PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 006 KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR Rionaldi 1 Yenita Roza2 Zulkarnain 3 Kampus Bina Widya Km. 12.5 Simpang Baru 28293 Telp. (0761) 63266 Abstract: This research aims to improve student’s mathematics learning outcomes by implementing cooperative learning model of Student Teams Achievement Division (STAD) type in class IV Negeri 006, Sub District of Tapung Hulu, in odd semester of academic years 2012/2013. This study uses classroom action research. The subject studied were students of class IV SD Negeri 006 totaly 40 people consisting of 18 male students and 22 female students. Students in the class are heterogeneous in terms of academic and gender. It was conducted in two cycles. The student activity learning outcomes data were gained by collecting activity data by using observation sheet and daily test. Analysis used descriptive statistical analysis that describes the activities of the teacher and students, analysis of learning outcomes and successful measurements. The result of the previous measures only 55%, which increased the first cycle found that the percentage of student who achieve mastery minimum criteria ( 65) was 65% and the second cycle was 82.5%. The conclusion of this study indicate that cooperative learning model type of Student Teams Achievement Division (STAD) can improve student’s mathematic learning outcomes. Keywords: Student Teams Achievement Division, Mathematic learning outcomes Pendahuluan Dunia Pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar, yaitu mutu pendidikan yang rendah dan sistem pembelajaran di sekolah yang kurang memadai. Dua hal tersebut sangat bertentangan dengan tuntutan era globalisasi yang menuntut pendidikan untuk dapat membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1 Rionaldi adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP Universits Riau Yenita Roza adalah dosen program studi pendidikan matematika FKIP Universitas Riau dan merupakan dosen pembimbing I 3 Zulkarnain adalah dosen program studi pendidikan matematika FKIP Universitas Riau dan merupakan dosen pembimbing II 2 1 berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Keberhasilan dari pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari peran pendidik dan anak didik dalam melaksanakan pendidikan. Anak didik merupakan subjek dari pendidikan itu sendiri, sehingga padanya dibebankan tugas untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Penguasaan matematika yang kuat sejak dini merupakan kebutuhan penting bagi siswa agar dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tujuan pendidikan nasional, dicantumkan tujuan umum diberikannya metematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah yaitu mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan dalam kehidupan yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan metematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai ilmu pengetahuan (Sudjana, 2009). Melihat pentingnya metematika seharusnya guru berupaya mencapai tujuan tersebut, diawali dengan mengenal konsep dasar matematika kepada siswa sejak dini, sehingga siswa punya pondasi matematika yang kuat. Guru selama ini telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, namun sampai saat ini hasilnya belum tercapai. Berdasarkan hasil yang ada di sekolah pada siswa kelas IV SD Negeri 006 Kecamatan Tapung Hulu Tahun Pelajaran 2012/2013 semester ganjil yang berjumlah 40 Orang terhadap nilai mata pelajaran matematika untuk beberapa materi pokok yang berbeda menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas tersebut rendah. Hal ini terlihat dari Pencapaian KKM untuk tiap materi pokok yang tertera pada tabel berikut : Tabel 1. Hasil ulangan Harian Matematika semester II Kelas IV SD Negeri 006 Kecamatan Tapung Hulu Tahun Pelajaran 2012/2013 Jumlah yang Presentase No Kompetensi Dasar KKM Tuntas (%) 1 Sifat-sifat operasi hitung 23 57,5 cacah 2 Urutan bilangan 22 55 60 3 Perkalian dan Pembagian 24 60 Bilangan 4 Operasi hitung campuran 22 55 Dari tabel di atas terlihat bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum sekolah yang ditetapkan untuk setiap materi pokok. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika di kelas IV SD. Negeri 006 kecamatan Tapung Hulu, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang disebabkan dari guru dan faktor yang disebabkan siswa. Hal ini disebabkan karena guru belum terampil dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada materi yang akan diajarkan. Metode pembelajaran yang dipakai guru selalu kombinasi ceramah dan tanya jawab sehingga pembelajaran terkesan monoton. Pada pembelajaran terlihat guru 2 sangat jarang memberikan suatu penghargaan, hadiah ataupun pujian kepada siswa yang menunjukan peningkatan hasil belajar. Kemudian guru kurang membangkitkan motivasi kepada siswa yang hasil belajarnya rendah. Hal ini mengakibatkan siswa tersebut menjadi pasif dan cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga siswa kurang peduli dengan hasil belajarnya maupun hasil belajar temannya, sehingga semangat dan motivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya menjadi rendah. Hal tersebut memacu guru untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran secara berkelompok. Akan tetapi pembelajaran kelompok yang digunakan masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini masih terlihat dari siswa masih ada yang tidak dapat menjawab pertanyaan guru mengenai materi yang diajarkan. Selain itu, kelompok yang dibentuk guru hanya berdasarkan tempat duduk sehingga kemampuan akademis siswa tidak merata terbagi dalam masing-masing kelompok. Oleh karena itu, guru kembali mencari cara agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar secara kolompok. Anggota kelompok harus heterogen baik kognitif, jenis kelamin, suku, dan agama. Belajar dan bekerja secara kolaboratif, dengan struktur kelompok yang heterogen. Menurut Slavin (2010) pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama yakni : presentasi, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan, siswa bekerja bersama-sama (berdiskusi) untuk menyelesaikan materi kelipatan dan faktor. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 006 Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Waktu penelitian adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 006 Kecamatan Tapung semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Sebagai subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 006 kecamatan Tapung Hulu pada tahun 2012/2013 sebanyak 40 yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Kelas ini mempunyai kemampuan akademik yang heterogen. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Guru sebagai peneliti melakukan penelitian tindakan kelas didalam kelas peneliti sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat komponen/tahapan yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, dan 4) Refleksi. Berdasarkan Arikunto, dkk (2008) model siklus dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan terlihat pada gambar berikut : 3 Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan Gambar 1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kolaboratif. Instrumen penelitian terdiri dari perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pengumpulan data terdiri dari lembar pengamatan dan tes hasil belajar. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik tes hasil belajar matematika. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran untuk setiap pertemuan dengan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan. Data hasil belajar matematika siswa dikumpulkan dengan melakukan tes dalam bentuk ulangan harian. Tes ini lakukan sebanyak dua kali yakni ulangan harian I setelah seklus pertama selesai dan ulangan harian 2 setelah siklus kedua berakhir. Data yang telah diperoleh dari lembar pengamatan dan tes hasil belajar matematika kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan pada data hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa yang menggambarkan proses pembelajaran dianalisis dengan teknik analisis kualitatif deskriptif. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan fungsinya masing-masing. 