14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya
2.1.1
Konsep Biaya
Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian
manajemen membutuhkan pemahaman yang berkaitan dengan biaya. Pembebanan
biaya atas produk, jasa, pelanggan dan objek lain yang merupakan kepentingan
manajemen, adalah salah satu tujuan dasar sistem informasi akuntasi manajemen.
Peningkatan keakuratan pembebanan biaya menghasilkan informasi yang lebih
bermutu tinggi yang kemudian dapat digunakan untuk membuat keputusan yang
lebih baik. Memperbaiki penentuan biaya telah menjadi pengembangan utama
dalam bidang manajemen biaya. Sebelum membicarakan proses penentuan biaya,
baiknya menentukan mengenai definisi biaya (cost).
Biaya (cost) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu aktiva atau
aset dan beban atau expense. Biaya akan dicatat sebagai aktiva atau aset apabila
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan biaya akan
dikategorikan sebagai beban atau expense jika memberikan manfaat pada periode
akuntansi berjalan.
Aktiva atau aset juga dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu
aktiva atau aset dan beban atau expense. Jika aktiva atau aset tersebut belum
terpakai, maka tetap dicatat sebagai aktiva atau aset. Sedangkan apabila aktiva
atau aset tersebut telah digunakan, maka akan dicatat sebagai beban.
14
15
Definisi biaya adalah sebagai berikut :
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di
masa datang bagi organisasi” (Hansen dan Mowen 2006:40).
Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar
dengan
barang atau jasa yang diinginkan. Sebagai contoh, menukar peralatan
dengan
bahan yang digunakan untuk produksi. Dalam usaha menghasilkan
manfaat saat ini dan di masa depan, manajemen suatu organisasi harus melakukan
berbagai usaha untuk meminimumkan biaya yang dibutuhkan dalam mencapai
keuntungan tertentu. Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat
tertentu memiliki arti bahwa perusahaan menjadi lebih efisien. Biaya tidak harus
ditekan, tetapi juga harus dikelola secara strategis.
Definisi lain tentang biaya yaitu :
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu” (Mulyadi 1990:7).
Pengertian biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan, adalah :
“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.” (IAI, 2002).
16
2.1.2
Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya
yang
dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Untuk tujuan
perhitungan biaya produk dan jasa, biaya dapat diklasifikasikan menurut tujuan
khusus atau fungsi-fungsi. Biaya dikelompokkan ke dalam dua kategori
fungsional
utama, antara lain :
1. Biaya
produksi (manufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan dengan
pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan
lebih lanjut sebagai :
a.
Bahan baku langsung, adalah bahan yang dapat di telusuri ke barang
atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan langsung ini dapat
dibebankan ke produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk
mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan yang
menjadi bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam
penyediaan jasa pada umumnya diklasifikasikan sebagai bahan
langsung.
b.
Tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada
barang atau jasa yang sedang diproduksi. Seperti halnya bahan
langsung, pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas
karyawan yang digunakan dalam memproduksi suatu produk dan jasa.
Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau
menyediakan jasa kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga
kerja langsung.
17
c.
Overhead. Semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga
kerja langsung dikelompokkan ke dalam kategori biaya overhead.
Kategori biaya overhead memuat berbagai item yang luas. Banyak
input selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung diperlukan
untuk membuat produk. Bahan langsung yang merupakan bagian yang
tidak signifikan dari produk jadi umumnya dimasukkan dalam kategori
overhead sebagai jenis khusus dari bahan tidak langsung. Hal ini
dibenarkan atas dasar biaya dan kepraktisan. Biaya penelusuran
menjadi lebih besar dibandingkan dengan manfaat dari peningkatan
keakuratan. Biaya lembur tenaga kerja langsung biasanya dibebankan
ke overhead. Dasar pemikirannya adalah bahwa tidak semua operasi
produksi tertentu secara khusus dapat diidentifikasi sebagai penyebab
lembur. Oleh sebab itu, biaya lembur adalah hal yang umum bagi
semua operasi produksi, dan merupakan biaya manufaktur tidak
langsung.
2. Biaya non produksi (non-manufacturing cost) adalah biaya yang berkaitan
dengan fungsi perancangan, pengembangan, pemasaran, distribusi, layanan
pelanggan, dan administrasi umum. Terdapat dua kategori biaya nonproduksi
yang lazim, antara lain :
a.
