BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang memiliki budaya kerja yang berbeda dengan bisnis lainnya. Hal ini dikarenakan dalam bisnisnya, KAP menyediakan jasa profesional dan sering melakukan perikatan/ kontrak kerja dengan banyak klien dari berbagai macam bidang. Sesuai dengan PMK No. 17/PMK.01/2008 Pasal 2 yang menyatakan bahwa KAP menyediakan jasa profesional yaitu jasa atestasi berupa audit atas laporan keuangan, pemeriksaan keuangan prospektif, pemeriksaan atas informasi keuangan proforma, reviu atas laporan keuangan, dan jasa atestasi lainnya, serta jasa profesional lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, manajemen, perpajakan, dan kompilasi. Oleh karena itu, penting bagi staf KAP (dalam hal ini disebut dengan auditor) untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan standar yang berlaku demi mendukung kinerjanya. Menurut Lin dan Fan (2011) pengetahuan merupakan salah satu aset yang sangat bernilai bagi sebuah KAP yang merupakan organisasi berbasis layanan profesional. Hal tersebut membuat klien dari KAP bergantung pada pengalaman dan keahlian staf KAP (auditor) untuk memenuhi permintaannya dan membantunya memecahkan masalah akuntansi yang dihadapinya. Auditor sering kali lebih mengetahui banyak tentang kualitas sumber daya manusia, proses, dan rencana dalam 1 sebuah perusahaan daripada manajemen dari perusahaan itu sendiri, namun pengetahuan tersebut jarang didokumentasikan dan sering kali sulit untuk dihubungkan dengan asersi tertentu atau resiko audit, padahal hal tersebut penting dalam mendukung proses audit yang efektif dan efisien (Knechel, 2000). Auditor menggunakan pengetahuan yang dimilikinya sepanjang proses audit, yaitu sejak awal penerimaan klien, penentuan resiko salah saji material, hingga penentuan opini atas kewajaran laporan keuangan entitas yang diperiksanya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) tahun 2013 pada SA Seksi 318 menjelaskan mengenai pentingnya seorang auditor untuk memiliki pengetahuan tentang bisnis kliennya. Pengetahuan mengenai bisnis klien dapat membantu auditor untuk mengidentifikasi peristiwa ataupun transaksi yang berdampak signifikan terhadap laporan keuangan. Pemerolehan pengetahuan tersebut selain dari pihak yang diaudit, juga bisa didapatkan dari rekan sesama auditor dengan cara berdiskusi atau berbagi pengetahuan. Selain pengetahuan mengenai bisnis klien, auditor juga harus selalu memperbaharui pengetahuannya mengenai pengendalian internal perusahaan, faktorfaktor ekonomi umum, kondisi industri, dan standar- standar yang berlaku. Pengetahuan dan informasi- informasi yang didapatkan oleh auditor dianggap sebagai kerangka acuan (frame of reference) yang digunakan untuk melaksanakan pertimbangan profesional dan membantu auditor dalam: a. Penaksiran resiko dan identifikasi masalah. b. Perencanaan dan pelaksanaan audit secara efektif dan efisien. 2 c. Evaluasi bukti audit. d. Penyediaan jasa yang lebih baik bagi klien. Lebih lanjut, dalam standar audit ini ditegaskan mengenai pentingnya berbagi pengetahuan dan informasi antar staf dalam KAP. Pengetahuan merupakan sumber keunggulan kompetitif (competitive advantage) bagi sebuah orgaisasi (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Oleh karena itu, untuk mengelola pengetahuan yang dimilikinya KAP- KAP besar dunia melakukan aktivitas investasi pada teknologi informasi dan komunikasi yang dapat menunjang manajemen pengetahuan dalam organisasinya. Davenport dan Prusak (1998) menerangkan bahwa melalui pengayaan pengetahuan dan manajemen pengetahuan sebuah organisasi sebenarnya telah mengubah tingkat kualitas, kreatifitas, atau efisiensi ke tingkat yang baru. Pengetahuan yang dimiliki sebuah organisasi akan memberikan keunggulan kompetitif secara berkesinambungan. Lebih lanjut, Davenport dan Prusak menyatakan bahwa pengetahuan berbeda dengan aset karena aset akan disusut nilainya selama masa penggunaan, sedangkan pengetahuan justru meningkat secara terus menerus. Gibbins dan Wright (1999) menyebutkan bahwa KAP, sebagai salah satu jenis kantor penyedia jasa profesional, menghadapi tuntutan klien yang bermacam-macam pada lingkungan bisnis global yang berubah secara cepat. Auditor dalam sebuah KAP harus memiliki keunggulan profesional dan kemampuan untuk