Fungsi Bangunan Pura Penataran Agung “Margo

advertisement
Fungsi Bangunan Pura Penataran Agung “Margo Wening”
di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung
Vinna Primakusuma Dewi
[email protected]
Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga
Abstract
Inter-religious tolerance in modern times is very good and has been proven in the village
Balonggarut Krembung District of Sidoarjo. In the village where there is new Balonggarut
temple located in the township that the majority of the villagers are Muslims. Pura Penataran
"Margo Wening" is a temple founded by a native Java to Hindus for worship of Hindus in the
village Balonggarut, originally Hindus in the village of Balonggarut worship from house to
house other Hindus. This research explains how the building functions Penataran "Margo
Wening" related to the concept of Hindu architecture. Because every building temple in
Indonesia has a different architectural forms. The method used in the form of field research
using qualitative methods to collect data through observation, interviews, and
documentation. Bronislaw K. Malinowski functional theory was used to analyze the data
obtained from the research. The conclusion of the research results obtained show that every
building architecture in Indonesia certainly has the function of each building.
Keywords: Pura, function, building
Abstrak
Toleransi antar umat beragama pada jaman modern ini sangatlah baik dan telah terbukti di
Desa Balonggarut Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo. Dimana di Desa Balonggarut
disana terdapat Pura yang berada di dalam perkampungan yang mayoritas penduduk Desa
beragama Islam. Pura Penataran Agung “Margo Wening” merupakan Pura yang didirikan
oleh untuk umat Hindu asli Jawa untuk ibadah umat Hindu di Desa Balonggarut, semula
umat Hindu di Desa Balonggarut beribadah dari rumah ke rumah umat Hindu lainnya.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana fungsi bangunan Pura Penataran Agung “Margo
Wening” yang berkaitan dengan konsep arsitektur Hindu. Karena setiap bangunan Pura di
Indonesia memiliki bentuk arsitektur yang berbeda- beda. Metode penelitian yang digunakan
berupa penelitian lapangan yang menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori fungsional Bronislaw K. Malinowski
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Kesimpulan dari
hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa setiap arsitektur bangunan di Indonesia
pasti memiliki fungsi dari setiap bangunannya.
Kata Kunci: Pura, fungsi, bangunan
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 260
Pendahuluan
kebudayaan:
sama
“keseluruhan
sistem
gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia
dengan
belajar
“(Koentjaraningrat, 1980).
Berbagai
konsep-konsep
diantaranya adalah bahasa, sistem
tentang kebudayaan telah banyak
pengetahuan,
sosial,
dikemukakan oleh para antropologi,
sistem peralatan hidup dan teknologi,
dan dari konsep yang telah di
sistem mata pencaharian, sistem
deskripsikan oleh Koentjaraningrat
religi, dan kesenian. Dari bermacam-
ini berbeda dengan apa yang telah
macam kebudayaan di Indonesia ini
didefinisikan
oleh
Negara Indonesia disebut dengan
Malinowski,
sedangkan
Negara
Bronislaw Malinowski kebudayaan
Negara
Indonesia
adalah
Negara yang mempunyai berbagai
macam suku bangsa, dari berbagai
macam
suku
bangsa
tersebut
didalamnya terdapat unsur- unsur
kebudayaan
yang
tidak
organisasi
multikultural,
dan
dari
Bronislaw
menurut
perbedaan yang dimiliki oleh dari
sebenarnya
setiap suku tersebut yang menjadi
rangkain kebutuhan naluri manusia
tanda masing- masing bagi setiap
yang
suku yang ada di Indonesia.
kehidupannya.
