BAB IV - Repository IAIN Pekalongan

advertisement
BAB IV
ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT GONDANG TENTANG
PROGRAM BOARDING SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA MTs GONDANG
WONOPRINGGO PEKALONGAN
A. Analisis Pelaksanaan Program Bourding School di MTs Gondang
Wonopringgo Pekalongan
Pelaksanaan pendidikan yang diterapkan di asrama atau pondok
pesantren dalam program boarding school di MTs Gondang Wonopringgo
Pekalongan bagi para siswa sebagai santri dengan perpaduan pada model
klasik dan modern memberikan kontribusi bagi kemajuan pendidikan di MTs
Gondang Wonopringgo tersebut sehingga kepercayaan masyarakat akan
pendidikan di Yayasan Gondang Wonopringgo Kabupaten Pekalongan
semakin meningkat.
Diharapkan dari perpaduan model belajar yang diterapkan bagi para
santri atau siswa MTs Gondang Wonopringgo di pondok pesantren atau
asrama dalam program boarding school Pekalongan akan menumbuhkan
semangat belajar dalam meraih prestasi belajar dengan penguasaan
pengetahuan keagamaan maupun pengetahuan umum yang diajarkan dan juga
diharapkan para santri mampu mengaplikasikan hidup sederhana melalui
penerapan hidup sebagai santri di asrama atau pondok pesantren dalam
program boarding school di MTs Gondang Wonopringgo Pekalongan
tersebut.
60
61
Pendidikan di asrama atau pondok pesantren dalam program boarding
school di MTs Gondang Wonopringgo Pekalongan yang diberlakukan kepada
anak-anak didik yang menjadi santri ditujukan pada penguatan akhlak atau
adab dalam pergaulan sehari-hari. Para santri maupun siswa di asrama atau
pondok pesantren dalam program boarding school di MTs Gondang
Wonopringgo Pekalongan dilatih dan dibiasakan untuk selalu menghargai
orang lain, terutama orang tua, guru maupun orang yang usianya lebih dewasa
darinya. Sehingga para santri di asrama atau pondok pesantren program
boarding school di MTs Gondang Wonopringgo Pekalongan terbiasa untuk
menghormati orang yang lebih tua.
Pengembangan pola pendidikan di asrama atau pondok pesantren dalam
program boarding school di MTs Gondang Wonopringgo Pekalongan selalu
menekankan akan perbaikan perilaku atau akhlak mulia. Sebab dalam pola
pendidikan pesantren nilai-nilai ketawadhuan seorang santri kepada guru atau
asatidznya sangatlah diutamakan. Sebab keparuhan anak didik atau santri akan
menjadi jalan bagi keberhasilan para santri kelak dalam mengarungi
kehidupan yang sesungguhnya selesai menamatkan kegiatan belajar di asrama
atau pondok pesantren program boarding school
di MTs Gondang
Wonopringgo Pekalongan tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran pendalam keagamaan Islam dan belajar
materi umum dilaksanakan dengan sistem paket, yaitu sistem penyelenggaraan
pendidikan di mana peserta didik diwajibkan mengikuti seluruh program
pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas
62
sesuai dengan struktur kurikulum yang sedang digunakan, termasuk dalam hal
ini berupa kegiatan pembinaan di asrama atau pemondokan sekolah dengan
kegiatan-kegiatan yang mengarahkan pada pembinaan keagamaan.
Setiap mata pelajaran pada sistem paket dinyatakan dalam bentuk
satuan pelajaran yang meliputi kegiatan tatap muka, penugasan yang
terstruktur, dan kegiatan mandiri yang tak berstuktur. Penugasan terstruktur
adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran
oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
kompetensi. Bentuk penugasan terstruktur yaitu pemberian tugas individu,
pemberian tugas kelompok, melakukan riset sederhana dan lain sebagainya.
Pengembangan kegiatan mandiri tidak berstuktur adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik
yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi, berbentuk
seperti pekerjaan rumah, tugas kegiatan ramadhan, kegiatan ekstra kurikuler,
kegiatan mengikuti perlombaan, pelaksanaan shalat jama’ah dan lain-lain.
