Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI
TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH
Anggi Mashita Ratna
[email protected]
Maswar Patuh Priyadi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the impact on the fundamental factor which is proxy by earning per
share (EPS), total asset growth (TAG), leverage (LG) and accounting beta (ACB), and economy macro which is
proxy by the inflation rate (TI) and Rupiah exchange rate to the Dollar at the manufacturing companies which
are listed in a group of Jakarta Islamic Index (JII). The research result shows that: (1) The earning per share
variable (EPS) has significant impact on the sharia stock beta (BS). (2) The total asset growth variable has
significant impact on the sharia stock beta (BS). (3) The leverage which is independent variable has no
significant impact on the sharia stock beta. (4) The accounting beta variable (ACB) has significant impact on the
sharia stock beta. (5) The inflation rate variable (TI) has no significant impact on the sharia stock beta. (6) The
Rupiah exchange rate to the Dollar has no significant impact on the sharia stock beta.
Keywords: Stock Beta, Earning Per share, Total Asset Growth, Leverage, Accounting Beta, Inflation Level, and
Rupiah Exchange Rate to the Dollar.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental yang di proksikan dengan
earning pershare (EPS), total asset growth (TAG), leverage (LG) dan accounting beta (ACB) dan makro
ekonomi yang di proksikan dengan tingkat inflasi (TI) dan kurs rupiah terhadap dollar pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar didalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) variabel earning pershare berpengaruh terhadap beta
saham syariah; (2) total asset growth berpengaruh terhadap beta saham syariah; (3) leverage
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap beta saham syariah; dan (4) accounting beta
berpengaruh terhadap beta saham syariah; (5) tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap beta saham
syariah; (6) kurs rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah.
Kata kunci:
beta saham, earning pershare, total asset growth, leverage, accounting beta,
tingkat inflasi, dan kurs rupiah terhadap dollar.
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini pasar modal merupakan salah satu sarana informasi yang
banyak diminati oleh para investor. Pasar modal sebagai sarana investasi, dapat digunakan
oleh investor untuk ikut serta dalam kepemilikan saham suatu perusahaan, dan dapat
digunakan untuk pemerataan pendapatan. Pasar modal sebagai salah satu instrumentasi
sistem keuangan merupakan salah satu tolak ukur perkembangan ekonomi suatu negara.
Perkembangan pasar modal di indonesia telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan
perkembangan ekononomi Indonesia. Seiring perkembangan pasar modal, maka
dikembangkan pula pasar modal syariah.
Perkembangan pasar modal syariah menunjukan kemajuan seiring dengan
meningkatnya indeks yang ditunjukan dalam Jakarta Islamic Index (JII). Peningkatan pada JII
walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
2
kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan
adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah yang
memperdagangkan saham syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur,
asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam. Pasar modal
memperdagangkan beberapa jenis sekuritas yang mempunyai tingkat resiko berbeda-beda.
Saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai tingkat risiko cukup tinggi. Hal ini
disebabkan risiko saham berhubungan dengan keadaan-keadaan yang terjadi, seperti
keadaan perekonomian, politik, industri, dan keadaan perusahaan atau emiten.
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return
portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas
ke-i dengan return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sitematik
(systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Volatilitas
dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio
dalam suatu periode waktu tertentu (Jogiyanto, 1998:193-194)
Resiko investasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya faktor yang
terjadi dari perusahaan dan faktor yang bersal dari makro ekonomi suatu negara. Data
keuangan fundamental perusahaan merupakan cerminan dari kondisi perusahaan, karena
dengan mengetahui aspek fundamental perusahaan melalui rasio rasio yang ada, investor
dapat menentukan perusahaan mana yang layak menjadi tempat berinvestasi, sedangkan
kondisi suatu negara meliputi kondisi perekonomian yang terjadi pada suatu negara, yang
juga memiliki pengaruh terhadap resiko berinvestasi.
Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta. Mengetahui beta suatu sekuritas
merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu
sekuritas menunjukan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahanperubahan pasar (Aruzzi dan Bandi (2003). Saat ini telah banyak dilakukan penelitian
mengenai beta saham syariah dengan hasil yang beragam. Variabel fundamental tidak
terbukti berpengaruh terhadap beta saham syariah (Aruzzi dan Bandi (2003), Hamzah
(2005), Auliyah dan Hamzah (2006))
Hingga sampai saat ini, telah banyak dilakukan berbagai penelitian mengenai beta
saham syariah. Aruzzi dan Bandi (2003) meneliti tentang pengaruh tingkat suku bunga, rasio
profitbilitas, dan beta akuntansi terhadap beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta tahun
2001-2002 yang dipilih secara purposive sampling. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi tingkat suku bunga, rasio profitabilitas, dan beta akuntansi.
