RESPON HORMON TUMBUH ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricencis) Oleh : Alexander Acong NIM. 090500057 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012 RESPON HORMON TUMBUH ATONIK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN BUAH NAGA SUPER RED (Hylocereus costaricencis) Oleh : Alexander Acong NIM. 090500057 Karya Ilmiah Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012 HALAMAN PENGESAHAN Judul Nama NIM Program Studi Jurusan : Respon Hormon Tumbuh Atonik Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricencis) : Alexander Acong : 090500057 : Budidaya Tanaman Perkebunan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Ir. Syarifuddin, MP F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut. MP NIP. 19650706 200112 1 001 NIP. 19770723 200312 2 002 Rusmini, SP, MP NIP. 19811130 200812 2 002 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001 Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005 Lulus ujian pada tanggal : 21 September 2012 ABSTRAK Alexander Acong, Respon Hormon Tumbuh Atonik Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricencis) (di bawah bimbingan Syarifuddin). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon penggunaan hormon tumbuh atonik terhadap pertumbuhan pada stek tanaman buah naga super red (Hylicereus costaricencis). Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 23 Februari sampai dengan tanggal 23 April 2012 meliputi persiapan lahan, alat, dan bahan, penanaman, pengambilan data dan pengolahan data. Penelitian ini dilaksanakan di areal Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Perlakuan penelitian ini terdiri dari, dengan 4 taraf perlakuan masing-masing taraf perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Taraf perlakuan ini adalah dengan dosis yang berbeda dengan konsentrasi perlakuan (Ao) tanpa perlakuan, (A1) perlakuan pemberian hormon Atonik 1 ml/l air, (A2) perlakuan pemberian hormon Atonik 2 ml/l air, dan (A3) permberian perlakuan hormon Atonik 3 ml/l air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan A2 (Atonik 2 ml/l air di duga mampu meningkatkan pertumbuhan stek tanaman buah naga Kata kunci : Respon, hormon tumbuh, buah naga RIWAYAT HIDUP Alexander Acong, lahir pada tanggal 1989, di Desa 13 Agustus Sekikilan, Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan. Merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Ignasius Iul dan Ibu Bosonoi. Mulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 020 Desa Sekikilan dan lulus pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sebuku lulus pada tahun 2006. Melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sebuku dan lulus pada tahun 2009. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2009 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian. Pada tanggal 05 Maret sampai dengan tanggal 24 Mei 2012 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Telen Bukit Permata Estate, Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur , Provinsi Kalimantan Timur. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis Karya Ilmiah ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis ucapkan banyak terima kasih atas peran dan bantuan yang telah diberikan kepada : 1. Ir. Syarifuddin, MP, selaku Dosen pembimbing dan sebagai Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan 2. F. Silvi Dwi Mentari, S. Hut. MP selaku Dosen penguji I 3. Rusmini, SP, MP selaku Dosen penguji II 4. Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian 5. Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 6. Teman-teman mahasiswa yang telah banyak membantu menyusun laporan sehingga selesainya laporan ini 7. Kedua orang tua tercinta serta keluarga yang telah memberi dukungan dan motovasi serta doa kepada penulis selama ini Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis berharap semoga apa yang terdapat dalam penulisan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat. Penulis Kampus Sei Keledang, September 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................ ii DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. iv I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3 A. B. C. D. III. Tinjauan umum tanaman buah naga .................................... Syarat tumbuh tanaman buah naga ....................................... Perbanyakan tanaman buah naga dengan teknik stek ......... Peranan zat pengatur tumbuh atonik ..................................... 3 9 11 13 METODE PENELITIAN .................................................................. 16 A. B. C. D. E. Tempat dan waktu .................................................................. Alat dan bahan........................................................................ Rancangan penelitian ............................................................. Prosedur penelitian ................................................................ Pengambilan dan pengolahan data ...................................... 1. Pengambilan data.............................................................. 2. Pengolahan data................................................................. 16 16 17 17 19 19 20 HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………... 21 A. Hasil…………………………………………………………….... B. Pembahasan…………………………………………………… . 21 24 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… .. 27 A. Kesimpulan…………………………………………………….... B. Saran……………………………………………………………. . 27 27 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 28 LAMPIRAN ................................................................................................ 