Pengembangan pendidikan agama Islam melalui model pondok
pesantren dengan pola pembinaan yang terpadu bagi para santri atau peserta
didik untuk diarahkan dalam pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam
secara bertahap dengan pengimbangan pengawasan yang saling terkait dalam
proses pembinaan akhlak para santri atau peserta didik dalam model pondok
pesantren tersebut.
63
Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa pendidikan pondok
pesantren dijadikan sebagai model dari program boarding school di MTs
Gondang wonopringgo Pekalongan. Pondok pesantren menjadi alternatif
dalam pembinaan bagi para siswa atau santri sebagai peserta didik dalam
membentuk karakter atau kepribadian mereka. Berikut adalah alasan pengelola
pendidikan melalui pondok pesantren atau asrama santri dalam program
boarding school di MTs Gondang Wonopringgo Kabupaten Pekalongan
Dari hasil wawancara dengan pembina di pondok pesantren atau
asrama dalam program boarding school di MTs Gondang Wonopringgo
Pekalongan menunjukkan bahwa pola pendidikan pondok menjadi alternatif
yang tepat dalam mengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Hal-hal yang terungkap di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Pola pendidikan yang dikembangkan dengan model pondok pesantren
dalam program boarding school di MTs Gondang Wonopringgo
Pekalongan ternyata menjadi pertimbangan yang kuat dalam mendukung
pembinaan akhlak para siswa yang belajar di MTs Gondang Wonopringgo.
b.
Pendidikan dalam nuansa pondok pesantren dalam program boarding
school terdapat ikatan emosional yang kuat antara guru dengan peserta
didik dalam upaya pembinaan sikap dan perilaku dalam bingkai akhlakul
karimah.
c. Pendidikan dalam nuansa pondok pesantren dalam program boarding
school menjadi solusi yang relevan bagi pembinaan perilaku para siswa
sebagai peserta didik di lembaga pendidikan terkait dengan penguasaan
dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama Islam.
64
B. Analisis Pembentukan Karakter Siswa di MTs Gondang Wonopringgo
Pekalongan
Analisis terhadap pembentukan karakter siswa dilakukan melalui
penyampaian materi yang terdapat dalam pembelajaran ilmu-ilmu agama
Islam dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu pada sisi materi agama Islam dan sisi
pengembangan proses pembelajaran yang dilaksanakannya. Dari sisi standar
isi materi pelajaran agama Islam dalam bimbingan pesantren program
boarding
school
yang
menyangkut
keserasian,
keselarasan,
dan
keseimbangan dalam hubungan manusia dengan Allah Swt sebagai Tuhan,
hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan pengembangan dirinya
dan juga keterkaitan dengan makhluk lainnya yang menjadi bagian dari
lingkungan hidup.
Dari standar isi materi pembelajaran agama islam menekankan adanya
pengahayatan nilai-nilai keagamaan berupa ketaatan sebagai hamba Allah Swt
dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bentuk
ketaatan tersebut ditunjukkan dengan pengamalan ibadah yang didasari
dengan keikhlasan dan pengharapan pada keridhoan Allah Swt semata. Nilai
karakter bangsa yang dikembangkan dari segi isi juga berupa tuntutan dalam
berperilaku dengan penekanan akhlakul karimah.
Sebab dalam Pendidikan ilmu-ilmu agama Islam dikembangkan dalam
memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan.
Kemudian nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan dan perbuatan berdasarkan atutan-aturan atau norma-norma yang
ada dalam agama Islam.
65
Selanjutnya dari segi pengembangan kegiatan pembelajaran agama
Islam ditunjukkan dengan adanya bentuk keteladan dari pendidik atau guru
atau ustadz dalam membawakan materi agama Islam. Hal ini dimaksudkan,
mana mungkin akan mampu menanamkan nilai-nilai positif, apabila yang
menyampaikan sendiri tidak memiliki pribadi yang tidak patut dicontoh atau
diteladani.
Berdasarkan
panduan
terhadap
materi
yang
diajarkan
dalam
pendidikan Islam secara umum, nilai-nilai karakter yang diharapkan pada
siswa melalui pondok pesantren dalam program boarding school antara lain:
1.
Kereligiusan berupa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran
agama Islam
2.
Kejujuran berupa Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
3. Kecerdasan berupa Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas
secara cermat, tepat, dan cepat.
4. Ketangguhan berupa Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak
pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan
tersebut dalam mencapai tujuan.
5.