Biaya penjualan atau pemasaran, adalah biaya yang diperlukan untuk
memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa.
b.
Biaya administrasi, merupakan seluruh biaya yang berkaitan dengan
penelitian, pengembangan, dan administrasi umum pada organisasi
18
yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun produksi.
Administrasi umum bertanggung jawab dalam memastikan bahwa
berbagai aktivitas organisasi terintegrasi secara tepat sehingga misi
perusahaan secara keseluruhan dapat terealisasi. (Hansen dan Mowen
2006:50).
2.2 Harga Pokok Produksi
2.2.1
Pengertian Harga Pokok produksi
Harga pokok produksi adalah :
“Harga pokok produksi mewakili jumlah biaya barang yang
diselesaikan pada periode tersebut. Satu-satunya biaya yang diberikan pada
barang yang diselesaikan adalah biaya produksi dari bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan biaya lain-lain.” (Hansen dan Mowen 2000).
Pendapat lainnya adalah biaya yang telah diselesaikan selama suatu
periode disebut harga pokok produksi barang selesai (cost of good manufactured)
atau disingkat dengan harga pokok produksi. Harga pokok ini terdiri dari biaya
pabrik ditambah persediaan dalam proses awal periode dikurangi persediaan
dalam proses akhir periode. (Soemarso S.R 2004).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa harga
pokok produksi merupakan semua biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa yang dinyatakan dalam satuan uang.
19
Jumlah seluruh biaya yang diperlukan untuk memperoleh dan
mempersiapkan barang untuk dijual disebut dengan harga pokok penjualan (cost
of good
sold).
2.2.2
Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa
besarnya
biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan
baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipakai dan dijual. Penentuan harga
pokok produksi sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah
satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi
pimpinan untuk mengambil keputusan.
Adapun tujuan penentuan harga pokok produksi yang lain, diantaranya
adalah :
1. Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan.
2. Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan.
3. Sebagai dasar untuk menetapkan harga jual kepada konsumen.
4. Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan rugi-laba
perusahaan.
5. Untuk tujuan perencanaan laba.
20
2.3
Akuntansi Biaya Konvensional
Sistem akuntansi biaya konvensional adalah sistem yang menyediakan
informasi mengenai kumpulan dan alokasi biaya dari objek biaya, dimana biaya
ditelusuri ke setiap produk sebab setiap bagian produk mengkonsumsi sumber
daya.
Pada sistem akuntansi biaya konvensional, biasanya seluruh biaya tidak
langsung akan dikumpulkan dalam satu pengelompokan biaya (cost pool),
kemudian seluruh total biaya tersebut dialokasikan dengan satu dasar
pengalokasian (cost allocation based) kepada suatu objek biaya. Pemilihan dasar
pengalokasian biasanya berdasarkan hubungan sebab akibat yang paling mewakili
sebagian besar biaya tidak langsung.
Dalam sistem akuntansi biaya konvensional istilah pemicu biaya ini
dikenal sebagai basis alokasi (allocation bases) seperti jumlah jam tenaga kerja
langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung, jumlah jam mesin
dan jumlah unit yang dihasilkan. Semua basis alokasi ini merupakan pemicu biaya
yang hanya berhubungan dengan volume atau tingkat produksi (volume related
bases or unit level cost drivers) yang digunakan untuk mengalokasikan biaya
overhead pabrik.
Sistem akuntansi biaya konvensional yang banyak dipakai perusahaanperusahaan saat ini tidak dapat digunakan untuk menghadapi persaingan dalam
dunia bisnis modern sekarang ini. Peningkatan penggunaan sistem manajemen
biaya, terutama pada perusahaan-perusahaan yang menghadapi peningkatan
keragaman produk, kompleksitas produk yang lebih tinggi, meningkatnya
21
persyaratan mutu, dan tekanan persaingan yang hebat. Untuk perusahaan yang
beroperasi pada lingkungan produksi yang maju, sistem akuntansi biaya
konvensional
tidak dapat bekerja dengan baik.
