JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 1 FEBRUARI 2011 Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kota Kendari Nuning Mutia, Firdaus Jurusan Fisika FMIPA Universitas Haluoleo Kampus Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari, Sulawesi Tenggara Abstrak Telah dilakukan pemetaan acaman bencana tanah longsor dalam bentuk peta tematik untuk mengetahui daerah sangat rawan bencana tanah longsor di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Tingkat ancaman ditentukan berdasarkan akumulasi perkalian bobot dan skor parameter fisis yang mempengaruhi bencana tanah longsor. Teknik pembobotan dan skoring menggunakan skala borgadus, sedangkan penentuan kelas interval tingkat ancaman menggunakan metode aritmatik. Informasi tingkat ancaman disajikan dalam peta tematik yang dibuat dengan menggunakan software ArcView 3.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah perbukitan yang terjal merupakan daerah yang sangat rawan longsor yang terdapat di daerah Kecamatan Kambu, Poasia, Abeli, Kendari Barat dan Kendari. Klasifikasi tingkat ancaman terdiri atas empat tingkatan yaitu sangat rawan, rawan, agak rawan dan tidak rawan. Data yang digunakan berupa data sekunnder yang merupakan peta parameter penyusun bencana yaitu peta kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan dan jenis tanah dalam bentuk format shp. Penelitian ini dilakukan pada daerah yang belum mengalami longsoran dan yang sudah mengalami longsoran. Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa hanya 1,88% wilayah Kota Kendari merupakan daerah sangat rawan tanah longsor, 27,58% merupakan daerah rawan longsor, 52,53% merupakan daerah agak rawan longsor sedangkan 18,01% merupakan daerah tidak rawan longsor. Kata Kunci : Tingkat ancaman, skala borgadus, peta tematik, Kendari, bencana, metode aritmatik, Informasi Geografis (SIG), yang bertujuan untuk memberikan informasi lokasi–lokasi yang memiliki kerawanan bencana tanah longsor yang tinggi. Pemetaan bencana tanah longsor ini diharapkan dapat mencegah atau mengurangi dampak dari bencana tersebut yang mungkin terjadi di Kota Kendari. 1. Pendahuluan Bentang alam daerah Kendari dan sekitanya merupakan cekungan, tempat material rombakan pegunungan disekitarnya diendapkan. Dari hasil penelitian sebelumnya, umumnya Kota Kendari merupakan daerah yang rentan terhadap bahaya goncangan tanah, yang tersusun oleh litologi yang belum terkonsolidasi dengan baik. Mengingat kejadian bencana alam di daerah Kota Kendari beberapa tahun terakhir ini seperti bencana tanah longsor pada tahun 2008 dan 2009 yang pernah terjadi di beberapa Kecamatan di Kota Kendari. Hal ini di karenakan sebagian wilayah di Kota Kendari berada pada daerah perbukitan dengan kemiringan lereng landai (5-8%) hingga agak terjal (>40%), puncak-puncaknya mempunyai ketinggian 250-450 m diatas permukaan laut (dpal/msl). Berdasarkan karakteristik wilayah Kota Kendari maka perlu dilakukan pemetaan tingkat kerawanan bencana alam tanah longsor dengan menggunakan Metoda Analisa Data Spatial menggunakan Aplikasi Sistem 2. Tinjauan Pustaka A. Bencana Tanah Longsor Longsoran merupakan suatu gerakan tanah pada lereng. Dimana gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah atau batuan penyusun lereng, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Jika massa yang bergerak ini didominasi oleh massa tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang miring atau lengkung, maka proses pergerakannya disebut sebagai longsoran tanah. Potensi terjadinya gerakan tanah pada lereng tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusunnya, struktur geologi, curah 41 42 JAF, Vol. 7 No. 1 (2011), 41-46 hujan dan penggunaan lahan. Tanah longsor umumnya terjadi pada musim hujan, dengan curah hujan rata-rata bulanan > 400 mm/bulan. Tanah yang bertekstur kasar akan lebih rawan longsor bila dibandingkan dengan tanah yang bertekstur halus (liat), karena tanah yang bertekstur kasar mempunyai kohesi agregat tanah yang rendah. Jangkauan akar tanaman dapat mempengaruhi tingkat kerawanan longsor, sehubungan dengan hal tersebut wilayah tanaman pangan semusim akan lebih rawan longsor bila dibandingkan dengan tanaman tahunan (keras).