BAB II Tinjauan Pustaka

advertisement
7
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Flume tank
Flume tank atau tangki air berarus adalah sebuah bentuk konstruksi alat yang
dapat menampung air dalam jumlah tertentu dan dapat digunakan sebagai alat
pengamatan yang dilengkapi dengan arus air yang terkontrol (Arnold 1969). Menurut
Ward (2002), swim tunnels laboraturium berfungsi sebagai alat untuk mempelajari
fisologis dan respon ikan terhadap kondisi lingkungan yang terkendali. Flume tank
telah digunakan untuk meneliti banyak aspek dari biologi ikan seperti: menilai
kualitas ikan yang dihasilkan di hatcheries (Thomas et al. 1964 yang diacu dalam
Ward 2002; Bams 1967), tingkat respirasi (1981 Beamish; Bernatchez and Dodson
1985), efek dari perubahan suhu (Griffiths and Alderice 1972; Hocutt 1973; Berry
and Pimentel 1985; Pettersson, Pickova, Brannas 2010; Fisher and Green 2003),
tingkat metabolisme (Boeck et al. 2006; Regan et al. 2010; Fitzgibbon 2007; Chabot
2008) kecepatan renang (Fitzgibbon, Strawbridge dan Seymour 2007; Fisher 2004.
Wilson 2002; Nanami 2007; Purbayanto 1999) pergerakan ikan di sekitar struktur
pengalihan air (Peake et al. 1997; Toepfer, et al. 1999), dan perpindahan larva ikan
di sungai (Houde 1969; Meng 1993; Childs and Clarkson 1996).
Berbagai bentuk dan jenis tangki pengamatan telah dijelaskan oleh beberapa
ahli yang telah menggunakan alat tersebut dalam kegiatan penelitiannya. Bentuk dan
ukuran tangki pengamatan ini disesuaikan dengan kebutuhan pada pengamatan
tertentu saja, sehingga banyak sekali kekurangan yang didapatkan ketika ingin
digunakan untuk penelitian ataupun pengamatan aspek yang lainnya.
Beamish (1978) menjelaskan berbagai prosedur pengujian dan membahas
variabel. Uji kecepatan renang biasanya dilakukan di ruang pengujian (test
chambers) yang terdiri dari dua tipe dasar: ruangan yang berputar dan tipe lainnya,
dan air yang mengalir dalam ruangan yang tetap.
Meskipun banyak tipe swim tunnels berbeda yang telah dikembangkan,
mengevaluasi perubahan kapasitas renang baik ikan besar maupun ikan kecil dalam
alat yang sama adalah sulit. Kebanyakan ikan juvenile terlalu besar untuk diuji dalam
swim tunnels berarus gravitasi yang dirancang untuk larva ikan dan terlalu kecil
untuk diuji di swim tunnel yang dirancang untuk ikan dewasa (Beamis 1978).
8
Pernyataan Beamis tersebut di atas semakin dipertajam oleh Jonsson et al.
2006, bahwa flume tank menjadi alat penelitian yang semakin penting dalam ekologi
air, untuk menghubungkan biologis terhadap proses hydrodynamic. Belum ada
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai “flume tank standar”, dan tak ada flume tank
yang cocok untuk menjawab setiap jenis pertanyaan penelitian. Lebih lanjut beliau
membagi flume tank menjadi empat tipe desain dasar yaitu: straight, racetrack,
annular and field flumes
2.1.1 Jenis dan fungsi flume tank
Beberapa penelitian yang menggunakan tangki pengamatan antara lain
oseanografi, fisika fluida, biologi air, dinamika kapal dan masih banyak lagi.
Keragaman tujuan dan fungsi tangki pengamatan ini memberikan sebuah ide bagi
para peneliti untuk menciptakan tangki pengamatan yang multi fungsi. Penelitian
mengenai tingkah laku ikan yang cukup kompleks diharapkan dapat diamati dalam
satu tangki pengamatan yang sederhana. Tingkah laku ikan yang dapat dipelajari
dengan menggunakan tangki air diantaranya adalah pola dan kecepatan renang ikan,
kebiasaan dinamika berkelompok (schooling behaviour), laju respirasi, dan cara
memperoleh serta cara memakan makanan.
