MEREKA YANG MANDIRI Arifin Abdi Alfarisi

advertisement
MEREKA YANG MANDIRI
(Video Dokumenter Tentang Potret Masyarakat Desa Mundu, Kecamatan Tulung,
Kabupaten Klaten yang Mengusahakan Energi Alternatif Mereka dengan Biogas
untuk Mengurangi Ketergantungan Terhadap Energi Fosil)
Arifin Abdi Alfarisi
Chatarina Heny Dwi Surwati
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Energy issue becomes one of complicated problems in this country. Fossil energy
still becomes main energy here. It is energy dependency and availability that are
still problematic so far. When the energy consumption is uncontrolled, its
availability even decreases. In addition, the raise of fossil energy price is always
followed with that of staple price.
When most people only submit to that condition, the people in Mundu village,
Tulung, Klaten try to reduce their dependency on fossil energy. They organize
themselves as a livestock breeder group who treat milk cow everyday to take its
milk. From this, they think of how to develop alternative energy from what was
not utilized well previously and their problem in their life, cow manure, into
something more valuable.
How do the people of Mundu Village, Tulung Klaten attempt to develop
alternative energy for their daily life? How far is the alternative energy they try
to develop beneficial for their life?
Keywords: Biogas, Energy Alternative, Sustainable Energy
1
Pendahuluan
Bahan bakar fosil adalah bahan bakar atau sumber energi yang terbentuk
dari sisa-sisa jasad renik mikroorganisme binatang maupun tumbuhan yang telah
mati selama berjuta-juta tahun yang lalu di dalam perut bumi. Ada bermacammacam bentuk dari bahan bakar fosil antara lain minyak bumi, gas bumi dan batu
bara, ketiga macam jenis bahan bakar fosil tersebut adalah bahan bakar yang
selama ini menjadi energi utama dalam kehidupan kita sehari-hari khususnya
minyak bumi dan gas bumi yang tidak dapat dipisahkan dari keseharian kita. Dari
bangun tidur kita sudah bersentuhan dengan energi fosil, memasak air di pagi hari
atau untuk sarapan kita telah menggunakan energi fosil, berangkat kerja kita
memakai kendaraan ataupun angkutan umum yang juga menggunakan energi
fosil sebagai sumber tenaganya, kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di jalan,
pesawat terbang di udara, maupun kapal di laut, penjual gorengan, restoran,
warung makan pada umumnya menggunakan minyak dan gas sebagai sumber
tenaganya, itu berarti energi fosil sangat penting dalam kehidupan kita seharihari.
Di Indonesia, perkembangan migas yang tadinya bukan menjadi
persoalan dan mendatangkan banyak pemasukan bagi negara kita perlahan
menjadi boomerang bagi kita, Mengingat penggunaanya yang sangat masif di
masyarakat kita saat ini, baik dari skala terkecil yaitu rumah tangga maupun skala
industri besar telah menggantungkan diri terhadap penggunan energi fosil.
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang kelangkaan energi
fosil seperti, kelangkaan BBM di SPBU, menghilangnya gas LPG dari peredaran,
hingga pembatasan pembelian BBM maupun gas bersudsidi di masyarakat.
Peristiwa tersebut secara jelas menunjukkan bahwa energi fosil memiliki
keterbatasan, sedangkan kondisi masyarakat kita telah terlanjur bergantung
dengan energi tersebut.
Perlu kita ketahui sekarang bahwa kita telah menjadi negara net importer
migas sejak tahun 2006, nilai ekspor kita yang dulu fantastis kini kalah dengan
nilai impornya, konsumsi kita telah melebihi produksi, untuk mecukupi
2
kebutuhan kita harus mengimpor, dengan begitu beban negara juga akan semakin
meningkat karena masih mensubsidi kebutuhan tersebut, ladang-ladang minyak
yang dahulu mampu mencukupi kebutuhan kita kini tak mampu kita harapkan
lagi.
Pada tahun 2007 pemerintah telah melakukan sebuah terobosan yang
cukup baik dengan melakukan konversi dari minyak tanah ke gas LPG pada
sektor rumah tangga dan industri kecil. . Sebuah studi memperkirakan cadangan
minyak mentah Indonesia tinggal 23 tahun, gas 63 tahun, dan batu bara 77 tahun.