29 IV. V. DAFTAR LAMPIRAN Nomor No Halaman 1. Denah letak antar polybag ...................................................... 30 2. Data jumlah tunas umur 4 (MST) ........................................... 31 3. Data jumlah tunas umur 8 (MST) ............................................ 32 4. Data saat munculnya tunas ........................................................ 33 5. Data panjang tunas umur 4 (MST) ............................................ 34 6. Data panjang tunas umur 8 (MST) ............................................ 35 7. Pengisian tanah topsoil pada polybag 8. Pembuatan lubang tanam ....................................... 36 ........................................................ 36 9. Penanaman stek buah naga ........................................................ 37 10. Penyemprotan hormon tumbuh Atonik ................................ 37 11. Pengukuran panjang tunas buah naga ...................................... 38 12. Hormon tumbuh Atonik .............................................................. 38 13. Stek tanaman buah naga siap tanam ......................................... 39 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Pengaruh hormon tumbuh Atonik terhadap saat munculnya tunas.............. 2. Pengaruh hormon tumbuh Atonik terhadap jumlah tunas 3. Pengaruh hormon tumbuh Atonik terhadap panjang tunas ........................ 21 .......................... 22 23 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Keberhasilan budidaya buah naga (Hylocereus costaricencis) diawali dengan menyiapkan bibit yang baik dan berkualitas tinggi. Bibit yang sehat, vigor, serta bebas hama dan penyakit merupakan beberapa ciri bibit berkualitas tinggi. Bibit yang demikian akan menghasilkan tanaman yang berkualitas dengan hasil yang optimal. Kualitas bibit juga bisa dilihat dari kualitas induknya. Jika induknya memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan kualitas buah yang bagus, besar kemungkinan bibit yang dihasilkan juga memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan induknya. Untuk memperoleh bibit yang memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan induknya dapat dilakukan dengan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Menurut Hardjadinata (2010), perbanyakan vegetatif yang digunakan dan terbukti berhasil pada tanaman buah naga adalah dengan setek batang atau cabang. Perbanyakan dengan setek memiliki tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat dan bibit yang dihasilkan berkualitas tinggi karena serupa dengan induknya. Teknik setek batang juga mudah dilakukan. Perbanyakan tanaman buah naga secara vegetatif dengan teknik setek harus dapat memanfaatkan batang atau cabang yang memiliki kandungan hormon pertumbuhan (auxin), nitrogen dan karbohidrat tinggi sehingga akan cepat menumbuhkan akar (Anonim, 2009). Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan setelah penanaman setek adalah pemeliharaan bibit. Pada komoditi buah naga perbanyakannya dilakukan dengan setek. setek yang di gunakan adalah setek batang. Perbanyakan melalui stek, pembentukan akar merupakan faktor terpenting selama awal pertumbuhan pembentukan dan pertumbuhan tunas akan terjadi setelah akar terbentuk dengan baik. Untuk keberhasilannya diperlukan hormon yang dapat mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Dijelaskan oleh Wyryanta dan Rahardja (2003), bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif (teknik stek) dapat mempercepat keluarnya akar dan mempercepat pemotongan batangnya. Sekarang ini berbagai macam zat pengatur tumbuh salah satunya Atonik. Unsur-unsur yang terkandung didalamnya yaitu S, Bo, Fe, Mn, Zn, Cu, Mo dalam jumlah yang sedikit. Selain itu Atonik juga mengandung bahan aktif natrium orto-nitrofenol 0,2%, natrium 2-4 dinitrofenol 0,05%, natrium para-nitrifenol 3,0% dan natrium 5 nitroquicol 1,0%. Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui respon hormon tumbuh Atonik terhadap pertumbuhan vegetatif setek buah naga super red (Hylocereus costaricencis). Hasil yang diharapkan dari penelitian ini sebagai bahan informasi yang dapat diberikan bagi pihak yang membutuhkan tentang pertumbuhan vegetatif setek buah naga super red (Hylocereus costsricencis ) dengan pemberian hormon tumbuh Atonik dalam membudidayakannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Buah Naga 1. Asal tanaman buah naga Tanaman kaktus ini berasal dari negara Mexico, Amerika Tengah, dan Amerika Utara dan saat ini sudah menyebar di seluruh penjuru dunia. Di daerah asalnya buah naga ini dinamai pitahaya atau pitaya roja. Penduduk disana sering memanfaatkan buah ini untuk dihidangkan sebagai buah konsumsi segar di meja hidangan. Tetapi dalam perkembangannya buah naga lebih dikenal sebagai tanaman dari Asia karena sudah dikembangkan secara besar-besaran di beberapa Negara Asia terutama Negara Vietnam dan Thailand. Pada awalnya tanaman ini ditujukan sebagai tanaman hias karena bentuk batangnya segitiga dan berduri pendek dan memiliki bunga yang indah mirip dengan bunga Wijayakusuma berbentuk corong dan mulai mekar disenja dan akan mekar sempurna pada malam hari. Karena itulah tanaman ini juga dijuluki nigh blooming cereus. Nama buah naga atau dragon fruit mungkin disebabkan buah ini memiliki warna merah menyala dan memiliki kulit dengan sirip hijau yang mirip dengan sosok naga dalam imajinasi di negara China. Dulu masyarakat China kuno sering menyajikan buah ini dengan meletakkannya diantara dua ekor putung naga di atas meja altar dan dipercaya akan mendatangkan berkah. Seperti