Pengukuran suku bunga dihitung berdasarkan suku bunga yang ditentukan oleh Bank
Indonesia. Untuk faktor fundamental terdiri dari rasio profitabilitas diukur menggunakan
rata-rata return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE). Hasil penelitian Aruzzi dan
Bandi (2003) bahwa rasio profitabilitas dan beta akuntansi secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Sedangkan secara parsial pengaruh masingmasing variabel independen tidak ada yang berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
Hamzah (2005) meneliti tentang Analisa Ekonomi Makro, Industri, dan Karakteristik
Perusahaan Terhadap Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2004 yang
dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian Ardi (2005) menunjukan bahwa kurs
rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto signifikan. Leverage dan profitabiltas
signifikan. Sedangkan jenis industri devidend payout ratio, variabilitas laba, beta akuntansi,
cyclicality dan price book ratio tidak signifikan terhadap beta saham syariah.
Auliyah dan Hamzah (2006) meneliti tentang Analisa Karakteristik Perusahaan,
Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta
tahun 2001-2005 yang dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian Auliyah dan
Hamzah (2006) menunjukan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
3
ekonomi makro secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah
tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Pengujian secara parsial
menunjukan bahwa variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro tidak
signifikan pada return saham syariah, sedangkan variabel-variabel karakteristik perusahaan,
industri, dan ekonomi makro terhadap beta saham mempunyai pengaruh signifikan adalah
cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan produk Domestik Bruto.
Fidiana (2010) meneliti tentang Pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan rasio
keuangan terhadap beta saham di JII tahun 2001-2005 yang dipilih secara purposive sampling.
Hasil penelitian pengujian simultan membuktikan bahwa variabel fundamental
berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Pengujian secara parsial hipotesis nol tidak
dapat ditolak untuk tingkat inflsi, suku bunga, beta akuntansi, dividen yield. Pengujian secara
parsial menghasilkan tiga variabel yang signifikan yaitu leverage, earnins variability, dan price
book value. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa , earning variability, dan price book
value berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah.
Yulianto (2010) meneliti tentang Analisis pengaruh asset growth, earning pershare, debt
to total asset, return on investment, dan dividend yield terhadap beta saham ( Studi pada
perusahaan perbankan yang tercatat di BEI periode 2005-2007) yang dipilih secara purposive
sampling. Hasil penelitian pengujian membuktikan bahwa variabel asset growth, debt to total
asset, dan return on investment, berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Sementara
variabel earning pershare dan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap beta
saham.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut masih memiliki hasil yang relatif
berbeda satu sama lain, hal ini dapat terjadi karena perbedaan dalam pengukuran variabel
dan populasi penelitian. Oleh sebab itu penelitian ini akan menguji kembali dan
mengembangkan penelitian sebelumnya mengenai pengaruh faktor fundamental yang
diukur dengan earning pershare, asset growth, leverage dan beta akuntansi, variabel makro
ekonomi yang diukur dengan inflasi, suku bunga, dan kurs rupiah terhadap dollar terhadap
beta saham syariah pada perusahaan yang terdaftar didalam Jakarta Islamic Index di Bursa
Efek Indonesia.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Pasar Modal
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum ditandai oleh
berbagai indikator diantaranya adalah semakin maraknya para pelaku pasar modal syariah
yang mengeluarkan efek-efek syariah selain saham. Pasar modal syariah adalah pasar modal
yang dijalankan dengan konsep syariah, dimana setiap perdagangan surat berharga
mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal syariah tidak hanya
ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Lembaga keuangan
yang pertama kali menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya dengan
manajemen portofolio syariah di pasar modal adalah Amanah Income Fund yang didirikan
bulan Juni 1986. Oleh para anggota the North American Islamic Trust yang bermarkas di
Indiana, Amerika Serikat. Wacana mengenai pasar modal syariah ini disambut dengan
antusias di seluruh belahan bumi ini mulai kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia dan
Amerika. Beberapa negara yang proaktif dalam mengembangkan pasar modal yang
berprinsipkan syariah dan konsisten dalam menerapkan syariah islam dalam sendi
kehidupanya adalah Bahrain Stok di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat
Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
4
Perkembangan pasar modal di Indonesia juga mengikuti perkembangan di negaranegara lain dengan membentuk pasar modal syariah. Hadirnya pasar modal syariah yang
diluncurkan pada bulan Juli 2000 di tandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index. Tidak
terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang
syariah.
Instrumen Pasar Modal Syariah
Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan sektor riil atau transaksi
yang mendasari (Underlying transaction). Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah
dalam pasar modal adalah dari sekuritas asset/proyek (asset securitation) yang merupakan
bukti penyertaa, sekuritas utang (debt securitation) atas penerbitan surat utang yang timbul
atas transaksi jual beli (al dayn) atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan,
sekuritas modal (equity securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan yang
terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham.
Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar perdana
adalah muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common stock), muqaradah/mudharabah
bonds. Karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana, maka
prinsip dasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak
boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana
atau hasil penjualan efek akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan
jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu (Harahap,2001).
Sedangkan untuk pasar sekunder ada beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar
perdana, yaitu tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks), suatu efek dapat diperjual
belikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden
tidak boleh diperjual belikan, tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan
menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrumen pasar modal yang jelas
diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forward contract, option.
