Implementasi Registrasi Dan Praktik Perawat Di Ruang Rawat Inap

advertisement
Implementasi Registrasi Dan Praktik Perawat Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi
Dikaitkan Dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RINomor 1239/Menkes/SK/XI/2001
Tentang Registrasi Dan Praktik Perawat
Rosliana Dewi*
[email protected]
STIKES Kota Sukabumi
ABSTRAK
Keperawatan merupakan profesi dalam dunia kesehatan. Sebagai profesi,
pelayanan yang diberikan harus profesional, sehingga para perawat harus memiliki
kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode
etik dan moral profesi. Hal ini dimanifestasikan melalui praktik profesi yang diatur
dalam suatu ketetapan hukum, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239 /
MENKES / SK / XI / 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Sehingga
diharapkan perlindungan hukum dan masyarakat terjamin melalui akuntabilitas perawat
dalam praktik. Kepmenkes ini perlu diimplementasikan di setiap rumah sakit termasuk
RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana hak dan kewajiban
perawat dalam praktik keperawatan di rumah sakit berdasarkan Peraturan Perundangundangan, apakah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001
telah memberikan perlindungan hukum bagi perawat dan bagaimana implementasi
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan
praktik perawat di Ruang Rawat Inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana hak dan kewajiban
perawat dalam praktik keperawatan di rumah sakit berdasarkan Peraturan PerundangUndang, mengetahui fungsi Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1239/Menkes/SK/XI/2001 dalam memberikan perlindungan hukum bagi perawat dan
mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat di Ruang Rawat
Inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
Metode pendekatan yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normatif
yaitu dengan melakukan penelaahan hukum melalui studi kepustakaan dan wawancara
untuk memperoleh data sekunder dan primer.
Hasil penelitian menyatakan kewajiban perawat memiliki SIP, SIK dan SIPP,
meningkatkan kemampuan keilmuan bidang keperawatan, menghormati hak pasien,
merujuk kasus yang tidak dapat ditanganinya, meyimpan rahasia pasien, memberikan
informasi kepada pasien, meminta persetujuan tindakan keperawatan dan melakukan
mendokumentasian asuhan keperawatan yang baik, sedangkan hak perawat meliputi
hak jaminan perlindungan terhadap resiko kerja, hak diperlakukan adil, hak imbalan
jasa pelayanan keperawatan, hak mendapat perlindungan hukum, hak mendapatkan
informasi dari pasien, hak mengembangkan karier sesuai profesinya, dan hak
meningkatkan pengetahuan berdasarkan iptek bidang keperawatan.
Fungsi Permenkes RI No. 1239 tahun 2001 belum dapat melindungi perawat
secara hukum karena kedudukannya sangat lemah dalam hirarki hukum. Seharusnya
praktik perawat diatur dalam sebuah undang-undang sehingga dengan aturan hukum
yang lebih tinggi dan kuat maka kualitas dan pelayanan keperawatan termasuk juga
sanksi bagi perawat yang tidak melaksanakan tugas sesuai kewenangannya akan
berjalan lebih baik.
Implementasi Permenkes RI No 1239 tahun 2001 di Ruang Rawat Inap RSUD
R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi belum berjalan baik yaitu adanya pelanggaran
hukum administrasi dalam hal kepemilikan SIP, SIK dan SIPP, pengumpulan angka
kredit perawat, laporan unsur pimpinan RS terhadap perawat yang berpraktik, tidak ada
sanksi administrasi terhadap pelanggaran. Sedangkan implementasi berjalan baik dalam
hal menghormati pasien, memberikan asuhan keperawatan sesuai standar profesi dan
kewenangannya, dan membuat dokumentasi asuhan keperawatan serta selalu mengikuti
perkembangan iptek bidang keperawatan secara terus menerus.
ABSTRACT
Nursing is a health profession, therefore the service given has to be in a
professional way,the nurses must be competent, have adequate nursing practice
standard,have high moral profession and have code of ethics, those mentioned above
are manifested in profession practice ruled by legal decree of health minister
numbered 1239/Menkes/SK/X1/2001on nursing practice and registration, the aim of
the decree is to give legal guarantee to public society through nurse’s accountability
and the legal decree needs to be implemented in every hospital including at R.
Syamsudin, SH Hospital Sukabumi.
This research focuses on how nurses right and duties are practiced in a hospital
based on law, has the legal
decree of health minister numbered
1239/Menkes/SK/X1/2001, given a legal protection to nurse and on the
implementation
of
legal
decree
of
health
minister
numbered
1239/Menkes/SK/X1/2001 on registration and nursing practice which is directly
applied at nursing rooms of R. Syamsudin, SH hospital Sukabumi.
The objective of this research are to find out how nurses, right and duties are
practiced in hospital based on law, and to find out how the legal decree of health
minister numbered 1239/Menkes/SK/X1/2001 on registration and nursing care is
implemented at nursing room of R. Syamsudin, SH hospital sukabumi.
