15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara yang kaya dengan hasil bumi yang melimpah ruah termasuk dalam hal ini kekayaan alam berupa minyak dan gas bumi. Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, pemanfaatannya dalam pelaksanaan pembangunan nasional harus diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat dengan melakukan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa “cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara”.1 Demikian pula bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Mengingat minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tak terbarukan yang dikuasai 1 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 1 Universitas Sumatera Utara 16 negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalam penyediaan bahan baku industri, pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, dan penghasil devisa negara yang penting, maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Kekayaan alam yang berupa minyak bumi dan gas dalam penggunaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena minyak bumi dan gas tersebut pada saat ini menjadi salah satu penunjang untuk melengkapi kehidupan masyarakat khususnya di sektor industri dan rumah tangga. Salah satu jenis produk minyak bumi yang digunakan oleh seluruh lapisan di Indonesia yaitu minyak tanah (kerosene) sehingga kebutuhan akan minyak tanah sangat tinggi khususnya bagi masyarakat ekonomi lemah. Kebutuhan akan minyak tanah juga digunakan pengusaha industri berskala menengah atau industri rumah tangga seperti industri makanan, industri minuman dan industri mabel dan industri lainnya yang mengunakan minyak tanah maupun sebagai bahan campuran untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Dengan demikian, kegiatan usaha minyak dan gas bumi mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dan berkelanjutan. Salah satu tujuan dari penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi, sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 3 huruf b Undang-Undang Nomor 22 Universitas Sumatera Utara 17 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, adalah untuk menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel, yang diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan. Guna mewujudkan tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi tersebut, pemerintah melimpahkan kewenangannya kepada salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu PT. PERTAMINA (Persero) selanjutnya disebut “PERTAMINA”, untuk melaksanakan kegiatan yang mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah air. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT. PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN. PERMINA dan setelah merger dengan PN. PERTAMIN di tahun 1968, namanya berubah menjadi PN. PERTAMINA. Setelah bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, sebutan perusahaan berubah menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT. PERTAMINA (Persero) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang- Universitas Sumatera Utara 18 Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.2 PT. PERTAMINA (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH. No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998, dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) .3 Sesuai dengan akta pendiriannya, maksud dari didirikannya PERTAMINA adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), tujuan dari PT. PERTAMINA adalah : 2 PT.PERTAMINA (Persero), “Sejarah PERTAMINA”, http://www.PERTAMINA.com Diakses September 2010. 3 Ibid. Universitas Sumatera Utara 19 1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara efektif dan efisien. 2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. PERTAMINA melaksanakan beberapa kegiatan usaha untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Kegiatan usaha tersebut meliputi: 1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya. 2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik PERTAMINA. 3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquifield Natural Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG. 4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3. Berkaitan dengan salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh PERTAMINA, yaitu menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya, maka PERTAMINA memproduksi antara lain produk-produk hasil olahan minyak dan gas bumi yang meliputi Bahan Bakar Minyak (yang terdiri dari minyak bensin, minyak solar, minyak tanah, minyak diesel, dan minyak bakar), Bahan Bakar Khusus (BBK), Non BBM, petrokimia, pelumas, dan Universitas Sumatera Utara 20 gas, yang terdiri dari LPG (Liqueifield Petroleum Gas), BBG (Bahan Bakar Gas), dan Musicool (Pengganti CFC yang ramah lingkungan). PERTAMINA kemudian melaksanakan pendistribusian dan pemasaran atas keseluruhan produknya yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dalam kegiatan pendistibusian produk PERTAMINA, khususnya BBM, PERTAMINA dituntut untuk melaksanakan pendistribusian ke seluruh pelosok tanah air dalam jumlah yang cukup, waktu yang tepat, mutu yang baik dengan harga yang layak (sesuai ketentuan yang berlaku). Luasnya wilayah yang harus dijangkau oleh PERTAMINA dalam pendistribusian BBM mengharuskan PERTAMINA melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai mitra kerja atau dalam praktek dikenal dengan agen yang akan menyalurkan BBM dan BBK, serta produk lain yang disediakan dan dijual oleh PERTAMINA termasuk minyak tanah. Terhadap penyaluran minyak tanah ini pihak PERTAMINA mendelegasikan kewenangannya dalam mendistribusikan minyak tanah kepada agen-agen yang selanjutnya menyalurkan kepada masyarakat. Dalam hal ini agenlah yang menjadi salah satu pilar dalam memasok kebutuhan masyarakat terhadap minyak tanah, dimana agen membeli minyak tanah dari PERTAMINA dan menyalurkan atau menjualnya kembali kepada masyarakat. Ketentuan kontrak atau perjanjian antara PERTAMINA dengan agen minyak tanah secara umum tunduk pada ketentuan perjanjian yang merupakan perwujudan dari asas kebebasan