Risiko Saham
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) yang
diperdagangkan baik dalam bentuk hutang maupun perusahaan swasta. Investor selalu
menghadapi dua masalah didalam berinvestasi yaitu return dan risiko mempunyai dua
komponen yang tidak dapat dihindari dari investasi. Return dan risiko mempunyai
hubungan yang positif (Jogiyanto, 2003:130). Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi
pula ecpected returnnya, begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu dalam membuat investasi,
investor akan selalu mencariportofolio optimum yang menawarkan expected return
maximal pada tingkat risiko tertentudengan risiko yang maximum.
Risiko sering kali disinonimkan dengan ketidakpastian karena risiko sering mengacu
pada adanya variasi nilai antara yang diperkirakan dengan nilai yang di observasi. Menurut
Husnan (1998) risiko dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu :
1. Risiko sistematis (Systematic Risk)
Adalah risiko selalu ada dan tidak bias dihilangkan dengan diversivikasi systematic risk
sering disebut dengan market risk karena fluktuasi risiko ini disebabkan oleh karena
faktor kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan kondisi sosial politik.
2. Risiko tidak sitematis (Unsystematic Risk)
Adalah risiko yang dapat dihilangkan oleh faktor mikro spesifik perusahaan seperti
market share, jajaran managemen dan laba tahunan. Unsystematic risk dapat dihindari
dengan cara melakukan diversifikasi atas portofolio yang dimiliki oleh investor.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
5
Saham Syariah
Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki
karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan
usaha. Saham syariah dimasukan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan
indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia yang merupakan subset dari Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan pada tanggal 3 juli 2000 dan
menggunakantahun 1 Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang
terdaftar di Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi penyaringan
syariah dan kriteria untuk indeks.
Penyaringan secara syariah yang difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional No. 20
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untu Reksa Dana Syariah. Kriteria untuk indeks
adalah kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu tahun. Dari kedua penilaian tersebut,
untuk perusahaan emiten dapat digolongkan dalam daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu
saham dari emiten dipilih yang tidak bertentangan dengan syariah yang telah listing
minimum 3 bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi pasar.
Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian sejumlah 30 saham. Evaluasi
terhadap komponen indeks dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Earning pershare
Earning pershare adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap
lembar saham. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk
membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang
memiliki earning pershare yang tinggi dibandingkan saham yang memiliki earning pershare
rendah. Earnings pershare yang rendah cenderung membuat harga saham turun (Tandelilin,
2001;241-242). Earning pershare (EPS) merupakan indikator dari apa yang dipikirkan investor
tentang kinerja perusahaan pada masa lalu dan di masa yang akan datang.
Total Asset Growth
Total Asset Growth adalah rata-rata pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila kekayaan
perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi
berarti besarnya kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin besar. Demikian pula
sebaiknya, pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya kekayaan akhir
tinggi berarti kekayaan akhir tinggi berati kekayaan awalnya rendah. Variabel pertumbuhan
aktiva (asset growth) juga dapat didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan)
tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan dengan beta.
Leverage
Struktur modal yang optimal akan memaksimalkan shareholder’s wealth. Sehingga
penggunaan leverage financial dapat meningkatkan return kepada pemegang saham.
Penggunaan leverage akan mempengaruhi laba bersih yang akhirnya akan mempengaruhi
return saham perusahaan (Fidiana, 2010).
Accounting Beta
Accounting beta merupakan beta yang timbul dari regresi time series laba
perusahaan terhadap rata-rata keuntungan semua perusahaan sampel (Husnan, 1994).
Dengan kata lain, beta menunjukan koefisien regresi atas keuntungan suatu perusahaan.
Menurut, Jogiyanto (1998:247), beta akuntansi ini dapat dihitung secara bersama dengan
laba pasar (yang menggunakan data return).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
6
Makin tinggi accounting beta perusahaan, makin tinggi pula beta saham. Karena beta
merupakan pencerminan risiko, maka semakin tinggi nilai beta saham suatu perusahaan
maka akan semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor. Kondisi demikian
akan mengakibatkan risiko yang akan ditanggung oleh pemegang saham juga semakin
besar. Acounting beta diharapkan mempunyai hubungan yang positif dengan beta saham.
Tingkat Inflasi
Tingkat Inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang sering digunakan untuk
menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya
beli masyarakatmenurun. Sebagian besar perusahaan akan mengalami penurunan harga
saham bila tingkat inflasi naik lebih besar dari yang diharapkan. Sehingga dapat dikatakan
inflasi berkorelasi negatif dengan harga saham (Fidiana, 2010).
Kurs Rupiah Terhadap Dollar
Banyak hal yang mempengaruhi naik turunya kinerja saham, diantaranya faktor
makro ekonomi seperti inflasi , nilai tukar kurs rupiah terhadap dollar, dan suku bunga.
Nilai tukar suatu mata uang adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara asing
lainya. Harga pada umunya terkait dengan sejumlah uang dan nilai tukar mata uang ini
bersifat stabil dan labil atau terlalu bergerak naik atau turun.
Beta saham syariah
Menurut Jogiyanto (1998): “Beta merupakan suatu pengukur volatilitas dari return
suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur
volatilitas return portofolio denan return pasar. Accounting beta merupakan beta yang timbul
dari regresi time series PER perusahaan dengan rata-rata PER perusahaan sampel (Fidiana,
2010).
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh earning pershare terhadap beta saham syariah.
