Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti) Jurnal KBP Vol 2 – No. 2, Juni 2014 ANALISA KINERJA KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY AND TRADING COMPANY Tbk BERDASARKAN METODE ANALISA PERBANDINGAN INTERNAL DAN INDUSTRI (SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN) Teti Chandrayanti Dosen PNS dpk Fakultas Ekonomi Universitas Ekasakti Padang ([email protected]) Abstract There are 16 companies in the food and beverage sector in the Indonesian Stock Exchange at 2013. The consideration this research in this sector are because stability of this sector, Indonesian economic does not influence food ang beverage sector. Besides that its product, such as instant drinks and instant products are choiced by people especially who live in the city. PT Ultrajaya Milk Industry dan Trading Company Tbk (ULTJ) is one of the food and beveraged company which is listed in the Indonesian Stock Exchange. The Choice of this company as a subject of the research because it is the only company in its industry which has increase its price stock approximately near 238% (2013) compare by the previous year ( 2012). While in the stock exchange market, price of the ULTJ stock show apreciate by public to the performance of the company especially in the financial condition. Methodology of this research By using qualitatif analysis. The first problem is to know the position of PT ULTJ among its competitor in its industry based on profitability ratio such as ROE, ROI. NPM and EPS. The second problem is answered by using comparison internal analysis use financial ratio and and Operating ratios in some periods. Data for this reseach are taken from 2010-2013. But for industrial comparison and the price of stock are taken only data in the 2012 and 2013. The last problem is to find the answer why of the ULTJ stock price increase sharply from many perspective such as, financial condition, corporate action and related informations. The conclusion of this research are condition of PT ULTJ is good among its competitor based on ROE, ROI, and NPM ratio. Unfortunatelly based on EPS ratio is not good. The condition of PT ULTJ for period 2010 up to 2013 showed good for financial ratio, but for operating ratio must be improved in the future. The reason why the price of ULTJ stock is higly increased is becasue of joint venture PT ULTJ with the big corporation at Japan which produce healthy food. I.Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Harga saham di pasar modal merupakan cerminan apresiasi masyarakat terhadap kinerja perusahaan yang bersangkutan. Harga saham ini merupakan ukuran yang obyektif mengenai nilai investasi pada sebuah perusahaan. Oleh karena itu investor akan membeli atau menjual saham berdasarkan keyakinan yang dimilikinya. Banyak teori yang kemudian mempelajari faktor-faktor apa yang mempengaruhi harga saham. Salah satunya variasi harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang bersangkutan di samping dipengaruhi oleh hukum permintaan 266 Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279 dan penawaran. Sehingga dapat dikatakan kinerja perusahaan akan menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar modal. Mengevaluasi kondisi perusahaan secara garis besar dapat dilakukan baik secara internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya kondisi ekonomi, politik dan keamanan serta kondisi industrinya. Sedangkan faktor internal dapat dianalisa dari kondisi keuangannya yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikannya. Baik evaluasi secara internal dan eksternal biasanya dilakukan untuk lebih mendukung hasil analisa yang diperoleh. Di Bursa Efek Indonesia ada 9 sektor, dan sektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang termasuk di dalamnya. Sektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang menarik untuk diamati, karena sektor ini memiliki beberapa karakteristik seperti : 1. Merupakan sektor yang relatif stabil 2. Tidak terpengaruh oleh musim /perubahan kondisi ekonomi seperti inflasi 3. Hasil produksi cenderung digemari oleh masyarakat 4. Dalam kondisi krisis atau tidak ,sebagian besar produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan 5. Merupakan industri hilir yang produknya berupa consumer goods. 6. Masyarakat pada umumnya mengenali produk mana yang laku dan tidak laku Dengan kata lain risiko yang dimilliki perusahaan makanan dan 267 minuman lebih kecil dibanding risiko pada industri sektor lain seperti sektor keuangan yang rentan terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah. Tetapi hambatannya adalah karena itu merupakan produk konsumsi jadi pertumbuhannya tidak secepat sektor keuangan, karena ada keterbatasan konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Harga saham suatu perusahaan menunjukkan nilai penyertaan dalam perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh begitu banyak faktor seperti kinerja perusahaan, resiko, dividen , tingkat suku bunga, penawaran, permintaan , laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian. Karena perubahan faktor-faktor diatas harga saham akan mengalami perubahan naik dan turun. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat. Apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat juga baik dan sebaliknya jika harga saham perusahaan rendah, nilai perusahaan dimata masyarakat menjadi kurang baik, maka harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Terdapat 16 perusahaan yang berada di sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa efek Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut selalu berinovasi untuk menghasilkan produkproduk baru. Karena berada dalam industri yang sama, hal ini berakibat pada fluktuasi penjualan perusahaan masing-masing yang akhirnya akan berimbas pada keuntungan perusahaan dan akhirnya berpengaruh pada harga saham perusahaan. Karena harga saham selalu berubah bukan hanya dalam hitungan menit tapi juga detik , maka data harga saham yang ditampilkan adalah harga penutup Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti) (closing price) di akhir tahun yang bersangkutan. Adapun datanya srbagai berikut: Tabel 1. Harga Saham Penutup (Closing Price) Perusahaan Perusahaan di Sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 dan tahun 2013. No KODE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 ADES AISA ALTO CEKA DAVO DLTA ICBP INDF MLBI MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ Perusahaan PT.Akasha Wira Internasional PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Lestari Tbk PT.Tri Banyan Tirta Tbk PT.Cahaya Kalbar Tbk PT.Davomas Abadi Tbk PT.Delta Djakarta Tbk PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT.Indofood Sukses Makmur Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Prashida Aneka Niaga Tbk PT Nippon Indosari Corporindo Tbk PT Sekar Bumi Tbk PT Sekar laut Tbk PT.Siantar Top Tbk PT.Ultrajaya Milk Industry and Trading Company TBk Sumber : Emiten co.id (2014) Terlihat bahwa pada tahun 2013 secara umum untuk industri makanan dan minuman ini ada 11 perusahaan yang mengalami kenaikan harga sahamnya dibandingkan tahun sebelumnya (2012). Sedangkan yang tidak mengalami perubahan harga saham ada 2 perusahaan yaitu PT Davomas Abadi Tbk dan PT Sekar Laut Tbk. Sedangkan yang mengalami penurunan harga saham terdiri dari 3 perusahaan yaitu PT Cahaya Kalbar Tbk, PT Prashida Aneka Niaga dan PT Nippon Indosari Corporindo Tbk. Dari 11 perusahaan yang mengalami peningkatan harga saham, hanya PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk yang mengalami lonjakan peningkatan harga sebesar 238%. Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul : “ Analisa Harga saham (Rp/lemb ar) 2012 1.900 1.080 305 1.230 50 255.000 8.100 5.850 735.000 19.600 205 6.900 390 180 1.140 1.330 Harga saham (Rp /lembar) 2013) 2.000 1.430 570 1.160 50 380.000 10.200 6.600 1.200.000 26.000 150 5.100 480 180 1.550 4.500 Kenaikan /penurunan (dalam %) 5,26 32 86,8 -5,69 0 49 25,92 12,82 63,27 32,65 -26,83 -26,09 23,08 0 35,96 238 Kinerja Keuangan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Berdasarkan Metode Analisa Perbandingan Internal dan Industrinya (Sektor Industri Makanan dan Minuman ) “ . 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja keuangan PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk dibandingkan dengan industrinya pada tahun 2012? 2. Bagaimana kinerja keuangan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk secara internal dari periode tahun 2010 sampai dengan periode 2013? 268 Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279 3. Apa yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga saham PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk berdasarkan harga penutup tahun 2012-dan tahun 2013? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company TBk dengan industrinya pada tahun 2012 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk dar periode 2010 sampai dengan 2013 3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga saham PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk II. Landasan Teori Dewasa ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang sudah „go public”. Ini berarti mereka harus mempublikasikan laporan keuangan perusahaannya kepada masyarakat. Karena bagaimana mungkin masyarakat mau membeli saham, kalau tidak ada data yang menyatakan kondisi keuangan perusahaan. Salah satu cara melihat sehat tidaknya kondisi perusahaan adalah dengan menganalisa laporan keuangan yang dipublikasikannya. Oleh karena itu laporan keuangan yang dibuat harus dapat diterima oleh masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ada beberapa cara mengevaluasi metode laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan. Masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihannnya masingmasing. Harmono (2009:104) analisis 267 laporan keuangan merupakan alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan yang menyeluruh, dapat dipergunakan untuk mendeteksi/mendiagnosa tingkat kesehatan perusahaan, melalui analisis kondisi arus kas atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Salah satu metode yang sering dipakai adalah metode comparison atau perbandingan. Adapun kelebihan metode ini ialah mudah melakukannya, karena dihitung berdasarkan data historis di masa yang lalu, adapun kelemahannnya lebih berpedoman pada data dimasa yang lalu, padahal di masa yang akan datang banyak faktor yang berpengaruh yang belum dapat kita prediksi pada saat ini. Laporan keuangan yang dipublikasikan kepada masyarakat dapat memberikan gambaran yang mendetail mengenai kondisi perusahaan. Laporan neraca dan laporan laba rugi adalah dua laporan keuangan yang menjadi prioritas untuk dipublikasikan, walaupun laporan keuangan lain seperti capital statemen (perubahan modal), kebijakan dividend pay out dan lain sebagainya mempengaruhi preferensi