cover greenomics REVISI.cdr

advertisement
Kesepakatan
“Debt-for-Nature Swap” AS-RI
Sisa Pembayaran Utang RI ke AS Tahun 1970-an
Dialihkan untuk Membiayai Konservasi
Hutan Sumatera
Anggapan yang menilai bahwa manfaat utama “debt-for-nature swap” bukan
berorientasi untuk pengurangan utang, melainkan untuk menyediakan dana
tambahan guna mendukung konservasi hutan, tidak sepenuhnya bisa diterima.
“Debt-for-nature swap” seharusnya mengedepankan solusi menang-menang
(win-win solution), yakni secara bersamaan mampu menciptakan pengurangan
beban pembayaran utang secara riil dan tersedianya penyediaan dana tambahan
untuk konservasi hutan.
Juni 2010
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
I.
Latar Belakang
Pada tanggal 30 Juni 2009, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat menandatangani
perjanjian “debt-for-nature swap” (DNS) lewat pengaturan“the US Tropical Forest Conservation Act”
(TFCA) tahun 1998—selanjutnya disingkat DNS TFCA.
Dalam siaran pers Kedutaan Besar Amerika Serikat (30 Juni 2009) disebutkan bahwa perjanjian DNS
TFCA akan mengurangi pembayaran utang Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Amerika Serikat
senilai hampir US$30 juta selama delapan tahun ke depan. Sebagai gantinya, Pemerintah Indonesia
berkomitmen mengalihkan angsuran pembayaran sisa utangnya tersebut ke rekening sebuah “Trust
Fund” (Dana Perwalian) senilai hampir US$30 juta juga, yang kemudian menjadi dana hibah (grants)
untuk digunakan sebagai dana konservasi hutan Sumatera—selanjutnya disebut “Trust Fund” DNS
TFCA.
Perjanjian DNS TFCA disebutkan dapat terwujud melalui kontribusi Pemerintah Amerika Serikat senilai
US$20 juta dan masing-masing sebesar US$1 juta dari Conservation International (CI) dan Yayasan
Keanekaragaman Hayati (KEHATI). Kontribusi CI dan KEHATI tersebut merupakan “harga kontribusi”
yang harus dibayarkan (swap fee share) oleh kedua organisasi non-pemerintah tersebut dalam
kedudukannya sebagai mitra DNS TFCA (swap partner).
Separuh dari dana kontribusi CI untuk membayar kewajiban sebesar US$1 juta kepada Pemerintah
Amerika Serikat tersebut berasal dari kontribusi Arifin Panigoro, anggota Board CI dan pemilik Medco
Group, sisanya diperoleh dari dana CI sendiri. Sementara, KEHATI mengandalkan sumber dana dari
hasil pengelolaan dan investasi dana lembaga itu sendiri.
Greenomics Indonesia—organisasi non-pemerintah yang memfokuskan kegiatannya pada riset
ekonomi dan keuangan sumber daya alam—tertarik untuk mempelajari beberapa isu pokok dalam
program DNS TFCA tersebut, di antaranya meliputi: a) mekanisme perjanjian DNS TFCA, b) profil utang
bilateral Pemerintah Indonesia yang yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA, c) beban
pembayaran utang Pemerintah Indonesia dengan adanya perjanjian DNS TFCA, dan d) pengelolaan
“Trust Fund” DNS TFCA, serta hal-hal lain yang relevan dengan empat isu pokok tersebut.
1
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
II.
Utang Pemerintah Indonesia Tahun 1970-an
DNS TFCA melibatkan enam utang Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Amerika Serikat yang
ditandatangani—di antaranya oleh Adam Malik selaku Menteri Luar Negeri Indonesia ketika
itu—pada tahun 1974-1976. Rentang waktu pembayaran utang (utang pokok dan bunga)
tersebut adalah selama 40-41 tahun, yang pembayaran angsurannya dijadwalkan berakhir pada
tahun 2016-2017 (lihat Tabel 1).
