ASUPAN KALSIUM, NATRIUM DAN KALIUM PADA IBU HAMIL DI INDONESIA BERDASARKAN STUDI DIET TOTAL LATIFA DWINOVIA HARDIANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Asupan Kalsium, Natrium dan Kalium pada Ibu Hamil di Indonesia Berdasarkan Studi Diet Total adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016 Latifa Dwinovia Hardiani NIM I14144019 ABSTRAK LATIFA DWINOVIA HARDIANI. Asupan Kalsium, Natrium dan Kalium pada Ibu Hamil di Indonesia Berdasarkan Studi Diet Total. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan SRI ANNA MARLIYATI. Ibu hamil merupakan kelompok yang rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro. Tujuan penelitian ini menganalisis asupan kalsium, natrium dan kalium pada ibu hamil di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Studi Diet Total (SDT). Konsumsi pangan dikumpulkan menggunakan metode recall 24 jam. Analisis kalsium, natrium dan kalium berdasarkan tabel komposisi pangan United States Department of Agriculture (USDA), Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI), Nutri Survey dan Nutrition Fact. Jumlah subjek penelitian ini 606 ibu hamil. Rata-rata asupan kalsium, natrium dan kalium subjek sebesar 403.5±343.1, 1 562.3±707.8 dan 1481.2±795.0 mg/hari. Sebagian besar subjek memiliki tingkat pemenuhan kalsium dan kalium kategori kurang. Sebanyak 12.5% subjek memiliki tingkat pemenuhan natrium kategori lebih. Faktor risiko kekurangan kalsium pada subjek adalah pendidikan. Faktor risiko kekurangan kalium adalah pendidikan dan status pekerjaan, sedangkan faktor risiko kelebihan natrium adalah jumlah anggota rumah tangga. Kata kunci: ibu hamil, kalium, kalsium, konsumsi pangan, natrium ABSTRACT LATIFA DWINOVIA HARDIANI. Intake of Calcium, Sodium and Potassium of Pregnant Women in Indonesia Based on Total Diet Study. Supervised by HARDINSYAH and SRI ANNA MARLIYATI. Pregnant women is vulnerable to micronutrient deficiencies. The objective of this research was to analyze the calcium, sodium and potassium intake of pregnant women in Indonesia. This study used secondary Total Diet Study (TDS) 2014 data. The food consumption data were collected using 24-hour recall method. The analysis of calcium, natrium and potassium based on United States Department of Agriculture (USDA), Indonesia Food Composition Tables, Nutri Survey and Nutrition Fact. Total subjects of this research were 606 pregnant women. The results showed that the mean intake of calcium, sodium and potassium was 403.5±343.1, 1562.3±707.8 and 1481±795.0 mg/d respectively. Most of subjects lacked of calcium and potassium intake. About 12.5% of the subject had high sodium intake. The risk factor of calcium defficiency was education level. The risk factors of potassium defficiency were education level and employment status, and the risk factor of high sodium intake was number of household. Keywords: pregnant women, potassium, calcium, food consumption, sodium ASUPAN KALSIUM, NATRIUM DAN KALIUM PADA IBU HAMIL DI INDONESIA BERDASARKAN STUDI DIET TOTAL LATIFA DWINOVIA HARDIANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Asupan Kalsium, Natrium dan Kalium pada Ibu Hamil di Indonesia Berdasarkan Studi Diet Total” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan dan saran yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, masukan dan kesabaran dalam membimbing penulis. Terima kasih kepada dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked, M.Si sebagai dosen pemandu dan penguji yang telah banyak memberikan masukan. Terima kasih juga kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI yang telah memberikan ijin penggunaan data SDT 2014. Terima kasih kepada kedua orang tua, adik-adik, dan keluarga atas doa dan dukungannya. Teman-teman SDT team dan Alih Jenis 8 atas kerjasama, dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Bogor, Oktober 2016 Penulis 12 13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Manfaat 2 METODE 3 Desain, Waktu, dan Tempat 3 Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4 Pengolahan dan Analisis Data 5 Definisi Operasional 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Karakteristik Subjek 8 Kebutuhan Mineral 9 Asupan Mineral 9 Konsumsi dan Kontribusi Mineral menurut Kelompok Pangan 11 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Mineral 12 Faktor Risiko Kekurangan Kalsium dan Kalium serta Kelebihan 15 Natrium SIMPULAN DAN SARAN 17 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 22 14 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Data yang digunakan dari hasil Studi Diet Total (SDT) 2014 Pengkategorian variabel penelitian Kebutuhan kalsium, natrium dan kalium ibu hamil Sebaran subjek berdasarkan karakteristik sosial ekonomi Rata-rata, standar deviasi dan median kebutuhan mineral ibu hamil Rata-rata, standar deviasi dan median asupan mineral ibu hamil Konsumsi dan kontribusi mineral menurut kelompok pangan Persentase tingkat pemenuhan mineral ibu hamil Kategori tingkat pemenuhan mineral ibu hamil Hasil uji regresi logistik faktor risiko kekurangan kalsium dan kalium serta kelebihan natrium 5 5 6 8 9 10 12 13 14 16 DAFTAR GAMBAR 1 2 Kerangka pemikiran penelitian asupan kalsium, natrium, dan kalium pada ibu hamil di Indonesia berdasarkan studi diet total Alur memperoleh jumlah subjek yang digunakan 3 4 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 Pangan sumber mineral berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat konsumsi Pangan sumber mineral berdasarkan pola konsumsi dan tingkat konsumsi Surat ijin penggunaan data Riwayat hidup 23 25 30 31 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi outcome kehamilan adalah asupan zat gizi (Almatsier et al. 2011). Selama kehamilan tubuh mengalami peningkatan kebutuhan baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu seperti mineral saat kehamilan dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Adriani dan Wirjatmadi 2012). Kalsium selama masa kehamilan berfungsi dalam mempertahankan kerangka tulang ibu serta menyediakan kebutuhan janin. Penyerapan kalsium saat kehamilan juga mengalami peningkatan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yin (2010) menyebutkan bahwa asupan kalsium selama kehamilan berpengaruh terhadap massa tulang anak. Asupan kalsium yang rendah selama kehamilan dapat menganggu penyimpanan (deposit) mineral tulang. Kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi dari asupan makanan sehari-hari menyebabkan janin mengambil cadangan kalsium dari tulang ibu yang dapat mengakibatkan pengeroposan tulang dini (Aritonang 2010). Hasil penelitian Jahari dan Prihatini (2007) menunjukkan bahwa 37% wanita usia <25-39 tahun di Indonesia mengalami osteopenia. Mineral lain yang perlu diperhatikan selama kehamilan yaitu natrium dan kalium. Keseimbangan natrium dan kalium selama kehamilan diperlukan untuk mencegah terjadinya akumulasi natrium oleh ibu dan janin serta untuk mengurangi risiko terjadinya hipertensi kehamilan (Brown 2014). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) selama periode tahun 19912007 angka kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100 000 kelahiran hidup. Namun, pada SDKI 2012 angka kematian ibu kembali naik menjadi 359 per 100 000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah terjadinya hipertensi pada kehamilan (SKDI 2012). Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 26.5%. Tingginya asupan natrium serta rendahnya asupan kalium merupakan faktor pemicu terjadinya hipertensi. Hasil Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 menyebutkan bahwa sebanyak 18.3% penduduk Indonesia memiliki asupan natrium melebihi pesan Permenkes No 30 tahun 2013, sedangkan analisis asupan natrium pada ibu hamil belum dilakukan. Riskesdas (2007) juga menyebutkan konsumsi pangan sumber kalium seperti buah dan sayur penduduk Indonesia masih rendah. Selama ini penelitian mengenai asupan kalsium, natrium dan kalium pada ibu hamil di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut agar dapat memberikan informasi serta menambah ketersediaan data. 2 Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan kalsium, natrium dan kalium pada ibu hamil di Indonesia berdasarkan studi diet total. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis asupan mineral (kalsium, natrium dan kalium) pada ibu hamil di Indonesia 2. Menganalisis tingkat pemenuhan mineral (kalsium, natrium dan kalium) pada ibu hamil di Indonesia 3. Menganalisis perbedaan asupan dan tingkat pemenuhan mineral (kalsium, natrium dan kalium) pada ibu hamil di Indonesia 4. Menganalisis faktor risiko kekurangan kalsium dan kalium serta kelebihan natrium berdasarkan karakteristik sosial ekonomi ibu hamil di Indonesia Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang asupan kalsium, natrium dan kalium pada ibu hamil di Indonesia. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan oleh Kementerian Kesehatan atau pihak terkait sebagai dasar untuk mengambil kebijakan dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan ibu hamil. KERANGKA PEMIKIRAN Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang rawan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang dialami selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung serta kesehatan ibu. Selama masa kehamilan terjadi perubahan pada tubuh ibu, baik secara anatomis, fisiologis maupun biokimia. Perubahan yang terjadi selama kehamilan ini menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro (Adriani dan Wirjatmadi 2012). Kalsium merupakan salah satu mineral yang kebutuhannya meningkat selama kehamilan. Kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kerangka dan juga menyediakan kebutuhan janin. Intake kalsium yang rendah selama kehamilan akan mengganggu penyimpanan (deposit) mineral tulang sehingga dapat menyebabkan pengeroposan tulang dini (Aritonang 2010). Di samping itu, ibu hamil juga perlu memperhatikan keseimbangan asupan natrium dan kalium. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya akumulasi natrium oleh ibu dan janin serta untuk mengurangi risiko terjadinya hipertensi kehamilan (Brown 2014). Pemenuhan kebutuhan kalsium, natrium dan kalium selama kehamilan dapat diupayakan dengan konsumsi pangan yang beragam dan seimbang. Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi konsumsi pangan ibu hamil seperti daerah tempat tinggal, umur, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, status pekerjaan dan status ekonomi. 3 Karakteristik Ibu Hamil - Umur - Jumlah Anggota Rumah Tangga - Pendidikan - Status Pekerjaan - Status Ekonomi Kebiasaan Makan Konsumsi Makanan/Minuman - Jenis Makanan/minuman - Jumlah Makanan/minuman Asupan Kalsium, Natrium, dan Kalium Tingkat Pemenuhan Kalsium, Natrium dan Kalium Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian asupan kalsium, natrium dan kalium pada ibu hamil di Indonesia berdasarkan studi diet total Keterangan gambar: : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Studi Diet Total (SDT) yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes RI). Adapun desain yang digunakan dalam Studi Diet Total (SDT) adalah cross sectional study. Pengumpulan data di beberapa daerah Indonesia oleh tim pengumpul data SDT dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014. Pengolahan, analisis dan interpretasi data 4 oleh peneliti dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2016 di Kampus IPB Dramaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Penelitian ini menggunakan subjek yang digunakan dalam SDT 2014. Subjek SDT 2014 mencakup seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi) yang tersebar pada 497 kabupaten/kota. Populasi SDT 2014 adalah semua rumah tangga yang mewakili seluruh provinsi Indonesia. Subjek adalah semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas 2013. Subjek RT diperoleh dari Blok Sensus (BS) yang dipilih secara acak dari 3 000 BS subjek Riskesdas (2013) keterwakilan provinsi. Jumlah keterwakilan provinsi sebanyak 33 provinsi. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh tim BPS diperoleh besar subjek sebanyak 42 904 rumah tangga (pembulatan = 43 000 rumah tangga). Antisipasi drop out ditambahkan 25% dari 43 000 rumah tangga sehingga jumlahnya 51 127 rumah tangga yang tersebar di 2 080 BS di seluruh provinsi. Data yang berhasil dianalisis 2 072 BS, 45 802 RT, 145 360 individu. Total subjek ibu hamil SDT 2014 adalah 643 orang. Proses cleaning dilakukan untuk data ibu menyusui dan konsumsi ≤2 jenis pangan. Setelah dilakukan cleaning data, diperoleh jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 606 orang (Gambar 2). Jumlah seluruh anggota rumah tangga 145 360 orang Jumlah subjek ibu hamil SDT (643 orang) 37 subjek dikeluarkan: - Kondisi ibu menyusui - Konsumsi ≤2 jenis pangan Jumlah subjek ibu hamil penelitian ini (606 orang) orang) Gambar 2 Alur memperoleh jumlah subjek yang digunakan Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder dari hasil Studi Diet Total (SDT) 2014 dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan tim SDT 2014. Data yang digunakan dari hasil Studi Diet Total (SDT) 2014 dapat dilihat pada Tabel 1. 5 Tabel 1 Data yang digunakan dari hasil Studi Diet Total (SDT) 2014 Blok I. Pengenalan tempat II. Keterangan rumah tangga IV. Keterangan anggota rumah tangga VIII. Keterangan individu X. Konsumsi makanan Nomor 1 2 6 2 7 9 10 11 12 13 5 6b 11 12 13 14 15 16 17 Peubah/Keterangan Provinsi Kabupaten/Kota Nomor kode sampel Banyaknya anggota rumah tangga Jenis kelamin Tanggal lahir Umur Status pendidikan tertinggi yang ditamatkan Status pekerjaan Jenis pekerjaan utama Keadaan biologis saat hari recall Berat badan (Kg) Rincian bahan makanan/ minuman Merek rincian bahan makanan Kode bahan makanan URT dan berat rincian bahan makanan/minuman yang dikonsumsi (jumlah) URT dan berat rincian bahan makanan/minuman yang dikonsumsi (URT) URT dan berat rincian bahan makanan/minuman yang dikonsumsi (matang) URT dan berat rincian bahan makanan/minuman yang dikonsumsi (mentah) Pengolahan Dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah menggunakan program komputer Microsoft Office Excel 2013 dan IBM SPSS 23. Proses cleaning data dilakukan untuk memastikan jumlah subjek dan kuantitas konsumsi pangan. Pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian No 1 Variabel Klasifikasi daerah 2 Umur 3 Jumlah anggota rumah tangga Pendidikan 4 Kategori 1. Perkotaan 2. Perdesaan 1. 14-18 tahun 2. 19-30 tahun 3. 31-49 tahun 1. Kecil (≤4 orang) 2. Besar (>4 orang) 1. Tidak tamat SD 2. Wajib belajar 3. Pendidikan tinggi Sumber SDT 2014 Kategori peneliti BKKBN Kategori peneliti 6 Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian (lanjutan) No 5 Variabel Status pekerjaan 6 Status ekonomi 7 Tingkat pemenuhan kalsium dan kalium Tingkat pemenuhan natrium 8 Kategori 1. Tidak bekerja 2. Bekerja 3. Sekolah 1. Bawah 2. Menengah 3. Atas 1. Kurang (<70%) 2. Cukup (≥ 70%) 3. Kurang (<1150 mg/hari) 4. Cukup (1150-2300 mg/hari) 5. Lebih (>2300 mg/hari) Sumber SDT 2014 SDT 2014 Gibson 2005 IOM 2005 Asupan Mineral Data estimasi asupan mineral (kalsium, natrium dan kalium) diperoleh berdasarkan data asupan makanan dan minuman dari hasil food recall 1x24 jam yang didapatkan dari data SDT 2014. Berat makanan dan minuman yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan makanan dan minuman menggunakan daftar komposisi pangan United States Department of Agriculture (USDA), Nutri Survey, Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) dan Nutrition Fact dari pangan berlabel yang mencantumkan kandungan kalsium, natrium dan kalium. Konversi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Kgij= {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan: Kgij = kandungan zat gizi-i dalam bahan pangan-j Bj = berat pangan-j yang dikonsumsi (g) Gij = kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan pangan-j BDDj = bagian bahan pangan-j yang dapat dimakan Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Mineral Kebutuhan kalsium diperoleh berdasarkan Estimated Average Requirement (EAR), sedangkan kebutuhan natrium dan kalium diperoleh berdasarkan Adequate Intake (AI). Penggunaan Adequate Intake (AI) karena Estimated Average Requirement (EAR) untuk natrium dan kalium tidak dapat ditentukan (IOM 2005). Tidak ada perbedaan kebutuhan kalsium, natrium dan kalium pada ibu hamil tiap trimester kehamilan. Kebutuhan kalsium, natrium dan kalium ibu hamil dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kebutuhan kalsium, natrium dan kalium ibu hamil Kelompok Umur 14-18 tahun 19-30 tahun 31-49 tahun Kalsium (mg/hari) 1000 800 800 Natrium (mg/hari) 1500 1500 1500 Kalium (mg/hari) 4700 4700 4700 Tingkat pemenuhan mineral dihitung berdasarkan data asupan kalsium, natrium dan kalium dari makanan dan minuman dibandingkan dengan kebutuhan mineral subjek berdasarkan Estimated Average Requirement (EAR) untuk kalsium 7 dan Adequate Intake (AI) untuk natrium dan kalium yang kemudian dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan mineral: Tingkat pemenuhan kebutuhan mineral (%) = Analisis Data Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel. Hasil pengolahan data tersebut kemudian dianalisis secara statistik. Analisis statistik uji beda Mann Whitney digunakan untuk menganalisis perbedaan asupan dan tingkat pemenuhan mineral berdasarkan karakteristik wilayah dan jumlah anggota rumah tangga, sedangkan uji beda Kruskal Wallis digunakan untuk menganalisis perbedaan asupan dan tingkat pemenuhan mineral berdasarkan karakteristik umur, pendidikan, status pekerjaan dan status ekonomi. Tanda a,b dan c pada tabel hasil menunjukkan hasil uji beda statistik. Analisis binary logistic regression digunakan untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi kekurangan kalsium dan kalium serta kelebihan natrium pada ibu hamil. Definisi Operasional Subjek adalah seluruh wanita hamil Indonesia yang menjadi sampel SDT 2014 serta telah melalui proses cleaning data. Karakteristik sosial ekonomi adalah data yang berisi tentang wilayah, umur, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, status pekerjaan, dan status ekonomi. Wilayah adalah tempat tinggal subjek dibedakan berdasarkan perkotaan dan perdesaan. Umur adalah umur subjek yang dinyatakan dalam tahun. Jumlah anggota rumah tangga adalah ukuran yang menunjukkan banyaknya jumlah anggota rumah tangga yang tinggal dan menetap dalam satu rumah dan termasuk yang dibawahi oleh satu kepala keluarga yang sama. Pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah ditempuh dan dikategorikan menjadi tidak tamat SD/belum pernah sekolah, wajib belajar dan perguruan tinggi. Status pekerjaan adalah jenis kegiatan yang dimiliki ibu hamil yang dikategorikan menjadi tidak bekerja, bekerja dan sekolah. Status ekonomi adalah keadaan ekonomi keluarga berdasarkan data Susenas yang dibagi menjadi kuintil 1 dan 2 tergolong bawah, kuintil 3 dan 4 tergolong menengah dan kuintil 5 tergolong atas. Asupan makanan/minuman adalah jumlah makanan/minuman yang dikonsumsi subjek dalam sehari. Mineral adalah zat gizi mikro meliputi kalsium, natrium dan kalium. Asupan mineral adalah jumlah kalsium, natrium dan kalium yang dikonsumsi subjek dari makanan/minuman dalam sehari. Kebutuhan mineral adalah jumlah kalsium, natrium dan kalium yang dibutuhkan subjek. Tingkat pemenuhan mineral adalah nilai yang menunjukkan persentase pemenuhan asupan kalsium, natrium dan kalium terhadap kebutuhan mineral subjek. 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Ibu hamil yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah 606 orang. Umur subjek berkisar antara 14-49 tahun dengan persentase paling besar pada umur 19-30 tahun. Tempat tinggal subjek sebagian besar di perdesaan. Sebagian besar subjek memiliki jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang. Pendidikan subjek baik di perkotaan maupun di perdesaan sebagian besar adalah wajib belajar, sedangkan status pekerjaan subjek sebagian besar adalah tidak bekerja. Subjek di perkotaan paling banyak bekerja sebagai pegawai swasta/wiraswasta, sedangkan di perdesaan sebagai petani/buruh. Di perkotaan lebih banyak subjek dengan status ekonomi menengah, sedangkan di perdesaan status ekonomi bawah (Tabel 4). Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik sosial ekonomi Karakteristik Sosial Ekonomi Perkotaan N % Umur 14-18 tahun 19-30 tahun 31-49 tahun Total Jumlah ART Kecil (≤4 orang) Besar (>4 orang) Total Pendidikan Tidak tamat SD Wajib belajar Pendidikan Tinggi Total Status Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Sekolah Total Pekerjaan Utama PNS/TNI/Polri/BUMD Pegawai swasta/Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh Lainnya Total Status Ekonomi Bawah Menengah Atas Total Klasifikasi Daerah Perdesaan n % n Jumlah % 9 159 109 277 3.2 57.4 39.4 100 21 195 113 329 6.4 59.3 34.3 100 30 354 222 606 5.0 58.4 36.6 100 174 103 277 62.8 37.2 100 187 142 329 56.8 43.2 100 361 245 606 59.6 40.4 100 9 207 61 277 3.2 74.8 22 100 37 266 26 329 11.2 80.9 7.9 100 46 473 87 606 7.6 78.1 14.4 100 182 91 4 277 65.7 32.9 1.4 100 225 102 2 329 68.4 31.0 0.6 100 407 193 6 606 67.2 31.8 1.0 100 14 47 15 15 91 5.1 17.0 5.4 5.4 32.9 7 27 51 17 102 2.1 8.2 15.5 5.2 31.0 21 74 66 32 193 3.5 12.2 10.9 5.2 31.8 51 138 88 277 18.4 49.8 31.8 100 165 125 39 329 50.1 38.0 11.9 100 216 263 127 606 35.6 43.4 21.0 100 9 Kebutuhan Mineral Rata-rata kebutuhan kalsium ibu hamil pada wilayah perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (Tabel 5). Hal ini disebabkan di perdesaan lebih banyak ibu hamil yang berumur remaja (14-18 tahun). Ibu hamil pada umur remaja membutuhkan asupan kalsium lebih tinggi karena masih dalam masa pertumbuhan. Defisiensi zat gizi mikro juga sering terjadi pada masa ini (Thurnham 2013). Kehamilan pada umur ini akan lebih berisiko terhadap kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan (Rah et al. 2008). Rata-rata kebutuhan natrium dan kalium ibu hamil baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah sama. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan angka kebutuhan natrium dan kalium untuk ibu hamil umur 14-49 tahun. Rata-rata kebutuhan kalsium, natrium dan kalium ibu hamil disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Rata-rata, standar deviasi dan median kebutuhan mineral ibu hamil Zat gizi Kalsium (mg) Natrium (mg) Kalium (mg) Perkotaan 806.5±35.5 1500±0.0 4700±0.0 Perdesaan Mean±SD (mg) 812.8±48.9 1500±0.0 4700±0.0 Total 809,9±43.4 1500±0.0 4700±0.0 Asupan Mineral Berdasarkan Tabel 6, rata-rata asupan kalsium ibu hamil di Indonesia masih rendah (403.5±343.1 mg/hari). Hal serupa juga ditemukan pada beberapa negara berkembang seperti Thailand dan Benin Afrika. Asupan kalsium rata-rata pada ibu hamil di Thailand yaitu 523±168.2 mg/hari (Sukchan et al. 2010) dan Benin Afrika 561.69±183.02 mg/hari (Agueh et al. 2015). Hasil yang berbeda ditunjukkan pada negara maju seperti Amerika Serikat dan Finlandia. Asupan kalsium rata-rata pada ibu hamil di Amerika Serikat yaitu 1 671±454 mg/hari (Harville et al. 2004) dan Finlandia sebesar 1 710±654 mg/hari (Erkkola et al. 2001). Asupan kalsium lebih tinggi pada ibu hamil yang tinggal di daerah perkotaan, umur 31-49 tahun, jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, memiliki pendidikan tinggi, status pekerjaan sekolah dan status ekonomi atas. Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diketahui terdapat perbedaan asupan kalsium berdasarkan wilayah dan jumlah anggota rumah tangga. Hasil uji Kruskal Wallis juga menunjukkan adanya perbedaan asupan kalsium menurut pendidikan, status pekerjaan dan status ekonomi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Agueh et al. (2015), dimana ibu hamil dengan tingkat pendidikan dan status ekonomi lebih tinggi akan memiliki asupan kalsium yang lebih tinggi pula. Hasil penelitian Ebrahimi et al. (2013) juga menyebutkan bahwa pendidikan dan pendapatan rumah tangga bepengaruh terhadap asupan kalsium. Tingkat pendidikan formal pada umumnya akan mencerminkan kemampuan seseorang untuk memahami berbagai aspek pengetahuan, termasuk pengetahuan gizi. Di samping itu, semakin tinggi pendidikan seseorang maka aksesnya terhadap media massa juga semakin tinggi sehingga lebih mudah mendapatkan informasi terkait gizi (Hardinsyah 2007). Ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi dan status ekonomi atas lebih 10 banyak terdapat di perkotaan sehingga asupan kalsium ibu hamil di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Tabel 6 Rata-rata, standar deviasi dan median asupan mineral ibu hamil Peubah Wilayah Perkotaan Perdesaan Total Umur 14-18 tahun 19-30 tahun 31-49 tahun Total Jumlah ART Kecil (≤4 orang) Besar (>4 orang) Total Pendidikan Tidak tamat SD Wajib belajar Pendidikan tinggi Total Status pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Sekolah Total Status ekonomi Bawah Menengah Atas Total Kalsium (mg) Natrium (mg) Mean±SD(med) Kalium (mg) 452.1±371.9(334.5)a 362.5±311.5(275.8)b 403.5±343.1(294.3) 1601.7±620.8(1496.7) 1529.2±773.0(1427.8) 1562.3±707.8(1459.7) 1602.9±847.8(1446.4)a 1378.6±733.4(1285.7)b 1481.2±795.0(1367.1) 302.7±258.0(221.3) 403.6±341.7(299.3) 416.9±354.2(312.7) 403.5±343.1(294.3) 1628.8±857.2(1497.5) 1562.7±718.1(1455.2) 1552.8±671.4(1463.5) 1562.3±707.8(1459.7) 1184.9±554.4(1137.2) 1499.5±836.8(1358.3) 1491.9±747.5(1405.0) 1481.2±795.0(1367.1) 429.5±353.8(317.4)a 1604.8±733.8(1462.6) 1532.2±809.6(1405.7)a 365.1±323.5(265.7)b 1499.8±664.3(1456.8) 1405.9±768.5(1327.0)b 403.5±343.1(294.3) 1562.3±707.8(1459.7) 1481.2±795.0(1367.1) 289.4±197.4(274.0)a 375.3±328.0(276.6)a,c 617.1±399.5(514.0)b 1247.2±742.0(1263.4)a 1574.6±711.5(1472.2)b,c 1662.4±627.9(1516.3)c 1186.3±776.4(1070.8)a 1392.9±719.4(1322.4)b 2116.6±890.2(1959.2)c 403.5±343.1(294.3) 1562.3±707.8(1459.7) 1481.2±795.0(1367.1) 385.7±350.5(281.3)a 438.6±322.9(357.5)b,a 479.4±432.7(345.5)a 403.5±343.1(294.3) 1566.3±731.7(1441.0) 1561.5±662.5(1477.4) 1322.9±480.8(1467.0) 1562.3±707.8(1459.7) 1379.2±688.8(1306.2)a 1668.5±875.8(1532.1)b,a 2373.4±2311.9(1473.5)a 1481.2±795.0(1367.1) 327.8±284.2(252.0)a 421.5±363.2(309.2)b 494.8±366.2(410.4)c 403.5±343.1(294.3) 1453.0±802.4(1381.4)a 1645.5±673.0(1525.6)b,c 1576.2±574.7(1516.3)c 1562.3±707.8(1459.7) 1269.6±695.7(1188.0)a 1523.9±754.7(1426.7)b 1752.3±932.5(1497.2)c 1481.2±795.0(1367.1) Keterangan : tanda yang berbeda (a,b,c) menunjukkan hasil uji beda yang signifikan Hasil yang berbeda ditunjukkan pada asupan natrium, rata-rata asupan natrium pada ibu hamil di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Adequate Intake (AI) yaitu sebesar 1 562.3±707.8 mg/hari (Tabel 6). Asupan natrium ini diperoleh dari konsumsi garam, penggunaan BTP seperti MSG dan kandungan natrium dalam makanan serta minuman. Hasil Studi Diet Total (SDT) 2014 menyebutkan bahwa rata-rata asupan natrium di perkotaan dan perdesaan pada wanita usia 1955 tahun adalah 1 272 mg/hari. Rata-rata asupan natrium di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Rata-rata asupan natrium ini lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata asupan natrium pada orang dewasa di Amerika Serikat yaitu 3 569 mg/hari (Zhang et al. 2013) Ibu hamil yang tinggal di daerah perkotaan, umur 14-18 tahun, jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, memiliki pendidikan tinggi, tidak bekerja dan status ekonomi menengah memiliki asupan natrium lebih tinggi. Hasil uji beda juga menunjukkan adanya perbedaan asupan natrium berdasarkan pendidikan dan status ekonomi. Menurut Hardinsyah (2011), pada rumah tangga ekonomi 11 menengah dan atas memang terdapat masalah dengan tingginya konsumsi garam. Asupan natrium seseorang tidak hanya diperoleh dari garam namun dapat juga berasal dari penggunaan BTP (bahan tambahan pangan) serta natrium dari makanan dan minuman. Prevalensi makanan berisiko yang banyak dikonsumsi oleh penduduk >10 tahun di Indonesia adalah penyedap (77.8%) dan lebih banyak dikonsumsi oleh penduduk di daerah perkotaan (Riskesdas 2007). Sebuah penelitian di Sydney, Australia menunjukkan bahwa pada ibu hamil umur remaja lebih banyak mengonsumsi snack dari jenis fast food (Wen 2010). Fast food pada umumnya memiliki kandungan natrium yang tinggi. Rata-rata asupan kalium ibu hamil di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 1 481.2±795.0 mg/hari (Tabel 6). Rendahnya asupan kalium juga terjadi pada orang dewasa di Amerika Serikat, dimana rata-rata asupan kaliumnya sebesar 2631 mg/hari (Congswell et al. 2012). Di Korea Selatan, rata-rata asupan kalium pada penduduk usia ≥2 tahun sebesar 2 900 mg/hari (Lee et al. 2013). Terdapat perbedaan asupan kalium pada ibu hamil berdasarkan wilayah, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, status pekerjaan dan status ekonomi. Asupan kalium ibu hamil lebih tinggi di daerah perkotaan, umur 19-30 tahun, jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, memiliki pendidikan tinggi, status pekerjaan sekolah dan status ekonomi atas. Menurut hasil penelitian Zikrilia (2016), konsumsi buah dan sayur ibu hamil di Indonesia masih rendah terutama di perdesaan. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya asupan kalium pada ibu hamil karena buah dan sayur merupakan kelompok pangan sumber kalium. Hasil Riskesdas (2007) menyebutkan bahwa prevalensi nasional yang kurang mengonsumsi buah dan sayur pada penduduk >10 tahun masih tinggi (93.6%). Kurangnya konsumsi buah dan sayur juga ditemukan pada ibu hamil di Australia, hanya 9% ibu hamil yang memenuhi anjuran konsumsi buah dan 3% yang memenuhi anjuran konsumsi sayur. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa konsumsi buah lebih tinggi pada ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi (Wilkinson 2009). Konsumsi pangan jenis umbi seperti kentang dan ubi jalar pada ibu hamil juga masih rendah (Zikrilia 2016). Kentang merupakan salah satu jenis pangan sumber kalium yang sering dikonsumsi di Amerika (Drewnowski 2015). Konsumsi dan Kontribusi Mineral menurut Kelompok Pangan Susu dan hasil olahannya memiliki kontribusi terbesar asupan kalsium pada ibu hamil di Indonesia (Tabel 7). Hasil penelitian Sacco et al. (2003) pada ibu hamil di Peru juga menunjukkan hal yang sama. Meskipun susu dan hasil olahannya memiliki kontribusi terbesar asupan kalsium, namun kenyataannya konsumsi susu pada ibu hamil di Indonesia masih rendah. Kelompok pangan ini hanya dikonsumsi oleh 33.4% ibu hamil di Indonesia (Zikrilia 2016). Hal ini merupakan salah satu penyebab masih rendahnya asupan kalsium pada ibu hamil di Indonesia. Kontribusi terbesar asupan natrium pada ibu hamil di Indonesia berasal dari kelompok pangan bumbu. Garam, MSG dan kaldu merupakan jenis bumbu yang sering digunakan oleh ibu hamil di Indonesia dan merupakan sumber natrium (Lampiran 1). Hasil penelitian Lee et al. (2013) juga menyebutkan bahwa garam merupakan salah satu sumber terbesar asupan natrium pada penduduk di Korea Selatan. 