Earning pershare adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap
lembar saham. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk
membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang
memiliki earning pershare tinggi dibandingkan saham yang memiliki earning pershare
rendah. Earning pershare yang rendah cenderung membuat harga saham turun (Tandelilin,
2001;241-242).
Penelitian menurut hasil pengujian Auliyah dan Hamzah (2006) hasil pengujian ini
menunjukan bahwa variabel karakteristik perusahaan (earning pershare, dividend payout,
current ratio, return on investmen dan cyclicality), Industri dan Ekonomi Makro (kurs rupiah
terhadap dollar dan PDB) terhadap return saham syariah tidak signifikan pada level 5%
syariah. Tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap beta saham syariah
sementara dengan beta saham syariah menunjukan bahwa cyclicality, kurs rupiah terhadap
dollar dan GDP pada level 5% signifikan terhadap beta saham syariah.
Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:
H1 : Earning pershare berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.
Pengaruh total asset growth terhadap beta saham syariah.
Perusahaan yang mengalami laba akan dapat dikatakan telah melakukan kinerja
keuangan dengan baik dan akan memengaruhi ekspektasi para investor untuk memperoleh
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
7
pembagian laba dalam bentuk dividen. Selanjutnya ekspektasi tersebut akan memengaruhi
perilaku investor dalam melakukan transaksi di bursa. Secara teori jika perusahaan
memperoleh laba yang semakin besar, maka perusahaan akan mampu membagikan dividen
yang semakin besar dan akan berpengaruh secara positif terhadap return saham yang akan
diharapkan investor sehingga berdampak pada abnormal return. Hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Djam’an (2011) membuktikan bahwa adanya hubungan positif antara
laba akuntansi terhadap abnormal return. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi
mengenai laba perusahaan masih banyak dipakai oleh investor dalam menilai kinerja
perusahaan walaupun terdapat informasi yang lain. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa
profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan nilai
perusahaan di masa yang akan datang.
Pengaruh total asset growth terhadap beta saham syariah.
Total Asset Growth adalah rata-rata pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila kekayaan
perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi
berarti besarnya kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin besar. Demikian pula
sebaiknya, pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya kekayaan akhir
tinggi berarti kekayaan akhir tinggi berati kekayaan awalnya rendah. Variabel pertumbuhan
aktiva (asset growth) juga dapat didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan)
tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hungan dengan beta.
Yulianto (2010) telah meneliti hubungan total asset growth dengan beta saham syariah.
Hasil penelitian pengujian membuktikan bahwa variabel asset growth, debt to total asset, dan
return on investment, berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Sementara variabel
earning pershare dan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:
H2 : total asset growth berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.
Pengaruh leverage terhadap beta saham syariah.
Rasio Leverage, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai berapa
jauh aktiva yang dibiayai dengan hutang (Husnan, 1994:217). Apabila perusahaan
mempunyai hutang semakin banyak maka semakin besar beban bunga dan angsuran pokok
pinjaman yang harus dibayar. Pada dasarnya perusahaan yang menggunakan leverage
tujuannya agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan
ternyata mendapatkan keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya, maka akibatnya
dividen yang akan diterima pemegang saham akan semakin kecil.
Penelitian Hamzah (2005) menyatakan bahwa pengujian ini dengan menggunakan F
test atau anova variabel ekonomi makro, industri dan karakteristik perusahaan signifikan
pada level 5% terhadap beta saham syariah. Pengujian regresi secara parsial dengan t test
menunjukan bahwa kurs rupiah terhadap dollar dan PDB signifikan pada tingkat 5%,
leverage dan profitabilitas signifikan pada tingkat 5%. Karakteristik perusahaan, dividend
payout, variabilitas laba, beta akuntansi, cyclicality dan Price Book Ratio tidak signifikan
terhadap beta saham syariah.
Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:
H3 :
Leverage berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
8
Pengaruh accounting beta terhadap beta saham syariah.
Accounting beta merupakan beta yang timbul dari regresi time series PER
perusahaandengan rata-rata PER perusahaan sampel (Fidiana, 2010). Beta akuntansi
diprediksikan memiliki hubungan positif dengan beta saham (Jogiyanto, 1998)
Penelitian Suseno (2009) menyatakan bahwa financial leverage, asset growth, earning
variability dan accounting beta secara parsial mempengaruhi risiko sistematik (beta) saham.
Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:
H4 :
accounting beta berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.
Pengaruh tingkat inflasi terhadap beta saham syariah.
Tingkat inflasi adalah ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk
menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya
beli masyarakat menurun. Sebagian besar perusahaan akan mengalami penurunan harga
saham bila tingkat naik lebih besar dari apa yang diharapkan. Sehingga dapat dikatakan
inflasi berkorelasi negatif dengan harga saham. Fidiana (2010) menyatakan bahwa pengujian
ini tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap beta saham syariah menghasilkan nilai
signifikansi 0,575 berati tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah.
Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:
H5 : Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap beta saham syariah.
Pengaruh kurs rupiah terhadap dollar terhadap beta saham syariah.