Bainbridge (1958) mengatakan bahwa beberapa penelitian mengenai
kecepatan renang ikan telah dilakukan dengan menggunakan tangki air yang sejenis
flume tank. Salah satu ikan yang diteliti kecepatan renangnya adalah ikan bleak yang
menggunakan circular tank atau tangki bundar dan masih banyak lagi penelitian
sejenis.
Berdasarkan sistem sirkulasi air, flume tank dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu sirkulasi secara horizontal, dan vertikal. Flume tank memiliki ukuran yang
beraneka ragam yang secara umum dapat dibagi menjadi menjadi tiga kategori yakni:
flume tank berukuran besar (>10m), sedang (5-10m), dan kecil/mini (<5m).
9
(a)
(b)
Sumber: a). http://physed.otago.ac.nz/about/images/facilities/flume_spec.gif
b). http://www.amhrc.edu.au/images/flumetank-overview.jpeg
Gambar 2 Bentuk dan jenis flume tank ukuran besar > 10 meter
10
(a)
(b)
Sumber: a). http://www.fhwa.dot.gov/research/tfhrc/labs/hydraulics/images/physmod11.jpg
b). http://www.umass.edu/fsi/Water%20Tunnel.jpg
Gambar 3 Bentuk dan jenis flume tank ukuran sedang 5 s/d 10 meter
11
(a)
(b)
Sumber: a). http://www.advancedaquarist.com/2002/1/aafeature_album/flow_tank_pic_by_Stan_Brown.jpg
b). http://www.loligosystems.com/upload/large/Swim_tunnel_complete.jpg
Gambar 4 Bentuk dan jenis flume tank ukuran kecil < 5 meter
2.1.2 Karakteristik flume tank
Binnie (1955) telah membuat alat tangki air yang menghasilkan arus air yang
beragam, namun arus air mengalir dengan gaya gravitasi yaitu arus yang terjadi
karena air mengalir dari tempat yang lebih tinggi. Kondisi ini mengakibatkan arus air
12
tidak dapat terkontrol, dalam artian bahwa arus air bergerak bebas dan terjadi
perbedaan kecepatan arus di tiap titik yang berbeda.
Menurut Arnold (1969), flume tank yang baik haruslah memenuhi beberapa
kriteria diantaranya adalah arus dapat merata, tidak ada gelembung udara, tidak
terjadi turbulensi air dan air mengalir secara kontinyu. Pembuatan flume tank yang
telah disesuaikan dengan kriteria tersebut akan dapat meminimalisasi ketidakstabilan
arus dalam pelaksanaan percobaan.
Turbulensi dan terbentuknya bubble atau gelembung udara dapat mengurangi
laju air dan akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan arus air yang dihasilkan.
Kecepatan arus air dapat merata dengan mengurangi benda-benda atau struktur yang
dapat menghambat laju air seperti dinding yang kasar, melengkapi pemerata arus
(current homogenizer/ current straighter), peletakan baling-baling dan sudut daun
baling-baling yang tepat serta masih banyak lagi.
2.2 Tingkah Laku Renang Ikan
2.2.1 Kecepatan renang
Informasi tentang kecepatan renang ikan merupakan hal yang penting dalam
meningkatkan efesiensi alat tangkap maupun untuk mendapatkan hasil tangkapan
yang selektif terhadap spesies dan ukurannya. Guna memperoleh efesiensi dan
efektivitas
dalam
rancang
bangun
alat
tangkap
dinilai
perlu
untuk
mempertimbangkan hal yang satu ini (Gunarso 1985). Selanjutnya menurut Drucker
dan Jensen,1996 dalam Purbayanto, Riyanto dan Fitri 2010, Kecepatan renang dan
ukuran
tubuh
ikan
sangat
penting
dalam
mendeterminasi
tingkah
laku
pergerakannya.