masyarakat juga. Laporan keuangan yang dihasilkan memiliki keterkaitan satu sama lain. Contohnya data mengenai penjualan bersih perusahaan apakah selalu diikuti dengan peningkatan profit bersih dan kenailkan jumlah asset yang dimiliki perusahaan?. Jawabannya akan sangat tergantung manajemen keuangan perusahaan. Peningkatan laba perusahaan belum tentu meningkatkan dividen yang diterima pemilik saham, karena kalau prioritas perusahaan adalah pengembangan perusahaan untuk jangka panjang dengan menggunakan laba yang ditahan atau Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti) Retain Earning, maka dividen tentu akan dipengaruhinya. Analisis rasio keuangan dapat dikelompokkan ke dalam lima aspek rasio perusahaan , yaitu : (1) rasio likuiditas; (2) rasio aktivitas; (3) rasio profitabilitas dan (4) rasio solvabilitas (leverage) dan (5) rasio nilai perusahaan (Harmono, 2008:106). Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada rasio profitabilitas. Menurur Darsono (2009:58) rasio profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Analisis profitabilitas terdiri dari (1) common size income statemen (2) Gross Profit margin (3) Operating Profit Margin (4) Net Profit margin (5) Return On asset; (6) Return On Equity(7) Earning Per Share dan (8) Price Earning ratio. Penekanan terhadap rasio profitabilitas juga bedasarkan pertimbangan untuk kelangsungan hidup perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Berdasarkan ketersedian data yang diperoleh maka rasio profitabilitas yang akan dibandingkan meliputi ROI,ROE,NPM dan EPS. III. Metode Penelitian 2.1. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan yang diperoleh dari laporan keuangan tahun 2012 dan 2013 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang sudah diolah dan didapatkan melalui dokumendokumen yang telah tersedia seperti dari data industri makanan dan minuman yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, dan juga informasiinformasi lain yang relevan yang diambil dari media yang terkait. 2.2. Metode Analisa Metode analisa yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif. Metode kualitatif adalah metode dengan cara menjelaskan, menjabarkan, memaparkan, menggambarkan serta mendeskripsikan temuan yang diperoleh di tempat penelitian kemudian dibandingkan dengan teorinya. Untuk memjawab masalah pertama dipakai metode analisa perbandingan rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas yang meliputi (Return On Investmen (ROI) ,Return On Equity (ROE), Net Ptofit Margin (NPM), Earning Per Share (EPS)) dari semua perusahaan (15 ) yang tercantum di industri makanan minuman dibandingkan dengan ROI,ROE,NPM dan EPS PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk pada tahun yang sama yaitu tahun 2012. Patokan tahun 2012 diambil karena lonjakan terjadi pada saat antara closing price tahun 2012 dan closing price tahun 2013. Sedangkan untuk menjawab masalah nomor dua akan dipakai perbandingan internal rasio rasio keuangan perusahaan ( PT Ultrajaya Milk industri and Trading Company Tbk) pada tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013. Permasalahan 3 akan dijawab melalui beberapa pendekatan yang relevan seperti corporate action, kebijakan dividen dan informasi yang diterima pasar berkaitan dengan aktifitasnya. Tiga pendekatan diatas dilakukan berkaitan dengan ketersediaan data yang relevan. 268 Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279 III.Hasil Penelitian 3.1.Perbandingan Rasio-rasio Keuangan Profitabilitas Sektor Makanan dan Minuman tahun 2012 Adapun rasio-rasio keuangan PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk pada tahun 2012 dibandingkan dengan perusahaan –perusahaan lain dalam industri yang sama adalah sebagai berikut : Tabel 2. Data rasio ROI, ROE, NPM dan EPS pada tahun 2012 pada perusahaan –perusahan yang tercantum di Bursa Efek Indonesia di seltor Industri makanan dan minuman KODE ADES AISA ALTO CEKA DAVO DLTA ICBP INDF MLBI MYOR PSDN ROTI SKBM SKLT STTP ULTJ ROI 0,222 0,119 0,095 0,089 0,086 0,378 0,160 0,116 0,647 0,139 0,098 0,165 0,038 0,052 0,100 0,177 ROE 0,399 0,125 0,086 0,126 -1,268 0,357 0,190 0,140 0,481 0,243 0,063 0,224 0,099 0,061 0,129 0,221 NPM 0,175 0,092 0,131 0,052 -2,226 0,296 0,106 0,095 0,360 0,071 0,020 0,125 0,014 0,020 0,058 0,126 EPS 141 87 10 196 -217 13328 391 544 14489 971 18 147 15 12 57 122 Dari tabel diatas terlihat bahwa kondisi keuangan PT Ultrajaya Milk and Trading company Tbk dilihat dari ke-empat ratio tersebut adalah baik, karena tidak ada yang bernilai negarif seperti DAVO. Jadi dibandingkan dengan perusahaan -perusahaan dalam industri yang sama kondisi PT ULTJ cukup baik dengan nilai ROI =17%, ROE =22,1%. NPM 12,6% dan EPSnya adalah Rp 122 per lembar saham. ROI merupakan penilaian profitabilitas atas total investasi dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total aktiva. Menurut 269 Syamsuddin Lukman (2004:63) ROI biasa juga disebut dengan “Return On Total Assets” merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di perusahaan. Semakin tinggi ratio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Berdasarkan tabel 2. Peringkat ROI PT ULTJ di industrinya pada akhir tahun 2012 menduduki posisi ke empat, sedangkan yang tertinggi MLBI sebesar 64,8%, DLTA 37,8% dan ADES sebesar 22,2%. ROE merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Syamsuddin Lukman (2004:64) ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen ) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. ROE PT ULTJ menduduki peringkat 6 besar. Dengan posisi pertama MLBI sebesar 48,1% diikuti berturut-turut ADES sebesar 39,9%, DLTA sebesar 35,7%, ROTI sebesar 22,4%, serta MYOR 24,3%. NPM merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi Nilai Profit margin semakin baik operasi perusahaan. Suatu Net Profit Margin yang dikatakan „baik” akan sangat tergantung dari jenis industri di dalam mana perusahaan berada (Syamsuddin Lukman, 2004 : 62). Dapat dilihat bahwa PT ULTJ berada pada posisi 5 Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti) besar dilihat dari NPMnya. Posisi pertama adalah MLBI sebesar 36,0%, kedua DLTA 24,6%, ketiga ADES sebesar 17,5 dan keempat adalah ALTO sebesar 13,1 %. EPS atau pendapatan per lembar saham merupakan tolak ukur profitabilitas modal yang telah ditanam para pemegang. EPS merupakan jumlah laba untuk pemegang saham biasa (Toto Prihadi, 2008:128) . Berdasarkat peringkat EPS posisi PT ULTJ merosot berada di posisi 9 dari 16 perusahaan lainnya yang terdaftar. Berarti posisi ke 6 dari bawah. Ini harus dianalisa lebih lanjut, karena bagi beberapa sumber menyatakann EPS mempengaruhi nilai saham perusahaan.. EPS merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan, walaupun belum tentu nilai EPS semuanyanya didistribusikan kepada pemegang saham biasa, karena jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijaksanaan perusahaan dalam hal pembayaran dividen (dividen pay out policy). Menurut Syamsuddin Lukman (2004: 66) Pada umumnya manajemen perusahaan pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan EPS karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar. Hal senada ditambahkan oleh Toto Prihadi (2008: 123) bahwa dalam konteks pasar modal , harga saham dikaitkan dengan pos keuangan seperti nilai buku saham, arus kas dan laba per lembar saham (EPS). Oleh karena itu PT ULTJ harus mempertimbangkan penilaian EPS oleh investor dengan memperbaiki peringkatnya di industri makanan dan minuman dengan meningkatkan nilai EPS. Secara garis besar kondisi PT ULTJ baik dibandingkan dengam perusahaan-perusahaan sejenis dalam sektor yang sama, khususnya pada rasio profitabilitas yang teridiri dari ROI, ROE dan NPM. Sayangnya dalam rasio EPS masih kurang baik. Dengan kata lain kalau melihat indikator rasio profitabilitas yang menggambarkan persentase keuntungan sudah bagus, tapi ketika indikator yang menjadi salah satu titik fokus investor di pasar modal yaitu EPS kurang diperhatikan. Apalagi ternyata ada penurunan EPS tahun 2012 (122) menjadi 113 di tahun 2013. Bagi perusahaan yang namanya „listed” di bursa efek semua komponen penilaian oleh investor harus diperhatikan. Menurut Harmono (2009:110), Hubungan kausalitas antara dimensi profitabilitas dan nilai perusahaan menunjukkan apabila jika kinerja manajemen perusahaan (yang diukur dengan dimensi-dimensi profitabilitas) dalam keadaan baik maka akan memberi dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal untuk menanamkan modalnya dalam bentuk penyertaan modal. Tetapi perlu juga diingat bahwa rasio profitabilitas saja dianggap tidak memadai, karena harga saham yang terbentuk bukan karena semata-mata keuntungan perusahaan saja (Toto Prihadi, 2008:1240). Jadi dengan kata lain banyak faktor yang mempengaruhi harga suatu saham selain rasio profitabilitas. Terapi rasio profitabilitas ini biasanya menjadi pertimbangan investor dalam membeli/menahan atau menjual saham. 3.2. Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan PT ULTJ Secara Internal Analisis perbandingan adalah tehnik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara hortsontal dan membandingkan antara satu dengan 270 Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279 yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah ataupun unit. Tujuan dari analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan (Harahap Sofyan Syafri (2009;227). Tabel 3. Ikhtisar Keuangan PT ULTJ tahun 2010,2011,2012, 2013 Uraian Total asset lancar Asset Keuangan tidak lancar 2013 1.565.511 43.521 2012 1.196.427 35.205 2011 903.369 181 2010 955.442 712 Penyertaan saham 119.736 105.845 77.353 60.952 Hewan Ternak Produksi 30.103 26.062 55.789 17.680 Asset tetap (net) 965.975 979.512 1.069.736 941.932 Total aset 2.811.621 2.420.794 2.180.517 2.006.958 Liabilitas jangka pendek 635.795 592.823 611.785 595.468 Liabilitas jangka panjang 162.681 151.452 216.761 186.909 Total liabilitas 796.476 744.275 828.546 783.437 Total ekuitas 2.015.145 1.676.519 1.351.971 1.223.521 Modal Kerja Bersih 929.716 603.604 291.584 INFORMASI USAHA Penjualan bersih 3.460.231 2.809.851 2.102.384 1.880.411 Beban Pokok Penjualan (2.446.448) (1.908.109) (1.476.677) (1.288.167) Laba(Rugi) Kotor 1.013.783 901.742 625.707 592.244 Laba(Rugi) Usaha 423.195 429.342 136.645 183.673 Laba(Rugi) Komprehensif tahun 325.127 353.432 128.450 107.340 berjalan Laba(rugi) yang dapat didistribusikan kepada : Pemilik Entitas Induk 325.246 352.965 128.359 107.124 Kepentingan Non pengendali (119) 467 91 216 Total saham (lembar) 2.888 2.888 2.888 2.888 (laba)Rugi Bersih [per saham 113 122 44 37 Keterangan : angka-angka diatas disajikan dalam jutaaan rupiah kecuali Total saham dalam jutaan lembar, dan Laba per saham dalam satuan rupiah Sumber : Laporan Keuangan PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk (Tahun 2012 dan 2013) Ikhtisar laporan keuangan dalam tabel diatas