Tabel 1: Profil Utang DNS TFCA
(dalam ribu dolar AS)
Nama Utang
(penggunaan)
Referensi
Utang
Tanggal
Penandatanganan
Utang
(Date Signed)
Untuk Transmisi dan
Distribusi Fase II di Jawa Barat
497-W-032
29 Maret 1974
19.645,99
6.419,69
Untuk Daerah Pedalaman
497-T-035
10 Mei 1975
6.738,84
2.371,43
Untuk Perbaikan Jalan
di Aceh
497-T-036
10 Mei 1975
9.657,97
3.641,45
Untuk Irigasi Sederhana dan
Pengembangan Lahan
497-T-037
30 Juni 1975
22.520,26
8.491,05
Untuk Daerah Luwu dan
Pengembangan Transmigrasi
497-T-038
23 Oktober 1975
14.776,25
5.571,25
Untuk Pembangunan Waduk
Citanduy
497-T-039
28 Oktober 1976
10.791,39
4.611,30
Total
84.130,70
31.106,16
Jumlah
Utang
Sisa Utang
(Pokok dan Bunga)
Sumber: Greenomics Indonesia (Mei 2010), diolah dari berbagai sumber
Tabel 1 menunjukkan bahwa sisa utang Pemerintah Indonesia dari enam utang tersebut per Juni
2009 adalah sebesar US$31,11 juta—masing-masing utang pokok sebesar US$27,71 juta dan
utang bunga US$3,40 juta. Sebelum ada perjanjian DNS TFCA, Pemerintah Indonesia terus
melakukan pembayaran utang tersebut secara angsuran (utang pokok dan bunga) selama 32-33
tahun, yang dijadwalkan akan lunas pada tahun 2016/2017.
2
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
Profil keenam utang yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA tersebut ternyata tidak diketahui
secara jelas dan rinci oleh pihak KEHATI—baik sebagai mitra (swap partner) dan administrator
program DNS TFCA. Bahkan, anggota Komite Pengawas DNS TFCA (Oversight Committee) yang
mewakili Pemerintah Indonesia—pihak yang menandatangani perjanjian “Forest Conservation
Agreement” program DNS TFCA—juga mengaku tidak mengetahui profil keenam utang tersebut.
Sehingga tak mengherankan jika dalam kegiatan sosialisasi program DNS TFCA dengan para
pemangku kepentingan relevan (relevant stakeholders) di Pulau Sumatera, profil keenam utang
Pemerintah Indonesia yang dilibatkan dalam program DNS TFCA sama sekali tidak menjadi salah
satu pokok bahasan. Diyakini bahwa para pemangku kepentingan di Pulau Sumatera yang akan
terkait dengan implementasi program DNS TFCA ini, dipastikan tidak mengetahui soal profil utang
Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Amerika Serikat.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa transparansi terhadap utang-utang Pemerintah yang
dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA tidak terjadi.
III.
“Pengakuan” Pengurangan Utang
Paragraf keempat perjanjian DNS TFCA antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika
Serikat menyepakati untuk mengakui (recognizing) bahwa kontribusi Pemerintah Amerika Serikat
sebesar US$20 dan ditambah US$2 juta dari CI dan KEHATI adalah merupakan biaya untuk
mengurangi pembayaran utang pokok dan bunga yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia kepada
Pemerintah Amerika Serikat sebesar US$29,92 juta, yang memungkinkan pembayaran utang oleh
Pemerintah Indonesia sejumlah US$29,92 juta dapat dialihkan (redirected) untuk mendukung
konservasi hutan Indonesia—dalam hal ini hutan di Pulau Sumatera.
Dalam Perjanjian DNS TFCA tersebut, disebutkan bahwa kontribusi dari pihak Pemerintah
Amerika Serikat—dalam hal ini Departemen Keuangan Amerika Serikat (US Treasury) dan
kontribusi dari CI/KEHATI tersebut dinyatakan “membatalkan” utang Pemerintah Indonesia
sebesar US$29,92 juta (outstanding obligations) di pembukuan USAID (pihak yang bertindak atas
nama Pemerintah Amerika Serikat ketika Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian
keenam utang yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA).
