BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pasar modal

advertisement
1
BAB I
PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan sebagian dari gambaran perekonomian secara
makro atas suatu negara, sedangkan investasi di pasar modal merupakan
gambaran
suatu
perusahaan
yang
akan
dipilih
oleh
investor
untuk
menginvestasikan dananya. Oleh karena itu, investor melakukan pertimbangan
dan melakukan analisis pada suatu perusahaan yang akan dipilihnya untuk
investasi. Karena investasi harus dapat memberikan suatu nilai yang
menguntungkan atau dapat memberikan nilai tambah (return) bagi inestor. Oleh
karena itu, investor sebelum berinvestasi perlu mengetahui aliran kas suatu
perusahaan, dan harus dilakukan analisis kembali sehingga dapat diketahui
seberapa besar aliran kas yang diciptakan oleh perusahaan tersebut. Untuk itu
pilihlah arus kas yang terus meningkat, karena secara tidak langsung dapat
mencerminkan bahwa perusahaan tersebut memiliki usaha yang maju dan
berkembang serta sehat secara financial.
Dengan memahami aliran arus kas pada perusahaan yang akan dipilih
untuk dijadikan investasi, maka melakukan analisis keuangan perusahaan menjadi
sangat penting dan diperlukan sekali bagi investor. Hal ini dilakukan oleh investor
karena berharap bahwa perusahan tersebut nantinya akan memberikan tingkat
return yang tinggi sesuai dengan harapan investor atas investasi yang
ditanamkannya. Dengan demikian secara tidak langsung apabila ada perubahan
dalam aliran kas pada perusahaan akan dapat mempengaruhi pula terjadinya
2
perubahan keuangan pada perusahaan tersebut. Untuk itu diperlukanlah suatu
analisis lebih lanjut dan lebih mendalam untuk mengetahui kemana aliran arus kas
pada perusahaan dimaksud.
Diketahui bahwa pasar modal merupakan suatu tempat pertemuan antara
pihak yang memiliki dana (investor) dengan pihak perusahaan yang memerlukan
dana (emiten). Oleh karena itu apabila ada perusahaan yang telah memperoleh
dana yang berasal dari investor, maka tentunya dana tersebut akan digunakan
sebaik-baiknya oleh perusahaan untuk meningkatkan struktur modalnya, atau
menggunakan dananya untuk tujuan yang sesuai dalam melakukan ekspansi
usaha. Perusahan yang dipercaya oleh investor dapat menjadi tumbuh dan
berkembang dan dapat memberikan hasil yang menjanjikan bagi investor.
Bagi investor yang ingin menanamkan dananya sebagai investasi memiliki
tujuan, selain dapat membantu perusahaan yang memerlukan dana untuk
menguatkan permodalan dan mendapatkan gain berupa deviden dari perusahaan
karena berhasil mendapatkan keuntungan usaha dari perusahaan tersebut. Di pasar
modal diperlukan suatu proses dan mekanisme sesuai ketentuan yang berlaku,
yang berada dalam pengawasan lembaga pemerintah, dalam hal ini lembaga
tersebut adalah Badan Pengawas Penanaman Pasar Modal (BAPEPAM).
Untuk itu bagi para investor yang akan menanamkan dananya diwajibkan
untuk membuka account bagi keperluan investasi dipasar modal. Account tersebut
harus melalui perusahaan sekuritas yang telah menjadi anggota di pasar modal.
Untuk perusahaan (emitan) yang memerlukan dana diwajibkan membuka diri
dengan memberikan visi dan misi serta menjelaskan kekuatan struktur
keuangannya untuk meyakinkan investor.
3
Saham dan obligasi merupakan produk yang diperdagangkan di pasar
modal, oleh karena itu dalam mekanisme penjualan dan penerbitannya dilakukan
hanya melalui bursa pasar modal. Atas kedua produk tersebut merupakan suatu
surat berharga yang juga merupakan bagian dari investasi. Saham dapat dikatakan
sebagai suatu bukti kepemilikan dari suatu perusahaan, sedangkan obligasi
merupakan suatu kontrak pinjaman yang akan dibayar kembali baik pokok berikut
dengan bunganya dalam kurun waktu yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan
(Jogiyanto, 2008: 25).
