GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN IgG DAN IgM POSITIF DI RSUD CIAMIS PERIODE MEI-JULI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan pada Program Studi D3 Analis Kesehatan Oleh : SALINDRI PUJI LESTARI 13DA277041 PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN IgG dan IgM POSITIF DI RSUD CIAMIS PERIODE MEI-JULI TAHUN 20161 Salindri Puji Lestari2 Endang Octaviana W 3 Atun Farihatun4 INTISARI Infeksi virus Dengue disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Peningkatan kadar SGOT dan SGPT dapat dipengaruhi oleh virus dengue yang menyerang organ hati serta penggunaan obat penurun panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi hati pada infeksi demam berdarah dengue. Metode yang digunakan adalah metode yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data berdasarkan analisa laboratorium, studi literatur dan melakukan observasi. Hasil penelitian kadar SGOT dan SGPT pada pasien infeksi Demam berdarah dengue di RSUD Ciamis Tahun 2016 dari 30 sampel diperoleh hasil SGOT normal rata-rata yaitu 27,62 U/L dan kadar SGOT abnormal dengan rata-rata 91,80 U/L. Sedangkan kadar SGPT normal rata-rata yaitu 27,6 U/L, dan kadar SGPT abnormal diperoleh rata-rata 84,77U/L. Kata Kunci Kepustakaan Keterangan : Demam Berdarah Dengue , IgG dan IgM Positif, SGOT, SGPT : 25 (2004-2015) : 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Pembimbing I, 4 Pembimbing II. iv OVERVIEW OF THE RESULTS OF THE EXAMINATION OF SGOT AND SGPT IN DENGUE HEMORAGIC FEVER SUFFERERS WITH IgG AND IgM POSITIVE AT THE PROVINCIAL HOSPITAL CIAMIS THE PERIOD OF MAY-JULY OF THE YEAR 20161 Salindri Puji Lestari2Endang Octaviana W3Atun Farihatun4 ABSTRACT Dengue virus infection caused by the dengue virus from the Group B Arbovirus, namely arthropod-borne viruses or viruses that are transmitted by arthropods. Increased levels of SGOT and SGPT can be affected by dengue viruses that attack the liver organ as well as the use of the febrifuge. This research aims to know the description of the function of the liver in infection of dengue fever dengue. Method used is descriptive in nature with methods of data collection techniques based on laboratory analysis, the study of literature and conducting observation. Results of the study the levels of SGOT and SGPT in patients of infection dengue fever dengue at HOSPITALS Ciamis 2016 out of 30 samples obtained results SGOT normal average i.e. 27.62 U/L abnormal levels of SGOT and with an average of 91.80 U/L. While the normal SGPT levels are average i.e. 27.6 U/L, abnormal levels of SGPT and obtained an average of 84.77 U/L. Keywords Library Description : Dengue Dengue Fever, IgG and IgM Positif, SGOT, SGPT. : 25 (2004-2015) : 1 The title of the, 2 Name Of Student, 3 Supervisor I, 4 Supervisor II. v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi virus Dengue disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae. Vektor utama infeksi Dengue adalah nyamuk Aedes aegypti didaerah perkotaan) dan didaerah pedesaan yaitu Aedes albopictus (Kristina dkk, 2006). Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang perumpamaan sebuah nyamuk hal ini untuk dipelajari dan dikaji sebagaimana dalam Q.S AlBaqarah ayat 26: Artinya: Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan:` Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? `. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (QS. 2:26). 1 2 Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue di Indonesia paling besar adalah di daerah di Jawa Timur. Kasus Demam Berdarah Dengue di Jawa Barat adalah di Indramayu selama Januari 2016 mencapai 981 orang dengan kasus kematian sebanyak 24 orang. (Amira, 2015). Data yang diperoleh bahwa kasus Demam Berdarah Dengue di daerah Jawa Barat khususnya di Kabupaten Ciamis diperoleh kasus infeksi Dengue dari Januari hingga Desember 2015 yaitu terdapat 95 kasus, kasus Demam Berdarah Dengue ini terdapat daerah yang paling tinggi dengan kasus Demam Berdarah Dengue yaitu Rajadesa dan diikuti Banjarsari (Dinkes Ciamis, 2015). Infeksi virus Dengue merupakan pemeriksaan penyakit infeksi yang menempati urutan ketiga setelah pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) dan pemeriksaan Widal.. Kemudian untuk data pasien yang melakukan pemeriksaan Dengue Blot di Laboratorium RSUD Ciamis tahun 2015 adalah sebanyak 697 pasien (Rekam Medik RSUD Ciamis, 2015). Infeksi Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan dengan manifestai klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai lekopenia , ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragic. Pada Demam Berdarah Dengue terjadi kebocoran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) dan penumpukkan cairan didalam rongga tubuh. Dengue syok sindrom (DSS) adalah Demam Berdarah Dengue yang ditandai dengan syok (Balmaseda A, 2006 ). Organ hati memegang peranan penting sebagai organ yang berfungsi sebagai eliminasi dan bertanggung jawab terhadap metabolisme beberapa bagian besar golongan obat. Pada penyakit gangguan fungsi hati, kemampuan organ tersebut untuk memetabolisme obat juga akan terganggu. Struktur atau fungsinya 3 yang abnormal akan mempengaruhi kemampuan dari hati untuk menangani efektifitas obat (Barber, 2006). Dalam dosis normal penurun panas tidak menyakiti permukaan perut, mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada janin. Namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Hal yang jarang terjadi adalah reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah, pada penggunaan obat penurun yang kronis dapat terjadi kerusakan hati yang revesible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya yang dalam dosis normal ditangkal oleh glutation. Overdosis dari penggunaan obat tersebut dapat menimbulkan mual, muntah dan anorexia (Tjay, 2007). Tingkat disfungsi hati pada infeksi dengue bervariasi gejala ringan yang diketahui melalui pemeriksaan SGOT/SGPT dapat mengakibatkan penyakit kuning dan bahkan kegagalan hati fulminan. Disfungsi hati dapat menjadi efek langsung dari infeksi virus yang dapat merugikan dengan dysregulated respon kekebalan virus terhadap tubuh (Seneviratne dkk, 2006). Untuk mengetahui patogenesis suatu penyakit, harus dilihat dari jalannya mikroorganisme dan organ target sasarannya. Dari beberapa studi bahwa sel Kuffler hati merupakan salah satu target sel yang terinfeksi virus Dengue (Seneviratne dkk, 2006). Degenerasi kerusakan sel hati dapat diketahui dengan hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT (Nurul, 2007). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT pada penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM positif. 4 B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT pada penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM positif? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran penyakit Demam Berdarah Dengue. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM positif. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan pada pemeriksaan SGPT dan SGOT pada penderita Demam Berdarah Dengue. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Untuk memberikan masukan kepada tenaga kesehatan terutama pada tenaga laboratorium mengenai pemeriksaan SGPT dan SGOT pada pasien Demam Berdarah Dengue. 3. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi mengenai Demam Berdarah Dengue dengan mendiagnosa hasil laboratorium yaitu dengan pemeriksaan SGPT dan SGOT. 5 E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelum nya di teliti oleh Elisa Liliyani “Gambaran hasil pemeriksaan darah rutin pada pasien Dengue positif di RSUD Ciamis pada tahun 2015”. Perbedaan dengan penelitian ini adalah parameter yang diperiksa yaitu pemeriksaan SGOT dan SGPT dengan melihat IgG dan IgM yang positif. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Judul Penelitian Gambaran hasil pemeriksaan darah rutin pada pasien Dengue positif di RSUD Ciamis pada tahun 2015 Nama Peneliti Elisa Liliyani Hasil Penelitian - Jumlah trombosit normal 5,7 % , trombosit rendah 94,3% - Jumlah leukosit normal 31,43%, leukosit rendah 57,15%, leukosit tinggi 11,42% - Jumlah hematokrit normal laki-laki 43%, hematokrit rendah 56,25% - Jumlah hematokrit normal perempuan 63,15%, hematokrit rendah 36,85%. - Kadar hemoglobin laki-laki 62,5 %, hemoglobin rendah 37% - Kadar hemoglobin normal pada perempuan 63,15%, hemoglobin rendah 36,85% BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak dengan manusia. Virus Dengue dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk, oleh karena itu penyakit ini termasuk kelompok artrophoda borme diseases. Penyakit infeksi Dengue merupakan salah satu maslah kesehatan masyarakat di Indonesie yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakitinfeksi Dengue merupakan penyakit yang menular yang terutama yang menyerang anak-anak. Di Indonesia penyakit infeksi