BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Konsep Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen membutuhkan pemahaman yang berkaitan dengan biaya. Pembebanan biaya atas produk, jasa, pelanggan dan objek lain yang merupakan kepentingan manajemen, adalah salah satu tujuan dasar sistem informasi akuntasi manajemen. Peningkatan keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih bermutu tinggi yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik. Memperbaiki penentuan biaya telah menjadi pengembangan utama dalam bidang manajemen biaya. Sebelum membicarakan proses penentuan biaya, baiknya menentukan mengenai definisi biaya (cost). Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu aktiva atau aset dan beban atau expense. Biaya akan dicatat sebagai aktiva atau aset apabila memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan biaya akan dikategorikan sebagai beban atau expense jika memberikan manfaat pada periode akuntansi berjalan. Aktiva atau aset juga dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu aktiva atau aset dan beban atau expense. Jika aktiva atau aset tersebut belum terpakai, maka tetap dicatat sebagai aktiva atau aset. Sedangkan apabila aktiva atau aset tersebut telah digunakan, maka akan dicatat sebagai beban. 14 15 Definisi biaya adalah sebagai berikut : “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi” (Hansen dan Mowen 2006:40). Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sebagai contoh, menukar peralatan dengan bahan yang digunakan untuk produksi. Dalam usaha menghasilkan manfaat saat ini dan di masa depan, manajemen suatu organisasi harus melakukan berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam mencapai keuntungan tertentu. Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat tertentu memiliki arti bahwa perusahaan menjadi lebih efisien. Biaya tidak harus ditekan, tetapi juga harus dikelola secara strategis. Definisi lain tentang biaya yaitu : “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu” (Mulyadi 1990:7). Pengertian biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan, adalah : “Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.” (IAI, 2002). 16 2.1.2 Klasifikasi Biaya Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Untuk tujuan perhitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan khusus atau fungsi-fungsi. Biaya dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama, antara lain : 1. Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai : a. Bahan baku langsung, adalah bahan yang dapat di telusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan langsung ini dapat dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan yang menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam penyediaan jasa pada umumnya diklasifikasikan sebagai bahan langsung. b. Tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa. Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. 17 c. Overhead. Semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam kategori biaya overhead. Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang luas. Banyak input selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung diperlukan untuk membuat produk. Bahan langsung yang merupakan bagian yang tidak signifikan dari produk jadi umumnya dimasukkan dalam kategori overhead sebagai jenis khusus dari bahan tidak langsung. Hal ini dibenarkan atas dasar biaya dan kepraktisan. Biaya penelusuran menjadi lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari peningkatan keakuratan. Biaya lembur tenaga kerja langsung biasanya dibebankan ke overhead. Dasar pemikirannya adalah bahwa tidak semua operasi produksi tertentu secara khusus dapat diidentifikasi sebagai penyebab lembur. Oleh sebab itu, biaya lembur adalah hal yang umum bagi semua operasi produksi, dan merupakan biaya manufaktur tidak langsung. 2. Biaya non produksi (non-manufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan administrasi umum. Terdapat dua kategori biaya nonproduksi yang lazim, antara lain : a. Biaya penjualan atau pemasaran, adalah biaya yang diperlukan untuk memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa. b. Biaya administrasi, merupakan seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan, dan administrasi umum pada organisasi 18 yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun produksi. Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikan bahwa berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi. (Hansen dan Mowen 2006:50). 