Sistem biaya konvensional akan dapat mengukur harga pokok produk
dengan tepat bila semua sumber daya yang dikonsumsi oleh produk memiliki
proporsi
yang sama dengan jumlah unit yang diproduksi, akan tetapi karena dalam
sistem
konvensional menggunakan dasar pembebanan ini, sedangkan produk
mengkonsumsi sebagian besar sumber daya pendukung yang proporsinya tidak
sama dengan jumlah unit yang dihasilkan, sehingga terjadi distorsi biaya.
Pengguna
sistem
akuntansi
biaya
konvensional
menyadari
kecenderungan distorsi pada data biaya yang dihasilkan dari sebuah sistem
perhitungan biaya seringkali berusaha untuk membuat penyesuaian dengan
menggunakan intuisi dan cenderung kurang tepat atas informasi biaya tanpa
memahami dampak keseluruhannya, sehingga mendistorsi informasi biaya.
Informasi biaya yang tidak akurat dapat mengarah pada hasil-hasil strategis yang
tidak diinginkan, seperti keputusan lini produk yang salah, penetapan harga yang
tidak realistis, dan alokasi sumber daya yang tidak efektif.
2.4
Harga Jual
2.4.1
Pengertian Harga Jual
Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan
22
selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual
dan boleh memperoleh laba yang maksimal.
“ Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit
usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau
diserahkan. (Hansen and Mowen, 2001:633). “Pada prinsipnya harga jual harus
menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama
dapat
dengan
biaya produksi ditambah mark up. (Mulyadi, 2001:78).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah
sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang
atau jasa ditambah dengan laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk
mancapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual.
Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang
atau jasa dan harga tersebut menutupi biaya penuh yang dikeluarkan suatu
perusahaan.
2.4.2
Metode Penetapan Harga Jual
Harga jual produk atau jasa pada umumnya ditentukan dari jumlah
biaya ditambah jumlah tertentu yang disebut mark up. Metode penetapan harga
jual dikenal dengan pendekatan cost plus (cost plus approach). Ada tiga metode
yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual dengan pendekatan cost plus,
yaitu:
23
a. Biaya Total (Total Cost)
yaitu jumlah biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan
umum ditambah jumlah laba yang diinginkan perusahaan (desire profit).
Berdasarkan metode biaya total, harga jual ditentukan dari biaya total,
b. Biaya Produk (Product Cost)
Metode ini disebut juga absorption approach. Berdasarkan metode ini,
harga jual ditentukan dari harga pokok produk ditambah dengan mark up.
Mark up menurut metode ini adalah pembagian antara jumlah laba yang
dikehendaki, biaya pemasaran, serta biaya administrasi dan umum dengan
biaya produk. Persentasi mark up dapat dihitung dengan rumus:
Mark up (%) =
c. Biaya Variabel (Variable Cost)
Metode ini disebut juga contribution approach. Berdasarkan metode ini,
harga jual ditentukan dari biaya variabel, yaitu jumlah dari biaya variabel,
biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel,
ditambah dengan laba yang diinginkan ditambah semua biaya yang
bersifat tetap. (Halim dan Supomo 2002:98).
Sedangkan pada perusahaan jasa perhotelan penetapan harga jual adalah
harga pokok produk kamar ditambah dengan mark up. Mark up yang dimaksud
merupakan kebijakan perusahaan berdasarkan kepada berbagai macam hal,
24
diantaranya prestise, fasilitas, harga pasar, hingga perkiraan pengunjung. Tidak
ada aturan baku mengenai mark up ini namun pada umumnya mark up pada hotel
berkisar
antara 100 hingga 300%. (Musdalillah, PHRI, komunikasi pribadi, 9 juni
2012).
2.5 Activity Based Costing
2.5.1
Pengertian Activity Based Costing
Sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan salah satu upaya
meningkatkan akurasi informasi biaya dari sistem akuntansi biaya konvensional.
“ABC (Activity Based Costing) sebagai suatu sistem pendekatan
perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di
perusahaan.” (Hongren 2008).
Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab
timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan,
sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan
berdasarkan aktivitas tersebut.
“Activity-Based Costing (ABC) adalah sistem yang pertama kali
menelusuri biaya pada kegiatan/aktivitas kemudian pada produk.” (Hansen dan
Mowen 2000).
“Activity Based Costing (ABC) adalah metode perhitungan biaya
(costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk
keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi
kapasitas dan juga biaya tetap.” (Garrison, Noreen dan Brewer 2006).