Menurut He (1989) bahwa kecepatan renang dapat diaplikasikan dalam
bidang perikanan, khususnya dalam bidang penangkapan ikan, terutama untuk
mendesain alat tangkap seperti kecepatan towing dari trawl yang berhubungan
dengan kecepatan renang ikan; tinggi headline dan kecepatan renang dari ikan yang
dapat meloloskan diri dengan berenang tanpa lelah; operasi penangkapan ikan seperti
menggerakkan
purseseine dan kecepatan renang ikan, kecepatan tenggelam
(sinking) dari jaring purseseine dan kemampuan renang vertikal ikan;serta untuk
13
menentukan lokasi ikan seperti estimasi/perkiraan lokasi ikan berdasarkan kecepatan
renang.
Menurut Bainbridge (1958), metode dalam mempelajari kecepatan renang
ikan ada banyak diantaranya hidrodinamika, reaksi optomotor, film gambar gerak,
pengamatan terhadap gema/ akustik, penandaan elektronik dan lain-lain, namun caracara tersebut menghasilkan pendugaan yang berbeda-beda sehingga tidak didapatkan
hasil pasti. Kondisi ini mengakibatkan data hasil penelitian tersebut tidak dapat
dibandingkan karena adanya perbedaan pendefinisian situasi dan lain-lain, selain itu
belum ada terminologi yang ditetapkan secara jelas dalam pengukuran kecepatan
renang ikan. Informasi mengenai kecepatan renang ikan yang ada saat ini meskipun
pengarang yang berbeda menggunakan istilah yang sama untuk jenis kecepatan
tertentu, akan tetapi berbeda dalam pengertiannya.
Videler (1993), mengatakan bahwa untuk mengamati ikan yang berenang
secara natural dibutuhkan sebuah kondisi yang terkontrol. Ada 2 pokok berbeda yang
digunakan untuk memenuhi hal tadi yaitu pertama, ikan dibujuk untuk berenang
melawan arus dengan kecepatan yang berbeda-beda, sedangkan yang kedua adalah
merekam dari ikan yang berenang di air diam.
Gunarso (1985) mengutarakan bahwa ada beberapa pendefinisian tentang
jenis-jenis kecepatan renang, diantaranya:
1) Kecepatan renang maksimum (maximum speed) adalah kecepatan renang ikan
tertinggi yang dapat dilakukan oleh ikan dalam waktu satu menit (Bainbridge
1958). Boyar (1961) mengatakan pendapat yang sama mengenai pendefinisian
tersebut, akan tetapi hanya dengan waktu selama 30 detik.
2) Kecepatan renang ekonomi (economic speed) adalah kemampuan kecepatan
renang ikan yang dapat dilakukan dalam jangka waktu beberapa jam atau
berpuluh-puluh jam.
3) Kecepatan renang kaget (burst speed) adalah kecepatan renang ikan dalam
keadaan tertentu yang sangat mendesak dan mendadak. Biasanya hanya dalam
waktu yang sangat singkat antara 5 sampai 10 detik. Jenis kecepatan ini biasanya
terjadi ketika memburu mangsa, menghindar dari predator, ketakutan dan lainlain.
14
Saat ini pembagian mengenai kecepatan renang ikan telah terkaji lebih
mendetail lagi sehingga terbagi dalam:
1) Kecepatan renang terus menerus (sustainable speed) yaitu kecepatan renang ikan
dimana ikan tersebut berenang secara terus menerus tanpa tekanan yang cukup
berarti.
2) Kecepatan renang lanjut (prolong speed) yaitu kecepatan renang ikan dimana
ikan berenang dalam keadaan mempertahankan kestabilan dan daya tahan
renangnya.
3) Kecepatan renang maksimum (maximum speed) adalah kecepatan renang
tertinggi yang mampu dihasilkan oleh ikan dengan memberikan tekanan arus
yang besar dimana ikan menghasilkan endurance yang kecil.
