BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Artificial Intelligence (AI) Kecerdasan buatan berasal dari bahasa Inggris “Artificial Intelligence” atau disingkat AI, yaitu intelligence adalah kata sifat yang berarti cerdas, sedangkan artificial artinya buatan. Kecerdasan buatan yang dimaksud di sini merujuk pada mesin yang mampu berpikir, menimbang tindakan yang akan diambil, dan mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh manusia berikut adalah beberapa definisi kecerdasan buatan yang telah didefinisikan oleh beberapa ahli. Artificial Intelligence (AI) memiliki beberapa domain masalah atau area seperti pada Gambar II.1. di bawah. Bidang sistem pakar merupakan penyelesaian pendekatan yang sangat berhasil dan bagus untuk permasalahan AI klasik dari pemrograman intelligent (cerdas). (Rika Rosnelly, 2012:2). Gambar II.1. Area dari Artificial Intelligence (Sumber : Rika Rosnelly, 2012:3) II.2. Sistem Informasi Sesungguhnya yang dimaksud dengan sistem informasi tidak harus melibatkan komputer. Sistem Informasi yang menggunakan komputer biasa disebut sistem informasi berbasis komputer (Computer Based Information Systems atau CBIS). Dalam Praktik, istilah sistem informasi lebih sering dipakai tanpa embel-embel berbasis komputer walaupun dalam kenyataannya komputer merupakan bagian yang penting. Ada beragam definisi sistem informasi, sebagaimana tercantum pada tabel II.1. Berdasarkan berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja) ada sesuatu yang di proses (data menjadi informasi) dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan. (Abdul Kadir, 2014:8). Tabel II.1. Definisi Sistem Informasi Sumber Definisi Alter (1992) Sistem informasi adalah kombinasi antar prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorgansasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi Sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Sistem informasi adalah suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai. Sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data kelompokkan, diproses menjadi informal, dan didistribusikan kepada pemakai. Bodnar dan Hopwood (1993) Gelinas, Oram, Dan Wiggins (1990) Hall (2001) Turban, McLean, dan Wetherbe (1999) Sebuah sistem informasi mengumpulkan, memproses, meyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang spesifik. Sistem informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumber daya (manusia, komputer) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Wilkinson (1992) (Sumber : Abdul Kadir, 2014:9) Gambar II.2. Definisi sistem informasi (Diadaptasi dari Alter, 1992) (Sumber : Abdul Kadir, 2014:9) Komponen-komponen sistem informasi terdiri dari (Asbon Hendra, 2011:170): a. Perangkat keras komputer : CPU, storage, perangkat input/output, terminal untuk interaksi, serta media komunikasi data. b. Perangkat lunak komputer : perangkat lunak sistem (sistem operasi dan utility-nya), perangkat lunak umum aplikasi (bahasa pemrograman), dan perangkat lunak aplikasi (aplikasi akuntansi). c. Basis data : penyimpanan data pada media penyimpanan komputer. d. Prosedur : langkah-langkah penggunaan sistem. e. Personel untuk pengelolaan operasi berupa sumber daya manusia (SDM). II.3. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur yang spesifik. (Reni Ayudia, 2014:49). Konsep sistem pendukung keputusan dikemukakan pertama kali oleh Scott-Morton pada tahun 1971. Beliau mendefinisikan cikal bakal sistem pendukung keputusan tersebut sebagai “Sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan-persoalan tidak terstruktur”. (Abdul Kadir, 2014:108). Adapun karakteritik sistem pendukung keputusan menurut Laudon dan Laudon pada tahun 1998, yakni : 1. Menawarkan keluwesan, kemudahan beradaptasi, dan tanggapan yang cepat. 2. Memungkinkan pemakai memulai dan mengendalikan masukan dan keluaran. 3. Dapat dioperasikan dengan sedikit atau tanpa bantuan pemrograman profesional. 