25
Garrison menambahkan ABC biasanya digunakan sebagai pelengkap
bukan sebagai pengganti sistem biaya yang biasa dipakai perusahaan. Kebanyakan
perusahaan
yang menggunakan ABC memiliki dua sistem biaya, sistem biaya
resmi yang disiapkan untuk laporan keuangan eksternal dan ABC yang digunakan
untuk pengambilan keputusan internal dan untuk menjalankan aktivitas.
Dari definisi-definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
ABC merupakan suatu metode mengenai sistem perencanaan biaya yang
sistem
dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
sistem akuntansi biaya konvensional. Yang menjadi pokok perhatian ABC adalah
aktivitas-aktivitas perusahaan, dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga
pokok – produk atau jasa, yaitu aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan
produk atau jasa yang mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian sistem ABC
memudahkan perhitungan harga pokok objek biaya yang akurat sehingga
mengurangi distorsi pada sistem biaya konvensional dan meningkatkan efektivitas
pengambilan keputusan pihak manajemen.
2.5.2
Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan
sistem ABC menyaratkan tiga hal:
1.
Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa
macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas
26
yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah
dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang
sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut
maka
perusahaan
akan
semakin
meningkatkan
persaingan
untuk
memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin
penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan
keputusan manajemen.
3.
Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan sistem ABC untuk menghasilkan
informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat
yang diperoleh. (Supriyono, 1994:664-665).
2.5.3
Klasifikasi Aktivitas
Sistem Activity Based Costing (ABC) pada dasarnya mencari suatu
metode atau cara untuk menghasilkan informasi biaya yang lebih akurat dengan
melakukan identifikasi atas berbagai aktivitas. Untuk mengidentifikasi biaya
sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu mengelompokkan seluruh
aktivitas menurut cara bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut mengkonsumsi
sumber daya. Sistem ABC membagi aktivitas kedalam 4 tingkatan, yaitu :
27
1. Aktivitas tingkat unit (Unit-Level Activities)
Aktivitas yang dapat dilakukan untuk memproduksi setiap unit produk
atau jasa (berdasarkan volume atau unit).
Contoh aktivitas : pemakaian bahan, tenaga kerja langsung, energi, listrik.
Contoh pemicu tingkat unit adalah jam tenaga kerja langsung, unit yang
diproduksi,
jumlah komponen bahan baku.
Contoh biaya : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
energi, biaya listrik. Biaya ini dipengaruhi dan dibebankan secara proporsional
kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan.
2. Aktivitas tingkat kelompok unit (Batch-Level Activities)
Aktivitas yang dilakukan untuk masing-masing batch atau kelompok
produk yang diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada kelompok
unit tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi, memproses
suatu pesanan pelanggan, dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas
berlevel kelompok unit.
Contoh pemicu tingkat batch adalah pesanan produksi
Contoh biaya tingkat batch meliputi biaya penanganan bahan baku, biaya
persiapan.
3. Aktivitas pendukung produk/jasa (Product/Service-Sustaining Activities)
Aktivitas ini mendukung produksi produk/jasa spesifik dan biasanya
dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau
dijual. Aktivitas ini dilakukan karena dibutuhkan untuk menopang produksi setiap
28
jenis produk/jasa yang berlainan. Sebagai contoh merancang produk atau
mengiklankan produk.
Pemicu tingkat produk adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan
bermacam-macam jumlah produk yang diproduksi. Contoh pemicu tingkat produk
adalah jumlah produk yang dihasilkan.
Biaya tingkat produk adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah
produk
berbeda yang dihasilkan. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan
taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk
tersebut. Contoh biaya tingkat produk adalah biaya desain produk, biaya promosi
produk, dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat
dipasarkan.
4. Aktivitas pendukung fasilitas (Facility-Sustaining Activities)
Aktivitas ini tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk/jasa
yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara keseluruhan.
Pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan
produk/jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan
perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi barang/jasa. Contoh
aktivitas: pemeliharaan, depresiasi, penerangan, penggajian karyawan perusahaan,
mengadakan administrasi dan umum.
Contoh pemicu adalah luas lantai yang ditempati, jumlah jam kerja.