4) Kecepatan renang kaget (burst speed) yaitu kecepatan renang ikan yang
terbentuk dikarenakan ikan tersebut kaget atau tersentak dan terjadi dalam waktu
yang sangat singkat (Arimoto dan Namba 1996).
Bainbridge (1958) dan Videler (1993) menambahkan bahwa batasan
mengenai kecepatan renang ikan sangatlah dipengaruhi oleh jenis dan ukuran ikan.
Lama waktu renang akan sangat dipengaruhi oleh daya tahan renang ikan, oleh
karena itu penggolongan kecepatan renang ikan tidak dapat dilihat dari berapa lama
ikan berenang melainkan daya tahannya pada saat berenang.
Kecepatan renang ikan dapat diketahui dengan menghitung tail beat ikan.
Satuan untuk kecepatan renang ikan adalah body length per second, karena
kecepatan renang ikan diukur dengan perbandingan ukuran tubuh terhadap lama
waktu renang ikan. Kecepatan renang ikan dalam satuan BL/s ini dapat diubah
kesatuan lainnya dalam satuan kecepatan seperti knot, m/s, km/s, mil/s dan satuan
kecepatan lainnya. Infomasi mengenai kecepatan renang ikan maka akan menjadi
pertimbangan dalam pembuatan alat tangkap ikan. Biasanya data ini akan digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan alat tangkap aktif.
Beberapa peneliti telah meneliti mengenai kecepatan renang pada beberapa
ikan sebagaimana dicantumkan pada Tabel lampiran 11 (Bainbridge 1958).
Penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya menggunakan metode yang
berbeda-beda dan alat yang berbeda-beda pula, misalnya flume tank, wheel dan lain-
15
lain. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan dalam pendefinisian mengenai kecepatan
renang yang namun dengan maksud dan tujuan yang sama (Videler 1993).
2.2.2 Pola renang ikan (fish motion)
Pola renang ikan adalah bentuk atau gambaran gerakan ikan ketika berenang,
yang dipengaruhi oleh pergerakan tubuh dan sirip ikan tersebut (Blake 1983). Pola
renang juga dipengaruhi oleh bentuk dari tubuh ikan (Webb 1984).
Pola renang ikan disesuaikan dengan habitat dan tingkah laku ikan, sehingga
dihasilkan pergerakan ikan yang berbeda-beda. Ikan-ikan yang cenderung bergerak
cepat biasanya menggunakan sirip ekor ketika berenang, sedangkan ikan-ikan yang
bergerak lambat biasanya menggunakan sirip pektoral dan sirip anal ketika berenang.
Perbedaan penggunaan sirip tersebut akan mempengaruhi kecepatan renang dan
pergerakan tubuh ikan (Videler 1993).
Tidak semua ikan hanya menggunakan salah satu sirip terutama ekor sebagai
alat penggerak, namun menggunakan bantuan sirip lain (Videler 1993). Pola renang
ikan ini dapat digunakan untuk merancang sebuah alat tangkap yang dibuat
berdasarkan bentuk tubuh dan pola tingkah laku ikan.
Beberapa pola renang ikan digambarkan oleh Breder (1926) sebagai berikut :
1) Ikan berenang menggunakan sirip ekor sebagai penggerak utama
2) Ikan berenang menggunakan sirip yang lainnya sebagai penggerak utama.
Lindsey (1978) menyempurnakan kembali menjadi beberapa bagian yang lebih
khusus lagi yaitu:
1) Ikan berenang menggunakan tubuh dan atau sirip caudal sebagai penggerak
(body and or caudal fin locomotion/ BCF locomotion)
2)
Ikan berenang menggunakan sirip dorsal, anal, dan pectoral sebagai
penggerak utamanya (median and or paired fin/ MPF locomotion).