3
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
Setelah “pembatalan” utang Pemerintah Indonesia di pembukuan USAID tersebut dilakukan,
maka status kewajiban pembayaran sisa keenam utang Pemerintah Indonesia tersebut diubah;
menjadi kewajiban baru pembayaran utang Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika
Serikat (new obligations).
Perubahan status tersebut dilakukan dengan cara; Departemen Keuangan Amerika Serikat
mentransfer uang sejumlah US$20 juta dari rekening restrukturisasi utang Departemen Keuangan
Amerika Serikat ke rekening USAID. Pembayaran di muka terhadap utang Pemerintah Indonesia
tersebut oleh pihak Departemen Keuangan Amerika Serikat itu disebut sebagai bentuk
pembayaran pengurangan utang (debt reduction payment).
Pembayaran di muka oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat terhadap utang Pemerintah
Indonesia tersebut dapat dilakukan jika CI dan KEHATI menyetor uang masing-masing sebesar
US$1 juta (swap fee share) ke rekening USAID. Setelah pembayaran sebesar US$20 juta oleh
Departemen keuangan Amerika Serikat dan sebesar US$2 juta oleh CI dan KEHATI ke rekening
USAID dilakukan, maka utang Pemerintah Indonesia sebesar US$29,92 juta tersebut dianggap
lunas dalam pembukuan USAID.
Konsekuensi dari transaksi tersebut, maka “kepemilikan” utang Pemerintah Indonesia “pindah
majikan”—dari USAID ke Departemen Keuangan Amerika Serikat dan CI/KEHATI dalam suatu
perjanjian DNS TFCA. Transaksi tersebut juga mengubah kewajiban pembayaran utang
Pemerintah Indonesia, dari yang seharusnya membayar US$29,92 juta ke rekening USAID sebagai
bentuk angsuran pelunasan utang (outstanding obligations), dialihkan pembayarannya ke
rekening “Trust Fund” DNS TFCA (new obligations) melalui sebuah “perjanjian pengalihan
pembayaran utang” (debt swap agreement). Pemerintah Indonesia berkewajiban mentransfer ke
rekening “Trust Fund” DNS TFCA selama delapan tahun ke depan (Agustus 2009 hingga
2016/2017).
Terhadap pembayaran utang bernomor referensi 497-T-035, hanya sekitar 50% dari kewajiban
pembayaran utang Pemerintah Indonesia tersebut yang dialihkan untuk “Trust Fund” DNS TFCA,
sisanya Pemerintah Indonesia tetap harus mentransfer ke rekening USAID dalam bentuk
pelunasan utang hingga 2016/2017 (lihat Tabel 2).
4
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
Tabel 2: Kewajiban Pembayaran Utang oleh Pemerintan Indonesia Pasca Perjanjian DNS TFCA
(dalam ribu dolar AS)
Nama Utang
Referensi
Utang
Kewajiban Pembayaran Kewajiban Pembayaran
“Tanpa” Perjanjian
“Dengan” Perjanjian
DNS TFCA (Outstanding DNS TFCA (Outstanding
obligations)
obligations)
Pembayaran
ke “Trust Fund”
DNS TFCA
Pembayaran
ke USAID
Untuk Transmisi dan Distribusi
Fase II di Jawa Barat
497-W-032
6.419,69
6.419,69
6.419,69
-
Untuk Daerah Pedalaman
497-T-035
2.371,43
2.371,43
1.186,77
1.184,66
Untuk Perbaikan Jalan
di Aceh
497-T-036
3.641,45
3.641,45
3.641,45
-
Untuk Irigasi Sederhana dan
Pengembangan Lahan
497-T-037
8.491,05
8.491,05
8.491,05
-
Untuk Daerah Luwu dan
Pengembangan Transmigrasi
497-T-038
5.571,25
5.571,25
5.571,25
-
Untuk Pembangunan Waduk
Citanduy
497-T-039
4.611,30
4.611,30
4.611,30
-
Total
31.106,16
31.106,16
29.921,50
1.184,66
Sumber: Greenomics Indonesia (Mei 2010), diolah dari berbagai sumber
Tabel 2 menjelaskan bahwa secara riil, total pembayaran utang yang dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia kepada Pemerintah Amerika Serikat—baik itu kewajiban pembayaran utang “tanpa”
perjanjian DNS TFCA (outstanding obligations) maupun kewajiban baru pembayaran utang
“dengan” perjanjian DNS TFCA (new obligations) adalah tetap, tak berubah satu dolar pun, yakni
tetap sebesar US$31,11 juta—di mana sejumlah US$29,92 juta ditransfer ke rekening “Trust
Fund” DNS TFCA, dan sisanya ke rekening USAID.