Mekanisme bagi perusahaan yang akan memasuki bursa di pasar modal
dalam mencari pendanaan dari pinvestor, maka perusahaan tersebut untuk pertama
kalinya dalam menjual saham dan obligasinya harus melalui Initial Public
Offering (IPO) atau penawaran umum di pasar perdana. Sebelum melakukan
penawaran saham perdana, maka perusahaan yang menawarkan saham akan
memberikan informasi mengenai perusahaan secara detail baik visi dan misinya
yang umum disebut dengan prospectus.
Prospektus ini berisikan suatu informasi mengenai kondisi perusahaan
dan kualitas manajemen kepada calon investor secara keseluruhan dan dengan apa
adanya. Pada informasi propektus tersebut pihak investor dapat mengetahui
prospek perusahaan di masa yang akan datang, dengan membaca informasi dari
prospektus tersebut akan memberikan suatu gambaran yang dapat menarik bagi
investor untuk bersedia membeli saham yang diterbitkan oleh perusahaan.
Apabila dalam penilaian investor terhadap prospek perusahaan di masa
yang akan datang terdapat keraguan atas kualitas manajemen yang ada pada
perusahaan tersebut, akan menyebabkan berkurangnya peminatan investor untuk
4
berinvestasi diperusahaan tersebut. Investor dapat saja menghawatirkan apabila
adanya kemungkinan suatu saat harga saham atas emiten tersebut akan memiliki
harga yang rendah sekali dan selalu mudah terkoreksi di pasar. Namun demikian
akan berbeda apabila kualitas menajemen perusahaan menurut penilaian investor
sangat baik dan dapat dipercaya, sehingga perusahaan tersebut dapat memberikan
keyakinan kepada investor maka harga saham tersebut dapat juga terus
berfluktuasi meningkat dan aktif dalam transaksi di pasar modal, karena sahamnya
diminati oleh banyak investor.
Bank BRI adalah salah satu perusahaan terbuka yang bergerak di bidang
jasa perbankan yang merupakan bank terbesar dan tertua di Indonesia yang berdiri
sejak tanggal 16 Desember 1895. Sejak berdiri hingga kini Bank BRI tetap focus
pada core bisnis utamanya di segmen usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Bisnis utama Bank BRI sampai saat ini dapat memberikan banyak
inspirasi oleh berbagai pihak, untuk ikut mendayagunakan sektor UMKM.
UMKM saat ini telah menjadi sebagai tulang punggung perekonomian nasional.
Pada awalnya Bank BRI merupakan sebuah badan pengelola dana masjid
yang bertujuan untuk mengelola dan menyalurkan dana kepada masyarakat
dengan skema yang sangat sederhana. Seiring dengan perjalanan waktu, dengan
nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Irlandsche Hoofden yang lahir
pada tanggal 16 Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah. Lembaga ini
didirikan oleh Raden Aria Wiriatmaja semakin terus berkembang dan dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat saat itu.
Sejalan dengan waktu dan terus berkembangnya usaha saat itu, lembaga
ini telah mengalami beberapa kali berubah nama. Pada akhirnya lembaga ini oleh
5
pemerintah Indonesia dirubah menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan
peraturan pemerintah no. 1 tahun 1946. Bank BRI merupakan bank pertama yang
dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia saat itu. Sebagai bank pemerintah,
Bank BRI banyak berperan sebagai ujung tombak pemerintah dalam
pembangunan perekonomian nasional. Bank BRI menjadi perseroan terbuka pada
tanggal 10 November 2003 dan berhasil mencatatkan 30 persen sahamnya di
Bursa Efek Jakarta dengan kode BBRI. Saat ini saham BBRI berhasil tergabung
dalam indeks saham LQ45 dan termasuk salah satu saham Blue Chip di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Sampai dengan saat ini perkembangan usaha Bank BRI selalu tumbuh
pesat baik dari segi asset, jumlah kredit yang dikucurkan menunjukkan pengelolan
dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpunnya selalu menunjukkan angka
yang bertumbuh. Demikian pula terhadap laba yang dihasilkan serta kualitas asset
yang terjaga dengan baik sesuai dengan target perseroan dan ketentuan Bank
Indonesia selalu tercapai.
