BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini akan dibingkai dari

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini akan dibingkai dari beberapa konsep maupun teori yang
relevan dengan kajian ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
manajemen pelayanan publik. Dalam penelitian ini akan memfokuskan pada
pengelolaan pengaduan mengenai pelayanan public yang berbasis e-Governmet
untuk mengetahui proses pengelolaan pengaduan hingga penyelesaian penanganan
pengaduan yang bersifat satu pintu melalui penggunaan media elektronik yang
difokuskan pada Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar. Selain itu penelitian
ini juga menggunakan konsep e-Government, new public service, dan sistem
informasi menajemen serta beberapa penelitian yang dijadikan gambaran dalam
penelitian.
2.1
Kajian Pustaka
Penelitian tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Berbasis e-
Government (Studi Kasus Pengelolaan Pengaduan Rakyat Online Denpasar pada
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar Tahun 2014) belum pernah
dikaji sebelumnya. Namun, penulis mengambil beberapa contoh penelitian yang
memiliki teori maupun konsep yang sama. Berikut ini merupakan beberapa
penelitian terkait dengan penelitian ini, yaitu :
Pertama,
penelitian
yang
dilakukan
Dimas
Ramdhana
Prasetya,
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas
Airlangga (2014) dalam Jurnal Administrasi Publik (JAP) Volume 2, Nomor 1,
10
Halaman 1151-1158 yang berjudul “Analisis Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
Dalam Rangka Pelayanan Publik (Studi Pada Dinas Komunikasi dan Informatika
Kota Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan
pengaduan masyarakat di Kota Malang serta faktor-faktor yang mempengaruhi.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dimas Ramdhana Prasetya
dengan penulis adalah sama-sama memiliki tujuan untuk memaparkan
pengelolaan pengaduan publik berbasis pada media online serta menggunakan
konsep new public service. Yang membedakan kedua penelitian ini adalah lokasi
penelitian yang berbeda. Selain itu, jika penelitian yang dilakukan oleh Dimas
Ramdhana Prasetya memfokuskan pada konsep new public service dalam
menggambarkan pengelolaan pengaduan online di Kota Malang dan hanya khusus
membahas pengelolaan melalui website. Sedangkan penulis selain mengunakan
konsep new public service, juga menekankan konsep e-Government dalam
menganalisa pengelolaan pengaduan pelayanan publik berbasis online pada
Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar, baik yang berasal dari media online
seperti twitter, website maupun media elektronik lainnya. Dalam penelitian ini
penulis juga mengeksplorasi kendala-kendala yang dihadapi dari beberapa SKPD
dalam menerapkan pengelolaan Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sad Dian Utomo (2008) dalam
Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, ISSN 0854-3844, Volume 15, Nomor 3
Halaman 161-167 yang berjudul “Penanganan Pengaduan Masyarakat Mengenai
Pelayanan Publik”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Pusat
11
Penanganan Pengaduan Pelayanan Publik (P5) dalam menangani pengaduan
masyarakat Kota Semarang.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Sad Dian Utomo dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu sama-sama membahas pengelolaan
penanganan keluhan dalam pelayanan publik melalui suatu unit penanganan
pengaduan terpadu. Yang membedakan kedua penelitian ini yaitu lokasi penelitian
yang berbeda, serta penelitian oleh Sad Dian Utomo lebih menekankan konsep
partisipasi masyarakat dan masih menggunakan unit pengaduan secara manual
dengan dukungan media electronic namun belum menggunakan sistem online.