Bahan bakar migas akan menjelma menjadi ‘benda antik’ dengan harga selangit
dan kiat sulit ditemukan. (Nurhady Sirimorok, 2012: 79)
Dari penjelasan di atas cadangan gas yang kita miliki hanya berumur
puluhan tahun, itupun apabila dalam penggunaan yang wajar, karena sermakin
hari populasi manusia di dunia semakin meningkat sedangkan gas bumi sendiri
adalah sumber energi yang tidak terbarukan, sehingga bukan tidak mungkin apa
yang di perkiran cukup untuk puluhan tahun kedepan ternyata tidak sesuai
kenyataan. Sedangkan kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan
rendah maupun miskin, terutama di pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh
minyak tanah maupun gas LPG yang memang dirasakan terjangkau karena
disubsidi oleh pemerintah. Namun karena digunakan untuk industri atau usaha
lainnya, kadang-kadang terjadi kelangkaan persediaan di pasar. Selain itu mereka
yang tinggal di dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik dari
ranting-ranting kering dan tidak jarang pula menebangi pohon-pohon di hutan
yang terlarang untuk ditebangi, sehingga lambat laun mengancam kelestarian
alam di sekitar kawasan hutan.
Belajar dari pengalaman selama ini, sudah saatnya rakyat dan pemerintah di
daerah diberdayakan dalam penguasaan dan pengelolaan energi, sehingga setiap
terjadi gejolak BBM dunia tidak akan berpengaruh sangat luas terhadap ekonomi
masyarakat, karena setidak-tidaknya masyarakat dapat memenuhi kebutuhan
energi primernya. Memberdayakan rakyat dan pemerintah di daerah dalam bidang
energi sangatlah mungkin dilakukan mengingat Indonesia merupakan salah satu
3
negara yang memiliki potensi energi terkaya di dunia. Pemanfaatan potensi energi
alternatif tersebut masih sangat rendah dan bahkan belum didukung oleh
kebijakan yang memadai. Padahal, energi alternatif menjadi salah satu solusi
untuk mengurangi ketergantungan tersebut. Seperti sebagian masyarakat di
sebuah desa bernama Mundu, Kecamatan Tulung, Klaten yang bergerak
mengupayakan kebutuhan energinya sendiri dengan biogas sebagai energi
alternatif. Mereka mengorganisir diri menjadi kelompok ternak yang setiap hari
memerah susu sapi untuk memecahkan masalah yang selama ini mereka hadapi.
Mereka merubah apa yang dahulu menjadi masalah dalam kehidupan mereka
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu kotoran sapi. Kotoran sapi yang
dahulu mencemari lingkungan, kini mereka manfaatkan menjadi biogas. Dengan
biogas lingkungan mereka kini menjadi bersih serta mereka juga dapat
memanfaatkanya sebagai energi alternatif.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
“Bagaimana Masyarakat desa Mundu, Tulung, Klaten mengupayakan energi
alternatif dari sumber daya alam di sekitar mereka untuk mengurangi
ketergantungan terhadap energi fosil yang digambarkan melalui format film
dokumenter?”
Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah :
Menunjukkan bagaimana Masyarakat Desa
Mundu, Tulung,
Klaten
mengupayakan energi alternatif dari sumber daya alam di sekitar mereka
untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil agar masyarakat
menyadari
adanya potensi energi alternatif di sekitar kita yang dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil
4
Tinjauan Pustaka
a. Komunikasi
Menurut Onong (2001: 9) komunikasi adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul
dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati.
Little John (John, 1989: 5) mendefinisikan komunikasi sebagai
“communication is the process by which we understand others and it turn
endeavor to be understood by them. It is dynamic, constantly, changing and
shifting in response to the total situation.”
Berdasarkan paparan di atas, pikiran dan atau perasaan seseorang baru
akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila
ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut, yakni lambanglambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (content) dan lambang
(symbol)(Uchjana, 2001: 12).
Menurut Harold Lasswell, terdapat lima unsur dalam proses komunikasi
yang saling bergantung satu sama lain, antara lain (Mulyana, 2005: 62):
1.