Dari adanya berbagai macam
memuaskan
suatu
berhubungan
dengan
Kebutuhan
itu
meliputi kebutuhan primer (biologis)
bentuk kebudayaan dari setiap suku,
maupun
bahwa kebudayaan yang mereka
(psikologis),
peroleh melalui suatu pengetahuan
mendasar
yang dijadikan sistem belajar oleh
kebutuhan itu sendiri.
manusia itu sendiri, bahkan dalam
Kebudayaan sebagai bentuk tindakan
kajian Ilmu Antropologi bahwa suatu
dan proses belajar manusia, dan
unsur kebudayaan ini adalah suatu
suatu wujud dari hasil karya manusia
macam
analisa
adalah suatu bentuk kebudayaan
penelitian. Seperti gagasan yang
juga. Seperti wujud bangunan yang
dikemukakan oleh ahli antropologi
terdapat di daerah-daerah, bentuk
yaitu
pembangunannya dari mulai ukiran,
tindakan
untuk
Koentjaraningrat
tentang
kebutuhan
sekunder
kebutuhan
yang
muncul
yang
dari
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 261
pola bangunan, bentuk tata letak,
yang terukir dari setiap bagian
fungsi bangunan dan hiasan-hiasan
bangunan
ini adalah bentuk dari hasil karya
Seperti pada bangunan yang terdapat
manusia yang bisa disebut cipta,
di daerah Krembung ini adalah
rasa, karya, dan karsa adalah proses
bangunan Pura Penataran Agung
dari kebudayaan yang ada. Dalam
“Margo Wening”, dalam bangunan
karya yang berbentuk bangunan ini
Pura ini setiap bagian yang berupa
adalah suatu bentuk arsitektur dari
pola bagian bangunan dan tata letak
dalam diri manusia itu sendiri yang
ukiran yang ada di dalam Pura ini
menjadi nilai dalam masyarakat yang
memiliki fungsi di dalam kehidupan
menjadi cerminan dalam kebudayaan
masyarakat Hindhu yang ada di sana.
masyarakat itu sendiri.
Fungsi di setiap bagian yang berada
yang
mereka
dirikan.
Antropologi Arsitektur adalah
di Pura tersebut adalah bukti dari
kajian yang mendeskripsikan tentang
kepercayaan dan kesunguhan umat
suatu bangunan itu memiliki nilai
Hindhu kepada tuhan mereka yang
dan fungsi tertentu dalam setiap pola
diwujudkan dalam bentuk bangunan
yang ada dalam bangunan yang ber-
Pura ini.
sangkutan, menurut Y.B
Mangun-
Pada bangunan Pura Pena-
wijaya (1988) arsitektur adalah ba-
taran Agung “Margo Wening” ini
ngunan yang membentuk dan untuk
yang memiliki fungsi pada setiap
mewadahi kehidupan manusia, ba-
bagian
ngunan arsitektur tidak hanya dari
tertentu dari perwujudan manusia
wujudnya saja tetapi pada jiwa yang
dan
membentuk sikap budaya dari yang
dibangun dengan adanya ungkapan
membangun dan tidak jauh dari
sesuatu yang bertujuan ibadah dan
sistem guna dan citra. Arsitektur
juga untuk penyatuan manusia dan
bangunan
tuhannya
yang
dibangun
oleh
bangunannya
tuhannya,
lewat
adalah
selain
itu
bangunan
arti
Pura
yang
manusia ini tidak hanya sekedar
memiliki arti. Yang mana dalam
pembangunan
kajian
bangunan
saja
yang
tetapi
mereka
dari
ini
peneliti
menfokuskan
dirikan
penelitian ini karena jarangnya fokus
memiliki suatu makna atau simbol
penelitian yang membahas mengenai
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 262
fungsi bangunan dari bagian Pura
lainnya.
Penataran
ini,
masyarakat karena proses adaptasi
Pura yang terletak di
dan juga dalam bentuk adaptasi baik
“Margo
selain itu
Wening”
daerah Kecamatan Krembung ini
terhadap
adalah
dengan
Pura
yang
didalam
kebudayaannya masih tertanam dan
Pola
interaksi
dalam
individu
lain
maupun
bangunan
yang
ada
di
sekitarnya.
menggunakan percampuran dari adat
Dari adanya pura tersebut
di dalam masyarakat lainnya yaitu
mendatangkan dua kebudayaan yang
Jawa dan Hindu salah satunya dalam
saling memahami satu sama lain,
acara
yaitu kebudayaan suku bangsa Bali
umat
sembahyang yang dilakukan
hindu,
mereka
masih
yang
mana
bahwa
sekelompok
menggunakan adat istiadat baik dari
masyarakat yang saling terikat akan
masyarakat
kesatuan kebudayaan, dan agama
Jawa
maupun
masyarakat Bali. Dari percampuran
Hindu
budaya
kedalam kebudayaan Bali ini sangat
di
memahami
pura
bahwa
ini
dalam
mereka
suatu
yang
terintegrasi
adanya
merasakan
memperkuat
unsur
bentuk keseragaman budaya kita
kesatuan.