4. Meyediakan dukungan untuk keputusan dan permasalahan yang solusinya tak dapat ditentukan di depan. 5. Menggunakan analisis data dan perangkat pemodelan yang canggih. Suatu sistem pendukung keputusan memiliki 3 subsistem utama yang menentukan kapabilitas teknik sistem pendukung keputusan tersebut, yaitu subsistem manajemen basis data, subsistem manajemen berbasis model, dan subsistem perangkat lunak penyelenggara dialog. 1. Subsistem manajemen basis data Subsistem ini berfungsi untuk menyimpan data-data yang dihasilkan dari internal, eksternal, dan data privat. 2. Subsistem manajemen berbasis model Subsistem ini berfungsi untuk menyederhakan permasalahan, sehingga masalah lebih mudah dipahami. 3. Subsistem perangkat lunak Subsistem ini berfungsi untuk berkomunikasi anatara pengguna dengan sistem. II.3.1. Jenis Sistem Pendukung Keputusan Keputusan-keputusan yang dibuat pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 jenis, antara lain : 1. Keputusan Terprogram Keputusan ini bersifat berulang dan rutin, sedemikian hingga suatu prosedur pasti telah dibuat menanganinya sehingga keputusan tersebut tidak perlu diperlakukan de bovo (sebagai sesuatu yang baru) tiap kali terjadi. 2. Keputusan Tak Terprogram Keputusan ini bersifat baru, tidak terstruktur jarang konsekuen. Tidak ada metode yang pasti untuk menangani masalah ini karena belum ada sebelumnya atau karena sifat dan struktur persisnya tak terlihat atau rumit atau karena begitu pentingnya sehingga memerlukan perlakuan yang sangat khusus. II.3.2. Bibit Tanaman Tembakau Deli Tembakau deli adalah bahan baku utama untuk rokok dan cerutu. Untuk membuka suatu agribisnis tembakau perlu diperhatikan varietas yg akan di tanam karena suatu varietas akan memerlukan spesifikasi jenis tanah dan iklim tertentu. Selain itu juga digunakan sebagai bahan utama insektisida karena mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh jika digunakan pada serangga. Benih yang digunakan sebagai bibit harus memiliki sertifikat dan telah diketahui kualitasnya. Varietas yang dianjurkan untuk tanaman tembakau deli adalah varietas D-4, varietas KF-7, dan varietas F1-45. II.4. Metode Simple Additive Weighting (SAW) Metode SAW sering juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada, (Yeni Oktasari, 2012). Langkah-langkah dasar dalam penyelesaian menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) terdiri dari 4 tahap, meliputi : 1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu Ci. 2. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria. 3. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (Ci), kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut (atribut keuntungan maupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R. 4. Hasil akhir diperoleh dari setiap proses perankingan yaitu penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi R dengan vector bobot sehingga diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (Ai) sebagai solusi. Formula untuk melakukan normalisasi tersebut adalah sebagai berikut : ...................................(1) rij = nilai rating kinerja ternormalisasi xij = nilai atribut yang dimiliki dari setiap kriteria Max xij = nilai terbesar dari setiap kriteria Max xij = nilai terkecil dari setiap kriteria benefit = jika nilai terbesar adalah terbaik cost = jika nilai terkecil adalah terbaik Dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj : i = 1, 2, …, m dan j = 1,2, …, n. Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai berikut : ..............................................................................(2) Keterangan : Vi = rangking untuk setiap alternatif wj = nilai bobot dari setiap kriteria rij = nilai rating kinerja ternormalisasi Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih. II.5. Basis Data Basis data terdiri atas 2 kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang/berkumpul. Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dan sebagainya yang diwujudkan dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya. (Fathansyah, 2015:2) Sebagai salah satu istilah, Basis Data (Database) sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti : 1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang di organisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah. 2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redudansi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 3. Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis. Basis data dan lemari arsip sesungguhnya memiliki prinsip kerja dan tujuan yang sama. Prinsip utamanya adalah pengaturan data/arsip. Dan tujuan utamanya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali data/arsip. Perbedaannya hanya terletak padda media penyimpanan yang digunakan. Jika lemari arsip menggunakan lemari dari besi atau kayu sebagai media penyimpanan, maka basis data menggunakan media penyimpanan elektronis seperti cakram magnetis (magnetic disc atau disingkat sebagai disc saja). Hal ini merupakan konsekuensi yang logis, karena lemari arsip langsung dikelola oleh manusia, sementara basis data dikelola melalui perantaraan mesin pintar (dikenal sebagai komputer). Perbedaan media ini yang selanjutnya melahirkan perbedaan-perbedaan lain yang menyangkut jumlah dan jenis metode yang dapat digunakan dalam upaya penyimpanan. Gambar II.3. Perbedaan Basis Data (Sumber : Fathansyah, 2015:3) II.5.1. Objektif Basis Data Telah disebutkan di awal bahwa tujuan utama dalam pengelolaan data dalm sebuah basis data adalah agar kita dapat memperoleh menemukan kembali data (yang kita cari) dengan mudah dan cepat. Di samping itu, pemanfaatan basis data untuk pengelolaan data juga memiliki tujuan-tujuan lain. Secara lebih lengkap, pemanfaatan basis data dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan (objektif) seperti berikut ini (Fathansyah, 2015:5-6) : 1. Kecepatan dan Kemudahan (Speed) Pemanfaatan basis data memungkinkan kita untuk dapat menyimpan data atau melakukan perubahan/manipulasi terhadap data atau menampilkan kembali data tersebut dengan lebih cepat dan mudah, daripada kita menyimpan data secara manual (non-elektronis) atau secara elektronis (tetapi tidak dalam dalam bentuk penerapan basis data, misalnya spread sheet atau dokumen teks biasa). 2. Efisiensi Ruang Penyimpanan (Space) Karena keterkaitan yang erat antar kelompok data dalam sebuah basis data, maka redudansi (pengulangan) data pasti akan selalu ada. Banyaknya redudansi ini tentu akan memperbesar ruang penyimpanan (baik di memori utama maupun di memori sekunder) yang harus disediakan. Dengan basis data, efisiensi/optimalisasi penggunaan ruang penyimpanan dapat dilakukan, karena kita dapat melakukan penekanan jumlah redudansi data, baik dengan menerapkan sejumlah pengkodean atau dengan relasirelasi (dalam bentuk tabel) antar kelompok data yang saling berhubungan. (Fathansyah, 2015:6). 3. Keakuratan (Accuracy) Pemanfaatan pengkodean atau pembentukan relasi antar data bersama dengan penerapan aturan/batasan (constraint) tipe data, domain data, keunikan data, dan sebagainya yang secara ketat dapat diterapkan dalam sebuah basis data, sangat berguna utnuk menekan ketidak akuratan penyimpanan data. 4. Ketersediaan (Availability) Pertumbuhan data (baik dari sisi jumlah maupun jenisnya) sejalan dengan waktu akan semakin membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. padahal tidak semua data itu kita butuhkan. Karena itu dapat memilah adanya data utama/master/referensi, data transaksi, data histori hingga data yang kadaluarsa. 