MENINGKATKAN KESADARAN GURU UNTUK BERUPAYA MELAKSANAKAN INOVASI PEMBELAJARAN TEMATIK Sutan Saribumi Pohan Dan Chairil Anwar Pohan [email protected] Abstract. When integrated learning process carried out by the teacher in the classroom, this will create an innovation process of learning the nuances of the renewal or change in learning new birth the opinions of the teacher, so the teacher in the learning curriculum is expected to have competence in accordance with the rules implementing integrated learning (thematic), means that the teacher is able to determine the suitability of the relationship between lessons to be taught with other subjects and can motivate students, guiding and training so that the students active, can increase the knowledge and understanding of the learning materials that are informed by the teacher. Competencies with the learning plan, design media, environmental surveys, and add insight to the experiences of teachers is an innovative integrated solution of the learning process (thematic). Management innovation integrated learning lies at the beginning of the learning activities, provide references, core activities (making a linked learning), the end of the learning activities and provide reinforcement. Teachers are expected to have a duty to love their students, can motivate and provide knowledge that can create the potential for students along their live. The implementation of an integrated learning can also determine the attitude of teachers working in schools, means activities related to teacher administration, interaction with students outside the classroom or in the classroom can always guide the students by providing a variety of information and explore their school environment with their friends without guidance parents. Increased awareness of teachers to innovate integrated learning based on the teacher's role and demonstrate creative thinking and design a variety of interesting themes that suit the needs of the students, that could make the learning fun and exciting. Integrated learning results can be grouped into two individual sections of the physiological factors which consist of interest, intelligence, aptitude, motivation, feelings and basic capabilities, external factors include the material to be learned, and instrumental environmental surveys such as movies, videos, liquid crystal display (LCD) and a computer. Keywords: Teacher Effort, Innovation, Integrated Learning (Thematic) Abstrak. Ketika proses pembelajaran terpadu dilaksanakan oleh guru di dalam kelas maka tercipta suatu inovasi proses pembelajaran yang bernuansa pada pembaharuan atau perubahan pembelajaran yang melahirkan pendapat-pendapat baru dari guru, sehingga dalam pembelajaran guru diharapkan memiliki kompetensi mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan kaidah pembelajaran terpadu (tematik), artinya guru mampu mengetahui kesesuaian hubungan antara pelajaran yang akan diajarkan dengan mata pelajaran lain dan dapat memotivasi siswa, membimbing serta melatih sehingga para siswa aktif, dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pembelajaran yang diinformasikan oleh guru. Kompetensi dengan merencanakan pembelajaran, merancang media, survey lingkungan, dan menambah wawasan pengalaman bagi guru merupakan inovasi solusi dari proses pembelajaran terpadu (tematik). Pengelolaan inovasi pembelajaran terpadu terletak pada kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan, kegiatan inti (membuat kaitan pembelajaran), kegiatan akhir dan memberi penguatan. Guru diharapkan mempunyai tugas untuk menyayangi anak didiknya, dapat memotivasi dan memberi pengetahuan sehingga dapat menciptakan potensi pada anak didik yang dimiliki sepanjang hayat. Pelaksanaan pembelajaran terpadu juga dapat menentukan sikap kerja guru di sekolah, artinya kegiatan guru yang berkaitan dengan pengelolaan administrasi, interaksi dengan siswa di luar kelas atau di dalam kelas senantiasa dapat membimbing siswa dengan memberikan berbagai informasi dan bereksplorasi dengan lingkungan sekolah bersama teman-temannya tanpa bimbingan orang tua. Peningkatan kesadaran guru untuk melakukan inovasi pembelajaran terpadu didasari oleh peran guru untuk berpikir kreatif dan mendemonstrasikan serta merancang berbagai tema yang menarik sesuai kebutuhan siswa, sehingga terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan. Hasil pembelajaran terpadu dapat dikelompokan menjadi dua bagian dari dalam individu yaitu faktor fisiologi terdiri dari minat, intelegensi, bakat, motivasi, perasaan dan kemampuan dasar, faktor dari luar meliputi bahan yang harus dipelajari, survey lingkungan dan instrumental seperti film, video, liquid crystal display (LCD) dan komputer. Kata kunci: Upaya Guru, Inovasi, Pembelajaran Terpadu (Tematik) Inovasi adalah mendapatkan atau melakukan sesuatu hal yang baru dengan mendapatkan paham-paham baru yang selanjutnya bermuara pada pembaharuan atau perubahan secara baru pada kaitannya pembaharuan dalam pembelajaran (Echoes, 2010: 323), sesuatu hal yang baru mungkin sudah ada di tempat lain tetapi tidak merubah pengaruhnya terhadap individu atau kelompok yang menemukannya dan yang membayangkan sebagai sesuatu yang baru, sehingga ada beberapa penyebaran dan penerimaan inovasi yaitu : komunikasi dalam berinovasi, terjadinya proses penyebaran dan penerimaannya serta aspek waktu (Lauer, 1993: 228). Roger dalam Robert H Lauer mengemukakan bahwa 4 ciri yang dibayangkan oleh penerima inovasi, antara lain: (1) Inovasi akan dapat meningkatkan keuntungan relatif atas situasi yang ada atau sebaliknya, karena inovasi kurang diminati, misalnya mempertahankan hal-hal yang tradisional dianggap lebih baik; (2) Kecocokan atau relevan dengan nilai-nilai dan kebutuhan yang ada, misalnya program Keluarga Berencana (KB) dapat diterima bila ada pembuktian dapat menciptakan keluarga yang sejahtera, tetapi tidak diterima karena ada pemikiran pembatasan kelahiran yang bertentangan dengan agama (mengutuk pengendalian kelahiran dengan sengaja); (3) Beberapa inovasi dibayangkan sukar dipahami dan digunakan, misalnya penduduk di pedesaan lebih baik memasak dengan kayu dibandingkan menggunakan gas, karena harga gas mahal, dan kayu mudah dicari; (4) Inovasi bisa diterima apabila diketahui keberhasilan setelah melalui uji coba, misalnya penggunaan pupuk oleh petani, apabila cocok dengan tanaman, maka pupuk tersebut diminati oleh para petani setelah memberi keberhasilan panen, melalui uji coba. Inovasi