Sedangkan penulis lebih menekankan pada konsep new public service dalam
menjelaskan pengelolaan pengaduan masyarakat yang bersifat satu pintu melalui
PRO Denpasar dengan pemanfaatan teknologi berbasis online untuk mempercepat
proses penanganannya sehingga dapat dengan mudah diakses masyarakat.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Witra Apdhi Yohanitas dan Teguh
Henry Prayitno, Lembaga Administrasi Negara (2014) dalam Jurnal Borneo
Administrator, Volume 10, Nomor 3 yang berjudul “Pengelolaan Pengaduan
Masyarakat Kota Bekasi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem
pengelolaan pengaduan masyarakat yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Bekasi
dan kebijakan-kebijakan apa saja yang ditempuh oleh Pemerintah Kota Bekasi
agar pengelolaan pengaduan tersebut dapat berjalan dengan optimal.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Witra Apdhi Yohanitas dan
Teguh Henry Prayitno dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
sama-sama membahas pengelolaan pengaduan masyarakat dan menggunakan
12
konsep pelayanan publik. Yang membedakan kedua penelitian ini adalah lokasi
penelitian yang berbeda, serta penelitian oleh oleh Witra Apdhi Yohanitas dan
Teguh Henry Prayitno menekankan pada model penanganan pengaduan melalui
website dan SMS Center yang diterapkan dengan mengaitkannya pada kebijakan
yang dilakukan Pemerintah Kota Bekasi. Sedangkan penulis lebih menekankan
pada pengelolaan yang berbasis online (PRO Denpasar) yang dalam hal ini
dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar serta
mengaitkannya dengan sudut pandang atau respon dari masyarakat di lapangan.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Suci Styawan, Mahasiswa
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga (2013)
yang berjudul “Penanganan Pengaduan (Complaint Handling) dalam Pelayanan
Publik (Studi Tentang Transparansi, Responsivitas, dan Akuntabilitas dalam
Penanganan Pengaduan di Kantor Pertanahan Kota Surabaya II)”. Penelitian ini
bertujuan
untuk mengetahui
bagaimana
transparansi, responsivitas, dan
akuntabilitas penanganan pengaduan di Kantor Pertanahan Kota Surabaya II.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Suci Styawan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama membahas mengenai pengaduan
masyarakat dalam pelayanan publik. Yang membedakan kedua penelitian ini
adalah lokasi penelitian yang berbeda, serta penelitian oleh Suci Styawan lebih
mengkhusus pada pengaduan terhadap pelayanan di Kantor Pertanahan Kota
Surabaya II dengan menggunakan konsep good governance yang menekankan
pada aspek transparansi, responsivitas, dan akuntabilitas penanganan pengaduan.
Sedangkan penulis membahas mengenai pengaduan pelayanan public secara
13
menyeluruh yang bersifat satu pintu di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar
dengan mengacu pada pengelolaan yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Denpasar dengan menggunakan konsep new public service yang
menekankan pada akuntabilitas sebagai salah satu prinsip di dalamnya. Serta
konsep e-Government untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan layanan eGovernment yang diterapkan.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Dina Karina Karin, Mahasiswa
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa (2012) yang berjudul “Pengaruh Efektifitas Penanganan Pengaduan
Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Tangerang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh efektifitas penanganan pengaduan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tangerang.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Dina Karina Karin dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sama-sama membahas mengenai
pengaduan masyarakat dalam pelayanan public dan menggunakan konsep
pelayanan publik. Yang membedakan kedua penelitian ini adalah lokasi penelitian
dan metode penelitian yang berbeda, serta penelitian oleh Dina Karina Karin lebih
mengkhusus pada efektifitas penanganan pengaduan di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Tangerang. Sedangkan penulis membahas mengenai
pengaduan pelayanan public secara menyeluruh yang bersifat satu pintu di
Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar dengan dukungan media elektronik.
14
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dilihat
bahwa penelitian tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Berbasis eGovernment (Studi Kasus Pengelolaan Pengaduan Rakyat Online Denpasar pada
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar Tahun 2014) studi kualitatif,
mengenai peningkatan pelayanan publik dalam pengelolaan pengaduan berbasis
teknologi informasi belum pernah diteliti, namun teori dan konsep dari beberapa
penelitian terdahulu yang juga menganalisis tentang pengelolaan pengaduan
masyarakat dapat menjadi model acuan untuk mengkaji penelitian mengenai
Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Berbasis e-Government melalui
Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar secara lebih mendalam.
Hasil penelitian ini akan menjadi acuan perbaikan bagi Pemerintah Kota
Denpasar dalam mengelola pengaduan masyarakat di Kota Denpasar. Penelitian
ini penting dilakukan mengingat Kota Denpasar selama ini telah menerapkan
beberapa inovasinya dalam pelayanan publik dengan menekankan pada
penggunaan teknologi informasi di dalamnya. Penelitian ini juga patut dikaji dan
dilakukan guna memperkaya khasanah keilmuan dibidang Administrasi Negara.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Manajemen Pelayanan Publik
Manajemen pelayanan publik di Indonesia dihadapkan pada pluralitas
yang sangat tinggi dalam banyak aspek kehidupan masyarakat. Seperti halnya
karakteristik sosial budaya, kemajuan sosial ekonomi, dan kondisi lingkungan
yang berbeda-beda antar kelompok masyarakat, menuntut jenis kebutuhan dan
manajemen pelayanan yang berbeda-beda.