berkontrak seperti diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) yang tetap tidak terlepas dari Universitas Sumatera Utara 21 keharusan untuk memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Perjanjian yang dimaksud disini adalah merupakan bagian dari hukum perikatan, bahkan sebagian ahli hukum menempatkan kontrak sebagai bagian tersendiri dari hukum perjanjian karena perjanjian sendiri ditempatkan sebagai perjanjian tertulis. Pembagian antara hukum kontrak dan hukum perjanjian tidak dikenal dalam KUH Perdata, karena hanya dikenal perikatan yang lahir dari perjanjian dan yang lahir dari undang-undang.4 Perikatan yang bersumber dari undang-undang dibagi dua, yaitu dari undangundang saja dan dari undang-undang karena perbuatan manusia. Selanjutnya, perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan manusia dapat dibagi dua yaitu, perbuatan yang sesuai hukum dan perbuatan yang melanggar hukum.5 Menurut Soedjono Dirdjosisworo : Kontrak diadakan secara sukarela oleh masing-masing pihak. Syarat-syarat kontrak merupakan "Hukum Perdata" bagi para pihak. Pengadilan selalu menyatakan bahwa kontrak antara pihak-pihak merupakan hukum atau undang-undang, diantara mereka dan pengadilan diwajibkan untuk memberikan akibat hukum terhadap kontrak-kontrak seperti itu sesuai dengan kepentingan-kepentingan sebenarnya dari para pihak yang bersangkutan. Walaupun begitu, sebagian besar kontrak dibuat tanpa bantuan kewenangan pengadilan, biasanya dikarenakan pihak-pihak lebih merasakan adanya kewajiban moral untuk melaksanakan kontrak sesuai dengan yang diperjanjikan.6 4 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak (Perancangan Kontrak), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 1 5 Ibid, hal. 2. 6 Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law dan Praktek Dagang Internasional), Mandar Madju, Bandung, 2003, hal. 27. Universitas Sumatera Utara 22 Salim H.S. mengatakan bahwa pada prinsipnya kontrak dari aspek namanya dapat digolongkan dalam 2 macam, yaitu : (1) Kontrak Nominaat, merupakan kontrak atau perjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata seperti, jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, pinjam meminjam, pinjam pakai, persekutuan perdata, hibah, penanggungan hutang, perjanjian untung-untungan, dan perdamaian. (2) Kontrak Innominaat, merupakan perjanjian di luar KUH Perdata yang tumbuh dan berkembang dalam praktik atau akibat adanya asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat (1), seperti kontrak product sharing, kontrak karya, kontrak konstruksi, sewa beli, leasing, dan lain sebagainya.7 Perjanjian ini merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Apabila seseorang berjanji kepada orang lain, kontrak tersebut merupakan kontrak yang biasa diistilahkan dengan kontrak sepihak di mana hanya seorang saja yang wajib menyerahkan sesuatu kepada orang lain, sedangkan orang yang menerima penyerahan itu tidak memberikan sesuatu sebagai balasan (kontra prestasi) atas sesuatu yang diterimanya. Di dalam kontrak pada umumnya janji-janji para pihak itu saling “berlawanan”, misalnya dalam perjanjian jual beli, tentu saja satu pihak menginginkan barang, sedangkan pihak lain menginginkan uang karena tidak mungkin terjadi jual beli kalau kedua belah pihak menginginkan hal yang sama. Dengan demikian kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkret dan dapat dinikmati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal 7 Salim HS., Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal. 1. Universitas Sumatera Utara 23 ini berbeda dari kegiatan yang tidak konkret, tetapi abstrak atau tidak dapat dinikmati karena perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya kontrak tersebut yang menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk memenuhi apa yang dijanjikan. Ketentuan ini juga berlaku dalam pelaksanaan jual beli minyak tanah antara para agen minyak tanah dengan PERTAMINA, oleh karena itu para pihak dituntut untuk cermat dan jeli dalam memahami berbagai ketentuan yang diperjanjkan. Dalam membuat sebuah kontrak atau perjanjian agar tidak terjadi kesalahpahaman para pihak yang terkait dalam perjanjian harus memperhatikan halhal sebagaimana yang dikemukakan oleh Arie S. Hutagalung, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kewenangan hukum para pihak Perpajakan Alas hak yang sah Masalah keagrariaan Pilihan hukum Penyelesaian sengketa Pengakhiran kontrak Bentuk perjanjian standar.8 Kontrak agen minyak tanah atau Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah merupakan dasar dari banyaknya kegiatan yang menjadi landasan para agen minyak tanah untuk menjalankan atau mekanisme penyaluran minyak tanah sehari-hari bagi masyarakat (rumah tangga dan industri kecil) seperti orang menjual jajanan gorengan dipingir jalan yang membutuhkan minyak tanah subsidi yang diberikan oleh pemerintah. 8 Arie S Hutagalung, Hukum Perjanjian di Indonesia, Masalah-masalah Praktis dalam Perjanjian Bisnis, Makalah disajikan pada acara Workshop Comparative Contract, Kerja sama antara Elips Project dengan fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, tanggal 4 Desember 1993. Universitas Sumatera Utara 24 Dalam penyaluran minyak tanah di daerah Provinsi Aceh seperti halnya di wilayah lain di Indonesia, prosedur penyaluran minyak tanah juga dibuat dalam suatu perjanjian antara agen minyak tanah dengan PERTAMINA, yaitu kesepakatan kerjasama penyaluran minyak tanah yang dikenal dengan “Surat Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah”. Di dalam kontrak tersebut diatur berbagai bentuk-bentuk hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh para agen minyak tanah dalam menyalurkan minyak tanah untuk masyarakat. Kontrak kerjasama para agen minyak tanah dengan PERTAMINA merupakan media untuk menuangkan maksud pihak-pihak dalam berbagai hubungan hukum yang menyangkut berbagai aspek penjualan serta mekanisme penyaluran minyak tanah untuk masyarakat. Di dalam perjanjian tersebut menjelaskan bahwa pangkalan minyak tanah menjual minyak tanah kemasyarakat sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan demikian, jelaslah bahwa perjanjian atau kontrak keagenan yang dibuat antara PERTAMINA dengan Agen Minyak Tanah termasuk di Provinsi Aceh adalah untuk penyaluran atau distribusi minyak tanah yang bersubsidi kepada masyarakat dalam hal ini pengguna rumah tangga dan industri kecil. Agen dan pangkalan minyak tanah di Provinsi Aceh mempunyai tanggung jawab penyaluran dan pemenuhan kebutuhan minyak tanah ke masyarakat. Apabila terdapat penyalahgunaan kewenangan dan pelanggaran dalam pendistribusian minyak tanah yang menyebabkan terjadinya kelangkaan minyak tanah maka agen yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi. Universitas Sumatera Utara 25 Selanjutnya akibat krisis ekonomi dan naiknya harga minyak mentah dunia yang menyebabkan tingginya harga minyak termasuk minyak tanah yang dalam pemasaran dalam negeri mendapat subsidi dari pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan konversi penggunaan minyak tanah ke Liquefied Petroleum Gas (LPG), yang dalam masyarakat dikenal dengan Elpiji. Kebijakan yang diambil pemerintah dengan konversi minyak tanah ke gas elpiji hal ini tentunya berpengaruh pula terhadap pelaksanaan perjanjian keagenan minyak tanah, di mana dalam hal ini dengan berkurang dan digantinya minyak tanah dengan Elpiji akan berakibat pada pendapatan dari Agen yang sebelumnya menjadi penyalur minyak tanah. Akibat digantinya minyak tanah dengan Elpiji pihak agen tidak lagi menjadi penyalur minyak tanah tetapi menjadi penyalur elpiji sehingga berbagai kebutuhan termasuk dalam hal ini fasilitas dalam penyaluran elpiji menjadi beban bagi agen di samping keuntungan dari minyak tanah jadi hilang dan juga fasilitas untuk penjualan minyak tanah jadi tidak terpakai. Kondisi ini, selanjutnya menarik untuk dikaji lebih lanjut, yaitu mengenai pelaksanaan perjanjian keagenan minyak tanah dalam praktek dan perlindungan bagi para pihak setelah dilakukannya konversi penggunaan minyak tanah ke elpiji. Hal inilah yang mendasari dilakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Kontrak Keagenan Minyak Tanah Pada PERTAMINA di Provinsi Aceh”. Universitas Sumatera Utara 26 B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok dalam permasalahan tesis ini adalah : 1. Bagaimanakah tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA ? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA dengan dilakukannya konversi minyak tanah ? 3. Upaya yang dilakukan apabila terjadi sengketa atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan diatas maka yang menjadi pokok penelitian tesis ini adalah : 1. Untuk mengetahui tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA. 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap para pihak atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA dengan dilakukannya konversi minyak tanah. 3. Upaya yang dilakukan apabila terjadi sengketa atas kontrak keagenan minyak tanah yang dibuat antara para agen dengan PERTAMINA Universitas Sumatera Utara 27 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Mengacu pada latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini dapat bermanfaat antara lain : 1. Secara teoritis a. Sebagai bahan informasi bagi akademis maupun sebagai bahan pertimbangan hukum bagi para pihak yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan. b. Memberikan informasi mengenai system kontrak kerjasama PT. PERTAMINA dengan para agen minyak tanah di Provinsi Aceh. 2. Secara praktis a. Memberikan masukan kepada PT. PERTAMINA dan masyarakat luas serta instansi terkait lainnya dengan memberikan suatu kontribusi dalam pembuatan kontrak perjanjian kerjasama dalam mekanisme penjualan minyak bersubsidi khususnya penjualan minyak tanah kepada masyarakat. b. Mencari solusi untuk mengatasi permasalahan dan meminimalisasi persoalan bilamana timbul dalam pelaksanaan kerjasama tersebut. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah penulis lakukan baik di kepustakaan penulisan karya ilmiah Magister Hukum, maupun di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan sejauh yang Universitas Sumatera Utara 28 diketahui, ditemukan beberapa judul penelitian yang menyangkut dengan Perjanjian Keagenan diantaranya : 1. Penelitian dengan Judul ”Tanggung Jawab Hukum PT. PERTAMINA (Persero) Terhadap Penyaluran Minyak Tanah dari Agen dan Pangkalan Ke Masyarakat (Studi Kasus Pada PT. PERTAMINA (Persero) Unit Pemasaran I Medan)” Oleh : Syahrul Nizam, NIM : 0470110066. 2. Penelitian dengan Judul “Kedudukan dan Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan (Kajian Pada Perjanjian Keagenan Cat ICI Indonesia Di Medan)”, Oleh : M Imanullah Rambey NIM : 017011076/MKn. 3. Penelitian dengan Judul “Analisis Hukum Kontrak Kerjasama Bagi Hasil (Profit Sharing) PT. Telkom Dengan Pelaku Usaha Warung Telekomunikasi (Suatu Penelitian Di Kota Medan), Oleh : Doni Freddi Manurung NIM : 030200195/H. Pdt. Dilihat dari topik yang dikaji pada kedua diatas jelas sangat berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Oleh karena itu, penelitian tentang “Analisis Yuridis Kontrak Keagenan Minyak Tanah pada PT. PERTAMINA di Provinsi Aceh”, belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kemurniannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini. Universitas Sumatera Utara 29 F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,9 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.10 Hal ini sesuai dengan Soerjono Soekanto yang mengatakan bahwa perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial juga sangat ditentukan oleh teori.11 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.12 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis.13 Dengan lahirnya beberapa peraturan hukum positif di luar KUHPerdata sebagai konsekuensi dari asas-asas hukum yang terdapat dalam lapangan hukum 9 J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203. lihat M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27. menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 10 Ibid, hal. 16. 11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986, hal. 6. 