GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT PADA

advertisement
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT
PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
DENGAN IgG DAN IgM POSITIF DI RSUD CIAMIS
PERIODE MEI-JULI TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
pada Program Studi D3 Analis Kesehatan
Oleh :
SALINDRI PUJI LESTARI
13DA277041
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT
PADA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
DENGAN IgG dan IgM POSITIF DI RSUD CIAMIS
PERIODE MEI-JULI TAHUN 20161
Salindri Puji Lestari2 Endang Octaviana W 3 Atun Farihatun4
INTISARI
Infeksi virus Dengue disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh
artropoda. Peningkatan kadar SGOT dan SGPT dapat dipengaruhi oleh
virus dengue yang menyerang organ hati serta penggunaan obat penurun
panas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi hati
pada infeksi demam berdarah dengue. Metode yang digunakan adalah
metode yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data
berdasarkan analisa laboratorium, studi literatur dan melakukan observasi.
Hasil penelitian kadar SGOT dan SGPT pada pasien infeksi
Demam berdarah dengue di RSUD Ciamis Tahun 2016 dari 30 sampel
diperoleh hasil SGOT normal rata-rata yaitu 27,62 U/L dan kadar SGOT
abnormal dengan rata-rata 91,80 U/L. Sedangkan kadar SGPT normal
rata-rata yaitu 27,6 U/L, dan kadar SGPT abnormal diperoleh rata-rata
84,77U/L.
Kata Kunci
Kepustakaan
Keterangan
: Demam Berdarah Dengue , IgG dan IgM Positif, SGOT,
SGPT
: 25 (2004-2015)
: 1 Judul, 2 Nama Mahasiswa, 3 Pembimbing I,
4 Pembimbing II.
iv
OVERVIEW OF THE RESULTS OF THE EXAMINATION OF SGOT AND
SGPT IN DENGUE HEMORAGIC FEVER SUFFERERS WITH IgG AND
IgM POSITIVE AT THE PROVINCIAL HOSPITAL CIAMIS
THE PERIOD OF MAY-JULY OF THE YEAR 20161
Salindri Puji Lestari2Endang Octaviana W3Atun Farihatun4
ABSTRACT
Dengue virus infection caused by the dengue virus from the Group
B Arbovirus, namely arthropod-borne viruses or viruses that are
transmitted by arthropods. Increased levels of SGOT and SGPT can be
affected by dengue viruses that attack the liver organ as well as the use of
the febrifuge.
This research aims to know the description of the function of the
liver in infection of dengue fever dengue. Method used is descriptive in
nature with methods of data collection techniques based on laboratory
analysis, the study of literature and conducting observation.
Results of the study the levels of SGOT and SGPT in patients of
infection dengue fever dengue at HOSPITALS Ciamis 2016 out of 30
samples obtained results SGOT normal average i.e. 27.62 U/L abnormal
levels of SGOT and with an average of 91.80 U/L. While the normal SGPT
levels are average i.e. 27.6 U/L, abnormal levels of SGPT and obtained an
average of 84.77 U/L.
Keywords
Library
Description
: Dengue Dengue Fever, IgG and IgM Positif, SGOT,
SGPT.
: 25 (2004-2015)
: 1 The title of the, 2 Name Of Student, 3 Supervisor I, 4
Supervisor II.
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi
virus Dengue disebabkan oleh virus dengue dari
kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang
disebarkan oleh artropoda. Virus termasuk genus Flavivirus dari famili
Flaviviridae. Vektor utama infeksi Dengue adalah nyamuk Aedes
aegypti didaerah perkotaan) dan
didaerah pedesaan yaitu Aedes
albopictus (Kristina dkk, 2006).
Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang perumpamaan sebuah
nyamuk hal ini untuk dipelajari dan dikaji sebagaimana dalam Q.S AlBaqarah ayat 26:
Artinya:
Sesungguhnya
Allah
tiada
segan
membuat
perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.
Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan:`
Apakah
maksud
Allah
menjadikan
ini
untuk
perumpamaan? `. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang
yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik, (QS. 2:26).