Sampai dengan 31 Desember 2013, Bank BRI telah memiliki lebih dari 48
juta rekening yang terdiri dari nasabah perorangan, pelaku usaha mikro dan kecil,
perusahaan kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar, baik yang berasal
dari swasta maupun pemerintah. Dengan memiliki jaringan perbankan terluas
yang tersebar di pelosok negeri Indonesia, dan saat ini Bank BRI telah memiliki
lebih 9.808 unit kerja yang terdiri dari Kantor Wilayah, Kantor Cabang, Kantor
Cabang Pembantu, kantor Kas, BRI Unit maupun Teras BRI, jaringan e-channel
sebanyak 104.570 dan jaringan ATM terbesar di Indonesia sebanyak 18.292 unit
(www.bri.co.id).
6
Pengembangan bisnis terus dilakukan oleh Bank BRI seperti dengan
penambahan jaringan kantor baru dan telah didukung dengan teknologi informasi
yang memadai. Demkian pula pada jaringan kantor tersebut yang telah
tersambung real time on line sehingga dapat memberikan kontribusi peningkatan
pelayanan kepada nasabah dan masyarakat, yang pada akhirnya memberikan
peningkatan dana masyarakat serta jumlah kredit yang disalurkan.
Tercatat jumlah dana masyarakat pada akhir tahun 2013 adalah sebesar
Rp504,28 triliun mengalami kenaikan 12,02 persen dibandingkan posisi akhir
tahun 2012. Seluruh aktifitas bisnis yang telah dilakukan oleh bank BRI di tahun
2013 yang pada akhirnya menghasilkan laba bersih sebesar Rp21,3 triliun atau
mengalami kenaikan sebesar 14,3 persen dari tahun 2012. Atas pencapaian ini
Bank BRI merupakan pencetak laba terbesar dalam industri perbankan di
Indonesia (www.bri.co.id).
Melalui struktur permodalan yang terus diperkokoh sejalan dengan
perkembangan usahanya, penanganan pengendalian risiko dan pengawasan intern
juga terus ditingkatkan, pengembangan produk dan jasa perbankan yang inovatif
dan sesuai dengan kebutuhan pasar, pengembangan sumber daya manusia secara
berkesinambungan, serta selalu memberi peningkatan mutu pelayanan yang pada
akhirnya dapat memenuhi harapan nasabahnya. Dengan demikian Bank BRI
selalu
siap
untuk
meraih
pertumbuhan
dalam
jangka
panjang
yang
berkesinambungan.
Seiring waktu dan dengan telah terjadinya perubahan yang signifikan
dalam lingkungan bisnis perbankan, seperti adanya perubahan ekonomi secara
makro maupun mikro, yang diakibatkan dengan adanya kemajuan globalisasi dan
7
kemajuan teknologi serta telekomunikasi. Dengan demikian hal ini akan tercipta
fragmentasi pasar yang menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat pada
industri yang sama.
Dengan kondisi yang demikian tentunya menuntut Bank BRI untuk selalu
mengembangkan strategi, sehingga dapat diterima oleh masyarakat dan terus
berkembang mengikuti perkembangan bisnis perbankan. Untuk itu Bank BRI
perlu
mengembangkan
suatu
strategi
yang
tepat
sehingga
mampu
mempertahankan eksistensinya dengan selalu memperbaiki kinerjanya. Salah satu
upaya yang sedang dilakukan oleh Bank BRI adalah untuk menjadi bank yang
terbesar dan terkuat di Indonesia yaitu dengan melakukan peningkatan jaringan
dan memberikan layanan yang terbaik bagi nasabahnya yang berada di pelosok
desa dan di perkotaan.