12 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, Penyunting, M. Hisyam, UI Press, Jakarta, , 1996, hal. 203. 13 M. Solly Lubis, Op.Cit., hal 80. Universitas Sumatera Utara 30 kekayaan dan hukum perikatan inilah diperlukan kerangka teori yang akan dibahas dalam penelitian ini, dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin yang mengartikan: Hukum itu sebagai a comand of the lawgiver (perintah dari pembentuk undang-undang atau penguasa), yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical system). Hukum secara tegas dipisahkan dari moral dan keadilantidak didasarkan pada penilaian baik-buruk.14 Selain menggunakan teori positivisme hukum dari Jhon Austin, juga digunakan teori sistem dari Mariam Darus Badrulzaman yang mengemukakan bahwa “Sistem adalah kumpulan asas-asas hukum yang terpadu, yang merupakan landasan diatas mana dibangun tertib hukum.15 Hal yang sama juga dikatakan oleh Sunaryati Hartono bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas.16 Jadi dalam sistem hukum terdapat sejumlah asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam pembentukan norma hukum dalam suatu perundang-undangan. 14 Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filasafat Hukum, Mandar Maju, Bandung 2002, hal. 55. 15 Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Alumni, Bandung 1983, hal 15. 16 Lihat, Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hal 15, menyatakan bahwa disebut demikian karena dua hal, yakni pertama, asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, artinya peraturan hukum itu pada akhirnya bias dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Kedua, sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum atau merupakan ratio legis dari peraturan hukum. Universitas Sumatera Utara 31 Pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut. Salah satu teori yang diterapkan dalam pembuatan perjanjian antara PERTAMINA dan agen minyak tanah adalah teori hasrat yaitu teori yang merupakan prestasi kedua belah pihak dalam suatu kontrak yang menekankan kepada pentingnya “hasrat” (will atau intend) dan pihak yang memberikan janji. Ukuran dan eksistensi, kekuatan berlaku dan substansi dan suatu perjanjian diukur dan hasrat tersebut, yang terpenting dalam suatu kontrak atau penjanjian bukan apa yang akan dilakukan oleh para pihak dalam kontrak tersebut, tetapi apa yang mereka inginkan. Jadi suatu perjanjian mula-mula dibentuk berdasarkan kehendak para pihak.17 Selanjutnya menurut teori yang dikemukan oleh Van Dunne, yang mengartikan tentang perjanjian, yaitu “suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”.18 Teori tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. Ada tiga tahap dalam membuat perjanjian, yaitu :19 1. Tahap pra contractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan 17 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dan Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya Bakti,, Bandung, 2001, hal. 5 18 Lely Niwan, Hukum Perjanjian. Dewan Kerjasama Ilmu Hukum Belanda dengan Indonesia Proyek Hukum Perdata, Yogyakarta 1987, hal. 26 19 Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Tehnik Penyusunan Kontrak, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Mataram, 2002 hal. 26. Universitas Sumatera Utara 32 2. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak; 3. Tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian Setelah subjek hukum dalam perjanjian telah jelas, termasuk mengenai kewenangan hukum masing-masing pihak, maka pembuat perjanjian harus menguasai materi atas perjanjian yang akan dibuat oleh para pihak. Dua hal paling penting dalam perjanjian adalah objek dan hakikat daripada perjanjian serta syarat-syarat atau ketentuan yang disepakati. Dalam membuat perjanjian antara pihak-pihak pasti akan menimbulkan hubungan hukum yang kemudian disertai akibat hukum, dan akibat hukum tersebut akan memikul hak dan kewajiban serta tanggung jawab diantara keduanya. Pengertian dari tanggung jawab adalah keadaan wajib menangung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersamakan, diperkarakan).20 Menurut teori Holmes tentang Tanggung Jawab Hukum (Legal Liability) yang berkenaan dengan kontrak/perjanjian. Teori-teori Holmes pada prinsipnya mendasari pada dua prinsip sebagai berikut : a. Tujuan utama dari teori hukum adalah untuk menyesuaikan hal-hal eksternal kedalam aturan hukum, dan b. Kesalahan-kesalahan moral bukan unsur dari suatu kewajiban.21 20 21 Kamus Besar Bahasa Indonesia , Balai Pustaka, Jakarta, 1999, hal 1006. Munir Fuady, Hukum Kontrak, Citra Aditya, Bandung, 1999, hal. 11. Universitas Sumatera Utara 33 Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa pembentukan hukum dalam bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum sebagai jantung peraturan hukum tersebut.22 Oleh sebab itu, pemahaman akan asas hukum tersebut sangatlah penting dalam menganalisis kontrak kerjasama antara PT. PERTAMINA dengan Para Agen Minyak Tanah. Dengan teori sistem hukum tersebut maka analisa masalah yang diajukan adalah lebih berfokus pada sistem hukum positif khususnya mengenai substantif hukum, yakni dalam ketentuan peraturan peraturan-perundangan tentang kontrak tersebut. Istilah kontrak dalam terminologi sehari-hari nampaknya sangat populer, istilah-istilah seperti kontrak sewa menyewa, kontrak jual beli, kontrak kerja, hampir tidak perlu klarifikasi bagi kaum awan dan seringkali bertolak dari pandangan bahwa yang dimaksud dengan kontrak sebuah dokumen tertulis.23 Kontrak adalah kata bahasa Belanda yang berasal dari kata Latin "Contractus", dari bahasa Latin dijabarkan menjadi "Contract" (Perancis), "Contract" (Inggris) dan “Kontrakt" (Jerman).24 Kontrak yang dalam bahasa lnggris dikenal dengan "contract", sebagaimana dikutip J Satrio : Agreement between two or more persons which treaties an obligation to do or not to do a particular thing. Its essentials are competent parties, subject matters, a legal consideration, mutuality of agreement, and mutuality of obligation .... the writing which contains the agreement of parties, with the 22 Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law dan Praktek Dagang Internasional, Mandar Madju, Bandung , Cetakan 1, 2003, Hal. 65 23 Ibid, Hal. 65 24 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, Hal. 33 Universitas Sumatera Utara 34 terms and conditions, and which serves as a proof the obligations.25 Pengertian tersebut di atas menjelaskan bahwa kontrak adalah suatu perjanjian (tertulis) di antara dua atau lebih orang (pihak) yang menciptakan (hak) dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal khusus. Suatu kontrak dari definisi di atas "memiliki unsur-unsur, yaitu "pihak-pihak yang kompeten, pokok yang disetujui, pertimbangan hukum, perjanjian timbal balik, serta hak dan kewajiban timbal balik."26 Menurut Munir Fuady, "banyak definisi tentang kontrak telah diberikan, dan masing-masing bergantung kepada bagian-bagian mana dari kontrak tersebut yang dianggap sangat penting dan bagian tersebutlah yang ditonjolkan dalam definisi tersebut."27 Istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah ada, dan bukan merupakan istilah asing. Misalnya dalam hukum perdata di Indonesia sudah lama dikenal istilah "kebebasan berkontrak" bukan kebebasan "berperjanjian", "berperhutangan", atau "berperikatan".28 KUHPerdata menyamakan istilah "kontrak dengan perjanjian, dan bahkan juga dengan persetujuan.” 29 Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan bahwa “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.30 Dari ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata di atas dapat 25 Ibid, Hal. 33 Ibid, hal. 36 27 Munir Fuady, Op.Cit., hal. 4 28 Ibid, hal. 2 29 J. Satrio, Op.Cit, hal. 19 30 Lihat Pasal 1313 KUHPerdata 26 Universitas Sumatera Utara 35 dipahami, pengertian perjanjian hanya mengenai perjanjian sepihak termasuk juga pada perbuatan dan tindakan, seperti zaakwarneming, onregmatige daad. Abdulkadir Muhammad mengatakan Pasal 1313 KUH Perdata kurang memuaskan karena ada kelemahannya yaitu : 1. Hanya menyangkut sepihak saja. Dari rumusan ini diketahui satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih. Kata kerja “mengikat” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya rumusan itu saling “mengikat diri” terlihat dari adanya consensus dari kedua belah pihak. 2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa consensus maksudnya dalam pengertian “perbuatan” termasuk tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa (zaakwaarneming) dan tindakan melawan hukum yang tidak mengandung adanya consensus. Seharusnya dipakai kata “persetujuan” saja. 3. Pengertian perjanjian terlalu luas. Dikatakan terlalu luas karena terdapat juga dalam lapangan hukum keluarga yang terdapat dalam buku I seperti janji kawin, pelangsungan perkawinan. Sedangkan perjanjian yang dikehendaki oleh buku III KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan bukan bersifat personal. 4. Dalam rumusan pasal tersebut tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga para pihak mengikat dirinya tidak untuk apa.31 Berdasarkan alasan yang dikemukakan di atas menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah “Suatu persetujuan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri untuk melakukan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan”.32 Menurut R. Subekti perjanjian adalah “Suatu peristiwa dimana seseorang 31 32 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1992, hal. 78. Ibid, hal. 78. Universitas Sumatera Utara 36 mengikatkan diri kepada orang lain atau lebih dimana orang tersebut saling berjanji untuk melakukan suatu hal”.33 Berdasarkan rumusan perjanjian di atas dijumpai beberapa unsur dalam suatu perjanjian, yaitu sebagai berikut. (1) Perikatan (hubungan hukum). (2) Subyek hukum. (3) Isi (hak dan kewajiban). (4) Ruang lingkup (lingkup hukum harta kekayaan). Menurut J. Satrio, bahwa “Pembuat Undang-Undang dalam Pasal 1313 KUH Perdata mencoba memberikan perumusan tentang apa itu yang disebut perjanjian, tetapi ia sama sekali tidak menjelaskan apa itu perikatan”.34 Mariam Darus Badrulzaman, mengartikan bahwa “Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu”.35 Menurut M. Yahya Harahap, bahwa “Perjanjian atau Verbintenis mengandung pengertian : suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau 33 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1984, hal. 14. J. Satrio, Op.Cit., hal 1. 35 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, hal 1. 34 Universitas Sumatera Utara 37 lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi”.36 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut terlihat masih belum ada kesepakatan dalam penggunaan kata perjanjian dan perikatan, karena walaupun menggunakan kata yang berbeda namun pada umumnya tetap mengacu kepada pengertian mengenai perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata, namun penulis dalam penulisan ini menggunakan istilah “Perikatan” untuk “Verbintenis” sedangkan “Perjanjian” untuk istilah “overeenkomst”. Pasal 1313 KUH Perdata dan pendapat tersebut di atas, dapatlah dijelaskan bahwa dalam suatu perjanjian terdapat hubungan hukum antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan perikatan. Dengan demikian untuk adanya suatu perjanjian paling sedikit harus ada dua pihak yaitu kreditur dan debitur. Sesuai dengan uraian tersebut dapatlah dimengerti bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikat diri untuk melaksanakan sesuatu.37 Pengertian di atas juga menunjukkan bahwa perjanjian terjadi pada saat persetujuan itu disepakati. Dalam hal ini jelaslah persetujuan merupakan hal yang utama karena setiap pihak yang membuat perjanjian telah memikirkan tentang hak yang akan diperoleh sebagai keuntungam baginya dan kewajiban sebagai beban prestasi yang harus dilaksanakan. 