1
2
Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue di Indonesia
paling besar adalah di daerah di Jawa Timur. Kasus Demam Berdarah
Dengue di Jawa Barat adalah di Indramayu selama Januari 2016
mencapai 981 orang dengan kasus kematian sebanyak 24 orang.
(Amira, 2015).
Data yang diperoleh bahwa kasus Demam Berdarah Dengue
di daerah Jawa Barat khususnya di Kabupaten Ciamis diperoleh
kasus infeksi Dengue dari Januari hingga Desember 2015 yaitu
terdapat 95 kasus, kasus Demam Berdarah Dengue ini terdapat
daerah yang paling tinggi dengan kasus Demam Berdarah Dengue
yaitu Rajadesa dan diikuti Banjarsari (Dinkes Ciamis, 2015).
Infeksi virus Dengue merupakan pemeriksaan penyakit infeksi
yang menempati urutan ketiga setelah pemeriksaan Bakteri Tahan
Asam (BTA) dan pemeriksaan Widal.. Kemudian untuk data pasien
yang melakukan pemeriksaan Dengue Blot di Laboratorium RSUD
Ciamis tahun 2015 adalah sebanyak 697 pasien (Rekam Medik RSUD
Ciamis, 2015).
Infeksi Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan
dengan manifestai klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai lekopenia , ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragic. Pada Demam Berdarah Dengue terjadi kebocoran plasma
yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) dan
penumpukkan cairan didalam rongga tubuh. Dengue syok sindrom
(DSS) adalah Demam Berdarah Dengue yang ditandai dengan syok
(Balmaseda A, 2006 ).
Organ hati memegang peranan penting sebagai organ yang
berfungsi sebagai eliminasi dan bertanggung jawab terhadap
metabolisme beberapa bagian besar golongan obat. Pada penyakit
gangguan
fungsi
hati,
kemampuan
organ
tersebut
untuk
memetabolisme obat juga akan terganggu. Struktur atau fungsinya
3
yang abnormal akan mempengaruhi kemampuan dari hati untuk
menangani efektifitas obat (Barber, 2006).
Dalam
dosis
normal
penurun
panas
tidak
menyakiti
permukaan perut, mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus
arterious pada janin. Namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan
kerusakan hati. Hal yang jarang terjadi adalah reaksi hipersensitifitas
dan kelainan darah, pada penggunaan obat penurun yang kronis
dapat terjadi kerusakan hati yang revesible. Hepatotoksisitas ini
disebabkan oleh metabolit-metabolitnya yang dalam dosis normal
ditangkal oleh glutation. Overdosis dari penggunaan obat tersebut
dapat menimbulkan mual, muntah dan anorexia (Tjay, 2007).
Tingkat disfungsi hati pada infeksi dengue bervariasi gejala
ringan yang diketahui melalui pemeriksaan SGOT/SGPT dapat
mengakibatkan penyakit kuning dan bahkan kegagalan hati fulminan.
Disfungsi hati dapat menjadi efek langsung dari infeksi virus yang
dapat merugikan dengan dysregulated respon kekebalan virus
terhadap tubuh (Seneviratne dkk, 2006).
Untuk mengetahui patogenesis suatu penyakit, harus dilihat
dari jalannya mikroorganisme dan organ target sasarannya. Dari
beberapa studi bahwa sel Kuffler hati merupakan salah satu target sel
yang terinfeksi virus Dengue (Seneviratne dkk, 2006). Degenerasi
kerusakan sel hati dapat diketahui dengan hasil pemeriksaan SGOT
dan SGPT (Nurul, 2007).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai gambaran hasil pemeriksaan SGPT
dan SGOT pada penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan
IgM positif.
4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT
pada penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM
positif?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penyakit Demam Berdarah
Dengue.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan SGPT dan
SGOT penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM
positif.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan pada
pemeriksaan SGPT dan SGOT pada penderita Demam Berdarah
Dengue.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk memberikan masukan kepada tenaga kesehatan
terutama pada tenaga laboratorium mengenai pemeriksaan SGPT
dan SGOT pada pasien Demam Berdarah Dengue.
3. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan informasi mengenai Demam Berdarah
Dengue dengan mendiagnosa hasil laboratorium yaitu dengan
pemeriksaan SGPT dan SGOT.