15
Berbicara mengenai manajemen pelayanan publik terkandung beberapa
definisi di dalamnya. Definisi manajemen menurut Manullang (1985:17)
manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Jadi dapat disimpulkan manajemen adalah suatu
rangkaian proses yang dilakukan untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas
untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan pelayanan publik menurut Dwiyanto (2012:2) pelayanan
publik sebenarnya memiliki kisaran yang sangat luas, yaitu mencakup pelayanan
untuk memenuhi kebutuhan barang publik, hak dasar, kewajiban pemerintah dan
komitmen nasional. Sedangkan definisi menurut Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa/pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 disebutkan beberapa
standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi: (1) dasar hukum, (2) persyaratan,
(3) sistem, mekanisme dan prosedur, (4) jangka waktu penyelesaian, (5) biaya
atau tarif, (6) produk pelayanan, (7) sarana, prasarana/fasilitas, (8) kompetensi
pelaksana, (9) pengawasan internal, (10) penanganan pengaduan, saran dan
masukan, (11) jumlah pelaksana, (12) jaminan layanan yang memberikan
kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai standar pelayanan, (13) jaminan
16
keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen memberikan rasa
aman,bebas dari bahaya dan risiko keragu-raguan, (14) evaluasi kinerja pelaksana.
Dalam pasal 36 dan 37 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
pelayanan publik, dijelaskan pula bahwa organisasi penyelenggara pelayanan
publik wajib menyelenggarakan pelayanan publik yang salah satunya harus
memiliki pengelolaan pengaduan masyarakat. Dimana dalam pengelolaan
pengaduan
tersebut
penyelenggaran
berkewajiban
menyediakan
sarana
pengaduan, menugaskan pelaksana yang kompeten, menindaklanjuti hasil
pengaduan, dan menyusun mekanisme pengelolaan pengaduan dari penerima
pelayanan dengan mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas.
Jadi, secara keseluruhan definisi manajemen pelayanan publik adalah
suatu
proses
penerapan
ilmu
dan
seni
untuk
menyusun
rencana,
mengimplementasikan rencana tersebut, mengkoordinasikan dan menyelesaikan
aktivitas-aktivitas pelayanan demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan public
(Ratminto dan Atik, 2006:4). Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis ingin
mengetahui bagaimana proses penggerakkan atau pengelolaan sumber daya
manusia dan non sumber daya manusia dalam penerapan Pengaduan Rakyat
Online (PRO) Denpasar mulai dari perencanaan sistem, penginputan pengaduan,
pengkordinasian tugas dan penyelesaian penanganan pengaduan apakah sudah
sesuai dengan peraturan atau standar pelayanan yang ditetapkan.
Manajemen pelayanan publik merupakan tanggungjawab pemerintah,
dimana saat ini masyarakat menuntut penyelenggaraan manajemen pelayanan
yang lebih responsif atas kebutuhan masyarakat serta penyelenggara manajemen
17
pelayanan publik yang transparan, partisipatif dan akuntabel. Untuk merespon
tantangan dan permasalahan tersebut serta mendukung peningkatan pelayanan,
maka difokuskan upaya pengembangan kapasitas (capacity building) manajemen
pelayanan publik yang menyangkut aspek-aspek: (Bappenas, 2010:39)
a) Peningkatan efektivitas pengorganisasian pelayanan.
b) Pengembangan prosedur pelayanan yang mudah, cepat dan transparan.
c) Peningkatan
kualitas
dan
kapabilitas
personil
penyelenggara
pelayanan.
d) Pengembangan
kebijakan
yang
mendukung
skema
tindakan
peningkatan pelayanan.
Dalam mengoptimalisasikan pelayanan penanganan pengaduan dan
penyelenggaraan akuntabilitas pelayanan public di Kota Denpasar maka melalui
Dinas Komunikasi dan Informatika, Walikota Denpasar membuka akses ruang
partisipasi public melalui pengelolaan pengaduan publik dengan sistem satu pintu
yaitu melalui PRO Denpasar. Pengelolaan pengaduan masyarakat mengenai
pelayanan publik ini merupakan suatu menajemen pelayanan pada sektor publik
dengan berpedoman pada kebijakan pemerintah (Walikota) berupa Peraturan
Walikota Denpasar Nomor 45 Tahun 2013 tentang pelayanan penanganan
pengaduan masyarakat di lingkungan Kota Denpasar. Sehingga pengelolaan ini
perlu kita cermati apakah proses di dalamnya sudah berjalan sesuai tujuan yang
ditetapkan atau justru sebaliknya. Hal ini guna memberikan gambaran mengenai
proses pengelolaan oleh para aparatur pemerintah yang ditunjuk dan ditugaskan
untuk menjalankan dan menangani program tersebut.
