malaysia membuka kesempatan bagi investor asing

advertisement
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND
PERIODE : JANUARI – FEBRUARI 2016
A. Perkembangan Perekonomian dan Perdagangan Thailand
1. Selama periode Januari- Februari 2016, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia
surplus sebesar US$ 0,75 miliar, atau naik sebesar 316,67% dibanding surplus pada
periode yang sama tahun 2015, sebesar US$ 0,18 miliar.
Total perdagangan Thailand periode ini tercatat US$ 31,59 miliar, turun 7,31%
dibanding periode yang sama tahun 2015. Total perdagangan tersebut terdiri dari
ekspor sebesar US$ 16,17 miliar, turun 5,6% dibanding periode yang sama tahun
2015, dan impor sebesar US$ 15,42 miliar, juga turun 9,04% dibanding periode yang
sama tahun 2015.
2. Sepuluh negara tujuan ekspor utama Thailand periode Januari-Februari 2016 ke Dunia
adalah : Amerika Serikat sebesar US$ 1,76 miliar; RR Tiongkok sebesar US$ 1,64
miliar; Jepang sebesar US$ 1,50 miliar; Hongkong sebesar US$ 0,83 miliar; Australia
sebesar US$ 0,77 miliar; Malaysia sebesar US$ 0,70 miliar; Indonesia sebesar US$
0,65 miliar; Vietnam sebesar US$ 0,64 miliar; Singapura sebesar US$ 0,50 miliar; dan
Filipina sebesar US$ 0,49 miliar.
3. Kegiatan ekspor Thailand berdasarkan struktur mengalami penurunan di berbagai
struktur yaitu produk pertanian, produk manufaktur, dan produk agro – manufaktur.
Sementara produk pertambangan mengalami kenaikan tipis. Adapun 5 (lima) produk
ekspor Thailand yang terbesar adalah mesin-mesin, makanan dan minuman, produk
manufaktur, bahan kimia, dan bahan mentah.
4. Sepuluh negara asal impor Thailand pada periode Januari-Februari 2016 antara lain
RR Tiongkok sebesar US$ 3,52 miliar; Jepang sebesar US$ 2,86 miliar; Amerika
Serikat sebesar US$ 0,96 miliar; Malaysia sebesar US$ 0,89 miliar; Taiwan sebesar
US$ 0,57 miliar; Korea Selatan sebesar US$ 0,51 miliar; Singapura sebesar US$ 0,47
miliar; Uni Emirat Arab sebesar US$ 0,47 miliar; Jerman sebesar US$ 0,46 miliar; dan
Indonesia sebesar US$ 0,40 miliar.
5. Barang mentah dan setengah jadi sebesar US$ 7.7 miliar, turun tipis 2.16% (mom)
terutama akibat kontraksi impor bahan bakar, mineral, dan bahan konstruksi. Namun
mengalami ekspansi pada impor kimia, besi, baja & produk terkait dan bijih logam,
plastik, dan kabel; Barang modal US$ 4.48 miliar,naik 9.8 % karena adanya ekspansi
pada impor mesin & komponen, mesin listrik, komputer& aksesoris, alat komunikasi,
peralatan dari karet, pesawat terbang, floating structures, dan kapal laut; Barang
konsumsi sebesar US$ 1.6 miliar, turun 4.96% (mom), terutama disebabkan
penurunan impor semua produk tidak tahan lama, tetapi mengalami kenaikan pada
impor alat elektronik rumah tangga, garmen dan mebel; Kendaraan dan Alat
Transportasi sebesar US$ 721 juta, mencatat penurunan3.32% (mom) berlaku untuk
impor kendaraanya sendiri dan bagian & aksesori kendaraan. Sedangkan 5 (lima)
komoditi impor Thailand dari Dunia berdasarkan HS-2 digit antara lainmesikn
elektronik, produk nuklir, perhiasan, optical photo, dan produk karet.
B. Perkembangan Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Thailand
1. Total perdagangan Indonesia dengan Thailand periode Januari-Februari 2016 tercatat
US$ 1,02 miliar, turun 14,08% dibanding periode yang sama tahun 2015, yang
nilainya mencapai US$ 1,18 miliar. Total perdagangan tersebut, terdiri dari ekspor
Thailand ke Indonesia sebesar US$ 0,63 miliar, turun 3,71% dibanding periode yang
sama tahun 2015 yang mencapai US$ 0,66 miliar, dan impor Thailand dari Indonesia
sebesar US$ 0,38 miliar, turun 2,7% dibanding periode yang sama tahun 2015, yang
tercatat sebesar US$ 0,53 miliar. Neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand
defisit bagi Indonesia sebesar US$ 0,25 miliar.