36 37 M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal 6. Ibid. Universitas Sumatera Utara 38 Perjanjian ini merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Apabila seseorang berjanji kepada orang lain, maka perjanjian tersebut merupakan perjanjian yang biasa diistilahkan dengan perjanjian sepihak, di mana hanya seorang saja yang wajib menyerahkan sesuatu kepada orang lain, sedangkan orang yang menerima penyerahan itu tidak memberikan sesuatu sebagai balasan (kontra prestasi) atas sesuatu yang diterimanya. Sementara itu, apabila dua orang saling berjanji, ini berarti masing-masing pihak berhak untuk menerima apa yang diperjanjikan oleh pihak lain. Hal ini berarti bahwa masing-masing pihak dibebani kewajiban dan diberi hak sebagaimana yang dijanjikan.38 Dengan demikian kontrak merupakan suatu peristiwa yang konkret dan dapat dinikmati, baik itu kontrak yang dilakukan secara tertulis maupun tidak tertulis. Hal ini berbeda dari kegiatan yang tidak konkret, tetapi abstrak atau tidak dapat dinikmati karena perikatan itu hanya merupakan akibat dari adanya kontrak tersebut yang menyebabkan orang atau para pihak terikat untuk memenuhi apa yang dijanjikan. Pada dasarnya kontrak atau perjanjian dibuat berdasarkan kesepakatan bebas antara dua pihak yang cakap untuk bertindak demi hukum (pemenuhan syarat subjektif) untuk melaksanakan suatu prestasi yang tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, kepatutan, kesusilaan, ketertiban umum, serta kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat luas (pemenuhan syarat objektif). Namun, adakalanya 38 Ibid Universitas Sumatera Utara 39 “kedudukan” dari kedua belah pihak dalam suatu negosiasi tidak seimbang, yang pada akhirnya melahirkan suatu perjanjian yang “tidak terlalu menguntungkan” bagi salah satu pihak. Hal ini juga terjadi dalam Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah yang di dalamnya mengatur tentang penyaluran minyak tanah di daerah Provinsi Aceh seperti halnya di di wilayah lain di Indonesia, prosedur penyaluran minyak tanah juga dibuat dalam suatu perjanjian antara agen minyak tanah dengan PERTAMINA yaitu kesepakatan kerjasama penyaluran minyak tanah. Bentuk perjanjian tersebut berlaku sama dengan perjanjian di seluruh wilayah Indonesia yang dikenal dengan “Surat Perjanjian Penunjukkan Agen Minyak Tanah”. Hal ini dapat dikatakan bahwa perjanjian yang dibuat tersebut dapat digolongkan dalam perjanjian baku. Kontrak atau perjanjian mengatur bentuk-bentuk hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh para agen minyak tanah dalam menyalurkan minyak tanah untuk masyarakat. Kontrak kerjasama para agen minyak tanah dengan PERTAMINA merupakan media untuk menuangkan maksud pihak-pihak dalam berbagai hubungan hukum yang menyangkut berbagai aspek penjualan serta mekanisme penyaluran minyak tanah untuk masyarakat. Salim HS mengatakan bahwa “istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu “standard contract”. Standar kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir. Kontrak ini telah Universitas Sumatera Utara 40 ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi lemah”.39 Munir Fuady mengartikan kontrak baku adalah : Suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan sering kali tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan datadata informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya, di mana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat sebelah. Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi dan berada hanya pada posisi “take it or leave it”. Dengan demikian, oleh hukum diragukan apakah benar-benar ada elemen kata sepakat yang merupakan syarat sahnya kontrak dalam kontrak tersebut. Karena itu pula, untuk membatalkan suatu kontrak baku, sebab kontrak bakuan adalah netral.40 Hondius sebagaimana dikutip Salim mengatakan mengemukakan bahwa syarat-syarat baku adalah “syarat-syarat konsep tertulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang masih akan dibuat, yang jumlahnya tidak tentu, tanpa membicarakan isinya lebih dahulu”.41 Inti dari perjanjian baku menurut Hondius tersebut adalah bahwa isi perjanjian itu tanpa dibicarakan dengan pihak lainnya, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya. Mariam Darus Badrulzaman mengemukakan 39 Salim. H.S., Op.Cit , hal. 145. Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Buku Keempat Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal.76. 41 Salim. H.S., Op.Cit., hal.147. 40 Universitas Sumatera Utara 41 bahwa standard contract merupakan perjanjian yang telah dibakukan. Mariam Badrulzaman juga mengemukakan ciri-ciri perjanjian baku, yaitu : 1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi (ekonominya) kuat; 2. Masyarakat (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi perjanjian; 3. Terdorong oleh kebutuhannya debitur terpaksa menerima perjanjian itu; 4. Bentuk tertentu (tertulis); 5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.42 Sutan Remi Sjahdeni mengemukakan bahwa : Perjanjian standar sebagai perjanjian yang hampir seluruh klausul-klausulnya dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. Adapun yang belum dibakukan hanya beberapa hal, misalnya yang menyangkut jenis, harga, jumlah, warna, tempat, waktu, dan beberapa hal yang spesifik dari objek yang diperjanjikan. Sjahdeni menekankan, yang dibakukan bukan formulir perjanjian tersebut, melainkan klausul-klausulnya. Oleh karena itu suatu perjanjian yang dibuat dengan akta notaris, bila dibuat oleh notaris dengan klausul-klausul yang hanya mengambil alih saja klausul-klausul yang telah dibakukan oleh salah satu pihak, sedangkan pihak yang lain tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan atas klausul-klausul itu, maka perjanjian yang dibuat dengan akta notaris itu pun adalah juga perjanjian baku”.43 Dari uraian di atas, jelaslah bahwa hakikat perjanjian baku merupakan perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak yang ekonomi kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya. Apabila debitur menerima isinya perjanjian tersebut, ia menandatangani perjanjian tersebut, tetapi 42 Ibid., hal. 147. Sutan Remi Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI), Jakarta, 1993, hal. 66. 43 Universitas Sumatera Utara 42 apabila ia menolak, perjanjian itu dianggap tidak ada karena debitur tidak menandatangani perjanjian tersebut. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa unsur-unsur dalam suatu kontrak baku, yaitu (1) diatur oleh kreditor atau ekonomi kuat; (2) dalam bentuk sebuah formulir; dan (3) adanya klausul-klausul eksonerasi/ pengecualian. Perbuatan hukum yang mengikat antara pihak agen minyak tanah dengan PERTAMINA dalam perjanjian penunjukkan agen minyak tanah ini diawali dengan adanya perjanjian yang dasar hukumnya terdapat dalam Buku III KUHPerdata. Dalam membuat perjanjian terhadap suatu asas yang disebut dengan asas kebebasan berkontrak sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menentukan bahwa “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dalam Pasal 1320 KUHPerdata ditetapkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus dipenuhi empat syarat yaitu (1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya; (2) Kecakapan untuk memuat suatu perikatan; (3) Suatu hak tertentu; dan (4) Suatu sebab yang halal. Para pihak bebas menentukan objek perjanjian, sesuai dengan undang- undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Selanjutnya dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, ditegaskan bahwa setiap perjanjian harus diaksanakan dengan itikad baik. Sedangkan wujud dari suatu perjanjian menurut Pasal 1234 KUHPerdata dapat berupa pemberian sesuatu, berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Universitas Sumatera Utara 43 Dalam pelaksanaan perjanjian penunjukkan agen minyak tanah selain berpedoman pada ketentuan KUH Perdata, juga diatur dengan ketentuan berpedoman pada ketentuan undang-undang, seperti Undang-undang Dasar 1945 (Pasal 33) dan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Hal ini tergambar dari salah satu tujuan dari penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi, sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 3 huruf UndangUndang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, adalah untuk menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian usaha pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan niaga secara akuntabel, yang diselenggarakan melalui mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan. Untuk mewujudkan tujuan penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi tersebut, pemerintah melimpahkan kewenangannya kepada PT.PERTAMINA (Persero) untuk melaksanakan kegiatan yang mencakup pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi, berikut pendistribusiannya ke seluruh pelosok tanah air. Selanjutnya kewenangan kewenangannya kepada PERTAMINA tersebut, akibat luasnya wilayah yang harus dijangkau dalam pendistribusian BBM mengharuskan PERTAMINA melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai mitra kerja yang akan menyalurkan BBM dan BBK, serta produk lain yang disediakan dan dijual oleh PERTAMINA termasuk minyak tanah kepada Agen Minyak tanah. 2. Konsepsi Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam Universitas Sumatera Utara 44 penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.44 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal yang berbentuk khusus, 45 yang disebut dengan defenisi operasional. Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu, dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian. Untuk itu dalam rangka penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian definisi operasional sebagai berikut: a. Analisis Yuridis adalah suatu upaya untuk menganalisis suatu permasalahan yang dilakukan dan yang mengacu kepada norma-norma hukum, yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pijakan normatif. b. Agen adalah pihak yang menerima perintah/kuasa untuk melaksanakan suatu perbuatan hukum tertentu dan perbuatan hukum yang harus dilakukan tersebut biasanya tercantum dalam perjanjian termaksud.46 c. Kontrak adalah suatu perjanjian (tertulis) di antara dua atau lebih orang (pihak) yang menciptakan (hak) dan kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal khusus.47 d. Kontrak/perjanjian keagenan adalah suatu perjanjian atau kontrak (tertulis) yang dibuat untuk menunjuk agen yang melaksanakan kegiatan penyaluran suatu 44 Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989, Hal. 34 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998, Hal. 4 46 Badan Pembinaan Hukum Nasional , Laporan Akhir Pengkajian Tentang Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi, Departemen Kehakiman, Jakarta, 1994, hal. 24. 47 J. Satrio, Op.Cit., hal 33. 45 Universitas Sumatera Utara 45 produk dalam hal ini minyak tanah e. Minyak tanah adalah salah satu jenis bahan bakar yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat dimana standar serta mutunya telah ditetapkan oleh pemerintah.48 f. Agen Minyak Tanah adalah Usaha Dagang, Perseroan Terbatas, Koperasi, Badan Usaha yang melaksanakan kegiatan penyaluran minyak tanah dalam hal ini Pangkalan Minyak Tanah untuk konsumen rumah tanggal dan usaha kecil.49 g. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menangung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersamakan, diperkarakan)50, tanggung jawab mana lahir dengan adanya suatu perjanjian h. Perjanjian baku adalah suatu bentuk perjanjian tertulis yang dipersiapkan secara kolektif dan isinya ditetapkan oleh salah satu pihak, debitur sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi perjanjian karena terdorong oleh kebutuhan terpaksa menerima perjanjian, seperti dapat terlihat dalam bidang angkutan, perbankan, asuransi dan lain-lain termasuk dalam hal ini Perjanjian Penunjukan Agen Minyak Tanah. G. Metode Penelitian Dalam setiap penelitian pada hakekatnya mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan 48 Lihat Pasal 1 angka 3 Surat Perjanjian Penunjukan Agen Minyak Tanah Lihat Pasal 1 angka 1 Surat Perjanjian Penunjukan Agen Minyak Tanah 50 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op.Cit., hal 1006. 