Untitled

advertisement
ASOSIASI SURANSI JIWA INDONESIA
MATRIKS TANGGAPAN
EXPOSURE DRAFT
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA
Halaman/Bab/No
Halaman: i
Nomor: 1
Exposure Draft Penjelasan
Klasifikasi Aset Keuangan (4.1 Klasifikasi Aset Keuangan)
ED PSAK 71 memberikan pengaturan pendekatan klasifikasi aset keuangan
melalui model bisnis entitas dalam mengelola aset keuangan dan karakteristik
arus kas kontraktual dari aset keuangan. Aset keuangan diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi kecuali diukur pada biaya perolehan diamortisasi atau nilai
wajar melalui penghasilan komprehensif lain. Akan tetapi, entitas dapat
menetapkan pilihan yang tidak dapat dibatalkan saat pengakuan awal atas
investasi pada instrumen ekuitas tertentu yang umumnya diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi sehingga perubahan nilai wajarnya disajikan dalam
penghasilan komprehensif lain. Aset keuangan diukur pada biaya perolehan
diamortisasi jika kedua kondisi berikut terpenuhi:
a) aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang bertujuan untuk
memiliki aset keuangan dalam rangka mendapatkan arus kas
kontraktual, dan
b) persyaratan kontraktual dari aset keuangan yang pada tanggal tertentu
meningkatkan arus kas yang semata dari pembayaran pokok dan bunga
(solely payments of principal and interest) dari jumlah pokok terutang.
Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif
lainnya jika kondisi berikut terpenuhi:
a) Aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang tujuannya akan
terpenuhi dengan mendapatkan arus kas kontraktual dan menjual aset
keuangan, dan
b) persyaratan kontraktual dari aset keuangan tersebut memberikan hak
Tanggapan

Masukan 1:
Pada saat mengadopsi FVOCI tanpa recycling, bagaimana
pertimbangannya dari sisi pajak?

Masukan 2:
Pengaturan pendekatan klasifikasi aset keuangan melalui model
bisnis entitas dalam mengelola aset keuangan dan karakteristik
arus kas kontraktual dari aset keuangan lebih tepat dibandingkan
dengan pengaturan di PSAK 55 karena lebih mencerminkan
aktual transaksi sesuai model bisnis yang dijalankan oleh setiap
entitas.

Masukan 3:
Industri Asuransi mengelola aset keuangan untuk membayar
kewajiban masa mendatang dalam bentuk benefit asuransi.
Waktu terjadinya klaim tidak bisa dipastikan (untuk benefit
asuransi tertentu), sehingga klasifikasi aset keuangan yang
dimiliki juga tidak menentu. Karena tidak menentu, banyak
Perusahaan mengklasifikasikan aset keuangan dalam AFS (dalam
draft- Nilai Wajar Melalui Penghasilan Komprehensif Lain).
Dalam draft syarat yang diperlukan salah satunya adalah:

Masukan 4:
"Aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang tujuannya akan
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Halaman: ii
Nomor: 2
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
pada tanggal tertentu atas arus kas yang semata dari pembayaran
pokok dan bunga dari jumlah pokok terutang.
terpenuhi dengan mendapatkan arus kas kontraktual dan
menjual aset keuangan, dan"
Apakah menurut Anda terdapat pendekatan lain yang lebih tepat untuk
menentukan klasifikasi aset keuangan? Jika ya, metode pendekatan lain
apakah yang Anda sarankan?
Kata-kata "menjual aset keuangan" menjadi permasalahan
karena industri asuransi tidak bertujuan memperdagangkan aset
keuangan.
Kami mengusulkan persyaratan lain yang
memudahkan klasifikasi untuk Nilai Wajar Melalui Penghasilan
Komprehensif Lain.
Masukan 1:
Setuju, didalam PSAK No. 55 paragraf 51 diatur “Entitas tidak
diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari
atau ke kategori instrumen keuangan yang diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi selama instrumen keuangan
tersebut dimiliki atau diterbitkan.” Hal ini berarti tidak ada
kemungkinan untuk entitas melakukan reklasifikasi dari dan ke
instrument FVTPL.

Reklasifikasi Aset Keuangan (Paragraf 4.4)
Berbeda dengan PSAK 55, ED PSAK 71 memperkenankan reklasifikasi
pengelolaan aset keuangan jika dan hanya jika, entitas mengubah model bisnis
untuk pengelolaan aset keuangan. Perubahan tersebut diperkirakan sangat
jarang terjadi. Perubahan tersebut ditentukan oleh manajemen entitas sebagai
hasil dari perubahan eksternal atau internal dan harus signifikan pada kegiatan
operasi entitas dan dapat dibuktikan pada pihak eksternal. Sejalan dengan hal
tersebut, perubahan pada model bisnis entitas akan terjadi hanya jika entitas
memulai atau berhenti untuk melaksanakan aktivitas yang signifikan terhadap
kegiatan operasinya; sebagai contoh, ketika entitas telah memperoleh,
melepaskan, atau mengakhiri lini bisnis.