2. Impor Thailand dari Indonesia terdiri dari impor migas US$ 59.5 juta, menurun 125%
(yoy), dan impor non-migas sebesar US$ 630.9 juta, turun 23.9% (yoy) dibandingkan
bulan Februari 2015.
Pada kegiatan impor Thailand bulan ini, Indonesia menempati posisi ke-10 sebagai
pemasok impor Thailand. Produk impor Thailand yang berasal dari Indonesia antara
lain adalah migas, pesawat terbang, komponen kendaraan bermotor,manisan buahbuahan, dan bahan kimia.
Sedangkan, Ekspor Thailand ini terdiri dari ekspor migas sebesar US$ 5.1 juta dengan
kontaraksi 0.9% dan ekspor non-migas sebesar US$ 630.9 juta yang mengalami
kontraksi 3.88% dari Februari 2015 lalu.
Kontraksi ekspor non-migas Thailand ke Indonesia terutama akibat kontraksi ekspor
barang pertanian dan olahan beras dan tapioka. Indonesia menempati posisi ke7
sebagai negara tujuan ekspor. Produk ekspor Thailand ke Indonesia yang
terbesarantara lainproduk makanan olahan, beras, komponen kendaraan, mobil &
sepeda motor, dan alat – alat listrik.
C. Informasi lainnya
1. Makro Ekonomi Thailand.
Bank of Pertumbuhan ekonomi Thailand mengalami penurunan di kuartal keempat
tahun 2015 lalu. Nilai PDB Thailand naik 0.8% pada kuartal akhir setelah mengalami
kenaikan 1% di kuartal sebelumnya. Sedangkan Nilai inflasi yang terjadi di Thailand
dari Januari 2015 hingga tahun Februari 2016. Pada gambar tersebut dapat kita lihat
nilai inflasi yang terjadi di Thailand mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya yaitu
sebesar 0.03%. Pada bulan Januari 2016 nilai inflasi tercatat -0.53% dan pada bulan
Februari 2016 naik menjadi -0.5%. Untuk Tingkat pengangguran pada data terakhir
mencatat kenaikan 0.26% dari data pada bulan yang lalu 0.65 % menjadi 0.91%. Data
tersebut menyatakan ada 346.54 ribu orang yang menganggur di negara Thailand.
2. SME Bank Menyiapkan 4 Divisi baru untuk membantu UKM.
The Small and Medium Enterprise Development Bank of Thailand (SME Bank) telah
menambah 4 divisi baru dan mengalokasi kan 30% dari keuntungan penghasilan
tahunan untuk pembinaan UKM di seluruh negara, sebagai bagian dari misi
pengembangan bank untuk para UKM.
Budget untuk mendukung UKM akan
mencapai Bt350 juta per tahun dan bank akan fokus pada mendukung perusahaan
start-up dibidang pertanian.
3. Busines Forum G-77 Bangkok Roundtable.
Pada tanggal 28 – 29 Februari 2016 Atase perdagangan mengikutii acara business
forum dengan tema “ The G-77 Bangkok Roundtable on Sufficiency Economy, yang
menerapkan The Sufficiency Economy Philosophy “ di Siam Kempinski Hotel
Bangkok. Pembukaan acara disambut oleh Menteri Luar Negeri Thailand, Don
Pramudwinai dan oleh Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha yang menyambut 120
peserta termasuk perwakilan dari negara G-77. The Bangkok Roundtable adalah
konferensi pertama dari G-77 di Thailand sejak negara ini ditetapkan sebagai Ketua di
New York pada bulan Januari 2012. The Bangkok Roundtable akan menjadi
kesempatan bagi Thailand untuk berbagi dengan anggota G-77 mengenai The
Sufficienly Economy Philosophy yang berhubungan dengan Sasaran Pembangunan
Berkelanjutan dimana dunia akan bekerja untuk mencapainya dalam 15 tahun.
Sumber : Laporan Atdag Bangkok, Thailand, Februari 2016
Download