Dengue masih merupakan maslah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah yang endemik infeksi Dengue pada umum nya merupakan sumber penyebaran penyakit kewilayah lain. Setiap kejadian luar biasa infeksi Dengue umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus diwilayah tersebut. Untuk membatasi penyebarannya diperlukan pengasapan (fogging) secara massal, abatisasi masal, serta penggerakan pemberantasan sarang nyamuk yang terus-menerus. Infeksi Dengue mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi fatal bagi banyak pasien yang meninggal akibat penangannya yang terlambat. Infeksi Dengue disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae. 6 7 Vektor utama infeksi Dengue adalah nyamuk Aedes aegypti didaerah perkotaan) dan Aedes albopictus (didaerah pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah: 1) Sayap dan badan nya belang-belang atau bergaris putih 2) Berkembang biak di air yang jernih yang beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, drum dan barang-barang penampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman, tempat air minum burung, dan lain-lain, 3) Jarak terbang kurang lebih 100 m, 4) Nyamuk betina bersifat “multi bitters” (menggigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat), 5) Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi. Nyamuk yang menjadi vektor penyakit infeksi Dengue adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menngigit manusia yang sedang sakit dan viremia. Menurut penelitian terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya. Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk menggigit orang lain, maka virus dengue akan pindah bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus dengue akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah Dengue. Virus dengue memperbanyak diri di dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu. Orang yang didalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala 8 sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain diberbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya. Faktor yang mempengaruhi morbiditas dan martalitas penyakir infeksi Dengue antara lain: 1) Imunitas penjamu 2) Kepadatan populasi nyamuk 3) Transmisi virus dengue 4) Virulensi virus 5) Keadaan geografis setempat Faktor penyebaran kasus infeksi Dengue 1) Pertumbuhan penduduk 2) Urbanisasi yang tidak terkontrol 3) Transportasi (Widoyono, 2008). b. Karakteriktik virus dengue Virus dengue merupakan virus RNA, genus Flavivirus, termasuk famili Flaviridae. 4 serotipe dengue yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3dan DEN-4. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi yang protektif untuk seumur hidup untuk serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak dengan bentuk serotipe yang lain. Virus dengue merupakan virus yang relatif labil pada suhu dan faktor kimiawi serta masa viremia yang pendek, sehingga keberhasilan isolasi dan identifikasi virus sangat bergantung pada kecepatan dan ketepatan pengambilan (Soegijanto, 2006). c. Patogenesis Demam Berdarah Dengue Ada dua perubahan patofisiologis yang terjadi pada Demam Berdarah Dengue: 1) Peningkatan permeabilitas vaskular yang meningkatkan kehilangan plasma dari kompartemen vaskular. Keadaan 9 ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan nadi rendah dan tanda syok lain. 2) Gangguan pada hemostasis yang mencakup vaskular, trombositopenia, dan koagulopati. Mekanisme yang menunjang terjadinya infeksi Dengue adalah peningkatan replika virus dalam makrofag oleh antibodi heterotipik. Pada infeksi sekunder pada serotipe yang berbeda dapat menyebabkan infeksi primer, antibodi reaktif-silang yang gagal menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah peningkatan monosit terinfeksi saat kompleks antibodi virus dengue masuk kedalam sel. Hal ini selanjutnya dapat mengakibatkan aktivasi reaktif-silang CD4+ dan CD8+ menjadi limfosit sitotoksik. Pelepasan cepat sitokin yang disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis monosit terinfeksi dimedia oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan dan perdarahan yang terjadi pada DHF (Dengue Hemorragic Fever). Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus memasuki aliran darah manusia dan kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya. Kompleks antigen-antobodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal tersebut akan menimbulkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai 10 perdarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan(muntah darah, bercak darah), saluran pernapasan (mimisan, batuk darah), dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang dapat menyebabkan kematian. d. Gejala dan tanda Infeksi virus Dengue: Pasien penyakit infeksi virus Dengue biasanya ditandai dengan tanda-tanda sebagai berikut: 1) Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas 2) Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede +, mulai dari bercak petekie + sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau bercak darah hitam 3) Hasil pemeriksaan trombosit menurun, hematokrit meningkat 4) Gelisah, tidak sadar. e. Kriteria diagnosis Demam Berdarah 1) Kriteria klinis a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dengan berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari b) Terjadi manifestasi perdarahan c) Pembesaran hati d) Syok 2) Kriteria laboratoris f. a) Trombositopenia (<100.000/mm kubik) b) Hemokonsentrasi (Ht meningkat >20%) Manifestasi klinik infeksi Dengue Setelah masa inkubasi kemudian diikuti oleh tiga fase penyakit yaitu penyembuhan. fase demam, Manifestasi klinik fase kritis, pada dan fase penyakit yang kompleks seperti infeksi virus Dengue, terapinya relatif sederhana, murah dan sangat efektif yaitu pengenalan gejala dan tanda awal pasien dengue. 11 1) Fase demam Demam tinggi mendadak dan terus-menerus yang berlangsung 2-7 hari. Biasanya terdapat tanda-tanda eritemia kulit, mialgia, atralgia, nyeri kepala, anoreksia, mual dan muntah. Tanda awal abnormalitas pada pemeriksaan darah adalah terjadinya penurunan jumlah leukosit (leukopeni). 2) Fase kritis Saat suhu tubuh mulai turun ke 37,5º-38ºC yang terjadi pada hari ke 3-6 hari perjalanan penyakit, dapat terjadi peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan peningkatan nilai hematokrit. Leukopenia dilanjutkan dengan penurunan jumlah trombosit secara cepat menandakan kebocoran plasma. 3) Fase penyembuhan Pasien yang selamat dari fase kritisnya pada 24-48 jam maka selanjutnya akan terjadi reabsorpsi cairan ekstravaskular selama 48-72 jam berikutnya. Nilai hematokrit kembali stabil dikarenakan efek dari adanya reabsorpsi cairan ekstravaskular. Jumlah leukosit biasanya akan meningkat kembali normal diikuti dengan peningkatan dari jumlah trombosit (WHO, 2009). g. Patofisilogis virus Dengue terhadap organ hepar Virus dengue mampu bereplikasi dalam sel hepar meninggalkan jejas hepatoselular. Dampak virus dengue tarhadap hepatosit dan sel kupffer melalui beberapa mekanisme yaitu efek langsung, efek sitokin proinflamasi, dan efek radikal bebas terhadap hepatosit dan sel kupffer. Virus dengue menginduksi mitokondria dan kematian sel. Hal ini mungkin disebabkan oleh protein virus atau produknya berunteraksi dengan membran mitokondria, mengakibatkan 12 peningkatan permeabilitas membran mitokondria, perubahan fisiologi mitokondria, dan ROS yang berlebihan. Akibatnya sel mengalami gangguan fungsi. Terbentuk councilman bodies kemudian terjadi fragmentasi DNA dan apoptosit hepatosit dan kupffer akibat infeksi virus dengue selain apaptosit juga melalui nekrosis. Terjadi nekrosis hetoselular yaitu nekrosis pada zona tengah dan perifer hati. Nekrosis tersebut terjadi akibat insufisiensi sirkulasi mikro yang menyebabkan hepatoselular yang mengalami iskhemia, inflamasi akut akibat pengaruh sitokin dan proinflamasi berbagai mediator, serta dampak negatif oksidan dan kolektasis. Kelainan tersebut tidak terlepas dari keterlibatan sistem retikuloendotelial, kompleks imun, aktifitas komplemen, kompleks antigen antibodi, agregasi trombosit, perubahan endotel, dan berbagai komponen lain selama berlangsungnya infeksi. Nekrosis ditandai dengan kerusakan membran plasma, disfungsi mitokondria dan lisis sel, disertai proses inflamasi dan akumulasi sel fagosit. Prose nekrosis dapat terjadi pada sentrolobuler hepar (Nasrudin, 2007). h. Diagnosis infeksi Dengue Untuk menegakkan diagnosis dilakukan wawancara mengenai status kehidupan pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan fungsi hati, sehingga petugas dapat menentukan apakah pasien tersebut menderita infeksi dengue, menentukan adanya tanda-tanda bahaya, hidrasi dan status hemodinamik dan menentukan apakah pasien harus dirawat jalan atau rawat inap. Pemeriksaan fungsi hati pada infeksi dengue meliputi pemeriksaan SGOT dan SGPT. Pemeriksaan fungsi hati dapat digunakan untuk memonitoring lamanya penyakit. 