MENINGKATKAN KESADARAN GURU UNTUK BERUPAYA

advertisement
MENINGKATKAN KESADARAN GURU UNTUK BERUPAYA
MELAKSANAKAN INOVASI PEMBELAJARAN TEMATIK
Sutan Saribumi Pohan Dan Chairil Anwar Pohan
[email protected]
Abstract. When integrated learning process carried out by the teacher in the classroom, this will
create an innovation process of learning the nuances of the renewal or change in learning new
birth the opinions of the teacher, so the teacher in the learning curriculum is expected to have
competence in accordance with the rules implementing integrated learning (thematic), means that
the teacher is able to determine the suitability of the relationship between lessons to be taught with
other subjects and can motivate students, guiding and training so that the students active, can
increase the knowledge and understanding of the learning materials that are informed by the
teacher. Competencies with the learning plan, design media, environmental surveys, and add
insight to the experiences of teachers is an innovative integrated solution of the learning process
(thematic). Management innovation integrated learning lies at the beginning of the learning
activities, provide references, core activities (making a linked learning), the end of the learning
activities and provide reinforcement. Teachers are expected to have a duty to love their students,
can motivate and provide knowledge that can create the potential for students along their live. The
implementation of an integrated learning can also determine the attitude of teachers working in
schools, means activities related to teacher administration, interaction with students outside the
classroom or in the classroom can always guide the students by providing a variety of information
and explore their school environment with their friends without guidance parents. Increased
awareness of teachers to innovate integrated learning based on the teacher's role and demonstrate
creative thinking and design a variety of interesting themes that suit the needs of the students, that
could make the learning fun and exciting. Integrated learning results can be grouped into two
individual sections of the physiological factors which consist of interest, intelligence, aptitude,
motivation, feelings and basic capabilities, external factors include the material to be learned, and
instrumental environmental surveys such as movies, videos, liquid crystal display (LCD) and a
computer.
Keywords: Teacher Effort, Innovation, Integrated Learning (Thematic)
Abstrak. Ketika proses pembelajaran terpadu dilaksanakan oleh guru di dalam kelas maka tercipta
suatu inovasi proses pembelajaran yang bernuansa pada pembaharuan atau perubahan pembelajaran
yang melahirkan pendapat-pendapat baru dari guru, sehingga dalam pembelajaran guru diharapkan
memiliki kompetensi mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan kaidah pembelajaran terpadu
(tematik), artinya guru mampu mengetahui kesesuaian hubungan antara pelajaran yang akan
diajarkan dengan mata pelajaran lain dan dapat memotivasi siswa, membimbing serta melatih
sehingga para siswa aktif, dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi
pembelajaran yang diinformasikan oleh guru. Kompetensi dengan merencanakan pembelajaran,
merancang media, survey lingkungan, dan menambah wawasan pengalaman bagi guru merupakan
inovasi solusi dari proses pembelajaran terpadu (tematik). Pengelolaan inovasi pembelajaran
terpadu terletak pada kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan, kegiatan inti (membuat kaitan
pembelajaran), kegiatan akhir dan memberi penguatan. Guru diharapkan mempunyai tugas untuk
menyayangi anak didiknya, dapat memotivasi dan memberi pengetahuan sehingga dapat
menciptakan potensi pada anak didik yang dimiliki sepanjang hayat. Pelaksanaan pembelajaran
terpadu juga dapat menentukan sikap kerja guru di sekolah, artinya kegiatan guru yang berkaitan
dengan pengelolaan administrasi, interaksi dengan siswa di luar kelas atau di dalam kelas senantiasa
dapat membimbing siswa dengan memberikan berbagai informasi dan bereksplorasi dengan
lingkungan sekolah bersama teman-temannya tanpa bimbingan orang tua. Peningkatan kesadaran
guru untuk melakukan inovasi pembelajaran terpadu didasari oleh peran guru untuk berpikir kreatif
dan mendemonstrasikan serta merancang berbagai tema yang menarik sesuai kebutuhan siswa,
sehingga terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan. Hasil pembelajaran
terpadu dapat dikelompokan menjadi dua bagian dari dalam individu yaitu faktor fisiologi terdiri
dari minat, intelegensi, bakat, motivasi, perasaan dan kemampuan dasar, faktor dari luar meliputi
bahan yang harus dipelajari, survey lingkungan dan instrumental seperti film, video, liquid crystal
display (LCD) dan komputer.
Kata kunci: Upaya Guru, Inovasi, Pembelajaran Terpadu (Tematik)
Inovasi
adalah
mendapatkan
atau
melakukan sesuatu hal yang baru dengan
mendapatkan paham-paham
baru
yang
selanjutnya bermuara pada pembaharuan atau
perubahan secara baru pada kaitannya
pembaharuan dalam pembelajaran (Echoes,
2010: 323), sesuatu hal yang baru mungkin
sudah ada di tempat lain tetapi tidak merubah
pengaruhnya terhadap individu atau kelompok
yang menemukannya dan yang membayangkan
sebagai sesuatu yang baru, sehingga ada
beberapa penyebaran dan penerimaan inovasi
yaitu : komunikasi dalam berinovasi, terjadinya
proses penyebaran dan penerimaannya serta
aspek waktu (Lauer, 1993: 228). Roger dalam
Robert H Lauer mengemukakan bahwa 4 ciri
yang dibayangkan oleh penerima inovasi,
antara lain: (1) Inovasi akan dapat
meningkatkan keuntungan relatif atas situasi
yang ada atau sebaliknya, karena inovasi
kurang diminati, misalnya mempertahankan
hal-hal yang tradisional dianggap lebih baik;
(2) Kecocokan atau relevan dengan nilai-nilai
dan kebutuhan yang ada, misalnya program
Keluarga Berencana (KB) dapat diterima bila
ada pembuktian dapat menciptakan keluarga
yang sejahtera, tetapi tidak diterima karena ada
pemikiran
pembatasan
kelahiran
yang
bertentangan dengan agama (mengutuk
pengendalian kelahiran dengan sengaja); (3)
Beberapa inovasi dibayangkan sukar dipahami
dan digunakan, misalnya penduduk di pedesaan
lebih baik memasak dengan kayu dibandingkan
menggunakan gas, karena harga gas mahal, dan
kayu mudah dicari; (4) Inovasi bisa diterima
apabila diketahui keberhasilan setelah melalui
uji coba, misalnya penggunaan pupuk oleh
petani, apabila cocok dengan tanaman, maka
pupuk tersebut diminati oleh para petani setelah
memberi keberhasilan panen, melalui uji coba.
Inovasi pembelajaran tematik atau terpadu
merupakan pembaharuan dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang melibatkan konsep
dan mengkaitkan beberapa konsep menjadi satu
pemahaman yang bermakna bagi siswa dan
lingkungannya, walaupun suatu konsep dapat
diinformasikan dengan berbagai cara, yang
pelaksanaannya tidak lepas dari teori atau
panduan yang dikeluarkan oleh lembaga
pendidikan dan kurikulum. Pada saat ini ada
beberapa model dalam pembelajaran tematik
antara lain: (1) Fragmented, pembelajaran satu
arah tidak terkait dan terkotak-kotak; (2)
Connected, menelaah satu bidang studi yang
dirancang saling berhubungan mulai dari topik
ke konsep; (3) Nested, suatu tema atau unit
dikaitkan dengan kecakapan sosial siswa; (4)
Sequenced, materi dibingkai dengan konsep
yang sama dan saling terkait, tema-tema antara
dua bidang mata pelajaran dirancang sehingga
sejajar; (5) Webbed, dari sebuah tema dapat
memadukan berbagai mata pelajaran sehingga
cakupannya saling terkait antar konsep, ide dan
gagasan. (Depdiknas, 2009: 8).