Konsistensi Bank BRI dalam menggerakan roda perekonomian di
Indonesia, khususnya dengan memberikan layanan perbankan dan jasa keuangan
lainnya secara berkualitas namun tetap berfokus pada segmen bisnis usaha mikro
kecil dan menengah (UMKM). Termasuk pula pada segmen bisnis jasa keuangan
lainnya yang didukung dengan penyediaan jaringan kerja yang selalu di
tingkatkan dan dapat memadai di seluruh pelosok negeri.
Sejauh ini Bank BRI mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis kredit
UMKM terbaik, sehingga di akhir tahun 2013 tercatat total aset tumbuh menjadi
Rp626,18 triliun, total kredit tumbuh menjadi Rp448,35 triliun dan dengan
kualitas kredit yang selalu terjaga pada kisaran 1,63 persen. Pertumbuhan tersebut
pada akhirnya memberikan kontribusi terhadap pencapaian laba bersih menjadi
8
sebesar Rp21,35 triliun dan tumbuh meningkat 14,3 persen dari tahun sebelumnya
(www.bri.co.id).
Bank BRI selalu berkonsisten dalam menerapkan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (GCG) dalam tata kelola usahanya. Khusus dalam
penyaluran kredit Bank BRI selalu berupaya untuk lebih transparan, terencana,
bertanggung jawab dan akuntabel, dan tetap focus pada keunggulan yang
kompetitif. Saat ini Bank BRI mampu meningkatkan total asetnya melalui kredit
dengan kualitas yang semakin membaik, hal ini ditunjukan oleh penurunan kredit
Non Performing Loan (NPL).
Secara total Bank BRI berhasil meletakan landasan yang kuat untuk terus
tumbuh secara berkesinambungan melalui penerapan tata kelola perusahaan
(GCG) menjadi lebih baik. Peningkatannya lebih ditekankan pada kehandalan
infrastruktur teknologi informasi (TI) serta pada peningkatan kompetensi dan
integritas sumber daya manusia (SDM).
Seluruh upaya dalam pengembangan usaha yang telah dilakukan oleh
Bank BRI dengan selalu terfokus, terarah dan terintegrasi yang disertai
konsistensi dalam meningkatkan kualitas praktek tata kelola perbankan yang baik.
Pada akhirnya menjadikan Bank BRI mampu mencatat kinerja yang
membanggakan. Bank BRI berhasil melampui rata-rata kinerja bank lainnya
meskipun ditengah kondisi perekonomian yang penuh dengan tantangan.
Demikian pula dengan saham Bank BRI dengan kode BBRI yang mulai
tercatat di bursa pasar modal sejak tanggal 10 Nopember 2003 selalu
menunjukkan angka yang meningkat. Nilai kapitalisasi pada tanggal 31 Desember
2013 adalah sebesar Rp178,86 tiliun yang merupakan nilai terbesar ke 6 (enam) di
9
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada saat Indeks Harga Saham gabungan (IHSG)
menurun 0,98 persen dari tahun yang lalu, harga saham BBRI menunjukkan
peningkatan sebesar 4,32 persen yang ditutup pada akhir tahun pada posisi
Rp7.250,- dengan volume perdagangan yang solid dan likuid di bursa. Harga
saham di akhir tahun 2013 tersebut menunjukkan peningkatan sebanyak 17x
(tujuh belas kali) dibandingkan dengan harga saham saat Initial Public Offering
(IPO) (www.bri.co.id).