2.2 Harga Pokok Produksi 2.2.1 Pengertian Harga Pokok produksi Harga pokok produksi adalah : “Harga pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tersebut. Satu-satunya biaya yang diberikan pada barang yang diselesaikan adalah biaya produksi dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya lain-lain.” (Hansen dan Mowen 2000). Pendapat lainnya adalah biaya yang telah diselesaikan selama suatu periode disebut harga pokok produksi barang selesai (cost of good manufactured) atau disingkat dengan harga pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan dalam proses akhir periode. (Soemarso S.R 2004). Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harga pokok produksi merupakan semua biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam satuan uang. 19 Jumlah seluruh biaya yang diperlukan untuk memperoleh dan mempersiapkan barang untuk dijual disebut dengan harga pokok penjualan (cost of good sold). 2.2.2 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipakai dan dijual. Penentuan harga pokok produksi sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan untuk mengambil keputusan. Adapun tujuan penentuan harga pokok produksi yang lain, diantaranya adalah : 1. Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan. 2. Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan. 3. Sebagai dasar untuk menetapkan harga jual kepada konsumen. 4. Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan rugi-laba perusahaan. 5. Untuk tujuan perencanaan laba. 20 2.3 Akuntansi Biaya Konvensional Sistem akuntansi biaya konvensional adalah sistem yang menyediakan informasi mengenai kumpulan dan alokasi biaya dari objek biaya, dimana biaya ditelusuri ke setiap produk sebab setiap bagian produk mengkonsumsi sumber daya. Pada sistem akuntansi biaya konvensional, biasanya seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam satu pengelompokan biaya (cost pool), kemudian seluruh total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based) kepada suatu objek biaya. Pemilihan dasar pengalokasian biasanya berdasarkan hubungan sebab akibat yang paling mewakili sebagian besar biaya tidak langsung. Dalam sistem akuntansi biaya konvensional istilah pemicu biaya ini dikenal sebagai basis alokasi (allocation bases) seperti jumlah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung, jumlah jam mesin dan jumlah unit yang dihasilkan. Semua basis alokasi ini merupakan pemicu biaya yang hanya berhubungan dengan volume atau tingkat produksi (volume related bases or unit level cost drivers) yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik. Sistem akuntansi biaya konvensional yang banyak dipakai perusahaanperusahaan saat ini tidak dapat digunakan untuk menghadapi persaingan dalam dunia bisnis modern sekarang ini. Peningkatan penggunaan sistem manajemen biaya, terutama pada perusahaan-perusahaan yang menghadapi peningkatan keragaman produk, kompleksitas produk yang lebih tinggi, meningkatnya 21 persyaratan mutu, dan tekanan persaingan yang hebat. Untuk perusahaan yang beroperasi pada lingkungan produksi yang maju, sistem akuntansi biaya konvensional tidak dapat bekerja dengan baik. Sistem biaya konvensional akan dapat mengukur harga pokok produk dengan tepat bila semua sumber daya yang dikonsumsi oleh produk memiliki proporsi yang sama dengan jumlah unit yang diproduksi, akan tetapi karena dalam sistem konvensional menggunakan dasar pembebanan ini, sedangkan produk mengkonsumsi sebagian besar sumber daya pendukung yang proporsinya tidak sama dengan jumlah unit yang dihasilkan, sehingga terjadi distorsi biaya. Pengguna sistem akuntansi biaya konvensional menyadari kecenderungan distorsi pada data biaya yang dihasilkan dari sebuah sistem perhitungan biaya seringkali berusaha untuk membuat penyesuaian dengan menggunakan intuisi dan cenderung kurang tepat atas informasi biaya tanpa memahami dampak keseluruhannya, sehingga mendistorsi informasi biaya. Informasi biaya yang tidak akurat dapat mengarah pada hasil-hasil strategis yang tidak diinginkan, seperti keputusan lini produk yang salah, penetapan harga yang tidak realistis, dan alokasi sumber daya yang tidak efektif. 2.4 Harga Jual 2.4.1 Pengertian Harga Jual Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan 22 selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. “ Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. (Hansen and Mowen, 2001:633). “Pada prinsipnya harga jual harus menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dapat dengan biaya produksi ditambah mark up. (Mulyadi, 2001:78). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mancapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang atau jasa dan harga tersebut menutupi biaya penuh yang dikeluarkan suatu perusahaan. 2.4.2 Metode Penetapan Harga Jual Harga jual produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah biaya ditambah jumlah tertentu yang disebut mark up. Metode penetapan harga jual dikenal dengan pendekatan cost plus (cost plus approach). Ada tiga metode yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual dengan pendekatan cost plus, yaitu: 23 a. Biaya Total (Total Cost) yaitu jumlah biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum ditambah jumlah laba yang diinginkan perusahaan (desire profit). Berdasarkan metode biaya total, harga jual ditentukan dari biaya total, b. Biaya Produk (Product Cost) Metode ini disebut juga absorption approach. Berdasarkan metode ini, harga jual ditentukan dari harga pokok produk ditambah dengan mark up. Mark up menurut metode ini adalah pembagian antara jumlah laba yang dikehendaki, biaya pemasaran, serta biaya administrasi dan umum dengan biaya produk. Persentasi mark up dapat dihitung dengan rumus: Mark up (%) = c. Biaya Variabel (Variable Cost) Metode ini disebut juga contribution approach. Berdasarkan metode ini, harga jual ditentukan dari biaya variabel, yaitu jumlah dari biaya variabel, biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel, ditambah dengan laba yang diinginkan ditambah semua biaya yang bersifat tetap. (Halim dan Supomo 2002:98). Sedangkan pada perusahaan jasa perhotelan penetapan harga jual adalah harga pokok produk kamar ditambah dengan mark up. Mark up yang dimaksud merupakan kebijakan perusahaan berdasarkan kepada berbagai macam hal, 24 diantaranya prestise, fasilitas, harga pasar, hingga perkiraan pengunjung. Tidak ada aturan baku mengenai mark up ini namun pada umumnya mark up pada hotel berkisar antara 100 hingga 300%. (Musdalillah, PHRI, komunikasi pribadi, 9 juni 2012). 2.5 Activity Based Costing 2.5.1 Pengertian Activity Based Costing Sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan salah satu upaya meningkatkan akurasi informasi biaya dari sistem akuntansi biaya konvensional. “ABC (Activity Based Costing) sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan.” (Hongren 2008). Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut. “Activity-Based Costing (ABC) adalah sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan/aktivitas kemudian pada produk.” (Hansen dan Mowen 2000). “Activity Based Costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.” (Garrison, Noreen dan Brewer 2006). 25 Garrison menambahkan ABC biasanya digunakan sebagai pelengkap bukan sebagai pengganti sistem biaya yang biasa dipakai perusahaan. Kebanyakan perusahaan yang menggunakan ABC memiliki dua sistem biaya, sistem biaya resmi yang disiapkan untuk laporan keuangan eksternal dan ABC yang digunakan untuk pengambilan keputusan internal dan untuk menjalankan aktivitas. Dari definisi-definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ABC merupakan suatu metode mengenai sistem perencanaan biaya yang sistem dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam sistem akuntansi biaya konvensional. Yang menjadi pokok perhatian ABC adalah aktivitas-aktivitas perusahaan, dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga pokok – produk atau jasa, yaitu aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan produk atau jasa yang mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian sistem ABC memudahkan perhitungan harga pokok objek biaya yang akurat sehingga mengurangi distorsi pada sistem biaya konvensional dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan pihak manajemen. 2.5.2 Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC menyaratkan tiga hal: 1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas 26 yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. 2. Tingkat persaingan industri yang tinggi Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. 3. Biaya pengukuran yang rendah Yaitu bahwa biaya yang digunakan sistem ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. (Supriyono, 1994:664-665). 2.5.3 Klasifikasi Aktivitas Sistem Activity Based Costing (ABC) pada dasarnya mencari suatu metode atau cara untuk menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dengan melakukan identifikasi atas berbagai aktivitas. Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu mengelompokkan seluruh aktivitas menurut cara bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya. Sistem ABC membagi aktivitas kedalam 4 tingkatan, yaitu : 27 1. Aktivitas tingkat unit (Unit-Level Activities) Aktivitas yang dapat dilakukan untuk memproduksi setiap unit produk atau jasa (berdasarkan volume atau unit). Contoh aktivitas : pemakaian bahan, tenaga kerja langsung, energi, listrik. Contoh pemicu tingkat unit adalah jam tenaga kerja langsung, unit yang diproduksi, jumlah komponen bahan baku. Contoh biaya : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya energi, biaya listrik. Biaya ini dipengaruhi dan dibebankan secara proporsional kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan. 2. Aktivitas tingkat kelompok unit (Batch-Level Activities) Aktivitas yang dilakukan untuk masing-masing batch atau kelompok produk yang diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada kelompok unit tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi, memproses suatu pesanan pelanggan, dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel kelompok unit. Contoh pemicu tingkat batch adalah pesanan produksi Contoh biaya tingkat batch meliputi biaya penanganan bahan baku, biaya persiapan. 3. Aktivitas pendukung produk/jasa (Product/Service-Sustaining Activities) Aktivitas ini mendukung produksi produk/jasa spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Aktivitas ini dilakukan karena dibutuhkan untuk menopang produksi setiap 28 jenis produk/jasa yang berlainan. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk. Pemicu tingkat produk adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan bermacam-macam jumlah produk yang diproduksi. Contoh pemicu tingkat produk adalah jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tingkat produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut. Contoh biaya tingkat produk adalah biaya desain produk, biaya promosi produk, dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. 4. Aktivitas pendukung fasilitas (Facility-Sustaining Activities) Aktivitas ini tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk/jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan. Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk/jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi barang/jasa. Contoh aktivitas: pemeliharaan, depresiasi, penerangan, penggajian karyawan perusahaan, mengadakan administrasi dan umum. Contoh pemicu adalah luas lantai yang ditempati, jumlah jam kerja. Contoh biaya adalah biaya depresiasi, biaya pemeliharaan, biaya gaji karyawan perusahaan. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan.(Islahuzzaman, 2011 :44-49). 29 2.5.4 Cost Driver Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen mengambil keputusan. dalam Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. a) Pengertian Cost Driver Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biayabiaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktifitas. Ada dua jenis cost driver, yaitu: 1. Cost Driver berdasarkan unit Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen. 2. Cost Driver berdasarkan non unit Cost Driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskan konsumsi overhead. 30 Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah kamar yang terjual, jumlah kamar yang tersedia. b) Penentuan Cost Driver Yang Tepat Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau cost driver. 1) Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan Penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan. (Cooper dan Kaplan, 1991: 375). 2) Pemilihan cost driver yang tepat. Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan: a) Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih. b) Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih. of 31 c) Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect). Cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih. (Cooper dan Kaplan, 1991: 383). 2.5.5 Mekanisme Pendesainan ABC System 1. Tahap-tahap pembebanan biaya overhead pabrik pada ABC System adalah : a. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang sesuai. b. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost pool yang homogen. c. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif dihitung dengan cara membagi jumlah semua biaya didalam cost pool dengan suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini juga berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver). 