Approching method used is a normative judicial research method by doing law
analysis through bibliography study and interviewto obtain some primary and
secondary datas.
The results are that nurses must have SIP, SIK and SIPP, they must improve their
nursing knowledge, be aware of patient’s rights, refer unsolved case, keep patient’s
secret, give necessary information to patient, discuss to reach an agreement before
doing nursing practice,perform and document a well-nursing care, and nurses rights
include right to protection against occupational hazard, right to justice, right to
haverepayment of nursing service, right to legal protection, right to obtain some
necessary information from patient, right to improve their career, and right to
improve their knowledge based on nursing science and technology.
The role of legal decree of health minister numbered 1239/Menkes/SK/X1/2001 is
still in weak position viewed from legal aspect, it is therefore unable yet to protect
nurses legally. Nursing practice should be ruled by higher and more established law
level to make nursing and service quality and sanction better.
The legal decree of health minister numbered 1239/Menkes/SK/X1/2001 is not
yet well implemented at nursing room of R. Syamsudin, SH hospital sukabumi due to
some infractions of rules of administration are found such as the property of SIP, SIK
and SIPP, the infractions of nurses credit figures, infractions of report from hospital
management to incharge nurse, and no administration sanction-against infractions
mentioned above, on the contrary the things like patient treatment, nursing care based
on profession standard and accountability, and the documentation of nursing care, and
the improvement of nursing science and technology are well implemented.
I. PENDAHULUAN
Keperawatan menyatakan dirinya sebagai suatu profesi dimulai pada saat
Lokakarya Nasional Keperawatan I tahun 1983 dan kemudian memperoleh dasar
hukumnya melalui keluarnya Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan, serta Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239 tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktik Perawat. maka pada setiap anggota keperawatan
yang telah diakui sebagai profesi itu melekat tanggung jawab (responsibility) dan
tanggung gugat (accountability) atas segala keputusan dan tindakannya di dalam
lingkup peran dan fungsinya sebagai perawat.
Melalui Seminar Nasional Keperawatan I (1983), dirumuskan pengertian
keperawatan yaitu suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga atau masyarakat yang sehat
maupun sakit yang mencakup siklus hidup manusia.1
Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan.
Sebagai profesi, pelayanan yang diberikan harus profesional, sehingga para
perawat harus memiliki kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan,
serta memperhatikan kode etik dan moral profesi agar masyarakat menerima
pelayanan dan asuhan keperawatan yang bermutu. Keperawatan sebagai profesi
dimanifestasikan antara lain melalui praktik profesi yang diatur dalam suatu
ketetapan hukum, yaitu Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239 /
MENKES / SK / XI / 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat. Dengan
demikian diharapkan perlindungan hukum dan masyarakat terjamin melalui
akuntabilitas perawat dalam praktik.
Apabila melihat realita yang ada, dunia keperawatan di Indonesia masih
memprihatinkan. Fenomena “gray area” pada berbagai jenis dan jenjang
keperawatan yang ada maupun dengan profesi kesehatan lainnya masih sulit
dihindari. Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI, 2005) menunjukkan bahwa
terdapat perawat yang menetapkan diagnosis penyakit (92,6%), membuat resep
obat (93,1%), melakukan tindakan pengobatan di dalam maupun di luar gedung
Puskesmas (97,1%), melakukan pemeriksaan kehamilan (70,1%), melakukan
pertolongan persalinan (57,7%), melaksanakan tugas petugas kebersihan (78,8%),
dan melakukan tugas administrasi seperti bendahara, dll (63,6%).2
Keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239 tahun 2001
tentang Registrasi dan Praktik Perawat lebih mengukuhkan perawat sebagai
1
La Ode Jumadi Gaffar, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta, 1999, hlm. 1.
Yudi Ariesta Candra, Pentingnya Undang-Undang keperawatan, http://pemikirulung.multiply.com/journal,
diakses tgl 14 Oktober 2008.
2
profesi di Indonesia. Kewenangan perawat dalam menjalankan tugas profesi diatur
dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan tersebut sehingga perawat mempunyai
legitimasi dalam menjalankan praktik profesinya. Seorang perawat harus
menyadari bahwa terbitnya Kepmenkes RI Nomor 1239 tahun 2001 bukan
merupakan keberhasilan perawat sebagai tenaga profesional secara otomatis,
tetapi harus dijadikan motivasi bagi tenaga perawat untuk meningkatkan
kompetensi, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Pemberian ijin praktik bagi perawat merupakan manifestasi dari UndangUndang Kesehatan RI No. 23 tahun 1992, pasal 53 ayat 1, tentang hak
memperoleh perlindungan hukum, yaitu : ”Tenaga kesehatan berhak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”. Dan
ayat 2, tentang perlindungan/melindungi hak pasien, yaitu : ”Tenaga kesehatan
dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien”.