[10] B. Penyebab Tanah Longsor 1. Curah Hujan Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. 2. Kemiringan Lereng Kemiringan dan panjang lereng adalah dua unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, makin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan demikian memperbesar energi angkut air. Klasifikasi kemiringan lereng untuk pemetaan ancaman tanah longsor dibagi dalam lima kriteria diantaranya : lereng datar dengan kemiringan 0-8%, landai berombak sampai bergelombang dengan kemiringan 8-15%, Agak curam berbukit dengan kemiringan 1525%, curam sampai dengan sangat curam dengan kemiringan 25-40%, sangat curam sampai dengan terjal dengan kemiringan >40% .Wilayah dengan kemiringan lereng antara 0% - 15% akan stabil terhadap kemungkinan longsor, sedangkan di atas 15% potensi untuk terjadi longsor pada kawasan rawan gempa bumi akan semakin besar.[8] 3. Jenis Tanah Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan(http:// 30/isi.pdf). 4. Perubahan Penutup Lahan Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan merupakan hasil interaksi antara aktivitas manusia dengan lingkungan alami. Tanaman yang menutupi lereng bisa mempunyai efek penstabilan yang negatif maupun positif. Akar bisa mengurangi larinya air atas dan meningkatkan kohesi tanah, atau sebaliknya bisa memperlebar keretakan dalam permukaan batuan dan meningkatkan peresapan.[9] Penggunaan lahan seperti persawahan maupun tegalan dan semak belukar, terutama pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan lahan terjal umumnya sering terjadi tanah longsor. Minimnya penutupan permukaan tanah dan vegetasi, sehingga perakaran sebagai pengikat tanah menjadi berkurang dan mempermudah tanah menjadi retak-retak pada musim kemarau. Pada musim penghujan air akan mudah meresap kedalam lapisan tanah melalui retakan tersebut dan dapat menyebabkan lapisan tanah menjadi jenuh air. Hal demikian cepat atau lambat akan mengakibatkan terjadinya longsor atau gerakan tanah. [10] C. Pemetaan Ancaman Pemetaan dapat didefinisikan sebagai proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran obyek-obyek di permukaan bumi dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa peta. Peta menyajikan informasi penyebaran dan susunan keruangan/spasial obyek - obyek dipermukaan bumi. Ancaman merupakan salah satu faktor yang paling mempengaruhi resiko bencana di suatu daerah. Peta parameter ancaman tanah longsor antara Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kota Kendari...........….….(Nuning Mutia, dkk) lain; (1). Peta hujan yang memberikan informasi tentang distribusi spasial curah hujan, (2). Peta tanah memberikan informasi distribusi jenis-jenis tanah pada suatu wilayah, (3). Peta penggunaan lahan dapat memberikan informasi lokasi-lokasi tata guna lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.[3] 1. Penentuan Ancaman Bencana Berdasarkan Metode Pembobotan Metode skala bogardus adalah metode untuk mengukur jarak data yang diambil melalui pengamatan data spasial parameterparameter bencana tanah longsor. Berikutpersamaan untuk menentukan nilai tingkat ancaman bencana alam berdasarkan metode skala bogardus.[6] (1) Untuk penentuan kelas interval tingkat ancaman bencana tanah longsor dari sangat rawan, rawan, agak rawan dan tidak rawan dilakukan dengan menggunakan metode aritmatika. Rumus yang digunakan untuk membuat kelas interval adalah :[1] (2) Keterangan: Ki : Kelas Interval, Xt : Data tertinggi, Xr : Data terendah, k : Jumlah kelas yang diinginkan Karena jumlah kelas yang diinginkan empat macam yakni sangat rawan, rawan, agak rawan dan tidak rawan, maka besar interval kelas bergantung pada nilai data tertinggi dan nilai data terendah dari hasil perkalian skor kali bobot dari masing-masing parameter bencana tanah longsor. 