di daerah asalnya Mexico dan Amerika, meskipun awalnya tanaman ini ditujukan untuk tanaman hias dalam perkembangannya masyarakat Vietnam mulai mengembangkan sebagai tanaman buah karena memang bukan hanya dapat dimakan, rasa buah ini juga enak dan memiliki kandungan yang bermanfaat dan berkhasiat. Maka tanaman ini mulai dibudidayakan di kebun-kebun sebagai tanaman yang diambil buahnya. Buah naga masuk atau mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 2000 dan bukan dari budidaya sendiri melainkan di impor dari Thailand. Padahal pembudidayaan tanaman ini relatif mudah dan iklim tropis di Indonesia sangat mendukung pengembangannya. Tanaman ini mulai dikembangkan sekitar tahun 2001, dibeberapa daerah di Jawa Timur diantara Mojokerto, Pasuruan, Jember dan sekitarnya. Tetapi sampai saat inipun areal penanaman buah naga masih bisa dibilang sedikit dan hanya ada di daerah tertentu karena memang masih tergolong langka dan belum dikenal masyarakat luas (Anonim, 2010a). 2. Sistematika tanaman buah naga Menurut Hardjadinata (2010), tanaman buah naga dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Cactales Famili : Cactaceae Subfamili : Hylocereus Species : Hylocereus spp 3. Jenis- jenis tanaman buah naga a. Hylocereus purpusii tanaman buah naga jenis ini memiliki batang berwarna hijau, bersudut tiga (triangular) dan berduri. Mempunyai bunga berukuran besar sekitar 25 cm. Kelopak bunga luar berwarna kemerahan, kelopak tengah berwarna keemasan dan kelopak bagian dalam berwarna putih. Buah berwarna merah cerah, berbentuk lonjong memanjang dengan gelambir kulit yang panjang. Buah berukuran 10-15 cm dengan bobot antara 150-400 gram. Daging buah berwarna merah, tekstur lembut, namun rasa dan aromanya kurang enak. Buahnya banyak mengandung biji kecil berwarna hitam. b. Hylocereuah polyrhizus Tanaman buah naga jenis ini memiliki batang berwarna hijau dan bersegmen-segmen, triangular dan berduri. Bunga spesies ini berukuran sangat panjang, yaitu sekitar 25-30 cm. Kelopak bagian luar berwarna kemerahan dengan bagian dalam berwarna putih atau kekuningan. Buah berwarna merah cerah dengan ukuran relatif kecil dibandingkan dengan buah naga jenis yang lain. Panjang buah hanya mencapai 10-12 cm. Dengan bobot buah 130-350 gram. Bentuk buah lonjong dengan gelambir kulit bervariasi. Daging buah berwarna merah dengan tekstur yang lembut dan rasa yang enak. Buah banyak mengandung biji berwarna hitam. c. Hylocereus costaricencis Jenis buah naga spesies ini tumbuh dengan cepat, bahkan mungkin yang tercepat diantara genus Hylocereus. Batangnya berlapis wax berwarna putih, bunganya berkuran besar, hampir sama dengan hylocereus polyrhizus. Buahnya berwarna merah cerah dengan bentuk oval dan gelambir kulit bervariasi. Buah naga spesies ini berukuran besar dengan panjang 10-15 cm dan berat mencapai 250-600 gram. Daging buah berwarna merah tua, bertekstur lembut dan rasanya enak dengan banyak biji berwarna hitam kecil. d. Hylocereus troigonus Jenis buah naga spesies ini batangnya berbentuk silinder, berwarna hijau dan tidak berduri. Buahnya berwarna merah dengan ukuran kecil hanya berdiameter 7-9 cm dengan bobot buah 120-250 gram. Bentuk dagingnya lembut, namun aromanya kurang begitu tajam. Buahnya banyak mengandung biji berwarna hitam dan berukuran kecil. e. Selenicereus megalanthus Jenis buah naga spesies ini tidak banyak ditanam di Indonesia namun banyak dibudidayakan di Amerika Serikat, Australia dan Vietnam. Spesies ini berciri dengan warna kulit buah kuning dengan daging buah berwarna putih. f. Spesies-spesies lain Selain spesies di atas, masih ada species lain seperti Cereus triangularis yang memiliki kulit buah berwarna kuning dengan daging buah putih. Cereus ocamponis yang memiliki kulit buah berwarna merah dengan daging buah merah. (Anomin, 2010) 4. Morfologi tanaman buah naga Menurut Warisno dan Dahana (2009), tanaman buah naga merupakan tanaman tumbuh cepat, merambat dan tidak berdaun. Kemudian diperjelas oleh Hardjadinata (2010), morfologi tanaman buah naga adalah sebagai berikut : a. Akar Perakaran buah naga umumnya dangkal, berkisar 20-30 cm. Namun menjelang produksi buah, biasanya perakaran bisa mencapai kedalaman 50-60 cm, mengikuti perpanjangan batang berwarna cokelat yang tertanam di dalam tanah. Tanaman buah naga juga memiliki akar yang tumbuh di batang yang disebut akar aerial (akar udara) yang bersifat epifit yang berfungsi untuk menempel dan merambat pada tanaman lain. b. Batang dan Cabang Batang buah naga berwarna hijau kebiru-biruan atau kehitaman. Batang tersebut berbentuk segitiga dan sukulen mengandung lendir). Dari batang tersebut, akan tumbuh (banyak cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang. Cabang tersebut berfungsi sebagai “daun” untuk proses fotosintesis. Pada batang dan cabang tanaman, tumbuh duri-duri yang pendek dan keras. Duri-duri tersebut terletak pada tepi sudut batang maupun cabang dan terdiri dari 4-5 buah duri pada setiap titik tumbuh. c. Bunga Bunga mirip dengan kulit buah nanas. Seluruh permukaan bunga tertutup oleh mahkota yang bersisik. Bentuknya corong memanjang, berukuran sekitar 30 cm. Kelopak bunga berwarna hijau. Jika kelopak bunga berwarna merah, pertanda bahwa bunga tidak akan menjadi buah. Selang beberapa hari, akan terlihat mahkota bunga yang berwarna putih di dalam kelopak bunga tersebut. Bunga akan mekar pada sore hari dan akan mekar sempurna pada malam hari sekitar pukul 22.00 (nigh blooming cereus). Saat mekar, mahkota bunga bagian dalam berwarna putih bersih. Di dalamnya terdapat benang sari berwarna kuning dan akan mengeluarkan