pembelajaran tematik atau terpadu merupakan pembaharuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang melibatkan konsep dan mengkaitkan beberapa konsep menjadi satu pemahaman yang bermakna bagi siswa dan lingkungannya, walaupun suatu konsep dapat diinformasikan dengan berbagai cara, yang pelaksanaannya tidak lepas dari teori atau panduan yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan dan kurikulum. Pada saat ini ada beberapa model dalam pembelajaran tematik antara lain: (1) Fragmented, pembelajaran satu arah tidak terkait dan terkotak-kotak; (2) Connected, menelaah satu bidang studi yang dirancang saling berhubungan mulai dari topik ke konsep; (3) Nested, suatu tema atau unit dikaitkan dengan kecakapan sosial siswa; (4) Sequenced, materi dibingkai dengan konsep yang sama dan saling terkait, tema-tema antara dua bidang mata pelajaran dirancang sehingga sejajar; (5) Webbed, dari sebuah tema dapat memadukan berbagai mata pelajaran sehingga cakupannya saling terkait antar konsep, ide dan gagasan. (Depdiknas, 2009: 8). Biasanya yang sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah model connected dan webbed, yang akan digali dari pembelajaran tematik merupakan cara berpikir siswa atau mencerdasakan para siswa untuk mengaplikasikan pemecahan masalah dari berbagai segi, sehingga siswa dapat mengetahui berbagai hal secara kompleks dan dapat menganalisis dari berbagai pokok bahasan, siswa akan diperkaya oleh berbagai ilmu pengetahuan (tema) yang bermakna sesuai dengan konsep prinsip keterpaduan, pembelajaran terpadu (tematik) yang cakupannya untuk memahami satu konsep atau tema, bila guru dapat berupaya melaksanakan inovasi dalam pembelajaran terpadu (tematik) maka akan dapat memberikan pengetahuan yang dapat diserap oleh para siswa, suatu tema dapat dianalisis dari berbagai aspek sehingga dapat diketahui secara menyeluruh terhadap kehidupan siswa sehari-hari. Peranan inovasi di era dunia modern menuntut peran dan fungsi pendidikan beralih untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas peserta didik yang memungkinkan untuk bersaing di even-event internasional bidang pendidikan seperti olimpiade sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri, menjunjung nama negara. (Hatimah, 2009: 236). Apabila konsep pembelajaran tematik dikaitkan dengan evaluasi hasil pembelajaran siswa, maka dapat dikatakan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan implementasi dari suatu kebijakan yang prosesnya berkesinambungan, terwujudnya pembelajaran yang menyenangkan dan sebagai pengukur bagi guru dari faktor fisiologi yang terdiri dari minat, intelegensi, bakat, motivasi, perasaan dan kemampuan dasar. Sedangkan faktor dari luar meliputi bahan yang harus dipelajari, survey lingkungan dan instrumental seperti film, video, liquid crystal display dan komputer. Pembelajaran tematik bukan merupakan kegiatan tunggal yang dapat memecahkan beberapa fenomena dari satu konsep, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan, oleh karena itu evaluasi pembelajaran tematik berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Kurikulum pembelajaran tematik penyusunannya dari Kementerian Pendidikan Nasional, sedangkan penjabaran dari kurikulum tersebut disesuaikan dengan program pembelajaran yang dibuat oleh guru, baik melalui pelatihan (penataran) maupun melalui kegiatan kerja kelompok guru atau KKG. Komponen pembelajaran tematik merupakan konsep yang saling terkait dengan teori pembelajaran yang lain sehingga realisasi pembelajarannya dirancang dengan cermat dan teliti. Untuk menentukan tinggi rendahnya nilai hasil belajar ditentukan oleh kecepatan reaksi, daya kritis siswa, ketepatan menganalisis, mengidentifikasi indikator, dan kecerdasan siswa. Guru sebagai evaluator harus:1) memiliki kemampuan teori dan keterampilan praktik. 2) cermat atau dapat melihat detail dari tema yang akan dievaluasi. 3) objektif tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi. 4) sabar dan tekun dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan, menyusun instrumen dan mengumpulkan data tidak gegabah dan tergesa-gesa. 5) hati-hati dan bertanggung jawab yaitu melakukan pekerjaan dengan penuh pertimbangan dan berani menanggung resiko atas segala kesalahan.Sehingga guru harus mempunyai kompetensi dan pengalaman sebagai penunjang dalam proses pembelajaran tematik. (Suharsimi, 2007: 9). Pembahasan dalam tulisan ini difokuskan pada : 1) pengelolaan inovasi pembelajaran tematik, 2) sikap guru terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran tematik (hasil penelitian). Pengelolaan Inovasi Pembelajaran Tematik Langkah awal proses pembelajaran bagi guru adalah membuat perencanaan pembelajaran yang berisi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir serta tindak lanjut (penguatan) kemudian me-manage siswa dengan berbagai cara: (1) Membuat kelompok berdasarkan rencana tugas (Task planning groups); (2) Membuat kelompok berdasarkan adanya persamaan jenjang tugas (Teaching Groups); (3) Membuat kelompok 4-5-6 siswa duduk mengelilingi satu meja (Seating Groups); (4) Membuat kelompok berdasarkan kegiatan yang saling terkait antara kelompok yang satu dengan yang lainnnya (Joint Learning Groups); (5) Membuat kelompok berdasarkan kerjasama tiap individu yang hasil tugasnya dapat diaplikasikan dalam proses belajar bersama (Collaborative groups). (Majid, 2011: 112). Inovasi pembelajaran tematik merupakan perkembangan konsep dan media atau ide baru dari guru sehingga akan terjadi interaksi yang menarik atau lebih indah antara guru dan para siswa, menurut Roger dalam Robert Laurer inovasi akan diterima dengan baik apabila mengandung unsur : 1) adanya komunikasi artinya penyebaran informasi melalui proses pembelajaran akan terdapat interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa sehingga akan melahirkan atau menerbitkan pengetahuan baru dan dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. 