Sumber (source), yaitu semua pihak yang berinisiatif atau mempunyai
kebutuhan untuk berkomunikasi.
2.
Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima,
baik itu verbal atau non-verbal.
3.
Saluran atau media, yaitu alat yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesan kepada penerima.
4.
Penerima (receiver), yaitu orang yang menerima pesan dari sumber.
5.
Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan
tersebut.
5
Onong (2001: 11) membagi proses komunikasi menjadi dua tahap, yakni
secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan
lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi secara
sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama.
b. Film Dokumenter Sebaga Bentuk Komunikasi
Film dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian
atau realitas, menggunakan fakta dan data (Nichols 1991:111). Sampai saat ini
film dokumenter digunakan sebagai salah satu media untuk menyampaikan
pesan kepada penonton dari realitas kehidupan di masyarakat. Film
dokumenter menjadi salah satu pilihan untuk menyampaikan pesan karena
media ini memungkinkan khalayak untuk menerima pesan dengan cara melihat
dan mendengar gagasan apa yang ingin disampaikan sehingga lebih mudah
diterima. Pemaparannya yang secara gamblang dan tidak bertele-tele membuat
film dokumenter mampu menjadi media yang efektif dalam menyampaikan
pesan.
Dalam film dokumenter, ide film yang berangkat dari fakta-fakta
maupun realitas sosial digambarkan ke dalam simbol audio visual. Sang
pembuat film disini berperan sebagai sumber atau source. Ide yang berasal dari
fakta-fakta atau realitas adalah pesan atau massage yang ingin disampaikan
kepada penonton. Sedangkan Film dokumenter berupa produk audio visual
yang dibuat tersebut adalah sebuah saluran atau media dari seorang pembuat
film untuk menyampaikan pesan kepada penonton filmnya. Dari uraian
tersebut film dokumenter telah memenuhi komponen komunikasi.
6
Posisi film dokumenter dalam komunikasi dapat dijelaskan dengan
menggunakan model Lasswell. Komuniksai model Harold Lasswell sering
diterapkan dalam komunikasi massa, Model tersebut mengisyaratkan bahwa
lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Lasswell menggambarkan
proses komunikasi dan fungsi-fungsi yang diembannya dalam masyarakat.
Harold
Lasswell menjabarkan proses komunikasi mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut, (Mulyana, 2005: 136):
a. Sumber (Who) adalah yang memiliki pesan untuk disampaikan
b. Pesan (Says what) adalah seperangkat simbol verbal ataupun non-verbal
yang mewakili gagasan, nilai, atau maksud dari sumber
c. Saluran atau media (In Which Channel) adalah alat untuk menyampaikan
pesan kepada penerima
d. Penerima (To Whom) adalah penerima yang mendapatkan pesan dari
sumber.
e. Efek (With What Effect?) adalah akibat dari apa yang ditimbulkan pesan
komunikasi massa pada khalayak pembaca, pemirsa, atau pendengar.
Dalam
film
dokumenter,
pembuat
film
dukumenter
(who)
menyampaikan berbagai macam informasi, dalam penelitian ini adalah
informasi tentang masyarakat yang memanfaatkan sumber daya alam yang
dimiliki sebagai energi alternatif (says what). Informasi ini kemudian
disebarkan kepada khalayak melalui sebuah media audio visual, yang dalam
hal ini adalah media film dokumenter (in which channel). Kemudian diterima
oleh audience yang melihat film dokumenter ini (to whom) dan akan ada
akibat atau efek dari informasi yang disampaikan (with what effect). Dengan
kata lain, dalam model Lasswell ini, seorang pembuat film dokumeter
berfungsi sebagai sumber, sekaligus pemberi pesan melalui saluran berupa
film dokumenter.
7
c. Energi Alternatif
Energi alternatif adalah energi yang digunakan saat ini selain energi
utama, yaitu energi fosil. Energi ini bertujuan sebagai pengganti energi fosil.