Akan tetapi pembagian di atas dikembangkan lagi menjadi lebih spesifik yaitu:
(1) Body and or caudal fin undulation
1) Tipe Anguiliform: pola renang ikan dimana ikan tersebut melibatkan
keseluruhan bagian tubuhnya dalam berenang. Ciri-ciri ikan yang tergolong
dalam tipe ini adalah tubuh pipih dan panjang, dimana bentuk sirip caudalnya kecil dan bundar. Contoh belut dan sidat.
16
2) Tipe Subcarangiform:
pola renang ikan jenis ini hampir sama dengan
anguiliform hanya saja setengah bagian tubuh belakangnya saja yang
bergerak mendorong pergerakan sirip caudal. Pergerakan ini dimulai dari
bagian tubuh tepat di bawah sirip dorsal ikan tersebut.
3) Tipe Carangiform: untuk tipe ini ikan menggunakan sepertiga bagian tubuh
belakangnya sebagai penggerak ekor. Dimana jenis ini lebih cepat dari pada
tipe sub carangiform dan anguiliform. Karena ikan mengadaptasikan dirinya
dengan mengurangi ketebalan tubuh bagian belakang dan memberikan titik
berat pada bagian depannya.
4) Tipe Thuniform: tipe yang satu ini memiliki bentuk tubuh yang streamline, dan
memiliki kemampuan renang dalam waktu yang cukup lama, sebagai contoh
Thunnus spp.
(2) Body and or caudal fin oscillation
Tipe Ostraciiform : tipe perenang jenis ini hanya menggunakan ekornya saja
dalam berenang, dengan kecepatan yang amat rendah.
Sumber: http:/www.ece.eps.hw.ac.uk/Research/ocean/projects/flaps.htm.
Gambar 5 Body and or caudal locomotion
(3) Median and or paired fin undulation
1) Sirip pectoral
− Tipe Rajiform termasuk pada jenis ikan pari. Ikan ini menggunakan sirip
pectoral sebagai penggerak utama dalam berenang, sirip tersebut bergerak
bergelombang naik turun mirip dengan kepakan sayap burung.
− Tipe Diodontiform termasuk didalamnya adalah ikan buntal. Sirip pectoral
bergerak melebar ke bawah secara bergelombang.
17
2) Sirip dorsal
− Tipe Amiiform, ikan belut listrik Afrika yang berhabitat di air tawar
tergolong pada tipe ini. Yaitu sirip dorsal yang ada sepanjang tubuh bagian
dorsal -nya bergerak secara bergelombang dari depan hingga belakang.
3) Sirip anal
− Tipe Gymnotiform. Tergolong didalamnya antara lain ikan Black Ghost.
Sama seperti tipe amiiform namun yang digunakan disini adalah sirip analnya yang memanjang pada bagian anal ikan tersebut.
4) Sirip dorsal dan anal
− Tipe Balistiform. ikan bergerak menggunakan sirip dorsal dan anal secara
bersamaan dengan ritme yang bergelombang. Ikan pada tipe ini adalah
ikan Trigger fish.
(4) Median and or paired fin oscilation
Sumber : http:/www.ece.eps.hw.ac.uk/Research/ocean/projects/flaps.htm.
Gambar 6 Median and or paired fin locomotion
1) Sirip pectoral
− Tipe Labriform yaitu pergerakan sirip pectoral secara acak antara pectoral
kanan dan kiri tidaklah seiringan. Akan tetapi penggolongan untuk ini
belum jelas karena adanya pergerakan yang komplek. Ikan kakak tua atau
parrot fish tergolong pada tipe ini.
18
2) Sirip dorsal dan anal
− Tipe Tetraodontiform yaitu pergerakan dua sirip berpasangan antara dorsal
dan anal yang tidak singkron. Ikan yang termasuk pada jenis ini adalah
ikan matahari (mola mola).
Undulation adalah pergerakan ikan yang memiliki amplitudo gerak yang
berirama, sedangkan oscillation adalah pergerakan ikan yang tidak berirama.
Download