Biasanya yang sering digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran adalah model
connected dan webbed, yang akan digali dari
pembelajaran tematik merupakan cara berpikir
siswa atau mencerdasakan para siswa untuk
mengaplikasikan pemecahan masalah dari
berbagai segi, sehingga siswa dapat mengetahui
berbagai hal secara kompleks dan dapat
menganalisis dari berbagai pokok bahasan,
siswa akan diperkaya oleh berbagai ilmu
pengetahuan (tema) yang bermakna sesuai
dengan
konsep
prinsip
keterpaduan,
pembelajaran
terpadu
(tematik)
yang
cakupannya untuk memahami satu konsep atau
tema, bila guru dapat berupaya melaksanakan
inovasi dalam pembelajaran terpadu (tematik)
maka akan dapat memberikan pengetahuan
yang dapat diserap oleh para siswa, suatu tema
dapat dianalisis dari berbagai aspek sehingga
dapat diketahui secara menyeluruh terhadap
kehidupan siswa sehari-hari.
Peranan inovasi di era dunia modern
menuntut peran dan fungsi pendidikan beralih
untuk melahirkan manusia-manusia yang
inovatif menumbuhkan dan mengembangkan
kreativitas peserta didik yang memungkinkan
untuk bersaing di even-event internasional
bidang pendidikan seperti olimpiade sehingga
dapat menumbuhkan rasa percaya diri,
menjunjung nama negara. (Hatimah, 2009:
236).
Apabila konsep pembelajaran tematik
dikaitkan dengan evaluasi hasil pembelajaran
siswa, maka dapat dikatakan sebagai suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan
implementasi dari suatu kebijakan yang
prosesnya berkesinambungan, terwujudnya
pembelajaran yang menyenangkan dan sebagai
pengukur bagi guru dari faktor fisiologi yang
terdiri dari minat, intelegensi, bakat, motivasi,
perasaan dan kemampuan dasar. Sedangkan
faktor dari luar meliputi bahan yang harus
dipelajari, survey lingkungan dan instrumental
seperti film, video, liquid crystal display dan
komputer. Pembelajaran tematik bukan
merupakan kegiatan tunggal yang dapat
memecahkan beberapa fenomena dari satu
konsep, tetapi merupakan kegiatan yang
berkesinambungan karena melaksanakan suatu
kebijakan,
oleh
karena
itu
evaluasi
pembelajaran tematik berlangsung dalam waktu
yang relatif lama.
Kurikulum
pembelajaran
tematik
penyusunannya dari Kementerian Pendidikan
Nasional, sedangkan penjabaran dari kurikulum
tersebut
disesuaikan
dengan
program
pembelajaran yang dibuat oleh guru, baik
melalui pelatihan (penataran) maupun melalui
kegiatan kerja kelompok guru atau KKG.
Komponen pembelajaran tematik merupakan
konsep yang saling terkait dengan teori
pembelajaran yang lain sehingga realisasi
pembelajarannya dirancang dengan cermat dan
teliti. Untuk menentukan tinggi rendahnya nilai
hasil belajar ditentukan oleh kecepatan reaksi,
daya kritis siswa, ketepatan menganalisis,
mengidentifikasi indikator, dan kecerdasan
siswa. Guru sebagai evaluator harus:1)
memiliki kemampuan teori dan keterampilan
praktik. 2) cermat atau dapat melihat detail dari
tema yang akan dievaluasi. 3) objektif tidak
mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi. 4)
sabar dan tekun dalam melaksanakan tugas
dimulai dari membuat rancangan kegiatan,
menyusun instrumen dan mengumpulkan data
tidak gegabah dan tergesa-gesa. 5) hati-hati dan
bertanggung jawab yaitu melakukan pekerjaan
dengan penuh pertimbangan dan berani
menanggung
resiko
atas
segala
kesalahan.Sehingga guru harus mempunyai
kompetensi dan pengalaman sebagai penunjang
dalam
proses
pembelajaran
tematik.
(Suharsimi, 2007: 9).
Pembahasan dalam tulisan ini difokuskan
pada : 1) pengelolaan inovasi pembelajaran
tematik, 2) sikap guru terhadap hasil belajar
siswa melalui pembelajaran tematik (hasil
penelitian).
Pengelolaan Inovasi Pembelajaran Tematik
Langkah awal proses pembelajaran bagi
guru
adalah
membuat
perencanaan
pembelajaran yang berisi kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir serta tindak
lanjut (penguatan) kemudian me-manage siswa
dengan berbagai cara: (1) Membuat kelompok
berdasarkan rencana tugas (Task planning
groups); (2) Membuat kelompok berdasarkan
adanya persamaan jenjang tugas (Teaching
Groups); (3) Membuat kelompok 4-5-6 siswa
duduk mengelilingi satu meja (Seating
Groups); (4) Membuat kelompok berdasarkan
kegiatan yang saling terkait antara kelompok
yang satu dengan yang lainnnya (Joint
Learning Groups); (5) Membuat kelompok
berdasarkan kerjasama tiap individu yang hasil
tugasnya dapat diaplikasikan dalam proses
belajar bersama
(Collaborative groups).
(Majid, 2011: 112).
Inovasi pembelajaran tematik merupakan
perkembangan konsep dan media atau ide baru
dari guru sehingga akan terjadi interaksi yang
menarik atau lebih indah antara guru dan para
siswa, menurut Roger dalam Robert Laurer
inovasi akan diterima dengan baik apabila
mengandung unsur : 1) adanya komunikasi
artinya penyebaran informasi melalui proses
pembelajaran akan terdapat interaksi antara
guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa
sehingga akan melahirkan atau menerbitkan
pengetahuan baru dan dapat dikembangkan
dalam kehidupan sehari-hari. 2) sistem sosial,
artinya para siswa sebagai individu yang
berbeda karakter, sosial, ekonomi dan
kompetensinya
terlibat
dalam
proses
pembelajaran
terpadu
(tematik)
yang
menyelesaikan berbagai masalah secara
kolektif berdasarkan suatu norma, etika dan
peraturan secara kolektif, penyelesaian sesuai
dengan instruksi guru. 3) aspek waktu, artinya
inovasi akan dilakukan secara bertahap
mengikuti perkembangan jaman dan cenderung
melahirkan perubahan-perubahan sesuai ide
baru di saat proses pembelajaran sehingga
dalam kurun waktu tertentu para siswa dapat
menyadari, tertarik, menerima, mencoba dan
menilai (Lauer, 1993: 228).
Komunikasi guru dalam menginformasikan
bahan ajar atau suatu tema mutlak diperlukan,
sehingga tidak akan terjadi banyak pembicaraan
tetapi sedikit pengetahuan yang terdapat,
ungkapan penyampaian pengetahuan harus
dilakukan oleh guru sebagai upaya mengubah
pola tindakan para siswa sebagai pendengar,
penghapal, dan pencatat, peneliti, penulis dan
pengarang yang mengandalkan berbagai
kreativitas yang dilakukan guru dan siswa yang
akan mengevaluasi. Komitmen guru untuk
mengadakan inovasi pembelajaran tematik
merupakan salah satu peningkatan kompetensi
guru dan peningkatan sumber daya manusia,
secara rasional artinya mencari cara terbaik dan
benar untuk berkomunikasi dengan para siswa
sebab siswa sebagai subjek belajar dapat
menguasai materi dengan menggunakan
pengalaman langsung sehingga siswa dapat
mengetahui konsep secara konkret dari
pemecahan berbagai masalah berupa konsep
yang abstrak.