Energi fosil terbentuk dari jasad hewan dan tumbuhan yang telah mati jutaan
tahun yang lalu, dalam pembentukanya energi ini membutuhkan waktu yang
sangat lama sehingga apabila kita tidak berhemat atau mengganti
keberadaanya maka energi tersebut akan habis. Energi alternatif juga
digunakan sebagai upaya untuk mengurangi efek negatif yang ditimbulkan
oleh penggunaan energi fosil yang selama ini berdampak buruk untuk
lingkungan. Dengan energi alternatif, diharapkan lingkungan akan lebih aman
dari pencemaran dan kerusakan alam, selain itu energi
alternatif
juga
menjadi salah satu solusi menghemat persediaan energi fosil yang ada saat ini.
Penggunaan energi alternatif dalam sejarahnya didasari oleh beberapa antara
lain: faktor ekonomi, faktor ketersediaan dan faktor lingkungan. Penemuan
sumber energi baru bertujuan untuk menggantikan sumber energi lama yang
semakin mahal, langka, sulit diakses lagi serta memberi dampak yang buruk
terhadap kelesarian lingkungan.
d.
Biogas Sebagai Energi Alternatif
Biogas adalah gas yang terbentuk dari penguraian bahan-bahan organik
dalam ruang hampa udara atau anaerobik.
Menurut Haryati (2006), pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses
yaitu:
Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik
mudah larut dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana
dengan bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk
monomer).
Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula
sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan
bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula
8
sederhana tadi yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit
butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas
metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini yang akan
mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen sulfida
Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah atau
peternakan ayam dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester.
Kompleks perumahan juga dapat dirancang untuk menyalurkan tinja ke
tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju banyak yang
menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengurangi
polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas
mempunyai berbagai manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga
kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan meningkatkan kebersihan dan
kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu.
e. Film Dokumenter
John
Grierson
berpendapat
dokumenter
merupakan
cara
kreatif
merepresentasikan realitas (Effendy, 2002: 11). Film dokumenter menyajikan
realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Kunci
utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Kekuatan utama yang dimiliki
film dokumenter terletak pada rasa keontentikan, bahwa tidak ada definisi film
dokumenter
yang
lengkap
tanpa
mengaitkan
faktor-faktor
subyektif
pembuatnya. Dengan kata lain, film dokumenter bukan cerminan pasif dari
kenyataan, melainkan ada proses penafsiran atas kenyataan yang dilakukan
oleh si pembuat film dokumenter.
Film dokumenter, selain mengandung fakta, ia juga mengandung
subyektivitas pembuat. Subyektivitas dalam arti sikap atau opini terhadap
peristiwa. Jadi ketika faktor manusia berperanan, persepsi tentang kenyataan
kan sangat tergantung pada manusia pembuat film dokumenter itu (Sumarno,
1996: 13).
9
DA. Peransi (1996: 15) mengatakan bahwa film dokumenter yang baik
adalah yang mencerdaskan penonton. Sehingga kemudian film dokumenter
menjadi wahana yang tepat untuk mengungkap realitas, menstimulasi
perubahan. Jadi yang terpenting adalah menunjukkan realitas kepada
masyarakat yang secara normal tidak terlihat realitas itu.
Film dokumenter adalah salah satu media komunikasi. Film dokumenter
sangat tepat digunakan sebagai media komunikasi satu arah, mengingat film
dokumenter memuat konten fakta dan dapat lebih relevan untuk diyakini
kebenarannya. Dengan format audio-visual, keberadaan film dokumenter
berpengaruh dalam pembentukan pemikiran dan sikap khalayak tanpa
mempertimbangkan usia. Penyampaian komunikasi dalam film dokumenter ini
lebih menitik beratkan pada pemakain narasi dan narasumber, sehingga akan
lebih mudah dan cepat dipahami oleh masyarakat. Tampilan visual yang
diperlihatkan mengacu pada kejelasan penyampaian informasi realita yang
mempunyai kesan sederhana, tegas, minimalis dan berisi sebagaimana
umumnya sebuah dokumentasi film. Struktur bertutur film dokumenter
umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk
memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan
Metodologi
Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode observasi
dan wawancara. Pawito (2007: 111) mengemukakan metode observasi
(observation research) dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung
gejala-gejala komunikasi terkait dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan
kultural masyarakat. Metode wawancara merupakan alat pengumpulan data
yang sangat penting yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor)
sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti. Kedua
metode tersebut bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir (Pawito, 2007: 132).
