Jurnal Pendidikan ‘IQRA’ MENOROPONG PENDIDIKAN ISLAM (Analisis Hakikat, Tugas, Serta Tujuannya). Bulu’ STAIN Palopo Abstrak: Pendidikan Islam adalah proses pentransferan nilai yang dilakukan oleh pendidik, yang meliputi proses pengubahan sikap dan tingkah laku serta kognitif peserta didik, baik secara kelompok maupun individual ke arah kedewasaan yang optimal dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga diharapkan peserta didik mampu memfungsikan dirinya sebagai hamba maupun khalifah fi al-ardh dengan tetap berpedoman kepada ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam merupakan usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dalam perkembangan peserta didik dengan segala potensi yang dianugrahkan Allah kepadanya, agar mampu mengembangkan amanat kekhalifahan di bumi. Manusia sebagai khalifah adalah bertugas untuk memakmurkan bumi sembari memperbaiki hubungannya dengan sesama, dengan alam dan lingkungan, atau antara Tuhan dan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah Swt. Kata Kunci: Pendidikan Islam, peserta didik, khalifah fi al-ardh. Pendidikan menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan karena pada kenyataannya merupakan faktor penentu bagi perkembangan umat. Abdur Rahman Assegaf (2007: 21) menyatakan bahwa Islam yang diyakini sebagai agama paling sempurna, menempatkan pendidikan sebagai aspek sangat penting yang mewajibkan umatnya menuntut ilmu, tidak ada jalan lain untuk memperbaiki keterpurukan umat Islam selain menyusun sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan tujuan-tujuan Islam. Lebih lanjut Abd. Rahman Getteng (2005: 15) menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah proses penciptaan individu berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan kepada Muhammad. Melalui proses pendidikan seperti itu, individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi supaya ia mampu menunaikan fungsinya sebagai „abid dan khalifah di muka bumi serta berhasil mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pemberdayaan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu mencapai derajat takwa, karena hanya orang yang bertakwalah yang mendapat tempat yang paling mulia di sisi Allah swt., sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. al-Hujurat/49: 13. Terjemahnya: …Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu…. Tujuan pendidikan Islam sebagaimana dikemukakan Abuddin Nata (1997: 53) adalah sebagai berikut: 1. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan. 1 Volume 3 No. 1 Juni 2015 2. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas-tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan. 3. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahan. 4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu akhlak dan keterampilan. Semua ini dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya. 5. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Penulisan paper ini bertujuan mengungkapkan ; 1) hakikat pendidikan Islam, 2) tugas pendidikan Islam, 3) tujuan pendidikan Islam. Hakikat pendidikan Islam Mappanganro (1994:32) menyatakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dengan membimbing, mengasuh peserta didik atau anak didik agar dapat meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam. Selanjutnya Djamaluddin dan Abdullah Aly, (1998: 10-11) mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dalam pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya, kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja untuk memanfaatkan tanah air. Pendidikan Islam sasarannya penanaman akhlak mulia terhadap anak, akhlak yang mulialah akan mampu mewujudkan keutamaan, dan kebaikan dalam masyarakat. Pendapat lain dikemukakan Muhaimin (2009: 14) dalam pandangannya tentang pendidikan Islam bahwa pendidikan Islam intinya ada dua yaitu: pertama, pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Kedua, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Pengertian pertama menekankan aspek kelembagaan dan program pendidikan Islam, dan yang kedua lebih menekankan pada aspek ruh dan spirit Islam yang melekat pada setiap aktivitas pendidikan. Berkenaan dengan definisi-definisi di atas, Abd. Rahman alNahlawiy(1983: 21-22) lebih lanjut menyimpulkan sekurang-kurangnya empat intisari pendidikan Islam. Pertama, pendidikan Islam merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki tujuan, sasaran, dan target. Kedua, pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah swt. Dialah Pencipta fitrah, Pemberi bakat, Pembuat berbagai sunnah perkembangan, peningkatan, dan interaksi fitrah. Sebagaimana Dia pun mensyariatkan aturan guna mewujudkan kesempurnaan, kemaslahatan, dan kebahagiaan fitrah tersebut. Ketiga, pendidikan Islam menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan 2 Jurnal Pendidikan ‘IQRA’ sistematika menanjak dan membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya. Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah swt. menciptakannya. Artinya, pendidik dalam menerapkan pendidikan Islam harus mampu mengikuti syariat agama Allah swt. Empat intisari pendidikan Islam yang telah disebutkan, kelihatan bermuara pada konsep syariat dan agama (Islam). Bagaimanapun juga, agamalah (Islam) yang harus menjadi akar pendidikan Islam. Artinya seluruh tabiat manusia harus menunjukkan tabiat beragama, dan tabiat beragama ini juga identik dengan kepribadian ideal yang dihasilkan pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan bimbingan yang dilakukan oleh seseorang dalam upaya perwujudan kepribadian sebagai hamba yang secara ikhlas mengabdi dan menghadapkan wajah kepada Tuhannya yang pada gilirannya akan terbentuk di dalam diri mereka dimensi kehambaan dan dimensi kekhalifahan. Dimensi kehambaan, adalah sebagai „abdullah yang tujuan hidupnya hanya untuk menyembah kepada Allah swt. Tugas pendidikan Islam Tugas pendidikan Islam senantiasa berjalan secara berkesinambungan (kontinyu) dan tanpa batas. Hal ini karena pendidikan Islam merupakan proses tanpa akhir. Tugas pendidikan Islam yang demikian itu, sejalan dengan konsesus universal yang diterapkan oleh Allah swt. dan Rasul-Nya. Lihat Q.S. al-Hijr/15: 99. Terjemahnya: Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. Demikian pula tugas yang dibebankan kepada lembaga pendidikan Islam bersifat dinamis dan progresif, mengikuti kebutuhan peserta didik dalam arti yang luas. Tugas pendidikan Islam, dapat dilihat dari tiga sudut pandang: a. Pendidikan dipandang sebagai pengembangan potensi b. Pendidikan dipandang sebagai pewaris budaya. c. Pendidikan dipandang sebagai interaksi antara potensi dan budaya. 1. Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi Manusia sebagai objek pendidikan dan pendidikan sebagai proses, mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat. Manusia di satu sisi, mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan itu sendiri merupakan proses untuk menumbuh-kembangkan potensi-potensi tersebut, dalam arti berusaha untuk mengaktualisasikan potensi-potensi laten yang dimiliki oleh setiap anak didik. Potensi laten tersebut dalam bahasa Islam dikenal dengan istilah “fit}rah”. Jenis fitrah itu banyak sekali, tetapi yang terpenting ada 7 hal, yakni: a) Fitrah agama, b) Fitrah intelek, c) Fitrah sosial, d) Fitrah susila, e) Fitrah ekonomi (mempertahankan hidup), f) Fitrah seni, g) Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, persamaan, ingin dihargai, cinta tanah air, dan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia lainnya. 3 Volume 3 No. 1 Juni 2015 Semua kebutuhan kehidupan manusia merupakan fit}rahnya yang menuntut untuk dipenuhi. Warminta Myskar (1989: 101) membagi kebutuhan pokok manusia menjadi empat macam, yaitu: a) Kebutuhan hati nurani setiap insan untuk memperoleh kepuasan, ketentraman, dan ketenangan. b) Kebutuhan akal pikiran setiap insan untuk memperoleh kebebasan, kemerdekaan, dan kepastian. c) Kebutuhan perasaan setiap insan untuk memperoleh rasa saling pengertian, kasih sayang, dan perdamaian. d) Kebutuhan hak dan kewajiban setiap insan untuk memperoleh perundangundangan, ketertiban, dan keadilan. „Abdurrahman al-Nahla>wiy (1983: 13) berpendapat bahwa tugas pendidikan Islam adalah menjalankan dan memelihara fitrah anak didik, mengembangkan, mempersiapkan segala potensi yang dimiliki dan mengarahkan fitrah dan potensi tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan, serta merealisasikan program tersebut secara bertahap. Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-institusi. Belajar yang dimaksud tidak harus melalui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat dilakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat lewat lembaga sosial yang ada. Nilai hidup yang menjadi pedoman perilaku warganya secara berturutturut adalah sosial kekeluargaan, etika-religius, rasional etik, efesien-manusiawi, kekuasaan untuk mengabdi, estetik kreatif, sehat sportif dan informatif serta bertanggung jawab. 2. Pendidikan sebagai pewaris budaya Tugas pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai budaya Islami. Hal ini, karena kebudayaan Islam akan mati bila nilai-nilai atau normanormanya tidak berfungsi dan belum sempat diwariskan kepada generasi berikutnya. 3. Pendidikan sebagai interaksi potensi dan budaya Manusia mempunyai potensi dasar yang melengkapinya untuk menegakkannya peradaban dan kebudayaan Islam. Dalam versi lain, tugas pendidikan adalah menegakkan bimbingan anak agar ia menjadi dewasa. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (1998: 11) mengemukakan pendapatnya bahwa tugas pendidikan sebagai berikut: 1) Membantu peserta didik pada taraf humanisasi, yaitu menunjukan anak didik pada perkembangan yang lebih tinggi melalui kebudayaan. 2) Membantu peserta didik pada taraf humanisasi, yaitu menjadikan manusia dari taraf potensi ke taraf maksimal, yang dapat memberi arti hidup sebanyak-banyaknya. 3) Pemanusiaan manusia ke dalam taraf manusia paripurna. 4) Pembudayaan manusia ke dalam taraf berdikari. 