“Pembelian” enam jenis utang Pemerintah Indonesia ke USAID (outstanding obligations) oleh
Departemen Keuangan Amerika Serikat dan CI/KEHATI sebesar US$22 juta dianggap (lebih
kurang) “mewakili” nilai sekarang (present value) dari kewajiban pembayaran utang Pemerintah
Indonesia yang baru (new obligations) sebesar US$29,92 juta jika dibayarkan tunai sekarang.
5
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
Artinya, nilai “pembelian” utang Pemerintah Indonesia sebesar US$22 juta tersebut juga dinilai
sebagai bentuk investasi sekarang, yang jika dihitung nilai masa depannya (future value), dapat
melebihi nilai US$29,92 juta. Nilai uang masa depan diperhitungkan nilai uangnya (time value of
money), mengingat pembayaran sisa enam utang Pemerintah Indonesia sebesar US$29,92 juta ke
rekening “Trust Fund” DNS TFCA dilakukan secara angsuran hingga tahun 2016/2017. Sementara,
Departemen Keuangan Amerika Serikat dan CI/KEHATI mengeluarkan uang tunai pada saat
sekarang sebesar US$22 juta untuk “membatalkan” enam utang Pemerintah Indonesia sebesar
US$29,92 juta di pembukuan USAID.
Dengan mengacu pada pertimbangan kalkulasi tersebut, maka dianggap kewajiban pembayaran
utang oleh Pemerintah Indonesia dalam perjanjian DNS TFCA sebesar US$29,92 juta ke rekening
“Trust Fund” DNS TFCA secara angsuran tersebut dianggap sama saja dengan pembayaran utang
dengan “harga” yang lebih murah (reduced debt payment).
Sementara itu, terhadap nilai selisih nominal sebesar US$7,92 juta—yakni selisih antara nilai
pembayaran di muka yang dibayarkan oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat dan
CI/KEHATI sebesar US$22 juta dan nilai angsuran total yang dibayarkan oleh Pemerintah
Indonesia sebesar US$29,92 juta—dianggap sebagai biaya dana DNS TFCA (cost of the DNS TFCA
funds).
Namun, pihak Kementerian Keuangan Pemerintah Indonesia tetap menilai bahwa perjanjian DNS
TFCA tersebut tidak menurunkan sedikit pun beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia,
karena secara riil, pembayaran utang tetap dilakukan seperti sebelumnya (tanpa ada perjanjian
DNS TFCA) , dengan skedul dan jumlah yang sama. Perbedaannya hanya terletak pada rekening
yang pembayaran utang yang diubah—dari sebelumnya membayar ke rekening USAID, beralih ke
rekening “Trust Fund” DNS TFCA.
Tak heran jika dalam perjanjian DNS TFCA, terkesan kuat bahwa Departemen Keuangan Amerika
Serikat dan CI/KEHATI membutuhkan “pengakuan pengurangan utang” dengan mengakui bahwa
nilai US$22 juta yang telah mereka keluarkan di muka untuk “membeli” utang Pemerintah
Indonesia di pembukuan USAID (outstanding obligations) sebesar US$29,92 juta
6
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
adalah merupakan biaya pengurangan utang Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika
Serikat—baik utang pokok maupun bunga—senilai senilai US$29,92 juta.
Perlu diperhatikan bahwa salah satu pertanyaan penting dalam setiap program DNS adalah
seberapa besar beban pengurangan pembayaran utang negara debitur dalam membayar
kembali utangnya. Sehingga, manfaat DNS tidak hanya dilihat dari adanya pengalihan transfer
pembayaran utang untuk dana konservasi alam, akan tetapi harus juga memperhatikan sejauh
mana beban pembayaran utang di negara debitur bisa dikurangi secara riil.