5. Kelengkapan (Completeness) Lengkap atau tidaknya data yang kita kelola dalam sebuah bassis data bersifat relatif (baik terhadap kebutuhan pemakai maupun terhadap waktu). Seorang pemakai mungkin sudah menganggap bahwa data yang dikelola sudah lengkap, tetapi pemakai yang lain belum tentu berpendapat sama. Dalam sebuah basis data, di samping data kita juga harus menyimpan struktur (baik yang mendefinisikan objek-objek dalam basis data maupun definisi detail dari tiap objek, seperti struktur file/tabel dan indeks). Untuk mengakomodasi kebutuhan kelengkapan data yang semakin berkembang, maka kita tidak hanya dapat menambah recordrecord data saja, tetapi juga dapat melakukan perubahan struktur dalam basis data, baik dalam bentuk penambahan objek baru (tabel) atau dengan penambahan field-field baru pada suatu tabel. (Fathansyah, 2015:7). 6. Keamanan (Security) Memang ada sejumlah sistem (aplikasi) pengelola basis data yang tidak menerapkan aspek keamanan dalam penggunaan basis data. Akan tetapi untuk sistem yang besar dan serius, aspek keamanan juga dapat diterapkan dengan ketat. Dengan begitu, kita dapat menentukan siapa-siapa (pemakai) yang boleh menggunakan basis data beserta objek-objek di dalamnya dan menentukan jenis-jenis operasi apa saja yang boleh dilakukannya. 7. Kebersamaan Pemakai (Sharability) Pemakai basis data seringkali tidak terbatas pada satu pemakai saja, atau di satu lokasi saja atau oleh satu sistem/aplikasi saja. Basis data yang dikelola sistem (aplikasi) yang mendukung lingkungan multi-user, akan dapat memenuhi kebutuhan ini, tetapi tetap dengan menjaga/menghindari munculnya persoalan baru seperti inkonsistensi data (karena data yang sama diubah oleh banyak pemakai pada saat yang bersamaan) atau kondisi deadlock (karena ada banyak pemakai yang saling menunggu untuk menggunakan data). (Fathansyah, 2015:7). II.5.2. Normalisasi Normalisasi sendiri merupakan cara pendekatan lain dalam membangun desain lojik basis data relasional yang tidak secara langsung berkaitan dengan model data, tetapi dengan menerapkan sejumlah aturan dan kriteria standar untuk menghasilkan struktur tabel yang normal. Namun demikian, dalam pelaksanaannya desain lojik basis data relasional yang didasari baik oleh prinsip normalisasi maupun yang didasari oleh transformasi secara hati-hati dari model ER ke bentuk fisik akan menghasilkan hasil yang mirip. (Fathansyah, 2015:41). Dalam pendekatan normalisasi, perancang basis data (database designer) bertitik tolak dari situasi yang nyata. Ia telah memiliki item-item data yang siap ditempatkan dalam baris dan kolom pada tabel-tabel relasional. Adapun bentuk-bentuk dari normalisasi adalah sebagai berikut : 1. Bentuk Normal Tahap Pertama (1st Normal Form) Bentuk tahap pertama (1NF) terpenuhi jika sebuah tabel tidak memiliki atribut bernilai banyak (Multivalued Attribute) atau lebih dari datu atribut dengan domain nilai yang sama. 2. Bentuk Normal Tahap Kedua (2nd Normal Form) Bentuk normal tahap kedua (2NF) terpenuhi jika pada sebuah tabel, semua atribut yang tidak termasuk dalam key primer memiliki Ketergantungan Fungsional (KF) pada key primer secara utuh. Sebuah tabel dikatakan tidak memenuhi 2NF, jika ketergantungannya hanya bersifat parsial (hanya tergantung pada sebagian dari key primer). 3. Bentuk Normal Tahap Ketiga (3rd Normal Form) Bentuk normal tahap ketiga (3NF) merupakan kriteria alternatif, jika kriteria BCNF yang ketat tidak dapat terpenuhi. Sebuah tabel dikatakan berada dalam bentuk normal tahap ketiga (3NF), jika untuk setiap KF dengan notasi X → A, dimana A mewakili semua atribut tunggal di dalam tabel yang tidak ada di dalam X, maka : a) X haruslah superkey pada tabel tersebut, b) atau, A merupakan bagian dari key primer pada tabel tersebut. 4. Bentuk Normal Tahap Keempat (4th Normal Form) Penerapan aturan normalisasi pada tahap ketiga sesungguhnya sudah sangat memadai untuk menghasilkan tabel-tabel yang berkualitas baik. Namun demikian, dari sejumlah literatur dapat pula dijumpai adanya pembahasan tentang bentuk normal tahap keempat (4NF) dan bentuk normal tahap kelima (5NF). Bentuk normal tahap keempat berkaitan dengan sifat Ketergantungan Banyak-Nilai (Multivalued Dependency) pada suatu tabel yang merupakan pengembangan dari Ketergantungan Fungsional. 