18
2.3
Kerangka Konsep
2.3.1
Electronic Government
Di negara maju, hasil dari pemanfaatan teknologi digital (Electronic
Digital Service) telah melahirkan bentuk mekanisme birokrasi pemerintahan yang
baru, yang diistilahkan dengan Electronic Government (e-Government). UNDP
(United Nation Development Program) dalam Indrajit (2004:2) mendefinisikan eGovernment, yaitu “e-Government is the application of information and
communication technology (ICT) by government agencies”. (e-Government
merupakan aplikasi informasi dan juga komunikasi (ICT) dari pemerintah).
Selanjutnya, Bank Dunia (World Bank) dalam Indrajit (2004:2)
mendefinisikan e-Government sebagai berikut: e-Government refers to the use by
government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks,
the internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations
with citizens, businesses, and other arms og government. (e-Government
merupakan penggunaan teknologi informasi oleh kantor-kantor pemerintahan
untuk pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, dunia usaha dan untuk
memfasilitasi kerjasama antar insitusi pemerintah).
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami e-Government merupakan
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh pemerintah, yang
ditekankan pada penggunaan internet dalam membangun sebuah sistem yang
membuka akses informasi kepada masyarakat luas serta memberikan kemudahan
pemberian pelayanan publik kepada masyarakat. Sehingga masyarakat dengan
19
mudah mengakses berbagai keperluan, khususnya berkaitan dengan pelayanan
pemerintahan tanpa harus melalui birokrasi yang lama dan berbelit-belit.
Manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep e-Governmnet bagi
suatu Negara (Indrajit, 2004:5), yaitu: (1) memperbaiki kualitas pelayanan
pemerintah kepada para stakeholdernya (masyarakat, kalangan bisnis, dan
industri), (2) meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance, (3)
mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang
dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas seharihari, (4) memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber
pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak yang berkepentingan, (5)
menciptakan lingkungan masyarakat baru yang secara cepat dan tepat menjawab
berbagai permasalahan sejalan dengan perubahan global dan trend yang ada, (6)
memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam
proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.
Ruang lingkup dari penggunaan e-Government secara menyeluruh
mencakup pada:
a. Government to Citizens (Pemerintah ke Masyarakat), yaitu pemerintah
membangun dan menerapkan berbagai aplikasi teknologi informasi untuk
memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat.
b. Government to Business (Pemerintah ke Pelaku Usaha), yaitu transaksi
elektronik dimana pemerintah menyediakan berbagai informasi yang
dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk bertransaksi dengan pemerintah.
20
c. Government to Government (Pemerintah ke Pemerintah), yaitu kerjasama
negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih intens baik untuk
memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entiti-entiti
negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain).
d. Government to Employees (Pemerintah ke Aparat), yaitu memungkinkan
komunikasi dan pertukaran informasi online antar departemen atau
lembaga pemerintahan melalui basis data yang terintegrasi.
Penggunaan e-Government dalam penelitian ini termasuk dalam lingkup
Government to Citizens (Pemerintah ke Masyarakat), karena Pemerintah Kota
Denpasar (Diskominfo) menerapkan aplikasi teknologi informasi berupa
Pengaduan Rakyat Online Denpasar yaitu aplikasi berbasis website yang
melibatkan partisipasi publik dan bersifat dua arah, yang digunakan sebagai alat
bantu
untuk
melakukan
monitoring
dalam
meningkatkan
akuntabilitas
penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Denpasar. Pengaduan Rakyat Online
(PRO) Denpasar ini juga termasuk dalam penggunaan pelayanan Government to
Employees (Pemerintah ke Aparat), karena membangun dan mewadahi
komunikasi serta pertukaran informasi pengaduan secara online antar SKPD di
Lingkungan Kota Denpasar melalui basis data yang terintegrasi.
Dalam Indrajit (2004:29-32) dipaparkan jenis-jenis pelayanan eGovernment dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu:
1. Publish. Dalam tahap ini yang terjadi adalah sebuah komunikasi satu arah,
dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang
21
dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh
masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet.
2. Interact. Berbeda dengan kelas publish yang sifatnya pasif, pada kelas
interact telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan
mereka yang berkepentingan.