Jika hanya mengandalkan perhitungan nilai uang sekarang (present value) dan nilai uang masa
depan (future value) untuk menggambarkan pengurangan pembayaran utang Pemerintah
Indonesia (reduced debt payment) serta menonjolkan sisi “pembatalan utang” Pemerintah
Indonesia di pembukuan USAID lewat mekanisme “pembelian utang”, maka esensi pengurangan
beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia, tetap tidak terjadi secara riil.
Pada kenyataannya, pembayaran utang yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia—baik itu
skedul pembayaran utang maupun jumlahnya—persis sama dengan sebelum atau sesudah
adanya perjanjian DNS TFCA.
IV.
Dipertanyakan, Tidak Mengutamakan Solusi Menang-Menang
Anggapan yang menilai bahwa manfaat utama DNS TFCA bukan berorientasi untuk pengurangan
utang, melainkan untuk menyediakan dana tambahan guna mendukung konservasi hutan, tidak
sepenuhnya bisa diterima. DNS TFCA seharusnya mengedepankan solusi menang-menang (winwin solution), yakni secara bersamaan mampu menciptakan pengurangan beban pembayaran
utang secara riil dan tersedianya penyediaan dana tambahan untuk konservasi hutan.
Tidak munculnya manfaat dari segi pengurangan beban pembayaran utang Pemerintah
Indonesia dalam perjanjian DNS TFCA tentu menimbulkan pertanyaan. Alasan sederhananya
adalah keenam utang Pemerintah Indonesia tersebut adalah utang-utang Pemerintah Indonesia
kepada Pemerintah Amerika Serikat yang dibuat pada tahun 1970-an, dan Pemerintah Indonesia
telah membayar dengan baik secara angsuran utang pokok beserta bunganya tersebut selama
32-33 tahun, yang diskedulkan pelunasannya hingga 2016/2017.
7
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
Pertanyaan susulan lainnya adalah peranan hutan Indonesia selama 32-33 tahun—rentang waktu
pembayaran utang dan bunga yang sudah dilakukan kepada Pemerintah Amerika Serikat—tidak
menjadi pertimbangan penting dalam perjanjian DNS TFCA. Padahal, hutan Indonesia selama
periode angsuran tersebut, telah “secara gratis” melakukan fungsi penyerapan emisi yang
dikeluarkan oleh industri dunia, termasuk emisi dari industri Amerika Serikat.
Memang Indonesia mendapatkan dana tambahan untuk konservasi hutannya, namun
Pemerintah Amerika Serikat, CI, dan KEHATI juga mendapatkan publisitas yang baik dari
perjanjian DNS TFCA, di samping tetap memiliki kewenangan kontrol yang kuat dan penuh
terhadap pengelolaan dan penggunaan uang sebesar US$29,92 juta, yang akan diangsur oleh
Pemerintah Indonesia. Publisitas yang baik yang diterima oleh Pemerintah Amerika Serikat juga
dengan mudah bisa dikaitkan dengan membangun opini bahwa Pemerintah Amerika Serikat telah
ikut berpartisipasi dalam segi pendanaan dalam mengurangi emisi Indonesia dari sumber
deforestasi.
Perlu digarisbawahi bahwa pelibatan utang-utang Pemerintah Indonesia tahun 1970-an dalam
perjanjian DNS TFCA akan menuai pertanyaan-pertanyaan kritis dari publik—apalagi jika
diketahui bahwa perjanjian DNS TFCA tersebut ternyata tidak memberikan pengurangan beban
pembayaran utang Pemerintah Indonesia secara riil.
V.
Kerancuan, Pengelolaan “Trust Fund” DNS TFCA oleh Bank HSBC Singapura
Pembayaran sisa enam utang Pemerintah Indonesia secara angsuran dengan jumlah total
US$29,92 juta, ditransfer ke rekening pengelola “Trust Fund” DNS TFCA (Debt Service Account),
yakni HSBC Bank, yang bertindak sebagai pengelola “Trust Fund” tersebut (trustee),
berkedudukan di Singapura.