Contoh biaya adalah biaya depresiasi, biaya pemeliharaan, biaya gaji
karyawan perusahaan. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran
unit produk yang dihasilkan.(Islahuzzaman, 2011 :44-49).
29
2.5.4
Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah
dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas.
Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan
pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen
mengambil keputusan.
dalam
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead
yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini
menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis
produk harus diidentifikasi melalui cost driver.
a) Pengertian Cost Driver
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biayabiaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas
yang akan menyebabkan biaya dalam aktifitas.
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
1. Cost Driver berdasarkan unit
Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada
produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh
departemen.
2. Cost Driver berdasarkan non unit
Cost Driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor penyebab
selain unit yang menjelaskan konsumsi overhead.
30
Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas
lantai, jumlah kamar yang terjual, jumlah kamar yang tersedia.
b) Penentuan Cost Driver Yang Tepat
Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak
jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam menentukan
penimbul
biayanya atau cost driver.
1) Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan
Penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada
keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas
komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang
digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain
semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak
cost driver yang dibutuhkan. (Cooper dan Kaplan, 1991: 375).
2) Pemilihan cost driver yang tepat.
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus
dipertimbangkan:
a) Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang
membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih.
b) Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver
terpilih
dengan
konsumsi
aktivitas
sesungguhnya
(degree
correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.
of
31
c) Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect).
Cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan
dipilih. (Cooper dan Kaplan, 1991: 383).
2.5.5
Mekanisme Pendesainan ABC System
1. Tahap-tahap
pembebanan biaya overhead pabrik pada ABC System adalah :
a. Biaya overhead pabrik dibebankan pada aktivitas-aktivitas yang
sesuai.
b. Biaya-biaya aktivitas tersebut dikelompokkan dalam beberapa cost
pool yang homogen.
c. Menentukan tarif untuk masing-masing kelompok (cost pool). Tarif
dihitung dengan cara membagi jumlah semua biaya didalam cost pool
dengan suatu ukuran aktivitas yang dilakukan. Tarif pool ini juga
berarti biaya per unit pemacu biaya (cost driver).
2. Tahap II
Biaya-biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi atau
permintaan aktivitas oleh masing-masing produk. Jadi pada tahap ini biaya-biaya
tiap pool aktivitas ditelusuri ke produk dengan menggunaan tarif pool dan ukuran
besarnya sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk. Ukuran besarnya
sumber daya tersebut adalah penyederhanaan dari kuantitas pemacu biaya
dikonsumsi oleh tiap produk.
Pada tahap pertama, aktivitas diidentifikasikan, biaya-biaya dibebankan
kepada aktivitas, aktivitas yang berkaitan digabungkan menjadi satu kelompok,
32
kelompok biaya sejenis dibentuk, dan tarif kelompok dihitung. Pada tahap kedua,
setiap permintaan produk untuk sumber daya kelompok diukur dan biaya-biaya
dibebankan
kepada produk dengan menggunakan permintaan ini dan tarif
kelompok yang mewakili.
Konsep ABC System, bahwa biaya produk ditimbulkan oleh aktivitas, baik
aktivitas
yang berkaitan dengan volume produk maupun aktivitas yang tidak
berkaitan
dengan volume produk. BOP merupakan biaya yang akan diatribusikan
kepada produk berdasarkan pemicu biaya (cost drivers), bukan berdasarkan
volume produk.
Aktivitas merupakan tindakan yang berulang-ulang untuk memenuhi
fungsi bisnis. Setiap aktivitas dapat ditentukan sebagai value added atau non value
added. Sistem manajemen biaya mempunyai dua sisi pengukuran kinerja, yaitu
finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja yang bersifat finansial digunakan
untuk pengukuran kinerja periodik dan untuk penentuan biaya produk yang
akurat. Sedangkan pengukuran kinerja non finansial dapat digunakan untuk
mengembangkan dan memperbaiki secara terus menerus proses produksi dengan
mengurangi non value added time. Continuous improvement ini mengacu pada
falsafah pengolahan bernilai tambah (value added manufacturing), yang mengacu
pada kegiatan manufaktur yang terbaik dan sederhana, sehingga sistem
manufaktur menjadi lebih efisien. (Kaplan 1991).