Penggunaan media pembelajaran sebagai
sarana
penunjang
bagi
guru
dalam
menginformasikan
suatu
tema
sangat
diperlukan, sebab media pembelajaran dapat
menciptakan kegairahan dalam belajar,
keaktifan dan membuat kreativitas belajar bagi
para siswa. Media adalah alat bantu untuk
mengkomunikasikan suatu tema sehingga
paparan yang dibahas menjadi jelas dan
bermakna, misalnya guru menanyakan gambar
seseorang membuang sampah di sungai,
sehingga aliran sungai tersumbat sampai yang
akhirnya
mengakibatkan terjadi
banjir,
kemudian guru memperagakan cara membuang
sampah pada tempatnya yang mengakibatkan
bersihnya lingkungan, ilustrasi pemeliharaan
lingkungan yang disajikan guru dapat bermakna
bila terjadi perubahan tingkah laku dari peserta
didik. Dengan penggunaan media sebagai alat
bantu pada tematik diharapkan para siswa
mampu menghayati pengetahuan secara
universal,
para
siswa
dituntun
aktif
bepartisipasi dalam kegiatan pembelajaran,
seperti kunjungan lapangan, kelompok kerja,
membuat laporan dan membuat rencana kerja.
Peran guru dalam pembelajaran model
tematik sebagai sutradara dapat memberi
transmisi pengetahuan yang didasari oleh: 1)
pengetahuan guru haruslah lebih dari cukup
demikian
juga
dengan
teknik-teknik
penyampaiannya, berarti inisiatif dan keaktifan
terletak pada guru, disiplin yang diterapkan
oleh guru yang semula eksternal berkembang
ke internal yang selanjutnya berubah menjadi
disiplin yang disadari. 2) kemampuan guru
tumbuh didasari pada pengetahuan ilmu dan
keterampilan, dalam hal ini tugas utama guru
adalah berkewajiban untuk mengarahkan. 3)
pengembangan kemampuan berpikir kritis
menjadi intelektualitas sebagai perwujudan dari
profesionalisme dari guru (Barnadib, 1996: 38).
Pembelajaran model tematik mengarahkan para
siswa pada sikap bebas menentukan pendapat
secara
terarah
(liberty),
menciptakan
kebersamaan dalam memecahkan fenomena
pembelajaran (equality) dan mencapai hasil
yang gemilang.
Upaya guru mencari peluang untuk
berinovasi tidak lepas dari peran serta teman
sejawat, sebab pembelajaran tematik yang
melibatkan antar-satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lain akan melibatkan guru yang
ahli di bidang masing-masing dari mata
pelajaran tersebut. Partisipasi aktif dari para
guru di sekolah merupakan idealitas dalam
peningkatan sumber sumber daya manusia
melalui kontak sosial, sehingga model
pembelajaran tematik akan terlihat berkualitas
yang berdampak pada peningkatan pengetahuan
bagi para siswa sebagai subjek belajar. Dalam
kesadaran upaya berinovasi pada proses
pembelajaran tematik merupakan produk
memberi pengalaman belajar yang bermakna
bagi para siswa, ada dua hal upaya inovasi agar
dapat mencapai peringkat yang diinginkan,
yaitu: 1) memperbaiki dan mengembangkan
kompetensi atau kemampuan guru sebagai
upaya meningkatkan kemampuan siswa dan
secara
umum
meningkatkan
kualitas
pendidikan, serta menunjukkan profesionalitas
guru. 2) memperbaiki dan mengembangkan tata
kelola di kelas saat proses pembelajaran dan
tata kelola sekolah antara lain kegiatan
akademik guru-guru, hubungan antar personal,
administrasi guru, pengaturan tempat belajar
dan tempat bermain siswa, serta pengelolaan
administrasi keuangan.
Proses
pembelajaran tematik
yang
berkembang lebih banyak tertuju pada hak dan
kepentingan individu dengan memberikan
pengalaman belajar bagi para siswa secara
kolektif akan memberikan kemampuan untuk
berbuat musyawarah dan mufakat dalam
mengambil keputusan dalam menentukan
sesuatu hal. Walaupun dalam suatu opini teori
penyajian mata pelajaran karena bersifat
artifisial atau pengalaman belajar yang dibuatbuat, (Hermawan, 2008:1.1), namun bila
diselenggarakan untuk membangun kreativitas
siswa maka terwujud berpikir kritis bagi para
siswa dan melatih siswa dapat menganalisis
melalui obervasi terhadap sesuatu yang
dilaksanakan baik secara individu atau secara
kelompok. Telaah pembelajaran tematik
merupakan upaya memfasilitasi para siswa
memperluas wawasan dan
menemukan
jawaban atas peristiwa yang terjadi di
lingkungannya secara ilmiah.
Pada pembelajaran tematik pemanfaatan
berbagai sumber belajar dilakukan secara
responsif artinya tanggap dan dapat mengenali
beragam aspek serta dapat mengungkap atau
menganalisis yang dilihat sehingga dapat
merancang proses pembelajaran diakhiri
dengan suatu kesimpulan dalam mengambi
keputusan, misalnya siswa melihat taman
bunga di halaman sekolahnya, bila guru
memberi perintah, apa yang bisa para siswa
ungkap tentang bunga yang ada di halaman
sekolah anda? Maka akan terdapat beberapa
ungkapan secara tematik, ada yang mencatat
bahwa
dalam
aspek
bahasa
bunga
melambangkan keindahan dan rasa cinta kasih
terhadap sesama, dari aspek Ilmu Pengetahuan
Sosial
(IPS)
bunga
diidentifikasikan
terwujudnya hal-hal yang menyenangkan dan
mengasyikan, dari aspek Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) diidentifikasikan bagian-bagian
atau struktur tubuh bunga dan seterusnya.
Dalam proses pembelajaran tematik guru
diarahkan pada sifat transformatif
yaitu
memilih kemampuan mentransfer pengetahuan
yang telah dideskripsikan melalui berbagai
media seperti buku, diktat, atau yang lainnya
(Barnadib, 1996: 62).
Apabila guru yang mengajar proses
pembelajaran dengan model tematik akan
memilih keyakinan diri, peka pada struktur
sosial
siswa,
mengetahui
dan
dapat
memanfaatkan kondisi lingkungan sekolah
yang sewaktu-waktu dapat dijadikan sumber
belajar. Guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada para siswa melainkan
membantu
siswa
untuk
membangun
pengetahuannya sendiri melalui pengalaman
belajar, cara yang dapat dilakukan oleh guru
adalah mengajar yang dapat menjadikan
informasi yang diterima oleh siswa menjadi
bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan
dan menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak
siswa agar menyadari dan secara sadar
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri
untuk belajar (Hatimah, 2009: 1.23). Ide yang
banyak bagi guru sangat diharapkan dalam
menterjemahkan kesempatan yang tertera pada
kurikulum,
sehingga
materi
yang
dikembangkan oleh guru dapat dipahami secara
baik oleh para siswa, selanjutnya merupakan
ide sentral dalam perubahan atau inovasi
budaya belajar bagi para siswa.
