnya hara N yang diketahui
sangat dibutuhkan oleh tanaman pada pertumbuhan vegetatif. Suwardi (2004)
mengemukakan, jika sisa-sisa tanaman mentah dimasukan ke dalam tanah,
jasad renik mula-mula mengambil Nitrogen yang sudah ada dalam tanah
sebagai bahan untuk sintesa protein untuk tumbuh dan berkembang biak.
Selain itu bahan organik Eceng Gondok yang ditambahkan belum menjadi
kompos menyebabkan tidak mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah yang cukup bagi pertumbuhannya khususnya pada
fase vegetative.
Pada tabel 2 dapat dilihat jumlah rerata tinggi tanaman yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan 9 Ton/ha dengan tinggi rerata-ratanya 240,44 cm
sedang kontrol memiliki tinggi paling rendah diantara semua perlakuan yaitu
tinggi rerata-ratanya 219,49 cm sedangkan jumlah helai yang paling banyak
terdapat pada perlakuan 6 Ton/ha dan paling sedikit terdapat pada perlakuan 9
Ton/ha serta untuk diameter batang rerata-rata diameter yang paling besar
terdapat pada perlakuan 12 ton/ha dengan diameter 1,90 cm dan rerata-rata
diameter yang paling kecil terdapat pada kontrol.
245
240.44
Rerata-rata Tinggi
Tanaman (cm)
240
235
230.91
230
230.02
237.39
y = 1.511x + 222.58
R² = 0.7864
225
220
219.49
215
0
2
4 Organik
6 Eceng Gondok
8
10
Bahan
ton/ha
12
14
Gambar 6. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes)
pada berbagai perlakuan (X) dengan tinggi tanaman (Y)
Hasil analisis regresi rerata-rata tinggi tanaman menunjukan perlakuan
mempengaruhi tinggi tanaman jagung dengan nilai kuadratik sekitar 70%, dan
nilai yang tertinggi terdapat pada perlakuan 9 ton/ha sedangkan perlakuan 12
ton/ha memiliki nilai tertinggi kedua diduga serta kontrol memiliki nilai
terendah dengan nilai 219,49. Walaupun demikian antara perlakuan dan reratarata tinggi tanaman masih mempunyai hubungan secara linier disetiap
penambahan bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) akan
menambah tinggi tanaman jagung sebesar 1,15% (Gambar 13).
Rerata-rata Jumlah Daun
(helai)
13.6
13.46
13.4
y = 0.0043x + 12.996
R² = 0.0055
13.06
13.2
13
13
12.86
12.8
12.73
12.6
0
2
4 Organik
6 Eceng Gondok
8
10
Bahan
ton/ha
12
14
Gambar 7. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes)
pada berbagai perlakuan (X) dengan rerata-rata jumlah daun (Y)
Hasil analisis regresi pada gambar 13 menunjukan pemberian bahan
organik eceng
gondok (Eichornia crassipes) tidak berpengaruh terhadap
jumlah helai daun dengan nilai kuadratik di bawah 50%. Secara keseluruhan
nilai kontrol hanya berbeda rata-rata 0.2 helai dengan perlakuan yang
diberikan. hal ini diduga mengingat dalam perkembangan vegetatifnya
tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup termasuk untuk perkembangan
daun sedangkan diketahui bahan organik cenderung sidikit memiliki unsur
hara. Dari segi kebutuhan air pada kontrol diduga masih mampu menyediakan
air untuk pertumbuhan vegetatif tanaman jagung karena pada saat penanaman
curah hujan cukup tinggi sehingga tidak terdapat pengaruh yang diberikan oleh
perlakuan terhadap jumlah daun tanaman jagung.
Rerata-rata Diameter
Batang (cm)
1.95
1.9
1.9
1.85
1.8
y = 0.0177x + 1.704
R² = 1.9
0.9301
1.79
1.75
1.75
1.71
1.7
1.65
0
2
4 Organik
6 Eceng Gondok
8
10
Bahan
ton/ha
12
14
Gambar 8. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada
berbagai perlakuan (X) dengan rerata-rata diameter batang (Y)
Hasil analisis regresi menunjukan pada gambar 15 terdapat hubungan
kuadratik antara perlakuan dengan rerata-rata diameter batang tanaman jagung
sebesar 90%. Diantara perlakuan yang diberikan terdapat dua perlakuan yang
sangat berpengaruh dan memiliki nilai yang sama yaitu Bahan Organik Eceng
Gondok (Eichornia crassipes) sebesar 9 ton/ha dan 12 ton/ha.
Hasil analisis ragam menunujukan terdapat satu perlakuan 6 Ton/ha
berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dan perlakuan 9 ton/ha serta tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 3 Ton/ha dan perlakuan 12 ton/ha (Tabel 2).
Secara secara keseluruhan
pemberian bahan organik enceng gondok
(Eichornia crassipes) berpengaruh pada Produksi Jagung Pipilan Kering (g)
terdapat dua perlakuan yang paling menonjol pengaruhnya yakni perlakuan 6
ton/ha dan perlakuan 12 ton/ha.
Gambar 9. Regresi antara bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) pada
berbagai perlakuan (X) dengan rerata-rata pipilan jagung kering (Y)
Analisis regresi secara keseluruhan menunjukan perlakuan dapat
meningkatkan jumlah kadar air pada biji jagung. Peningkatan tersebut dapat
dilihat secara nyata pada perlakuan 6 Ton/ha dan perlakuan 12 Ton/ha. Diduga
kadar
air
dalam
tanah
pada
perlakuan
tersebut
meningkat
seiring
ditambahkannya bahan organik eceng gondok (Eichornia crassipes) sehingga
tanaman mendapatkan ari lebih dari cukup khususnya pada saat tanaman
memasuki fase pengisian biji.
Download