2. Tahap II Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau permintaan aktivitas oleh masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya tiap pool aktivitas ditelusuri ke produk dengan menggunaan tarif pool dan ukuran besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran besarnya sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya dikonsumsi oleh tiap produk. Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan kepada aktivitas, aktivitas yang berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok, 32 kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok dihitung. Pada tahap kedua, setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok diukur dan biaya-biaya dibebankan kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarif kelompok yang mewakili. Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak berkaitan dengan volume produk. BOP merupakan biaya yang akan diatribusikan kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan berdasarkan volume produk. Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi fungsi bisnis. Setiap aktivitas dapat ditentukan sebagai value added atau non value added. Sistem manajemen biaya mempunyai dua sisi pengukuran kinerja, yaitu finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja yang bersifat finansial digunakan untuk pengukuran kinerja periodik dan untuk penentuan biaya produk yang akurat. Sedangkan pengukuran kinerja non finansial dapat digunakan untuk mengembangkan dan memperbaiki secara terus menerus proses produksi dengan mengurangi non value added time. Continuous improvement ini mengacu pada falsafah pengolahan bernilai tambah (value added manufacturing), yang mengacu pada kegiatan manufaktur yang terbaik dan sederhana, sehingga sistem manufaktur menjadi lebih efisien. (Kaplan 1991). 33 2.5.6 Perbedaan Sistem Activity Based Costing dengan Sistem Konvensional Salah satu pendapat yang membedakan antara sistem konvensional dengan sistem ABC, yaitu : 1. menelusuri biaya produk melalui aktivitas, biaya overhead pabrik dibebankan ke cost pool dan tidak dibebankan berdasarkan departemen. 2. ABC berbeda dari sistem penentuan biaya konvensional dengan membuat model pemakaian sumber daya perusahaan untuk aktivitas yang dilakukan dan menghubungkan biaya aktivitas ini ke objek biaya. 3. ABC berbeda dengan konvensional dalam 2 hal. a) Cost pool didefinisikan sebagai aktivitas dan bukan sebagai pusat biaya departemen. b) Cost driver yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya adalah driver aktivitas yang mendasar pada hubungan sebab akibat pendekatan konvensional menggunakan driver tunggal yang mendasar pada volume yang sering kali tidak melihat hubungan antara sumber daya dengan objek biaya. 4. Sistem ABC melaporkan biaya aktivitas secara akurat dibanding konvensional, karena mengidentifikasikan secara jelas biaya dari aktivitas yang berbeda-beda di perusahaan. 5. ABC membebankan biaya aktivitas ke objek biaya output dengan menggunakan ukuran yang dapat menunjukkan permintaan produk atau jasa terhadap aktivitas tersebut. (Blocher, Chen dan Lin 2000:128). 34 2.5.7 Manfaat Activity Based Costing Manfaat sistem biaya Activity based Costing (ABC) bagi pihak manajemen perusahaan adalah : 1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informative, yang menuju pada pengukuran kemampuan peroleh laba atas produk yang lebih akurat dan keputusan- keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik mengenai harga jual, lini produk, pasar pelanggan, dan pengeluaran modal. 2. ABC memberikan pengukuran yang lebih akurat atas biaya-biaya pemacu aktivitas, yang membantu manajer memperbaiki produk dan proses menilai dengan membuat keputusan desain produk yang lebih baik, pengendalian biaya yang lebih baik. 3. ABC membantu manajer lebih mudah mengakses informasi tentang biayabiaya yang relevan dalam membuat keputusan bisnis.(Islahuzzaman, 2012:50-51). 2.5.8 Keterbatasan Activity Based Costing Walaupun ABC memberikan penelusuran biaya yang lebih baik untuk produk- produk individu, tetap mempunyai keterbatasan: 1. Pengalokasian. Sekalipun data aktivitas tersedia, banyak biaya- biaya mungkin perlu alokasikan ke produk- produk yang didasarkan atas ukuran volume yang berubah-ubah karena secara praktis tidak dapat ditemukan suatu aktivitas khusus yang menyebabkan timbulnya biaya-biaya tidak 35 menjadi mudah. Misalnya, beberapa dari biaya facility-sustaining seperti membersihkan pabrik dan mengatur proses produksi. 