Sedangkan
dalam
harus bisa saling menghargai budaya
kebudayaan masyarakat Jawa sendiri
satu dengan yang lainnya, karena
dimana
dari wujud budaya itulah yang akan
masyarakat
menjadi suatu proses interaksi, dan
kemasyarakatannya
juga pada masyarakat daerah Desa
masih
Balonggarut Kecamatan Krembung
pembedaan, dan didalam masyarakat
ini, bahwa masyarakat yang memiliki
Jawa sendiri juga adanya sistem
adat Jawa itu minoritas di sana , dan
penggolongan dalam masyarakatnya
adat istiadat dari masyarakat Bali
yang menimbulkan adanya hak dan
sebagai mayoritas. Interaksi bisa
kewajiban.
dideskripsikan sebagai suatu proses
penggolongan dan pembedaan dalam
yang berkaitan dengan adanya pola
kemasyarakat mereka, tetapi mereka
untuk saling menyamakan dan saling
juga adalah masyarakat yang saling
memahami antara satu dengan yang
menghargai perbedaan manusia dan
masyarakat
ini
yang
saling
yang
adanya
Meskipun
adalah
sistem
mana
sedikit
memiliki
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 263
juga menghargai adanya hak dan
memiliki fungsi di dalam setiap
kewajiban dari masyarakat dan suku
bangunannya dan juga membawa ke
lain. Adanya dua perpaduan antara
dalam suatu arti, antara lain adalah
kebudayaan Jawa dan kebudayaan
dalam penempatan mandalanya atau
Hindu
biasanya
bisa terlihat pada wujud
disebut
dengan
bangunan yang berdiri di daerah
Djabe(Djobo), dalam mandala ini
Kabupaten Sidoarjo salah satunya di
dimana untuk masuk kedalam pura
daerah Kecamatan Krembung yaitu
“Margo Wening” ini harus dalam
Pura penataran Agung “ Margo
keadaan suci dan tidak mengalami
Wening ”.
rasa sedih ataupun dalam keadaan
Proses kebudayaan yang ada
berduka, karena pura ini adalah
di masyarakat tidak hanya terwujud
sebagai tempat ibadah dan tempat
dari aturan-aturan ataupun hukum-
yang dianggap suci, dalam bangunan
hukum yang ada pada suatu daerah,
Nista Mandala adalah suatu tempat
tetapi
bisa
yang hanya bisa dilewati untuk orang
dihasilkan dari suatu bangunan yang
yang sedang cunthake (sedang tidak
memiliki nilai arsitektur yang baik,
suci badannya) atau Djabe luar,
karena
mereka tidak boleh masuk kedalam
kebudayaan
bentuk
juga
arsitektur
adalah
dimana suatu proses dan bentuk
Mandala
interaksi antara kebudayaan manusia
Mandala Madya ini sudah dianggap
dengan alam, dan bangunan adalah
tempat yang dalam zona suci. Dan
suatu hasil yang di produksi manusia
Mandala Madya atau Djabe tengah
didalam
untuk
biasanya tempat yang digunakan
setiap
untuk melakukan acara pertunjukan
masing-
kesenian atau musik- musik kesenian
masing dari cara yang di artikan
di dalam Pura tersebut, sedangkan
masyarakat itu sendiri, sama halnya
Mandala Utama atau Djabe Jeron
Pura penataran agung Margo Wening
yang
yang dahulu bernama “Jagad Natha
melakukan acara-acara sakral seperti
Margo Wening” ini terdapat berbagai
ritual-ritual keagamaan. Dan dalam
macam
penempatan patung dan dupa yang
pengabdian.