Apakah Anda setuju dengan persyaratan reklasifikasi aset keuangan hanya
dapat dilakukan jika dan hanya jika, entitas mengubah model bisnis untuk
pengelolaan aset keuangan? Jika tidak, apa alasan Anda?

Halaman: ii
Masukan 2:
Dengan adanya persyaratan “reklasifikasi aset keuangan hanya
dapat dilakukan jika dan hanya jika, entitas mengubah model
bisnis untuk pengelolaan aset keuangan”, maka masih membuka
peluang bagi entitas untuk melakukan reklasifikasi atas
instrument keuangan agar lebih mencerminkan model bisnis
yang dijalankan.
Masukan 3:
Definisi "Model Bisnis" diperlukan. Untuk perusahaan asuransi,
apakah perubahan skema benefit atas 1 produk asuransi yang
dicover oleh aset keuangan dapat menjadi alasan reklasifikasi?
Sedangkan produk yang dimiliki perusahaan lebih dari 1,
misalnya.
Pada dasarnya kami setuju dengan konsep penyisihan kerugian kredit
Pengakuan Kerugian Kredit Ekspektasian (Paragraf 5.5.1 – 5.5.5)
2
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Nomor: 3
Halaman: iii
Nomor: 3
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
ED PSAK 71 memperkenalkan metode kerugian kredit ekspektasian dalam
mengukur kerugian instrumen keuangan akibat penurunan nilai instrumen
keuangan. Berbeda dengan PSAK 55 sebelumnya yang mengakui kerugian kredit
pada saat peristiwa kerugian kredit terjadi, metode yang diperkenalkan ED
PSAK 71 ini mensyaratkan pengakuan segera atas dampak perubahan kerugian
kredit ekspektasian setelah pengakuan awal aset keuangan.
ekspektasian, namun untuk melakukan analisa risiko kredit dan
pengukuran jumlah penyisihan kerugian kredit ekspektasian tentu tidak
mudah karena mungkin terjadi keterbatasan informasi dan pengetahuan
perusahaan atas hal tersebut untuk dapat menentukan risiko kredit dan
jumlah penyisihan kerugian kredit ekspektasian yng harus dicatat.
Selama ini menurut PSAK 55 kerugian kredit diakui pada saat peristiwa
Berdasarkan ED ini, entitas mengukur penyisihan kerugian instrumen keuangan kerugian kredit terjadi.
sejumlah kerugian kredit ekspektasian sepanjang umurnya, jika risiko kredit
atas instrumen keuangan tersebut telah meningkat secara signifikan sejak
pengakuan awal.
Jika pada tanggal pelaporan, risiko kredit atas instrumen keuangan tidak
meningkat secara signifikan sejak pengakuan awal, entitas mengukur
penyisihan kerugian untuk instrumen keuangan tersebut sejumlah kerugian
kredit ekspektasian 12 bulan. Kerugian dimaksud merepresentasikan kerugian
kredit ekspektasian yang timbul dari peristiwa gagal bayar instrumen keuangan
yang mungkin terjadi dalam 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Pengakuan Kerugian Kredit Ekspektasian (Paragraf 5.5.1 – 5.5.5)
ED PSAK 71 memperkenalkan metode kerugian kredit ekspektasian dalam
mengukur kerugian instrumen keuangan akibat penurunan nilai instrumen
keuangan. Berbeda dengan PSAK 55 sebelumnya yang mengakui kerugian kredit
pada saat peristiwa kerugian kredit terjadi, metode yang diperkenalkan ED
PSAK 71 ini mensyaratkan pengakuan segera atas dampak perubahan kerugian
kredit ekspektasian setelah
pengakuan awal aset keuangan.
Berdasarkan ED ini, entitas mengukur penyisihan kerugian instrumen keuangan
sejumlah kerugian kredit ekspektasian sepanjang umurnya, jika risiko kredit
atas instrumen keuangan tersebut telah meningkat secara signifikan sejak
pengakuan awal.
Jika pada tanggal pelaporan, risiko kredit atas instrumen keuangan tidak
3

Masukan 1:
Setuju, akan tetapi dasar apa yang digunakan untuk menentukan
kerugian kredit ekspektasian?