1. Analisis Data Hasil Pengamatan Dengan adanya analisis data ini akan terlihat bagaimana siswa mengikuti proses belajar yang berlangsung dan bagaimana guru melaksanakan proses mengajar. Data tentang aktivitas siswa dianalisis dengan menentukan rata-rata yang diperoleh kelompok secara menyeluruh dan data aktivitas guru dianalisis dengan menentukan rata-rata skor aktivitas guru. Analisis tentang aktivitas guru dan siswa ini direfleksi, kemudian peneliti merencanakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan pada siklus pertama untuk diperbaiki pada siklus kedua. 2. Analisis Data Hasil Belajar a. Skor perkembangan Siswa dan Penghargaan Kelompok Analisis data perkembangan siswa terbagi dua yaitu analisis data perkembangan individual dan analisis data skor kelompok. Analisis data perkembangan individual ditentukan dengan melihat nilai perkembangan siswa yang diperoleh dari selisih skor awal dengan skor hasil tes belajar matematika setelah penerapan metode penemuan terbimbing dalam model pembelajaran kooperatif. Analisis data skor kelompok ditentukan dengan cara menyumbangkan nilai perkembangan individual dan dihitung nilai rata-ratanya. Setelah rata-rata 4 perkembangan semua anggota kelompok didapat maka selanjutnya dinamakan skor kelompok. Kelompok dengan nilai skor tinggi akan diberikan penghargaan kelompok. b. Ketercapaian KKM Indikator Analisis data tentang ketercapaian KKM Indikator dilakukan berdasarkan pada pengolahan data perolehan skor hasil belajar siswa. Analisis pencapaian KKM kompetensi dasar dilakukan dengan membandingkan skor hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan dilakukan dengan KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Ketercapaian indikator ditentukan dengan cara: K SP 100 % SM Keterangan : SP = Skor Perolehan SM = Skor Maksimal K = Ketercapaian Indikator c. Analisis Keberhasilan Tindakan Keberhasilan tindakan ditentukan dengan cara menganalisis data tes hasil belajar matematika siswa. Analisis yang digunakan adalah analisis ketercapaian ketuntasan minimal (KKM) Analisis dari ketercapaian KKM pada materi pokok kelipatan dan faktor dilakukan dengan membandingkan banyak siswa yang mencapai KKM pada skor dasar dan banyak siswa yang mencapai KKM pada skor hasil belajar siswa yang menerapkan pembelajaran metode penemuan terbimbing dalam model pembelajaran kooperatif yaitu skor ulangan harian I dan ulangan harian II. Pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai KKM apabila memperoleh nilai 60. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan dapat dilihat dari tabel distribusi frekuensi, yaitu membandingkan skor dasar dengan nilai siswa setelah tindakan. Tindakan dikatakan berhasil apabila skor hasil belajar siswa setelah tindakan lebih baik dari sebelum tindakan, akan tetapi jika tidak ada bedanya bahkan lebih buruk maka tindakan belum berhasil (Suyanto,1997). Oleh karena itu penelitian dikatakan berhasil apabila jumlah siswa mencapai KKM dari skor dasar ke ulangan harian I dan meningkat dari ulangan harian I ke ulangan harian II. Hasil Penelitian dan Pembahasan Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis data hasil pengamatan yaitu tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran, kemudian analisis data hasil belajar yaitu tentang skor perkembangan individu dan penghargaan kelompok, ketercapaian KKM indikator, dan analisis keberhasilan tindakan yaitu mengenai ketercapaian KKM hasil belajar matematika siswa. 1. Analisis Data Aktivitas Siswa dan Guru Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Data diperoleh melalui lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dianalisis. Pengamatan pertama, dari hasil pengamatan ternyata aktivitas yang dilakukan guru belum sesuai dengan perencanaan yang ada pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP-1) karena guru belum dapat menguasai kelas dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran belum jelas sehingga tidak dimengerti 5 sepenuhnya oleh siswa, pengamat menyarankan agar guru lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi bersama teman sekelompoknya dan benarbenar bertukar informasi ketika bertamu ke kelompok lain. Dalam memberikan tes individu, hendaknya guru lebih memperhatikan waktu. Pertemuan kedua, dari