berasal dari dua laporan keuangan yaitu Neraca (balanced sheets) dan laporan laba rugi (income statement). Data yang berasal dari laporan keuangan neraca menunjukkan bahwa Selama 4 periode analisa baik total asset dan total ekuitas mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini berbeda pada total liabilities yang pada tahun 2011 mengalami penurunan ke tahun 2012 dan selanjutnya meningkat 271 lagi pada tahun 2013. Penurunan total kewajiban (liabilities) diakibatkan karena berkurangnya kewajiban jangka pendek dan jangka panjang pada tahun yang bersangkuta. Dilihat dari struktur modalnya menunjukan kondite yang baik karena modal sendiri lebih dominan dibandingkan modal dari pinjaman. Sehingga bisa disimpulkan selama periode analisa PT ULTJ mengalami peningkatan kinerja perusahaan. Ada satu hal yang harus Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti) dicermati pada periode analisa tahun 2011 ke tahun 2012 nilai penyertaan saham meningkat tapi nilai ternak produksi berkurang. Hal ini terjadi karena adanya penjualan kredit sapi perah ke peternak. Hewan ternak ini belum diasuransikan. Manajemen sedang melakukan pengkajian tentang resiko kematian hewan ternak dengan biaya asuransi seandainya hewan itu diasuransikan. Khusus peride 2012 ke 2013 semua komponen yang ada dalan laporan keuangan neraca meningkat kecuali asset tetap (net) yang mengalami penurunan. Penurunan itu terjadi karena meningkatnya akumulasi penyusutan sebesar 13,1%, sedangkan nilai perolehan asset tetap itu sendiri hanya naik 5% (Laporan Keuangan tahun 2013). Berdasarkan informasi usaha yang merupakan data diambil dari laporan laba rugi khususnya pada tahun analisa 2012-2013 menunjukkan peningkatan pada komponen penjualan bersih, beban pokok penjualan dan laba kotor. Sedangkan komponen lain mengalami penurunan seperti laba usaha, laba komprehensif tahun berjalan, laba yang didistribusikan kepada pemilik entitas induk dan laba bersih per saham. Bahkan ada kerugian yang didistribusikan untuk kepentingan non pengendali sebesar 119. Padahal sejak dari tahun 2010 tidak ada kerugian untuk kepentingan non pengendali. Sedangkan jumlah saham yang beredar tidak mengalami perubahan selama tahun analisa, Perusahaan harus lebih memperhatikan komponen penurunan tersebut, karena ini dapat menimbulkan persepsi yang kurang baik untuk kinerja PT ULTJ, Apalagi berkautan dengan EPS (Earning Per Share) seperti yang diperoleh pada penjabaran sebelumnya. Bahwa peringkat EPS PT ULTJ di industrinya berada dalam level menengah ke bawah. Berkaitan dengan pelonjakan harga saham PT ULTJ berpijak pada laporan keuangan khususnya tahun 2012 dan 2013 tidak menyiratkan adanya faktor-faktor apa yang menyebabkan itu terjadi, karena baik neraca maupun laporan laba rugi yang diamati menunjukkan angka-angka penaikan atau penurunan untuk komponen-komponen tertentu. Walaupun demikian dari nilai penjualan bersih dari tahun 2012 ke tahun 2013 terdapat peningkatan sebesar 23,15 %. Sedangkan laba per saham turun dari 122 rupiah perlembar di tahun 2012 menjadi 113 di tahun 2013. Padahal berdasarkan literaur yang diperoleh penurunan EPS merupakan indikator kurang baik sehingga bisa berakibat pada penurunan harga saham. Tetapi ternyata tidak, sehingga harus digali lagi apa yang menyebabkan harga saham meningkat tajam, karena dari sisi analisis rasio keuangan profitabilitas ada ketidaksesuaian. Tabel 4. Rasio-tasio Keuangan PT ULTJ Periode 2010 -2013 RASIO-RASIO KEUANGAN Asset lancar terhadap liabilities jangka pendek Total liabilities terhadap total asset Total Liabilities terhadap Total Ekuitas Utang Berbunga Terhadap Total Ekuitas RASIO-RASIO USAHA 2013 2012 2011 2010 247,01 28,33 39,52 2,62 201,82 30,75 44,39 6,16 147,66 38,00 61,28 18,93 200,07 39,04 64,03 31,00 272 Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279 2013 Laba Kotor terhadap penjualan bersih 29,30 Laba Usaha Terhadap penjualan Bersih 12,23 Laba Usaha Terhadap Total asset 15,05 Laba usaha Terthadap Total Ekuitas 21,00 Laba tahun berjalan terhadap penjualan bersih 9,40 Laba tahun Berjalan terhadap Total asset 11,56 Laba tahun Berjalan Terhadap Total Ekuitas 16,13 Rasio EBIT Terhadap Beban Bunga (net) 53,08 Rasio EBIIDA terhadap beban bungan (net) 69,79 Tingkat Perputaran Piutang (kali) 10,39 Rata-rata Umur Piutang (hari) 35 Keterangan : angka-angka di atas dalam persentase Sumber : Laporan Keuangan PT ULTJ (2012 dan 2013) Berdasarkan rasio-rasio keuangan selama 4 tahun analisa terlihat bahwa perbandingan asset lancar terhadap liabilitas mengalami peningkatan sejak tahun 2011 sampai dengan 2013. Hal ini menunjukkan kondisi yang bagus karena kekayaan lancarnya bisa menutupi hutang lancarnya. Hanya ditahun 2010 ke tahun 201 terjadi penurunan. Sedangkan untuk rasio yang lain seperti total liabilities terhadap total assets, total liabilities terhadap total ekuitas dan utang berbungan terhadap total ekuitas mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Hal ini memberikan penilaian yang bagus tentang kinerja perusahaan karena berarti hutang/kewajiban perusahaan kepada pihak luar menjadi berkurang/ Bahkan untuk utang berbunga terhadap total ekuitas menurun tajam dari 6,16 tahun 2013 ke 2,62 tahun 2013 (57,47%). Ini berarti juga perusahaan berusaha meningkatkan pemakaian modal sendiri dibanding meminjam pada pihak lain, sehingga resikonya lebih kecil. Hal ini merupakan indikator bagus bagi perusahaan sebagai pilihan investor di