Jumlah pemegang saham bank BRI sampai dengan akhir tahun 2013
adalah sebanyak 19.380 pemegang saham, dan mengalami peningkatan dari tahun
2012 sebanyak 17.028 pemegang saham. Pemerintah masih tetap merupakan
mayoritas kepemilikan saham bank BRI sebesar 56,75 persen dan sisanya sebesar
34,14 persen persen dimiliki oleh masyarakat nasional dan sebesar 9,11 persen
dimiliki oleh asing, namun masing-masing kepemilikannya tidak melebihi 5
persen.
Tabel 1.0
Komposisi Kepemilikan Saham
Pemilik
Pemerintah
Pemodal Nasional
Pemodal Asing
Jumlah
1
17.766
1.613
19.380
Saham
14.000.000.000
8.176.059.665
2.246.410.715
24.422.470.380
Prosentase
56,75%
34,14%
9,11%
100%
Sumber: www.bri.co.id
Terjadinya perlambatan ekonomi global di tahun 2013 mempengaruhi
kondisi pasar modal Indonesia. Hal tersebut nampak dari penurunan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) yang membukukan angka
penutupan pada 30 Desember 2013 di level 4.274,18 dan turun 0,98 persen di
akhir tahun 2012 dari level penutupan IHSG sebesar 4.316,69. Namun sejalan di
tahun 2013 terjadi adanya penambahan 31 emiten baru yang berhasil menambah
10
nilai kapitalisasi pasar saham dan menjadi sebesar 2,32 persen, yang semula dari
Rp3.835 trilliun pada akhir Desember 2012 meningkat menjadi Rp3.924 triliun di
akhir Desember 2013 (www.idx.co.id).
Rata-rata nilai transaksi harian saham Bank BRI pada posisi Januari
hingga Desember 2013 telah mencapai Rp6,25 triliun, yang menunjukan
terjadinya peningkatan sebesar 37,68 persen jika dibandingkan dengan posisi yang
sama di tahun 2012 sebesar Rp4,54 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi harian
saham posisi Januari hingga Desember 2013 juga mengalami peningkatan sebesar
26,51 persen menjadi 153.975 kali transaksi. Jika dibandingkan perolehan ratarata frekuensi transaksi di tahun 2012 hanya sebesar 121.712 kali transaksi.
Demikian pula dengan rata-rata volume transaksi harian saham pada psisi Januari
hingga Desember 2013 juga turut mengalami kenaikan sebesar 28,51 persen
dengan jumlah saham mencapai 5,50 miliar lembar saham, jika dibandingkan
dengan posisi yang sama di tahun 2012 hanya mencapai sebesar 4,28 miliar saham
(www.bri.co.id).
Tabel 1.1
Pergerakan harga saham Bank BRI sepanjang tahun 2013
Bulan
Tinggi
Rendah
Tutup
Jan-13
8,000
7,000
7,950
Feb-13
9,450
7,900
9,450
Mar-13
9,450
8,500
8,750
Apr-13
9,400
9,250
9,400
May-13
9,950
8,900
8,900
Jun-13
8,850
7,050
7,750
Jul-13
8,350
7,150
8,250
Aug-13
8,450
6,250
6,600
Sep-13
8,650
6,200
7,250
Oct-13
8,500
7,250
7,900
Nov-13
8,050
7,200
7,450
Dec-13
7,750
6,750
7,250
11
Gambar 1.0 Grafik pergerakan saham Bank BRI sepanjang tahun 2013
Sebagaimana kondisi bursa sepanjang tahun 2013 nampak perkembangan
harga saham BBRI berfluktuasi mengikuti perkembangan kondisi perekonomian
dan sentimen pasar modal global. Fluktuasi harga saham BBRI di tahun 2013
berkisar dari harga terendah adalah Rp6.200,- dan harga tertingginya tercatat
sebesar Rp9.950,- Saat volume transaksi mengalami peningkatan dari total
7.909,9 juta lembar saham selama tahun 2012 menjadi 8.507,7 juta lembar saham.