hasil pengamatan terlihat siswa mau mendengar penjelasan guru dengan baik namun masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan guru. Dalam menyelesaikan LKS, masih terlihat siswa yang memiliki kemampuan tinggi tidak mau berdiskusi dengan siswa lainnya. Ketika mengerjakan tes individu, siswa melihat hasil kerja temannya. Dari hasil pengamatan, pengamat menyarankan guru lebih memberi ketegasan kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru berupa sanksi yaitu menjelaskan kembali apa yang disampaikan guru di depan kelas. Guru memberitahu siswa agar mengerjakan tes individu secara mandiri agar dapat mengetahui kemampuan masing-masing. Pertemuan ketiga, berdasarkan hasil pengamatan siswa sudah mulai memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru, baik berupa tujuan pembelajaran, motivasi dan langkah-langkah pembelajaran. Ketika apersepsi, siswa yang ditanya guru masih ada yang diam dan tidak menjawab pertanyaan guru. Dalam berdiskusi siswa yang kemampuan tinggi masih terlihat kaku ketika berdiskusi dengan anggota kelompoknya dan guru membri nasehat kepada siswa tersebut agar bekerja sama dengan kelompoknya. Dari observasi peneliti, selama melakukan tindakan sebanyak tiga kali pertemuan, kelemahan yang terjadi pada siklus pertama adalah: 1. Masih terlihat siswa yang tidak mau berdiskusi dengan teman sekelompoknya yaitu dengan menyelesaikan LKS yang diberikan secara individu. 2. Siswa masih melihat hasil kerja temannya dalam mengerjakan tes individu 3. Ketika mengerjakan ulangan harian I, terdapat siswa yang melihat hasil kerja temannya. Rencana yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan adalah : 1. Memberi pengarahan kepada siswa untuk berdiskusi bersama teman sekelompoknya. 2. Meminta siswa untuk mengerjakan tes individu secara individu agar guru dan siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan individu siswa. 3. Memberi pengertian siswa untuk tenang dan tidak melihat hasil kerja temannya karena hal tersebut akan membuat siswa rugi sebab tidak dapat mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam materi yang telah dipelajari. Pertemuan keempat, hasil pengamatan dari pengamat adalah siswa mau mendengarkan penjelasan guru. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi sudah mulai berdiskusi dengan siswa lainnya. Ketika mengerjakan tes individu masih tampak beberapa siswa meminta jawaban dari teman lainnya, walaupun tidak sebanyak pada siklus pertama. Akan tetapi siswa sudah baik dalam melakukan diskusi bersama teman sekelompoknya. Pertemuan kelima, berdasarkan hasil pengamatan yang berpedoman pada lembar pengamatan terlihat ketika berdiskusi siswa masih kesulitan dalam menerjemahkan soal cerita ke dalam bentuk matematika. Dalam mengerjakan tes individu, siswa sudah mengerjakan secara mandiri. Pertemuan keenam, dari hasil pengamatan siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dan bertanya kepada temannya jika kurang memahami materi yang dipelajari. Dalam menyelesaikan tes individu, kebanyakan siswa mengerjakan secara individu walaupun masing ada satu dua orang yang melihat 6 teman, tapi sudah lebih baik dari pertemuan pertama dan guru memberikan motivasi kepada yang masih melihat hasil kerja temannya bahwa tes ini berguna untuk melihat sejauh mana kemampuan mereka dalam memahami materi yang dipelajari. Dari observasi peneliti, selama melakukan tindakan sebanyak tiga kali pertemuan, kelemahan yang terjadi pada siklus kedua sudah tidak sebanyak siklus pertama hanya saja masih ada siswa yang melihat hasil kerja temannya dalam mengerjakan tes individu. Untuk siklus II ini peneliti tidak melakukan perencanaan untuk siklus berikutnya. Hasil refleksi peneliti serahkan kepada guru sebagai bahan masukan untuk perbaikan ke depan. 