pasar modal. Tapi sayangnya dalam rasio usaha banyak yang mengalami penurunan selama tahun periode 273 2012 32,09 15,28 17,74 25,61 12,58 14,60 21,08 38,32 48,97 10,16 35 2011 29,76 6,5 6,27 10,11 6,11 5,89 9,5 6,08 10,26 9,40 38 2010 31,50 9,77 9,15 15,01 5,71 5,35 8,77 - analisa. Nilai ini jelas menggambakan bahwa keuntungan yang diperoleh persentasenya belum cukup untuk mengangkat rasio tersebut. Karena seharusnya nilainya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kinerja perusahaan. Walaupun begitu rasio EBIT terhadap beban bunga (net) dan rasio EBITDA terhadap beban bunga (net) mengalami peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan , berdasarkan perbandingan internal, kondisi PT ULTJ dari tahun ke tahun semakin baik hal ini seperti yang ditunjukkan rasio-rasio keuangan., Hanya sayangnya tidak demikian dengan rasio usaha. Ini berarti keuntungan yang diperoleh belum seoptimal mungkin. 3.3. Harga Saham PT Ultrajaya Milk and Trading Company Tbk 3.3.1. Fluktuasi Saham PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk selama tahun 2011,2012, dan 2013 Salah satu alasan memilih PT ULTJ dalam penelitian ini adalah dikarenakan terjadi lonjakan harga saham PT ULTJ dari tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 236%. Sehingga faktor-faktor menyebabnya diperkirakan terjadi pada kisaran tahun tersebut. Kelemahan dari analisa ini adalah pelonjakan harga yang terjadi Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti) berdasarkan closing price (harga penutup) di akhir tahun. Sedangkan sebenarnya harga saham selama periode analisa itu berubah-rubah bukan hanya dalam hitungan menit , tapi juga detik. Dibawah ini disajikan informasi tentang harga saham PT ULTJ pada tahun 2011-2013. Oleh karena itu analisa akan lebih baik lagi kalau data harga yang di pakai lebih rinci lagi seperti yang ditampilkan pada tabel 5. Tabel. 5. Informasi Harga Saham PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk per triwulan pada tahun 2011,2012, dan 2013. Tahun Triwulan Harga Terendah 1.349,2.300,3.000,3.900,- Harga Penutupan 2.176,4.400,4.100,4.500,- Jumlah Saham Dipoerdagangkan 102.775.000,170.146.500,45.562.000,12.429.500,- Nilai Kapitalisasi I II III IV Harga Tertinggi 2.472,4.675,5.200,5.000,- 2013 2012 I II III IV 1.290,1.470,1.210,1.440,- 1.010,1.000,1.050,1.120,- 1.170,1.050,1.140,1.330,- 66.407.500,75.665.000,27.925.500,113.639.000,- 79.169.505.000,96.643.600.000,31.754.590.000,150.253.515.000,- I 1.080,950,II 1.720,1.030,III 1.590,930,IV 1.180,850,Sumber : PT Bursa Efek Indonesia 1.030,1.350,1.020 1.080,- 39,802.500,1.091.018.760,67.039.625,53.251.595,- - 2011 Dari tabel diatas terlihat bahwa mulai terjadi peningkatan harga saham pada triwulan I dan terus meningkat pada triwulan slelanjutnya pada tahun 2013. Harga Tertinggi pada tahun 2013 dicapai pada triwulan ke-tiga sebesar 5.200 rupiah sedangkan harga terendah yaitu 1.349 rupiah diperoleh pada triwulan I. Bisa dilihat bahwa harga penutupan tahun 2012 triwulan IV Rp. 1.330) mendekati harga terendah 1.349 tahun 2013 triwulan I. Sehingga dapat dikatakan peningkatan harga sudah terjadi pada triwulan I tahun 2013. Tetapi jumlah saham yang diperdagangkan sudah mulai meningkat tajam pada tahun 2012 dari triwulan III ke triwulan hanya harga pada saat itu belum terjadi perubahan yang siginifikan. Jumlah saham yang diperdagangkan di atas seratus jutaan 177.106.545.000,622.197.425.000,168.117.787.500,57.108.362.500,- rupiah berlangsung sampai dengan tahun 2013 triwulan II. Setelah itu selanjutnya mengalami penurunan drastis, tetapi harga saham tetap tidak turun. Kemudian apa yang terjadi selanjutnya, karena pada triwulan III terjadi lonjakan penurunan saham yang dijual, tapi harga tidak bergeming turun. Apakah ini hanya situasi sesaat saja ? . Berdasarkan itu semua beberapa kemungkinan yang dapat terjadi adalah: 1. Kemungkinan sudah ada informasi positif tentang perusahaan sehingga jumlah saham yang diperjual belikan meningkat tajam pada tahun 2012 triwulan IV walaupun harga fluktuasinya masih minor. 2. Permintaan meningkat sehingga harga naik. Hal ini terindikasi 274 Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279 dari triwulan IV tahun 2012 sanpai dengan triwulan II tahun 2013. Terlihat dari lonjakan jumlah saham yang diperdagangkan dengan nilai diatas seratusan juta rupiah. 3. Ada informasi positif yang terus diapresiasi oleh masyarakat. Harga sudah melonjak tajam, tapi jumlah saham yang diperdagangkan tetap diatas seratus jutaan rupiah. 4. Perusahaan harus membuktikan komitmennya. Terlihat dari triwulan III ( 45.562.000) sudah mulai terjadi penurunan jumlah saham yang diperdagangkan secara drastis, dan terus menurun di triwulan IV (12.429.500). Padahal di triwulan II masih 170.146.500, walaupun harga masih tetap kuat. Penulis khawatir penurunan jumlah saham yang diperdagangkan karena sebagian masyarakat menjadi ragu-ragu dengan realisasi informasi positif yang diterima sebelumnya, sehingga mereka melakukan tindakan wait and see. Sedangkan sebagian lagi masih tetap optimis dengan harga tersebut. Kondisi seperti ini akan disikapi berbeda-beda bukan hanya oleh investor bahkan analis keuangan sekalipun. Sepeti Krisna D Nugraha dari Lautandhana Securitas pada 3 Juli 2013 menyatakan harga ULTJ sudah premium sehingga direkomendasikan untuk di jual (sell). Sedangkan pada saat yang sama Christine Natasya dari Reliance Securitas merekomendasikan untuk tahan (hold) sampai