Masukan 2:
Bagaimana dengan aset keuangan yang seluruh risiko kredit nya
ditanggung oleh nasabah. Dalam industri asuransi, porsi investasi
atas produk unit link seluruhnya ditanggung oleh nasabah.
Apakah dengan adanya penyisihan kerugian ini, nilai liabilitas
terhadap nasabah juga berkurang?
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
meningkat secara signifikan sejak pengakuan awal, entitas mengukur
penyisihan kerugian untuk instrumen keuangan tersebut sejumlah kerugian
kredit ekspektasian 12 bulan. Kerugian dimaksud merepresentasikan kerugian
kredit ekspektasian yang timbul dari peristiwa gagal bayar instrumen keuangan
yang mungkin terjadi dalam 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Halaman: iii
Nomor: 4
Apakah Anda setuju dengan pengaturan penyisihan kerugian kredit
ekspetasian sebagaimana diusulkan dalam ED PSAK 71 ini? Jika tidak, apa
alasan Anda?
Penentuan Peningkatan Risiko Kredit secara Signifikan (Paragraf 5.5.9 –
5.5.11)
ED PSAK 71 mensyaratkan Entitas mempertimbangkan apakah terdapat
kenaikan risiko kredit yang signifikan (penilaian berdasarkan perubahan pada
kemungkinan gagal bayar yang terjadi) yaitu dengan membandingkan risiko
kredit awal instrument keuangan dengan risiko kredit pada tanggal pelaporan.
Jika entitas mengestimasi instrumen keuangan memiliki risiko kredit yang
rendah pada tanggal pelaporan (contohnya, ‘investment grade’), maka entitas
mengasumsikan risiko kredit atas instrumen keuangan tidak meningkat secara
signifikan

Masukan 1:
Mengenai mekanisme penentuan terjadinya peningkatan risiko
kredit secara signifikan ketika terjadi tunggakan pembayaran
selama 30 hari dapat dijadikan salah satu mekanisme penentuan
namun bukan satu-satunya karena untuk penentuan risiko
managemen juga memerlukan informasi lain yang komprehensif
dan analisa yang memadai.

Masukan 2:
Perlu adanya petunjuk yang jelas dalam penentuan tingkat resiko
kredit untuk setiap investasi agar tidak menimbulkan perdebatan
saat implementasi.
Terdapat praduga (rebuttable presumption) bahwa risiko kredit yang signifikan
telah terjadi ketika pembayaran tertunggak lebih dari 30 hari jika tidak ada lagi
informasi spesifik lain tentang peminjam, tersedia tanpa biaya dan upaya
berlebihan, untuk menentukan apakah terdapat kenaikan risiko kredit yang
signifikan.
Apakah Anda setuju dengan usulan mekanisme penentuan terjadinya
peningkatan risiko kredit secara signifikan sebagaimana diusulkan
dalam ED PSAK 71 ini? Jika tidak, apa alasan Anda?
Halaman: iii
Nomor: 5
Perhitungan Kerugian Kredit Ekspektasian untuk Komitmen Pinjaman dan
Kontrak Jaminan Keuangan (Paragraf PP5.5.8, PP5.5.30- PP5.5.32)
4
Kami tidak dapat memberikan pendapat atas persyaratan perhitungan
kerugian ekspektasian untuk kontrak jaminan keuangan dan komitmen
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
ED PSAK 71 mensyaratkan entitas mengakui penurunan nilai atas komitmen pinjaman tersebut dikarenakan kedua hal tersebut tidak terdapat pada
pinjaman dan kontrak jaminan keuangan. Untuk kontrak jaminan keuangan, perusahaan kami (not available).
entitas mempertimbangkan perubahan risiko bahwa debitur yang ditetapkan
dalam kontrak akan mengalami gagal bayar. Untuk komitmen pinjaman, entitas
mempertimbangkan perubahan risiko gagal bayar yang terjadi pada pinjaman
yang terkait dengan komitmen pinjaman.
Untuk komitmen pinjaman yang belum ditarik, kerugian kredit adalah nilai kini
dari selisih antara:
a) arus kas kontraktual yang terutang pada entitas jika pemilik komitmen
pinjaman menarik pinjaman; dan
b) arus kas yang diharapkan entitas untuk diterima jika pinjaman ditarik.
Halaman: iv
Nomor: 6
Pengukuran kerugian kredit ekspektasian untuk kontrak jaminan keuangan
adalah pembayaran yang diekspektasi untuk mengganti pemegang jaminan atas
kerugian kredit yang terjadi dikurangi jumlah yang diharapkan entitas untuk
diterima dari pemegang jaminan, debitur, atau pihak lain.
Aset Keuangan yang Berasal dari Aset Keuangan Memburuk (Paragraf 5.5.13 –
5.5.14)

Masukan 1:
Pada dasarnya kami setuju dengan pengakuan kerugian kredit
ekspektasian untuk aset keuangan yang dibeli atau yang berasal
dari aset keuangan memburuk tersebut, namun pada prakteknya
tentu sulit dan diperlukan informasi yang komprehensif bagi
perusahaan untuk dapat mengukur kerugian kredit ekspektasian
sepanjang umurnya sejak pengakuan awal. Namun demikian,
dengan penerapan managemen risiko yang memadai,
perusahaan kami tidak akan membeli aset keuangan memburuk,
sehingga pengakuan kerugian terkait diharapkan tidak diperlukan
dalam pelaporan perusahaan kami.