3. Transact. Pada tahapan ini sudah terjadi perpindahan (transfer) uang dari
pihak lain sebagai konsekuensi dari diberikannya layanan jasa pemerintah.
Dalam penelitian pengelolaan pengaduan pelayanan publik berbasis online
pada Pengaduan Rakyat Online Denpasar, masuk dalam kategori kelas interact,
dikarenakan sudah terciptanya komunikasi dan hubungan interaksi dua arah antara
pemerintah dengan masyarakat. Dalam hal ini pemerintah Kota Denpasar
(Diskominfo) menyediakan sarana pengaduan berbasis online dengan sistem satu
pintu yang terintegrasi dengan jajaran SKPD Kota Denpasar sehingga masyarakat
dapat melakukan interaksi dengan seluruh kantor pemerintahan yang telah
mempunyai pemakaian data base bersama.
Menurut hasil kajian dari Harvard JFK Scholl of Government dalam
Indrajit (2004:15-18), untuk menerapkan konsep digitalisasi pada sector publik,
ada tiga aspek penting sebagai kunci keberhasilan penerapan e-Government yaitu:
Support, Capacity, dan Value
1. Support merupakan aspek pertama dan paling krusial yang harus dimiliki
oleh pemerintah. Hal ini berkaitan dengan keinginan dari berbagai
kalangan pejabat publik untuk benar-benar menerapkan konsep eGovernment. Dukungan yang dimaksud dalam hal ini adalah :
22
a) sumber daya terutama berkaitan dengan sumber daya financial.
b) komitmen pemerintah dalam menjalankan program
c) infrastruktur dan superstruktur pendukung (seperti adanya UndangUndang dan Peraturan Pemerintah yang jelas serta ditugaskannya
lembaga-lembaga
khusus)
sangat
penting
dalam
menciptakan
lingkungan kondusif dalam pengembangan e-Goverment.
2. Capacity dalam hal ini yaitu adanya unsur kemampuan atau keberdayaan
dari pemerintah setempat. Ada dua hal minimum yang paling tidak harus
dimiliki pemerintah sehubungan dengan aspek ini, antara lain:
a) ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagai
inisiatif e-Government serta ketersediaan sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan agar penerapan eGovernment dapa sesuai dengan asas manfaat yang diharapkan.
b) ketersediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena
fasilitas ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan eGovernment
3. Value. Dalam hal ini yang menentukan besarnya manfaat yang diperoleh
dengan adanya e-Government bukanlah kalangan pemerintah sendiri,
melainkan masyarakat dan mereka yang berkepentingan. Untuk itu
pemerintah harus benar-benar teliti memilih jenis aplikasi e-Government
yang harus didahulukan pembangunannya agar benar-benar memberikan
value (manfaat) yang secara signifikan dirasakan oleh masyarakatnya.
23
Dalam penelitian ini aspek Support, Capacity, dan Value dipilih karena
ketiga aspek tersebut merupakan elemen penting dalam penerapan aplikasi
pelayanan e-Government. Ketiga aspek ini dapat menggambarkan secara
menyeluruh keberhasilan maupun kegagalan penerapaan aplikasi e-Government.
Ketiga aspek dalam pengembangan e-Government ini sangat erat kaitannya
dengan penelitian tentang pengelolaan pengaduan pelayanan publik dengan
berbasis online. Penulis menganggap aspek ini bisa digunakan sebagai alat untuk
mengukur sejauh mana keefektivan penerapan e-Government dalam penanganan
pengaduan masyarakat melalui Pengaduan Rakyat Online Kota Denpasar.
2.3.2
New Public Service
Pada tahun 2003 muncul paradigma baru dalam administrasi publik yaitu
“New Public Service” oleh J.V Denhardt & R. B. Denhardt (2003). Keduanya
menyarankan untuk meninggalkan prinsip administrasi klasik dan Reinventing
Government atau New Public Management, dan beralih ke prinsip New Public
Service. Dalam hal ini New Public Service lebih mengarah pada democracy, pride
and citizen daripada market, competition and customers seperti sector privat. Oleh
sebab itu nilai demokrasi, kewarganegaraan dan pelayanan kepentingan publik
harus dipandang sebagai norma mendasar penyelenggaraan administrasi publik.