5. Bentuk Normal Tahap Kelima (5th Normal Form) Sedangkan bentuk normal tahap kelima (merupakan nama lain dari Project-Join Normal Form/PJNF) berkenaan dengan ketergantungan relasi antar tabel (Join Dependency). Kedua bentuk normal yang terakhir ini cukup kompleks, tetapi manfaatnya sendiri tidak begitu besar. II.6. Unified Modeling Language (UML) Unified Modelling Language (UML) adalah suatu alat untuk memvisualisasikan dan mendokumentasikan hasil analisa dan desain yang berisi sintak dalam memodelkan sistem secara visual. Juga merupakan satu kumpulan konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan atau menggambarkan sebuah sistem software yang terkait dengan objek. (Haviluddin, 2011:1). UML menyediakan kumpulan alat yang sudah terstandarisasi, yang digunakan untuk mendokumentasikan analisis dan perancangan sebuah sistem perangkat lunak. Peralatan utama UML adalah diagram-diagram yang digunakan untuk membantu manusia dalam memvisualisasikan proses pengembangan sebuah sistem perangkat lunak, sama seperti penggunaan denah (blueprint) dalam pembuatan bangunan. (Edgar Winata, Johan Setiawan, 2013:37). Saat ini sebagian besar para perancang sistem informasi dalam menggambarkan informasi dengan memanfaatkan UML diagram dengan tujuan utama untuk membantu tim proyek berkomunikasi, mengeksplorasi potensi desain, dan memvalidasi desain arsitektur perangkat lunak atau pembuat program. (Haviluddin, 2011:1). Adapun jenis – jenis dari tipe diagram UML adalah sebagai berikut : 1. Use Case Diagram Diagram yang menggambarkan actor, use case dan relasinya sebagai suatu urutan tindakan yang memberikan nilai terukur untuk aktor. Sebuah use case digambarkan sebagai elips horizontal dalam suatu diagram UML use case. Use Case memiliki dua istilah System use case adalah interaksi dengan sistem. Business use case adalah interaksi bisnis dengan konsumen atau kejadian nyata. (Haviluddin, 2011:4). Tabel II.2. Komponen Use Case Diagram System Boudary menggambarkan batasan antara sistem dengan actor. Simbol inimenggambarkan interaksi antara actor dengan software aplikasi tersebut. Actor menggambarkan pengguna dari sistem, dapat berupa manusia atau sistem terotomatisasi lain yang berinteraksi dengan sistem lain untuk berbagi, mengirim, dan menerima informasi. Menggambarkan hubungan antar actor dan use case. (Sumber : Indrajani, 2015:46) Gambar II.4. Notasi Use Case Diagram (Sumber : Haviluddin, 2011:3) 2. Class Diagram Class diagram merupakan diagram paling umum yang dijumpai dalam pemodelan berbasis UML. Didalam Class diagram terdapat class dan interface beserta atribut-atribut dan operasinya, relasi yang terjadi antar objek, constraint terhadap objek-objek yang saling berhubungan dan inheritance untuk organisasi class yang lebih baik. Class diagram juga terdapat static view dari elemen pembangun sistem. Pada intinya Class diagram mampu membantu proses pembuatan sistem dengan memanfaatkan konsep forward ataupun reverse engineering. Class diagram mempunyai 2 komponen penting, yaitu (Edgar Winata, Johan Setiawan, 2013:38) : a. Structural, yaitu ciri pembeda objek. b. Behavioral, yaitu tingkah laku atau kegiatan yang mampu dilakukan oleh objek. Berbagai simbol yang hadir didalam class diagram antara lain adalah (Edgar Winata, Johan Setiawan, 2013:38) : 1) Class, yang berfungsi untuk merepresentasikan tipe dari data yang dimilikinya. Class diagram dapat ditampilkan dengan menunjukkan atribut dan operasi yang dimilikinya atau hanya menunjukkan nama classnya saja. Dapat juga kita tuliskan nama class dengan atributnya saja atau nama class dengan operasinya. 2) Attribute, merupakan data yang terdapat didalam class dan instance-nya dengan operator. 