aroma harum. Sementara di bagian tengahnya terdapat tangkai dan kepala putik. Mahkota bunga akan layu setelah terjadi penyerbukan yang menandakan awal dari tahap pembuahan. d. Buah Bentuk buah ada yang bulat dan bulat panjang. Umumnya buah berada di dekat ujung cabang atau pertengahan cabang. Buah bisa tumbuh lebih dari satu pada setiap cabang sehingga terkadang posisi buah saling berdekatan. Kulit buah berwarna merah menyala saat buah matang dengan sirip berwarna hijau, berukuran sekitar 2 cm. Saat matang sempurna, daging buah sangat tebal, berair (juicy) dan warna daging buah menawan. Daging buah dihiasi dengan tebaran biji-biji kecil berwarna hitam pekat. Ketebalan kulit buah sekitar 1-4 mm. rata-rata bobot buah umumnya berkisar 400-800 g/buah, tergantung jenis buah yang dibudidayakan. d. Biji Biji buah naga berwarna hitam dengan bentuk bulat kecil, pipih dan sangat keras. Sekaligus biji buah naga mirip dengan biji Wijen. Setiap buah mengandung lebih dari 1.000 biji. Berbeda dengan buah berbiji lainnya, biji buah naga yang kecil itu dapat dimakan bersama dengan daging buahnya. B. Syarat tumbuh tanaman buah naga 1. Iklim Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600-1.300 mm/tahun tanaman ini juga masih bisa tumbuh. Tetapi tanaman ini tidak akan tahan dengan genangan air. Hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa menyebabkan kerusakan tanaman terutama pembusukan akar dan merambat sampai pangkal batang. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 70-80 %, karena itulah tanaman ini sebaiknya ditanam di lahan tanpa naungan dan sirkulasi udara juga baik. Tanaman ini lebih baik pertumbuhannya bila ditanam di dataran rendah antara 0-350 m di atas permukaan laut. Suhu udara yang ideal antara 26-360C dan kelembaban 70-90 % (Anomin, 2010). 2. Tanah Tanaman memerlukan kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5-7 (Anonim, 2010). Tanaman ini lebih baik tumbuh bila ditanam di dataran rendah antara 0-350 m dpl. Tanah harus ber-aerasi dengan baik. Agar tanaman ini bisa tumbuh dengan baik dan maksimal, media tumbuhnya harus subur dan mengandung bahan organik cukup dengan kandungan kalsium tinggi. Drainase harus berjalan baik dan bersifat porous karena tanaman ini tidak tahan genangan air. Bahan organik yang digunakan harus benar-benar matang karena berfungsi menyangga kation dan aktifitas mikroorganisme dan menyedia hara. Beberapa bahan yang biasa digunakan antara lain pupuk kandang, kompos dan sekam. Media juga sebaiknya dicampur bahan anorganik seperti pasir dan bubuk bata merah yang berfungsi untuk memperlancar aerasi dan drainase. perlu diperhatikan media tidak boleh mengandung garam (Anonim, 2010). C. Perbanyakan Tanaman Buah Naga dengan Teknik Setek Perbanyakan tanaman pada prinsipnya adalah cara (teknik) menghasilkan bibit tanaman dengan alat-alat (organ-organ) tubuh tanaman tersebut. Organ tanaman yang umum digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman ada 2 macam, yaitu : 1. Organ generatif, yaitu; sel telur yang dibuahi oleh sel jantan atau disebut biji 2. Organ vegetatif, yaitu; bagian lain (bukan biji) yang tidak dibuahi oleh sel kelamin jantan, misalnya akar, cabang, daun , dan lain-lain. Perbanyakan vegetatif dipilih sebagai cara untuk mempertahankan sifat-sifat induk kepada turunannya. Selain memperoleh sifat genetik sama dengan induknya, juga pembiakan vegetatif bertujuan mempercepat kemampuan berbuah atau memperpendek masa remaja (juvenilitas) dan memperoleh kepastian produksi. Pada prinsipnya perbanyakan tanaman buah-buahan dibagi dalam 2 macam, yaitu: 1. Perbanyakan vegetatif tanpa mengubah sifat pohon induk, misalnya berupa setek, tunas, sobekan, cangkok, rundukan, dan kultur jaringan. 2. Perbanyakan vegetatif dengan meningkatkan keunggulan sifat pohon induk, misalnya berupa okulasi, enten, dan penyusuan (Rukmana, 1999). Pengertian setek (cuttage) adalah pembiakan tanaman secara vegetatif dengan cara memotong atau memisahkan bagian vegetatif tanaman tertentu (bukan biji) yang ditanam pada media tumbuh tertentu ( Kusnadi dan Santoso, 1996). Setek berasal dari kata stuk (bahasa belanda) dan cuttage (bahasa inggris) yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Bagian tanaman yang ditanam dapat berupa akar, batang, daun, atau tunas. Keunggulan teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanam yang tersedia terbatas. Namun tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan setek. Hanya tanaman yang mampu bertahan hidup lama setelah terpisah dari pohon induknya saja dapat diperbanyak dengan teknik ini (Anonim, 2009). Setek batang mengambil bahan tanamnya dari batang atau cabang pohon induk. Entres untuk setek batang harus berasal dari pohon induk yang sehat dan tidak sedang bertunas. Cabang yang terlalu tua tidak baik digunakan untuk bahan setek karena sangat sulit untuk menumbuhkan akar. Sementara itu, cabang yang terlalu muda cepat layu dan kekeringan karena penguapannya berlangsung cepat. Cabang untuk bahan tanam harus memiliki kandungan hormon pertumbuhan (auxin), nitrogen dan karbohidrat tinggi sehingga akan cepat menumbuhkan akar (Anonim, 2009). Pemotongan setek dengan menggunakan pisau yang tajam. Batang dipotong antara 10-30 cm, bergantung pada jenis tanamannya. Paling tidak setiap setek mempunyai 3-5 mata tunas. Bahan untuk setek ini biasanya cabang bagian tengah dan pangkal saja. Pemotongan di bagian pangkal lebih kurang 3 mm di bawah mata tunas yang paling atas. Bila terlalu jauh dengan mata tunas maka kayu di bawah maupun diatas mata tunas akan membusuk dan kering. Bagian yang mengering