12 Tabel 7 Konsumsi dan kontribusi mineral menurut kelompok pangan Kelompok Pangan n % Pangan (gram) Sumber karbohidrat 606 100 262.4 Protein hewani 519 85.6 150.2 Protein nabati 297 49.0 50.8 Sayur 531 87.6 81.4 Buah 299 49.3 72.1 Susu dan hasil olahannya 208 34.3 18.8 Bumbu 594 98.0 18.2 Lain-lain 472 77.9 63.8 Kalsium mean±SD mg (%) 28.1±31.4 (7.0) 97.4±182.4 (24.1) 64.9±108.9 (16.1) 74.4±101.9 (18.4) 8.9±19.4 (2.2) 109.9±232.2 (27.2) 6.5±6.3 (1.6) 13.4±37.2 (3.3) Natrium mean±SD mg (%) 240.2±460.8 (15.4) 198.8±311.1 (12.7) 11.4±56.4 (0.7) 6.4±8.6 (0.4) 1.4±2.9 (0.1) 43.2±89.1 (2.8) 1037.5±486.1 (66.4) 23.5±79.7 (1.5) Kalium mean±SD mg (%) 252.4±287.9 (17.0) 408.1±374.2 (27.6) 135.4±262.7 (9.1) 200.0±194.3 (13.5) 193.3±319.7 (13.1) 133.3±276.3 (9.0) 68.2±78.0 (4.6) 90.4±202.6 (6.1) Kelompok pangan yang memiliki kontribusi besar terhadap asupan kalium adalah kelompok pangan protein hewani, sayur dan buah (Tabel 7). Ikan segar merupakan kelompok pangan hewani yang cukup tinggi kandungan kaliumnya serta banyak dikosumsi oleh ibu hamil di Indonesia (Zikrilia 2016). Kandungan kalium per 100 gram bahan pada daun salam, kemiri dan kunyit memang tinggi (Lampiran 2), namun demikian jenis pangan tersebut bukan merupan jenis pangan yang dikonsumsi sehari-hari dalam jumlah yang banyak. Sedangkan sayur dan buah merupakan jenis pangan yang biasa dikonsumsi sehari-hari. Jenis sayur yang sering dikonsumsi ibu hamil di Indonesia adalah bayam dan daun singkong, sedangkan jenis buah yang sering dikonsumsi adalah jeruk (Lampiran 1). Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Mineral Terdapat perbedaan persentase tingkat pemenuhan kalsium ibu hamil berdasarkan wilayah tempat tinggal, umur, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, status pekerjaan dan status ekonomi. Persentase tingkat pemenuhan kalsium ibu hamil lebih tinggi di daerah perkotaan, umur 31-49 tahun, jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, memiliki pendidikan tinggi, status pekerjaan sekolah dan status ekonomi atas (Tabel 8). Asupan makanan merupakan faktor yang mempengaruhi persentase pemenuhan kebutuhan kalsium. Ibu hamil di daerah perkotaan memiliki asupan kalsium lebih tinggi dibandingkan di perdesaan sehingga persentase pemenuhan kalsiumnya juga lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Menurut Hardinsyah (2007), ibu hamil dengan pendidikan tinggi pada umumnya lebih mampu memilih dan mengkombinasikan berbagai jenis pangan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula pendapatan yang dialokasikan untuk pangan, termasuk kelompok pangan hewani yang merupakan sumber kalsium. 13 Persentase tingkat pemenuhan natrium ibu hamil lebih tinggi di daerah perkotaan, umur 14-18 tahun, jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, memiliki pendidikan tinggi, tidak bekerja dan status ekonomi menengah. Hasil uji beda juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persentase tingkat pemenuhan natrium berdasarkan pendidikan dan status ekonomi. Pemenuhan natrium diperoleh dari asupan makanan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu sumber natrium yaitu berasal dari makanan-makanan instan yang banyak dijual di pasaran terutama di daerah perkotaan. Sebuah penelitian di China menunjukkan bahwa pada remaja yang tinggal di daerah perkotaan dan memiliki status ekonomi tinggi lebih banyak mengonsumsi fast food dibandingkan mereka yang tinggal di perdesaan dengan status ekonomi bawah (Shi 2005). Tabel 8 Persentase tingkat pemenuhan mineral ibu hamil Peubah Wilayah Perkotaan Perdesaan Total Umur 14-18 tahun 19-30 tahun 31-49 tahun Total Jumlah ART Kecil (≤4 orang) Besar (>4 orang) Total Pendidikan Tidak tamat SD Wajib belajar Pendidikan tinggi Total Status pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Sekolah Total Status ekonomi Bawah Menengah Atas Total Kalsium (%) Natrium (%) Mean±SD(med) Kalium (%) 56.1±46.2(41.8)a 44.9±39.1(33.9)b 50.1±42.8(36.7) 106.8±41.4(99.8) 101.9±51.5(95.2) 104.2±47.2(97.3) 34.1±18.0(30.8)a 29.3±15.6(27.4)b 31.5±16.9(29.1) 30.3±25.8(22.1)a 50.4±42.7(37.4)b,c 52.1±44.3(39.1)c 50.1±42.8(36.7) 108.6±57.1(99.8) 104.2±47.9(97.0) 103.5±44.8(97.6) 104.2±47.2(97.3) 25.2±11.8(24.2) 31.9±17.8(28.9) 31.7±15.9(29.9) 31.5±16.9(29.1) 53.4±44.2(39.7)a 45.1±40.3(32.5)b 50.1±42.8(36.7) 107.0±48.9(97.5) 99.9±44.3(97.1) 104.2±47.2(97.3) 32.6±17.2(29.9)a 29.9±16.4(28.2)b 31.5±16.9(29.1) 36.0±24.7(33.6)a 46.4±40.9(34.5)a,c 77.1±49.9(64.2)b 50.1±42.8(36.7) 83.1±49.5(84.2)a 105.0±47.4(98.1)b,c 110.1±41.9(101.1)c 104.2±47.2(97.3) 25.2±16.5(22.8)a 29.6±15.3(28.1)b 45.0±18.9(41.7)c 31.5±16.9(29.1) 47.7±43.7(34.9)a 54.7±40.4(44.7)b,a 59.5±53.4(43.2)a 50.1±42.8(36.7) 104.4±48.8(96.1) 104.1±44.2(98.5) 88.2±32.1(97.8) 104.2±47.2(97.3) 29.3±14.7(27.8)a 35.5±18.6(32.6)b,a 50.5±49.2(31.4)a 31.5±16.9(29.1) 40.6±35.3(29.3)a 52.2±45.3(38.5)b 61.7±45.9(51.3)c 50.1±42.8(36.7) 96.9±53.5(92.1)a 109.7±44.9(101.7)b,c 105.1±38.3(101.1)c 104.2±47.2(97.3) 27.0±14.8(25.3)a 32.4±16.1(30.4)b 37.3±19.8(31.9)c 31.5±16.9(29.1) Keterangan : tanda yang berbeda (a,b,c) menunjukkan hasil uji beda yang signifikan Hasil yang berbeda ditunjukkan pada persentase tingkat pemenuhan kalium, dimana pada daerah perkotaan, umur 19-30 tahun, jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, memiliki pendidikan tinggi, status pekerjaan sekolah, dan status ekonomi atas memiliki persentase tingkat pemenuhan kalium lebih tinggi (Tabel 8). Menurut hasil uji beda terdapat perbedaan persentase tingkat pemenuhan kalium berdasarkan wilayah tempat tinggal, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, status pekerjaan dan status ekonomi. Buah dan sayur merupakan kelompok pangan yang tinggi kandungan kalium. Namun, masih banyak ibu 14 hamil diberbagai negara termasuk Indonesia yang kurang mengonsumsi buah dan sayur. Hasil penelitian Wen, (2010) menyebutkan bahwa hanya 7% ibu hamil yang memenuhi anjuran konsumsi sayur dan 13% yang memenuhi anjuran konsumsi buah. Menurut Hardinsyah (2007), seseorang dengan status ekonomi tinggi akan memiliki alokasi untuk biaya pangan yang tinggi pula, sehingga semakin beragam makanan yang dikonsumsinya untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Konsumsi yang beragam ini salah satunya adalah pada kelompok pangan sayur dan buah. Namun, berbeda halnya dengan kelompok ekonomi bawah. Umumnya pola konsumsi kelompok ekonomi bawah lebih sederhana dimana mereka lebih mengutamakan mengonsumsi sumber kalori yang murah (bahan pangan pokok). Tabel 9 Kategori tingkat pemenuhan mineral ibu hamil Peubah Wilayah Perkotaan Perdesaan Total Umur 14-18 tahun 19-30 tahun 31-49tahun Total Jumlah ART Kecil (≤4 orang) Besar (>4 orang) Total Pendidikan Tidak tamat SD Wajib belajar Pendidikan tinggi Total Status pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Sekolah Total Status ekonomi Bawah Menengah Atas Total Kalsium Kurang Cukup n(%) n(%) Kurang n(%) Natrium Cukup n(%) Lebih n(%) Kalium Kurang Cukup n(%) n(%) 203(73.3) 270(82.1) 473(78.1) 74(26.7) 59(17.9) 133(21.9) 49(17.7) 75(22.8) 124(20.5) 193(69.7) 213(64.7) 406(67.0) 35(12.6) 41(12.5) 76(12.5) 262(94.6) 321(97.6) 583(96.2) 15(5.4) 8(2.4) 23(3.8) 27(90.0) 276(78.0) 170(76.6) 473(78.1) 3(10.0) 78(22.0) 52(23.4) 133(21.9) 6(20.0) 72(20.3) 46(20.7) 124(20.5) 20(66.7) 238(67.2) 148(66.7) 406(67.0) 4(13.3) 44(12.5) 28(12.6) 76(12.5) 30(100.0) 338(95.5) 215(96.8) 583(96.2) 0(0.0) 16(4.5) 7(3.2) 23(3.8) 273(75.6) 88(24.4) 71(19.7) 236(65.4) 54(14.9) 348(96.4) 13(3.6) 200(81.6) 45(18.4) 53(21.6) 170(69.4) 22(9.0) 235(95.9) 10(4.1) 473(78.1) 133(21.9) 124(20.5) 406(67.0) 76(12.5) 583(96.2) 23(3.8) 42(91.3) 4(8.7) 16(34.8) 27(58.7) 3(6.5) 44(95.7) 2(4.3) 384(81.2) 47(54.0) 89(18.8) 40(46.0) 97(20.5) 11(12.6) 316(66.8) 63(72.4) 60(12.7) 13(15.0) 464(98.1) 75(86.2) 9(1.9) 12(13.8) 473(78.1) 133(21.9) 124(20.5) 406(67.0) 76(12.5) 583(96.2) 23(3.8) 325(79.9) 144(74.6) 4(66.7) 473(78.1) 82(20.1) 49(25.4) 2(33.3) 133(21.9) 84(20.6) 38(19.7) 2(33.3) 124(20.5) 271(66.6) 131(67.9) 4(66.7) 406(67.0) 52(12.8) 24(12.4) 0(0.0) 76(12.5) 400(98.3) 178(92.2) 5(83.3) 583(96.2) 7(1.7) 15(7.8) 1(16.7) 23(3.8) 186(86.1) 200(76.0) 87(68.5) 473(78.1) 30(13.9) 63(24.0) 40(31.5) 133(21.9) 56(25.9) 45(17.1) 23(18.1) 124(20.5) 137(63.4) 180(68.4) 89(70.1) 406(67.0) 23(10.7) 38(14.5) 15(11.8) 76(12.5) 212(98.1) 251(95.4) 120(94.5) 583(96.2) 4(1.9) 12(4.6) 7(5.5) 23(3.8) Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat pemenuhan kalsium kategori kurang (78.1%). Hal serupa juga terjadi di Thailand dimana 45% ibu hamil memiliki tingkat pemenuhan kalsium yang kurang (Sukchan et al. 2010). Ibu hamil yang memiliki tingkat pemenuhan kalsium kategori kurang lebih banyak terdapat di daerah perdesaan, umur 14-18 tahun, jumlah anggota rumah 15 tangga ≥4 orang, memiliki pendidikan tidak tamat SD, tidak bekerja dan status ekonomi bawah. Kurangnya asupan kalsium saat kehamilan dapat mempengaruhi kepadatan tulang ibu terutama pada ibu hamil usia remaja. Di Indonesia sebanyak 37% wanita usia <25-39 tahun mengalami osteopenia (Jahari dan Prihatini 2007). Hasil penelitian Oliveri et al. (2004) menunjukkan bahwa selama kehamilan dan menyusui kepadatan massa tulang ibu usia remaja berkurang sebanyak 10%. Oleh karena itu pemenuhan asupan kalsium saat kehamilan terlebih lagi pada usia remaja perlu ditingkatkan. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa ibu hamil yang suka mengonsumsi keju saat kehamilan dapat mengurangi risiko terjadinya karies gigi pada anak (Tanaka 2012). Selain itu, pemenuhan kalsium selama kehamilan dapat mengurangi risiko terjadinya preeclampsia (Kumar et al. 2009). Tingkat pemenuhan natrium sebagian besar ibu hamil tergolong kategori cukup (67.0%) (Tabel 9). Namun, sebanyak 12.5% ibu hamil memiliki tingkat pemenuhan kategori lebih. Ibu hamil yang memiliki tingkat pemenuhan natrium kategori lebih banyak terdapat di daerah perkotaan, umur 14-18 tahun, jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, memiliki pendidikan tinggi, tidak bekerja dan status ekonomi menengah. Hasil penelitian Sellmeyer et al. (2002) menunjukkan bahwa asupan natrium yang tinggi berhubungan dengan peningkatan ekskresi kalsium dalam urin dan menganggu mineralisasi tulang. Tingginya asupan natrium juga dapat memicu terjadinya hipertensi (Takase et al. 2015). Sebanyak 96.2% ibu hamil memiliki tingkat pemenuhan kalium kategori kurang. Ibu hamil yang memiliki tingkat pemenuhan kalium kategori kurang lebih banyak terdapat di daerah perdesaan, umur 14-18 tahun, jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, kelompok pendidikan wajib belajar, tidak bekerja dan status ekonomi bawah. Kurangnya pemenuhan kalium ini dapat berpengaruh terhadap tekanan darah dimana peningkatan asupan kalium akan menurunkan tekanan darah (Zhang et al. 2013). Faktor Risiko Kekurangan Kalsium dan Kalium serta Kelebihan Natrium Berdasarkan hasil uji regresi logistik faktor risiko kekurangan kalsium adalah pendidikan. Subjek dengan pendidikan tidak tamat SD/wajib belajar memiliki risiko 3.45 kali (OR= 3.45; CI= 1.958-6.087) lebih besar mengalami kekurangan kalsium dibandingkan subjek dengan pendidikan tinggi. Hasil penelitian Agueh et al. 2015 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan tinggi memiliki asupan kalsium yang lebih tinggi juga. Pendidikan memiliki peran penting dalam pemilihan pangan. Seseorang dengan pendidikan tinggi pada umumnya lebih mampu memilih makanan yang beragam dan memenuhi kebutuhan gizinya. Faktor yang mempengaruhi kelebihan natrium pada ibu hamil adalah jumlah anggota rumah tangga. Jumlah anggota rumah tangga ≥4 orang dapat menurunkan risiko kelebihan natrium pada subjek. Subjek yang memiliki jumlah anggota rumah tangga >4 orang cenderung tidak mengalami kelebihan natrium 1.78 kali (OR= 0.56; CI= 0.331-0.953) dibandingkan subjek yang memiliki jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang. Rumah tangga di Indonesia pada umumnya melakukan pengolahan bahan makanan dalam sekali pemasakan untuk seluruh anggota rumah tangga termasuk dalam penggunaan bumbu seperti garam, dengan demikian pada 16 subjek yang memiliki jumlah anggota rumah tangga >4 orang akan memiliki asupan natrium yang lebih sedikit dibandingkan subjek dengan jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang. Tabel 10 Hasil uji regresi logistik faktor risiko kekurangan kalsium dan kalium serta kelebihan natrium pada ibu hamil Variabel Dependent Kalsium Variabel Independent Konstanta Wilayah Umur ART Pendidikan Status Pekerjaan Natrium Status ekonomi Konstanta Wilayah Umur ART Pendidikan Status Pekerjaan Kalium Status ekonomi Konstanta Wilayah Umur ART Pendidikan Status Pekerjaan Status ekonomi Kategori 0= desa 1= kota 0= 14-18 tahun 1= 19-49 tahun 0= >4 orang 1= ≤4 orang 0= tidak tamat SD/ wajib belajar 1= pendidikan tinggi 0= tidak bekerja/ sekolah 1= bekerja 0= bawah/menengah 1= atas 0= desa 1= kota 0= 14-18 tahun 1= 19-49 tahun 0= >4 orang 1= ≤4 orang 0= tidak tamat SD/ wajib belajar 1= pendidikan tinggi 0= tidak bekerja/ sekolah 1= bekerja 0= bawah/menengah 1= atas 0= desa 1= kota 0= 14-18 tahun 1= 19-49 tahun 0= >4 orang 1= ≤4 orang 0= tidak tamat SD/ wajib belajar 1= pendidikan tinggi 0= tidak bekerja/ sekolah 1= bekerja 0= bawah/menengah 1= atas B Sig -2.414 0.261 0.000 0.218 OR Exp(B) 0.089 1.298 0.639 0.305 1.895 0.559-6.425 0.282 0.184 1.326 0.875-2.011 1.239 0.000 3.452 1.958-6.087 -0.130 0.581 0.878 0.554-1.392 0.168 0.509 1.182 0.719-1.945 2.117 0.020 0.000 0.936 8.307 1.021 0.617-1.688 0.185 0.741 1.204 0.401-3.617 -0.576 0.033 0.562 0.331-0.953 -0.322 0.403 0.724 0.340-1.542 0.077 0.787 1.080 0.616-1.894 0.185 0.583 1.203 0.622-2.328 -2.953 0.768 0.000 0.101 0.052 2.156 0.861-5.394 -1.345 0.098 0.260 0.053-1.281 -0.280 0.514 0.756 0.326-1.751 1.510 0.003 4.528 1.651-12.422 1.016 0.035 2.761 1.075-7.094 -0.451 0.384 0.637 0.230-1.761 Keterangan: signifiksn pada p<0.05 R2 kalsium = 0.089 (8.9%); R2 kalium = 0.148 (14.8%); R2 natrium = 0.018 (1.8%) Dependent variabel = kekurangan kalsium dan kalium (0 = kurang, 1 = cukup) kelebihan natrium (0 = lebih, 1 = cukup) 95.0% CI for Exp(B) 0.858-1.964 17 Pendidikan dan status pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi kekurangan kalium. Subjek dengan pendidikan tidak tamat SD/wajib belajar memiliki risiko 4.52 kali (OR= 4.52; CI= 1.651-12.422) lebih besar mengalami kekurangan kalium dibandingkan subjek dengan pendidikan tinggi. Hasil penelitian Wilkinson (2009), konsumsi pangan sumber kalium seperti buahbuahan lebih tinggi pada ibu hamil dengan pendidikan tinggi. Seseorang dengan pendidikan tinggi pada umumnya memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik serta memiliki kesadaran akan pentingnya konsumsi buah dan sayur untuk kesehatan. Selain itu, subjek yang tidak bekerja memiliki risiko 2.76 kali (OR= 2.76; CI= 1.075-7.094) lebih besar mengalami kekurangan kalium dibandingkan subjek yang bekerja. Seseorang yang bekerja akan memiliki pendapatan yang lebih tinggi sehingga alokasi untuk biaya pangan juga akan meningkat. Semakin tinggi alokasi biaya untuk pangan maka akan semakin tinggi pula daya beli terhadap pangan, yang pada akhirnya akan meningkatkan keragaman konsumsi pangan termasuk buah dan sayur (Hardinsyah 2007). Sebuah penelitian yang dilakukan Drewnowski et al. (2015), menyebutkan bahwa konsumsi pangan tinggi kalium berhubungan dengan peningkatan biaya pangan. Penelitian ini memiliki desain cross sectional yang mengacu pada desain SDT 2014. Desain cross sectional ini hanya bisa mengukur outcome dan exposure dalam satu waktu yang bersamaan sehingga hasil yang disajikan dapat tidak sesuai dengan teori yang ada sebelumnya. Penggunaan metode food recall 24 jam serta adanya beberapa jenis pangan kemasan yang tidak mencantumkan kandungan gizinya juga dapat menyebabkan terjadinya underestimate. Selain itu, penggunaan daftar komposisi bahan pangan dari berbagai sumber dan tahun mungkin tidak sama dengan kondisi saat ini dan dapat menyebabkan terjadinya underestimate. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar ibu hamil berusia 19-30 tahun, tinggal di perdesaan, memiliki jumlah anggota rumah tangga ≤4 orang, pendidikan wajib belajar, status pekerjaan tidak bekerja, pekerjaan utama pegawai swasta/wiraswasta dan status ekonomi menengah. Asupan kalsium rata-rata subjek sebesar 403.5±343.1 mg/hari, natrium 1 562.3±707.8 mg/hari dan kalium 1 481.2±795.0 mg/hari. Ratarata tingkat pemenuhan kalsium, natrium dan kalium pada subjek yaitu 50.1±42.8, 104.2±47.2 dan 31.5±16.9. Sebagian besar subjek memiliki tingkat pemenuhan kalsium dan kalium kategori kurang, namun 12.5% subjek memiki tingkat pemenuhan natrium kategori lebih. Terdapat perbedaan asupan kalsium dan kalium pada subjek berdasarkan wilayah, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan, status pekerjaan dan status ekonomi. Terdapat perbedaan asupan natrium pada subjek berdasarkan pendidikan dan status ekonomi. Faktor risiko 18 kekurangan kalsium pada subjek adalah pendidikan. Faktor risiko kekurangan kalium adalah pendidikan dan status pekerjaan, sedangkan faktor risiko kelebihan natrium adalah jumlah anggota rumah tangga. Saran Perlu edukasi dan peningkatan konsumsi pangan sumber kalsium seperti susu, ikan kecil, daging, tempe dan kacang-kacangan serta peningkatan konsumsi pangan sumber kalium seperti sayur dan buah pada ibu hamil guna memenuhi kebutuhan gizinya. Pengambilan data konsumsi sebaiknya tidak hanya dilakukan 1x24 jam agar dapat menggambarkan asupan kalsium, natrium dan kalium sebenarnya. Selain itu, pengambilan data penggunaan bumbu pada makanan instan sebaiknya memperhatikan penggunaan yang sesungguhnya. 19 DAFTAR PUSTAKA Adriani M, Wirjatmadi B. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Agueh VD, Tugoue MF, Sossa C, Metonnou C, Azandjeme C, Paraiso NM, Ouendo ME, Ouedraogo LT, Makoutode M. 2015. Dietary calcium intake and associated factors among pregnant women in Southern Benin in 2014. Food and Nutrition Sciences. 6: 945-954. Almatsier S, Soetarjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta(ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Aritonang E. 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Jakarta (ID): IPB Press. [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 1996. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN. Brown JE. 2014. Nutrition Throught the Life Cycle Fifth Edition. America (USA): Thomson Wadsworth. Congwell ME, Zhang Z, Carriquiry AL, Gunn JP, Kuklina EV, Saydah SH, Yang Q, Moshfegh AJ. 2012. Sodium and potassium intakes among US adults: NHANES 2003-2008. American Journal of Clinical Nutrition. 96: 647-57. Drewnowski A, Rehm CD, Maillot M, Monsivais. 2015. The relation of potassium and sodium intakes to diet cost among US adults. Journal of Human Hypertension. 29: 14-21. Ebrahimi F, Shariff ZM, Rezaeian M, Tabatabaei SZ, Mun C, Tajik E. 2013. Socioeconomic status and intake of energy and sodium are associated with calcium intake among pregnant women in Rafsanjan city, Iran. Journal of Obstetrics and Gynecology Research. 39: 146-153. Erkkola M, Karppinen M, Javanainen J, Rasanen L, Knip M, Virtanen SM. 2001. Validity and reproducibility of a food frequency questionnaire for pregnant finnish women. American Journal of Epidemiology. 5(154). Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assessment. New York (US): Oxford University Press. Hardinsyah. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan. 2(2): 55-74. _________. 2011. Analisis konsumsi lemak, gula, dan garam penduduk Indonesia. Gizi Indon. 34(2): 92-100. Harville EW, Schramm M, Watt-Morse M, Chantala K, Anderson JJ, HertzPicciotto I. 2004. Calcium intake during pregnancy among white and african–american pregnant women in the United States. Journal of American Collage of Nutrition. 23(1): 43-50. [IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary Reference Intakes for Water, Potassium, Sodium, Chloride, and Sulfate. Washington (US): National Academy Press. 20 Jahari AB, Prihatini S. 2007. Risiko osteporosis di Indonesia. Gizi Indon. 30(1): 1-11. Kumar A, Devi SG, Batra S, Singh C, Shukla DK. 2009. Calcium supplementation for prevention of pre-eclampsia. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 104: 32-36. Lee HS, Duffey KJ, Popkin BM. 2013. Sodium and potassium intake patterns and trends in South Korea. Journal of Human Hypertension. 27: 298-303. Lee YA, Hwang JY, Kim H, Kim KN, Ha EH, Kim Y, Hong YC, Chang N. 2013. Relationship between maternal sodium intake and blood lead concentration during pregnancy. British Journal of Nutrition. 109(5): 853-8. Oliveri B, Parisi MS, Zeni S, Mautalen C. 2004. Mineral and bone mass changes during pregnancy and lactation. Nutrition. 20(2): 235-40. Rah JH, Christian P, Shamim AA, Arju UT, Labrique AB, Rashid M. 2008. Pregnancy and lactation hinder growth and nutritional status of adolescent girl in rural Bangladesh. Journal of Nutrition. 138(8): 1505-11. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar Indonesia. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI. ________________________________________. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI. ________________________________________. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2013. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI. [SKDI] Survei Demofrafi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2012. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. [SDT] Studi Diet Total. 2014. Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI. Sacco LM, Caulfield LE, Zavaleta N, Retamozo L. 2003. Dietary pattern and usual nutrient intakes of peruvian women during pregnancy. European Journal of Clinical Nutrition. 57: 1492-1497. Sellmeyer DE, Schloetter M, Sebastian A. 2002. Potassium citrate prevent increased urine calcium excretion and bone resorption induced by a high sodium chloride diet. The Journal of Clinical Endocrinology&Metabolism. 87(5): 2008. Shi Z, Kumar BN, Ottesen GH. 2005. Socio-demographic differences in food habits and preferences of scool adolescents in Jiangsu Province, China. European Journal of Clinical Nutrition. 59: 1439-1448. Sukchan P, Liabsuetrakul T, Chongsuvivatwong V, Songwathana, Sornsrivichai V, Kuning M. 2010. Inadequacy of nutrients intake among pregnant women in the deep south of Thailand BMC Public Health. 10: 572. 21 Takase H, Sugiura T, Kimura G, Ohte N, Dohi Y. 2015. Dietary sodium consumption predicts future blood pressure and incident hypertension in the japanese normotensive general population. Journal of the American Heart Association. 4: e001959. Tanaka K, Miyake Y, Sasaki S, Hirota Y. 2012. Dairy product and calcium intake during pregnancy and dental caries in children. Nutrition Journal. 11:33. Thurnham DI. 2013. Nutrition of adolescent girls in low and middle income countries. Sight Life. 27: 26-37. [USDA] United State Department of Agriculture. 2015. USDA National Nutrient Database for Standard Reference. [15 April 2016]. www.ndb.usda.gov./ndb/foods. Wen LM, Flood VM, Simpson JM, Rissel C, Baur LA. 2010. Dietary behaviours during pregnancy: findings from first-time mothers in Southwest Sydney, Australia. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity. 7: 13. Wilkinson SA, Miller YD, Watson B. 2009. Prevalence of health behaviours in pregnancy at service entry in a Queesland health service district. Australian and New Zealand Journal of Public Health. 33(3): 228-33. Yin J, Dwyer T, Riley M, Cochrane J, Jones G. 2010. The association between maternal diet during pregnancy and bone mass of the children at age 16. European Journal of Clinical Nutrition. 