13 Saat ini, uji serologi dengue IgM dan IgG (protein yang diproduksi tubuh untuk berperan sebagai antibodi). Uji ini dilakukan untuk penunjang untuk membantu dalam mendiagnosis penyakit infeksi virus Dengue.Respon imun humoral terhadap infeksi dengue dengan terbentuknya antibodi. Antibodi yang muncul yaitu IgG dan IgM. Pada infeksi primer (infeksi pertama kalinya oleh virus) IgM akan muncul dalam darah pada hari ketiga dan mencapai puncaknya pada hari kelima, kemudian menurun dan menghilang setelah 60-90 hari. Setelah itu pada minggu kedua IgG baru muncul dan terus ada dalam darah. Pada infeksi sekunder (infeksi Dengue untuk kedua kalinya) IgM pada masa akut terdeteksi 70% kasus. Sebagian besar IgG (90%) dapat dideteksi secara dini yaitu pada hari kedua. Jika ditemukan hasil IgG dan IgM negatif tetapi gejala menunjukkan kecurigaan infeksi akan virus Dengue, maka dianjurkan untuk mengambil sampel kedua dengan jarak 3-4 hari infeksi primer, dan 2-3 hari pada infeksi sekunder (Satari dan Meiliasari, 2006). Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi transaminase. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase yaitu serum glutamat oksaloasetat transaminase dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT). Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan enzim GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak. Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin 14 tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati (Cahyono, 2009). Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) merupakan enzim mitokondria yang berfungsi mengkatalisis pemindahan bolak-balik gugus amino dari asam aspartat ke asam αoksaloasetat membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price dan Wilson, 2005). Pada penderita infeksi virus dengue SGOT dan SGPT dapat meningkat. Disfungsi hati dapat disebabkan efek langsung virus terhadap sel hati atau kerena respon imun tubuh melawan virus. Virus dengue dapat bereplikasi di hepatosis maupun sel Kupffer (Seneviratne dkk, 2006). Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hepar konsentrasinya rendah. Fungsi dari enzim-enzim hepar tersebut hanya sedikit yang diketahui. Nilai normal kadar SGOT pada pria 10-37 U/L, wanita 10-31 U/L, sedangkan kadar SGPT untuk pria 10-41U/L dan wanita 10-31 U/L (Fajar, 2014). 2. Antigen dan Imunogen Imunoglobulin diidentifikasi sebagai merupakan molekul substansi dalam pertama serum yang yang mampu menetralkan mikroorganisme penyebab infeksi. a. Antibodi Darah yang dibiarkan membeku akan menjadi serum yang mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung molekul antibodi yang digolongkan menjadi protein yang disebut dengan imunoglobulin. Dengan dua ciri yang penying yaitu spesifitas dan aktivitas biologis. Imunoglobulin berfungsi sebagai pengikat menghantarkan ke sistem efektor pemusnahan. antigen dan 15 Imunoglobulin dibentuk dalam sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi terbentuk secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka imunoglobulin ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin gamma, meskipun ada beberapa imunoglobulin yang juga ditemukan dalam fraksi globulin alfa dan beta. b. Klasifikasi Imunoglobulin 1) Imunoglobulin G IgG merupakan komponen utama imunoglobulin serum, dengan berat molekul 160.000 dalton. Kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml, merupakan 75% dari semua imunoglobulin. IgG banyak ditemukan dalam berbagai cairan seperti darah, CSS dan juga urin. IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan beberapa pada imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja saling memebantu sebagai opsonin pada pemusnahan antigen. IgG efektif mempunyai sifat opsonin yang efektif karena sel-sel fagosit, monosit dan makrofag mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dai IgG sehingga dapat mempererat hubungan antara fagosit dengan sel sasaran. IgG merupakan imunoglobulin paling banyak dalam darah, CSS dan peritoneal. IgG pada manusia terdiri atas 4 subkelas yaitu IgG1, IgG2, IgG3, IgG4 yang berbeda dalam sifat dan aktivitas biologis. 