Masukan 2:
Tidak, karena menggunakan suku bunga efektif awal. Bagaimana
jika terjadi perubahan signifikan atas suka bunga di pasar?
ED PSAK 71 mensyaratkan entitas mengakui perubahan kumulatif atas kerugian
kredit ekspektasian sepanjang umurnya sejak pengakuan awal aset keuangan
sebagai penyisihan kerugian atas aset keuangan yang dibeli atau yang berasal
dari aset keuangan memburuk (purchased or originated credit-impaired
financial assets) pada saat tanggal pelaporan.
Apakah Anda setuju dengan ketentuan pengakuan kerugian kredit
ekspektasian untuk aset keuangan yang dibeli atau berasal dari aset
keuangan memburuk sebagaimana diusulkan dalam ED PSAK 71 ini?
Jika tidak, apa alasan Anda?
5
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Halaman: iv
Nomor: 7
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
Pengungkapan

Masukan 1:
Pada dasarnya kami setuju dengan persyaratan pengungkapan
sebagaimana diatur agar pembca laporan keuangan dapat
mempeloleh informasi yang lengkap. Namun, sebagaimana telah
diungkapkan sebelumnya, penentuan risiko kredit dan jumlah
penyisihan kerugian kredit ekspektasian tidak mudah karena
memerlukan analisa mendalam dari managemen dengan
berbasis informasi yang komprehensif.