informasi positif terealisasi. (Sunarti Agustina , 2013) 3.3.2. Kebijakan Dividen Dividen adalah laba yang dibagikan kepada pemilik perusahaan. Tiap perusahaan memilki kebijakan yang berbeda mengenai pembagian dividen atau yang biasa disebut dividend pay out ratio. Laba yang diperoleh oleh perusahaan bisa dialokasikan menjadi 2 yaitu : 1. Dibagikan ke pemilik perusahaan sebagai dividen 2. Disimpan di perusahaan sebagai laba yang ditahan (Retained earning) Bagi pemilik saham yang berorientasi jangka pendek, jumlah dividen yang diberikan akan mempengaruhi keputusannya dalam menginvestasi suatu saham. Tapi bagi investor yang berorientasi jangka panjang lebih mementingkan laba yang ditahan untuk ekspasi perusahaan. Berikut ini adalah kebijakan dividen PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk. Tabel 6 Realisasi Pembayaran Dividen Selama 5 tahun terakhir Tahun Buku 2009 2010 2011 2012 2013 Laba Bersih (Rp. 1.000.000,-) 61.153 107.123 128.449 353.432 323.127 Jumlah Dividen % (Rp.1.000.000,) Tidak ada pembagian dividen Tidak ada pembagian dividen 22,5 28.800 Tidak ada pembagian dividen Belum ditentukan Berkaitan dengan kebijakan dividen, didalam pasal 22 Anggaran Dasar 275 Perusahaan bahwa : Jumlah saham (x 1.000.000,-) 2.888.3 2.888.3 2.888.3 2.888.3 2.888.3 antara lain Dividen/ Saham 10,- disebutkan Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti) 1. Laba bersih perseroan dalam suatu tahun buku seperti tercantum dalam neraca dan perhitungan laba rugi yang telah disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan dan merupakan saldo laba yang positif dibagi menurut cara penggunaan yang ditentukan dalam RUPS tersebut. 2. Dividen-dividen ini hanya dibayarkan sesuai dengan kemampuan keuangan perusahaan berdasarkan keputusan yang diambil dalam RUPS dan didalam keputusan tersebut ditentukan juga mengenai waktu dan tata cara pembayaran dividen. Laba bersih tahun buku 2013 belum ditentukan penggunaannya oleh karena perusahaan belum mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham tahun buku 2013. Dari data pada tabel 6. Terlihat bahwa bukan karena kebijakan dividen perusahaan harga meningkat. Karena periode tahun 2012 tidak ada pembagian dividen, tahun 2013 penggunaan dividen belum ditentukan. Sehingga dipastikan harga naik bukan 9. di picu oleh faktor deviden. Disamping itu dalam 5 tahun terakhir juga kebijakan dividennya tidak populer bagi investor di pasar modal. 3.3.3. Pecatatan Sham PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk Setelah pendekatan Dividen ternyata tidak sesuai, selanjutnya penulis mencari data mengenai „corporate action’ ? . Corporate action dilakukan perusahaan untuk meningkatkan modal yang disetor. Hal ini dilakukan apabila setelah perusahaan go public melalui IPO (innitial Public Offering) perusahaaan masih membutuhkan modal pada tahun-tahun berikutnya. Corporate Action dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengundang RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham. 2. Right issu 3. Obligasi Konvertibel 4. Waran 5. Saham Bonus 6. Dividen saham 7. Pemecahan Saham (Split) 8. Emisi Efek tanpa hak memesan Efek terlebih dahulu Tabel 7. Kronologis Pencatatan saham PT Ultrajaya milk Industri and trading Company Tbk. Tanggal Pencatatan Jenis Jumlah saham Jumlah Setelah Pencatatan 20 Juli 1990 Penawaran Umum Perdana 6.000.000 6.000.000 3 September 1990 Pencatatan saham perusahaan 14.500.000 20.300.000 11 September 1992 Deviden saham 1.506.720 22.006.720 11 April 1994 Penawaran Umum Terbatas ke I 66.020.160 88.0267.200 6 februari 1993 Saham bonus 132.040.320 220.067.200 19 Agustus 1999 Penawaran Umum Terbatas ke II 165.050.400 385.117.600 16 Januari 2001 Pemecahan Saham (Stock Plit) 1: 5 1.925.588.00 29 April 2004 Penawaran Umum Terbatas ke III 962.794.000 2.888.382.000 Sumber : laporan Keuangan PT Ultrajaya Milk Industri dan Trading Company (Tbk) tahun 2013 276 Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279 Berdasarkan tabel 7 terlihat dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004, ada yang berkaitan dengan Corporate Action. Pertama 11 September 1992 ada deviden saham. Dividen saham adalah kebijakan perusahaan untuk memperluas usahanya sehingga diperlukan dana yang akibatnya dividen tidak dibagikan secara tunai. Untuk menjaga agar saham tidak jatuh di pasar, pembagian dividen saham itu harus dikaitkan dengan harga pasar saat diputuskan akan membagi dividen saham. Dividen saham disisihkan dari sisa laba ditahan, atau disebut kapitalisasi laba ditahan. Tindakan ini akan meningkatkan modal disetor, mengurangi sisa laba ditahan, dan menambah agio. Yang Kedua pada tanggal 6 Februari 1993 ada saham bonus. Saham bonus dilakukan apabila harga saham di pasar terlalu tinggi dan perusahaan masih memiliki cukup agio saham, maka perusahaan dapat mengambil kebijakan menurunkan harga pasar dengan cara memperbanyak jumlah saham disetor melalui kapitalisasi agio saham . Yang Ketiga pada tanggal 16 januari 2001, perusahaan melakukan split. Split adalah tindakan memperkecil atau memperbesar nilai nominal saham. Adapun tujuan dilakukan tindakan split agar saham lama ditarik dari peredaran dan diganti dengan saham baru. Tindakan split hanya mengubah jumlah unit sahan beredar dan tidak mengubah jumlah modal disetor ataupun jumlah ekuitas Muhamad Samsul (2006:85-87) Terlihat pada tabel 7 pada tahun analisa 2012 ke 2013 tidak ada pencatatan saham Yang berkaitan dengan corporate action. Sehingga penyebab lonjakan harga yang drastis tidak bisa dilihat dari sisi corporate action. 