Menurut hasil pengujian Auliyah dan Hamzah (2006) hasil pengujian ini menunjukan
bahwa variabel karakteristik perusahaan (earning pershare, dividend payout, current ratio, return
on investmen dan cyclicality), Industri dan Ekonomi Makro (kurs rupiah terhadap dollar dan
PDB) terhadap return saham syariah tidak signifikan pada level 5% syariah. Tetapi
berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap beta saham syariah sementara
dengan beta saham syariah menunjukan bahwa cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan
GDP pada level 5% signifikan terhadap beta saham syariah.
Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:
H6 : Kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam kelompok Jakarta Islamic Index di BEI pada periode 2008-2010. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih
sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan masuk dalam kelompok Jakarta Islamic
Index minimal 3 kali selama tahun 2008-2010 secara berturut-turut, (2) Perusahaan dalam
kelompok Jakarta islamic Index yang menerbitkan laporan keuangan tahunan dan yang tidak
mengalami kerugian selama tahun 2008-2010 secara berturut – turut.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
9
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Dependen
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return dari suatu sekuritas atau return
portofolio relatif terhadap return pasar. Volatilitas adalah fluktuasi dari return-return suatu
sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Beta bernilai positif
menunjukkan pergerakan harganya selaras dengan pasar. Beta bernilai negatif menunjukkan
pergerakan harganya berlawanan dengan pasar. Beta bernilai 1 menunjukkan pergerakan
harganya sama dengan pasar. Beta bernilai negatif tidak ada di dalam teori tetapi dalam
realitas beta negatif ini terjadi karena adanya anomali pasar.
Pengukuran Beta ini diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Ri = αi + βiRm + ei
Keterangan :
Ri
=
Return saham i
αi
=
Konstansa
βi
=
Beta saham i
ei
=
tingkat kesalahan/residual
Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan pasar (Rm) dapat dihitung
dengan menggunakan data indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terdapat di bursa
selama periode waktu tertentu. Persamaan yang dapat digunakan dalam menghitung return
pasar adalah sebagai berikut :
(JIIt – JIIt-1)
JII =
JIIt-1
Keterangan :
Rm
= Return pasar
JIIt
= JII pada tahun t
JIIt-1
= JII pada tahun t-1
Menghitung return saham individual dihitung dengan rumus :
(Pt – Pt-1)
Rit=
Pt-1
Keterangan :
Rit
= return saham i perioda t
Pt
= harga penutunpan saham tahun ke t
Pt-1
= harga penutupan saham tahun ke tVariabel Independen
a. Earning pershare (EPS)
Earning pershare adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap
lembar saham. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk
membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang
memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share
rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun
(Tandelilin, 2001;241-242)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
10
Earning pershare (EPS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
EAT
EPS =
Jumlah saham beredar
Keterangan:
EPS
= Earning pershare perusahaan i pada tahun yang bersangkutan.
EAT
= Laba setelah pajak pada perusahaan i
b. Total Asset Growth (TAG)
Total Asset Growth adalah rata-rata pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila
kekayaan perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada tingkat pertumbuhan aktiva yang
tinggi berarti besarnya kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin besar. Demikian pula
sebaiknya, pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya kekayaan akhir
tinggi berarti kekayaan akhir tinggi berati kekayaan awalnya rendah. Variabel pertumbuhan
aktiva (asset growth) juga dapat didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan)
tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan dengan beta.
Total Asset Growth (TAG) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Total Asset t – Total asset t-1
TAG =
Total Asset t-1
c. Leverage (LG)
Rasio Leverage, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai berapa
jauh aktiva yang dibiayai dengan hutang (Husnan, 1994:217). Apabila perusahaan
mempunyai hutang semakin banyak maka semakin besar beban bunga dan angsuran pokok
pinjaman yang harus dibayar. Pada dasarnya perusahaan yang menggunakan leverage
tujuannya agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan
ternyata mendapatkan keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya, maka akibatnya
dividen yang akan diterima pemegang saham akan semakin kecil.
Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat leverage perusahaan,
makin tinggi risiko financialnya. Hal ini dapat mengakibatkan prospek perusahaan
menurun. Prospek perusahaan mempengaruhi harga saham, prospek perusahaan
diperkirakan meningkat atau menurun maka harga saham akan naik atau turun. (Husnan,
1994:388). Perubahan harga saham berarti juga, makin besar variasi perubahan return maka
makin besar beta saham perusahaan, yang berarti makin besar pula risiko yang ditanggung
oleh investor.
Apabila leverage semakin tinggi sementara proporsi total aktiva tidak berubah berarti
risiko financial atau resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin
tinggi dan sebaliknya. Oleh karena itu leverage diprediksi mempunyai hubungan positif
dengan beta saham.
Leverage (LG) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Total Hutang
Leverage =
Total aktiva
Dimana
:
Leverage (LG) = Leverage untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan
Total hutang = Total hutangperusahaan i pada tahun yang bersangkutan.