Kewenangan memiliki dua aspek yaitu kewenangan formil dan materiil.
Kewenangan materiil diperoleh sejak memperoleh kompetensi dan kemudian terregistrasi dan mendapatkan SIP (Surat Ijin Perawat). Kewenangan formil
adalah ijin kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi, yaitu SIK
(Surat Ijin Kerja) bila bekerja dalam suatu institusi dan SIPP (Surat Ijin Praktik
Perawat) bila praktik pribadi/berkelompok. Kewenangan perawat adalah
kewenangan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sedangkan kewenangan
melaksanakan tindakan medis hanya diperoleh bila ada pelimpahan wewenang
dari tenaga medis, baik langsung maupun melalui SOP. Sedangkan kewenangan
perawat melakukan tindakan di luar kewenangan disebut “Good Samaritan Law”
melakukan tindakan yang bersifat pertolongan atas itikad baik (Kepmenkes No.
1239 Pasal 20).3
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi
berdiri pada areal tanah seluas 4,8 hektar dengan beralamat di Jalan Rumah Sakit
No. 1 Kelurahan Cikole Kecamatan Cikole Kota Sukabumi. RSUD R. Syamsudin,
SH Kota Sukabumi merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah Kota
Sukabumi, yang pada tahun 1995 sesuai dengan SK Menteri Dalam Negeri
Nomor 445.32-208 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Swadana. Pada tahun 2003
Mendapat sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan status akreditasi penuh
untuk 12 pelayanan meliputi : administrsi manajemen, pelayanan medis,
pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis, farmasi, K3,
radiolog, laboratorium, kamar operasi, pengendalian infeksi di Rumah Sakit
dan perinatal resiko tinggi, sesuai dengan SK Ditjen Yan Medik Nomor :
00.03.2.2.154 tanggal 27 Januari 2003. Menurut data dari bagian Kepegawaian
RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi tahun 2008 jumlah perawat yang
bertugas di ruang rawat inap sebanyak 218 orang, dengan kualifikasi pendidikan
lulusan Sekolah Perawat Kesehatan 6 orang ( 2.75 %) orang, lulusan D3
Keperawatan 206 orang ( 94, 50 %) orang dan lulusan Strata 1 Keperawatan 6
orang ( 2,75 %) orang. Menurut Koordinator Komite Keperawatan RSUD R.
Syamsudin, SH Kota Sukabumi Perawat yang memiliki Surat Ijin Perawat (SIP)
sebanyak 86 orang ( 39, 45 %), dan 3 orang
( 1, 38 %) perawat yang memiliki
Surat Ijin Kerja (SIK).
Berdasarkan pengamatan peneliti di ruangan rawat inap, tugas perawat
lebih banyak pada tugas-tugas rutin seperti menyuntik, ganti balutan dan
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan yang dibuat sesuai dengan standar disetiap ruangan perawatan masih
rendah.Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dan sebagai salah satu
tenaga keperawatan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul ”Implementasi Registrasi Dan Praktik Perawat Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, Sh. Kota Sukabumi Dikaitkan Dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1239/Menkes/Sk/Xi/2001 Tentang
Registrasi Dan Praktik Perawat.
II. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana hak dan kewajiban perawat dalam praktik keperawatan di rumah
sakit berdasarkan Undang-Undang.
2. Bagaimana implementasi Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi?
3. Apakah Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 telah
memberikan perlindungan hukum bagi perawat?
III. TUJUAN
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang
hendak dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban perawat dalam praktik keperawatan di
rumah sakit berdasarkan Undang-Undang..
2. Untuk mengetahui implementasi Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat di Ruang
Rawat Inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
3. Untuk mengetahui peran Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1239/Menkes/SK/XI/2001 terhadap perlindungan hukum bagi perawat.
IV. PEMBAHASAN
Kewajiban perawat dalam praktik merupakan suatu perbuatan dalam
menjalankan tugas praktik dan yang harus di penuhi oleh perawat. Pemenuhan
kewajiban perawat tersebut sebagai suatu hasil dari implementasi kebijakan
registrasi dan praktik perawat. Kewajiban perawat tertulis pada Kepmenkes RI
nomor 1239 tahun 2001, seperti dalam pasal 8 tentang perijinan, Perawat
berkewajiban memiliki SIK dan SIPP. Pasal 13 perawat berkewajiban
meningkatkan kemampuan keilmuan dan /atau keterampilan bidang keperawatan
melalui pendidikan dan /atau pelatihan. Pasal 16 perawat berkewajiban
menghormati pasien, merujuk kasus yang tidak dapat di tangani, menyimpan
rahasia pasien, memberikan informasi, meminta persetujuan tindakan, melakukan
catatan perawatan yang baik. Kewajiban perawat merupakan suatu bentuk
tanggung jawab dalam menjalankan suatu tugas /pekerjaan, kewajiban ini sebagai
akibat dari adanya suatu perjanjian. Perjanjian pelayanan keperawatan adalah
perbuatan hukum antara perawat dengan pasien yang saling mengikat, dapat
menimbulkan hak dan kewajiban. Perjanjian dalam pelayanan keperawatan adalah
upaya yang dilakukan perawat dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin
agar tercapai tujuan asuhan keperawatan yang telah disepakati, sedang
keberhasilannya tidak dipersyaratkan. Sejalan dengan pernyataan tersebut diatas
tentang kewajiban perawat, bahwa timbulnya kewajiban tenaga kesehatan
disebabkan karena : (1) ditetapkan oleh peraturan /perundang-undangan, dan (2)
akibat dari adanya suatu hubungan hukum /perjanjian perawatan.