2. Analisis Data Hasil Belajar Matematika a. Skor Perkembangan dan Penghargaan Kelompok Skor perkembangan dapat dihitung setelah siklus I dan II. Skor perkembangan siklus I dihitung berdasarkan selisih skor hasil belajar ulangan harian sebelum tindakan dengan skor hasil belajar pada ulangan harian I, sedangkan nilai perkembangan siklus II dihitung dari selisih skor hasil belajar pada ulangan harian I dengan hasil belajar pada ulangan I. Berdasarkan skor perkembangan siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Nilai Perkembangan Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Nilai Perkembangan Jumlah % Jumlah % 5 0 0 0 0 10 10 7 37,5 17,5 20 26 28 60 70 30 4 5 2,5 12,5 Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai perkembangan individu 5 dan 10 semakin berkurang dari siklus I ke siklus II, yang berarti bahwa berkurangnya jumlah siswa yang mengalami penurunan nilai, sedangkan pada nilai perkembangan individu 20 dan 30 semakin meningkat, yang berarti bahwa bertambahnya jumlah siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar. Penghargaan yang diberikan setelah menentukan rata-rata nilai perkembangan yang diperoleh setiap kelompok adalah : Tabel 3. Penghargaan yang Diperoleh Masing-Masing Kelompok pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Nama Nilai kelompok Nilai kelompok Penghargaan Penghargaan kelompok A 20 Hebat 20 Hebat B 20 Hebat 15 Hebat C 15 Hebat 22,5 Hebat D 17,5 Hebat 20 Hebat E 17,5 Hebat 17,5 Hebat F 20 Hebat 17,5 Hebat G 20 Hebat 20 Hebat H 17,5 Hebat 17,5 Hebat I 20 Hebat 20 Hebat J 17,5 Hebat 22,5 Hebat 7 Penghargaan kelompok pada siklus I dan siklus II semuanya adalah hebat. Akan tetapi dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada siklus II mengalami peningkatan nilai kelompok di bandingkan dengan siklus I. Hal ini berarti pada siklus II, siswa mengalami peningkatan hasil belajar. b. Analisis Ketercapaian KKM Indikator Berdasarkan nilai hasil belajar untuk setiap indikator pada ulangan harian I dan ulangan harian II yang diperoleh siswa sesudah tindakan, maka jumlah siswa yang mencapai KKM dapat dinyatakan pada tabel berikut. Tabel 4. Ketercapaian KKM pada Ulangan Harian I untuk Setiap Indikator Siswa yang memperoleh nilai KKM No Indikator Ketercapaian No soal Jumlah % 1 2 Menentukan kelipatan dan kelipatan 1 28 70 persekutuan dari dua dan tiga bilangan 3 4 5 Menentukan KPK dari dua dan tiga 2 19 47.50 bilangan 6 Memecahkan masalah sehari-hari 7 3 berkaitan denga KPK melalui soal 26 65 8 cerita Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa tidak semua siswa mencapai KKM untuk setiap indikator, hal ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: Indikator 1: Menentukan kelipatan dan kelipatan persekutuan dari dua dan tiga bilangan. Pada indikator ini jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 12 siswa. Kesalahan yang terjadi pada indikator 1 adalah ketika mengerjakan kelipatan siswa banyak yang kurang teliti dalam menentukan kelipatan bilangan. Siswa ada yang menjawab dengan 3, 9, 27, ...(jawaban tidak salah, tetapi mendapat nilai yang kurang sempurna, lalu memperbaiki jawaban yang benar) Seharusnya jawabannya adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, ... Indikator 2: Menentukan KPK dari dua dan tiga bilangan. Pada indikator ini jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 21 siswa. Kesalahan yang terjadi pada indikator kedua karena siswa kurang menguasai konsep KPK misalnya siswa diminta mencari KPK tapi siswa dalam menjawab hanya sampai kelipatan persekutuan. Indikator 3: Memecahkan masalah sehari-hari berkaitan dengan KPK melalui soal cerita. Pada indikator ini jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 14 siswa. Siswa mengalami kesulitan dalam menerjemahkan soal ke dalam bentuk matematika. 8 Tabel 5. Ketercapaian KKM Indikator pada Ulangan Harian II untuk Setiap No Indikator Ketercapaian 1 Menentukan faktor persekutuan dari dua bilangan dan tiga bilangan 2 Menentukan FPB dari dua bilangan dan tiga bilangan 3 Memecahkan masalah sehari-hari berkaitan dengan FPB melalui soal cerita Siswa yang memperoleh nilai KKM No Soal Jumlah % 4 5 20 50 6 1 2 37 92.5 3 7 36 90 8 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa tidak semua siswa mencapai KKM untuk setiap indikator: Indikator 1: Menentukan faktor persekutuan dari dua bilangan dan tiga bilangan. Jumlah siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa. Kesalahan yang terjadi pada siswa karena siswa banyak yang kurang hafal perkalian sehingga kesulitan dalam menentukan faktor