Kedemokratisan berupa Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
66
6. Kepedulian berupa Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan
tatanan) di sekitar dirinya.
7. Kemandirian berupa sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif berupa berpikir dan melakukan
sesuatu secara kenyataan untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan
termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
9. Keberanian mengambil risiko berupa kesiapan menerima risiko/akibat
yang mungkin timbul dari tindakan nyata.
10. Berjiwa kepemimpinan berupa kemampuan mengarahkan dan mengajak
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada
asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa.1
Dalam materi ilmu agama Islam yang diajarkan kepada peserta didik
memiliki muatan-muatan bagi pengembangan nilai-nilai karakter bagi para
siswa, di mana dalam konsep Islam memberikan penekanan pada
pembentukan moral yang memiliki landasan yang kuat seperti sikap tolerasi
dan gotong royong sebagai nilai karakter. Karakter tolong menolong atau
gotong royong sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
             …
      
1
Jamal Makmur Asmani, Buku Panduan Interaksi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Jakarta: Diva Press, Cet.III, 2012), hlm. 57-58
67
Artinya:
“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
(Al-Maidah: 2)2
Selanjutnya dalam pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam ditekankan
adanya suatu proses penguatan nilai-nilai iman yang mendasari suatu
perbuatan manusia yang diarahkan kepada tujuan mencapai keridho’an Allah
dengan mengimplementasikan perilaku-perilaku yang mencerminkan karakter
ke-Islaman yang kuat, seperti jujur, amanah (dapat dipercaya, adil dan
menyampaikan kebenaran.
Pembelajaran materi-materi agama Islam
dengan muatan materi
tentang pembinaan keimanan yang kuat kepada Allah Swt. sebagai Tuhan
semesta alam dan pencipta manusia. Di mana dalam pembelajaran ini
menekankan akan prinsip dasar dalam hidup yang kuat bagi siswa selaku
peserta didik yang memeluk agama Islam disertai dengan aplikasi kehidupan
yang mengedepankan akhlakul karimah.
Pengaplikasian akhlakul karimah dalam perspektif Islam bersumber
dari pengembangan sifat-sifat terpuji yang berangkat dari dasar hati manusia
dengan dorongan positif yang dimunculkannya. Dalam kajian ilmu agama
Islam sebagai upaya pembentukan karakter siswa dilakukan dengan
bimbingan kepada siswa sebagai umat Islam untuk mampu melahirkan
kepribadian yang mulia semacam kejujuran, keteguhan hati, suka menolong
sesama dan menghormati kepada orang lain dan lain sebagainya.
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV.
Adi Grafika, 1994), hlm 157.
68
Pengembangan ilmu agama Islam dalam kegiatan pembelajaran
kepada para siswa yang mengikuti program boarding school MTs Gondang
Wonopringgo dalam berbagai jenjang tingkatan akan mampu membentuk
karakter bangsa siswa sebagai bentuk kepribadian yang kuat dalam
melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam komunitas
pergaulan hidup sehari-hari sesuai dengan tuntunan agama serta mampu pula
untuk menghindari perilaku yang tidak dibenarkan oleh agama Islam yang
merupakan perbuatan atau sikap-sikap yang menyimpang, seperti dusta,
sombong, menjelekkan orang lain dan lain sebagainya.
Pelaksanaan
pembelajaran
ilmu
agama
Islam
merupakan
implementasi dari pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Dengan
harapan sebagai bekal dalam menghadapi tantangan modernisasi yang terjadi
sebagai bentuk perkembangan zaman saat ini kepada generasi muda.
Diharapkan melalui pembelajaran ilmu agama Islam yang menanamkan nilainilai karakter dalam pendidikan pesantren dalam program boarding school
akan mampu memberikan tuntunan dan meletakkan dasar prinsip kepribadian
yang memiliki budi pekerti luhur bagi siswa sebagai karakter yang
dimilikinya.
Dengan demikian pembentukan nilai-nilai karakter bagi siswa melalui
pendidikan pesantren dalam program boarding school sangatlah relevan
dalam mengatasi krisis moral atau degradasi moral yang melanda generasi
muda secara nasional akibat pengaruh-pengaruh dari adanya modernisasi saat
ini. Penguatan nilai-nilai ajaran agama Islam sebenarnya telah mampu
menjadi solusi dari fenomena degradasi moral yang terjadi pada generasi
muda saat ini.