Adapun prinsip-prinsip New Public Service antara lain yaitu :
a) Melayani warga masyarakat, bukan pelanggan (serve citizens, not
customers)
24
Aparatur pelayanan public tidak hanya merespon keinginan pelanggan
(customer), tetapi lebih focus pada pembangunan kepercayaan dan
kolaborasi dengan warga Negara (citizen).
b) Mengutamakan kepentingan publik (seeks the publik interest)
Administrasi public harus memberi kontribusi dalam membangun sebuah
kebersamaan, serta membagi gagasan dari kepentingan public.
c) Nilai kewarganegaraan lebih berharga dari pada kewirausahaan (value
citizenship over entrepreneurship)
Dalam hal ini kepentingan public lebih dimajukan oleh komitmen aparatur
pelayanan public dan warga Negara, untuk membuat kontribusi lebih
berarti dibandingkan dengan gerakan para manajer swasta sebagai bagian
dari keuntungan public yang menjadi milik mereka.
d) Berpikir strategis, bertindak demokratis (think strategically, act
democratically)
Pertemuan antara kebijakan dan program agar dicapai secara lebih efektif
dengan tanggungjawab mengikuti upaya bersama dan proses kebersamaan.
e) Melayani dari pada mengendalikan (service rather than steer)
Sangat penting bagi pelayanan public untuk menggunakan andil dan nilainilai kepemimpinan dalam membantu warga mengartikulasikan dan
mempertemukan kepentingan yang menjadi hak mereka, dibandingkan
dengan berusaha untuk mengontrol atau mengendalikan masyarakat.
f) Menyadari bahwa akuntabilitas bukan merupakan hal
(recognize that accountability is not simple)
sederhana
25
Aparatur pelayanan public seharusnya mengikuti peraturan perundangan
dan konstitusi, nilai-nilai masyarakat, norma-norma politik, standarstandar profesional dan kepentingan warga Negara.
g) Menghargai orang, bukan hanya sekedar produktivitas (value people, not
just productivity)
Organisasi public dan kerangka kerjanya akan lebih sukses dalam
kegiatannya jika berlandaskan kebersamaan dan mendasarkan diri pada
kepemimpinan yang menghormati semua orang.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis berpendapat bahwa konsep New
Public Service (NPS) menekankan pada partisipasi warga negara dalam
merumuskan program-program pelayanan publik yang berpihak pada kebutuhan
warga negara, memiliki hak yang sama, memberi ruang bagi partisipasi publik dan
transparansi para penyedia layanan, serta akuntabilitas sesuai dengan program
yang diterapkan lembaga pemerintah. New Public Service memiliki keterkaitan
dengan penelitian Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Berbasis eGovernment melalui Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar. Penulis
menganggap konsep ini bisa digunakan sebagai alat untuk membedah pelayanan
dalam pengaduan publik dengan mengedepankan pada suara publik untuk
meningkatkan kualitas pelayanan punlik sehingga terciptanya akuntabilitas
penyelenggaraan pelayanan public di Lingkungan Kota Denpasar.
2.3.3
Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yang berlainan arti yang
masing-masing kata tersebut mempunyai pengertian. Sistem adalah kumpulan dari
26
elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto,
2005:2). Informasi diartikan sebagai data yang diolah menjadi bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya (Jogiyanto, 2005:8). Sedangkan
definisi manajemen menurut James A.F Stoner (1982:2), manajemen adalah
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sistem informasi manajemen adalah suatu sistem dimana unit organisasi
memiliki suatu kerangka informasi tunggal dan terpadu untuk pengumpulan
informasi yang diperlukan bagi kepentingan kegiatan manajemen.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini Pemerintah Kota Denpasar melalui
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar mengembangkan suatu sistem
yang terpadu yaitu Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar melalui pemakaian
data base bersama. Dimana sistem Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar
terintegrasi dengan 55 jajaran SKPD di Lingkungan Kota Denpasar, sehingga
mempermudah antar SKPD melakukan interaksi satu sama lain tanpa harus
melakukan birokrasi secara manual
2.3.4
Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
Pengaduan masyarakat merupakan solusi dari munculnya penyimpangan
yang terjadi dalam penyelenggaran pelayanan publik. Menurut Anwar Hadi
(2000: 67-68) menjelaskan bahwa pengaduan adalah pernyataan secara lisan atau
tertulis atau ketidakpuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh
suatu sistem pelayanan. Dwiyanto juga menyatakan bahwa tersedianya ruang
27
untuk menyampaikan aspirasi (voice) dalam bentuk pengaduan dan protes
terhadap jalannya penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan publik
akan sangat penting peranannya bagi upaya perbaikan kinerja tata pemerintahan.