277 3.3.4. Informasi Pendukung Laporan keuangan terakhir yang penulis peroleh adalah laporan keuangan tahun 2013. Berdasarkan pencarian informasi yang kemungkinan mendukung pelonjakan harga PT ULTJ adalah sebagai berikut : 1. Pada tanggal 18 April 2013, Tribunnews.Com, Jakarta menuliskan bahwa kenaikan harga saham PT ULTJ semakin signifikan . Harga saham produsen susu ini naik 8,46 persen dari haris ebelumnya menjadi Rp. 3.525 per saham. Pergerakan mulai terlihat sejak 23 maret 2013 kala itu harga saham ULTJ masih di posisi Rp. Rp.1.860,-. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun memasukkan ULTJ dalam daftar unusual market activity (UMA) yakni aktivitas saham yang diluar kebiasaan. Walaupun begitu saham ULTJ masih menggeliat Informasi yang beredar menyebutkan, harga saham ULTJ melejit karena ada kabar rencana pembelian saham ULTJ oleh investor strategis. 2. Pada tanggal 5 Juli 2013, Sunarti Agustina dalam harian KONTAN tanggal 3 Juli menuliskan bahwa harga saham ULTJ naik tinggi sejak awal tahun ini. Salah satu penyebab harga ULTJ terkerek terjawab sudah. Perusahaan minuman itu ternyata menyiapkan usaha patungan (joint venture) dengan produsen minuman besar asal Jepang ITO EN. Sekedar catatan pada akhir tahun 2012 harga saham ULTJ masih ada dilevel Rp. 1.330,- per saham . Pada tanggal 4 Juli 2013 harga Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti) saham ULTJ sudah bertengger di Rp.4.850,-. Ini berarti harga ULTJ sudah naik 264,66% hanya dalam tempo enam bulan saja. Eddi Kurniadi, Sekretaris Perusahaan ULTJ mengatakan kerjasama ULTJ dengan ITO EN bakal terealisasi dalam bentuk 2 perusahaan patungan yang bernama PT Ultrajaya ITO EN dan PT ITO EN Ultrajaya. Unit usaha patungan bernama Ultrajaya ITO EN bakal memproduksi minuman teh dalam kemasan untuk pasar Indonesia, khususnya teh hijau. Sedangkan ITO EN Ultrajaya akan membidangi masalah distribusi dan penjualan. Usaha patungan ini akan mulai berdiri September 2013. Rencananya produk yang diproduksi di Jepang ini akan dipasarkan di Indonesia awal tahun 2014. 3. Analis dari lautandhana securindo menyatakan bahwa rasio harga berbanding laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) PT ULTJ memang sudah cukup tinggi dibanding industrinya . Saat ini PER ULTJ ada dikisaran 30 kali, Sedangkan PER industrinya hanya dikisaran 20 kali. 4. Ekspansi Usaha ULTJ dengan membentuk joint venture pada kuartal III 2013 akan mulai terlihat hasilnya ke depan. Perusahaan yang telah membentuk joint venture dengan produsen Jepang ITO EN pada kuartal III 2013 akan mulai penjualan kuartal 2014. Pendapatan Perusahan akan tumbuh 22% dengan estimasi pertumbuhan produksi 12% dan kenaikan harga rata-rata sekitar 10% pada tahun 2014. Target konservatif ini melihat kondisi pertumbuhan produksi selama lima tahun diatas 15%, tetapi perlambatan ekonomi pada tahun ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Kesimpulan 1. Berdasarkan rasio profitabilitas ROE, ROI, NPM kondisi PT ULTJ dalam kondisi bagus karena berada pada peringkat diatas rata-rata dibandingkan perusahaan-perusahaan sejenis dalam sektor industri makanan dan minuman. Sedangkan berdasarkan rasio EPS memberikan penilaian yang kurang baik, apalagi ada penurunan nilai EPS dari tahun 2012 ke tahun 2013. 2. Berdasarkan analisis perbandingan internal dari tahun 2010 ke tahun 2013, berdasarkan rasio-rasio keuangan yang diamati memperoleh penilaian bagus karena ada peningkatan rasio. 3. Harga Saham ULTJ yang melonjak disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kerja sama PT ULTJ dengan Perusahaan Jepang ITO EN pada September 2013 diapresiasi positif oleh masyarakat. Tetapi masyarakat tetap menunggu realisasi dari rencana tersebut. Disamping itu indikator PER PT ULTJ lebih besar dari PER rata-rata industrinya. 278 Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279 Daftar Pustaka Agnes Sawir, 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Darsono, 2010. Manajemen Keuangan. Pendekatan Praktis Kajian Pengambilan Keputusan Bisnis Berbasis Analisis Keuangan. Penerbit Nusantara Consulting, Jakarta. Haraphap Syofyan Syafri, 2009. Analisis Kritis laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harmono. 2009. Manajemen keuangan. Berbasis Balanced Scorec ard Pendekatan Teori, kasus dan Riset bisnis. PT Bumi Aksara, jakarta. Kamaruddin Ahmad, 2004. Dasardasar manajemen Investasi dan Portofolio. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Muhamad Samsul, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Penerbit Erlangga, Jakarta. 279 Suad Husnan, 2001. Dasar-dasar teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Penerbit AMP YKPN, Yogyakarta. Syamsuddin Lukman , 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan dan pengambilan Keputusan edisi baru. PT Raja Grafindo Persada, jakarta. Toto Prihadi, 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan 7 Analisis rasio Keuangan. Penerbit PPM, Jakarta. Laporan tahun 2012 PT Ultrajaya Milk Industry and trading company Tbk Laporan tahun 2013 Pt Ultrajaya Milk Industri and trading Company Tbk www. Emiten.co.id http://m.liputan6.com/bisnis/read/8082 82/melirik prospek saham ultrajaya http://investasi.kontan.co.id/news/harga -saha-ultj-sudah -mahal http://www.tribunews.com/bisnis/2013/ 04/18/saratoga-diisukan akuisisi ultrajaya