33
2.5.6 Perbedaan Sistem Activity Based Costing dengan Sistem Konvensional
Salah satu pendapat yang membedakan antara sistem konvensional dengan sistem
ABC,
yaitu :
1. menelusuri biaya produk melalui aktivitas, biaya overhead pabrik
dibebankan ke cost pool dan tidak dibebankan berdasarkan departemen.
2. ABC berbeda dari sistem penentuan biaya konvensional dengan membuat
model pemakaian sumber daya perusahaan untuk aktivitas yang dilakukan
dan menghubungkan biaya aktivitas ini ke objek biaya.
3. ABC berbeda dengan konvensional dalam 2 hal.
a) Cost pool didefinisikan sebagai aktivitas dan bukan sebagai pusat
biaya departemen.
b) Cost driver yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke
objek biaya adalah driver aktivitas yang mendasar pada hubungan
sebab akibat pendekatan konvensional menggunakan driver
tunggal yang mendasar pada volume yang sering kali tidak melihat
hubungan antara sumber daya dengan objek biaya.
4. Sistem ABC melaporkan biaya aktivitas secara akurat dibanding
konvensional, karena mengidentifikasikan secara jelas biaya dari aktivitas
yang berbeda-beda di perusahaan.
5. ABC membebankan biaya aktivitas ke objek biaya output dengan
menggunakan ukuran yang dapat menunjukkan permintaan produk atau
jasa terhadap aktivitas tersebut. (Blocher, Chen dan Lin 2000:128).
34
2.5.7
Manfaat Activity Based Costing
Manfaat sistem biaya Activity based Costing (ABC) bagi pihak
manajemen
perusahaan adalah :
1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informative, yang
menuju pada pengukuran kemampuan peroleh laba atas produk yang lebih
akurat dan keputusan- keputusan strategis yang diinformasikan dengan
lebih baik mengenai harga jual, lini produk, pasar pelanggan, dan
pengeluaran modal.
2. ABC memberikan pengukuran yang lebih akurat atas biaya-biaya pemacu
aktivitas, yang membantu manajer memperbaiki produk dan proses
menilai dengan membuat keputusan desain produk yang lebih baik,
pengendalian biaya yang lebih baik.
3. ABC membantu manajer lebih mudah mengakses informasi tentang biayabiaya yang relevan dalam membuat keputusan bisnis.(Islahuzzaman,
2012:50-51).
2.5.8
Keterbatasan Activity Based Costing
Walaupun ABC memberikan penelusuran biaya yang lebih baik untuk
produk- produk individu, tetap mempunyai keterbatasan:
1. Pengalokasian. Sekalipun data aktivitas tersedia, banyak biaya- biaya
mungkin perlu alokasikan ke produk- produk yang didasarkan atas ukuran
volume yang berubah-ubah karena secara praktis tidak dapat ditemukan
suatu aktivitas khusus yang menyebabkan timbulnya biaya-biaya tidak
35
menjadi mudah. Misalnya, beberapa dari biaya facility-sustaining seperti
membersihkan pabrik dan mengatur proses produksi.
2. Biaya-biaya yang diabaikan. Banyak biaya produk-produk khusus yang
dihilangkan dari analisis. Aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan biaya-
biaya seperti riset dan pengembangan, teknik produk dan klaim jaminan.
Biaya-biaya tambahan sederhana dapat ditelusuri ke produk individual dan
ditambahkan pada biaya-biaya manfaktur untuk menentukan biaya total
produk.
3. Biaya dan waktu yang digunakan. Sistem ABC sangat mahal untuk
dikembangkan dan diterapkan. Hal ini juga sangat memakan waktu.
Seperti kebanyakan manajemen inovasi atau sistem akuntansi, seringkali
memerlukan lebih dari setahun untuk mengembangkan dan melaksanakan
ABC dengan berhasil.(Islahuzzaman, 2012:51).
2.5.9
Sistem Activity Based Costing Pada Perusahaan Jasa Perhotelan
Sistem Activity Based Costing pada awalnya diterapkan pada
perusahaan manufaktur. Sistem ABC menjadikan aktivitas sebagai titik pusat
kegiatannya.