Masukan 2:
Setuju, akan tetapi memiliki concern atas pengungkapan
kualitatif.
ED PSAK 71 mengusulkan entitas untuk mengungkapkan informasi yang
mengidentifikasi dan menjelaskan:
a) praktek manajemen risiko kredit, penjelasan meliputi:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
bagaimana penentuan terjadinya peningkatan risiko kredit
secara signifikan sejak pengakuan awal;
definisi gagal bayar dan alasan pemilihan definisi;
pengelompokan instrumen dalam rangka perhitungan kerugian
kredit ekspektasian secara kolektif;
bagaimana entitas menentukan aset keuangan mengalami
penurunan nilai kreditkebijakan hapus buku dan kebijakan
untuk aset keuangan hapus buku yang masih dapat ditagihkan;
pengakuan kerugian kredit ekspektasian pada aset keuangan
yang dimodifikasi penerapan Bagian 5.5 Penuruan Nilai,
meliputi:
-
-
input, asumsi dan teknik estimasi yang digunakan untuk
menghitung kerugian kredit ekspektasian 12 bulan dan
sepanjang umurnya, penentuan risiko kredit meningkat
secara signifikan sejak pengakuan awal, penentuan aset
keuangan mengalami penurunan nilai kredit,
penggunaan
informasi
forward-looking
dalam
perhitungan kerugian kredit ekspektasian,
perubahan teknik estimasi dan asumsi yang signifikan
selama periode laporan dan alasan perubahan.
b) Informasi kualitatif dan kuantitatif terkait jumlah yang timbul dari
6
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
kerugian kredit ekspektasian, penjelasan meliputi:
i.
ii.
iii.
iv.
rekonsiliasi dari saldo awal hingga saldo penutup kerugian
penyisihan untuk kredit ekspektasian 12 bulan dan sepanjang
umurnya serta aset keuangan yang dibeli atau berasal dari aset
keuangan memburuk;
penjelasan seberapa signifikan perubahan pada jumlah tercatat
bruto instrument keuangan selama periode laporan yang
berkontribusi pada perubahan penyisihan kerugian;
(iii)penjelasan dampak efek modifikasi pada arus kas
kontraktual terhadap kerugian kredit ekspektasian;
informasi agunan dan perbaikan risiko kredit lainnya yang
mempengaruhi jumlah kerugian kredit ekspektasian; dan
jumlah yang dihapusbukukan selama periode laporan yang
masih akan ditagihkan.
c) Eksposur risiko kredit, bertujuan untuk mempermudah pengguna
laporan keuangan mengakses risiko kredit dan memahami konsentrasi
risiko kredit yang signifikan. Untuk itu, entitas mengungkapkan per
peringkat risiko kredit, jumlah tercatat bruto aset keuangan dan
eksposur risiko kredit dari komitmen pinjaman dan kontrak jaminan
keuangan. Pengungkapan masing-masing untuk instrumen keuangan
dengan kerugian penyisihan untuk kredit ekspektasian 12 bulan dan
sepanjang umurnya serta aset keuangan yang dibeli atau berasal dari
aset keuangan memburuk.
Pengecualian untuk beberapa persyaratan pengungkapan yang diberikan untuk
piutang dagang dan piutang sewa yang dimana penyisihan kerugiannya diukur
menggunakan pendekatan yang disederhanakan.
Halaman: vi
Apakah Anda setuju dengan persyaratkan pengungkapan sebagaimana
diusulkan dalam ED PSAK 71 ini? Jika tidak, apa alasan Anda?
Kriteria Kualifikasian untuk Akuntansi Lindung Nilai (Paragraf 6.4)
Berdasarkan pengelolaan managemen risiko investasi, perusahaan kami
7
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
Nomor: 8, 9, 10, Menurut PSAK 55, hubungan lindung nilai dapat dianggap efektif jika memenuhi tidak dapat memiliki item dan instrumen lindung nilai, sehingga ED PSAK
persyaratan tes efektivitas 80-125%. Berbeda dengan PSAK 55, ED PSAK 71 71 yang terkait dengan lindung nilai tidak berlaku untuk perusahaan
11 & 13
menghilangkan persyaratan tes efektivitas tersebut dan memperkenalkan kami.
persyaratan yang lebih umum (principle-based) menggunakan pertimbangan
manajemen, yaitu:
i.
terdapat hubungan ekonomik antara item lindung nilai dengan
instrumen lindung nilai;
ii.
pengaruh risiko kredit tidak mendominasi perubahan nilai yang
dihasilkan dari hubungan ekonomik tersebut; dan
iii.
rasio lindung nilai dari hubungan lindung nilai adalah rasio yang sama
dari hasil kuantitas item lindung nilai yang secara aktual dilindung nilai
dan kuantitas instrumen lindung nilai yang secara aktual digunakan
entitas untuk melindung nilai sejumlah kuantitas item lindung nilai
tersebut.
Rebalancing Hubungan Lindung Nilai (Paragraf 6.5.5)
ED PSAK 71 mensyaratkan jika hubungan lindung nilai tidak lagi memenuhi
persyaratan efektivitas lindung nilai terkait dengan rasio lindung nilai (lihat
paragraph 6.4.1(c)(iii)), namun tujuan manajemen risiko hubungan lindung nilai
tersebut ditetapkan sama, entitas menyesuaikan rasio lindung nilai atas
hubungan lindung nilai sehingga memenuhi kriteria kualifikasian lagi (dalam
Pernyatan ini hal ini disebut
sebagai rebalancing).
Akuntansi untuk Nilai Waktu dari Opsi untuk Arus Kas dan Lindung Nilai atas
Nilai Wajar (Paragraf 6.5.15)
ED PSAK 71 mensyaratkan entitas untuk membedakan nilai waktu dari opsi
berdasarkan jenis dari item lindung nilai yang dilindung nilai oleh opsi: transaksi
yang berkaitan dengan item lindung nilai dan periode waktu yang berkaitan
dengan item lindung nilai. Ketika suatu entitas memisahkan nilai intrinsik dan
nilai waktu dari suatu kontrak opsi dan menetapkan hanya perubahan nilai
intrinsik dari opsi sebagai instrumen lindung nilai (lihat paragraf 6.2.4(2)),
8
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
entitas mencatat nilai waktu dari opsi sebagai berikut (lihat paragraf PP6.5.29 –
PP6.5.33).
Lindung Nilai atas Sekelompok Item (Paragraf 6.6)
ED PSAK 71 mensyaratkan sekelompok item (termasuk suatu kelompok item
yang merupakan suatu posisi neto; lihat paragraf PP6.6.1-PP6.6.8) merupakan
item lindung nilai yang memenuhi syarat jika:
1. Terdiri dari item (termasuk kelompok item) yang secara tersendiri
merupakan item lindung nilai yang memenuhi syarat;
2. Item dalam kelompok tersebut dikelola secara berkelompok untuk
tujuan manajemen risiko; dan
3. Untuk lindung nilai atas arus kas untuk kelompok item yang variabilitas
arus kasnya diperkirakan tidak proporsional terhadap variabilitas
keseluruhan dalam arus kas kelompok sehingga posisi risiko yang saling
hapus timbul.
Halaman: vi
Nomor: 13
Halaman: viii
Nomor: 12
Ketentuan Transisi (Paragraf 7.2)
Entitas menerapkan Pernyataan ini secara retrospektif sesuai dengan PSAK 25:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. Pernyataan
ini tidak diterapkan untuk item yang telah dihentikan pengakuannya pada
tanggal penerapan awal.
Tanggal Efektif (Paragraf 7.1)
ED PSAK 71 ini mensyaratkan entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode
tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2019. Penerapan
dini diperkenankan. Jika entitas memilih untuk menerapkan dini Pernyataan ini,
entitas harus mengungkapkan fakta tersebut dan menerapkan semua
persyaratan dalam Pernyataan ini pada waktu yang sama (tetapi lihat juga
paragraf 7.1.2, 7.2.21 dan 7.3.2).
9
Pada prinsipnya perusahan kami setuju dengan penerapan secara
retrospektif agar dapat disajikan informasi yang komprehensif bagi
pembaca laporan keuangan.
Apakah penerapan IFRS 9 (atau PSAK 71) untuk perusahaan asuransi akan
ditunda? Bagaimana dengan perusahaan asuransi yang memiliki anak
perusahaan yang bergerak dalam bidang non-asuransi? Diperlukan
petunjuk yang jelas
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Halaman: viii
Nomor: 13
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
Apakah Anda setuju dengan tanggal efektif sebagaimana diusulkan dalam ED
PSAK 71 ini? Jika tidak, apa alasan Anda?
Ketentuan Transisi (Paragraf 7.2)
Entitas menerapkan Pernyataan ini secara retrospektif sesuai dengan PSAK 25:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. Pernyataan
ini tidak diterapkan untuk item yang telah dihentikan pengakuannya pada
tanggal penerapan awal.