Di dalam film dokumenter ini, penulis melakukan observasi di Desa
Mundu, Tulung, Klaten khususnya kelompok ternak Margo Mulyo dimana
10
masyarakat memanfaatkan kotoran sapi sebagai biogas sebagai energi
alternatif dan empat orang anggota kelompok ternak Margo Mulyo, sebagai
pengguna biogas. Penulis juga melakukan wawancara dengan Ketua kelompok
ternak Margo Mulyo, Tiga orang anggota kelompok ternak Margo Mulyo dan
seorang konsultan biogas.
Sajian dan Analisa Data
a. Judul
Mereka Yang Mandiri
b. Lokasi
Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten dan sebagian
daerah Solo Raya.
c. Durasi
27 menit 40 Detik
d. Segmentasai
Masyarakat umum.
e. Film Statement
Kebutuhan akan energi fosil semakin meningkat. Masyarakat tidak
menyadari bahwa energi yang mereka gunakan sehari-hari akan habis
pada saatnya nanti, kerena merupakan energi yang tak dapat diperbaharui.
Oleh karena itu energi alternatif secepat mungkin harus diupayakan untuk
kehidupan yang lebih baik ke depan. Sebuah potret bagaimana masyarakat
Desa Mundu, Tulung, Klaten mengupayakan energi alternatif dari sumber
daya alam yang ada di sekitar mereka, mengolah bahan yang tadinya
kurang bermanfaat menjadi sesuatau yang lebih bermanfaat.
f. Ringkasan Film
Film Dokumenter “ Mereka Yang Mandiri “terbagi dalam tiga sekuen.
11
1. Sequence I
Pada sequence ini akan menjelasakan tentang permasalahan yang
dihadapi masyarakat di desa Mundu, yaitu ketergantungan terhadap energi
fosil,dimana masyarakat desa Mundu, Sebagian besar menggunakan gas
LPG untuk mencukupi kebutuhan energi rumah tangga sehari-hari, selain
juga menggunakan kayu bakar dimana keduanya memiliki kendala masingmasing.dalam penggunaannya.
Film ini dibuka dengan aktivitas masyarakat desa Mundu, dan penjelasan
dari bapak Teguh Sutikno (Ketua Kelompok Ternak Margo Mulyo) tentang
permasalahan yang dihadapi masyarakat desa Mundu.
Kebutuhan memasak pak, ngih setiap harinipun ngangge kayu
bakar pak, ngih kadang kolo ngangge gas LPG. Kalau pakai kayu
bakar menawi mengke pun jawah, musim hujan ngih susah, soalae
susah kering, ajeng masak tiyang estri meniko pun ngomel mawon
meniko, dados daden geni istilahe wong jowo ngih susah pak.
Lajeng menawi kangge gas LPGnipun niku dalam sebulan tiga
tabung pak yang 3kg. Kendala pakai LPG anu pak, menawi
pertama meniko awis harganipun mundak erus, lajeng padose ngih
susah . (Untuk kebutuhan memasak sehari-hari biasanya memakai
kayu bakar, namun terkadang memakai gas LPG. Kalau pakai
kayu bakar jika hujan susah, karena susah kering, mau memasak
istri marah terus, jadi untuk membuat api dalam istilah orang
Jawa susah pak, Lalu untuk gas LPGnya itu dalm satu bulan tiga
tabung pak yang 3kg. Kendala memakai LPG, yang pertama itu
harganya mahal naik terus, lalu mencarinya juga susah).
(Wawancara Teguh Sutikno, Ketua Kelompok Ternak Margo
Mulyo, 25 Januari 2015)
Gambar 1 : Ibu-ibu memasak menggunakan Gas LPG
Sumber: Dokumen Pribadi
12
Gambar 2 : Teguh Sutikno
Sumber: Dokumen Pribadi
Masyarakat Desa Mundu sebagian besar bermata pencaharian sebagai
petani dan peternak, hampir setiap rumah di sana memiliki paling sedikit dua
ekor sapi, yang kebanyakan adalah sapi perah. Setiap hari mereka memerah
susu sapi untuk dijual ke penampung susu. Banyaknya ternak juga
menimbulkan masalah dalam kehidupan mereka, kotoran ternak yang
melimpah tidak terkelola dengan baik, hal ini menimbulkan masalah dalam
kehidupan mereka.