Inovasi proses pembelajaran tematik bukan
hanya menterjemahkan atau menghubungkan
berbagai mata pelajaran dari aspek pengetahuan
yang terkandung dalam berbagai isi (content)
bidang pembelajaran (IPA, Matematika, IPS,
Bahasa, PPKn) tetapi juga perlu diinformasikan
tentang bahaya narkoba, perbuatan korupsi,
sakit hati, merasa terhina, dan minuman alkohol
(mabuk-mabukan), guru akan berperan sebagai
psikolog, dapat memberi pandangan atau
gambaran, ketika anak masih kecil kemudian
yang akan beranjak menjadi seorang remaja
sehingga adanya tantangan bagi kaum remaja
mengarungi kehidupn di era informasi dan
teknologi, yang jelas akan lebih kompleks baik
dalam memenuhi kebutuhan, beradaptasi
dengan lingkungan dan berhubungan atau
bergumul
(pergaulan)
sesama
remaja.
Pembelajaran tematik akan diarahkan pada
upaya membuat ilustrasi (cerita) misalnya
tentang bahaya narkoba atau merokok baik
1
2
3
4
Awal
Perubahan
Selektif dan
Penyaringan
Perubahan
Penyebaran
Perubahan
Legitimasi
Perubahan
Pribadi
atau
Kolektif
Menolak
atau
Menerima
Mengimbangi
atau
Menguatkan
Gambar 1
melalui Liquid Crystal Display (LCD) atau
film.
Dalam ide-ide sentral tentang pendidikan
dikembangkan teori rekonstruksianisme artinya
agar pendidikan menumbuhkan asas kooperatif
dalam berbagai kehidupan, terutama dalam
bidang ekonomi sehingga pendidikan yang
dikehendaki dapat menjadi peluang bagi subjek
didik uantuk merealisasikan dirinya secara
wajar (Barnadib, 1996: 45). Pada setiap proses
inovasi akan terdapat empat tahap, begitu pula
pada upaya inovasi pembelajaran tematik
sebagai berikut: [Gambar 1]
Keterangan: (1) Pada awalnya inovasi itu
masih tahap milik pribadi/individu berupa ide,
gagasan dan masih tersimpan dalam pemikiran
atau benak lubuk hati guru; (2) Melalui
ceramah, mengajar, berupa tulisan (makalah,
artikel, majalah, buku) inovasi mulai
terpublikasi yang berarti berdampak sosial ada
yang menerima dan ada yang menghalangi,
kemudian inovasi diterima secara selektif
mengalami penyaringan untuk dimodifikasi
menjadi bahan pembelajaran; (3) Dari beberapa
agen perubahan (guru, penulis, peneliti,
praktisi)
inovasi disebarluaskan karena
mempunyai kebermaknaan terhadap kehidupan
masyarakat atau di lingkungan sekolah, karena
inovasi dapat memberi keseimbangan dan
penguatan dalam pola perilaku baru yang lebih
mampu mewujudkan tujuan utama ketimbang
pola perilaku lama; dan (4) Jika inovasi berhasil
dan secara realitas berimplikasi dapat
membangun, sebagai sinergi menggapai
pengetahuan, (teknologi dan informasi), dan
dapat mempengaruhi masyarakat dalam jangka
panjang, norma, nilai dan institusi mengalami
perubahan
akan
mendapat
pengakuan,
penerimaan atau dukungan positif dari
masyarakat. (Sztompka, 2007: 300).
Mengadopsi
berbagai
pengetahuan
(berbagai
bahasan)
untuk
menciptakan
informasi pembelajaran tematik bukanlah
pekerjaan mudah, sebab paparan yang dapat
disesuaikan dengan tema atau bahasan perlu
fasilitas atau media unuk memperjelas sesuatu
hal menjadi krusial, bahwa bahasan yang
disajikan akan merubah sikap hidup atau
perilaku
hidup
bertujuan
mencapai
kesejahteraan para siswa sebagai salah satu
anggota
masyarakat.
Melalui
tematik
diharapkan semua isu dan kebijakan dalam
pendidikan dapat bekerja secara holistik dan
terintegrasi dengan patut, bukan terkotak-kotak
dan steril seperti yang diungkap oleh John
Dewey sebagai cara mengajar tradisional yang
gagal merangkai potensi yang dimiliki siswa.
Siswa akan belajar lebih mudah apabila materi
pembelajaran dirancang dari yang mudah, dekat
dengan kontekstual dan dilakukan secara
terpadu terkait dengan aspek sosial-emosi,
kognitif dan fisik melalui tema-tema yang
sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Melalui tema proses pembelajaran akan
mengalir secara alamiah menyeluruh dan
melekat dengan pengalaman hidup siswa yang
nyata (Depdiknas, 2009: 13).
Sikap Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa
Melalui Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan
pembelajaran
tematik
merupakan inovasi bagi guru dalam
menginformasikan suatu bahasan kepada para
siswanya di kelas, kemudian membuat skenario
yang berhubungan dengan kebutuhan para
siswa sehingga terdapat hasil belajar yang
berorientasi pada keterampilan, berpikir kreatif
dan perubahan sikap. Aronowitz dan Henru A
Giroux dalam Imam Barnadib mengatakan
bahwa guru yang ideal adalah orang yang
memiliki
kemampuan
intelektual
yang
transformatif dan kalau pribadi guru dapat
dikembangkan secara ideal, pembaruan akan
dapat terus menerus dilakukan, (Barnadib,
1996: 49). Pembelajaran tematik akan
memberikan dampak positif bagi para siswa
yang akan dimanfaatkan oleh guru membantu
para siswa sesuai dengan taraf perkembangan
siswa, oleh karena itu sikap guru terhadap
pelaksanaan pembelajaran tematik berpengaruh
pada hasil belajar siswa, maka guru dapat
mencanangkan sesuai dengan pilar-pilar dalam
pendidikan yaitu bahwa belajar untuk
mengetahui (learning to know); belajar untuk
melakukan sesuatu (learning to do); belajar
menjadi seseorang (learning to be); dan belajar
menjadi kehidupan bersama (learning to live
together). (Hatimah, 2009: 3.11).
Sikap
mempengaruhi
pemikiran
pengalaman
seseorang
individu
dapat
bersumber dari : 1) desakan atau dorongan
didalam hati, 2) kebiasaan-kebiasaan yang
dikehendaki dan 3) pengaruh lingkungan yang
mengelilingi individu itu sendiri, sikap juga
dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya atau
pengaruh dari orang lain, misalnya seseorang
berasal dari Batak, di daerahnya selalu
mengikuti adat-istiadat atau budaya Batak,
manakala harus hidup di daerah Jawa, maka
orang tersebut mau tidak mau merubah
sikapnya harus seperti budaya Jawa.
Sikap mempunyai peranan di dalam polapola tingkah laku yang spesifik dan
digabungkan bersama-sama dengan reaksireaksi emosional. Kebanyakan pengalamanpengalaman individu adalah senang atau tidak
senang. Kepuasan atau kecemasan yang
menyertai suatu pengalaman yang spesifik
adalah penyesuaian perasaan dari mana
pengalaman dan keadaan sikap seseorang
individu diwujudkan. Kualitas sikap dapat
berubah
dalam
intensitasnya
dengan
memperkuat stimulasi, fisik, mental atau
keadaan emosi dari orang itu sendiri.