Masukan 1:
Ketentuan transisi secara Retrospektif ini, bagaimana
pertimbangannya dari sisi pajak? Bagaimana perlakuannya
terhadap pajak yang sudah dibayarkan?

Halaman: viii
Nomor: 15
Halaman: 71.2
Bab: 2
Nomor: 2.1 (e)
Masukan 2:
Apakah Anda setuju dengan ketentuan transisi secara Retrospektif
Apakah ada opsi untuk mendefer sampai dengan penerapan IFRS
sebagaimana diusulkan dalam ED PSAK 71 ini? Jika tidak, apa alasan Anda?
4 phase 2
Tanggapan Lain
Apakah penerapan IFRS 9 (atau PSAK 71) untuk perusahaan asuransi akan
Apakah Anda memiliki tanggapan atas isu lain yang terkait dengan ED
ditunda? Bagaimana dengan perusahaan asuransi yang memiliki anak
PSAK 71?
perusahaan yang bergerak dalam bidang non-asuransi? Apakah anak
perusahaan bisa menyamakan dengan induk? Atau anak harus memaintain dua pencatatan yang berbeda untuk keperluan konsolidasi
dengan induk.
hak dan kewajiban yang timbul dalam (i) kontrak asuransi sebagaimana
didefinisikan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi, selain hak dan kewajiban
penerbit yang timbul dalam kontrak asuransi yang memenuhi definisi kontrak
jaminan keuangan, atau (ii) kontrak dalam ruang lingkup PSAK 62 karena
kontrak tersebut berisi fitur partisipasi tidak mengikat. Akan tetapi, Pernyataan
ini diterapkan untuk derivatif yang melekat pada kontrak dalam ruang lingkup
PSAK 62 jika derivatif tersebut tidak dengan sendirinya merupakan kontrak
yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK
62. Selain itu, jika penerbit kontrak jaminan keuangan telah menegaskan
secara eksplisit sebelumnya bahwa kontrak tersebut dianggap sebagai kontrak
asuransi dan telah menggunakan akuntansi yang dapat diterapkan untuk
kontrak asuransi, maka penerbit dapat memilih untuk menerapkan Pernyataan
ini atau PSAK 62 pada kontrak jaminan keuangan tersebut (lihat paragraf PP2.5PP2.6). Penerbit dapat memutuskan pilihan tersebut berdasarkan kontrak demi
kontrak, tetapi
10
Apakah dengan discope outnya hak dan kewajiban yang timbul dalam
kontrak asuransi, maka ED PSAK ini/klausul instrumen keuangan tidak
berlaku bagi industri asuransi. Mohon diperjelas di bagian mana yang di
scope out? Apakah terkait dana nasabah saja? Bagaimana dana
Perusahaan? Atau dana yang masih dalam pengembangan untuk
membayar future claim? Bagaimana apabila dana itu semua tercampur?
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
pemilihan untuk setiap kontrak tersebut tidak dapat dibatalkan.
Halaman: 71.79
PP4.1.3A
Nomor: PP4.1.3A Model bisnis mungkin untuk memiliki aset untuk memperoleh arus kas
dan PP4.1.3B
kontraktual bahkan jika entitas menjual aset keuangan ketika ada peningkatan
risiko kredit aset. Untuk menentukan apakah telah terjadi peningkatan risiko
kredit aset, entitas mempertimbangkan informasi yang wajar dan terdukung,
termasuk informasi forward looking Terlepas dari frekuensi dan nilai tersebut,
penjualan yang dikarenakan peningkatan risiko kredit aset tidak konsisten
dengan model bisnis yang bertujuan untuk memiliki aset keuangan untuk
memperoleh arus kas kontraktual karena kualitas kredit aset keuangan
berhubungan dengan kemampuan entitas untuk memperoleh arus kas
kontraktual. Aktivitas manajemen risiko kredit yang ditujukan untuk
meminimalkan kerugian kredit potensial dikarenakan penurunan kualitas
pinjaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari model bisnis tersebut.
Menjual aset keuangan karena tidak lagi memenuhi kriteria kredit yang diatur
dalam kebijakan investasi yang didokumentasikan entitas adalah contoh dari
penjualan yang telah terjadi dikarenakan peningkatan risiko kredit. Akan tetapi,
dengan tidak adanya kebijakan tersebut, entitas dapat menunjukkan dengan
cara lain bahwa penjualan terjadi karena peningkatan risiko kredit.
PP4.1.3B
Penjualan yang terjadi karena alasan lain, seperti penjualan yang dilakukan
untuk mengelola risiko konsentrasi kredit (tanpa peningkatan risiko kredit aset),
mungkin juga konsisten dengan model bisnis yang bertujuan untuk memiliki
aset keuangan untuk memperoleh arus kas kontraktual. Secara khusus,
penjualan tersebut dapat konsisten dengan model bisnis yang bertujuan untuk
memiliki aset keuangan untuk memperoleh arus kas kontraktual jika penjualan
tersebut tidak berulang (meskipun signifikan dalam nilai) atau tidak signifikan
dalam nilai baik secara individu maupun secara gabungan (bahkan jika
berulang). Jika lebih dari jumlah yang tidak berulang dari penjualan tersebut
terbuat dari portofolio dan penjualan tersebut lebih dari tidak signifikan dalam
nilai (baik secara individu atau gabungan), entitas perlu menilai apakah dan
bagaimana penjualan tersebut konsisten dengan tujuan memperoleh arus kas
kontraktual. Apakah pihak ketiga mensyaratkan suatu kewajiban untuk menjual
11