Gambar 3: Kandang Kotor
Sumber: Dokumen Pribadi
Kotoran sapi yang belum dikelola itu sangat mengganggu
sebenarnya pak, karena banyak bakterinya, dan itu baunya
menyengat sekali, ya mungkin salah satu yang menimbulkan
penyakit ya bau itu pak. Sebenarnya dampak dari kotoran yang
belum dikelola banyak banget,salah satunya bikin kotor tempat
sapinya, kedua bikin penyakit sapi, biasanya sapi cepat kena
penyakit kembung, yang kedua itu bisa juga penyakit pada
manusia, salah satunya penyakit yang menular dari kotoran sapi
itu salah satunya seperti diare dan lain sebagainya itu.
(Wawancara Eko Sumasto, Anggota Kelompok Ternak Margo
Mulyo,13 Januari 2015)
13
Gambar 4: Eko Sumasto
Sumber: Dokumen Pribadi
2. Sequence II
Pada sequence ini akan berisikan tentang upaya masyarakat desa Mundu,
khususnya kelompok ternak Margo Mulyo yang berinisiatif memanfaatkan
Kotoran sapi yang tadinya menjadi permasalahan untuk dijadikan bahan
biogas dengan swadaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan energi
rumah tangga mereka yang sekaligus mengurangi ketergantungan mereka
terhadap energi fosil. Wawancara dilakukan dengan Waluyo Anggota
Kelompok Ternak Margo Mulyo.
Gambar 5: Rapat rutin Kelompok Ternak Margo Mulyo
Sumber: Dokumen Pribadi
Milih biogas niko kan setunggal sekitar kandang niku iso bersih,
trus kaping kalihe niku jene liyo gur kanggo tuku gas LPG, niku
iso dingge tuku ibune le tuku sayuran napa nganti anak sing
sangune sing sekolah niku lho (memilih biogas itu yang pertama
sekitar kandang bisa bersih, lalu yang kedua uang untuk membeli
LPG bisa digunakan Istri untuk membeli sayur atau untuk
mengganti uang saku anak yang sekolah) (Wawancara Waluyo,
Anggota Kelompok Ternak Margo Mulyo, 21 Maret 2015)
14
Gambar 6: Waluyo
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 7: Proses pembuatan biogas
Sumber: Dokumen Pribadi
Adanya biogas juga belum direspon positif oleh kebanyakan masyarakat
desa Mundu, karena mereka berfikir biaya pembuatan biogas masih terlalu
mahal untuk ukuran mereka, oleh karena itu mereka mencari cara untuk
mensiasatinya.
Larah-larahe arisan biogas ngeten mas niku kita punya kelompok
ternak, niku kulo pas kumpulan rutinan, niku kan ngomong2,
gandeng ngangge kata kata istilah ,niku iso rodo guyon ngeh
mas ngeh Akaboncu, dadi ‘ati karep bondo cupet’ itu bagaimana
kita memiliki biogas, itu kan kalo didelok bayangane koyone kok
abot men, napa ngih segi pendanaan, pembelian instalasi niku
koyone abotmen, lha trus kita mengadakan arisan, andilan, trus
koco koco ndukung program niku wau trus ngentenke arisan niku
wau. ( Asal-usul arisan biogas begini mas, itu kita punya
kelompok ternak, itu waktu pertemuan rutin, itu istilahnya
“Akaboncu” yaitu punya keinginan tapi tidak punya uang, itu
bagaimana kita memiliki biogas , itu kalau dilihat bayanganya
terasa berat, dari segi pendanaan, pembelian instalasi itu berat
sekali, lalu kita mengadakan arisan, patungan, lalu teman-teman
mendukung program itu lalu mengadakan arisan itu).
15
(Wawancara Waluyo, Anggota Kelompok Ternak Margo Mulyo,
21 Maret 2015)
Gambar 8: Rapat Arisan Biogas
Sumber: Dokumen Pribadi
3.