5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelum nya di teliti oleh Elisa Liliyani “Gambaran hasil
pemeriksaan darah rutin pada pasien Dengue positif di RSUD Ciamis
pada tahun 2015”. Perbedaan dengan penelitian ini adalah parameter
yang diperiksa yaitu pemeriksaan SGOT dan SGPT dengan melihat
IgG dan IgM yang positif.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Judul Penelitian
Gambaran hasil
pemeriksaan darah
rutin pada pasien
Dengue positif di
RSUD Ciamis pada
tahun 2015
Nama Peneliti
Elisa Liliyani
Hasil Penelitian
- Jumlah trombosit
normal 5,7 % ,
trombosit rendah
94,3%
- Jumlah leukosit
normal 31,43%,
leukosit rendah
57,15%, leukosit
tinggi 11,42%
- Jumlah hematokrit
normal laki-laki
43%, hematokrit
rendah 56,25%
- Jumlah hematokrit
normal perempuan
63,15%, hematokrit
rendah 36,85%.
- Kadar hemoglobin
laki-laki 62,5 %,
hemoglobin rendah
37%
- Kadar hemoglobin
normal pada
perempuan
63,15%,
hemoglobin rendah
36,85%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Demam Berdarah Dengue
a. Definisi
Demam Berdarah Dengue tidak menular melalui kontak
dengan manusia. Virus Dengue dapat ditularkan melalui
gigitan nyamuk, oleh karena itu penyakit ini termasuk
kelompok artrophoda borme diseases.
Penyakit infeksi Dengue merupakan salah satu maslah
kesehatan masyarakat di Indonesie yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas.
Penyakitinfeksi Dengue merupakan penyakit yang menular
yang terutama yang menyerang anak-anak.
Di Indonesia penyakit infeksi Dengue masih merupakan
maslah kesehatan karena masih banyak daerah yang
endemik. Daerah yang endemik infeksi Dengue pada umum
nya merupakan sumber penyebaran penyakit kewilayah lain.
Setiap kejadian luar biasa infeksi Dengue umumnya dimulai
dengan peningkatan jumlah kasus diwilayah tersebut. Untuk
membatasi penyebarannya diperlukan pengasapan (fogging)
secara
massal,
abatisasi
masal,
serta
penggerakan
pemberantasan sarang nyamuk yang terus-menerus.
Infeksi Dengue mempunyai perjalanan penyakit yang
sangat cepat dan sering menjadi fatal bagi banyak pasien
yang meninggal akibat penangannya yang terlambat.
Infeksi Dengue disebabkan oleh virus dengue dari
kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus
yang disebarkan oleh artropoda. Virus termasuk genus
Flavivirus dari famili Flaviviridae.
6
7
Vektor utama infeksi Dengue adalah nyamuk Aedes
aegypti didaerah perkotaan) dan Aedes albopictus (didaerah
pedesaan).
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah:
1) Sayap dan badan nya belang-belang atau bergaris putih
2) Berkembang biak di air yang jernih yang beralaskan tanah
seperti bak mandi, WC, drum dan barang-barang
penampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman,
tempat air minum burung, dan lain-lain,
3) Jarak terbang kurang lebih 100 m,
4) Nyamuk betina bersifat “multi bitters” (menggigit beberapa
orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah
berpindah tempat),
5) Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.
Nyamuk yang menjadi vektor penyakit infeksi Dengue
adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menngigit
manusia yang sedang sakit dan viremia. Menurut penelitian
terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari
nyamuk ke telur-telurnya.
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10
hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk
menggigit orang lain, maka virus dengue akan pindah
bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus dengue
akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan
mengalami sakit demam berdarah Dengue. Virus dengue
memperbanyak diri di dalam tubuh manusia dan berada dalam
darah selama satu minggu.
Orang yang didalam tubuhnya terdapat virus dengue
tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada
yang
mengalami demam ringan
dan sembuh dengan
sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala
8
sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue
selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada
orang lain diberbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.