Namun bila dibandingkan dengan hasil wawancara dan diskusi terfokus,
bahwa kewajiban registrasi dan praktik perawat masih ada yang belum
dilaksanakan. Kewajiban perawat adalah hal/pekerjaan yang harus dilakukan
sesuai dengan kewenangan yang diperoleh, kewajiban itu sediri tidak hanya
sekedar menjalankan pekerjaan yang diberikan tetapi bagaimana pekerjaan itu
dikerjakan sesuai dengan batas kewenangan agar dapat dipertanggung jawabkan.
Kewajiban registrasi perawat sesuai dengan Kepmenkes RI adalah lisensi SIP,
SIK dan SIPP. Kewajiban registrasi perawat di ruang rawat inap RSUD R.
Syamsudin, SH Kota Sukabumi baru pada tahap sebagian perawat terdaftar
sebagai tenaga kesehatan yang dapat bekerja di seluruh wilayah Indonesia, belum
berhak untuk melaksanakan asuhan keperawatan/tindakan keperawatan di
pelayanan kesehatan atau melakukan praktik perorangan/berkelompok, dibuktikan
dengan kepemilikan SIP yang tidak semua dimiliki perawat dan tidak semua
perawat yang telah memiliki SIP mempunyai SIK dan SIPP. Surat izin perawat
(SIP) diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi sesuai dengan Kepmenkes No 1239
Tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat dan prosedur tetap permohonan
penerbitan surat izin bagi tenaga kesehatan di Propinsi Jawa Barat Tahun 2008.
Perawat di ruang rawat inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi masih
banyak yang belum memiliki surat ijin kerja (SIK), dalam Kepmenkes No 1239
Tahun 2001 surat ijin kerja diperoleh dari Dinas Kesehatan setempat. Penerbitan
SIK dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan persyaratan
yang telah ditentukan: (1) fotocopy SIP, (2) Surat keterangan sehat dari dokter, (3)
Pas foto, (4) Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan, dan (5) surat
rekomendasi dari organisasi profesi.
Selain kewajiban registrasi perawat memiliki kewajiban dalam praktik
perawatan. Praktik perawatan adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam
memenuhi kebutuhan dasar pasien, dengan menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan. Sedangkan kewajiban menghormati hak pasien, memberikan asuhan
keperawatan sesuai standar profesi dan batas kewenangannya, memberikan
informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan kepada klien/keluarga,
membuat dokumentasi asuhan keperawatan, mengikuti perkembangan iptek
bidang keperawatan secara terus menerus dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan sesuai standar profesi keperawatan telah terpenuhi di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi. Pada Praktik
perawat di Amerika dilakukan oleh perawat lulusan baccalaureate perawatan,
yang menempuh pendidikan rata-rata 4 tahun di Universitas. Di Indonesia praktik
perawatan dilakukan oleh perawat lulusan sekolah perawat kesehatan (SPK), D3
keperawatan, S1 Keperawatan (ners), S2 Keperawatan dan S3 Keperawatan.
Keanekaragaman pendidikan dengan kewenangan yang sama pada semua tingkat
pendidikan pada praktik perawatan, menyulitkan perbedaan perawat vokasional
dan profesional. Kewenangan praktik perawatan harus diatur sesuai dengan
tingkat pendidikan dimana PPNI mengatur kewenangan perawat berdasarkan 5
jenjang karir praktik keperawatan. Kewajiban perawat dalam praktik masih belum
dilaksanakan secara maksimal oleh perawat karena (1) pengawasan langsung
tentang izin praktik masih belum dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Izin melakukan
praktik perawat harus dimiliki bagi perawat yang melaksanakan praktik pada
tempat pelayanan kesehatan, izin praktik menujukkan legalitas perawat dapat
diakui. Status legalisasi perawat memberikan kewenangan yang luas dalam
praktik (2) Pengawasan pelaksanaan asuhan tidak dilakukan oleh komite
keperawatan karena kebijakan institusi rumah sakit tentang penerapan asuhan
keperawatan tidak ditemukan. (3) Penetapan standar profesi belum mendapatkan
pengesahan sehingga perlindungan hukum dalam praktik perawatan menjadi
lemah. Keberadaan standar dalam pelayanan keperawatan akan memberikan
manfaat terhadap pengukuran mutu dan menjamin keselamatan pasien dan
petugas penyedia layanan kesehatan.