pandangannya
Makna
bangunan memiliki
unsur
dari
arti
arsitekturyang
Madya,
biasanya
karena
digunakan
pada
untuk
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 264
terletetak
dalam
berbagai
pintu
penelitian
ini
tertarik
untuk
masuk ke dalam mandala ini pasti
mendeskripsikan mengenai Fungsi
memiliki penafsiran suatu makna
Bangunan
yang berujung pada simbol-simbol
Penataran Agung “Margo Wening”
yang mana didalam kajian ini akan di
yang berada di Desa Balonggarut
deskripsikan
dan
oleh
Kecamatan Krembung. Penelitian ini
peneliti
sehingga
akan
penting dilakukan karena mengetahui
menyimpulkan pengetahuan tentang
kurangnya pengetahuan masyarakat
fungsi dari setiap bangunan Pura
luar dengan
Penataran Agung”Margo Wening”.
Penataran Agung “Margo Wening”.
Adapun
dibahas
referensi
yang ada pada Pura
adanya
letak Pura
dari
penelitian terdahulu yang berkaitan
Metode
dengan tema skripsi ini salah satunya
Suatu penelitian, yang sering
adalah penelitian dari Fajar Alam
dilakukan
Pawaka
metode penelitian yang tepat dengan
(2010)
S1
Antropologi
pastinya
Universitas Airlangga dengan judul
topik
“Nilai Simbolik Pada Arsitektur
Metode penelitian adalah suatu betuk
Tradisional Pendhapa Pura Agung
cara yang digunakan untuk mengacu
Mangkunegaran
Deskriptif
pada suatu data penelitian untuk
Nilai Simbolik Arsitektur Tradisional
menghasilkan laporan yang akurat.
Pendhapa
Agung
Dan dalam penlitian tentang fungsi
Mangkunegaran)” yang terletak di
bangunan Pura Penataran Agung
daerah
“Margo
(Studi
Pura
Yogyakarta.Hasil
dari
penelitian
menggunakan
Wening”,
penelitian ini dapat diketahui bahwa
menggunakan
pada
kualitatif.
pada
setiap
bangunan-
bangunan Pura yang ada di Indonesia
yang
Metode
dibahas.
peneliti
metode
penelitian
penelitian
kualitatif
memiliki arti ataupun fungsi yang
adalah suatu penelitian yang mana
diterapkan pada setiap bangunan
menggunakan
yang terletak didalamnya.
analisis,
Berdasarkan latar belakang
tersebut,
maka
peneliti
melalui
kuantitatif
bukan
suatu
dalam
prosedur
bentuk
tetapi suatu penelitian
yang bermaksud untuk memahami
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 265
fenomena tentang apa yang dialami
penelitian
oleh subjek peneliti misalnya dalam
Sidoarjo, tepatnya daerah Krembung
bentuk perilaku, persepsi, motivasi,
adalah karena di daerah tersebut
tindakan, yang secara holistik, dan
terdapat suatu bangunan pura yang
dengan cara deskriptif dalam bentuk
berdiri sangat indah, selain itu karena
kata- kata dan bahasa, pada suatu
adanya bangunan pura yang terdapat
konteks khusus yang alamiah dan
disana juga karena banyak orang
memanfaatkan
yang kurang tahu, dan akses jalan
metode
alamiah(Moleong 2005:6).
Didalam
yang
daerah
tempuh
Kabupaten
untuk
menuju
seorang
kesana melewati persawahan, dan
peneliti yang ingin meneliti suatu
juga karena letaknya yang kurang
dari segi prosesnya dan digunakan
strategis.Dan pura tersebut belum
untuk mendeskripsikan suatu hal
banyak orang yang kurang tahu
secara
melalui
mengenai bangunan pura tersebut.