2) Imunoglonulin A IgA dengan berat molekul 165.000 dalton yang dapat ditemukan dalam serum dengan jumlah yang sedikit. Kadarnya banyak ditemukan dalam cairan sekresi 16 saluran pernapasan, cerna dan kemih, air mata , keringat ludah dan dalam air susu ibu yang lebih berupa IgA sekretori (sIgA) yang merupakan bagian terbanyak. Komponen sekretori melindungi IgA dari protease mamalia. Fungsi IgA alah sebagai berikut: a) sIgA melindungi tubuh dari patogen oleh karena itu dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen esensial sehingga mencegah adherens dan kolonisasi patogen tersebut dalam sel penjamu. b) IgA dapat bekerja sebagai opsonin, oleh karena neutrofil , monosit dan makrofag memiliki reseptor untuk Fcɑ (Fcɑ-R) sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin. IgA juga berperan dalam imunitas pada cacing pita. c) IgA dalam serum maupun dalam cairan sekresi dapat mentralkan toksin atau virus dan mencegah terjadinya kontak antara toksin atau virus dengan sel alat sasaran. d) IgA dalam serum mengaglutinasikan kuman, mengganggu motilitas sehingga dapat memudahkan fagositosis oleh polimorfonuklear. e) IgA dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif, beda halnya dengan IgG dan IgM yang mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. IgA sekretori dalam bentuk polimerik menjadi stabil oleh ikatan polipeptida rantai J. Molekul IgA yang polimerik dan rantai J dibentuk sel plasma didalam sel epitel lamina propria selaput lendir. Pada saat IgA tersebut dilepas kedalam lumen saluran cerna, sel epitel juag melepas bagian sekretori untuk membentuk sIgA yang terlindung dari pencernaan oleh 17 enzim. Imunoglobulin dalam cairan lambung terdiri atas 80% IgA, 13% IgM dan 7% IgG, semuanya berperan pada imunitas setempat. IgM juaga dapat dilindungi bagian sekretori dengan berat molekul 70.000 dalton sehingga dapat berfungsi bila ada defisiensi sIgA. Defisiensi IgA sering disertai dengan adanya antibodi terhadap antigen makanan dan inhalan pada alergi. Didalam ASI ditemukan sIgA, disamping laktoferin, transferin, lisozim, lipid , lactobacillus promoting factor, fagosit dan limfosit yang berperan pada imunitas neonatus. Kadar IgA yang tinggi dalam serum ditemukan pada infeksi kronik saluran napas dan cerna, seperti tuberkulosis, sirosis alkoholik, penyakit coeliac, kolitis ulseratif, dan penyakit Chorn. Fungsi IgA serum dalam bentuk monomerik belum banyak diketahui. IgA terdiri atas 2 subkelas IgA1 (93%) dan IgA2 (7%). 3) Imunoglonulin M IgM atau makroglobulin mempunyai berat molekul 900.000 dalton. IgM mempunyai rumus bangun pentameter dan merupakan imunoglobulin terbesar. Dan merupakan Ig paling efisien dalam aktivasi komplemen. Molekul-molekul diikat oleh rantai J (joining chain) seperti halnya pada IgA. Kebanyakan sel B mengekskresikan IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen. IgM dibentuk paling dahulu pada respon imun primer terhadap kebanyakan antigen dibanding dengan IgG, IgM juga merupakan Ig yang predominan diproduksi didalam janin. Kadar IgM yang tinggi dalam darah umbilikus merupakan petunjuk adanya infeksi intrauterin. Bayi yang baru dilahirkan hanya mengandung IgM sebesar 10% dari kadar IgM dewasa, karena IgM ibu tidak dapat menembus 18 plasenta. Janin yang berumur 2 minggu melai membentuk IgM bila sel B nya dirangsang oleh infeksi intrauterin, seperti sifilis kongenital, rubela, toksoplasmosis dan virus sitomegalo. Kadar IgM pada anak akan mencapai kadar IgM pada orang dewasa yaitu seletah berumur satu tahun. Kebanyakan antibodi alamiah seperti isoaglutinin, golongan darah AB, antibodi heterofil adalah IgM. IgM dapat mencegah pergerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator poten antigen. Bila seorang anak diimunisasi terhadap bakteri seperti toksoid, akan diperlukan beberapa hari sebelum antibodi ditemukan dalam darah. Dalam 2-3 hari setelah suntikan toksoid kedua kali, kadar antibodi dalam darah meningkat tajam dan mencapai kadar maksimum yang jauh lebih tinggi dibanding dengan respon primer. Respon sekunder ditandai dengan oleh respon yang lebih cepat serta lebih abnyak diproduksi antibodi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya ekspansi sel memori akibat pemberian toksoid pertama. Hal yang khas terjadi pada respon sekunder pembentukan imunoglobulin berlangsung lebih cepat dan untuk waktu yang lebih lama, imunoglobulin mencapai titer tinggi yang terutama terdiri dari IgG. Pada respon primer, timbulnya IgG didahului oleh IgM. 4) Imunoglobulin D IgD ditemukan dalam serum dengan kadar yang sangat rendah. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan karena IgD tidak dilepas sel plasma dan sangat rentan terhadap degradasi oleh proses proteolitik. IgD merupakan komponen utama sel B dan petanda dari deferensiasi sel B yang matang. IgD merupakan 1% dari total imunoglobulin dan ditemukan banyak pada sel B 19 bersama IgM yag dapat berfungsi sebagai reseptor antigen pada aktivitas sel B. IgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktivitas antobodi terhadap antigen berbagai makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus. IgD juga diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun, tetapi mekanismenya belum jelas. 5) Imunoglobulin E IgE diikat oleh sel mast, basofil dan eosinofil yang memiliki reseptor oleh fraksi Fc dan IgE(Fcɛ-R). IgE dibentuk setempat oleh sel plasma dalam selaput lendir saluran napas dan cerna. Alergen yang diikat silang oleh due molekul IgE pada permukaan sel mast akan menimbulkan influk ion kalsium kedalam sel. Hal itu dapat menurunkan kadar adenosin monofosfat siklik (cAMP) intraselular yang menimbulkan degranulasi sel mast. Selain pada alergi, IgE yang tinggi ditemukan pada infeksi cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid, trikinosis dan diduga berperan pada imunitas parasit (Karnen Gerna B dan Iris R, 2010). c. Proses imunologis pada pemeriksaan infeksi Dengue Tingkat Antibodi IgG Awal Timbul Gejala Virus IgM IgM Waktu Infeksi Primer Infeksi Sekunder Gambar 2.1 Respons imun Infeksi Virus Dengue Sumber: Suroso, 2004 20 Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat. B. Kerangka Konsep Tersangka Infeksi Dengue Pemeriksaan serologi IgG Positif SGOT IgM Positif SGPT Gambar 2.2 Kerangka Konsep BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penilitian deskriptif karena peneliti ingin mengetahui gambaran hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT pada penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM positif di RSUD Ciamis Periode Mei-Juli Tahun 2016. B. Variabel dan Definisi Operasional Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi Operasional Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan fungsi hati yang terkena infeksi dengue Variabel Pemeriksaan SGOT dan SGPT pada pasien Dengue Alat Ukur Cara Ukur Fotometer Kinetik Hasil Ukur Kadar SGOT dan SGPT yang terlihat dalam display dalam fotometer dinyatakan dalam satuan U/L Skala Variabel Rasio C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Pada penelitian ini populasi pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD Ciamis pada periode Mei-Juli sebanyak 76 pasien. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel pasien dengan kriteria sampel sebagai berikut: 21 22 a. Kriteria inklusi Pasien tersangka Dengue IgG dan IgM positif dengan melakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT b. Kriteria eksklusi Data pasien tidak lengkap dan bukan pasien Dengue D. Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu: a. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data pasien Dengue dengan IgG dan IgM positif b. Data primer dalam penelitian ini adalah pemeriksaan SGOT dan SGPT pada serum pasien Dengue dengan IgG dan IgM positif 2. Instrumen Penelitian Tabel 3.2 Alat yang digunakan dalam penelitian No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah 1. Tabung non antikoagulan Tutup merah 30 buah 2. Tabung reaksi 60 buah 3. Mikropipet 100μL 1 buah 4. Mikropipet 1000μL 1 buah 5. Tip Kuning 3 buah 6. Tip biru 3 buah 7. Sentrifuge 1 buah 8. Fotometer 1 buah 23 Tabel 3.3 Bahan yang akan digunakan dalam penelitian. No. Nama Bahan Spesifikasi Jumlah 1. Sampel darah Serum @100µL 2. Reagen Secukupnya 3. Kontrol PCCM @100µL E. Prosedur Penelitian 1. Pre-Analitik a. Verifikasi data pasien Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM positif b. Verifikasi serum pasien Demam Berdarah Dengue dengan identitas pasien c. Penyimpanan serum 2. Analitik Pemeriksaan SGOT dan SGPT a. Alat yang akan digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu b. Quality kontrol c. Pemeriksaan sampel 1) Metode : Kinetik enzimatik (Untuk menilai aktivitas enzim atau laju reaksi dan mengukur kadar substrat) (Sri, 2007). 2) Prinsip : SGOT : 2-oksoglutarat + L- aspartat L-Glutamat + Oksaloasetat Oksaloasetat + NADH + H+ Kecepatan penurunan kadar L-Malat + NAD+ NADH diukur secara fotometri dengan perbandingan lurus dengan aktivitas SGOT dalam sampel. SGPT : 2-oksoglutarat + L-alanin GPT L-Glutamat + piruvat. Piruvat + NADH + H+ LDH L-Laktat + NAD+ 24 kecepatan penurunan kadar NADH diukur secara fotometri dengan perbandingan lurus dengan aktivitas ALAT/SGPT dalam sampel. 