Sejalan dengan pemenuhan tugas dan kewajiban perawat maka akan
diperoleh hak perawat, hak sebagai kepemilikan untuk mendapatkan sesuatu.
Pemenuhan hak perawat merupakan hasil dari implementasi kebijakan registrasi
dan praktik perawat. Sesuai dengan hasil wawancara dan diskusi terfokus hak
perawat sebagian belum terpenuhi. Pemenuhan hak perawat dalam melakukan
praktik sesuai dengan kewenangannya tidak maksimal, kenyataan dilapangan
kewenangan yang paling dominan adalah kewenangan dependen, tugas perawat
lebih banyak melaksanakan pemenuhan tugas berdasarkan order dari dokter, juga
di dalam fungsional perawat adalah fungsi pelaksanaan program pengobatan,
masih sedikitnya tugas dan fungsi kewenangan mandiri dari perawat,
mengakibatkan praktik perawatan menjadi lemah. Tidak terpenuhinya praktik
berdasarkan kewenangan perawat akibat dari belum ada standar praktik perawatan
yang belum mendapatkan pengesahan, dan belum diterapkan sistem model praktik
keperawatan profesional disetiap ruangan.
Hubungan pemenuhan hak perawat dengan implementasi kebijakan
registrasi dan praktik, sangat tergantung pada kebijakan langsung dari pimpinan
institusi rumah sakit, kebijakan pimpinan instansi rumah sakit bersumber pada
Peraturan Pemerintah daerah yang sudah di tetapkan. Di dalam Perda berdasarkan
juknis bahwa hak perawat tidak diatur secara tegas dan terperinci. Menurut
Etzioni (Monic, 1998) menyatakan bahwa kekuasaan posisi berasal dari dalam
sebuah organisasi. Pendapat lain menyatakan bahwa kekuasaan posisi seseorang
mungkin berhubungan dengan jumlah wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan kepada dan /atau diambil dari atasannya Hersey, Banchard. Aspek
penting kekuasaan posisi adalah otoritas, Moloney (Monic, 1998) menyatakan
bahwa otoritas sebagai proses dimana seorang pegawai membuat seorang
bawahan untuk bertindak dalam cara yang diinginkan, dengan kata lain otoritas
diberikan kepada seorang pimpinan ini merupakan hak yang sah. Pemenuhan hak
perawat juga tergantung dari legitimasi atau pengakuan perawat sebagai profesi,
pengakuan perawat tersebut masih lemah karena tergantung pada profesi lain,
sehingga hak perawat juga tergantung dari dokter yang memberikan delegasi
kepada perawat. Dokter mempunyai otoritas pelayanan medis, dan pelayanan di
rumah sakit, dan otoritas ini menjadikan sumber kekuasaan untuk mempengaruhi
hak perawat dalam pelayanan.
Menurut data dari bagian Kepegawaian RSUD R. Syamsudin, SH Kota
Sukabumi tahun 2008 jumlah perawat yang bertugas di ruang rawat inap sebanyak
218 orang, dengan kualifikasi pendidikan lulusan Sekolah Perawat Kesehatan 6
orang ( 2.75 %) orang, lulusan D3 Keperawatan 206 orang ( 94, 50 %) orang dan
lulusan Strata 1 Keperawatan 6 orang ( 2,75 %) orang. Menurut Koordinator
Komite Keperawatan RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi Perawat yang
memiliki Surat Ijin Perawat (SIP) sebanyak 86 orang ( 39, 45 %), dan 3 orang ( 1,
38 %) perawat yang memiliki Surat Ijin Kerja (SIK), serta belum ada satu
perawatpun yang memiliki SIPP.
Perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin,
SH Kota Sukabumi masih banyak yang belum memahami aplikasi hukum
kesehatan dan sebagian besar perawat yang praktik tersebut melakukan
pelanggaran terhadap hukum administrasi, yaitu tidak memiliki SIP, SIK dan SIPP
yang merupakan syarat administrasi yang harus dipenuhi apabila perawat
melakukan praktik di rumah sakit ataupun praktik pribadi di rumah. Tidak
sampainya informasi- informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan registrasi dan
praktik perawat karena rendahnya koordinasi yang terjadi antara anggota PPNI,
PPNI Kota Sukabumi serta Dinas Kesehatan Kota Sukabumi dan Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Barat.
Sedangkan tindakan menghormati hak pasien, memberikan asuhan
keperawatan sesuai standar profesi dan batas kewenangannya, memberikan
informasi yang adekuat tentang tindakan keperawatan kepada klien/keluarga,
membuat dokumentasi asuhan keperawatan, mengikuti perkembangan iptek
bidang keperawatan secara terus menerus dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan sesuai standar profesi keperawatan telah terpenuhi di ruang rawat
inap Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi. Perawat di
ruang rawat inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi dalam melaksanakan
praktik keperawatan telah melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan.Tindakan keperawatan meliputi :
intervensi keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan, dan konseling
kesehatan.