64: 131-137. Zhang et al. 2013. Association between usual sodium and potassium intake and blood pressure and hypertension among US adults: NHANES 2005-2010. Plos One. 10(8) :e75289. Zikrilia R. 2016. Analisis Pemenuhan Konsumsi Pangan Ibu Hamil di Indonesia Berdasarkan Studi Diet Total [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 22 23 Lampiran 1 Pangan sumber kalsium berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat konsumsi Rata-rata±SD (gram) Jumlah Subjek Tingkat Partisipasi (%) % Terhadap Kebutuhan Telur ayam ras 57.0±36.4 229 37.8 4.8 Tahu 99.3±77.9 140 23.1 15.2 Tempe kedelai 71.2±53.4 128 21.1 13.6 Bayam 40.9±24.8 93 15.3 19.0 Daun singkong 51.2±37.2 62 10.2 13.4 Kangkung 41.9±31.7 56 9.2 3.8 Nama Pangan Susu prenagen, bubuk 43.2±25.9 49 8.1 37.3 119.0±67.8 45 7.4 2.5 Caisin/sawi hijau 30.7±22.1 43 7.1 9.6 Susu lactamil, ibu hamil, coklat, bubuk 41.4±24.9 40 6.6 40.9 164.3±68.8 35 5.8 6.3 46.5±31.0 33 5.4 56.1 Tongkol, segar, ikan Kembung (oci), ikan Susu prenagen, vanila, bubuk Keterangan: cut off tingkat partisipasi 5% Pangan sumber natrium berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat konsumsi Nama Pangan Garam MSG/Vetsin/Mecin Jumlah Subjek Tingkat Partisipasi (%) % Terhadap Kebutuhan 2.0±0.9 590 97.4 51.0 Rata-rata±SD (gram) 0.7±0.6 364 60.1 17.7 57.0±36.4 229 37.8 7.2 Kaldu ayam, bubuk (chicken broth) 1.1±0.8 115 19.0 17.1 Kecap manis 6.8±5.4 103 17.0 25.2 Ayam, daging 89.4±72.9 77 12.7 4.1 Susu prenagen, bubuk 43.2±25.9 49 8.1 9.4 119.0±67.8 45 7.4 3.1 5.8±9.3 43 7.1 2.9 Susu lactamil, ibu hamil, coklat, bubuk 41.4±24.9 40 6.6 8.6 Roti manis, coklat 55.8±20.9 37 6.1 21.5 Kembung (oci), ikan 164.3±68.8 35 5.8 17.3 Ayam, daging bagian dada 140.1±70.2 34 5.6 5.9 46.5±31.0 33 5.4 9.6 Telur ayam ras Tongkol, segar, ikan Margarin Susu prenagen, vanila, bubuk Keterangan: cut off tingkat partisipasi 5% 24 Pangan sumber kalium berdasarkan tingkat partisipasi dan tingkat konsumsi Nama Pangan Rata-rata±SD (gram) Jumlah Subjek Tingkat Partisipasi (%) % Terhadap Kebutuhan Tahu, mentah 99.3±77.9 140 23.1 2.6 Tempe kedelai 71.2±53.4 128 21.1 5.6 Bayam 40.9±24.8 93 15.3 4.8 Daun singkong 51.2±37.2 62 10.2 6.0 Susu prenagen, bubuk 43.2±25.9 49 8.1 9.9 Jeruk manis 95.1±58.4 41 6.8 3.7 Susu lactamil, ibu hamil, coklat, bubuk 41.4±24.9 40 6.6 7.5 164.3±68.8 35 5.8 15.2 46.5±31.0 33 5.4 9.0 Kembung (oci), ikan Susu prenagen, vanila, bubuk Keterangan: cut off tingkat partisipasi 5% 25 Lampiran 2 Pangan sumber kalsium berdasarkan pola konsumsi pangan dan tingkat konsumsi Nama Pangan Kandungan Kalsium per 100 gram % Terhadap Kebutuhan Susu anlene gold, vanilla, bubuk 2000 247 Ikan teri, bubuk 1904 235 Susu produgen gold, coklat, bubuk 1829 226 Ikan teri tawar, kering 1700 210 Mujahir, ikan, dendeng, kering 1700 210 Susu ovaltine coklat, bubuk 1429 176 Udang kering (ebi) 1343 166 Rebon, udang kering 1343 166 Susu skim, bubuk 1292 160 Nutrijell, jelly, bubuk 1280 158 Tepung ikan 1209 149 Kayu manis 1002 124 Ikan teri nasi, kering 1000 123 Susu prenagen, vanila, bubuk 978 121 Belut 840 104 Susu lactamil, bubuk 800 99 Susu lactamil, ibu hamil, coklat, bubuk 800 99 Susu whole, bubuk 770 95 Keju 710 88 Ketumbar, kering 709 88 Susu prenagen, bubuk 700 86 Kerang 665 82 Cengkeh kering 632 78 Jelly mini puding, inaco 558 69 Bayam merah 518 64 Teri, ikan, segar 500 62 Merica, bubuk 460 57 Minuman sereal, susu, energen, bubuk 414 51 Koko krunch rasa coklat (sereal) 400 49 Bayam 376 46 Susu indomilk, SKM putih 300 37 Susu indomilk, SKM coklat 286 35 Kacang kedelai, basah, mentah 277 34 Biji melinjo, mentah 272 34 Kacang mete, panggang 266 33 Merica, butir, kering 265 33 26 Pangan sumber kalsium berdasarkan pola konsumsi pangan dan tingkat konsumsi (lanjutan) Nama Pangan Kandungan Kalsium per 100 gram % Terhadap Kebutuhan Caisin/sawi hijau 253 31 Daun melinjo 249 31 Sarden, dalam kaleng 240 30 Kacang kedelai, kering, mentah 222 27 Daun singkong 211 26 Daun kacang panjang 206 25 Udang, segar 200 25 Kacang hijau, pati (tepung hunkwe), bubuk 195 24 Kacang kedelai, tepung 195 24 Asam kandis, kering 192 24 Coklat susu batang 189 23 Pala biji 184 23 Tempe kedelai murni, mentah 155 19 Katuk/memata (Melayu), Simani (Minangkabau) 151 19 Kacang merah, segar/basah, mentah 143 18 Biji kacang gude, kering, mentah 125 15 Kacang hijau, kering, mentah 125 15 Wijen, biji, mentah 125 15 Tahu, mentah 124 15 Keterangan: Klasifikasi pangan sumber berdasarkan peraturan BPOM No 13 tahun 2016 27 Pangan sumber natrium berdasarkan pola konsumsi pangan dan tingkat konsumsi Kandungan Natrium per 100 gram % Terhadap Kebutuhan Garam 38758 2584 MSG/Vetsin/Mecin 38758 2584 Baking soda 27360 1824 Kaldu sapi, bubuk (beef broth) 26000 1733 Kaldu ayam, bubuk (chicken broth) 23875 1592 Kecap ikan (fish sauce) 7851 523 Taoco (fermentasi kedelai) 5586 372 Kecap 5586 372 Ikan pindang, layang 2789 186 Bihun instant, rebus, super bihun 2418 161 Mi instant, bakso, sedap 2402 160 Kaldu ayam, cair (Pati ayam cair) 2388 159 Lomak, ikan, asin 1998 133 Ikan asin peda banjar 1991 133 Ikan asin, kotombo 1991 133 Ikan pindang, banjar 1991 133 Ikan asin, pepetek 1976 132 Mi instant, kari ayam, indomie 1875 125 Mi instant, ayam bawang, indomie 1735 116 Mi instant, goreng, isi dua, sarimie 1566 104 Mi instant, ayam bawang, sarimie 1433 96 Mi instant, kari spesial, sedap 1381 92 Saos sambal 1338 89 Mi instang, goreng, indomie 1258 84 Mi instant, rebus, sarimie 1200 80 Mi instant, goreng, sedap 1142 76 Mi instant, goreng extra pedas, gaga 1119 75 Pilus 1067 71 Ayam goreng kentucky sayap extra crispy 884 59 Sosis sapi 822 55 Sosis, ayam 822 55 Saluang, ikan, kering 780 52 Sepat, ikan, kering 780 52 Margarin 751 50 Keripik kentang 656 44 Keju 653 44 Mentega (Butter) 643 43 Mayonaise 635 42 Ayam goreng kentucky dada extra crispy 606 40 Sarden makarel, dalam kaleng 557 37 Nama Pangan 28 Pangan sumber natrium berdasarkan pola konsumsi pangan dan tingkat konsumsi (lanjutan) Kandungan Natrium per 100 gram % Terhadap Kebutuhan Keripik singkong, bumbu 522 35 Petis ikan 474 32 Petis udang, kering 474 32 Terasi 474 32 Nuget ayam 470 31 Kemiri 452 30 Kerang 392 26 Ikan asin, sunu 377 25 Susu produgen gold, coklat, bubuk 371 25 Susu anlene gold, vanilla, bubuk 367 24 Susu lactamil, bubuk 350 23 Ikan teri, bubuk 349 23 Tepung ikan 349 23 Susu prenagen, bubuk 325 22 Ikan teri nasi, kering 312 21 Ikan teri tawar, kering 312 21 Mujahir, ikan, dendeng, kering 312 21 Susu prenagen, vanila, bubuk 311 21 Susu lactamil, ibu hamil, coklat, bubuk 310 21 Cengkeh kering 277 18 Gurita 230 15 Udang kering (ebi) 227 15 Rebon, udang kering 227 15 Dendeng, sapi 220 15 Telur ayam ras, bagian kuning 219 15 Nama Pangan Keterangan: Klasifikasi pangan sumber berdasarkan peraturan BPOM No 13 tahun 2016 Pangan sumber kalium berdasarkan pola konsumsi pangan dan tingkat konsumsi 29 Nama Pangan Kandungan Kalium per 100 gram % Terhadap Kebutuhan Salam koja (daun kari), segar 3805 81 Kemiri 3805 81 Kopi bubuk 3535 75 Kunyit 2080 44 Kacang kedelai 1797 38 Susu skim, bubuk 1743 37 Kacang merah 1406 30 Ketumbar 1267 27 Susu prenagen, bubuk 1075 23 Tepung ikan 1067 23 Cengkeh kering 1020 22 Teh hijau 1000 21 Teh hitam 1000 21 Teh melati 1000 21 Susu lactamil, bubuk 975 21 Susu prenagen, vanila, bubuk 911 19 Biji kacang gude 871 19 Biji koro benguk 871 19 Susu lactamil, ibu hamil, coklat, bubuk 850 18 Susu ovaltine coklat, bubuk 786 17 Kacang mete 732 16 Serai/sereh, segar 723 15 Kacang tanah 705 15 Ikan baronang 692 15 Keterangan: Klasifikasi pangan sumber berdasarkan peraturan BPOM No 13 tahun 2016 30 Lampiran 3 Surat Ijin Penggunaan Data 31 Lampiran 4 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sleman pada tanggal 2 November 1991 dari bapak Suhardi dan Ibu Hartini. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan SD di MI Negeri I Yogyakarta tahun 1998-2004, SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta 2004-2007, dan SMA Negeri 2 Yogyakarta 20072010. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di program Diploma III Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif di organisasi Sentra Kerohanian Islam (SKI) Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan juga UKM jurnalistik. Tahun 2013 penulis melakukan wiyata bakti di Puskesmas Kraton Yogyakarta. Di tahun 2014 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah dietetik dan kulinari di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor tahun 2014 program alih jenis. Tahun 2015 penulis pernah mengikuti International Symposium on Food and Nutrition yang diselenggaran oleh Pergizi Pangan Indonesia serta kemah riset di Kepulauan Seribu yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.