karakteristik penelitian. Penelitian ini
Maka dari itu peneliti mengambil
merupakan tipe penelitian deskriptif,
topik bahasan tersebut, agar lebih
karena penelitian ini secara teoritis
banyak orang yang mengenal pura
telah
juga
tersebut, dan alasan yang kedua
menguraikan fenomena yang telah
adalah karena peneliti sudah tahu
ada pada masyarakat. Dalam metode
daerah tersebut, dan sudah mengenal
kualitatif
daerah
metode
penelitian
di
di
mendalam,
dan
menggambarkan
peneliti
pengamatan,
dan
menggunakan
wawancara,
tersebut
mempermudah
sehingga
menganalisis
dan
atau penelaah dokumen.Penelitian
mengambil data. Menurut Moleong
kualitatif ini memahami suatu bentuk
(2005:128) pertimbangan penentuan
kebudayaan yang ada dalam diri
lokasi akan letak geografis, waktu,
masyarakat tersebut, serta mengenai
biaya
fungsi bangunan Pura yang dapat
mencapai lokasi, dan tenaga. Maka
ditelitidengan menggunakan metode
dari itu sesuai dengan apa yang
penelitian kualitatif.
sudah
Dalam
peneliti
suatu
mengambil
penelitian,
suatu
lokasi
yang
dijangkau
dijelaskan
diatas,
untuk
peneliti
memutuskan untuk memilih pura
penataran Agung Margo Wening
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 266
Krembung sebagai suatu analisis
suatu deskripsi tentang kebudayaan
pencarian data.
(Spradley, 1993:35&61).
Penelitian mengenai fungsi
Teknik
analisis
bangunan Pura Penataran Agung
dilakukan
“Margo Wening” di Daerah Desa
pengambilan
Balonggarut, Kecamatan Krembung,
pengamatan langsung dan mencatat
Kabupaten Sidoarjo. Dalam upaya
semua data sesuai dengan hasil
pengumpulan
cara
observasi dan wawancara dilapangan
mewawancarai beberapa orang yang
dan menggunakan alat bantu seperti
mampu memberikan informasi yang
kamera dan juga dokumen yang
akurat tentang fungsi bangunan Pura
tersedia
Penataran Agung “Margo Wening”
bacaan yang berhubungan dengan
yang biasa disebut informan.
fokus
Teknik
data
dengan
pengumpulan
data
peneliti
data
dengan
data
dilapangan
permasalahan
cara
dengan
dan
bahan
yang
akan
diteliti oleh peneliti.
dilakukan melaui wawancara dan
Langkah selanjutnya peneliti
observasi mendalam pada subyek
menganalisis lebih lanjut dengan
penelitian dengan mengidentifikasi
menggunakan
lima persyaratan dalam memilih
Bronislaw
informan yang baik yaitu enkulturasi
menjelaskan fungsi bangunan Pura
penuh,
langsung,
Penataran Agung “Margo Wening”
suasana budaya yang tidak dikenal,
yang berada di Desa Balonggarut
memiliki cukup waktu, dan non
Kecamatan Krembung Kabupaten
analitik dengan menentukan tujuan
Sidoarjo. Data tersebut kemudian
serta syarat yang dirumuskan peneliti
dihubungkan
dimana
yang
sehingga membentuk struktur yang
terlibat dan mengetahui langsung
sistematis. Hasil dari pengolahan
situasi
data
keterlibatan
seorang
budaya
informan
tetang
arsitektur
teori
fungsional
Malinowskiuntuk
untuk
tersebut
dipadukan
dijadikan
kesimpulan.
untuk
fungsi bangunan Pura Penataran
menarik
Agung “Margo Wening” dan juga
kesimpulan merupakan jawaban atas
suatu peneliti harus bekerja sama
permasalahan
dengan informan demi mendapatkan
peneliti. Yang akan disajikan dalam
yang
Karena
diteliti
oleh
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 267
bentuk laporan dengan harapan dapat
arsitektur dari dalam diri manusia itu
dipahami oleh pembaca.
sendiri yang menjadi nilai dalam
masyarakat yang menjadi cerminan
dalam kebudayaan masyarakat itu
Pembahasan
Menurut
Bronislaw
sendiri.Pura
Penataran
Agung
Malinowski di dalam buku teori
“Margo Wening” yang digunakan
budaya ( David Kaplan, 2002)
masyarakat
kebudayaan sebenarnya memuaskan
sembahyang di Desa Balonggarut
suatu rangkain kebutuhan naluri
Kecamatan Krembung Kabupaten
manusia yang berhubungan dengan
Sidoarjo.
kehidupannya.