Sequence III
Pada sequence ini akan berisikan tentang manfaat yang dirasakan
masyarakat desa Mundu Tulung Klaten setelah setelah menggunakan biogas.
Kalau perbandingan itu Kalau kita di rumah kami itu, sebulan
menghabiskan LPG itu yang 3 kg itu habis tiga itu kalau
diunagkan sekitar Rp 47.000,00, sekitar itulah, kalo untuk kayu
bakar kami harus mencari ke kebun ke tegal, itu membutuhkan
waktu kadang-kadang waktu kita yang sibuk itu ngak kejangkau
itu, kalau perbandingan setelah pakai biogas bikin biogas, itu kita
udah mengatasinya udah enak banget itu udah gak pakai kayu
bakar, itu peralihan biasanya untuk beli LPG bisa untuk
tambahan bayar listrik kadang bisa untuk nambah buat jajan
anak kita itu, kedua kalau misalnya mati lampu itu bisa untuk
penerangan, trus limbahnya itu sekarang kita untuk pupuk,
dimanfaatkan bisa jadi pupuk yang baik , dan lingkungan sekitar
kita itu bisa bersih gitu pak. (Wawancara Riyadi, Anggota
Kelompok Ternak Margo Mulyo, 19 April 2015)
Gambar 9: Riyadi
Sumber: Dokumen Pribadi
16
Gambar 10: Memasak Dengan Biogas
Sumber: Dokumen Pribadi
Ning selama niki kok enten perkembangan, coro nimpale tak
rutinke , rumangsaku sapi soyo jenaki pak, tak awaske niku
dadian, trus ameh ngogok ki yo semeleh penak, trus ngarepan
kandang niku yen bar makan langsung tak resiki, resik ngoten,
ning pribadine kulo nyawang yo jenak ngoten lo dadine ki ( Tapi
kok selama ini ada perkembangan ya pak, seperti membersihkan
kandang saya rutinkan, menurut saya sapi semakin nyaman, saya
perhatikan, lalu mau duduk semakin enak, lalu di depan kandang
kalau habis makan saya bersihkan, menurut saya melihat juga
jadi nyaman). (Wawancara Teguh Sutikno, Ketua Kelompok
Ternak Margo Mulyo, 25 Januari 2015)
Gambar 11: Kandang yang bersih
Sumber: Dokumen Pribadi
Dengan adanya sebagian masyarakat desa Mundu, yang memakai
biogas, ternyata juga membuat warga yang belum memiliki biogas
ikut tertarik untuk dapat memanfaatkannya.
Wong aku sing ra ndue sapi, jane aku ki yo karep, ringan tenan
og, bojoku wis ngegrek-egrek, lek ndang nyambung gone mbah
teguh, kosik danane rung mandek kulo ngoten, ringan sak
ringane( saya yang tidak punya sapi, ingin punya biogas, ringan
17
sekali, istri saya sudah merengek, “cepat menyambung milik
mbah Teguh”, nanti dulu dananya belum ada). (Wawancara
Waluyo, Anggota Kelompok Ternak Margo Mulyo, 21 Maret
2015)
Sedangkan bagi masyarakat yang telah memiliki biogas semakin
optimis akan perkembangan biogas yang mereka miliki.
Masalah biogas niku mengke anu pak, mengke lak kulo yakin
gregete enek. ( Masalah biogas itu nanti saya yakin semangatnya
ada). (Wawancara Teguh Sutikno, Ketua Kelompok Ternak
Margo Mulyo, 25 Januari 2015)
Kesimpulan
Semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan energi fosil akan
mengakibatkan energi ini akan semakin sulit dicari pada saatnya nanti, dan
masyarakat harus membayar mahal untuk mendapatkanya. Sedangkan
penggunaan kayu bakar semakin lama semakin membuat pepohonan menjadi
berkurang yang akan mengakibatkan kerusakan lingkungan suatu saat nanti.
Biogas sebagai energi alternatif dapat menjadi salah satu solusi permasalahan
energi yang ada di Indonesia saat ini khususnya di pedesaan yang memiliki
potensi ternak yang melimpah.
Di Desa Mundu, Tulung, Klaten yang sebagian masyarakatnya
memiliki sapi perah, kotoran sapi kini dimanfaatkan sebagai biogas setelah
sekian lama tidak termanfaatkan dengan baik dan mencemari lingkungan.