69
Selanjutnya secara aplikatif pembelajaran ilmu agama melalui
pendidikan model pesantren atau asrama dalam program boarding school di
MTs Gondang Wonopringgo dengan bentuk keteladan, nasehat-nasehat bijak
dan motivasi-motivasi untuk menjadi pribadi yang berbudi luhur bagi para
siswa di MTs Gondang tersebut. Secara perlahan dan pasti bila nuansa
tersebut terus dikembangkan dalam pelaksanaan pendidikan pesantren dalam
program boarding school akan mampu membentuk karakter yang positif bagi
para siswa di MTs Gondang Wonopringgo Kabupaten Pekalongan tersebut.
Karenanya para siswa di MTs Gondang berdasarkan observasi atau
pengamatan secara umum dapat dinyatakan memiliki kepribadian yang taat
dalam beragama sebagai karakter kuat tentang nilai-nilai relegius.
C. Analisis Persepsi Masyarakat Gondang tentang Program Boarding
School dalam Pembentukan Karakter Siswa MTs Gondang Wonopringgo
Pekalongan
Persepsi masyarakat Gondang tentang program boarding school dalam
pembentukan karakter siswa MTs Gondang Wonopringgo Pekalongan tidak
lepas dari pemahaman masyarakat di desa Gondang Wonopringgo itu sendiri
tentang pendidikan keagamaan Islam, sebab dalam masyarakat memiliki latar
belakang pendidikan dan juga pengalaman berbeda untuk memunculkan suatu
kesan atau penilaian dalam bentuk persepsi.
70
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan masyarakat, sebab memang
tidak semua masyarakat di Desa Gondang sepakat bahwa dengan
penyelenggaraan asrama atau pondok pesantren bagi para siswa yang
mengikuti program boarding school memberikan manfaat secara langsung
dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk itu peneliti menganalisis tentang persepsi positif dan persepsi
negatif yang muncul dikalangan masyarakat tentang program boarding school
dalam pembentukan karakter siswa MTs Gondang yang akan dipaparkan
sebagi berikut:
1. Persepsi Positif
a. Membantu Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Remaja
Bapak Anis menyatakan persepsi yang baik dengan adanya
program boarding school di MTs Gondang Wonopringgo Pekalongan
dalam
pembentukan
karakter
karena
kegiatan-kegiatan
yang
dilaksanakan dalam program boarding school merupakan pendalaman
agama Islam.
b. Meramaikan Kegiatan Desa Gondang
Bapak H. Kholdun menyatakan persepsi yang baik karena
dengan adanya anak-anak sebagai siswa sekaligus santri dalam
program boarding school meramaikan masjid sebagai pusat kegiatan
keagamaan umat Islam di desa Gondang.
71
c. Membantu Perekonomian Masyarakat Desa Gondang
Ibu Hj. Zubaroh memberikan persepsi yang baik, karena
masyarakat yang tinggal di sekitar asrama atau pemondokan dapat
berjualan berbagai keperluan yang dibutuhkan anak-anak sebagai
santri pondok.
d. Memantau Kegiatan Santri
Bapak Athoilah memberikan persepsi bagus mengenai
program ini, karena kegiatan dalam pondok bisa memantau
perkembangan anak selama 24 jam.
Ibu Hakimah juga menyatakan persepsi yang baik karena
aktivitas ibadah siswa atau santri dapat dipantau atau didampingi oleh
pembinanya.
2. Persepsi Negatif
a. Terganggunya Ketenangan Masyarakat
Bapak Rahudi menyatakan persepsi negatif karena anak-anak
sebagai santri, terutama yang laki-laki seringkali bercanda dengan
suara keras dan membuat kegaduhan
b. Ladang Bisnis Mencari Keuntungan Semata
Bapak Paiwan juga memberikan persepsi negatif karena bagi
orang tua yang sibuk, tidak sempat mendidik dan memperhatikan anak,
agar lebih praktis, anak mereka dimasukan ke program ini, sehingga
para orang tua berani membayar dengan biaya yang mahal sekalipun.
72
c. Mengganggu Jam Istirahat
Ibu Suryati menyatakan persepsinya yang kurang tepat karena
aktivitas santri yang mondar-mandir dan bergerombolan seringkali
membuat jalan macet dan kadang membuat bising.
Download