5) Internalisasi nilai-nilai yang disepakati. Tugas pendidikan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa tugas pokok pendidikan Islam adalah membantu pembinaan anak pada ketaqwaan dan berakhlak mulia yang dijabarkan dalam pembinaan kompetensi enam aspek 4 Jurnal Pendidikan ‘IQRA’ keimanan, lima aspek keislaman dan multi aspek keihsanan. Selain itu, tugas pendidikan juga bertujuan meningkatkan kecerdasan dan kemampuan peserta didik dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemampuan untuk memanfaatkan dan mengaplikasikannya. Tujuan pendidikan Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaibany (1979: 405) mengklasifikasikan tujuan pendidikan Islam menjadi 3 jenis tujuan, yaitu: tujuan tertinggi dan terakhir (selanjutnya disebut tujuan akhir), tujuan umum dan tujuan khusus. Azyumardi Azra (1998: 8) mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan akhir pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup manusia, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa dan mengabdi kepada-Nya. Sebagai hamba Alllah yang selalu bertakwa, maka segala sesuatu yang diperoleh dalam proses pendidikan Islam tersebut, merupakan bagian perwujudan pengabdian kepada Allah swt. Tujuan akhir pendidikan Islam yang ideal harus dirinci, sehingga tujuan yang ideal dapat dipahami melalui indikasi-indikasi tertentu. Ahmad Tafsir (1994: 46) mengomentari bahwa jika tujuan akhir pendidikan Islam adalaah manusia sempurna, maka ciri-ciri manusia sempurna adalah: a. Jasmaninya sehat serta kuat, termasuk keterampilan, b. Akalnya cerdas dan pandai c. Hatinya (kalbunya) penuh iman kepada Allah swt. Sedangkan tujuan umum pendidikan Islam adalah merupakan penjabaran dari tujuan akhir di atas. Zakiah Daradjat (1987: 137) mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah menciptakan manusia berakhlak Islam, beriman, bertakwa, dan meyakini sebagai suatu kebenaran, serta berusaha dan mampu membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feelling di dalam seluruh perbuatan dan tingkah lakunya sehari-hari. Pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa tujuan tersebut mencerminkan nilai yang terbatas pada aspek “ritual”. Hal tersebut dipahami dari kata “akhlak”, “iman”, “takwa” yang diyakini menjadi suatu kebenaran, kemudian diusahakan untuk dibuktikan melalui akal, rasa, dan feelingnya dalam perilaku sehari-hari. Adapun tujuan khusus pendidikan, Ali Ashraf (1996: 132) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: 1. Mengembangkan wawasan spritual yang semakin mendalam, serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan modern. 2. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebijakan, baik pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan , lingkungan sosial, dan pembangunan sosial. 3. Mengembangkan kemampuan pada diri peserta didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan dan peradaban Islam di atas semua kebudayaan dan peradaban lainnya. 4. Memperbaiki dorongan emosi melalui imajinatif, sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi dalam mengetahui norma-nrma Islam, yang benar dan yang salah. 5 Volume 3 No. 1 Juni 2015 5. Membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar berfikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada konsepkonsep tentang pengetahuan yang dituntut. 6. Mengembangkan wawasan relasional dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan yang baik. 7. Mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan. Mencermati beberapa rumusan tujuan akhir, tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan Islam seperti di atas, penulis berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya yaitu pribadi yang ideal menurut ajaran Islam. Simpulan 1. Pendidikan Islam memuat bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani anak, agar mampu melakukan semua ajaran Islam secara baik dan benar. 2. Tugas pendidikan Islam bersifat dinamis dan progresif mengikuti kebutuhan peserta didik dalam arti yang luas. 3. Tujuan pendidikan Islam diklasifikasikan menjadi tiga jenis tujuan; tujuan akhir, tujuan umum dan tujuan khusus. Saran Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala bentuk gagasan konstruktif sangat diharapkan untuk memenuhi standar keilmuan dan keilmiahan. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur‟an al-Karim Abdullah Aly, dan Djamaluddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung: Pusataka Setia, 1998. Assegaf, Abdur Rahman. Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. I; Yogyakarta: Suka Press, 2007. Ashraf, Ali. Horison Baru Pendidikan Islam, Terj. Sori Siregar. Cet. I; Jakarta: Firdaus, 2007. Azra, Azyumardi. Esei-Esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1998. Daradjat, Zakiah. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1987. Getteng, Abd. Rahman. Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan (Tinjauan Historis dari Tradisional Hingga Modern). Yogyakarta: Graha Guru, 2005. Mappanganro Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. 6 Jurnal Pendidikan ‘IQRA’ Myskar, Warminta. Gaung Ukhuwah dan Fenomena Agama Sebagai Kesadaran Insani . Al-Muslimūn, No. 230, 1989. Al-Nahlawiy, Abd. Rahman. Ushul al-Tarbiyat al-Islamiyah wa Ashalibuha fi alBayt wa al-Madrasah wa al-Mujtama’. Cet. I; Beirut: Dar al-Fikr, 1983. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmiah, 1997. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994. Al-Toumy al-Syaibani. Oemar Mohammad. Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah, Terj. Hasan Langgulung dengan judul. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Uhbiyati Nur dan Abu Ahmadi. Ilmu Pendidikan. Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1998. 7