49 Universitas Sumatera Utara 46 penelitian.51 Kata metode berasal dari Yunani “methods” yang berarti cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.52 1. Sifat dan Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya dari data penelitian yang dianalisis dapat menggambarkan fakta dan pelaksanaan Kontrak antara PT. PERTAMINA (persero) dengan agen minyak tanah sesuai permasalahan yang dikemukakan. “Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai pendekatan gabungan antara yuridis normatif dan yuridis sosiologis yang didukung oleh data primer dan data sekunder”53 2. Lokasi dan Populasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan cermin kelayakan akan terungkapnya data primer atau data dasar.54 Untuk itulah dalam hal ini lokasi penelitian dilakukan di PT. PERTAMINA (Persero) Unit Pemasaran I Provinsi Aceh. Sedangkan populasi penelitian meliputi Pejabat Pertamina dan Agen Minyak Tanah di Provinsi Aceh dan untuk memperoleh informasi yang dikehendaki dalam hal ini dipakai metode sampling adalah prosedur yang digunakan untuk dapat mengumpulkan kareteristik 51 Jujun S. Suria Sumantri, Filsafat Hukum Suatu Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 328. 52 Koenjtaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1977, hal. 16. 53 Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, 1980, hal 11 54 Data Primer atau data dasar adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan. Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal 36. Universitas Sumatera Utara 47 dari suatu populasi meskipun hanya sedikit saja yang diwawancarai.55 Golongan Sampling adalah Non Probability sampling dengan jenis purposive/judgmental sampling yaitu sample yang dipilih berdasarkan pertimbangan penulis dan menentukan sendiri responden dan informan yang dianggap mewakili populasi.56 Dengan demikian, yang dijadikan dan bertindak sebagai narasumber dalam penelitian ini, yaitu Pejabat Pertamina Unit Pemasaran I Aceh dan Agen Minyak Tanah. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang berhubungan dengan objek telaah penelitian ini, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan, dan karya ilmiah lainnya. Sebagai data penunjang dalam penelitian ini juga didukung dengan penelitian lapangan (field research) guna akurasi terhadap hasil penelitian yang dipaparkan, yang dapat berupa wawancara langsung dengan Pejabat Pertamina dan Agen Minyak Tanah, yang dalam penelitian ini dipilih sebagai informan dan narasumber. 4. Sumber Data Sumber data yang berupa bahan hasil penelitian kepustakaan, dalam hal ini “Sebagai data sekunder dalam penelitian ini adalah bahan dasar penelitian hukum 55 56 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hal. 78 Ibid., hal 87. Universitas Sumatera Utara 48 normatif dari sudut kekuatan mengikatnya dibedakan atas “bahan hukum primer, sekunder dan tertier”.57 Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari : (1) Bahan hukum primer, yang terdiri dari ; a. Pancasila b. Undang-undang Dasar 1945 c. Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. d. Kontrak atau Perjanjian Penunjukan Agen Minyak Tanah. (2) Bahan hukum sekunder, seperti hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang relevan dengan penelitian ini. (3) Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum dan kamus hukum, serta bahan-bahan primer, sekunder dan tersier (penunjang) di luar bidang hukum, misalnya yang berasal dari bidang teknologi informasi dan komunikasi, ekonomi, filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya yang dapat dipergunakan untuk melengkapi atau sebagai data penunjang dari penelitian ini. 4. Alat Pengumpul Data 57 Bahan Hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni Norma ( dasar) atau kaidah dasar, peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, selanjutnya bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta 1996, hal. 14. Universitas Sumatera Utara 49 Berdasarkan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Studi dokumen, adalah penelitian dari dokumen-dokumen tentang perjanjian antara PT. PERTAMINA (persero) dengan agen minyak tanah, dokumen ini merupakan sumber informasi yang penting. b. Pengamatan (observasi), pengamatan ini dipergunakan dengan tujuan untuk menambah kejelasan yang jujur dan seksama atas suatu situasi tertentu sehingga mendapatkan perimbangan sejumlah data yang objektif . c. Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara (interview quide). “Wawancara dilakukan terhadap nara sumber dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya, wawancara ini dilakukan dengan cara terarah maupun wawancara bebas dan mendalam (dept interview)”.58 5. Analisis Data Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, untuk memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti. “Sebelum analisis dilakukan terlebih dahulu diadakan pemeriksaaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui validitas, selanjutnya diadakan pengelompokan 58 Ibid, hal.71 yang menyatakan, wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberpa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara. Universitas Sumatera Utara 50 terhadap data yang sejenis untuk kepentingan analisis dan penulisan, sedangkan evaluasi dilakukan terhadap data dengan pendekatan kualitatif “.59 Analisis secara kualitatif, yaitu dengan cara penguraian, menghubungkannya dengan peraturan-peraturan yang berlaku menghubungkannya dengan pendapat para pakar hukum dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam tesis ini sehingga diperoleh kesimpulan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. 59 Lihat, Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Sinar Grafika, Jakarta 1996, hal.76-77, menyatakan terhadap data yang sudah terkumpul dapat dilakukan analisis kualitatif apabila : 1) Data yang terkumpul tidak berupa angka – angka yang dapat dilakukan pengukurannya, 2) data tersebut sukar diukur dengan angka, 3) hubungan antara variabel tidak jelas, 4) Sampel lebih bersifat non probabilitas, 5) pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan pemetaan, 6) penggunaan teori kurang diperlukan. Bandingkan dengan pendapat Maria.S.W,Sumardjono, yang menyatakan bahwa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif tidak harus dipisahkan sama sekali, apabila digunakan dengan tepat sepanjang hari itu mungkin keduanya dapat saling menunjang . Universitas Sumatera Utara