Masukan 1:
Setuju dengan perlakuan akuntansi ini, terutama dengan adanya
pilihan untuk menjual aset keuangan ketika ada peningkatan
risiko kredit aset.

Masukan 2:
Hal tersebut dapat meminimalisasi kerugian dengan menjual aset
keuangan sekalipun belum jatuh tempo (dikarenakan naiknya
risiko kredit aset).

Masukan 3:
Dalam hal perusahaan melakukan penjualan aset keuangan,
apakah
perusahaan
diharuskan
untuk
melakukan
dokumentasi/mengumpulkan bukti yang cukup sehubungan
dengan peningkatan risiko kredit atau assessment berkala sesuai
ED PSAK71? (e.g. Identifikasi perubahan risiko gagal bayar,
membandingkan risiko kredit pada pengakuan awal, tunggakan
pembayaran – DPD, dll)

Masukan 4:
Apakah ada panduan standar yang diatur dan berlaku umum
serta dapat diterima terutama oleh pihak eksternal (misal:
auditor)?
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
aset keuangan, atau aktivitas yang pada kebijaksanaan entitas, tidak relevan
dengan penilaian ini. Peningkatan frekuensi atau nilai penjualan dalam periode
tertentu tidak selalu konsisten dengan tujuan untuk memiliki aset keuangan
untuk memperoleh arus kas kontraktual, jika entitas dapat menjelaskan alasan
bagi penjualan tersebut dan menunjukkan mengapa penjualan tersebut tidak
mencerminkan perubahan dalam model bisnis entitas. Sebagai tambahan,
penjualan mungkin konsisten dengan tujuan memiliki aset keuangan untuk
memperoleh arus kas kontraktual jika penjualan dilakukan dekat dengan jatuh
Halaman: 71.14
4.1.1
Bab:
Bab
4 Kecuali paragraf 4.1.5 diterapkan, entitas mengklasifikasikan aset keuangan
Kalsifikasi
sehingga setelah pengakuan awal aset keuangan diukur pada biaya perolehan
Nomor:
4.1.1, diamortisasi, nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain atau nilai wajar
4.1.2., c, 4.1.4, melalui laba rugi, dengan menggunakan dua dasar, yaitu:
4.1.5.
a) model bisnis entitas dalam mengelola aset keuangan dan
b) karakteristik arus kas kontraktual dari aset keuangan.
4.1.2.
Aset keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi jika kedua kondisi
berikut terpenuhi:
a) aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang bertujuan untuk
memiliki aset keuangan dalam rangka mendapatkan arus kas
kontraktual dan
b) persyaratan kontraktual dari aset keuangan yang pada tanggal tertentu
meningkatkan arus kas yang semata dari pembayaran pokok dan bunga
(solely payments of principal and interest) dari jumlah pokok terutang.
Paragraf PP4.1.1–PP4.1.26 memberikan panduan cara penerapan kondisi
ini.
4.1.2A.
Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif
12

Masukan 1:
Pendekatan yang digunakan untuk mengkasifikasikan aset
keuangan yaitu dengan berdasarkan model bisnis entitas dalam
mengelola aset keuangan dan karakteristik arus kas dalam
mengelola aset keuangan sudah tepat.
Dampaknya bagi perusahaan:
Pada prinsipnya kemungkinan besar tidak akan terjadi perubahan
pada klasifikasi aset keuangan dari yang telah dilakukan selama
ini. Namun demikian, analisa atas aset keuangan diperlukan
untuk menentukan klasifikasi aset keuangan berdasarkan model
bisnis entitas dalam mengelola aset keuangan dan karakteristik
arus kas dalam mengelola aset keuangan.