Faktor yang mempengaruhi morbiditas dan martalitas
penyakir infeksi Dengue antara lain:
1) Imunitas penjamu
2) Kepadatan populasi nyamuk
3) Transmisi virus dengue
4) Virulensi virus
5) Keadaan geografis setempat
Faktor penyebaran kasus infeksi Dengue
1) Pertumbuhan penduduk
2) Urbanisasi yang tidak terkontrol
3) Transportasi (Widoyono, 2008).
b. Karakteriktik virus dengue
Virus dengue merupakan virus RNA, genus Flavivirus,
termasuk famili Flaviridae. 4 serotipe dengue yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3dan DEN-4. Infeksi dengan salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi yang protektif untuk seumur hidup
untuk serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak dengan bentuk
serotipe yang lain.
Virus dengue merupakan virus yang relatif labil pada
suhu dan faktor kimiawi serta masa viremia yang pendek,
sehingga keberhasilan isolasi dan identifikasi virus sangat
bergantung pada kecepatan dan ketepatan pengambilan
(Soegijanto, 2006).
c. Patogenesis Demam Berdarah Dengue
Ada dua perubahan patofisiologis yang terjadi pada
Demam Berdarah Dengue:
1) Peningkatan permeabilitas vaskular yang meningkatkan
kehilangan plasma dari kompartemen vaskular. Keadaan
9
ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan nadi rendah
dan tanda syok lain.
2) Gangguan pada hemostasis yang mencakup vaskular,
trombositopenia, dan koagulopati.
Mekanisme yang menunjang terjadinya infeksi Dengue
adalah peningkatan replika virus dalam makrofag oleh antibodi
heterotipik. Pada infeksi sekunder pada serotipe yang berbeda
dapat menyebabkan infeksi primer, antibodi reaktif-silang yang
gagal
menetralkan
virus
dapat
meningkatkan
jumlah
peningkatan monosit terinfeksi saat kompleks antibodi virus
dengue masuk kedalam sel. Hal ini selanjutnya dapat
mengakibatkan
aktivasi
reaktif-silang
CD4+
dan
CD8+
menjadi limfosit sitotoksik. Pelepasan cepat sitokin yang
disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis monosit terinfeksi
dimedia oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan
rembesan dan perdarahan yang terjadi pada DHF (Dengue
Hemorragic Fever).
Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk, virus
memasuki aliran darah manusia dan kemudian bereplikasi
(memperbanyak diri). Sebagai perlawanan, tubuh akan
membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk kompleks
virus-antibodi
dengan
virus
yang
berfungsi
sebagai
antigennya.
Kompleks antigen-antobodi tersebut akan melepaskan
zat-zat yang merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut
dengan proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan
permeabilitas
kapiler
meningkat
yang
salah
satunya
ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah
kapiler. Hal tersebut akan menimbulkan bocornya sel-sel
darah, antara lain trombosit dan eritrosit. Akibatnya tubuh
akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai
10
perdarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan(muntah
darah, bercak darah), saluran pernapasan (mimisan, batuk
darah), dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang dapat
menyebabkan kematian.
d. Gejala dan tanda Infeksi virus Dengue:
Pasien penyakit infeksi virus Dengue biasanya ditandai
dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
2) Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede +,
mulai dari bercak petekie + sampai perdarahan spontan
seperti mimisan, muntah darah, atau bercak darah hitam
3) Hasil
pemeriksaan
trombosit
menurun,
hematokrit
meningkat
4) Gelisah, tidak sadar.
e. Kriteria diagnosis Demam Berdarah
1) Kriteria klinis
a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas
dengan berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari
b) Terjadi manifestasi perdarahan
c) Pembesaran hati
d) Syok
2) Kriteria laboratoris
f.
a)
Trombositopenia (<100.000/mm kubik)
b)
Hemokonsentrasi (Ht meningkat >20%)
Manifestasi klinik infeksi Dengue
Setelah masa inkubasi kemudian diikuti oleh tiga fase
penyakit
yaitu
penyembuhan.
fase
demam,
Manifestasi
klinik
fase
kritis,
pada
dan
fase
penyakit
yang
kompleks seperti infeksi virus Dengue, terapinya relatif
sederhana, murah dan sangat efektif yaitu pengenalan gejala
dan tanda awal pasien dengue.