Hindu
untuk
itu
Seperti pada Pura Penataran
meliputi kebutuhan primer (biologis)
Agung “Margo Wening” adalah tepat
maupun
ibadah umat Hindu yang berada di
(psikologis),
mendasar
Kebutuhan
umat
kebutuhan
sekunder
kebutuhan
yang
yang
muncul
dari
Desa
Balonggarut
Kecamatan
Krembung Kabupaten Sidoarjo yang
memiliki suatu “Fungsi Bangunan”
kebutuhan itu sendiri.
Kebudayaan sebagai bentuk
dalam setiap tata letaknya. Pura
tindakan dan proses belajar manusia,
Penataran Agung “Margo Wening”
dan suatu wujud dari hasil karya
termasuk Pura Tri Mandala. Tri
manusia
Mandala adalah tiga tempat yang
adalah
suatu
bentuk
kebudayaan juga. Seperti wujud
terdapat dibagian Pura, diantaranya:
bangunan yang terdapat di daerahdaerah, bentuk pembangunannya dari
1) Nista Mandala
mulai ukiran, pola bangunan, bentuk
Nista Mandala banguna Pura
tata letak, fungsi bangunan dan
yang terletak diluar atau yang
hiasan-hiasan ini adalah bentuk dari
biasa disebut jaba pisan,
hasil
bangunan
karya
manusia
yang
bisa
ini
tidak
disebut cipta, rasa, karya, dan karsa
sikakralkan karena bangunan
adalah proses dari kebudayaan yang
ini dianggap masih kotor.
ada.
Dalam karya yang berbentuk
Setiap orang bisa memasuki
bangunan ini adalah suatu bentuk
Pura tersebut walau dalam
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 268
keadaan
cuntake
Bangunan
yang
(haid).
terdapat
dalam Nista Mandala adalah:
a) Bale Kulkul adalah
tempat untuk menaruh
oleh umat Hindu, biasanya
pada
Madya
Mandala
terdapat
bangunan
diantaranya:
a) Bale Agung tempat
kulkul
atau
yang digunakan umat
kentongan,
yang
Hindu
digunakan
untuk
tanda pemberitahuan
untuk
melakukan rapat.
b) Bale Pagongan yang
ketika ada kegiatan di
digunakan
Pura.
menyimpan gamelan
b) Bale Wantilan tempat
atau
yang digunakan untuk
melakukan
sekolah
alat-
alat
kesenian.
c) Bale
keagamaan.
Pawerangan
tempat
c) Pengadang
yang
Sakti
digunakan
berfungsi
untuk
tempat
mencegah
makhluk
dengan
niat
sebagai
untuk
membuat sesaji pada
yang datang kedalam
Pura
untuk
upacara keagamaan.
d) Pengadang
jahat.
2) Madya Mandala
Sakti
berfungsi
untuk
mencegah
makhluk
Madya Mandala merupakan
yang datang kedalam
bangunan yang terletak di
Pura
bagian tengah Pura yang
jahat.
biasa disebut jaba tengah,
dengan
niat
3) Utama Mandala
dibagian ini umat Hindgu
Utama Mandala yang biasa
sudah mulai memfokuskan
disebut Jeroan adalah bagian
diri
dalam
untuk
Sanghyang
Bangunan
menghadap
Widi
ini
Pura
yang
sangat
Wasa.
disakralkan dari segala hal
disakralkan
karena ketika didalam Utama
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 269
Mandala
sudah
memiliki
lagu- lagu suci pada upacara
hubungan
antara
manusia
keagamaan.
dengan Tuhan yang Maha
Esa.