Sebagai salah satu saham unggulan, saham BBRI dengan nilai kapitalisasi
pasar mencapai Rp178,85 triliun per akhir Desember 2013, turut terkena imbas
sentimen pasar yang membuat investor cenderung berhati-hati dengan kinerja
saham pada industri keuangan. Hingga paruh pertama tahun 2013, IHSG di pasar
modal Indonesia tumbuh tinggi hingga menembus level 5.000 akan tetapi adanya
isu pengurangan stimulus di Amerika Serikat yang seiring membaiknya data
perekonomian Amerika Serikat menyebabkan para investor asing mulai menarik
dananya dari emerging market di Indonesia (www.idx.co.id).
12
Walaupun adanya berbagai pengaruh negatif yang berasal dari luar
maupun dari dalam negeri. Namun hingga akhir Desember 2013 harga saham
Bank BRI justru mengalami peningkatan dari semula Rp6.950,- pada akhir tahun
2012 menjadi sebesar Rp7.250,- di akhir tahun 2013. Hal ini karena adanya
keyakinan investor terhadap kondisi fundamental Bank BRI dengan jumlah
volume perdagangan yang terus meningkat.
Sebagaimana diketahui fokus usaha Bank BRI adalah pada sektor UMKM
dengan pemasaran produk lebih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan
domestik yang menjadikan Bank BRI berhasil dalam pencapaiannya targetnya.
Keberhasilan ini karena selalu berupaya untuk memperbaiki kinerja usahanya,
sebagaimana hal ini tercermin dari perbaikan Non Performimng Loan (NPL),
peningkatan kredit yang selalu Prudent dan peningkatan laba bersih yang selalu
meningkat tinggi. Dengan di informasikan secara rutin kinerja Bank BRI kepada
semua pelaku pasar, maka hal tersebut direspon positif oleh investor, sehingga
saham Bank BRI di akhir tahun 2013 ditutup dan berhasil meningkat sebesar 4,32
persen dari posisi penutupan akhir tahun sebelumnya.
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian atas perseroan yang sudah Go Public pada industri jasa
perbankan, dan mengenai penentuan nilai perusahaan yang kemudian menjadi
nilai pasar wajar saham, telah banyak dilakukan oleh peneliti yang lain. Pada
beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penlaian usaha
pada perusahaan jasa perbankan yang ada di pasar modal. Adapun penelitian
13
penilaian bisnis atau usaha pada penilaian harga saham diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Damodaran (2009), meneliti Risk Premium pada 109 negara-negara di dunia.
Risk premium ini diperlukan dalam perhitungan Biaya Modal Rata-Rata
Tertimbang (WACC) khususnya dalam perhitungan Biaya Ekuitas (Cost of
Equity) sebagai salah satu komponen WACC.
2. Fernandez (2007), mengkaji penilaian usaha yang sering digunakan oleh pihak
peneliti terdapat 4 (empat) kelompok dalam analisisnya, yaitu Income
Statement Methods (metoda pendapatan), Cash Flow Discounting Methods
(metoda aliran kas terdiskonto), Balance Sheet Methods (metoda neraca), dan
Mixed Methods (metoda campuran). Dari hasil analisis yang diperoleh hanya
metode aliran kas terdiskonto yang lebih tepat menggambarkan nilai usaha
yang sebenarnya.
3. Nurdianingsih (2012), dapat menghitung estimasi nilai saham intrinsik
PT.Bank Danamon Indonesia dengan menggunakan metoda penilaian
Discount Cash Flow (DCF) dan Relative Valuation (RV).
4. Tauriesanto (2007), berhasil menganalisa nilai saham Bank BNI yang
melaksanakan penawaran saham keduanya (Secondary Public Offering).
Analisa data yang dilakukan adalah menggunakan metoda Discounted Cash
Flow (DCF) dan Relative Valuation (RV).