2) sistem sosial, artinya para siswa sebagai individu yang berbeda karakter, sosial, ekonomi dan kompetensinya terlibat dalam proses pembelajaran terpadu (tematik) yang menyelesaikan berbagai masalah secara kolektif berdasarkan suatu norma, etika dan peraturan secara kolektif, penyelesaian sesuai dengan instruksi guru. 3) aspek waktu, artinya inovasi akan dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan jaman dan cenderung melahirkan perubahan-perubahan sesuai ide baru di saat proses pembelajaran sehingga dalam kurun waktu tertentu para siswa dapat menyadari, tertarik, menerima, mencoba dan menilai (Lauer, 1993: 228). Komunikasi guru dalam menginformasikan bahan ajar atau suatu tema mutlak diperlukan, sehingga tidak akan terjadi banyak pembicaraan tetapi sedikit pengetahuan yang terdapat, ungkapan penyampaian pengetahuan harus dilakukan oleh guru sebagai upaya mengubah pola tindakan para siswa sebagai pendengar, penghapal, dan pencatat, peneliti, penulis dan pengarang yang mengandalkan berbagai kreativitas yang dilakukan guru dan siswa yang akan mengevaluasi. Komitmen guru untuk mengadakan inovasi pembelajaran tematik merupakan salah satu peningkatan kompetensi guru dan peningkatan sumber daya manusia, secara rasional artinya mencari cara terbaik dan benar untuk berkomunikasi dengan para siswa sebab siswa sebagai subjek belajar dapat menguasai materi dengan menggunakan pengalaman langsung sehingga siswa dapat mengetahui konsep secara konkret dari pemecahan berbagai masalah berupa konsep yang abstrak. Penggunaan media pembelajaran sebagai sarana penunjang bagi guru dalam menginformasikan suatu tema sangat diperlukan, sebab media pembelajaran dapat menciptakan kegairahan dalam belajar, keaktifan dan membuat kreativitas belajar bagi para siswa. Media adalah alat bantu untuk mengkomunikasikan suatu tema sehingga paparan yang dibahas menjadi jelas dan bermakna, misalnya guru menanyakan gambar seseorang membuang sampah di sungai, sehingga aliran sungai tersumbat sampai yang akhirnya mengakibatkan terjadi banjir, kemudian guru memperagakan cara membuang sampah pada tempatnya yang mengakibatkan bersihnya lingkungan, ilustrasi pemeliharaan lingkungan yang disajikan guru dapat bermakna bila terjadi perubahan tingkah laku dari peserta didik. Dengan penggunaan media sebagai alat bantu pada tematik diharapkan para siswa mampu menghayati pengetahuan secara universal, para siswa dituntun aktif bepartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, seperti kunjungan lapangan, kelompok kerja, membuat laporan dan membuat rencana kerja. Peran guru dalam pembelajaran model tematik sebagai sutradara dapat memberi transmisi pengetahuan yang didasari oleh: 1) pengetahuan guru haruslah lebih dari cukup demikian juga dengan teknik-teknik penyampaiannya, berarti inisiatif dan keaktifan terletak pada guru, disiplin yang diterapkan oleh guru yang semula eksternal berkembang ke internal yang selanjutnya berubah menjadi disiplin yang disadari. 2) kemampuan guru tumbuh didasari pada pengetahuan ilmu dan keterampilan, dalam hal ini tugas utama guru adalah berkewajiban untuk mengarahkan. 3) pengembangan kemampuan berpikir kritis menjadi intelektualitas sebagai perwujudan dari profesionalisme dari guru (Barnadib, 1996: 38). Pembelajaran model tematik mengarahkan para siswa pada sikap bebas menentukan pendapat secara terarah (liberty), menciptakan kebersamaan dalam memecahkan fenomena pembelajaran (equality) dan mencapai hasil yang gemilang. Upaya guru mencari peluang untuk berinovasi tidak lepas dari peran serta teman sejawat, sebab pembelajaran tematik yang melibatkan antar-satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain akan melibatkan guru yang ahli di bidang masing-masing dari mata pelajaran tersebut. Partisipasi aktif dari para guru di sekolah merupakan idealitas dalam peningkatan sumber sumber daya manusia melalui kontak sosial, sehingga model pembelajaran tematik akan terlihat berkualitas yang berdampak pada peningkatan pengetahuan bagi para siswa sebagai subjek belajar. Dalam kesadaran upaya berinovasi pada proses pembelajaran tematik merupakan produk memberi pengalaman belajar yang bermakna bagi para siswa, ada dua hal upaya inovasi agar dapat mencapai peringkat yang diinginkan, yaitu: 1) memperbaiki dan mengembangkan kompetensi atau kemampuan guru sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dan secara umum meningkatkan kualitas pendidikan, serta menunjukkan profesionalitas guru. 2) memperbaiki dan mengembangkan tata kelola di kelas saat proses pembelajaran dan tata kelola sekolah antara lain kegiatan akademik guru-guru, hubungan antar personal, administrasi guru, pengaturan tempat belajar dan tempat bermain siswa, serta pengelolaan administrasi keuangan. Proses pembelajaran tematik yang berkembang lebih banyak tertuju pada hak dan kepentingan individu dengan memberikan pengalaman belajar bagi para siswa secara kolektif akan memberikan kemampuan untuk berbuat musyawarah dan mufakat dalam mengambil keputusan dalam menentukan sesuatu hal. Walaupun dalam suatu opini teori penyajian mata pelajaran karena bersifat artifisial atau pengalaman belajar yang dibuatbuat, (Hermawan, 2008:1.1), namun bila diselenggarakan untuk membangun kreativitas siswa maka terwujud berpikir kritis bagi para siswa dan melatih siswa dapat menganalisis melalui obervasi terhadap sesuatu yang dilaksanakan baik secara individu atau secara kelompok. Telaah pembelajaran tematik merupakan upaya memfasilitasi para siswa memperluas wawasan dan menemukan jawaban atas peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara ilmiah. Pada pembelajaran tematik pemanfaatan berbagai sumber belajar dilakukan secara responsif artinya tanggap dan dapat mengenali beragam aspek serta dapat mengungkap atau menganalisis yang dilihat sehingga dapat merancang proses pembelajaran diakhiri dengan suatu kesimpulan dalam mengambi keputusan, misalnya siswa melihat taman bunga di halaman sekolahnya, bila guru memberi perintah, apa yang bisa para siswa ungkap tentang bunga yang ada di halaman sekolah anda? Maka akan terdapat beberapa ungkapan secara tematik, ada yang mencatat bahwa dalam aspek bahasa bunga melambangkan keindahan dan rasa cinta kasih terhadap sesama, dari aspek Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bunga diidentifikasikan terwujudnya hal-hal yang menyenangkan dan mengasyikan, dari aspek Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diidentifikasikan bagian-bagian atau struktur tubuh bunga dan seterusnya. Dalam proses pembelajaran tematik guru diarahkan pada sifat transformatif yaitu memilih kemampuan mentransfer pengetahuan yang telah dideskripsikan melalui berbagai media seperti buku, diktat, atau yang lainnya (Barnadib, 1996: 62). Apabila guru yang mengajar proses pembelajaran dengan model tematik akan memilih keyakinan diri, peka pada struktur sosial siswa, mengetahui dan dapat memanfaatkan kondisi lingkungan sekolah yang sewaktu-waktu dapat dijadikan sumber belajar. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada para siswa melainkan membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar, cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengajar yang dapat menjadikan informasi yang diterima oleh siswa menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar (Hatimah, 2009: 1.23). Ide yang banyak bagi guru sangat diharapkan dalam menterjemahkan kesempatan yang tertera pada kurikulum, sehingga materi yang dikembangkan oleh guru dapat dipahami secara baik oleh para siswa, selanjutnya merupakan ide sentral dalam perubahan atau inovasi budaya belajar bagi para siswa. Inovasi proses pembelajaran tematik bukan hanya menterjemahkan atau menghubungkan berbagai mata pelajaran dari aspek pengetahuan yang terkandung dalam berbagai isi (content) bidang pembelajaran (IPA, Matematika, IPS, Bahasa, PPKn) tetapi juga perlu diinformasikan tentang bahaya narkoba, perbuatan korupsi, sakit hati, merasa terhina, dan minuman alkohol (mabuk-mabukan), guru akan berperan sebagai psikolog, dapat memberi pandangan atau gambaran, ketika anak masih kecil kemudian yang akan beranjak menjadi seorang remaja sehingga adanya tantangan bagi kaum remaja mengarungi kehidupn di era informasi dan teknologi, yang jelas akan lebih kompleks baik dalam memenuhi kebutuhan, beradaptasi dengan lingkungan dan berhubungan atau bergumul (pergaulan) sesama remaja. Pembelajaran tematik akan diarahkan pada upaya membuat ilustrasi (cerita) misalnya tentang bahaya narkoba atau merokok baik 1 2 3 4 Awal Perubahan Selektif dan Penyaringan Perubahan Penyebaran Perubahan Legitimasi Perubahan Pribadi atau Kolektif Menolak atau Menerima Mengimbangi atau Menguatkan Gambar 1 melalui Liquid Crystal Display (LCD) atau film. Dalam ide-ide sentral tentang pendidikan dikembangkan teori rekonstruksianisme artinya agar pendidikan menumbuhkan asas kooperatif dalam berbagai kehidupan, terutama dalam bidang ekonomi sehingga pendidikan yang dikehendaki dapat menjadi peluang bagi subjek didik uantuk merealisasikan dirinya secara wajar (Barnadib, 1996: 45). Pada setiap proses inovasi akan terdapat empat tahap, begitu pula pada upaya inovasi pembelajaran tematik sebagai berikut: [Gambar 1] Keterangan: (1) Pada awalnya inovasi itu masih tahap milik pribadi/individu berupa ide, gagasan dan masih tersimpan dalam pemikiran atau benak lubuk hati guru; (2) Melalui ceramah, mengajar, berupa tulisan (makalah, artikel, majalah, buku) inovasi mulai terpublikasi yang berarti berdampak sosial ada yang menerima dan ada yang menghalangi, kemudian inovasi diterima secara selektif mengalami penyaringan untuk dimodifikasi menjadi bahan pembelajaran; (3) Dari beberapa agen perubahan (guru, penulis, peneliti, praktisi) inovasi disebarluaskan karena mempunyai kebermaknaan terhadap kehidupan masyarakat atau di lingkungan sekolah, karena inovasi dapat memberi keseimbangan dan penguatan dalam pola perilaku baru yang lebih mampu mewujudkan tujuan utama ketimbang pola perilaku lama; dan (4) Jika inovasi berhasil dan secara realitas berimplikasi dapat membangun, sebagai sinergi menggapai pengetahuan, (teknologi dan informasi), dan dapat mempengaruhi masyarakat dalam jangka panjang, norma, nilai dan institusi mengalami perubahan akan mendapat pengakuan, penerimaan atau dukungan positif dari masyarakat. (Sztompka, 2007: 300). Mengadopsi berbagai pengetahuan (berbagai bahasan) untuk menciptakan informasi pembelajaran tematik bukanlah pekerjaan mudah, sebab paparan yang dapat disesuaikan dengan tema atau bahasan perlu fasilitas atau media unuk memperjelas sesuatu hal menjadi krusial, bahwa bahasan yang disajikan akan merubah sikap hidup atau perilaku hidup bertujuan mencapai kesejahteraan para siswa sebagai salah satu anggota masyarakat. Melalui tematik diharapkan semua isu dan kebijakan dalam pendidikan dapat bekerja secara holistik dan terintegrasi dengan patut, bukan terkotak-kotak dan steril seperti yang diungkap oleh John Dewey sebagai cara mengajar tradisional yang gagal merangkai potensi yang dimiliki siswa. Siswa akan belajar lebih mudah apabila materi pembelajaran dirancang dari yang mudah, dekat dengan kontekstual dan dilakukan secara terpadu terkait dengan aspek sosial-emosi, kognitif dan fisik melalui tema-tema yang sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari. Melalui tema proses pembelajaran akan mengalir secara alamiah menyeluruh dan melekat dengan pengalaman hidup siswa yang nyata (Depdiknas, 2009: 13). Sikap Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Tematik Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan inovasi bagi guru dalam menginformasikan suatu bahasan kepada para siswanya di kelas, kemudian membuat skenario yang berhubungan dengan kebutuhan para siswa sehingga terdapat hasil belajar yang berorientasi pada keterampilan, berpikir kreatif dan perubahan sikap. Aronowitz dan Henru A Giroux dalam Imam Barnadib mengatakan bahwa guru yang ideal adalah orang yang memiliki kemampuan intelektual yang transformatif dan kalau pribadi guru dapat dikembangkan secara ideal, pembaruan akan dapat terus menerus dilakukan, (Barnadib, 1996: 49). Pembelajaran tematik akan memberikan dampak positif bagi para siswa yang akan dimanfaatkan oleh guru membantu para siswa sesuai dengan taraf perkembangan siswa, oleh karena itu sikap guru terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka guru dapat mencanangkan sesuai dengan pilar-pilar dalam pendidikan yaitu bahwa belajar untuk mengetahui (learning to know); belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do); belajar menjadi seseorang (learning to be); dan belajar menjadi kehidupan bersama (learning to live together). (Hatimah, 2009: 3.11). Sikap mempengaruhi pemikiran pengalaman seseorang individu dapat bersumber dari : 1) desakan atau dorongan didalam hati, 2) kebiasaan-kebiasaan yang dikehendaki dan 3) pengaruh lingkungan yang mengelilingi individu itu sendiri, sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya atau pengaruh dari orang lain, misalnya seseorang berasal dari Batak, di daerahnya selalu mengikuti adat-istiadat atau budaya Batak, manakala harus hidup di daerah Jawa, maka orang tersebut mau tidak mau merubah sikapnya harus seperti budaya Jawa. Sikap mempunyai peranan di dalam polapola tingkah laku yang spesifik dan digabungkan bersama-sama dengan reaksireaksi emosional. Kebanyakan pengalamanpengalaman individu adalah senang atau tidak senang. Kepuasan atau kecemasan yang menyertai suatu pengalaman yang spesifik adalah penyesuaian perasaan dari mana pengalaman