Ketika
kedalam
ingin
Utama
masuk
Mandala
umat Hindu harus bersifat
baik
dan
suci
seperti
disimbolkan warna hitam dan
putih atau antara baik dan
buruk.,
ketika
kedalam
c) Bale
Perslang
untuk
musyawarah keluarga atau
tamu.
d) Bale
Pewedan
digunakan
Pemangku
oleh
Mangku
memuja .
e) Bale
Panyimpenan
menyimpan
untuk
benda
yang
Utama Mandala sudah bisa
sakral atau disucikan, seperti
membedakan
dan
kitap suci dan senjata.
mengendalikan
diri,
f) Aling-aling digunakam segai
membuang yang tidak baik
penghalang luar dari Utama
dalam pikiran yang bersih,
Mandala .
ketika masuk kedalam Utama
g) Panglurah digunakan
Mandala harus diikat dan
melapor
memakai
ketika ada tamu yang datang
udeng
karena
simbol untuk pengendalian
diri.
Dan
pikiran
juga
seperti
h) Bale Pepelik digunakan untuk
memyembah
Maha Esa. Didalam Utama
Batara Batari.
diantaranya:
memuja
untuk
dalam
pendeta
proses
upacara keagamaan.
b) Bale
Dewa
Dewi
i) Petirtaan 16 tempat sumber
air yang ada didalam Pura
a) Bale Pewedan diguanakan
khusus
Desa
harus lapor.
terfokus kepada Tuhan Yang
Mandala terapat bangunan
di
tamu
Pesantilan
yang disakralkan umat untuk
mandi, tempat persucian rohroh suci.
j) Padmasanatempat
yang
digunakan untuk melantuntan
digunakan
untuk
yang
memuja
Shanghyang Widi Wasa.
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 270
k) Kori
Agunguntuk
pintu
Sanghyang
Widi
Pura Penataran Agung “Margo
Wasa, tapi hanya dibuka pada
Wening” adalah Pura yang tergolong
saat
dalam Pura umum yang memiliki ciri
masuk
acara
piodalan
saja
Simpulan
karena pada saat piodalan
siapa
para
bahwa
melakukan pemujaan kepada Tuhan
Tuhan datang dan melewati
Yang Maha Esa. Pura yang terletak
pintu
Kori
di Desa Balonggarut dibangun pada
Agung memiliki pengertian
tahun 1971 dan terwujud pada tahun
bahwa
kedalam
1992, dan pada tahun 2004 Pura
Utama Mandala harus benar-
Penataran agung “Margo Wening” di
benar menyatu antara tenaga,
relokasi. Dalam pembangunan Pura
perkataan,
saat itu memiliki banyak kendala
umat
yakin
Kori
Agung,
masuk
dan
pikirannya
saja
untuk menghadap Sanghyang
baik
Widi Wasa.
eksternal,
l) Bebetelan digunakan untuk
pintu
masuk
umat
boleh
secara
masuk
internal
tetapi
dalam
maupun
kendala
itu
terselesaikan karena umat Hindu asli
untuk
Desa balonggarut tidak memiliki
melakukan sembayang atau
Pura untuk sembahyangan, dan sejak
melakukan
adanya
upacara-upacara
bagian
Pura
Agung
“Margo
dalam
tiga
Penataran
wening”
bagian
di
tersebut
masing- masing memiliki Candi
Bentar sebagai pembatas antara
Nista
Mandala
Mandala.
Penataran
Agung”Margo Wening” di Desa
keagamaan.
Pada
Pura
dan
Madya
Balonggarut umat Hindu dari luar
daerah
Desa
Balonggarut
ikut
memeriahkan ketika ada upacara
keagamaan.
Pura
Penataran
Agung“Margo Wening”
di Desa
Balonggarut Kecamatan Krembung
Kabupaten Sidoarjo termasuk Pura
Tri
Mandala
Bangunan”
yang
padabagian
“Fungsi
Pura
Penataran Agung “Margo Wening”
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 271
Daftar Pustaka
David, Kaplan (2002)Teori Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fajar, Alam. (2010). Nilai Simbolik
Arsitektur
Tradisonal
Pendhapa
Pura
Agung
Mangkunegaran.Skripsi,
Surabaya: Antropologi FISIP
Universitasa Airlangga.
Koentjaraningrat.(1980)
Sejarah
Antropologi.Jakarta:
Universitas Indonesia
Mangunwijaya, Y. B. (2003)Wastu
Citra. Jakarta: IKAPI
Moleong, Lexy J. (2005) Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya
AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 272
Download