Penanganan pengaduan pada dasarnya adalah kegiatan penyaluran
pengaduan, pemrosesan respon atas pengaduan, umpan balik, laporan penanganan
pengaduan. Rangkaian kegiatan ini memiliki elemen: sumber/asal pengaduan, isi
pengaduan, unit penanganan pengaduan, respon pengaduan, umpan balik, laporan
penanganan pengaduan (Bappenas, 2010: 53-54). Elemen tersebut sangat penting
untuk menilai keberhasilan input dan output suatu pengaduan. Namun yang sering
terjadi di berbagai organisasi pemerintah yaitu kurangnya dan lambannnya respon
untuk menyampaikan hasil tindak lanjut akhir kepada masyarakat (pelapor). Di
samping itu masyarakat secara umum hanya menyampaikan pengaduan mereka
dan kemudian setelah mendapat respon dari instansi yang ditujukan, mereka
enggan untuk menyampaikan umpan balik dari tindak lanjut pengaduan tersebut.
Dalam memberikan pelayanan khususnya dalam penanganan pengaduan
diperlukan beberapa prinsip agar organisasi bisa memberikan pelayanan yang
prima dan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat yaitu: (Gorton, 2005:6)
1) Quality Improvement (Peningkatan kualitas)
Penanganan pengaduan merupakan bagian penting dalam peningkatan
kualitas pelayanan dimana secara kontinuitas dievaluasi dan ditingkatkan.
2) Open Disclosure (Keterbukaan menerima pengaduan)
Meliputi penjelasan secara factual atas apa yang telah terjadi dan langkah
yang diambil dalam mencegah kesalahan tersebut agar tidak berulang.
28
3) Commitment (Komitmen)
Komitmen yang tinggi dari seluruh anggota organisasi sangat diperlukan
untuk mengintegrasikan manajemen pengaduan secara efektif.
4) Accessibility (Aksebilitas)
Kemampuan organisasi mendorong masyarakat dan pegawai untuk saling
memberikan timbal balik sehingga membuat pelayanan semakin mudah.
5) Responsiveness (Kemampuan bereaksi)
Pelayanan dalam organisasi harus berorientasi kepada masyarakat, sebagai
pihak yang menerima pelayanan dimana organisasi juga harus menerima
pengaduan dan menyelesaikan pengaduan secara serius.
6) Transparency and Accountability (Transparansi dan bertanggungjawab)
Proses dalam penanganan pengaduan harus dapat dijelaskan secara baik,
terbuka, dan bertanggungjawab kepada pegawai dan masyarakat.
7) Privacy and Confidentially (Pribadi dan Rahasia)
Pelayanan dalam penanganan pengaduan mengutamakan pada sifatnya
yang pribadi dan rahasia dari masyarakatnya dan informasi yang diterima
selama proses pengaduan berlangsung, saat dalam pembuatan keputusan
harus terbuka dan bertanggungjawab.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan dalam menyelesaikan
pengaduan haruslah berpegang pada prinsip pelayanan yang mengedepankan hakhak warga masyarakat. Dalam hal ini organisasi dituntut untuk lebih tanggap dan
bertanggungjawab dalam upaya memberikan pelayanan dalam menangani
pengaduan yang disampaikan masyarakat. Sejalan dengan pemaparan tersebut,
29
penelitian ini lebih menekankan pada aspek akuntabilitas yaitu bentuk
pertanggung jawaban aparat pemerintah selaku pengelola Pengaduan Rakyat
Online (PRO) Denpasar kepada masyarakat sebagai pelapor. Karena yang sering
terjadi di lapangan yaitu organisasi/lembaga terkesan tertutup dalam menangani
atau menyelesaikan pengaduan yang disampaikan masyarakat. Sangat jarang
adanya instansi yang terbuka dalam konteks penanganan pengaduan baik dari
input pengaduan sampai dengan output yang disampaikan kepada masyarakat.
Disamping itu, pengaduan merupakan komponen penting bagi organisasi dalam
meningkatkan kinerja pelayanannya, karena organisasi dapat mengetahui apa yang
menjadi kelemahannya dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat.
2.3.5
Pelayanan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Kota Denpasar
Demi mewujudkan pelayanan publik yang baik sangat dibutuhkan
dukungan sistem yang terintegrasi. Dinas Komunikasi dan Informatika yang
ditunjuk sebagai pelaksana penanganan pengaduan masyarakat di Kota Denpasar
dengan Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/206/HK/2013
berinisiatif membuat sistem yang lebih cepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Melalui pengaduan satu pintu berbasis online atau dikenal dengan Pengaduan
Rakyat Online (PRO) Denpasar. Pengaduan ini terintegrasi dengan jajaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Kota Denpasar. Melalui
penanganan pengaduan dengan sistem satu pintu ini, diharapkan dapat menjadi
ruang partisipasi publik untuk membantu melakukan monitoring dan verifikasi
terkait capaian pelaksanaan program pembangunan dan penyelenggaraan
pelayanan publik di Kota Denpasar.