Total aktiva = Total aktiva perusahaan i pada tahun yang bersangkutan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
11
d. Accounting Beta (ACB)
Accounting beta merupakan beta yang timbul dari regresi time series PER
perusahaandengan rata-rata PER perusahaan sampel (Fidiana, 2010). Accounting beta dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
PERi = αi + βiPERsampel rata-rata + ei
Keterangan :
PERi = Price Earning Ratio perusahaan ke i
αi
= Konstanta
βi
= Beta saham i
ei
= tingkat kesalahan/residual
Menghitung PER individual dapat dihitung dengan rumus :
Dimana :
Closing Price
PER =
EPS
PER
= Price earning ratio i pada tahun tertentu.
EPS
= Earning pershare ratio (laba setelah pajak dibagi dengan jumlah saham).
Closing Price = Harga penutupan perusahaan i pada tahun tertentu.
e. Tingkat Inflasi (TI)
Pendekatan yang paling banyak digunakan untuk menghitung inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK).Untuk Indonesia data IHK dapat diperoleh dari laporan Badan
Pusat Statistik (BPS) atau Bank Indonesia. Laju inflasi dapat dihitung dengan rumus:
TIn – TIn-1
TIn =
x 100 %
IHKn-1
Dimana:
TIn
: Laju Inflasi pada bulan n
TIn
: Indeks Harga Konsumen bulan n
IHKn-1 : Indeks Harga Konsumen bulan n-1.
f. Kurs rupiah terhadap dollar (KRTD)
Nilai tukar ini dinyatakan dalam rupiah/dollar amerika (Rp/USD). Data yang diambil
adalah data nilai tukar rupiah/USD mulai tahun 2008-2010.(Noerirawan, 2012).
Menghitung nilai kurs :
(kurs jualt + kurs belit)
nt =
x 100 %
2
Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian akan diuji dengan satu persamaan regresi, yaitu :
BSS = α + β1EPS + β2 TAG+ β3 LG+ β4 ACB+ β5 TI+ β6KRTD + e
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
12
Keterangan :
BS
a
β1,2,3,4,5,6
EPS
TAG
LG
ACB
TI
KRTD
e
=Beta saham
= Konstanta
= Koefisien variabel bebas
= Earning pershare
= Total Asset growth
= Leverage
= Accounting beta
= Tingkat Inflasi
= Kurs rupiah terhadap dollar
= Kesalahan pengganggu
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas. Hasil uji normal plot pola data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dalam
penelitian ini memenuhi uji normalitas. Di samping menggunakan uji grafik dilengkapi
dengan uji statistik, salah satunya dengan menggunakan uji statistik non-parametrik
kolmogorov-smirnov. Nilai kolmogorov-smirnov Z sebesar 1,153 dengan tingkat signifikan
0,240 berarti hal itu menunjukkan bahwa variabel penelitian terdistribusi normal karena
tingkat signifikasinya 0,240 ≥ 0,05.
b. Uji Multikolinearitas.Nilai tolerancesemua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian
pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model regresi bebas adanya multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi.Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1,983
terletak Antara -2 sampai +2, yang berarti tidak ada masalah autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat grafik plot antara ZEPRED dengan SRESID. Hasil uji
heteroskedastisitas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak
membentuk pola tertentu yang jelas. Titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
dalam model regresi.
Uji Hipotesis
Hasil nilai koefisien determinasi (adjusted R square) sebesar 0,369 yangberarti sebanyak
36,9% variabel independen (EPS, TAG, LG, ACB, TI, KRTD) dapat menjelaskan variabel
dependen beta saham syariah dan sisanya 63,1% dipengaruhi oleh faktor yang lain di luar
penelitian.
Pengujian Hipotesis 1,2,3,4,5 dan 6
Persamaan regresi ini digunakan untuk menjawab hipotesis 1,2, 3, 4, 5 dan 6.Hasil uji
hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
13
Tabel 1
Coefficients
Model
Unstandardized
Coefficients
B
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
1.133
2.019
EPS
.000
TAG
.337
1
LG
-.645
ACB
.308
TI
-1.754
KRTD
-.079
a. Dependent Variable: BS
.000
.164
.439
.094
4.999
.282
T
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
.447
.336
-.220
.484
-.147
-.119
.561
.578
2.489
2.056
-1.469
3.270
-.351
-.281
.018
.048
.151
.003
.728
.780
.965
.848
.856
.872
.808
.906
VIF
1.036
1.179
1.168
1.146
9.230
9.395
Sumber: Output SPSS 20
Berdasarkan hasil tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh earning pershare (EPS) terhadap beta saham syariah.
Berdasarkan pada tabel 1, Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel earning
pershare berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan yang dilihat dari tingkat
signifikansi 0,018 (sig < 5%) dengan nilai koefisien sebesar 0,000. Tanda koefisien positif
menunjukkan variabel earning pershare dan beta saham syariah searah sehingga dapat
disimpulkan bahwa earning pershare berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham
syariah dan H1 diterima.
Kondisi ini terjadi karena earning pershare berpengaruh positif terhadap beta saham
syariah artinya semakin tinggi earning pershare semakin tinggi risiko sistematis perusahaan.