ini akan mengakibatkan mata tunas mengering dan mati (Rini, 2004). Perbanyakan vegetatif yang digunakan dan terbukti berhasil pada tanaman buah naga adalah dengan setek batang atau cabang. Perbanyakan dengan setek batang memiliki tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat dan bibit yang dihasilkan lebih berkualitas tinggi karena serupa dengan induknya (Hardjadinata, 2010). Teknik setek batang juga mudah dilakukan. Batang tua yang sehat, berwarna hijau gelap kelabu dengan ukuran panjang ideal =30 cm dipilih. Dengan ciri-ciri tersebut, tunas baru akan cepat keluar dan membesar. Bibit yang baik juga dicirikan dengan diameter batang. Semakin besar diameter batang, bibit cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk pangkal batang (Hardjadinata, 2010). Kemudian diperjelas oleh Sutedjo (1991), bahwa apa yang terdapat dalam berhubungan dengan pertumbuhannya. tubuh tanaman sangat D. Peranan Zat Pengatur Tumbuh Atonik Menurut Abidin (2003), bahwa zat pengatur tumbuh merupakan senyawa kimia yang di bentuk tanaman (fitohormon) atau yang dibentuk secara sintetik. Sedangkan pengertian hormon menurut Abidin (2003), hormon tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Kemudian dilanjutkan oleh Kusnadi dan Santoso (1996), hormon adalah senyawa-senyawa organik yang aktif pada konsentrasi rendah, di produksi di dalam sel pada bagian tertentu tumbuhan, dan ditranslokasikan ke bagian lain dalam tumbuhan tersebut dimana dihasilkan suatu tumbuhan fisiologis yang khusus. Zat pengatur tumbuh atau disebut juga hormon tumbuhan merupakan zat yang berfungsi sebagai pengatur yang dapat mempengaruhi jaringan sebagai organ maupun sistem organ dalam tanaman. hormon ini memegang peranan penting dalam mengatur berbagai proses pertumbuhan akar, batang, daun dan mengaktifkan penyerapan unsur hara (Lingga, 1995). Ditegaskan oleh Kusumo (1990), bahwa pemberian zat pengatur tumbuh dapat merangsang penyerapan unsur hara oleh tanaman serta menstimulir pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun generatif sehingga diperoleh hasil yang tinggi. Menurut Danoesastro (1987), Atonik merupakan ZPT sentetik yang berfungsi merangsang pertumbuhan akar tanaman supaya lebih banyak mengaktifkan penyerapan unsur hara, meningkatkan kuncup, pembuahan serta memperbaiki kualitas hasil panen. Atonik merupakan larutan pekat , tidak mengandung racun sehingga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan serta dapat dicampur dengan insektisida atau fungisida agar dapat memberikan kekuatan vital pada tanaman. Ditambahkan oleh Sarief (1986), persenyawaan organik ini dalam jumlah kecil mempunyai sifat perangsang dalam tanaman. Adapun manfaat dan kelebihan hormon menurut Sarief (1986) adalah sebagai berikut : 1. Daun : mempercepat pertumbuhan daun, keras, padat, lebar, tebal, dan mengkilap. Muncul warna asli dan tidak mudah rontok. 2. Batang : mempercepat pertumbuhan batang dan melakukan pembelahan sel sehingga cepat besar dan kokoh. 3. Bunga : mempercepat keluarnya bunga, kuncup disetiap pori pembungaan dan tidak mudah gugur. 4. Buah : mempercepat putik bunga menjadi buah. Buah lebih padat, besar dan berisi, serta buah semakin lezat dan beraroma. 5. Akar : mempercepat pertumbuhan akar baru dan kokoh Dikemukakan oleh Rismunandar (1990), bahwa Atonik mempunyai sifat-sifat yang khas diantaranya yaitu : 1. Mudah diserap oleh akar dan daun. 2. Merangsang sel-sel tanaman, sehingga dapat mempercepat proses perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif maupun generatif. 3. Merangsang tumbuhnya tepung sari bunga sehingga lebih terjamin terjadinya pembuahan. 4. Berbentuk cair sehingga mudah dan cepat larut dalam air. 5. Dalam penggunaannya dapat dicampur dengan insektisida maupun fungisida. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, selama 2 bulan terhitung mulai tanggal 23 februari sampai tanggal 23 April 2012, meliputi persiapan lahan sampai penyusunan laporan. B. Alat dan bahan Adapun alat-alat yang digunakan adalah : 1. Cangkul 2. Parang 3. Gunting Setek 4. Tugal, Penggaris 5. Ember 6. Gembor 7. Sprayer 8. Alat Tulis Menulis 9. Gelas Ukur 10. Kotak Kardus 11. Kamera Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : 1. Setek buah naga super red (Hylocereus costaricencis) 2. Polybag berukuran 20x20 cm 3. Tanah topsoil 4. Hormon tumbuh Atonik C. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan 4 taraf dan 6 kali ulangan yaitu : A0 : Kontrol (tanpa perlakuan) A1 : Atonik 1 ml/l air A2 : Atonik 2 ml/l air A3 : Atonik 3 ml/l air D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Areal Areal pembibitan dibersihkan terlebih dahulu dari gulma dan permukaan lahan diratakan dengan menggunakan cangkul dan parang. Tujuannya adalah agar polybag dapat disusun dengan mudah. 2. Persiapan Media Tanam Tanah yang digunakan adalah tanah topsoil yang diambil dari areal Lab kebun Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, kemudian dibersihkan dari akar, dan daun, Tanah kemudian digemburkan agar tanah tidak bergumpal. Tanah yang telah gembur kemudian dimasukan ke dalam polybag dan sedikit dipadatkan. polybag yang telah jadi disusun ke dalam areal dan diberi label. Pemberian label pada penelitian ini menggunakan sistem lotre (undian) 3. Persiapan Bahan Tanam Bibit yang digunakan adalah bibit buah naga super red (Hylocereus costaricencis) yang diperoleh dari Kecamatan Sekolaq Darat, Kabupaten Kutai Barat. Bahan setek dipotong sekitar 25 cm dan meruncing pada bagian pangkal. Bahan setek yang telah dipotong kemudian dibiarkan sekitar 2 hari, agar getah yang keluar pada bekas potongan menjadi kering dan dapat di tanam. 