Kita tidak dilahirkan dengan dilengkapi
dengan sikap-sikap, akan tetapi sikap-sikap itu
tumbuh bersama-sama pengalaman yang kita
peroleh. Kesukaan kita pada jenis makanan
tertentu, minuman, permainan, pekerjaan,
musik atau seni yang telah dibina bertahuntahun sebagai suatu pengalaman yang
menyenangkan, sedang tidak adanya kesukaan
kita terhadap sesuatu penggabungan yang
mencemaskan dengan fase-fase tertentu dari
pengalaman kita. Sikap kita dihubungkan
dengan segala sesuatu yang oleh setiap orang
dikatakan tentang diri kita. Seseorang boleh
jadi cenderung karena berkesesuaian dengan
sikap kita dan yang lainnya tidak demikian,
melainkan sebaliknya. Yang pertamalah kita
cari dan yang terakhir sedapat mungkin kita
hindarkan.
Sikap itu tumbuh dan berkembang
sebagaimana terjadi pola-pola tingkah laku
yang bersifat mental dan emosi lainnya, sebagai
suatu bentuk rekayasa individu terhadap
lingkungannya. Seseorang juga berubah dalam
pola perkembangannya sebagaimana ia
menerima antara dia dan keluarganya, gurugurunya dan masyarakat pergaulannya, seperti
juga dari stimulasi-stimulasi sekitar yang lain.
Sikap memberikan kemungkinan yang
besar untuk suksesnya usaha seseorang
sebagaimana gagalnya suatu kehidupannya.
Sikap adalah suatu motivasi yang penting pada
tingkah laku dan mempengaruhi seluruh nilainilai kemanusiaan. Hasil yang setinggitingginya ialah apabila seseorang didorong oleh
sikapnya untuk melalui, meneruskan dan
menyempurnakan sesuatu rencana kerja lebih
baik daripada untuk mengesampingkan sesuatu
pekerjaan yang tidak disukainya. Sikap
membawa pekerjaannya berpengaruh terhadap
aktivitas-aktivitas yang sepatutnya. Sikap
mengarah pada berbagai ketepatan nilai-nilai
sosialnya. Jika seseorang individu dapat belajar
untuk melupakan dirinya dan menyediakan diri
kepada
siapa
yang
memerlukan
pertolongannya,
ia
telah
memperoleh
kepribadian yang karakteristik hal yang sangat
penting untuk merasa unggul terhadap
pekerjaan yang dikerjakannya atau terhadap
siapa ia bergaul, ia selalu mengusahakan agar
pekerjaannya itu sukses, demikian pula dalam
pergaulannya di masyarakat.
Sikap tidak hanya menentukan apa yang
akan dikerjakan seseorang tetapi juga cara yang
memuaskan baginya, oleh karena itu sikap
positif individu terhadap objek belajar akan
membawa kecenderungan individu untuk
VARIABEL BEBAS
VARIABEL TERIKAT
1. Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik
2. Sikap Kerja Guru SD
Hasil Belajar Siswa
Gambar 1.2 : Desain Penelitian
mengadakan pendekatan terhadap objek belajar,
sebaliknya sikap negatif individu terhadap
objek belajar membawa kecenderungan
individu untuk menghindar dari objek sikap,
oleh karena itu sikap positif melaksanakan
proses
pembelajaran
tematik
akan
menumbuhkan motivasi dalam bekerja sebagai
guru dan untuk mengembangkan karier sesuai
dengan harapan individu sebagai guru.
Desain Penelitian Pembelajaran Tematik
Pada penelitian ini mengandung unsur
deskriptif, artinya menggambarkan apa adanya
tentang suatu variabel, gejala atau keadaan
sebenarnya dalam waktu tertentu yang
penulisan laporannya dilakukan melalui suatu
data terdapat di dalam angket tentang keadaan
nyata sekarang atau sementara berlangsung
(Suharsimi, 1998: 234). Kegiatan dalam
penelitian ini yang akan diungkap adalah
pelaksanaan pembelajaran tematik, sikap kerja
guru dan hasil belajar siswa tingkat Sekolah
Dasar kelas 3 di Dinas Pendidikan Tingkat
Kecamatan Sidomukti Salatiga, yang dijadikan
sebagai variabel atau ubahan untuk dianalisis.
Penelitian ini mempunyai tiga variabel
yang dijadikan objek,
yaitu variabel
pelaksanaan pembelajaran terpadu, variabel
sikap kerja guru SD kelas 3 dan variabel hasil
belajar siswa SD kelas 3, sehingga desain atau
rancangan dari penelitian ini digambarkan
sebagai berikut: [Gambar 1.2]
Penelitian ini termasuk bersifat explanasi,
artinya berusaha menelaah dan menganalisis
hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain secara operasional atau sebagai studi
prediksi yang memperkirakan kemungkinan
munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain
yang
sudah
diketahui
sebelumnya
(Kontjaraningrat: 96).
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Berikut ini dijelaskan secara singkat
pengertian
dari
variable-variabel
pada
penelitian ini: (1) Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik. Pembelajaran tematik adalah suatu
pendekatan
pembelajaran
yang
menghubungkan berbagai mata pelajaran atau
menggabungkan sejumlah konsep dalam
beberapa mata pelajaran yang berbeda untuk
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan siswa secara serempak (simultan)
serta memahami sebagaimana memecahkan
suatu masalah yang dihadapi secara ilmiah; (2)
Sikap Kerja Guru SD. Sikap kerja guru adalah
pola perilaku, kesiapan antisipatif untuk
berinteraksi dalam bentuk membimbing,
memberi pembelajaran dan mengevaluasi hasil
pembelajaran siswa atau bentuk perbuatan
(action) yang bersumber dari desakan atau
dorongan hati yang dikehendaki sehingga
menimbulkan keinginan-keinginan dari suatu
stimulus; dan (3) Hasil Belajar. Hasil belajar
adalah sesuatu yang telah dicapai atau didapat
dalam bentuk penilaian setelah melaksanakan
proses pembelajaran yang dinyatakan agar
dapat memperoleh kemampuan mengerjakan
sesuatu,
menambah
pengetahuan
dan
meningkatkan kinerja.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah guru
kelas 3 yang mengajar pembelajaran tematik
sebanyak 20 orang dari 20 Sekolah Dasar (SD)
di Dinas Pendidikan Kecamatan Sidomukti
Salatiga, jadi satu sekolah sebagai subjek 1
orang guru kelas 3, sebab kelas tertinggi yang
melaksanakan pembelajaran tematik pada satu
sekolah hanya kelas 3. Untuk siswa akan
disampling sebanyak 30 siswa.
Sampel pada kegiatan penelitian sampling
hanya dilaksanakan sebagai uji coba instrumen
sebanyak 10 guru, 30 siswa dari 2 Sekolah
Dasar (SD). Pada penelitian akan disertakan
hasil belajar dari 30 siswa.