Secara umum, alasan pemilihan model pengelolaan “Trust Fund” dengan menunjuk Bank HSBC di
Singapura sebagai “trustee” tersebut, dikarenakan Indonesia tidak memiliki Undang-Undang
“Trust Fund”. Usulan pembentukan sebuah Yayasan berbadan hukum Indonesia sebagai
pengelola “Trust Fund” DNS TFCA, tidak sepakati oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat
(US Treasury).
8
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
Badan hukum Yayasan secara legal sangat otonom dalam mengelola dana, sehingga kontrol
dari pihak Pemerintah Amerika Serikat bisa sangat terbatas. Di samping itu, Pemerintah
Amerika Serikat juga keberatan jika dana hasil dari DNS TFCA dikenakan pajak jika penempatan
dana tersebut di Indonesia.
Penempatan “Trust Fund” DNS TFCA di Bank HSBC Singapura tersebut didasarkan atas
perjanjian antara Komite Pengawas (Oversight Committee/OC)—yang terdiri dari perwakilan
Pemerintah Indonesia, Pemerintah Amerika Serikat, CI, dan KEHATI—dengan pihak Bank HSBC
Singapura. KEHATI bertindak secara hukum mewakili OC, sehingga KEHATI berperan dalam
melakukan penarikan dana “Trust Fund” tersebut atas nama OC, dan kemudian menyalurkan
ke penerima dana (grantees).
Peranan KEHATI tersebut telah melampaui peranannya sebagai mitra DNS TFCA (swap
partner). Seharusnya, Bank HSBC Singapura—karena berstatus sebagai “trustee”—atas
instruksi tertulis OC—dapat berinteraksi langsung dalam penyaluran dana kepada para pihak
penerima dana (grantees), tidak melalui KEHATI sebagai anggota OC. Kenyataannya, KEHATI
“mewakili” Bank HSBC Singapura dalam penyaluran dana ke para penerima dana, dengan
menyandang status sebagai administrator.
Secara umum, peranan yang dilakukan KEHATI adalah; OC mengeluarkan instruksi tertulis
untuk penarikan dana kepada KEHATI, kemudian KEHATI sebagai pihak yang mewakili OC,
meneruskannya ke Bank HSBC Singapura untuk penarikan dana. Kemudian, pihak Bank HSBC
Singapura mentransfer sejumlah uang yang dimintakan tersebut ke rekening KEHATI.
Tahap berikutnya, KEHATI mentransfer ke rekening para penerima dana—baik itu LSM
lingkungan, organisasi kemasyarakatan, dan dalam kondisi tertentu dapat berupa kegiatan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia.
Fakta di atas menunjukkan secara jelas bahwa Bank HSBC Singapura tidak berperan sebagai
pengelola dana (trustee) seperti layaknya sebagai pengelola dana “Trust Fund”. Bank tersebut
hanya berperan sebagai tempat parkir dana “Trust Fund” DNS TFCA, kemudian “ditugasi”
sebagai “tukang transfer” ke KEHATI sesuai permintaan OC.
9
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
Posisi KEHATI sebagai salah satu anggota OC, telah “diperluas”. Sebagai anggota OC, KEHATI juga
“ditugasi” sebagai “pengurus” (administrator), yang di antaranya berperan sebagai penarik dana
ke Bank HSBC Singapura, sebagai penerima transfer dari Bank HSBC Singapura, dan sebagai
penyalur dana ke para penerima dana (grantees).
Kondisi tersebut di atas menunjukkan kerancuan dalam pengembangan model pengelolaan
“Trust Fund” DNS TFCA. Posisi KEHATI telah berada pada titik “conflict of interest”. Biaya
manajemen sekretariat (management expenses) DNS TFCA di KEHATI sebagai kantor sekretariat
administrator DNS TFCA, ditetapkan sebesar US$350,000 per tahun, dengan management fee
untuk KEHATI sebesar 4% per tahun dari total biaya tersebut. Aturan mainnya, pihak KEHATI—
sebagai mitra DNS TFCA (swap partner) dan anggota OC—tidak diperbolehkan menerima dana
DNS TFCA.