Biogas dapat menjadi sebuah gerakan masyarakat dimana mereka
mengusahakan energi alternatif sebagai salah satu cara mengurangi
ketergantungan akan energi fosil. Karena jika hanya mengandalkan energi
fosil warga desa akan selalu menjadi korban, mereka akan akan membayar
paling mahal karena berada di urutan terbawah jika dilihat dari rantai
distribusi migas, sedangakan jika terjadi kelangkaan mereka akan menjadi
yang paling merasakanya.
18
Adanya biogas tidak hanya dirasakan sebagai energi alternatif
semata, melalui biogas banyak aspek yang dapat disentuh seperti kebersihan
lingkungan, kesehatan, pertanian dan ekonomi tentunya. Sebuah teknologi
tepat guna, yang dapat menjadi salah satu solusi berbagai masalah yang
dialami masyarakat desa saat ini
Saran
Saran yang diajukan dan diharapkan untuk pemanfaatan energi
alternatif untuk pemerintah serta masyarakat pada umumnya, antara lain:
1. Energi alternatif diperlukan untuk diversifikasi energi berdasarkan potensi
sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah.
2. Perlu pengembangan produksi energi alternatif berkelanjutan yang
terdesentralisasi dan berskala kecil yang mengutamakan pemenuhan
kebutuhan lokal agar dapat berkembang di banyak tempat.
3. Pemberian insentif kepada warga masyarakat yang menggunakan energi
alternatif, agar masyarakat mempertahankan kebiasaan baik yang telah
dirintis, serta menarik mereka yang belum menggunakanya.
4. Perlunya mengingatkan bahwa energi fosil yang mayoritas masyarakat
gunakan saat ini suatu saat akan habis, agar masyarakat lebih bijak dalam
menggunakan, dan mengkampanyekan energi alternatif yang ramah
lingkungan sebagai gantinya.
5. Perlu adanya inovasi tentang energi alternatif yang tidak hanya terhenti
pada skala penelitian, tapi juga harus segera direalisasikan di lapangan,
agar pada saatnya nanti masyarakat telah siap, saat energi fosil telah habis.
6. Perlunya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan energi
alternatif, mulai dari tahap perencanaan, pembangunan sampai perawatan,
agar masyarakat tahu apa yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
mereka, sehingga timbul rasa memiliki dan memiliki kemampuan untuk
mengelola secara maksimal.
19
Daftar Pustaka
Ayawaila, Gerzon Ron. (2008). Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi.
Jakarta: FFTV-IKJ Press
Effendy, Heru. (2002). Mari Membuat Film. Yogyakarta: Panduan
Effendy, Onong Uchjana. (1990). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Indriyo, Debdy Wage. (2008). Politik Harga BBM: Eksplorasi Politik
Kebijakan Subsidi Harga BBM Pemerintahan SBY-JK. Malang.
Averroes Press
Muryanto. (2006). Petunjuk Usaha Tani Sapi Terpadu. Prima Tani Kab.
Magelang.
Nichols, Bill. (2010). Introduction to Documentary. Indiana: Indiana
University Press
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
Sasse,Ludwig. (1992).Pengembangan Energi Alternatif Biogas dan
Pertanian Terpadu di Boyolali-Jawa Tengah, Lembaga Pengembangan
Teknologi Pedesaan (LPTP) dengan Bremen Overseas Research And
Development Association (BORDA) Jerman, Solo.
Sirimorok, Nurhadi dan Hasriadi Ary. (2013). Desa Butuh Energi Alternatif
Sekarang !. Yogyakarta: Insist Press
Sumarno, Marselli.(1996). Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia
Syarif, Effendi. (2004). Melawan ketergantungan Pada Minyak Bumi.
Yogyakarta: Insist Press
Tanzil, Candra, Rhino Ariefiansyah dan Tonny Trimarsanto. (2010). Pemula
Dalam Dokumenter: Gampang-Gampang Susah. Jakarta: In-Docs
Haryati, T. (2006). Biogas : Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber
Energi Alternatif. Jurnal Wartazoa 6(3) : 160 – 169
20
Download