2. Biaya-biaya yang diabaikan. Banyak biaya produk-produk khusus yang dihilangkan dari analisis. Aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan biaya- biaya seperti riset dan pengembangan, teknik produk dan klaim jaminan. Biaya-biaya tambahan sederhana dapat ditelusuri ke produk individual dan ditambahkan pada biaya-biaya manfaktur untuk menentukan biaya total produk. 3. Biaya dan waktu yang digunakan. Sistem ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diterapkan. Hal ini juga sangat memakan waktu. Seperti kebanyakan manajemen inovasi atau sistem akuntansi, seringkali memerlukan lebih dari setahun untuk mengembangkan dan melaksanakan ABC dengan berhasil.(Islahuzzaman, 2012:51). 2.5.9 Sistem Activity Based Costing Pada Perusahaan Jasa Perhotelan Sistem Activity Based Costing pada awalnya diterapkan pada perusahaan manufaktur. Sistem ABC menjadikan aktivitas sebagai titik pusat kegiatannya. Informasi tentang aktivitas diukur, dicatat, dan disediakan dalam shared database melalui sistem ABC. Oleh karena aktivitas dapat dijumpai baik di perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang, serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba, maka sistem ABC dapat diterapkan sama baiknya di berbagai jenis organisasi tersebut. Dengan sistem ABC ini, untuk pertama kalinya 36 perusahaan jasa dan perusahaan dagang serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba dapat memanfaatkan sistem informasi biaya yang sangat bermanfaat untuk mengurangi biaya dan penentuan secara akurat harga pokok produk/jasa. Sistem ABC tidak hanya berfokus ke perhitungan harga pokok produk/jasa, namun mencakup perspektif yang lebih luas, yaitu pengurangan melalui pengelolaan aktivitas. Perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang biaya serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba berkepentingan untuk mengurangi biaya dalam pengelolaan aktivitas, sehingga perusahaan dan organisasi tersebut membutuhkan sistem informasi biaya yang mampu menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas. Namun, ada beberapa perbedaan dasar antara perusahaan jasa dan manufaktur. Perbedaan dasar antara perusahan jasa dan manufaktur adalah pendefinisian keluaran. Untuk perusahaan manufaktur, keluaran mudah ditentukan (produk-produk nyata yang di produksi), tetapi untuk perusahaan jasa, pendefinisian keluaran lebih sulit. Keluaran untuk perusahaan jasa kurang nyata. Keluaran harus didefinisikan sehingga keluaran dapat dihitung harganya. Dalam hal ini, kita berbicara mengenai perusahaan jasa hotel. Keluaran dari hotel atau produk dari hotel adalah pelanggan yang tinggal dan menginap di hotel tersebut. Oleh karena itu hotel dapat dikatakan sebagai perusahaan jasa yang mempunyai banyak produk, karena hotel menawarkan berbagai macam jenis kamar dan juga berbagai macam jenis pelayanan. Selama tinggal di hotel, pelanggan akan mengkonsumsi jenis jasa yang berbeda. 37 Komponen biaya dalam hotel yang dapat menunjang perhitungan Activity Based Costing: 1. Biaya kamar terdiri dari : a. Biaya Listrik b. Biaya housekeeping (biaya untuk pengadaan sewa kamar) 2. Biaya makanan dan minuman 3. Biaya telepon dan faksimili 4. Biaya administrasi 5. Biaya lain-lain Untuk mengilustrasikan Activity Based Costing, difokuskan pada satu jenis jasa yang disediakan yaitu menginap di hotel. Aktivitas yang berhubungan dengan jasa penginapan kamar adalah tingkat hunian (occupancy rate), pemberian makan pagi (breakfast), dan petugas di hotel (room boy). Informasi biaya dari aktivitas berikut adalah: Activity Annual Cost Occupancy & breakfast Rp. 10,000,000 Room boy Rp. 10,000,000 Activity Driver Annual Quantity Pelanggan menginap berapa hari (kamar yang terjual) 10,000 Jam kerja petugas di hotel (room boy) 50,000 Activity pool rate adalah Rp. 1,000 (Rp. 10,000,000 : 10,000) per pelanggan dan Rp. 200 (Rp. 10,000,000 : 50,000) untuk biaya gaji petugas per jam. 38 Ada 3 tipe kamar yang mempunyai annual demand yang berbeda, yaitu: Tipe kamar Kamar yang terjual Jam kerja petugas Standard 7,000 17,500 Deluxe 2,000 12,500 Suite 1,000 20,000 Total 10,000 50,000 Metode tradisional akan membebankan biaya per hari dengan menjumlahkan total cost dibagi dengan berapa hari pelanggan menginap, yaitu: .,,.,, , = Rp. 2,000 Jadi setiap jenis kamar dapat dibebankan dengan harga Rp. 2,000. Sedangkan dengan menggunakan metode Activity Based Costing dapat menghitung product costing dari tiap jenis kamar yang berbeda. Jenis kamar Standard Deluxe Suite Room Rate (.,,)(., ) , (.,,)(., ) , (.,,)(..) , = Rp. 1,500 = Rp. 2,250 = Rp. 5,000