VI.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
1. Profil utang-utang Pemerintah Indonesia yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA tidak
menjadi bagian utama yang dikonsultasikan secara terbuka dengan para pihak terkait—baik
sebelum maupun setelah perjanjian DNS TFCA ditandatangani. Utang-utang yang akan
dilibatkan dalam mekanisme perjanjian DNS TFCA hanya dibahas dan disepakati oleh pihak
Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Departemen Keuangan
Amerika Serikat, dan USAID.
2. Pemerintah Indonesia tidak mendapatkan pengurangan beban pembayaran utang secara
riil—baik utang pokok dan bunga—dalam perjanjian DNS TFCA. Pengurangan pembayaran
utang hanya berupa “pengakuan” dalam perjanjian DNS TFCA, yang didasarkan atas
perhitungan nilai uang sekarang (present value) dan nilai uang masa depan (future value).
3. Perjanjian DNS TFCA antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat tidak
menciptakan solusi menang-menang. Fokus dari perjanjian tersebut lebih mengutamakan
pada penyediaan dana tambahan untuk konservasi hutan Indonesia—dalam hal ini hutan
Sumatera, sehingga tidak terlihat adanya fokus terhadap upaya pengurangan beban
pembayaran utang Pemerintah Indonesia dalam perjanjian DNS TFCA ini.
10
Kesepakatan “Debt-for-Nature Swap” Amerika Serikat-Indonesia
4. Penempatan dan pengelolaan “Trust Fund” DNS TFCA pada Bank HSBC Singapura
menimbulkan kerancuan. Bank HSBC Singapura yang ditunjuk sebagai pengelola dana
(trustee) ternyata tidak berperan sebagai pengelola dana. KEHATI diperankan sebagai
administrator yang bertidak seperti pengelola dana. Peranan tersebut menimbulkan konflik
kepentingan. Sehingga, penempatan dan pengelolaan “Trust Fund” DNS TFCA tidak
memberikan model terbaik (best practice) dalam pengelolaan sebuah “Trust Fund”, yang
dananya berasal dari sebuah perjanjian DNS.
Rekomendasi
1. Profil utang Pemerintah Indonesia yang akan dilibatkan dalam perjanjian DNS—tidak hanya
DNS TFCA—seharusnya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan para pihak terkait, tidak hanya
menjadi bahasan pihak Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Perekonomian,
Departemen Keuangan Amerika Serikat, dan USAID. Penentuan kriteria utang yang dapat
diikutsertakankan dalam perjanjian DNS perlu dibangun guna menciptakan kredibilitas
perjanjian-perjanjian DNS.
2. Pemerintah Indonesia perlu membuat sebuah “kertas negosiasi” yang solid pada setiap
perjanjian DNS untuk meyakinkan negara-negara kreditur agar dalam perjanjian DNS harus
menyertakan pengurangan beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia secara riil.
3. Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan konsep solusi menang-menang dalam perjanjian
DNS, agar setiap perjanjian DNS tidak hanya memperhatikan kontribusi dana untuk konservasi
alam di Indonesia, namun juga secara berimbang memperhatikan kontribusi terhadap
pengurangan beban pengurangan utang Pemerintah Indonesia secara riil.
4. Pemerintah Indonesia harus mengupayakan agar “Trust Fund” yang bersumber dari hasil
perjanjian DNS harus ditempatkan dan dikelola di Indonesia.
11
Perlu digarisbawahi bahwa pelibatan utang-utang Pemerintah Indonesia
tahun 1970-an dalam perjanjian DNS TFCA akan menuai pertanyaan-pertanyaan
kritis dari publik—apalagi jika diketahui bahwa perjanjian “debt-for-nature-swap”
tersebut ternyata tidak memberikan pengurangan beban pembayaran utang
Pemerintah Indonesia secara riil.
Untuk informasi selanjutnya, silakan hubungi:
Elfian Effendi
Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia
Jl. Gandaria Tengah VI No. 2 Kebayoran Baru Jakarta 12130
Tel: +62 21 7279 7226 Fax: +62 21 7280 1148
Email: [email protected]
Download