3) Operation, berfungsi untuk merepresentasikan fungsi-fungsi yang ditampilkan oleh class dan instance-nya dengan operator. 4) Association, digunakan untuk menunjukkan bagaimana dua class berhubungan satu sama lainnya. Association ditunjukkan dengan sebuah garis yang terletak diantara dua class. Didalam setiap association terdapat multiplicity, yaitu simbol yang mengindikasikan berapa banyak instance dari class pada ujung association yang satu dengan instance class di ujung association lainnya. 5) Generalizations, berfungsi untuk mengelompokkan class ke dalam hirarki inheritance. 6) Aggregation, merupakan bentuk khusus dari association yang merepresentasikan hubungan “part-whole”. Bagian “whole” dari hubungan ini sering disebut dengan assembly atau aggregate. Class yang satu dapat dikatakan merupakan bagian dari class yang lain yang ikut membentuk class tersebut. 7) Composition, merupakan jenis aggregation yang lebih kuat diantara dua class yang memiliki association dimana jika whole ditiadakan, maka partnya juga ikut ditiadakan. Berbeda dengan aggregation, part akan tetap bisa berdiri sendiri meskipun bagian whole-nya ditiadakan. 8) Penggunaan operator (+) dalam class diagram diartikan dengan public, operator (-) diartikan private, dan operator (#) diartikan protected. Gambar II.5. Contoh Class Diagram (Sumber : Edgar Winata, Johan Setiawan, 2013:38) 3. Activity Diagram Menggambarkan aktifitas-aktifitas, objek, state, transisi state dan event. Dengan kata lain kegiatan diagram alur kerja menggambarkan perilaku sistem untuk aktivitas. (Haviluddin, 2011:4). Gambar II.6. Contoh Activity Diagram (Sumber : Edgar Winata, Johan Setiawan, 2013:39) 4. Sequence Diagram Sequence diagram menjelaskan interaksi objek yang disusun berdasarkan urutan waktu. Secara mudahnya sequence diagram adalah gambaran tahap demi tahap, termasuk kronologi (urutan) perubahan secara logis yang seharusnya dilakukan untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan use case diagram. (Haviluddin, 2011:5). Gambar II.7. Contoh Sequence Diagram (Sumber : Haviluddin, 2011:5) II.7. Microsoft Visual Basic 2010 Pada akhir tahun 1999, Teknologi .NET diumumkan. Microsoft memposisikan teknologi tersebut sebagai platform untuk membangun XML Web Services. XML Web services memungkinkan aplikasi tipe manapun dan dapat mengambil data yang tersimpan pada server dengan tipe apapun melalui internet. Visual Basic.NET adalah Visual Basic yang direkayasa kembali untuk digunakan pada platform .NET sehingga aplikasi yang dibuat menggunakan Visual Basic .NET dapat berjalan pada sistem komputer apa pun, dan dapat mengambil data dari server dengan tipe apa pun asalkan terinstal .NET Framework. (Priyanto Hidayatullah, 2012:5). II.8. SQL Server 2008 R2 SQL (Structured Query Language) adalah sebuah bahasa yang mengakses data dalam basis data relasional. Bahasa ini secara bahasa standar yang digunakan dalam manajemen basis data relashampir semua server basis data yang ada mendukung bahasa manajemen datanya. SQL terdiri dari dua bahasa, yaitu Data Definition Language (DDL) dan Data Manipulation Language (DML). Implementasi DDL dan DML Sistem Manajemen Basis Data (SMBD), namun secara umum implemen bahasa ini memiliki bentuk standar yang ditetapkan oleh ANSI. (Adelia, Jimmy Setiawan, 2011:115). Sesungguhnya SQL tidak terbatas hanya untuk mengambil data (query), tetap juga dapat dipakai untuk menciptakan tabel, menghapus tabel, menambahkan data ke tabel, menghapus data di tabel, mengganti data di tabel, dan berbagai operasi lainnya. (Abdul Kadir, 2014:242). Tabel II.3. Daftar sejumlah pernyataan SQL Pernyataan Keterangan SELECT Untuk mengambil data INSERT Untuk menambahkan data UPDATE Untuk mengganti data DELETE Untuk menghapus data CREATE TABLE Untuk menciptakan tabel DROP TABLE Untuk menghapus tabel GRANT Untuk mengatur wewenang pemakai REVOKE Untuk mencabut hak pemakai (Sumber : Abdul Kadir, 2014:243)