Alasan earning pershare berpengaruh positif terhadap beta saham syariah yaitu, earning
pershare merupakan laba bersih yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar, sehingga
rasio tersebut dapat menunjukan kinerja perusahaan dalam mencetak laba. Maka earning
pershare merupakan indikator dari apa yang dipikirkan investor tentang kinerja perusahaan
pada masa lalu dan dimasa yang akan dating. Sehingga dengan melihat earning pershare
investor dapat melihat risiko yang akan diterima di masa yang akan dating dan investor
dapat mengambil keputusan apakah akan membeli, menjual atau mempertahankan saham
tersebut. Semakin besar nilai earning pershare menunjukan perusahaan mampu memberikan
laba yang lebih tinggi bagi investor.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2005) menyatakan
bahwa perusahaan yang memiliki jumlah saham yang beredar yang sedikit dibandingkan
perusahaan lain, maka laba bersih yang akan dibagikan kepada pemegang saham akan
bertambah banyak.
b. Pengaruh total asset growth terhadap beta saham syariah.
Berdasarkan pada tabel 1, Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel total asset
growth berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari
tingkat signifikansi 0,048 (sig < 5%) dan H2 diterima tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi
variabel total asset growth menunjukkan sebesar 0,337 Tanda koefisien negatif menunjukkan
variabel total asset growth dan beta saham syariah searah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
14
Beberapa hal yang dapat menjadi alasan mengapa total asset growth berpengaruh
positif terhadap beta saham. Pertama, suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap
pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan akan dana yang semakin
besar, menyebabkan meningkatnya pengeluaran perusahaan dalam memperoleh asset.
Semakin besar pengeluaran perusahaan dalam memperoleh asset maka akan menambah
beban perusahaan dan mengurangi laba perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairiyah (2013)
yang memproksikan faktor fundamental dengan pertumbuhan asset mengatakan bahwa
pertumbuhan asset memiliki hubungan positif dengan beta saham syariah. Tingkat total asset
growth yang nantinya akan semakin cepat akan mempengaruhi harapan dan minat investor.
Investor akan cenderung melepas (menjual) sahamnya. Semakin banyak saham dijual maka
harganya akan cenderung melemah.
Parmono (2001), yang memproksikan faktor fundamental yaitu total asset growth yang
menyatakan total asset growth berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham dan
menolak penelitian yang dilakukan oleh Yulius (2010) yang menyatakan total asset growth
tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah.
c. Pengaruh leverage (LG) terhadap beta saham syariah.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,151
(sig < 5%) dan H3 ditolak tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel leverage
menunjukkan sebesar – 0,645. Tanda koefisien negatif menunjukkan variable leverage dan
beta saham syariah tidak searah.
Hal ini disebabkan karena hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan yang
memiliki tingkat risiko yang tinggi. Risiko tersebut berhubungan dengan risiko pembayaran
bunga yang umumnya tidak dapat ditutupi perusahaan. Dengan asumsi apabila perusahaan
menghasilkan laba, prioritas utama adalah membayar hutang dari pada mensejahterakan
kemakmuran pemegang saham, sehingga beta saham akan menurun.
d. Pengaruh accounting beta terhadap beta saham syariah.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel accounting beta berpengaruh
signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,003
(sig < 5%) dan H4 diterima tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel accounting beta
menunjukkan sebesar 0,308 Tanda koefisien negatif menunjukkan variabel accounting beta
dan beta saham syariah searah.
Dalam hal ini, apabila rata-rata tingkat keuntungan semua perusahaan meningkat,
maka keuntungan atas perusahaan juga akan meningkat, sebesar koefisien regresinya.
Sebaliknya, apabila rata-rata tingkat keuntungan semua perusahaan menurun, maka
keuntungan perusahaan juga akan mengikutinya. Sehingga semakin besar pengaruhnya
terhadap laba suatu perusahaan.
Perusahaan dengan beta akuntansi yang tinggi cenderung mudah terpengaruh
kondisi pasar sehingga apabila kondisi pasar sedang menurun maka potensi pailit akan
tinggi. Hal ini akan menyebabkan resiko atas perusahaan akan meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parmono (2001) dan
Suseno (2009) yang memproksikan faktor fundamental dengan variabel accounting beta yang
menyatakan accounting beta secara parsial mempengaruhi beta saham syariah dan menolak
penelitian yang dilakukan oleh Fidiana (2010) yang menyatakan accounting beta tidak
berpengaruh terhadap beta saham syariah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
15
e. Pengaruh Tingkat Inflasi (TI) terhadap beta saham syariah.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,728
(sig < 5%) dan H5 ditolak tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel tingkat inflasi
menunjukkan sebesar -1,754 Tanda koefisien negatif menunjukkan variabel tingkat inflasi
dan beta saham syariah tidak searah
Tandelilin (2001) menyatakan bahwa tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan
kenaikan harga barang dan jasa pada suatu periode, sehingga kesempatan investasi yang
ada tidak akan menarik lagi. Hal ini akan membuat investor tidak tertarik lagi untuk
berinvestasi yang mengakibatkan harga saham mengalami penurunan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fidiana (2010) yang
menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham
syariah.