Pelaksanaan
Pembelajaran Tematik
X1
Hasil Belajar
Siswa
Y
Sikap Kerja Guru
X2
Gambar 2 : Model Penelitian
Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Antara Variabel Pelaksanaan
Pembelajaran Tematik dengan Hasil Belajar Siswa
n
r1-y
r1y-2
rtabel
20
0,434
0,46
0,444
Kerangka Berpikir
Pada kerangka pikir yang akan diungkap
adalah memprediksi hubungan antara variabel
secara kuantitatif dengan melibatkan beberapa
aspek perkembangan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru SD kelas 3, sehingga
dapat menampilkan peristiwa atau kegiatan
secara otentik dan ilmiah yang selanjutnya akan
menampakkan suatu proses penelitian yang
bermakna artinya materi penelitian yang
dirancang akan saling terkait dengan berbagai
bidang pembelajaran dan terkait dengan
penelitian-penelitian
terdahulu
arau
sebelumnya. Secara singkat dapat digambarkan
dengan model penelitian sebagai berikut:
[Gambar 2]
Dalam model penelitian ini ada tiga
variabel yang dijadikan objek penelitian yaitu :
pelaksanaan pembelajaran tematik yang
dinyatakan sebagai X1 dan sikap kerja guru
yang dinyatakan sebagai X2, serta hasil belajar
siswa yang dinyatakan sebagai Y, sehingga
paparan yang perlu dianalisis dalam penelitian
ini, mencakup: (1) Hubungan pelaksanaan
pembelajaran tematik terhadap hasil belajar
siswa. Maksudnya kegiatan yang dilaksanakan
oleh guru dalam bentuk eksplorasi melalui
pembelajaran
tematik
yang
materi
pembelajarannya dirancang akan saling terkait
dengan berbagai bidang mata pelajaran lain
sehingga siswa didorong berkolaborasi bersama
teman-temannya merefleksikan pembelajaran
dengan cara mereka sendiri dan siswa akan
menemukan pemahaman terhadap suatu konsep
yang berupa hasil pembelajaran; (2) Hubungan
sikap kerja guru terhadap hasil belajar siswa.
Maksudnya kegiatan guru yang berkenaan
dengan pengelolaan administrasi, interaksi
dengan siswa di luar kelas atau di dalam
sekolah, interaksi dengan teman-teman guru,
interaksi dengan kepala sekolah dan sebagai
manajerial berorganisasi sehingga senantiasa
dapat membimbing siswa, mengikuti kegiataan
saat guru memberikan berbagai informasi dan
siswa dapat bereksplorasi dengan lingkungan
sekolahnya bersama teman-temannya tanpa
bantuan orang tua.
Hasil Penelitian
Korelasi
antara
variabel
pelaksanaan
pembelajaran tematik terhadap hasil belajar
siswa.
Hasil analisis menunjukkan terdapat
koefisien korelasi antar variabel pelaksanaan
pembelajaran tematik (X1) terhadap hasil
belajar siswa (Y) sebesar = 0,434, kemudian
korelasi tersebut dikontrol oleh sikap kerja guru
(X2) didapatkan koefisien korelasi sebesar =
0,46, nilai r tabel untuk n = 20 pada taraf
signifikan 5 % adalah = 0,444, bila dibuat tabel
korelasi akan terlihat: [Tabel 1]
Pengaruh
pelaksanaan
pembelajaran
tematik terhadap hasil belajar siswa, bahwa
telah terdapat pengaruh yang positif dibuktikan
dengan hasil analisis pelaksanaan pembelajaran
tematik dapat meningkatkan pemahaman siswa
Tabel 2. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Antara
Sikap Kerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa
n
20
r2-y
0,224
R2y-1
0,384
Rtabel
0,444
Tabel 3
Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Antara
Pelaksanaan pembelajaran tematik dan Sikap Kerja Guru
terhadap Hasil Belajar Siswa
Sumber Variasi
JK
db
RK
F
Signifikansi
Regresi
33,988
2
16,994
1,996
0,166
Residu
144,720
17
8,513
Jumlah
178,708
19
secara positif tentang mata pelajaran yang
terkait dengan sub pokok bahasan lainnya,
besarnya hubungan ditentukan oleh koefisien
determinasi r = 0,434 maka r2 = 0,1883 atau
sebesar 18,83 % artinya meningkat atau
menurunnya hasil belajar 18,83 % dapat
dijelaskan oleh pelaksanaan pembelajaran
(Sudjana, 1996: 371). Selanjutnya perhitungan
korelasi antara pelaksanaan pembelajaran
tematik dengan hasil belajar siswa dikontrol
oleh sikap kerja guru terdapat hasil korelasi
positif, besarnya koefisien determinasi r2 =
0,2116 atau sebesar 21,16 % berarti sikap kerja
guru dapat mendukung hasil belajar siswa pada
pelaksanaan pembelajaran tematik sebesar
21,16 %.
Korelasi antara Variabel Sikap Kerja Guru
terhadap Hasil Belajar Siswa
Dari hasil analisis didapatkan koefisien
korelasi antara sikap kerja guru (X2) terhadap
hasil belajar siswa (Y) sebesar = 0,224 setelah
dikontrol
dengan
variabel
pelaksanaan
pembelajaran tematik (X1) didapatkan koefisien
sebesar = 0,384. Pada r tabel product moment n
= 20 signifikan 5 % = 0,444 bila dilihat dalam
tabel sebagai berikut: [Tabel 2]
Dari tabel di atas dalam menjawab
pertanyaan penelitian seberapa besar hubungan
atau pengaruh antara sikap kerja guru terhadap
hasil belajar siswa, bahwa terdapat hubungan
positif namun tidak signifikan artinya hasil
belajar siswa tidak saja ditentukan oleh sikap
guru yang mungkin ditentukan oleh faktor lain,
selanjutnya besarnya koefisien determinas r2 =
0,0501 atau sebesar 5% berarti meningkat atau
menurun hasil belajar siswa 5 % ditentukan
oleh sikap kerja guru.
Korelasi antara Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik dan Sikap Kerja Guru terhadap Hasil
Belajar Siswa.
Untuk mencari koefisien antara dua
variabel bebas dengan variabel terikat secara
bersama-sama dipergunakan analisis dua
prediktor, sehingga untuk menguji signifikansi
besarnya koefisien korelasi dilakukan dengan
menguji signifikansi besarnya koefisien F
regresi hasil analisis, maka dari hasil analisis
antara pelaksanaan pembelajaran tematik sikap
kerja guru terhadap hasil belajar siswa
didapatkan besarnya F regresi yaitu 1,996,
sedangkan skor F tabel untuk df pembilang 2
dengan N = 20 pada taraf signifikansi 5% =
3,49 dengan demikian nilai F hasil hitung lebih
kecil daripada nillai F tabel (1,996 < 3,49).
Berdasarkan aturan signifikansi nilai F yaitu
apabila F hitung lebih kecil dari nilai F tabel
maka tidak ada korelasi antara Y dengan X1
dan X2 atau antara hasil belajar siswa dengan
pelaksanaan pembelajaran tematik dan sikap
kerja guru meskipun terdapat hubungan yang
positif tapi tidak signifikan. Akan dibuat
ringkasan hasil perhitungan (analisis) regresi
melalui tabel: [Tabel 3]
Dari tabel di atas nilai F regresi yang lebih
kecil dari F tabel (1,996 < 3,49) tidak bisa
dijadikan suatu prediksi atau tidak berani
menggunakan prediktor nilai pelaksanaan
pembelajaran nilai sikap kerja guru untuk
memprediksikan hasil belajar siswa, persamaan
garis regresinya:
Tabel 4. Besarnya Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Variabel
Variabel / Prediktor
Pelaksanaan Pembelajaran
Tematik (X1)
Sikap Kerja Guru (X2)
Jumlah
Sumbangan Efektif
0,7%
Sumbangan Relatif
3,6%
18,3%
19,0%
96,4%
100%
Pelaksanaan
Pembelajaran
Tematik 0.7%
Sikap Kerja Guru ,
18.3%
Residual, 81%
Gambar 3: Diagram Sumbangan Efektif (SE) masing-masing variabel
Y = a + b1x1 + b2x2
Y = -30,335+22,926x1 + 0,258x2
Kemudian untuk menghitung
besarnya
peningkatan dan penurunan hasil belajar siswa
melalui dua prediktor dengan efektivitas, yaitu:
x 100% =
x 100 % = 0,190187 x
100 % = 19,01 % (Hadi, 1995: 44)
Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
Sebagai kelengkapan dalam menganalisis
data atau instrumen dalam penelitian ini
melalui regresi, maka perlu juga peneliti
menganalisis melalui sumbangan relatif (SR)
dan sumbangan efektif (SE) yang bermanfaat
untuk memperoleh kejelasan yang ditimbulkan
dari setiap prediktor yaitu X1 dan X2 terhadap
Y akan disajikan pada tabel berikut ini: [Tabel
4]
Dari tabel di atas bahwa pelaksanaan
pembelajaran tematik dapat mendukung hasil
belajar siswa sebesar = 0,7 % dan melalui
pelaksanaan pembelajaran tematik bahwa sikap
guru SD memberikan kontribusi terhadap hasil
belajar siswa sebesar = 18,3 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada pelaksanaan
pembelajaran tematik kedua variabel sebagai
prediktor berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa sebesar = 19,0 %.