30
2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengaduan di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar yang belum
terakomodir secara cepat, tepat, dan bertanggungjawab
Walikota Denpasar berinisiatif untuk mengintegrasikan seluruh pengaduan di jajaran
SKPD dengan sistem satu pintu melalui Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar
yang dikoordinir oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar
Dengan mengacu pada Peraturan Walikota Denpasar Nomor 45 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Penanganan Pengaduan Masyarakat di Lingkungan Kota Denpasar
Masyarakat
Pengelolaan Center Pengaduan
Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar
Oleh Diskominfo
SKPD
Terkait
Manajemen Pelayanan Publik
Aspek Keberhasilan Electronic Government
Analisis Eksploratif
.
Manfaat bagi masyarakat:
1.Kemudahan akses menyampaikan pengaduan
2.Pengaduan tidak bersifat internal
3.Dapat memantau mekanisme penanganan pengaduan
tanpa birokrasi panjang dan berbeli-belit
4.Masyarakat menuntut pengelolaan yang efektif sampai
pada pelaporan tindak lanjut penanganan di lapangan
Hambatan & Kendala:
1. Dari Instansi
Pemerintah
2. Dari Masyarakat
Keterangan:
Pengelolaan yang pada
praktiknya belum optimal
= Menghubungkan
= Saling berhubungan
31
Kota Denpasar telah melakukan berbagai inovasinya dalam pelayanan
public khususnya dalam penerapan teknologi informasi dalam bidang pelayanan
pemerintahan. Melihat terlalu banyaknya sarana yang disediakan oleh aparatur
pemerintah di Kota Denpasar dalam mengakomodir pengaduan dari masyarakat
menjadikan pengaduan tersebut tumpang tindih dan tidak ada peraturan yang
menyeragamkan dan mengatur secara tegas pelayanan penanganan pengaduan
tersebut. Terlebih lagi adanya pengelolaan pengaduan yang tegas merupakan salah
satu komponen dari standar pelayanan public.
Atas usulan dari Walikota Denpasar, I.B Rai Wijaya Mantra untuk
mengintegrasikan segala bentuk pengaduan di Lingkungan Kota Denpasar maka
ditunjuklah Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar melalui Peraturan
Walikota Denpasar Nomor 45 tahun 2013 untuk mengkordinir pelayanan
penanganan pengaduan di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Berkaitan
dengan hal tersebut maka dikembangkanlan sistem pengaduan satu pintu yaitu
Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar sebagai center pengaduan yang
terintegrasi dengan jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan
Kota Denpasar melalui pemakaian data base bersama.
Berdasarkan kondisi inilah maka perlu suatu kajian guna mengetahui
pengelolaan pengaduan tersebut. Untuk menganalisa pengelolaan pengaduan
tersebut, penulis menggunakan teori manajemen pelayanan public dengan
menekankan pada konsep e-Government yang meliputi support, capacity, dan
value sebagai aspek keberhasilan penerapan layanan e-Government.
32
Data yang sudah dianalisis tersebut kemudian dieksplorasi sehingga
diperoleh kesimpulan bahwa dalam tingkatan praktik pengelolaan yang dilakukan
pemerintah (Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Denpasar) belum berjalan
optimal. Dari pengelolaan yang sudah berjalan selama ini menghadapi beberapa
kendala baik dari Instansi Pemerintah sebagai penyedia layanan dan dari
masyarakat sebagai penerima pelayanan.
Namun disisi lain adanya Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar telah
memberikan kemudahan akses bagi masyarakat umum untuk menyampaikan
pengaduannya tanpa perlu harus datang secara langsung ke Instansi yang
bersangkutan sehingga tidak perlu menempuh birokrasi yang berbelit-belit.
Disamping itu pula melalui Pengaduan Rakyat Online (PRO) Denpasar
masyarakat umum baik yang mengadu maupun tidak mengadu dapat melihat
secara langsung terkait permasalahan apa saja yang diadukan masyarakat ke
Pemerintah Kota Denpasar, jadi tidak hanya internal masyrakat pengadu dan
SKPD terkait saja yang mengetahuinya.
Download