Mengumpulan angka kredit perawat didalam Kepmenkes No. 1239 Tahun
2001 tentang registrasi dan praktik perawat seharusnya ditetapkan oleh organisasi
profesi yaitu PPNI tetapi pelaksanaannya di RSUD R. Syamsudin, SH
dilaksanakan oleh bagian kepegawaian. Angka kredit tersebut dikumpulkan dari
kegiatan pendidikan dan kegiatan ilmiah tetapi organisasi profesi PPNI tidak
melakukan bimbingan dan dorongan untuk mencapai angka kredit tersebut.
Pada Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 tentang registrasi dan praktik
perawat pasal 28 dinyatakan bahwa pimpinan RS melaporkan perawat yang
melakukan praktik atau yang berhenti melakukan praktik pada sarana pelayanan
kesehatannya pada Kepala Dinas Kota/Kabupaten, tetapi di RSUD hal tersebut
tidak dilakukan oleh pimpinanan RS. Dan pimpinan sarana pelayanan/RS yang
tidak melaporkan perawat yang berpraktik pada sarana pelayanan kesehatannya
atau memperkerjakan perawat tanpa ijin tidak mendapat saknsi administrasi
apapun seperti yang tercantum dalam pasal 39 Kepmenkes No 1239 Tahun 2001
tentang registrasi dan praktik perawat.
Langkah yang diambil selanjutnya untuk melihat gambaran implementasi
Kepmenkes No 1239 Tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat di ruang
rawat inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi adalah dengan melakukan
strategi dengan menggunakan instrumen analisis SWOT. Analisis SWOT
merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah,
terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan internal dan eksternal.
Melakukan analisis internal dan eksternal ini pada dasarnya terdapat 4 unsur yang
selalu kita miliki dan hadapi, yakni secara internal kita memiliki sejumlah
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) dan secara eksternal kita akan
berhadapan dengan berbagai peluang (opportunities) dan tantangan (threats).
Kegiatan dalam rangka analisis lingkungan ini lazim disebut environment
scanning yaitu kegiatan peneropongan lingkungan untuk mendapatkan gambaran
yang persis mengenai diri dan lingkungan kita.
Kekuatan :
1. Adanya struktur organisasi dan tata kerja serta tupoksi yang jelas.
2. Tersedianya kuantitas SDM yang memadai yaitu sebanyak 218 orang perawat
di ruang rawat inap RSUD R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi.
3. Lokasi RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi yang strategis dan mudah
dijangkau.
Kelemahan :
1. Kualitas SDM yang ada belum sesuai dengan kualifikasi yaitu dari sebanyak
218 orang perawat diruang rawat inap RSUD R. Syamsudin, SH terdiri dari
lulusan Sekolah Perawat Kesehatan 6 orang ( 2.75 %) orang, lulusan D3
Keperawatan 206 orang ( 94, 50 %) orang dan lulusan Strata 1 Keperawatan 6
orang ( 2,75 %) orang.
2. Volume, sarana, prasarana yang tersedia belum mencukupi untuk mendukung
kegiatan pelayanan kesehatan.
Peluang :
1. Adanya peraturan perundang-undangan yang dapat memperkuat
operasionalisasi pelaksanaan registrasi dan praktik perawat.
2. Kemampuan dan motivasi kerja yang tinggi perawat di ruang rawat inap
RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
Tantangan :
1. Rendahnya kesadaran hukum perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
R.Syamsudin, SH Kota Sukabumi.
2. Belum optimalnya koordinasi antar instansi/unit kerja yang terkait dalam
pelaksanaan registrasi dan praktik perawat.
3. Belum adanya sanksi yang tegas bagi para pelanggar ketentuan perundangan
yang berlaku dalam registrasi dan praktik perawat.
Berdasarkan kepada analisis lingkungan internal (ALI) dan analisis
lingkungan eksternal (ALE) dapat diketahui bahwa tantangan-tantangan dalam
penerapan Kepmenkes No 1239 Tahun 2001 tentang registrasi dan praktik
perawat di Ruang Rawat Inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi yakni :
1. Kurangnya kesadaran hukum perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
R.Syamsudin, SH Kota Sukabumi tentang pentingnya memiliki SIP, SIK dan
SIPP dalam melaksanakan praktik keperawatan.
2. Belum optimalnya koordinasi dengan instansi terkait dalam membuatan SIP,
SIK dan SIPP, yaitu organisasi Profesi PPNI dan Dinas Kesehatan Kota
Sukabumi dan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.