11
1) Fase demam
Demam tinggi mendadak dan terus-menerus yang
berlangsung 2-7 hari. Biasanya terdapat tanda-tanda
eritemia kulit, mialgia, atralgia, nyeri kepala, anoreksia,
mual dan muntah. Tanda awal abnormalitas pada
pemeriksaan darah adalah terjadinya penurunan jumlah
leukosit (leukopeni).
2) Fase kritis
Saat suhu tubuh mulai turun ke 37,5º-38ºC yang
terjadi pada hari ke 3-6 hari perjalanan penyakit, dapat
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan
peningkatan nilai hematokrit. Leukopenia dilanjutkan
dengan
penurunan
jumlah
trombosit
secara
cepat
menandakan kebocoran plasma.
3) Fase penyembuhan
Pasien yang selamat dari fase kritisnya pada 24-48
jam maka selanjutnya akan terjadi reabsorpsi cairan
ekstravaskular
selama
48-72
jam
berikutnya.
Nilai
hematokrit kembali stabil dikarenakan efek dari adanya
reabsorpsi
cairan
ekstravaskular.
Jumlah
leukosit
biasanya akan meningkat kembali normal diikuti dengan
peningkatan dari jumlah trombosit (WHO, 2009).
g. Patofisilogis virus Dengue terhadap organ hepar
Virus dengue mampu bereplikasi dalam sel hepar
meninggalkan jejas hepatoselular. Dampak virus dengue
tarhadap
hepatosit
dan
sel
kupffer
melalui
beberapa
mekanisme yaitu efek langsung, efek sitokin proinflamasi, dan
efek radikal bebas terhadap hepatosit dan sel kupffer. Virus
dengue menginduksi mitokondria dan kematian sel. Hal ini
mungkin disebabkan oleh protein virus atau produknya
berunteraksi dengan membran mitokondria, mengakibatkan
12
peningkatan permeabilitas membran mitokondria, perubahan
fisiologi mitokondria, dan ROS yang berlebihan. Akibatnya sel
mengalami gangguan fungsi. Terbentuk councilman bodies
kemudian terjadi fragmentasi DNA dan apoptosit hepatosit
dan kupffer akibat infeksi virus dengue selain apaptosit juga
melalui nekrosis. Terjadi nekrosis hetoselular yaitu nekrosis
pada zona tengah dan perifer hati. Nekrosis tersebut terjadi
akibat
insufisiensi
sirkulasi
mikro
yang
menyebabkan
hepatoselular yang mengalami iskhemia, inflamasi akut akibat
pengaruh sitokin dan proinflamasi berbagai mediator, serta
dampak negatif oksidan dan kolektasis. Kelainan tersebut
tidak terlepas dari keterlibatan sistem retikuloendotelial,
kompleks imun, aktifitas komplemen, kompleks antigen
antibodi, agregasi trombosit, perubahan endotel, dan berbagai
komponen lain selama berlangsungnya infeksi. Nekrosis
ditandai dengan kerusakan membran plasma, disfungsi
mitokondria dan lisis sel, disertai proses inflamasi dan
akumulasi sel fagosit. Prose nekrosis dapat terjadi pada
sentrolobuler hepar (Nasrudin, 2007).
h. Diagnosis infeksi Dengue
Untuk menegakkan diagnosis dilakukan wawancara
mengenai status kehidupan pasien, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan fungsi hati, sehingga petugas dapat menentukan
apakah
pasien
tersebut
menderita
infeksi
dengue,
menentukan adanya tanda-tanda bahaya, hidrasi dan status
hemodinamik dan menentukan apakah pasien harus dirawat
jalan atau rawat inap.
Pemeriksaan fungsi hati pada infeksi dengue meliputi
pemeriksaan SGOT dan SGPT. Pemeriksaan fungsi hati
dapat digunakan untuk memonitoring lamanya penyakit.
13
Saat ini, uji serologi dengue IgM dan IgG (protein yang
diproduksi tubuh untuk berperan sebagai antibodi). Uji ini
dilakukan
untuk
penunjang
untuk
membantu
dalam
mendiagnosis penyakit infeksi virus Dengue.Respon imun
humoral terhadap infeksi dengue dengan terbentuknya
antibodi. Antibodi yang muncul yaitu IgG dan IgM. Pada
infeksi primer (infeksi pertama kalinya oleh virus) IgM akan
muncul dalam darah pada hari ketiga dan mencapai
puncaknya pada hari kelima, kemudian menurun dan
menghilang setelah 60-90 hari. Setelah itu pada minggu
kedua IgG baru muncul dan terus ada dalam darah.