Informasi tentang aktivitas diukur, dicatat, dan disediakan dalam shared
database melalui sistem ABC. Oleh karena aktivitas dapat dijumpai baik di
perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang, serta organisasi sektor publik dan
organisasi nirlaba, maka sistem ABC dapat diterapkan sama baiknya di berbagai
jenis organisasi tersebut. Dengan sistem ABC ini, untuk pertama kalinya
36
perusahaan jasa dan perusahaan dagang serta organisasi sektor publik dan
organisasi nirlaba dapat memanfaatkan sistem informasi biaya yang sangat
bermanfaat
untuk mengurangi biaya dan penentuan secara akurat harga pokok
produk/jasa.
Sistem ABC tidak hanya berfokus ke perhitungan harga pokok
produk/jasa,
namun mencakup perspektif yang lebih luas, yaitu pengurangan
melalui pengelolaan aktivitas. Perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang
biaya
serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba berkepentingan untuk
mengurangi biaya dalam pengelolaan aktivitas, sehingga perusahaan dan
organisasi tersebut membutuhkan sistem informasi biaya yang mampu
menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas.
Namun, ada beberapa perbedaan dasar antara perusahaan jasa dan
manufaktur. Perbedaan dasar antara perusahan jasa dan manufaktur adalah
pendefinisian keluaran. Untuk perusahaan manufaktur, keluaran mudah ditentukan
(produk-produk nyata yang di produksi), tetapi untuk perusahaan jasa,
pendefinisian keluaran lebih sulit. Keluaran untuk perusahaan jasa kurang nyata.
Keluaran harus didefinisikan sehingga keluaran dapat dihitung harganya.
Dalam hal ini, kita berbicara mengenai perusahaan jasa hotel. Keluaran
dari hotel atau produk dari hotel adalah pelanggan yang tinggal dan menginap di
hotel tersebut. Oleh karena itu hotel dapat dikatakan sebagai perusahaan jasa yang
mempunyai banyak produk, karena hotel menawarkan berbagai macam jenis
kamar dan juga berbagai macam jenis pelayanan. Selama tinggal di hotel,
pelanggan akan mengkonsumsi jenis jasa yang berbeda.
37
Komponen biaya dalam hotel yang dapat menunjang perhitungan Activity
Based Costing:
1. Biaya kamar terdiri dari :
a. Biaya Listrik
b. Biaya housekeeping (biaya untuk pengadaan sewa kamar)
2. Biaya makanan dan minuman
3. Biaya telepon dan faksimili
4. Biaya administrasi
5. Biaya lain-lain
Untuk mengilustrasikan Activity Based Costing, difokuskan pada satu jenis
jasa yang disediakan yaitu menginap di hotel. Aktivitas yang berhubungan dengan
jasa penginapan kamar adalah tingkat hunian (occupancy rate), pemberian makan
pagi (breakfast), dan petugas di hotel (room boy). Informasi biaya dari aktivitas
berikut adalah:
Activity
Annual Cost
Occupancy & breakfast
Rp. 10,000,000
Room boy
Rp. 10,000,000
Activity Driver
Annual Quantity
Pelanggan menginap berapa hari (kamar yang terjual)
10,000
Jam kerja petugas di hotel (room boy)
50,000
Activity pool rate adalah Rp. 1,000 (Rp. 10,000,000 : 10,000) per pelanggan dan
Rp. 200 (Rp. 10,000,000 : 50,000) untuk biaya gaji petugas per jam.
38
Ada 3 tipe kamar yang mempunyai annual demand yang berbeda, yaitu:
Tipe kamar
Kamar yang terjual
Jam kerja petugas
Standard
7,000
17,500
Deluxe
2,000
12,500
Suite
1,000
20,000
Total
10,000
50,000
Metode
tradisional
akan
membebankan
biaya
per
hari
dengan
menjumlahkan total cost dibagi dengan berapa hari pelanggan menginap, yaitu:
.,,.,,
,
= Rp. 2,000
Jadi setiap jenis kamar dapat dibebankan dengan harga Rp. 2,000.
Sedangkan dengan menggunakan metode Activity Based Costing dapat
menghitung product costing dari tiap jenis kamar yang berbeda.
Jenis kamar
Standard
Deluxe
Suite
Room Rate
(.,,)(., )
,
(.,,)(., )
,
(.,,)(..)
,
= Rp. 1,500
= Rp. 2,250
= Rp. 5,000
Download