3. Belum adanya sanksi yang tegas bagi para pelanggar ketentuan perundangan
yang berlaku dalam registrasi dan praktik perawat.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, maka Kepmenkes No. 1239
Tahun tentang registrasi dan praktik perawat menurut penulis sudah saatnya harus
diubah atau diperbaiki dengan penetapan peraturan perundangan-undangan yang
lebih tinggi sehingga dapat memberikan perlindungan hukum bagi perawat.
Perlindungan terhadap hukum bagi perawat masih belum terpenuhi.
Perawat masih dijadikan objek dalam kesalahan atau kelemahan pelayanan karena
lemahnya kewenangan perawat sehingga perlindungan hukum tidak didapatkan.
Ketetapan perlindungan hukum perawat terdapat pada peraturan Kepmenkes RI
nomor 1239 tahun 2001 dan Peraturan pemerintah tentang Tenaga kesehatan
nomor 32 tahun 1996. Pasal 23 (1) perlindungan hukum diberikan pada tenaga
kesehatan yang melakukan tugas sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
Komite perawatan masih belum memberikan advokasi terhadap hak perawat, dan
tidak ada upaya pembinaan hukum pada tingkat daerah oleh PPNI. Kedudukan
Kepmenkes sangat lemah dalam hirarki hukum. Bentuk hirarki dalam sistem
hukum yakni : (1)UUD / Konstitusi, (2) Undang-Undang /PERPU, (3) Peraturan
Pemerintah, (4) Peraturan Presiden, (5) PERDA; ( Tingkat I, II, Peraturan Desa).
Sedangkan Keputusan Menteri (Kepmen) dalam UU nomor 10 tahun 2004 hanya
sebagai acuan saja. Untuk itu kedudukan Kepmenkes RI nomor 1239 tahun 2001
tentang registrasi dan praktik perawat harus di dukung dengan PERDA sehingga
mempunyai kekuatan hukum.
V. KESIMPULAN
Dari uraian dan analisis implementasi Kepmenkes RI No 1239 Tahun
2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD R.
Syamsudin, SH Kota Sukabumi penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Kewajiban perawat merupakan suatu bentuk tanggung jawab dalam
menjalankan tugas atau pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
kewenangan yang diperoleh berdasarkan profesinya. Kewajiban perawat
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239 Tahun 2001
yaitu perawat berkewajiban memiliki SIP, SIK dan SIPP, meningkatkan
kemampuan keilmuan bidang keperawatan, menghormati hak pasien,
merujuk kasus yang tidak dapat ditanganinya, meyimpan rahasia pasien,
memberikan informasi kepada pasien, meminta persetujuan tindakan
keperawatan dan melakukan mendokumentasian asuhan keperawatan yang
baik.
2. Hak perawat merupakan hasil dari implementasi kebijakan registrasi dan
praktik perawat. Hak perawat meliputi hak jaminan perlindungan terhadap
resiko kerja, hak diperlakukan adil, hak imbalan jasa pelayanan
keperawatan, hak mendapat perlindungan hukum, hak mendapatkan
informasi dari pasien, hak mengembangkan karier sesuai profesinya, dan hak
meningkatkan pengetahuan berdasarkan iptek bidang keperawatan.
3. Implementasi Kepmenkes RI No 1239 Tahun 2001 tentang registrasi dan
praktik perawat di Ruang Rawat Inap RSUD R. Syamsudin, SH Kota
Sukabumi belum berjalan dengan baik dibuktikan dengan adanya
pelanggaran hukum admnistrasi dimana sebagian besar perawat tidak
memiliki SIP, SIK dan SIPP, dalam pengumpulan angka kredit perawat
masih dilakukan oleh bagian kepegawaian RS bukan oleh organisasi profesi
perawat, selain itu tidak adanya laporan dari unsur pimpinan RS terhadap
perawat yang berpraktik ditempatnya bekerja kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi dan tidak mendapat sanksi administrasi apapun
terhadap pelanggaran tersebut. Sedangkan implementasi berjalan baik dalam
hal menghormati pasien, memberikan asuhan keperawatan sesuai standar
profesi dan kewenangannya, dan membuat dokumentasi asuhan keperawatan
serta selalu mengikuti perkembangan iptek bidang keperawatan secara terus
menerus.
4. Peran Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1239 Tahun 2001 tentang
registrasi dan praktik perawat belum sepenuhnya dapat melindungi perawat
secara hukum karena kedudukan Kepmenkes sangat lemah dalam hirarki
hukum. Seharusnya praktik perawat diatur dalam sebuah undang-undang
sehingga dengan aturan hukum yang lebih tinggi dan kuat maka kualitas dan
pelayanan keperawatan termasuk juga sanksi bagi perawat yang tidak
melaksanakan tugas sesuai kewenangannya akan berjalan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU :
Alexandra Indrayanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book
Publisher, Yogyakarta, 2008.
Ann Helm, Malpraktik Keperawatan : Menghindari Masalah Hukum, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2006.
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter,
Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta, 2007.