5. Utomo (2008), telah menganalisis nilai pasar wajar saham PT. Central
Proteinaprima,Tbk pasca akuisisi PT. Dipasena Citra Darmaja. Analisa data
yang dilakukan adalah menggunakan Pendekatan Aktiva (Asset Base
Approach) dan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approah).
14
Dengan demikian beberapa penelitian usaha dalam cara melakukan
penilaian saham, dan telah diulas mengenai metoda yang digunakan untuk menilai
saham, sehingga diketahui terdapat bermacam-macam metoda yang dapat
digunakan. Namun metoda yang sering digunakan dan sudah terbukti dapat
mengestimasi nilai pasar wajar saham adalah dengan menggunakan pendekatan
pendapatan melalui metoda Discounted Cash Flow (DCF) dan metoda pendakatan
data pasar (Relative Value) serta metoda pendekatan asset/neraca (Asset
Approach).
Pada penelitian ini yang membedakan dengan penelitian yang terdahulu
adalah penilaian harga saham yang dilakukan dengan memproyeksikan laporan
keuangan selama 5 tahun. Maka pada penelitian ini melakukan penilaian saham
Bank BRI hanya sampai dengan akhir tahun 2014, namun masa waktu
proyeksinya pada laporan keuangan selama 5 tahun tetap menggunakan 2 metoda
pendekatan penilaian, yakni menggunakan metoda penilaian Discounted Cash
Flow (DCF) dan metoda penilaian Relative Valuation (RV).
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai harga wajar saham
Bank BRI sampai dengan akhir tahun 2014. Dalam penilaian saham ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan pendapatan dan pendekatan data pasar yang
menggunakan Metoda Discount Cash Flow (DCF) dan Metoda Relative Valuation
(RV).
15
Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI) 2007 dimana harga pasar saham
yang ada di bursa merupakan indikasi nilai saham suatu perseroan. Harga saham
Bank BRI sebelum dilakukan penelitian harga saham BBRI adalah sebesar
Rp7.250,- pada posisi akhir tahun 2013, sehingga dimungkinkan harga saham
BBRI masih dapat untuk terus meningkat mengingat penelitian ini dilakukan pada
bulan Agustus 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai pasar
wajar saham Bank BRI sampai dengan akhir tahun 2014.
1.3.2
Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penilaian
bisnis atau penilaian usaha khususnya pada penilaian saham. Pada penelitian ini
dapat menjadi sumber informasi dan dapat untuk dijadikan salah satu acuan dasar
dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang memerlukan. Pihak-pihak
yang dimaksudkan diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Bagi akademisi dan praktisi bahwa penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai langkah untuk melakukan penilaian saham wajar atas perusahaan yang
bergerak dibidang jasa keuangan (perbankan).
2. Memberikan informasi yang diperlukan bagi pemegang saham atau investor
untuk mengambil keputusan investasi yang terkait dengan nilai saham wajar
Bank BRI dengan kode BBRI.
3. Dapat menjadi masukan bagi peneliti yang akan datang serta Kantor Jasa
Penilaian Publik (KJPP) dalam melakukan penilaian saham khususnya
penilaian harga saham wajar Bank BRI.
16
1.4 Sistematika Penulisan
Pada penulisan tesis ini peneliti membuatnya terdiri dari 4 bab dengan
sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, mencakup uraian tentang latar
belakang penulisan, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan. Bab II berisi tinjauan pustaka, landasan teori, data dan
sumber data, serta metoda dan alat analisis. Bab ini berisi uraian mengenai
tinjauan pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian, landasan teori dan
rencana penelitian. Bab III berisi uraian tentang gambaran umum perusahaan,
analisis makro ekonomi dan industri perbankan, serta analisis nilai saham. Bab IV
merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran atas hasil penelitian
serta keterbatasan penelitian. Bab ini berisi kesimpulan hasil analisis yang didapat
dari hasil penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian, keterbatasan
penelitian berupa kendala dan kesulitan serta saran yang disampaikan sebagai
sumbangan pikiran.
Download