2. Data Geospasial untuk Pemetaan Rawan Bencana Data spasial dikenal sebagai data geospasial atau informasi geografi. Informasi dasar yang bersifat geografis atau keruangan (spasial) mutlak diperlukan sebagai data dasar GIS. Informasi geografis merupakan informasi 43 kenampakan bumi, maka informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis [4]. a. Software ArcView ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem Informasi Geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI (Environment Systems Research Institute, Inc). Software ArcView memiliki ciri khas arsitektur perangkat lunak yang dapat diperluas dan menyediakan scalable platform untuk prosesproses komputansi dan analisis-analisis yang diperlukan di dalam sistem informasi geografis. Memulai program Arcview, maka tampilan pertama adalah sebagai berikut, dimana terdapat empat menu utama (File, Project, Windows dan Help), dua menu button (save dan help) serta satu window Project yang masih kosong dan siap diisi oleh dokumen – dokumen view, table, chart, dan script. b. Pembobotan Pembobotan disusun atas dasar pemahaman faktor penyebab dan faktor pemicu terjadinya tanah longsor. Faktor pemicu terjadinya tanah longsor dipengaruhi oleh parameter-parameter kerentanan tanah longsor seperti, kemiringan lereng, intensitas curah hujan, penutup lahan, dan jenis tanah. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan skala bogardus untuk parameter bencana tanah longsor berdasarkan sistem penilaian bobot dan skor. 3. Metode Peneltian Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa peta parameter ancaman penyusun Tanah Longsor yang dianalisis menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) sampai pada pembuatan peta tematik ancaman bencana alam tanah longsor di Kota Kendari Data sekunder berupa peta parameterparameter penyusun ancaman bencana tanah longsor berupa peta curah hujan, peta lereng, peta jenis tanah dan peta penutup lahan dalam format shp. 44 JAF, Vol. 7 No. 1 (2011), 41-46 Pembobotan dilakukan dengan menggunakan skala bogardus untuk parameter bencana tanah longsor berdasarkan sistem penilaian bobot dan skor. Skoring untuk setiap parameter dilakukan berdasarkan kekontinuan data dimana terdapat parameter yang memiliki skor yang lebih rendah dan lebih tinggi. Parameter-parameter bencana yang paling berpengaruh akan mendapat bobot lebih besar daripada parameter yang kurang berpengaruh Tingkat ancaman bencana banjir di Kota Kendari diketahui dengan mengakumulasikan bobot dan skor parameter bencana banjir. Skor setiap parameter dikalikan dengan bobot untuk memperoleh total skor setiap parameter. Setiap parameter kemudian ditumpangsusunkan dan dihitung total skornya untuk menentukan tingkat ancaman. Tahap akhir penelitian ini adalah pembuatan peta tematik menggunakan software ArcView GIS 3.3. Secara umum proses pembuatan peta tematik bencana banjir disajikan dalam flowchart berikut. Gambar 1. Flowchart pembuatan peta rawan tanah longsor 4. Hasil dan Pembahasan Sebelum memperoleh peta tematik bencana tanah longsor, lerlebih dahulu dilakukan proses tumpangsusun/overlay antara peta-peta parameter bencana tanah longsor. Proses overlay terlebih dahulu dilakukan antara kemiringan lereng dan curah hujan sesuai dengan flowchart pemetaan daerah rawan tanah longsor. Selanjutnya melakukan proses overlay antara peta kemiringan lereng/hujan dalam format shp dengan peta penggunaan lahan dan peta jenis tanah dalam format shp. Hasil proses overlay secara keseluruhan kemudian diklasifikasikan terhadap tingkat rawan bencana tanah longsor dan diperoleh peta tematik bencana tanah longsor di Kota Kendari. Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah peta tematik ancaman tanah longsor di Kota Kendari. Pembuatan peta tematik tingkat ancaman bencana tanah longsor menggunakan software Arcview 3.3. Klasifikasi tingkat ancaman selanjutnya dilakukan dengan mengakumulasikan perkalian bobot dan skor menjadi total skor kemudian dihitung interval kelas dengan metode aritmatika interval nilai ≤ 13 terselang dalam kategori tingkat ancaman tidak rawan, interval 14 - 24 tergolong dalam kategori agak rawan, sedangkan interval nilai 25-35 tergolong dalam kategori rawan dan interval 36-46 tergolong dalam kategori sangat rawan. Berdasarkan peta ancaman bencana tanah longsor di Kota Kendari pada gambar 5. Diketahui bahwa daerah yang sangat rawan mendominasi wilayah dengan kemiringan lereng <40%, penggunaan lahan hutan yang tumbuhan vegetasinya tidak disertai tumbuhan bawah dengan jenis tanah litosol wilayah tersebut merupakan Kecamatan Kambu, Poasia dan Abeli. Selain itu wilayah yang sangat rawan terjadi disekitar daerah perbukitan di Kecamatan Kendari dan Kendari Barat di sekitar kemiringan lereng 15-25 % sampai 2540 % penggunaan lahan merupakan permukiman dan kebun campuran, dimana permukiman yang padat menjadi unsur pemicu terjadinya tanah longsor dengan jenis tanah litosol. Daerah rawan mendominasi daerah sepanjang wilayah bagian perbukitan di Kecamatan Mandonga, Kendari Barat dan Kendari. Selain itu daerah rawan mendominasi Pemetaan Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kota Kendari...........….….(Nuning Mutia, dkk) sebagian kecil wilayah Kecamatan Puuwatu, Baruga, Poasia, Kambu dan Abeli. Daerah agak rawan hampir mendominasi sebagian besar wilayah Kota Kendari, terutama didearah bagian pesisir pantai, perbukitan dan pedataran rendah. Hal ini dikarenakan wilayah tersebut memiliki permukiman yang sangat padat. Begitu pula daerah tidak rawan hampir terjadi disebagian kecil wilayah Kota Kendari yang mendominasi wilayah bagian pesisr 45 pantai/teluk Kota Kendari dan sekitar daerah perbukitan dan dataran rendah. Berdasarkan peta tematik bencana tanah longsor dapat dilihat pada gambar 19, dijelaskan bahwa 1,88% wilayah Kota Kendari merupakan daerah sangat rawan tanah longsor, 27,58% merupakan daerah rawan longsor, 52,53% merupakan daerah agak rawan longsor, sedangkan 18,01% merupakan daerah tidak rawan longsor. NUNING MUTIA FIRDAUS Gambar 4. Peta tematik ancaman tanah longsor di Kota Kendari 46 JAF, Vol. 7 No. 1 (2011), 41-46 5. Kesimpulan Ancaman bahaya tanah longsor dapat diketahui berdasarkan klasifikasi tingkat ancamannya, 1,88% wilayah Kota Kendari merupakan daerah sangat rawan tanah longs or, 27,58% merupakan daerah rawan longsor, 52,53% merupakan daerah agak rawan longsor, sedangkan 18,01% merupakan daerah tidak rawan longsor.. Berdasarkan peta tematik bencana tanah longsor di Kota Kendari, daerah yang sangat rawan terjadinya tanah longsor berada di Kecamatan Kendari Barat, Kendari, Kambu, Poasia dan Abeli yang wilayahnya berlokasi disekitar daerah perbukitan dengan kemiringan lereng agak terjal yakni 25-40% dan >40% dengan jenis tanah litosol yang rentan terhadap bahaya erosi seperti tanah longsor Daftar Pustaka [1]. Ardian Jefri Nugroho , Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS , Inggit Lolita Sari, ST. 2009. Pemetaan Daerah Rawan Longsor Dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. ITS, Surabaya. [2]. Asdak, Chay. 2001. Hidrologi dan Pegelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. [3]. Anonim, 2008. Buku Metode Pemetaan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. [4]. Guswanto, 2007. Dasar dan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jakarta. [5]. Kuswaji, dkk, 2006. Analisa Tingkat Bahaya Tanah Longsor Di Kecamatan BanjarMangu Kabupaten BanjarMangu. Universitas Muhammadiyah: Surakarta. [6]. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta [7]. Simandjuntak, T.O., Surono, dan Sukido, 1994. Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi Skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. [8]. Suryani, Thesa Adi. 2007. Analisis Komparatif Nilai Parameter Sismotektonik Dari Hubungan Magnitudo-Kumulatif dan Nonkumulatif untuk Jawa Timur Menggunakan Metode Kuadrat Terkecil dan Metode Maksimum Likelihood dari Data BMG dan USGS Tahun 1973 - 2003. Skripsi S1 Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang : Semarang. [9]. Shelia B. Reed, InterWorks. 1992. Penghantar Tentang Bahaya Edisi Ke-3. UNDP: Jakarata. [10]. Wahyunto,H, 2010. Kerawanan Longsor Lahan Pertanian. Balai Penelitian Tanah: Bogor.