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT Suryandaru
Utama, Semarang, 2005, hlm. 129.
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, diterjemahkan oleh Raisal Muttaqien, Teori
Hukum Murni : Dasar-dasar ilmu hukum normatif, Nusa Media,
Bandung, 2008
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan
Hukum Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1998
I Nyoman Sumaryadi, Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah,
Citra Utama, Jakata, 2005.
Ishaq , Dasar-dasar Ilmu Hukum , Sinar Grafika: Jakarta, 2008.
Jimly Asshiddiqie dan Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum,
Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta,
2006.
Julianus Ake, Malpraktik dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2003.
Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, EGC:
Jakarta, 1999.
Kusnanto, Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004.
La Ode Jumadi Gaffar, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta,
1999.
Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia Publishing,
Malang, 2004.
Mimin Emi Suhaemi, Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2004.
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangan, PT
Alumni, Bandung, 2006.
M. Sofyan Lubis & Muhammad Harry, Konsumen & Pasien Dalam Hukum
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2008.
Nila Ismani, Etika Keperawatan, Widya Medika, Jakarta, 2001.
Patricia A. Potter dan Anne G. Perry, Fundamental Of Nursing : Concepts,
Proses & Practice, Mosby Year Book, St. Louis Missouri, 1997.
Patricia W. Hikey, Nursing Process Handbook, The C.V Mosby Company, St.
Louis, Philadelpia, Baltimore, Toronto, 1990.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006, hlm. 21.
Robert Priharjo, Praktik Keperawatn Profesional Konsep Dasar & Hukum,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004.
R. Soeroso , Pengantar Ilmu Hukum , Sinar Grafika: Jakarta, 2007.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu
Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2007.
Sri Praptianingsih , Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit , PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2006.
Tim Departemen Kesehatan RI, Konsep Dan Proses Keperawatan, Persatuan
Perawat Indonesia, Jakarta, 1994.
TIM Pengembangan Keperawatan PPNI Jawa Barat, Standar Kompetensi
Perawat Profesional, PPNI Jawa Barat, Bandung, 2003.
----------------------------------------------------------------,
Standar
Praktik
Keperawatan, PPNI Jawa Barat, Bandung, 2003.
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Mandar Maju : Bandung,
2001.
W. Riawan Tjandra, Dinamika Peran Pemerintah dalam Perspektif Hukum
Administrasi, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2004.
Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan : Problem dan Upaya Pembenahan, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2009.
Y.A Triana Ohoiwutun, Bunga Rampai Hukum Kedokteran (Tinjauan dari
Berbagai Peraturan Perundangan dan UU Praktik Kedokteran),
Bayumedia Publishing, Malang, 2007
Zainuddin , Filsafat Hukum , Sinar Grafika: Jakarta, 2006.
2. JURNAL :
Bambang Hartono, Permasalahan dalam Operasional Kebijakan Menteri
Kesehatan, Jurnal Hukum Kesehatan, Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Kesehatan, Jurnal Hukum Kesehatan Vol. 1 No. 2 Tahun
2008.
H.A. Djaelani, Pelimpahan Kewenangan dalam Praktik Kedokteran Kepada
Perawat Bidan Secara Tertulis Dapat Mengeliminasi Tanggung Jawab
Pidana & Perdata, Jurnal Hukum Kesehatan, Biro Hukum dan
Organisasi Departemen Kesehatan, Vol. 1 No. 1, 2008
Agus Purwadianto, Hukum Responsif Paradigma Hukum Kesehatan, Jurnal
Hukum Kesehatan, Biro Hukum dan Organisasi Departemen
Kesehatan, Vol. 1 No. 1, 2008
Roberia, Nursal, dan Ali Usman, Pelayanan Surat Izin Praktik Dokter
(Analisis Yuridis Konsep Pelayanan Perizinan Terpadu Di Daerah
Dengan Pelayanan Perizinan Dokter Menurut UU Praktik
Kedokteran), Jurnal Hukum Kesehatan , Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Kesehatan, Vol. 1 No. 2, 2008, hlm. 50.
3. INTERNET :
Agus
Hamonangan,
Keperawatan
Tidak
Identik
dengan
RS,
www.kompas.com, 8 November 2008
Media Informasi IDI Jakarta Barat, Aspek Hukum Dalam Pelayanan
Keperawatan , www.idijakbar.com, 14 Oktober 2008.
Rancangan Undang-Undang RI tentang Praktik Keperawatan, Diponegoro
Nurses Association, www. Google.com , 19 Mei 2008.
Yudi Ariesta Candra, Pentingnya Undang-Undang keperawatan, www.
Google.com, 14 Oktober 2008.
Oknurse,
Kasus
Malpraltik
Bisa
Dikenakan
Pada
Perawat,
http://oknurse.wordpress.com., diakses tgl 28 Agustus 2009.
4. PERATURAN PEMERINTAH :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang –undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1239/Menkes/SK/XI/2001Tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
Download