dan keadaan sikap seseorang individu diwujudkan. Kualitas sikap dapat berubah dalam intensitasnya dengan memperkuat stimulasi, fisik, mental atau keadaan emosi dari orang itu sendiri. Kita tidak dilahirkan dengan dilengkapi dengan sikap-sikap, akan tetapi sikap-sikap itu tumbuh bersama-sama pengalaman yang kita peroleh. Kesukaan kita pada jenis makanan tertentu, minuman, permainan, pekerjaan, musik atau seni yang telah dibina bertahuntahun sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan, sedang tidak adanya kesukaan kita terhadap sesuatu penggabungan yang mencemaskan dengan fase-fase tertentu dari pengalaman kita. Sikap kita dihubungkan dengan segala sesuatu yang oleh setiap orang dikatakan tentang diri kita. Seseorang boleh jadi cenderung karena berkesesuaian dengan sikap kita dan yang lainnya tidak demikian, melainkan sebaliknya. Yang pertamalah kita cari dan yang terakhir sedapat mungkin kita hindarkan. Sikap itu tumbuh dan berkembang sebagaimana terjadi pola-pola tingkah laku yang bersifat mental dan emosi lainnya, sebagai suatu bentuk rekayasa individu terhadap lingkungannya. Seseorang juga berubah dalam pola perkembangannya sebagaimana ia menerima antara dia dan keluarganya, gurugurunya dan masyarakat pergaulannya, seperti juga dari stimulasi-stimulasi sekitar yang lain. Sikap memberikan kemungkinan yang besar untuk suksesnya usaha seseorang sebagaimana gagalnya suatu kehidupannya. Sikap adalah suatu motivasi yang penting pada tingkah laku dan mempengaruhi seluruh nilainilai kemanusiaan. Hasil yang setinggitingginya ialah apabila seseorang didorong oleh sikapnya untuk melalui, meneruskan dan menyempurnakan sesuatu rencana kerja lebih baik daripada untuk mengesampingkan sesuatu pekerjaan yang tidak disukainya. Sikap membawa pekerjaannya berpengaruh terhadap aktivitas-aktivitas yang sepatutnya. Sikap mengarah pada berbagai ketepatan nilai-nilai sosialnya. Jika seseorang individu dapat belajar untuk melupakan dirinya dan menyediakan diri kepada siapa yang memerlukan pertolongannya, ia telah memperoleh kepribadian yang karakteristik hal yang sangat penting untuk merasa unggul terhadap pekerjaan yang dikerjakannya atau terhadap siapa ia bergaul, ia selalu mengusahakan agar pekerjaannya itu sukses, demikian pula dalam pergaulannya di masyarakat. Sikap tidak hanya menentukan apa yang akan dikerjakan seseorang tetapi juga cara yang memuaskan baginya, oleh karena itu sikap positif individu terhadap objek belajar akan membawa kecenderungan individu untuk VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT 1. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik 2. Sikap Kerja Guru SD Hasil Belajar Siswa Gambar 1.2 : Desain Penelitian mengadakan pendekatan terhadap objek belajar, sebaliknya sikap negatif individu terhadap objek belajar membawa kecenderungan individu untuk menghindar dari objek sikap, oleh karena itu sikap positif melaksanakan proses pembelajaran tematik akan menumbuhkan motivasi dalam bekerja sebagai guru dan untuk mengembangkan karier sesuai dengan harapan individu sebagai guru. Desain Penelitian Pembelajaran Tematik Pada penelitian ini mengandung unsur deskriptif, artinya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan sebenarnya dalam waktu tertentu yang penulisan laporannya dilakukan melalui suatu data terdapat di dalam angket tentang keadaan nyata sekarang atau sementara berlangsung (Suharsimi, 1998: 234). Kegiatan dalam penelitian ini yang akan diungkap adalah pelaksanaan pembelajaran tematik, sikap kerja guru dan hasil belajar siswa tingkat Sekolah Dasar kelas 3 di Dinas Pendidikan Tingkat Kecamatan Sidomukti Salatiga, yang dijadikan sebagai variabel atau ubahan untuk dianalisis. Penelitian ini mempunyai tiga variabel yang dijadikan objek, yaitu variabel pelaksanaan pembelajaran terpadu, variabel sikap kerja guru SD kelas 3 dan variabel hasil belajar siswa SD kelas 3, sehingga desain atau rancangan dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut: [Gambar 1.2] Penelitian ini termasuk bersifat explanasi, artinya berusaha menelaah dan menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain secara operasional atau sebagai studi prediksi yang memperkirakan kemungkinan munculnya suatu gejala berdasarkan gejala lain yang sudah diketahui sebelumnya (Kontjaraningrat: 96). Definisi Operasional Variabel Penelitian Berikut ini dijelaskan secara singkat pengertian dari variable-variabel pada penelitian ini: (1) Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa secara serempak (simultan) serta memahami sebagaimana memecahkan suatu masalah yang dihadapi secara ilmiah; (2) Sikap Kerja Guru SD. Sikap kerja guru adalah pola perilaku, kesiapan antisipatif untuk berinteraksi dalam bentuk membimbing, memberi pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa atau bentuk perbuatan (action) yang bersumber dari desakan atau dorongan hati yang dikehendaki sehingga menimbulkan keinginan-keinginan dari suatu stimulus; dan (3) Hasil Belajar. Hasil belajar adalah sesuatu yang telah dicapai atau didapat dalam bentuk penilaian setelah melaksanakan proses pembelajaran yang dinyatakan agar dapat memperoleh kemampuan mengerjakan sesuatu, menambah pengetahuan dan meningkatkan kinerja. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah guru kelas 3 yang mengajar pembelajaran tematik sebanyak 20 orang dari 20 Sekolah Dasar (SD) di Dinas Pendidikan Kecamatan Sidomukti Salatiga, jadi satu sekolah sebagai subjek 1 orang guru kelas 3, sebab kelas tertinggi yang melaksanakan pembelajaran tematik pada satu sekolah hanya kelas 3. Untuk siswa akan disampling sebanyak 30 siswa. Sampel pada kegiatan penelitian sampling hanya dilaksanakan sebagai uji coba instrumen sebanyak 10 guru, 30 siswa dari 2 Sekolah Dasar (SD). Pada penelitian akan disertakan hasil belajar dari 30 siswa. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik X1 Hasil Belajar Siswa Y Sikap Kerja Guru X2 Gambar 2 : Model Penelitian Tabel 1. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Antara Variabel Pelaksanaan Pembelajaran Tematik dengan Hasil Belajar Siswa n r1-y r1y-2 rtabel 20 0,434 0,46 0,444 Kerangka Berpikir Pada kerangka pikir yang akan diungkap adalah memprediksi hubungan antara variabel secara kuantitatif dengan melibatkan beberapa aspek perkembangan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru SD kelas 3, sehingga dapat menampilkan peristiwa atau kegiatan secara otentik dan ilmiah yang selanjutnya akan menampakkan suatu proses penelitian yang bermakna artinya materi penelitian yang dirancang akan saling terkait dengan berbagai bidang pembelajaran dan terkait dengan penelitian-penelitian terdahulu arau sebelumnya. Secara singkat dapat digambarkan dengan model penelitian sebagai berikut: [Gambar 2] Dalam model penelitian ini ada tiga variabel yang dijadikan objek penelitian yaitu : pelaksanaan pembelajaran tematik yang dinyatakan sebagai X1 dan sikap kerja guru yang dinyatakan sebagai X2, serta hasil belajar siswa yang dinyatakan sebagai Y, sehingga paparan yang perlu dianalisis dalam penelitian ini, mencakup: (1) Hubungan pelaksanaan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa. Maksudnya kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dalam bentuk eksplorasi melalui pembelajaran tematik yang materi pembelajarannya dirancang akan saling terkait dengan berbagai bidang mata pelajaran lain sehingga siswa didorong berkolaborasi bersama teman-temannya merefleksikan pembelajaran dengan cara mereka sendiri dan siswa akan menemukan pemahaman terhadap suatu konsep yang berupa hasil pembelajaran; (2) Hubungan sikap kerja guru terhadap hasil belajar siswa. Maksudnya kegiatan guru yang berkenaan dengan pengelolaan administrasi, interaksi dengan siswa di luar kelas atau di dalam sekolah, interaksi dengan teman-teman guru, interaksi dengan kepala sekolah dan sebagai manajerial berorganisasi sehingga senantiasa dapat membimbing siswa, mengikuti kegiataan saat guru memberikan berbagai informasi dan siswa dapat bereksplorasi dengan lingkungan sekolahnya bersama teman-temannya tanpa bantuan orang tua. Hasil Penelitian Korelasi antara variabel pelaksanaan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa. Hasil analisis menunjukkan terdapat koefisien korelasi antar variabel pelaksanaan pembelajaran tematik (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) sebesar = 0,434, kemudian korelasi tersebut dikontrol oleh sikap kerja guru (X2) didapatkan koefisien korelasi sebesar = 0,46, nilai r tabel untuk n = 20 pada taraf signifikan 5 % adalah = 0,444, bila dibuat tabel korelasi akan terlihat: [Tabel 1] Pengaruh pelaksanaan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa, bahwa telah terdapat pengaruh yang positif dibuktikan dengan hasil analisis pelaksanaan pembelajaran tematik dapat meningkatkan pemahaman siswa Tabel 2. Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Antara Sikap Kerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa n 20 r2-y 0,224 R2y-1 0,384 Rtabel 0,444 Tabel 3 Ringkasan Hasil Analisis Korelasi Antara Pelaksanaan pembelajaran tematik dan Sikap Kerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa Sumber Variasi JK db RK F Signifikansi Regresi 33,988 2 16,994 1,996 0,166 Residu 144,720 17 8,513 Jumlah 178,708 19 secara positif tentang mata pelajaran yang terkait dengan sub pokok bahasan lainnya, besarnya hubungan ditentukan oleh koefisien determinasi r = 0,434 maka r2 = 0,1883 atau sebesar 18,83 % artinya meningkat atau menurunnya hasil belajar 18,83 % dapat dijelaskan oleh pelaksanaan pembelajaran (Sudjana, 1996: 371). Selanjutnya perhitungan korelasi antara pelaksanaan pembelajaran tematik dengan hasil belajar siswa dikontrol oleh sikap kerja guru terdapat hasil korelasi positif, besarnya koefisien determinasi r2 = 0,2116 atau sebesar 21,16 % berarti sikap kerja guru dapat mendukung hasil belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran tematik sebesar 21,16 %. Korelasi antara Variabel Sikap Kerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa Dari hasil analisis didapatkan koefisien korelasi antara sikap kerja guru (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) sebesar = 0,224 setelah dikontrol dengan variabel pelaksanaan pembelajaran tematik (X1) didapatkan koefisien sebesar = 0,384. Pada r tabel product moment n = 20 signifikan 5 % = 0,444 bila dilihat dalam tabel sebagai berikut: [Tabel 2] Dari tabel di atas dalam menjawab pertanyaan penelitian seberapa besar hubungan atau pengaruh antara sikap kerja guru terhadap hasil belajar siswa, bahwa terdapat hubungan positif namun tidak signifikan artinya hasil belajar siswa tidak saja ditentukan oleh sikap guru yang mungkin ditentukan oleh faktor lain, selanjutnya besarnya koefisien determinas r2 = 0,0501 atau sebesar 5% berarti meningkat atau menurun hasil belajar siswa 5 % ditentukan oleh sikap kerja guru. Korelasi antara Pelaksanaan Pembelajaran Tematik dan Sikap Kerja Guru terhadap Hasil Belajar Siswa. Untuk mencari koefisien antara dua variabel bebas dengan variabel terikat secara bersama-sama dipergunakan analisis dua prediktor, sehingga untuk menguji signifikansi besarnya koefisien korelasi dilakukan dengan menguji signifikansi besarnya koefisien F regresi hasil analisis, maka dari hasil analisis antara pelaksanaan pembelajaran tematik sikap kerja guru terhadap hasil belajar siswa didapatkan besarnya F regresi yaitu 1,996, sedangkan skor F tabel untuk df pembilang 2 dengan N = 20 pada taraf signifikansi 5% = 3,49 dengan demikian nilai F hasil hitung lebih kecil daripada nillai F tabel (1,996 < 3,49). Berdasarkan aturan signifikansi nilai F yaitu apabila F hitung lebih kecil dari nilai F tabel maka tidak ada korelasi antara Y dengan X1 dan X2 atau antara hasil belajar siswa dengan pelaksanaan pembelajaran tematik dan sikap kerja guru meskipun terdapat hubungan yang positif tapi tidak signifikan. Akan dibuat ringkasan hasil perhitungan (analisis) regresi melalui tabel: [Tabel 3] Dari tabel di atas nilai F regresi yang lebih kecil dari F tabel (1,996 < 3,49) tidak bisa dijadikan suatu prediksi atau tidak berani menggunakan prediktor nilai pelaksanaan pembelajaran nilai sikap kerja guru untuk memprediksikan hasil belajar siswa, persamaan garis regresinya: Tabel 4. Besarnya Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Variabel Variabel / Prediktor Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (X1) Sikap Kerja Guru (X2) Jumlah Sumbangan Efektif 0,7% Sumbangan Relatif 3,6% 18,3% 19,0% 96,4% 100% Pelaksanaan Pembelajaran Tematik 0.7% Sikap Kerja Guru , 18.3% Residual, 81% Gambar 3: Diagram Sumbangan Efektif (SE) masing-masing variabel Y = a + b1x1 + b2x2 Y = -30,335+22,926x1 + 0,258x2 Kemudian untuk menghitung besarnya peningkatan dan penurunan hasil belajar siswa melalui dua prediktor dengan efektivitas, yaitu: x 100% = x 100 % = 0,190187 x 100 % = 19,01 % (Hadi, 1995: 44) Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif Sebagai kelengkapan dalam menganalisis data atau instrumen