f. Pengaruh kurs rupiah terhadap dollar (KRTD) terhadap beta saham syariah.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kurs rupiah terhadap dollar tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari tingkat
signifikansi 0,780 (sig < 5%) dan H6 ditolak tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel
kurs rupiah terhadap dollar menunjukkan sebesar -0,079 Tanda koefisien negatif
menunjukkan variabel kurs rupiah terhadap dollar dan beta saham syariah tidak searah. Hal
ini terjadi apabila nilai mata uang asing naik perdagangan di BEJ akan semakin menurun,
karena tingginya harga mata uang asing mendorong investor berinvestasi di pasar uang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Haryanto (2007) yang menyatakan
bahwa kurs rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham
syariah dan menolak penelitian Auliyah dan Hamzah (2006) yang menyatakan bahwa kurs
rupiah terhadap dollar berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) earning pershare
berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. (2) total asset growth berpengaruh
signifikan terhadap beta saham syariah. (3) leverage tidak berpengaruh terhadap beta saham
syariah. (4) accounting beta berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. (5) tingkat
inflasi tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah. (6) kurs rupiah terhadap dollar
berpengaruh terhadap beta saham syariah.
Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini terutama adalah:
1. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya mempertimbangkan untuk menggunakan populasi
pengamatan Jakarta Islamic Index karena munculnya Jakarta Islamic Index yang masih
relatif baru, sehingga dapat menyebabkan parameter prediksi yang bias. Sehingga
peneliti selanjutnya bisa menggunakan populasi pengamatan lain misalnya , Index
Saham Syariah (ISSI) dan LQ45 yang mungkin lebih sesuai untuk menjelaskan Beta
Saham Syariah.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang hendak mengkaji beta saham syariah (BS) secara lebih
mendalam dapat menambah objek penelitian pada jenis industri agar hasilnya lebih
akurat dan diyakini beta saham untuk masing-masing industri tersebut berbeda. Karena
dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
16
3.
terdaftar didalam kelompok JII sebanyak 15 perusahaan sesuai dengan kriteria selama
periode 2008 sampai dengan 2010. Sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal dan
menyebabkan tidak konsistennya hasil penelitian.
Penelitian ini hanya mengukur pengaruh faktor fundamental terhadap beta saham
syariah dengan menggunakan earning pershare, total asset growth, leverage, dan accounting
beta serta variabel ekonomi makro dengan menggunakan kurs rupiah terhadap dollar
dan tingkat inflasi sebagai variabel dependen, namun peneliti selanjutnya bisa
menggunakan proksi lain. Misalnya Deviden yield , Firm Size, dan Earning Variablility
sebagai indikator untuk mengukur beta saham syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Aruzzi, M.I dan Bandi. 2003. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan
Beta Akuntansi Terhadap Beta Saham Syariah. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.1617 Oktober 3003.647-658.
Auliyah, R. dan Hamzah. A. 2006. Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan
Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham Syariah. Simposium Nasional Akuntansi IX
Padang. 23-26 Agustus: 1-16
Boediono. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Jogjakarta: BPFE.
Fidiana. 2010. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Rasi Keuangan
terhadap Beta Saham. Jurnal Investasi vol.6.1. 1 Juni: 31-46.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haryanto, Riyanto. 2007. “Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dam Nilai
Kurs terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ”. Jurnal Keuangan dan Bisnis.
Vol.5. No1. Hlm.24-40.
Harahap, Sofyan S., 2001. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Cetakan Pertama,
Pasar Quantum.
Husnan, Suad. 1994. Dasar-dasar Teori Portofolio : Edisi 2. Yogyakarta : AMPYKPN.
____________. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Pendek), Buku I, Yogyakarta : BPFE
Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajamen, BPFE. Yogyakarta.
Jogiyanto, Hartono. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama. BPFE.
Yogyakarta.
_______________. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua,
Yogyakarta:BPFE
Koetin, E.A. 2002. Analisis Pasar Modal. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Mir’atul,Chairiyah. 2013. Pengaruh Asset Growth, Return On Equity, Total Asset
Turnover, dan Earning pershare terhadap Beta Saham. 2013. Skripsi Program Study
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas negeri Padang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 7 (2014)
17
Noerirawan, M.R. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Nilai Perusahaan
periode 2007-2010, Skripsi, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Semarang.
Parmono, Agung. 2001. “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Sistematis
(Beta Saham) Perusahaaan Industri Manufaktur Periode 1994-2000 di Bursa Efek Jakarta”.
Tesis. Universitas Diponegoro.
Prastowo, dwi dan Julianty, Rifka. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan
Aplikasi. Edisi revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Santoso, S. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. PT Alex Media Komputindo.
Jakarta.
Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Buku 1. Perebit erlangga. Jakarta.
Sugiyono. D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. CAPS. Yogyakarta.
Suryafinanti, R.A. 2010. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Leverage Terhadap
Beta Saham Syariah. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Perbanas.
Suseno. B.Y, 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beta Saham (Studi
Kasus Perbandingan Perusahaan Finance dan Manufaktur Yang Listing di BEI pada Tahun
2005-2007)”. Tesis. Universitas Diponegoro.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi
pertama. BPFE. Yogyakarta.
Yulianto, Yulius. 2001. “Analisis Pengaruh Asset Growth, Earning Pershare, Debt to
Total Asset, Return On Investment dan Dividen Yield terhadap Beta Saham (Studi Empiris
pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Perode 2005-2007)”. Skripsi. Universitas
Diponegoro.
●●●
Download