Masukan 2:
Selama ini berdasarkan PSAK 55 perusahaan telah melakukan
klasifikasi aset keuangan sebagai berikut:
1) Aset keuangan yang nilai wajarnya diakui melalui laba rugi,
misalnya untuk saham dan reksa dana
2) Pinjaman yang diberikan dan piutang, misalnya kas dan
setara kas, deposito, piutang premi, piutang hasil investasi,
piutang lain-lain, piutang reasuransi, aset reasuransi dari
klaim yang masih dalam proses, dan aset lain-lain.
3) Aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo.
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
lain jika kedua kondisi berikut terpenuhi:
a) Aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang tujuannya akan
terpenuhi dengan mendapatkan arus kas kontraktual dan menjual aset
keuangan dan
b) persyaratan kontraktual dari aset keuangan tersebut memberikan hak
pada tanggal tertentu atas arus kas yang semata dari pembayaran
pokok dan bunga dari jumlah pokok terutang.
Paragraf PP4.1.1–PP4.1.26 memberikan panduan cara penerapan kondisi
ini.
4.1.4.
Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi kecuali diukur pada
biaya perolehan diamortisasi sesuai dengan paragraf 4.1.2 atau nilai wajar
melalui penghasilan komprehensif lain sesuai paragraf 4.1.2A. Akan tetapi,
entitas dapat menetapkan pilihan yang tidak dapat dibatalkan saat pengakuan
awal atas investasi pada instrumen ekuitas tertentu yang umumnya diukur pada
nilai wajar melalui laba rugi sehingga perubahan nilai wajarnya disajikan dalam
penghasilan komprehensif lain (lihat paragraf 5.7.5–5.7.6).
Opsi untuk Menetapkan Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar
Melalui Laba Rugi
4.1.5.
Terlepas dari paragraf 4.1.1–4.1.4, saat pengakuan awal entitas dapat
membuat penetapan yang tidak dapat dibatalkan untuk mengukur liabilitas
keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi, jika penetapan tersebut
mengeliminasi atau secara signifikan mengurangi inkonsistensi pengukuran
atau pengakuan (kadang disebut sebagai “accounting mismatch”) yang dapat
13
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Halaman: 71.105
Nomor: PP4.4.1
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
timbul dari pengukuran aset atau liabilitas atau pengakuan keuntungan dan
kerugian atas aset atau liabilitas dengan dasar yang berbeda-beda (lihat
paragraf PP4.1.29–PP4.1.32).
Paragraf 4.4.1 mensyaratkan entitas untuk mereklasifikasi aset keuangan jika
entitas mengubah model bisnis untuk mengelola aset keuangan tersebut.
Perubahan tersebut diperkirakan sangat jarang terjadi. Perubahan tersebut
ditentukan oleh manajemen senior entitas sebagai hasil dari perubahan
eksternal atau internal dan harus signifikan pada kegiatan operasi entitas dan
dapat dibuktikan pada pihak eksternal. Sejalan dengan hal tersebut, perubahan
pada model bisnis entitas akan terjadi hanya jika entitas memulai atau berhenti
untuk melaksanakan aktivitas yang signifikan terhadap kegiatan operasinya;
sebagai contoh, ketika entitas telah memperoleh, melepaskan, atau mengakhiri
lini bisnis. Contoh perubahan dalam model bisnis termasuk berikut ini: entitas
memiliki portfolio pinjaman komersial yang dimiliki untuk dijual dalam waktu
dekat. Entitas memperoleh perusahaan yang mengelola pinjaman komersial
dan memiliki model bisnis yang memiliki pinjaman untuk memperoleh arus kas
kontraktual. Portfolio pinjaman komersial tidak lagi untuk dijual, dan portfolio
tersebut sekarang dikelola bersama dengan pinjaman komersial yang diperoleh
dan seluruhnya dimiliki untuk memperoleh arus kas kontraktual.
Setuju mengenai konsep penentuan entitas bisnis dimana entitas
mungkin memiliki lebih dari satu model bisnis untuk memisahkan
portofolio aset keuangan ke subportofolio. Hal tersebut secara prinsip
sudah berjalan di perusahan kami.
Perusahaan jasa keuangan memutuskan untuk menutup bisnis hipotek ritel.
Bisnis tersebut tidak lagi menerima bisnis baru dan perusahaan jasa keuangan
secara aktif memasarkan portfolio pinjaman hipotek tersebut untuk dijual.
Di dalam PSAK No. 55 paragraf 8 (Definisi) disebutkan mengenai
Tainting Rule
peraturan “Tainting Rule”, sebagai berikut: “Entitas tidak boleh
mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh
tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun
sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga
jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan
(more than insignificant) sebelum jatuh tempo (lebih dari jumlah yang
tidak signifikan dibandingkan dengan total nilai investasi dimiliki hingga
14
ASOSIASI ASURANSI JIWA INDONESIA – 01 November 2016
Halaman/Bab/No
Exposure Draft Penjelasan
Tanggapan
jatuh tempo).” Apakah “Tainting Rule” ini sudah tidak berlaku lagi dalam
PSAK 71?
Halaman: 12
Memerlukan observasi eksternal
Kriteria pihak eksternal yang bisa melakukan observasi
15
Download