dalam penelitian ini melalui regresi, maka perlu juga peneliti menganalisis melalui sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE) yang bermanfaat untuk memperoleh kejelasan yang ditimbulkan dari setiap prediktor yaitu X1 dan X2 terhadap Y akan disajikan pada tabel berikut ini: [Tabel 4] Dari tabel di atas bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik dapat mendukung hasil belajar siswa sebesar = 0,7 % dan melalui pelaksanaan pembelajaran tematik bahwa sikap guru SD memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa sebesar = 18,3 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada pelaksanaan pembelajaran tematik kedua variabel sebagai prediktor berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sebesar = 19,0 %. Bila digambarkan besarnya sumbangan efektif dari masing-masing variabel sebagai prediktor terhadap keseluruhan efektifitas prediksi adalah: [Gambar 3] Keterangan: (1) Sumbangan Efektif (SE) dukungan pelaksanaan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa sebesar 0,7 %; (2) Sumbangan Efektif (SE) dukungan sikap kerja guru terhadap hasil belajar siswa sebesar 18,3 %; (3) Residual atau faktor-faktor lain dari variabel lain yang mendukung hasil belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah sebesar 81 %. Selanjutnya analisis hubungan atau korelasi dari antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut: [Gambar 4] Keterangan: (1) Korelasi antara variabel pelaksanaan pembelajaran tematik (X1) terhadap variabel sikap kerja guru (X2) mempunyai nilai koefisien sebesar = 0,517, apabila dikonsultasikan dengan r tabel, n = 20 taraf signifikansi 5 % (α : 0,05) = 0,444 berarti hubungan ini positif dan signifikan (0,517 > 0,444); (2) Korelasi antara variabel pelaksanaan pembelajaran tematik (X1) terhadap variabel hasil belajar siswa (Y) terdapat koefisien sebesar = 0,434 r tabel N 20 = 0,444 berarti hubungan variabel positif namun tidak X1 X2 0,517 SIKAP KERJA GURU 0,224 0,434 PELAKSANAA N PEMBELAJARA N TEMATIK Y HASIL BELAJAR SISWA Gambar 4 : Koefisien Korelasi Antar Variabel signifikan (0,434 < 0,444); (3) Korelasi antara variabel sikap kerja guru (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) terdapat koefisien sebesar = 0,224 r tabel = 0,44 berarti hubungan variabel positif namun tidak signifikan (0,224 < 0,444); (4) Korelasi antara pelaksanaan pembelajaran tematik (X1) dan sikap kerja guru (X2) secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa mendapat koefisien sebesar 0,436, berarti hubungan positif namun tidak signifikan (0,436 < 0,444). Pembahasan Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat diartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada para siswa, khususnya kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran yang sifatnya tematik (integrated learning) memberikan nuansa kepada para siswa untuk terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa sebagai suatu kesatuan yang utuh (holistik), oleh karena itu guru perlu memuat rencana pembelajaran atau skenario pembelajaran yang berbasis pada memperhatikan karakteristik siswa yang akan menghayati pengalaman guru, sikap kerja guru, media pembelajaran, motivasi siswa untuk belajar, kompetensi siswa, situasi dan kondisi lingkungan belajar, sarana dan prasarana sekolah, dukungan masyarakat sekolah, dukungan lingkungan sekolah serta dana yang tersedia, dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan diungkap tentang hubungan variabel pelaksanaan pembelajaran tematik, sikap kerja guru dan hasil pembelajaran para siswa, dari hasil pengolahan data instrumen yang tersaji dalam penelitian ini secara komunikatif dengan proses melalui analisis komputer SPSS 17 maka didapatkan hasil bahwa data telah memenuhi syarat validitas, reliabilitas dan linieritas, melalui analisis korelasi bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik telah memberikan kontribusi sebesar 0,7% dan sikap kerja guru terhadap hasil belajar siswa sebesar 18,3 %, angka ini memang sangat kecil namun mempunyai makna bahwa pembelajaran tematik yang dilaksanakan oleh guru harus senantiasa berkesinambungan, dalam porsi penyajian pembelajaran tematik mencakup beberapa pokok bahasan yang disajikan untuk siswa kelas 3 yang relatif masih bersifat kekanak-kanakkan. Selanjutnya hubungan antara pelaksanaan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa yang mempunyai koefisien sebesar = 0,434 dan sikap kerja guru terhadap hasil belajar siswa sebesar = 0,224 menunjukkan adanya hubungan yang positif namun tidak signifikan sehingga sulit untuk dijadikan sebagai variabel prediksi, pelaksanaan pembelajaran tematik memang memerlukan waktu yang panjang dalam membentuk dan mengubah siswa agar mengerti, memahami dan memaknai serta menterjemahkan sesuatu yang terpisah menjadi satu kesatuan secara holistik. Bagi siswa seusia kelas 3 SD dalam menjawab pertanyaan pada pokok bahasan yang saling berkaitan memerlukan pemikiran agak panjang, sehinga pola jawaban cenderung belum mengenai sasaran sesuai harapan guru. Pola pertanyaan yang disampaikan guru dalam suatu proses pembelajaran tematik akan dijawab dengan benar oleh siswa jika para siswa mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut, pertanyaan yang disampaikan secara langsung tanpa mempertimbangkan pengetahuan siswa akan cenderung jawabannya keluar dari konteks yang ditanyatakan, suatu pertanyaan yang cukup kompleks dapat dijawab oleh beberapa siswa yang saling melengkapi jawaban atau saling memberi tanggapan / komentar. Penerapan keterampilan bertanya dalam pembelajaran tematik harus mengikuti prinsip tertentu agar hasil belajar siswa dapat dicapai sesuai harapan guru. Kompetensi guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik tidak saja mengusai dan mendalami materi, tapi keantusiasan, strategi dan acting guru untuk mendorong kesungguhan siswa dalam menjawab setiap pertanyaan. Pada saat penelitian berlangsung telah dilaksanakan proses pembelajaran tematik yang sifatnya memenuhi kebutuhan instrumen penelitian, bukan berdasarkan proses rutinitas atau pelaksanaan yang bersifat rutin, sehingga memungkinkan terjadinya hubungan yang tidak signifikan, namun bukan seperti dalam pelaksanaan pembelajaran tematik terdapat kegagalan, karena penelitian bersifat sementara dan belum memenuhi porsi penelitian dengan waktu yang terus menerus, sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Secara substansi baik proses penelitian maupun pelaksanaan pembelajaran tematik telah tercapai sinkronisasi, hal ini dibuktikan dengan nilai pada APKG 1 dan APKG 2 mencapai ratarata 4 lebih yang berarti hampir 2 sampai 3 deskriptor nampak dan dalam kategori yang baik. Pada hakikatnya pelaksanaan pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebab formula yang disajikan terdapat interaksi sosiokultural artinya saat siswa mulai memasuki sekolah dasar (SD) proses pembelajaran sesuai dengan budaya dan bahasa ibu yang mereka anut dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya membantu mensukseskan pembelajaran baca-tulis-hitung, melainkan juga mampu memunculkan minat bakat beragam yang dimiliki siswa, menghadirkan pengalaman-pengalaman siswa saat mulai belajar membaca yang mempertemukan dengan budayanya sendiri merupakan suatu kearifan dalam proses pendidikan berdiversifikasi atau beragam. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan empiris yang melibatkan siswa bereksplorasi dan berbagai gagasan siswa juga didorong berkolaborasi bersama temantemannya dan merefleksikan pembelajaran dengan cara mereka sendiri, siswa diberdayakan untuk mampu mengejar kebutuhan belajar mereka sendiri melalui tematema yang dirancang secara bermakna. Pada sikap kerja guru yang dikorelasikan dengan hasil belajar siswa dinyatakan tidak signifikan bukan berarti sikap kerja guru tidak memberikan kontribusi terhadap hasrat belajar siswa, sikap kerja guru ditelaah melalui pengelolaan administrasi guru, interaksi dengan teman sejawat dan sikap kerja guru sebesar 3,58 berarti hampir mendekati skor maksimum yang berorientasi pada kondisi sangat baik. Sikap kerja guru tumbuh dan berkembang sebagaimana terjadi pola-pola tingkah laku yang bersifat mental dan emosi lainnya dengan kata lain kebermaknaan sikap kerja tertuang pada memberikan motivasi, membagi pengalaman dan karakter yang bersifat simpatik, toleransi dan bersahabat. Jika dalam penelitian ini tidak ditemukan signifikansi antara variabel bebas dengan variabel terikat berarti tidak dapat dijadikan landasan untuk mengadakan prediksi. Tidak signifikansinya suatu garis regresi atau analisis korelasi diinterpretasikan dari dua sebab, pertama : memang antara kriterium dengan prediktor-prediktornya tidak terdapat korelasi yang signifikan. Kedua, sebenarnya antara kriterium dan prediktor-prediktornya terdapat korelasi yang signifikan, akan tetapi karena jumlah kasus yang diselidiki tidak cukup banyak, maka korelasi itu tidak dapat ditemukan dalam perhitungan, adanya kemungkinan pada penelitian selanjutnya untuk menyajikan kasus atau populasi yang cukup banyak. Kesimpulan Inovasi pembelajaran tematik merupakan pembaharuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang melibatkan beberapa konsep dan mengaitkan beberapa konsep menjadi satu pemahaman yang bermakna bagi para siswa dan dapat mengobservasi di lingkungannya. Peran inovasi pembelajaran tematik di era modernisasi meribah peran pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas peserta didik. Dalam mengelola pembelajaran tematik, upaya guru mencari peluang untuk berinovasi tidak lepas dari peran serta teman sejawat, sebab pembelajaran tematik yang melibatkan antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain akan melibatkan guru yang ahli di bidang masing-masing dari mata pelajaran tersebut. Mengadopsi berbagai pengetahuan untuk inovasi pembelajaran tematik bukanlah pekerjaan mudah, sebab paparan yang dapat disesuaikan dengan tema atau bahasan perlu fasilitas atau media untuk memperjelas sesuatu hal menjadi krusial. Sikap guru terhadap hasil belajar siswa melalui pembelajaran tematik mempunyai peranan penting dan spesifik, sehingga sikap guru mempunyai kemungkinan yang besar untuk suksesnya usaha seseorang sebagaimana gagalnya suatu kehidupan, dan sikap adalah suatu motivasi yang penting pada tingkah laku dan mempengaruhi seluruh nilai-nilai kemanusiaan. Dari hasil penelitian tahun 2010, terungkap bahwa terdapat korelasi positif sebesar 18,83% antara pelaksanaan pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa, artinya meningkat atau menurunnya hasil belajar 18,3 % dapat dijelaskan oleh pelaksanaan pembelajaran tematik. Korelasi antara sikap kerja guru terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik sebesar 5%, artinya meningkat atau menurunnya hasil belajar siswa 5 % ditentukan oleh sikap kerja guru. sehingga perlu mewujudkan bahwa proses pembelajaran tematik merupakan agen yang sarta dengan segala manfaatnya. Sikap guru diharapkan memiliki kemampuan profesional yang lebih baik, kompetensi yang dituntut dari guru adalah memiliki kebiasaan dan kemampuan alamiah dalam merancang, melaksanakan, menemukan kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran. Saran-Saran Pelaksanaan pembelajaran tematik sebaiknya dapat dijadikan sebagai konsep terjadinya perubahan baik pada unsur sikap maupun perkembangan intelgensi para siswa, struktur pembelajaran tematik hendaknya membekali siswa berupa pengetahuan untuk memahami, menerapkan dan menguasai ilmu dan teknologi, mengingat adanya keterbatasan media pembelajaran tematik dan keterbatasan lain yang menjadikan lambatnya proses pembelajaran tematik yang diinginkan, Suharsimi Arikunto. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika Offset DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. 2010. Perencanan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdikarya. Asep Herry Hermawan dkk.2008. Pembelajaran Terpadu. Buku Materi Pokok PDGK4205. Jakarta: Universitas Terbuka. Denny Setiawan dkk. 2006. Komputer dan Media Pembelajaran. Buku Materi Pokok IDIK4403. Jakarta: Universitas Terbuka. Depdiknas. 2009. Model Pembelajaran Tematik Kelas 3 Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hartono. 1997. Hubungan Antara Kemampuan Awal, Minat dan Sikap dengan Prestasi Belajar Karawitan Mahasiswa Jurusan Seni Tari FPBS IKIP Semarang. Penelitian. Ihat Hatimah. 2009. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Buku Materi Pokok PDGK4306. Jakarta: Universitas Terbuka. Robert H Laurer. 1993. Perspectives on Social Change, (Penerjemah Alimandan). Jakarta: Prenada Media Group. Sutrisno Hadi. 1995. Analisis Yogyakarta, Andi Offset. Regresi, Sutan S Pohan. 2010. Hubungan Antara Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Dan Sikap Kerja Guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas 3 di Kecamatan Sidomukti Salatiga, Penelitian. Piotr Sztompka. 2007. The Sociology of Social Change, (dialihbahasakan oleh Alimandan). Jakarta: Group. Prenada Media