3) Prosedur kerja: a) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan b) Pipet R1+R2 dengan perbandingan 4:1 c) Pipet 1000 μL (R1+R2) masukkan kedalam tabung dan pipet 100 μL sampel d) Homogenkan, inkubasi pada suhu 37ºC selama 1 menit e) Baca hasil pada fotometer dengan panjang gelombang 430nm (Fajar, 2014). 3. Post Analitik Data hasil pemeriksaan dicatat pada buku laporan pasien, dan kemudian dimasukkan pada komputer sesuai dengan identitas pasien. Nilai rujukan: Nilai SGOT: a. Pria 10-37 U/L b. Wanita 10-31 U/L Nilai SGPT: a. Pria 10-41 U/L b. Wanita 10-31 U/L F. Pengolahan dan Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT pada penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM positif menggunakan data sekunder yaitu dengan melihat pasien yang melakukan pemeriksaan IgG dan IgM Dengue dengan hasil yang positif kemudian melakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT pada 25 serum pasien Dengue. Kemudian data yang telah diperoleh ditabulasikan, disajikan dalam bentuk narasi. G. Etika Penelitian Sebelum dilakukan penelitian, peneliti meminta ijin ke Kesbangpol Kabupaten melalui STIKes Muhammadiyah Ciamis, setelah mendapat ijin dari Kesbangpol kemudian meminta ijin ke RSUD Ciamis untuk melakukan penelitian di Laboratorium RSUD Ciamis. H. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium RSUD Ciamis pada periode Mei sampai Juli 2016. DAFTAR PUSTAKA Al Hikmah. (2010) Al Qur’an terjemahan. Bandung : CV Penerbit Dipenogoro. Amira. (2015) Puncak Musim Hujan Waspadai Penyakit Demam Berdarah. Available from : http://www.bin.go.id/awas/detil/331/4 [diakses 16 Februari 2015]. Balmaseda A, Hammond SN, Perez L, et.al. (2006) Serotype-specific Differences in Clinical Manifestation of Dengue, Am. J. Trop. Med. Hyg. Barber, Nick dan Alan W., (2006) Churchill’s Pocket Book of Clinical Pharmacy, Churchill’s Pocket Book of Clinical Pharmacy, Second Edition, Elsevier Health Scinces. Cahyono, JBSB . (2009) Hepatitis A. Kanisius . Yogyakarta. Dinas Kesehatan Ciamis. (2015) Kasus Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Ciamis. Laporan Tahunan. Elisa, liliyani. (2015) Gambaran Hasil Pemeriksaan Darah Rutin pada Pasien Dengue di RSUD Ciamis. STIKes Muhammadiyah Ciamis. Fajar, Bakti Kurniawan. (2014) Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. EGC. Jakarta. Karnen G.B, Iris R. (2010) Imunologi Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Kee Joyce LeFever. (2007) Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta Kristina, Isminah, Wulandari, L. (2006) Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Badan Peneliti dan pengembangan Kesehatan Depkes RI Nadesul, Handrawan. (2007) Cara mudah Mengalahkan Berdarah. P.T Kompas Media Nusantara. Jakarta. Demam Nasroddin. (2007) Penyakit Infeksi di Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya. Nurul, Akbar. (2007) Vaksin Hepatitis B dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit Erlangga. Jakarta. 31 32 Price dan Wilson. (2005) Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. EGC. Jakarta. Rekam Medik. Laporan Data Pasien di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Tahun 2015. Ronald A., Richard A.M, Sacher. (2004) Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC. Satari, Hindra I dan Meiliasari M. (2006). Demam Berdarah. Puspa Swara .Jakarta. Seneviratne SL, Malavige GN, deSilva HJ,( 2006) Pathogenesis of Liver Involment during Dengue Viral Infections. Roy Soc Trop Med Hyg. Soegijanto, S. (2006) Demam Berdarah Dengue edisi kedua. Airlangga University Press. Surabaya. Sri, Sardini. (2007) Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT Dalam Serum Dengan Metode Reaksi Enzimatik Sesuai IFCC (Internasional Federation Of Clinical Chemistry And Laboratory Medicine). Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi. Batan Suroso, dan Cishantoro, T. (2004) Informasi Produk Panbio Dengue Fever Rapid Strip IgG dan IgM, edisi ke-2. P.T Pasific Biotekindo Intralab. Jakarta. Tjay, TH., (2007) Obat-obat penting: Khasiat, Penggunaan , dan Efek-efek Sampingnya, Edisi ke-6. Gramedia. Jakarta. WHO. (2009) Dengue Buidilines for Diagnostic, Treatment, Prevention, and Control. World Health Organization. Genewa. Switzerland. Widoyono. (2008) Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasan. Erlangga. Jakarta.