4. Penanaman Bibit Cara penanaman bibit yaitu membenamkan setek buah naga ke dalam polybag yang sudah siap dengan kedalaman ± 5 cm. Penanaman dilakukan untuk semua bibit yang akan diteliti. 5. Pemeliharaan tanaman a. Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Butiran air siraman diusahakan harus kecil dan tidak terlalu keras karena dapat merobohkan setek. Jika media tanam masih lembab maka tidak perlu dilakukan penyiraman. b. Penyiangan Penyiangan dalam polybag dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh dalam polybag dengan cara manual yaitu menggunakan tangan. Sedangkan gulma yang tumbuh di areal penelitian atau luar dari polybag menggunakan cangkul. 6. Perlakuan konsentrasi hormon tumbuh Atonik. Larutan hormon dibuat dengan melarutkan hormon tumbuh Atonik dengan gelas ukur dan ditambahkan air kemudian diaduk hingga merata sehingga konsentrasi larutan menjadi 1 ml hormon tumbuh Atonik / liter air (A1), 2 ml hormon tumbuh Atonik / liter air (A2), dan 3 ml hormon tumbuh Atonik / liter air (A3). Larutan hormon kemudian dimasukkan ke dalam handsprayer, perlakuan pemberian hormon tumbuh Atonik dilakukan dengan cara disemprot menggunakan handsprayer sebanyak 3 kali semprot agar tekanan yang diberikan pada setiap tanaman seragam, dan merata sampai basah. Pada saat penyemprotan, antara tanaman pengamatan diberi pelindung dengan menggunakan kotak kardus agar uap larutan tidak mengenai tanaman yang lain dengan perlakuan yang berbeda. Perlakuan dilakukan setiap 2 minggu yaitu pada minggu ke 2, minggu ke 4, minggu ke-6, dan minggu ke-8. Jarak semprot sekitar 20 cm dari tanaman, dan penyemprotan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00-09.00. dan jika terjadi hujan maka penyemprotan akan dibatalkan dan dilakukan pada esok harinya. E. Pengambilan dan Pengolahan Data 1. Pengambilan Data a. Saat munculnya Tunas (hari) Pengambilan data saat munculnya tunas dilakukan secara visual yang dihitung dari saat penanaman. b. Jumlah tunas (buah) Pengambilan data jumlah tunas dilakukan 2 kali selama pengamatan yaitu dengan menghitung semua tunas yang muncul pada setiap setek. pengambilan data dilakukan pada umur 4 dan 8 minggu setelah tanam. c. Panjang tunas (cm) Pengambilan data panjang tunas dilakukan dengan cara mengukur tiap 1 bulan sekali selama pengamatan menggunakan penggaris. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada umur 4 dan 8 minggu setelah tanam. 2. Pengolahan data Untuk menghitung nilai saat munculnya tunas (hari), jumlah tunas (buah), dan panjang tunas (cm) dengan menggunakan rumus rataan, yaitu : s ? X= n Dimana : X = Rata-rata hitung n = Banyaknya data x = Variasi yang diteliti s = Jumlah IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Saat munculnya tunas (hari) Berdasarkan hasil pengukuran saat munculnya tunas stek tanaman buah naga menunjukkan bahwa perlakuan A2 (Atonik 2 ml/l air) menghasilkan rata-rata saat munculnya tunas adalah 20 hari setelah tanam. Perlakuan A3 (Atonik 3 ml/l air) mengasilkan rata-rata saat munculnya tunas adalah 20’5 hari setelah tanam. Perlakuan A1 (Atonik 1 ml/l air) mengasilkan rata-rata adalah 2,33 hari setelah tanam, dan perlakuan A0 (kontrol) menghasilkan rata-rata 25 hari setelah tanam. Data pengamatan saat munculnya tunas stek tanaman buah naga dapat dilihat pada lampiran 1. Tabel 1. Pengaruh hormon tumbuh Atonik terhadap saat tunas stek tanaman buah naga No Perlakuan Umur tanaman (HST) 1 A0 25,00 2 A1 20,33 3 A2 20,00 4 A3 20,50 munculnya Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa perlakuan A2 (Atonik 2 ml/l air) menghasilkan rata-rata saat munculnya tunas stek tanaman buah naga yang lebih cepat di bandingkan dengan perlakuan A1 (Atonik 1 ml/l air ), A3 (Atonik 3 ml/l air) dan A0 (tanpa perlakuan) 2. Jumlah tunas umur 4 dan 8 minggu setelah tanam berdasarkan hasil pengamatan jumlah tunas stek tanaman buah naga umur 4 dan 8 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan A2 menghasilkan rata-rata jumlah tunas adalah 1,5 buah (umur 4 MST) 2,33 buah (umur 8 MST) . dan menghasilkan rata-rata jumlah tunas adalah 1,91 buah. Perlakuan A3 menghasilkan rata -rata jumlah tunas adalah 1,3 buah (umur 4 MST) 2 buah (umur 8 MST) dan menghasilkan rata-rata jumlah tunas adalah 1,65 buah. Perlakuan A1 menghasilkan rata -rata jumlah tunas adalah 1 buah (umur 4 MST) 1,1 buah (umur 8 MST) dan menghasilkan rata-rata jumlah tunas adalah 1,45 buah. Perlakuan A0 menghasilkan rata -rata jumlah tunas adalah 1 buah (4 MST) 1,3 buah (umur 8 MST) dan menghasilkan rata-rata jumlah tunas adalah 1,15. Data pengamatan jumlah tunas stek tanaman buah naga dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pengaruh hormon tumbuh Atonik terhadap jumlah tunas stek tanaman buah naga umur 4 dan 8 minggu setelah tanam No Perlakuan 1 A0 2 3 4 Umur tanaman MST 4 8 x 1,00 1,30 1,15 A1 1,10 1,80 1,45 A2 1,50 2,33 1,91 A3 1,30 2,00 1,65 Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa perlakuan A2 (Atonik 2 ml/l air) menghasilkan rata-rata jumlah tunas stek tanaman buah naga yang terbanyak dibandingkan dengan perlakuan A1 (Atonik 1 ml/l air ), A3 (Atonik 3 ml/l air) dan A0 (tanpa perlakuan) 3. Panjang tunas Berdasarkan hasil pengkuran panjang tunas stek tanaman buah naga umur 4 dan 8 minggu setelah tanam menunjukkan bahwa A2 menghasilkan rata-rata panjang tunas adalah 1,68 cm (umur 4 MST) dan 16,50 cm (umur 8 MST) dan menghasilkan rata-rata panjang tunas adalah 9.09 cm. Perlakuan A3 menghasilkan rata-rata panjang tunas adalah 1,56 cm (umur 4 MST) 16,31 cm (umur 8 MST) dan menghasilkan