Bila digambarkan besarnya sumbangan
efektif dari masing-masing variabel sebagai
prediktor terhadap keseluruhan efektifitas
prediksi adalah: [Gambar 3]
Keterangan: (1) Sumbangan Efektif (SE)
dukungan pelaksanaan pembelajaran tematik
terhadap hasil belajar siswa sebesar 0,7 %; (2)
Sumbangan Efektif (SE) dukungan sikap kerja
guru terhadap hasil belajar siswa sebesar 18,3
%; (3) Residual atau faktor-faktor lain dari
variabel lain yang mendukung hasil belajar
siswa pada pelaksanaan pembelajaran di
sekolah sebesar 81 %.
Selanjutnya analisis hubungan atau
korelasi dari antar variabel dapat digambarkan
sebagai berikut: [Gambar 4]
Keterangan: (1) Korelasi antara variabel
pelaksanaan pembelajaran tematik (X1)
terhadap variabel sikap kerja guru (X2)
mempunyai nilai koefisien sebesar = 0,517,
apabila dikonsultasikan dengan r tabel, n = 20
taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) = 0,444 berarti
hubungan ini positif dan signifikan (0,517 >
0,444); (2) Korelasi antara variabel pelaksanaan
pembelajaran tematik (X1) terhadap variabel
hasil belajar siswa (Y) terdapat koefisien
sebesar = 0,434 r tabel N 20 = 0,444 berarti
hubungan variabel positif namun tidak
X1
X2
0,517
SIKAP KERJA
GURU
0,224
0,434
PELAKSANAA
N
PEMBELAJARA
N TEMATIK
Y
HASIL
BELAJAR
SISWA
Gambar 4 : Koefisien Korelasi Antar Variabel
signifikan (0,434 < 0,444); (3) Korelasi antara
variabel sikap kerja guru (X2) terhadap hasil
belajar siswa (Y) terdapat koefisien sebesar =
0,224 r tabel = 0,44 berarti hubungan variabel
positif namun tidak signifikan (0,224 < 0,444);
(4) Korelasi antara pelaksanaan pembelajaran
tematik (X1) dan sikap kerja guru (X2) secara
bersama-sama terhadap hasil belajar siswa
mendapat koefisien sebesar 0,436, berarti
hubungan positif namun tidak signifikan (0,436
< 0,444).
Pembahasan
Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep
dapat
diartikan
sebagai
pendekatan
pembelajaran yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada para siswa, khususnya kelas
1, 2 dan 3 Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran
yang sifatnya tematik (integrated learning)
memberikan nuansa kepada para siswa untuk
terbiasa memandang dan mempelajari segala
peristiwa sebagai suatu kesatuan yang utuh
(holistik), oleh karena itu guru perlu memuat
rencana
pembelajaran
atau
skenario
pembelajaran
yang
berbasis
pada
memperhatikan karakteristik siswa yang akan
menghayati pengalaman guru, sikap kerja guru,
media pembelajaran, motivasi siswa untuk
belajar, kompetensi siswa, situasi dan kondisi
lingkungan belajar, sarana dan prasarana
sekolah, dukungan masyarakat sekolah,
dukungan lingkungan sekolah serta dana yang
tersedia, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini akan diungkap tentang
hubungan variabel pelaksanaan pembelajaran
tematik, sikap kerja guru dan hasil
pembelajaran para siswa, dari hasil pengolahan
data instrumen yang tersaji dalam penelitian ini
secara komunikatif dengan proses melalui
analisis komputer SPSS 17 maka didapatkan
hasil bahwa data telah memenuhi syarat
validitas, reliabilitas dan linieritas, melalui
analisis
korelasi
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran tematik telah memberikan
kontribusi sebesar 0,7% dan sikap kerja guru
terhadap hasil belajar siswa sebesar 18,3 %,
angka ini memang sangat kecil namun
mempunyai makna bahwa pembelajaran
tematik yang dilaksanakan oleh guru harus
senantiasa berkesinambungan, dalam porsi
penyajian pembelajaran tematik mencakup
beberapa pokok bahasan yang disajikan untuk
siswa kelas 3 yang relatif masih bersifat
kekanak-kanakkan.
Selanjutnya hubungan antara pelaksanaan
pembelajaran tematik terhadap hasil belajar
siswa yang mempunyai koefisien sebesar =
0,434 dan sikap kerja guru terhadap hasil
belajar siswa sebesar = 0,224 menunjukkan
adanya hubungan yang positif namun tidak
signifikan sehingga sulit untuk dijadikan
sebagai
variabel
prediksi,
pelaksanaan
pembelajaran tematik memang memerlukan
waktu yang panjang dalam membentuk dan
mengubah siswa agar mengerti, memahami dan
memaknai serta menterjemahkan sesuatu yang
terpisah menjadi satu kesatuan secara holistik.
Bagi siswa seusia kelas 3 SD dalam menjawab
pertanyaan pada pokok bahasan yang saling
berkaitan memerlukan pemikiran agak panjang,
sehinga pola jawaban cenderung belum
mengenai sasaran sesuai harapan guru.
Pola pertanyaan yang disampaikan guru
dalam suatu proses pembelajaran tematik akan
dijawab dengan benar oleh siswa jika para
siswa mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan pertanyaan tersebut, pertanyaan yang
disampaikan
secara
langsung
tanpa
mempertimbangkan pengetahuan siswa akan
cenderung jawabannya keluar dari konteks
yang ditanyatakan, suatu pertanyaan yang
cukup kompleks dapat dijawab oleh beberapa
siswa yang saling melengkapi jawaban atau
saling memberi tanggapan / komentar.
Penerapan keterampilan bertanya dalam
pembelajaran tematik harus mengikuti prinsip
tertentu agar hasil belajar siswa dapat dicapai
sesuai harapan guru. Kompetensi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik tidak saja
mengusai dan mendalami materi, tapi
keantusiasan, strategi dan acting guru untuk
mendorong
kesungguhan
siswa
dalam
menjawab setiap pertanyaan.
Pada saat penelitian berlangsung telah
dilaksanakan proses pembelajaran tematik yang
sifatnya memenuhi kebutuhan instrumen
penelitian, bukan berdasarkan proses rutinitas
atau pelaksanaan yang bersifat rutin, sehingga
memungkinkan terjadinya hubungan yang tidak
signifikan, namun bukan seperti dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik terdapat
kegagalan, karena penelitian bersifat sementara
dan belum memenuhi porsi penelitian dengan
waktu yang terus menerus, sehingga perlu
diadakan penelitian lebih lanjut. Secara
substansi baik proses penelitian maupun
pelaksanaan pembelajaran tematik telah
tercapai sinkronisasi, hal ini dibuktikan dengan
nilai pada APKG 1 dan APKG 2 mencapai ratarata 4 lebih yang berarti hampir 2 sampai 3
deskriptor nampak dan dalam kategori yang
baik.