meningkatkan serta 3 membagi pengetahuan dengan staf yang lain. Sumber jasa layanan yang disediakan oleh KAP adalah pengetahuan, oleh karena itu proses manajemen pengetahuan antar auditor dalam sebuah KAP merupakan salah satu aktivitas dasar yang dilakukannya. Alavi dan Leidner (1999) mendefinisikan manajemen pengetahuan (knowledge management) sebagai proses yang sistemik dan terorganisir tertentu untuk mendapatkan, mengatur, dan mengkomunikasikan baik pengetahuan tacit maupun eksplisit yang dimiliki oleh pegawai, oleh karenanya pegawai lain dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam pekerjaannya dengan lebih produktif dan efektif. Salah satu kunci yang dapat meningkatkan aktivitas manajemen pengetahuan adalah dengan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) (Nonaka dan Takeuchi, 1995; Alavi dan Leidner, 2001). Manusia memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk melakukan aktivitas berbagi pengetahuan (knowledge sharing) secara tidak sadar setiap harinya. Namun aktivitas berbagi pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi pribadi, tapi juga pengaruh dari luar, seperti budaya organisasi (Yoo dan Torrey 2002). Penelitian-penelitian sebelumnya banyak dilakukan dengan objek penelitian berupa organisasi atau perusahaan yang iklim kerjanya berbeda dengan KAP. Penelitian-penelitian tersebut tidak mempertimbangkan pengaruh beban kerja yang dirasakan oleh pekerjanya, lebih lanjut hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem penghargaan tidak mempengaruhi sikap seseorang dalam berbagi 4 pengetahuannya kepada orang lain dalam perusahaan (Bock, et al., 2005; Kim dan Lee, 2006; Chennamaneni, 2006). Berdasarkan pemaparan di atas, maka topik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor dalam aktivitas berbagi pengetahuan dalam sebuah KAP menjadi menarik untuk diteliti. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu, salah satunya adalah Vera-Munoz, et al., (2006) yang mempertimbangkan faktor-faktor peningkat kemampuan penyebaran pengetahuan dalam KAP. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan antara lain adalah teknologi informasi (information technology), interaksi formal dan informal antar auditor (formal and informal interactions among auditors), dan sistem penghargaan (reward systems) (Vera-Munoz, et al., 2006). Untuk merumuskan hipotesis, penelitian ini mempertimbangkan beberapa teori yang didasarkan pada aspek etika dan psikologi. Yang pertama adalah mentoring theory digunakan untuk menjelaskan mengenai kegiatan supervisi yang dibutuhkan oleh staf dalam KAP. Teori ini lebih lanjut memberikan penjelasan bahwa untuk mengurangi ambiguitas dan konflik, supervisor harus mendampingi, mengelola, dan memberikan feedback untuk suatu penugasan yang kompleks (Dreher dan Ash, 1990), dalam hal ini penugasan audit. Kemudian untuk menjelaskan mengenai motivasi intrinsik maupun ekstrinsik yang mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan, penelitian ini menggunakan economic exchange theory dan social exchange theory. Social exchange theory akan menjelaskan lebih 5 lanjut mengenai bagaimana seseorang akan melakukan suatu aksi di lingkungan sosialnya terkait dengan analisis cost-benefit (Blau, 1964). Penelitian ini juga menggunakan teori social cognitive theory untuk menjelaskan bagaimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial, dan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini pada dasarnya mengelompokkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan menjadi tiga kelompok yaitu faktor teknologi informasi, faktor interaksi sesama auditor, dan faktor motivasi. Faktor interaksi sesama auditor terdiri dari iklim organisasi (organizational climate), pendampingan (mentoring), dan konflik dan ambiguitas peran (role conflict and ambiguity). Sedangkan kelompok faktor motivasi terdiri dari penghargaan organisasi (organizational rewards), keuntungan timbal balik (reciprocal benefit), kesenangan dalam membantu orang lain (enjoyment in helping others), dan keyakinan-sendiri terhadap pengetahuan (knowledge- self efficacy). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemilik dari KAP mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan auditor untuk berbagi pengetahuan. Partner dalam sebuah KAP perlu menyadari pentingnya budaya yang diterapkan dalam organisasinya, ketersediaan dan penggunaan teknologi informasi, interaksi dan motivasi auditor-auditornya. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kinerja auditor dalam KAP sebagai perusahaan penyedia jasa profesional dibidang akuntansi dan akan berdampak pada klien-klien yang menggunakan jasanya. 6 Populasi objek penelitian dalam penelitian ini adalah auditor di KAP di Indonesia dan sampelnya adalah auditor yang bekerja di KAP di wilayah Jakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Pemilihan wilayah tersebut sebagai sampel penelitian didasarkan pada kemudahan peneliti untuk mengumpulkan data di tiga wilayah tersebut. Lebih dari itu, KAP di tiga wilayah tersebut dianggap dapat mewakili KAPKAP lain di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengidentifikasi faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan. Penelitian ini meneliti kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terbagi ke dalam tiga kelompok: penggunaan teknologi informasi, interaksi antar auditor (iklim organisasi, pendampingan, konflik peran dan ambiguitas peran), dan motivasi (penghargaan organisasi, keuntungan timbal balik, kesenangan dalam membantu orang lain, dan keyakinan-sendiri terhadap pengetahuan). 1.3. Pertanyaan Penelitian Untuk implikasi lebih praktis, penelitian ini memberikan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 7 1) Apakah penggunaan teknologi informasi mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan? 2) Apakah iklim organisasi mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan? 3) Apakah pendampingan mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan? 4) Apakah konflik dan ambiguitas peran mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan? 5) Apakah penghargaan organisasional mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan? 6) Apakah keuntungan timbal-balik mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan? 7) Apakah kesenangan dalam membantu orang lain mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan? 8) Apakah keyakinan-sendiri terhadap pengetahuan mempengaruhi kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Menguji pengaruh penggunaan teknologi informasi (TI) terhadap kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan. 8 2. Menguji pengaruh faktor interaksi yang meliputi iklim organisasional, pendampingan, serta konflik dan ambiguitas peran terhadap kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan. 3. Menguji pengaruh faktor motivasi yang meliputi penghargaan organisasi, keuntungan timbal balik, kesenangan dalam membantu orang lain, dan keyakinan-sendiri terhadap pengetahuan terhadap kemampuan auditor dalam berbagi pengetahuan. 1.5. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kontribusi atau manfaat yang baik kepada pengguna hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian ini bermanfaat bagi akademisi untuk menambah kajian literatur dan pemahaman mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan auditor KAP dalam berbagi pengetahuan. 2. Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan masukan dan informasi bagi pemilik maupun manajemen KAP mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan staf auditornya dalam berbagi pengetahuan. Hal tersebut tentunya dapat dijadikan pertimbangan dalam menyusun kebijakan-kebijakan terkait dengan peningkatan mutu organisasi melalui manajemen pengetahuan yang baik. 9 1.6. Sistematika Penelitian Tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab dan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : 1. Bab 1 merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang mendasari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab 2 adalah tinjauan literatur yang menguraikan landasan teoritis, penguraian mengenai penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis, dan model penelitian. 3. Bab 3 berisi metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan metode analisis data. 4. Bab 4 berisi analisis data dan pembahasan yang terdiri dari hasil pengujian statistik terhadap data yang terkumpul beserta pembahasannya. 5. Bab 5 berisi kesimpulan dan saran yang terdiri dari kesimpulan penelitian, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya. 10