bilangan, misalnya faktor persekutuan dari 12 dan 15 , faktor persekutuan 12 = 1,2,3,4,5,6,12 dan faktor persekutuan 15 = 1,2,3,4,5,15, terlihat pada faktor persekutuan 12 dibuat hasilnya ada 1,2,3,4,5,6,12, angka 5 dimasukkan sehingga hasil faktor persekutuannya salah, hal ini disebabkan karena siswa masih ada yang belum hafal perkalian. Indikator 2: Menentukan FPB dari dua bilangan dan tiga bilangan. Jumlah siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 3 siswa. Hal ini disebabkan karena siswa masih banyak yang bingung dengan FPB sehingga siswa hanya menyelesaikan hingga faktor persekutuan bilangan. Indikator 3: Memecahkan sehari-hari berkaitan dengan FPB melalui soal cerita. Jumlah siswa yang tidak mencapai ketuntasan sebanyak 4 siswa. Hal ini disebabkan karena siswa yang salah dalam menyelesaikan soal cerita karena siswa kurang mampu dalam menerjemahkan soal cerita ke dalam bentuk matematika. c. Analisis Keberhasilan Tindakan Keberhasilan tindakan yang dicapai siswa dari skor dasar, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Jumlah Siswa yang Mencapai KKM pada Skor Dasar, Ulangan Harian I dan Ulangan Harian II Nilai di bawah KKM Mencapai KKM Catatan: KKM = 60 Skor Dasar 18 22 Ulangan Harian – 1 14 26 Ulangan Harian – 2 7 33 9 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh bahwa frekuensi siswa yang nilainya di bawah KKM mengalami penurunan sebanyak 4 siswa dari skor dasar ke ulangan harian I. Sedangkan dari ulangan harian I ke ulangan harian II juga mengalami penurunan sebanyak 7 siswa. Sebaliknya frekuensi siswa yang mencapai KKM dari skor dasar ke ulangan harian I mengalami peningkatan sebanyak 4 siswa, dan kembali meningkat dari ulangan harian I ke ulangan harian II sebanyak 7 siswa. Sehingga menurut pendapat Suyanto (1997) tindakan dikatakan berhasil. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis data aktivitas guru dan siswa yang terdapat pada lembar pengamatan, proses pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan dari awal siklus I hingga akhir siklus II, semakin lama semakin sesuai dengan perencanaan pada RPP. Hal ini terlihat dari interaksi antara siswa dan guru pada tiap pertemuannya semakin baik. Dalam pelaksanaan penelitian di kelas IV SD Negeri 006 Tapung Hulu ada beberapa kendala yang dihadapi oleh peneliti, diantaranya adalah : pada siklus I guru mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswa dalam membentuk kelompok ketika menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kemudian Pada saat pengerjaan LKS, siswa masih ada yang belum mau berdiskusi dan bekerja secara individu. Ketika mengerjakan ulangan harian I, terdapat siswa yang melihat hasil kerja temannya. Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran ketika mengerjakan LKS, masih ada siswa yang bercerita. Berdasarkan analisis data tentang ketercapaian KKM, jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan harian I lebih banyak dibandingkan dengan skor dasar dan jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan harian II lebih banyak dibandingkan dengan ulangan harian I. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa ada peningkatan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jadi, hasil analisis penelitian ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 006 Tapung Hulu pada materi pokok Kelipatan dan Faktor pada semester ganjil pada tahun ajaran 2012/2013. Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan, maka peneliti mengemukakan saran-saran yang berhubungan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran di SD Negeri 006 Tapung Hulu pada materi lainnya. 2. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) diharapkan guru menguasai siswa dan dapat mengarahkan siswa dalam membentuk kelompok. 10 3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) diharapkan guru lebih memotivasi siswa dalam mengerjakan LKS harus saling bekerja sama dengan teman sekelompoknya. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta. Slavin Robert E., 2010, Cooperative Learning: Theory Research and Practice, Allyn and Bacon, Boston. Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Dikti Depdikbud, Yogyakarta 11