Pada hakikatnya pelaksanaan pembelajaran
tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa
sebab formula yang disajikan terdapat interaksi
sosiokultural artinya saat siswa mulai
memasuki sekolah dasar (SD) proses
pembelajaran sesuai dengan budaya dan bahasa
ibu yang mereka anut dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, bukan hanya membantu
mensukseskan pembelajaran baca-tulis-hitung,
melainkan juga mampu memunculkan minat
bakat
beragam
yang
dimiliki
siswa,
menghadirkan pengalaman-pengalaman siswa
saat
mulai
belajar
membaca
yang
mempertemukan dengan budayanya sendiri
merupakan suatu kearifan dalam proses
pendidikan berdiversifikasi atau beragam.
Pembelajaran tematik merupakan suatu
pendekatan empiris yang melibatkan siswa
bereksplorasi dan berbagai gagasan siswa juga
didorong berkolaborasi bersama temantemannya dan merefleksikan pembelajaran
dengan
cara
mereka
sendiri,
siswa
diberdayakan
untuk
mampu
mengejar
kebutuhan belajar mereka sendiri melalui tematema yang dirancang secara bermakna.
Pada sikap kerja guru yang dikorelasikan
dengan hasil belajar siswa dinyatakan tidak
signifikan bukan berarti sikap kerja guru tidak
memberikan kontribusi terhadap hasrat belajar
siswa, sikap kerja guru ditelaah melalui
pengelolaan administrasi guru, interaksi dengan
teman sejawat dan sikap kerja guru sebesar
3,58 berarti hampir mendekati skor maksimum
yang berorientasi pada kondisi sangat baik.
Sikap kerja guru tumbuh dan berkembang
sebagaimana terjadi pola-pola tingkah laku
yang bersifat mental dan emosi lainnya dengan
kata lain kebermaknaan sikap kerja tertuang
pada
memberikan
motivasi,
membagi
pengalaman dan karakter yang bersifat
simpatik, toleransi dan bersahabat.
Jika dalam penelitian ini tidak ditemukan
signifikansi antara variabel bebas dengan
variabel terikat berarti tidak dapat dijadikan
landasan untuk mengadakan prediksi. Tidak
signifikansinya suatu garis regresi atau analisis
korelasi diinterpretasikan dari dua sebab,
pertama : memang antara kriterium dengan
prediktor-prediktornya tidak terdapat korelasi
yang signifikan. Kedua, sebenarnya antara
kriterium dan prediktor-prediktornya terdapat
korelasi yang signifikan, akan tetapi karena
jumlah kasus yang diselidiki tidak cukup
banyak, maka korelasi itu tidak dapat
ditemukan
dalam
perhitungan,
adanya
kemungkinan pada penelitian selanjutnya untuk
menyajikan kasus atau populasi yang cukup
banyak.
Kesimpulan
Inovasi pembelajaran tematik merupakan
pembaharuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang melibatkan beberapa konsep
dan mengaitkan beberapa konsep menjadi satu
pemahaman yang bermakna bagi para siswa
dan dapat mengobservasi di lingkungannya.
Peran inovasi pembelajaran tematik di era
modernisasi meribah peran pendidikan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas
peserta didik.
Dalam mengelola pembelajaran tematik,
upaya guru mencari peluang untuk berinovasi
tidak lepas dari peran serta teman sejawat,
sebab pembelajaran tematik yang melibatkan
antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lain akan melibatkan guru yang ahli di bidang
masing-masing dari mata pelajaran tersebut.
Mengadopsi berbagai pengetahuan untuk
inovasi pembelajaran tematik bukanlah
pekerjaan mudah, sebab paparan yang dapat
disesuaikan dengan tema atau bahasan perlu
fasilitas atau media untuk memperjelas sesuatu
hal menjadi krusial.
Sikap guru terhadap hasil belajar siswa
melalui pembelajaran tematik mempunyai
peranan penting dan spesifik, sehingga sikap
guru mempunyai kemungkinan yang besar
untuk suksesnya usaha seseorang sebagaimana
gagalnya suatu kehidupan, dan sikap adalah
suatu motivasi yang penting pada tingkah laku
dan
mempengaruhi
seluruh
nilai-nilai
kemanusiaan.
Dari hasil penelitian tahun 2010, terungkap
bahwa terdapat korelasi positif sebesar 18,83%
antara pelaksanaan pembelajaran tematik
terhadap hasil belajar siswa, artinya meningkat
atau menurunnya hasil belajar 18,3 % dapat
dijelaskan oleh pelaksanaan pembelajaran
tematik. Korelasi antara sikap kerja guru
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik sebesar 5%, artinya meningkat atau
menurunnya hasil belajar siswa 5 % ditentukan
oleh sikap kerja guru.
sehingga perlu mewujudkan bahwa proses
pembelajaran tematik merupakan agen yang
sarta dengan segala manfaatnya.
Sikap guru diharapkan memiliki kemampuan
profesional yang lebih baik, kompetensi yang
dituntut dari guru adalah memiliki kebiasaan
dan kemampuan alamiah dalam merancang,
melaksanakan, menemukan kelebihan dan
kelemahan dalam pembelajaran.
Saran-Saran
Pelaksanaan
pembelajaran
tematik
sebaiknya dapat dijadikan sebagai konsep
terjadinya perubahan baik pada unsur sikap
maupun perkembangan intelgensi para siswa,
struktur pembelajaran tematik hendaknya
membekali siswa berupa pengetahuan untuk
memahami, menerapkan dan menguasai ilmu
dan teknologi, mengingat adanya keterbatasan
media pembelajaran tematik dan keterbatasan
lain yang menjadikan lambatnya proses
pembelajaran tematik yang diinginkan,
Suharsimi Arikunto. 2007. Evaluasi Program
Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika Offset
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2010. Perencanan Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdikarya.
Asep
Herry
Hermawan
dkk.2008.
Pembelajaran Terpadu. Buku Materi
Pokok PDGK4205. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Denny Setiawan dkk. 2006. Komputer dan
Media Pembelajaran. Buku Materi Pokok
IDIK4403. Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdiknas. 2009. Model Pembelajaran Tematik
Kelas 3 Sekolah Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hartono. 1997. Hubungan Antara Kemampuan
Awal, Minat dan Sikap dengan Prestasi
Belajar Karawitan Mahasiswa Jurusan
Seni Tari FPBS IKIP Semarang.
Penelitian.
Ihat
Hatimah.
2009.
Pembelajaran
Berwawasan
Kemasyarakatan.
Buku
Materi Pokok PDGK4306. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Robert H Laurer. 1993. Perspectives on Social
Change, (Penerjemah Alimandan). Jakarta:
Prenada Media Group.
Sutrisno Hadi. 1995. Analisis
Yogyakarta, Andi Offset.
Regresi,
Sutan S Pohan. 2010.
Hubungan Antara
Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Dan
Sikap Kerja Guru Terhadap Hasil Belajar
Siswa Sekolah Dasar Kelas 3 di
Kecamatan Sidomukti Salatiga, Penelitian.
Piotr Sztompka. 2007. The Sociology of Social
Change,
(dialihbahasakan
oleh
Alimandan). Jakarta:
Group.
Prenada Media
Download