rata-rata panjang tunas adalah 8,93 cm. Perlakuan A1 menghasilkan rata-rata panjang tunas adalah 1,35 cm (umur 4 MST) 16,48 cm (umur 8 MST) dan menghasilkan rata-rata panjang tunas adalah 8,91. Perlakuan A0 menghasilkan rata-rata panjang tunas adalah 0,9 cm (umur 4 MST) 16,71 cm (umur 8 MST) dan menghasilkan rata-rata panjang tunas adalah 8,80 cm. Data pengukuran panjang tunas dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Pengaruh hormon tumbuh Atonik terhadap panjang tunas stek buah naga Umur tanaman MST No x Perlakuan 4 8 1 A0 0,90 16,71 8,80 2 A1 1,35 16,48 8,91 3 A2 1,68 16,50 9,09 4 A3 1,56 16,31 8,93 Berdasarkan hasil pengukuran panjang tunas menunjukkan bahwa perlakuan A2 (Atonik 2 ml/l air) menghasilkan rata-rata yang terpanjang dibandingkan dengan perlakuan A3 (3 ml/l air) A1 (Atonik 1 ml/l air) dan A0 (kontrol) B. Pembahasan 1. Saat munculnya tunas (hari setelah tanam) Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata saat munculnya tunas stek tanaman buah naga pada Tabel 1, menunjukkan bahwa rata-rata saat munculnya tunas berdasarkan perlakuan konsentrasi hormon tumbuh Atonik berturut-turut adalah A0 (25 HST), A1 (22,33 HST), A2 (20 HST) dan A3 (20,66 HST). Perlakuan A2 (Atonik 2 ml/l air) menghasilkan rata-rata saat munculnya tunas stek tanaman buah naga yang tercepat dibandingkan perlakuan A0 (kontrol) A1 (Atonik 1 ml/l air) dan A3 (Atonik 3 ml/l air. Hal ini diduga bahwa dengan perlakuan A2 telah mampu mecukupi hormon yang diperlukan stek tanaman buah naga dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman. Konsentrasi 2 ml hormon tumbuh Atonik/l air pada perlakuan A2 dengan kadar kandungan hormon natrium orto-nitrofenol 0,2%, natrium 2-4 dinitrofenol 0,05%, natrium para-nitrifenol 3,0% dan natrium 5 nitroquicol 1,0% sesuai dengan pendapat Wyryanta dan Rahardja (2003), telah mampu mencukupi kebutuhan hormon dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan stek tanaman buah naga. Efek zat pengatur tumbuh terhadap tanaman sangat tergantung pada konsentrasinya. Sesuai dengan pendapat kusumo (1984), bahwa efektifitas zat pengatur tumbuh tergantung pada konsentrasi pemakaiannya. Menurut Sarief (1986) yang menyatakan bahwa manfaat dan kelebuhan hormon tumbuh Atonik adalah mempercepat keluarnya tunas-tunas dan anakan baru pada setiap pori-pori tanaman. 2. Jumlah tunas Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata jumlah tunas stek tanaman buah naga pada tabel 2 menunjukkan rata-rata jumlah tunas berdasarkan perlakuan konsentrasi hormon tumbuh atonik berturut-turut adalah 1,15 buah (A0) 1,45 buah (A1) 1,91 buah (A2) dan 1,65 buah (A3). Perlakuan A2 (Atonik 2 ml/l air) yang terbanyak dibandingkan dengan perlakuan A0 (kontrol) A1 (Atonik 1 ml/l air) dan A3 (Atonik 3 ml/l air). Hal ini diduga bahwa dengan perlakuan konsentrasi A2 (2 ml/l air) telah mampu mencukupi kebutuhan hormon dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman buah naga. Parnata (2004), untuk memenuhi kebutuhan tanaman, kita harus bisa menyediakan unsur hara dalam jumlah yang diperkirakan cukup dan seimbang. Menurut kusumo (1990) bahwa pemberian zat pengatur tumbuh dapat merangsang penyerapan unsur hara oleh tanaman serta menstimulir pertumbuhan tanaman vegetatif maupun generatif, sehingga diperoleh hasil yang tinggi. diperjelas oleh Lingga (1995), yang menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang tersedia cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kebutuhan hormon yang tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan tanaman buah naga dengan perlakuan A0, A1, dan A3 memperlambat pertumbuhan tunas (Abidin, 2003) 3. Panjang tunas (cm) Berdasarkan hasil pengukuran panjang tunas stek tanaman buah naga pada Tabel 3, menunjukkan bahwa rata-rata panjang tunas berdasarkan perlakuan konsentrasi hormon tumbuh Atonik berturut-turut adalah 8,80 cm (A0), 8,91 cm (A1), 9,09 cm (A2), dan 8,93 cm (A3) Perlakuan A2 menghasilkan rata-rata terpanjang dibandingkan dengan perlakuan A0, A1, dan A3. Hal ini duga karena dengan perlakuan A2 (Atonik 2 ml/l air) yang diberikan terhadap stek tanaman buah naga telah mampu mencukupi kebutuhan hormon dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Sehingga penyerapan unsur hara maksimal dibandingkan dengan perlakuan A0 (kontrol) A1 (1 ml/l air) dan A3 (3 ml/l air). (Abidin, 2003) Hormon tumbuh Atonik mengandung hormon sitokinin yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman khususnya pertumbuhan organ yang memacu berupa panjang tunas. Manfaat sitokinin menurut (Abidin, 2003) adalah berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ. Hormon tumbuh Atonik merupakan zat pengatur tumbuh yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan akar, tunas, batang, dan daun. Namun apabila dosis yang diberikan berlebihan atau kekurangan akan menyebabkan stres terhadap tanaman. menurut (Dwidjoseputro, 1990), suatu tanaman akan tumbuh dengan baik apabila hormon dan unsur hara yang diperlukan tanaman cukup untuk diserap oleh tanaman. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah perlakuan yang menunjukkan hasil terbaik adalah konsentrasi hormon tumbuh Atonik 2 ml/l air, dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi hormon tumbuh Atonik 1 ml/l air, 3 ml/l air dan tanpa perlakuan. B. saran Untuk mendapatkan bibit buah naga super red dianjurkan menggunakan hormon tumbuh Atonik sebagai zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi 2 ml/l air. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2003. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa anggota IKPI, Bandung. Anomin, 2010. Dari Manakah Asal Buah Naga, http:budidayabuah naga.blogspot.com, 2010 Danoesastro, 1987. Atonik ; Hormon Perangsang Pertumbuhan Tanaman. Jakarta. Dwidjoseputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Hardjadinata. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Kusnadi dan Santoso. 1996. Kamus Istilah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Kusumo, 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Yasaguna, Bandung .. Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Mul Mulyani Sutedjo. 1991. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta. Parnata. 2004. Teknis Pengaplikasian Pupuk . Jakarta. Rini. 2004. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi, Penebar Swadaya, Jakarta. Rismunandar. 1990. Zat Pengatur Tumbuh. Yasaguna Jakarta. Rukmana. R, 1999. Teknik Memproduksi Bibit Unggul Tanaman BuahBuahan, Kanisius. Yogyakarta. Sarief. E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Warisno dan Dahana. 2009. Buku Pintar, Bertanam Buah Naga di Kebun, Pekarangan dan Dalam Pot. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wiryanta, W dan Raharja, P.C. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka, Jakarta. 30 Lampiran 1. Denah letak antar polybag A23 A01 A32 A35 A06 A03 A04 A05 A14 A31 A13 A15 A11 A36 A34 A22 A33 A25 A21 A16 A02 A24 A26 Keterangan : Jarak antar polybag = 50 x 70 cm Lebar = 200 cm Panjang = 280 cm Jumlah polybag = 24 A12 31 Lampiran 2. Data jumlah tunas umur 4 minggu setelah tanam Data jumlah tunas umur 4 MST Tanaman pengamatan ke : No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 x 1 A0 1 1 1 1 1 1 1,00 2 A1 1 1 1 2 1 1 1,10 3 A2 1 2 1 2 1 2 1,50 4 A3 1 1 2 1 2 1 1,30 Keterangan : A0 : kontrol A1 : konsentrasi 1 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A2 : konsentrasi 2 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A3 : konsentrasi 3 ml hormon tumbuh Atonik / liter air 32 Lampiran 3. Data jumlah tunas umur 8 minggu setelah tanam Data jumlah tunas umur 8 MST Tanaman pengamatan ke : No Perlakuan 1 2 3 4 5 A0 1 1 2 1 1 2 1,30 2 A1 2 2 1 3 2 1 1,80 3 A2 2 2 3 2 3 2 2,33 A3 2 1 2 2 3 2 2,00 1 4 Keterangan : A0 : kontrol A1 : konsentrasi 1 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A2 : konsentrasi 2 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A3 : konsentrasi 3 ml hormon tumbuh Atonik / liter air 6 x 33 Lampiran 4. Data saat munculnya tunas Tanaman Pengamatan ke : No Perlakuan 1 2 3 4 5 6 x 1 A0 24 26 28 26 20 26 25,00 2 A1 22 19 25 22 23 23 22,33 3 A2 19 20 21 19 21 20 20,00 4 A3 22 20 22 19 20 21 20,66 Keterangan : A0 = kontrol A1 = konsentrasi 1 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A2 = konsentrasi 2 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A3 = konsentrasi 3 ml hormon tumbuh Atonik / liter air No Perlakuan 1 2 3 4 A0 A1 A2 A3 No Perlakuan 1 2 3 4 A0 A1 A2 A3 1 1 1 1 1 data jumlah tunas umur 4 MST Tanaman pengamatan ke : 2 3 4 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 5 1 1 1 2 6 1 1 1 1 1 1 2 2 2 data jumlah tunas umur 8 MST Tanaman pengamatan ke : 2 3 4 1 2 1 2 1 3 2 3 2 2 3 2 5 1 2 3 3 6 2 1 2 2 Keterangan : A0 : kontrol A1 : konsentrasi 1 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A2 : konsentrasi 2 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A3 : konsentrasi 3 ml hormon tumbuh Atonik / liter air 34 Lampiran 4. Data panjang tunas umur 4 minggu setelah tanam Data Panjang Tunas Umur 4 MTS Tanaman Pengamatan Ke : 1 x 2 x 3 No Perlakuan 1 A0 0,9 0,9 1,1 1,1 1,4 2 A1 1,2 1,2 1,3 1,3 1,2 3 A2 1,7 1,7 1,9 4 A3 1,5 1,5 1,5 a b c a b 1,4 c a b 1,7 1,2 1,5 1,4 Keterangan : A0 = kontrol A1 = konsentrasi 1 ml hormon tumbuh Atonik/liter air A2 = konsentrasi 2 ml hormon tumbuh Atonik/liter air A3 = konsentrasi 3 ml hormon tumbuh Atonik/liter air 4 a 1,4 1,65 1,5 1,5 x c b x c 5 a b x c 6 a b x c x 0,5 0,5 0,7 0,7 0,8 0,8 0,90 1,3 1,3 1,4 1,4 1,7 1,7 1,35 1,65 1,8 1,75 1,9 1,9 1,68 1,7 1,55 1,6 1,6 1,56 1,6 1,55 1,7 1,7 1,7 35 Lampiran 5. Data panjang tunas umur 8 minggu setelah tanam Data Panjang Tunas Umur 8 MTS Tanaman Pengamatan ke : 1 No Perlakuan a x b c 2 a b x c 3 a b x c 4 a b x c 5 a b x c 6 a x c 1 A0 17,7 17,4 16,6 16,6 17,8 16,3 17,05 17,2 17,2 16 15,4 14,7 16,05 16,71 2 A1 15,2 17,6 16,4 16,4 16,3 16,35 17,7 17,7 16,7 15,8 16,25 15,2 17,6 15,6 16,13 15,6 16,5 16,05 16,48 3 A2 15,7 18,7 17,2 16,7 16,8 18,6 17,36 15,5 15,9 16,2 15,86 14,5 14,9 14,8 17,5 16,75 16,50 4 A3 15,8 16,4 16,1 16,8 15,4 16,1 22,4 16,6 14,3 17,76 16,4 13,3 Keterangan : A0 = kontrol A1 = konsentrasi 1 ml hormon tumbuh Atonik/liter air A2 = konsentrasi 2 ml hormon tumbuh Atonik/liter air A3 = konsentrasi 3 ml hormon tumbuh Atonik/liter air 15 16 b x 17 14,85 16,8 16,2 16,4 16,96 16,2 17,3 15 16 15,8 16,6 16,2 16,31 Pengambilan Data Saat Munculnya Tunas ( Hari ) No Perlakuan 1 2 3 4 1 24 22 19 22 A0 A1 A2 A3 Tanaman Pengamatan ke : 2 3 4 26 28 26 19 25 22 20 21 19 20 22 19 5 20 23 21 20 Keterangan : A0 = kontrol A1 = konsentrasi 1 ml hormon tumbuh Atonik / liter air A2 = konsentrasi 2 ml hormon tumbuh Atonik / liter air ` A3 = konsentrasi 3 ml hormon tumbuh Atonik / liter air 6 26 23 20 21 x 25 22,33 20 20,66 36 Lampiran 5. Gambar pengisian tanah topsoil pada polybag Lampiran 6. Gambar pembuatan lubang tanam 37 Lampiran 7. Gambar penanaman setek buah naga Lampiran 8. Gambar penyemprotan hormon tumbuh Atonik 38 Lampiran 9. Pengukuran panjang tunas buah naga Lampiran 10. Homon tumbuh atonik 39 Lampiran 11. Stek buah naga siap tanam Lampiran 12. Stek buah naga setelah ditanam 40 Lampiran 13. Pembersihan tempat penelitian