Pada infeksi sekunder (infeksi Dengue untuk kedua
kalinya) IgM pada masa akut terdeteksi 70% kasus. Sebagian
besar IgG (90%) dapat dideteksi secara dini yaitu pada hari
kedua. Jika ditemukan hasil IgG dan IgM negatif tetapi gejala
menunjukkan kecurigaan infeksi akan virus Dengue,
maka
dianjurkan untuk mengambil sampel kedua dengan jarak 3-4
hari infeksi primer, dan 2-3 hari pada infeksi sekunder (Satari
dan Meiliasari, 2006).
Enzim
Transaminase
atau
disebut
juga
enzim
aminotransferase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi
transaminase. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase
yaitu serum glutamat oksaloasetat transaminase dan serum
glutamat piruvat transaminase (SGPT). Pemeriksaan SGOT
adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati
dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan enzim GOT sumber
utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak terdapat
pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak.
Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau
intergrasi sel-sel hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut
dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin
14
tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin
tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati (Cahyono, 2009).
Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga
serum
glutamat
oksaloasetat
transaminase
(SGOT)
merupakan enzim mitokondria yang berfungsi mengkatalisis
pemindahan bolak-balik gugus amino dari asam aspartat ke
asam
αoksaloasetat
membentuk
asam
glutamat
dan
oksaloasetat (Price dan Wilson, 2005).
Pada penderita infeksi virus dengue SGOT dan SGPT
dapat meningkat. Disfungsi hati dapat disebabkan efek
langsung virus terhadap sel hati atau kerena respon imun
tubuh melawan virus. Virus dengue dapat bereplikasi di
hepatosis maupun sel Kupffer (Seneviratne dkk, 2006).
Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel
hepar konsentrasinya rendah. Fungsi dari enzim-enzim hepar
tersebut hanya sedikit yang diketahui. Nilai normal kadar
SGOT
pada pria 10-37 U/L, wanita 10-31 U/L, sedangkan
kadar SGPT untuk pria 10-41U/L dan wanita 10-31 U/L (Fajar,
2014).
2. Antigen dan Imunogen
Imunoglobulin
diidentifikasi
sebagai
merupakan
molekul
substansi
dalam
pertama
serum
yang
yang
mampu
menetralkan mikroorganisme penyebab infeksi.
a. Antibodi
Darah yang dibiarkan membeku akan menjadi serum
yang mengandung berbagai bahan larut tanpa sel.
Bahan
tersebut mengandung molekul antibodi yang digolongkan
menjadi protein yang disebut dengan imunoglobulin. Dengan
dua ciri yang penying yaitu spesifitas dan aktivitas biologis.
Imunoglobulin
berfungsi
sebagai
pengikat
menghantarkan ke sistem efektor pemusnahan.
antigen
dan
15
Imunoglobulin dibentuk dalam sel plasma yang berasal
dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan
antigen. Antibodi terbentuk secara spesifik akan mengikat
antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein
dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka imunoglobulin
ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin gamma, meskipun
ada beberapa imunoglobulin yang juga ditemukan dalam
fraksi globulin alfa dan beta.
b. Klasifikasi Imunoglobulin
1) Imunoglobulin G
IgG merupakan komponen utama imunoglobulin
serum, dengan berat molekul 160.000 dalton. Kadarnya
dalam serum sekitar 13 mg/ml, merupakan 75% dari
semua imunoglobulin. IgG banyak ditemukan dalam
berbagai cairan seperti darah, CSS dan juga urin.
IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin
dan beberapa pada imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan.
IgG dan komplemen bekerja saling memebantu sebagai
opsonin
pada
pemusnahan
antigen.
IgG
efektif
mempunyai sifat opsonin yang efektif karena sel-sel
fagosit, monosit dan makrofag mempunyai reseptor untuk
fraksi Fc dai IgG sehingga dapat mempererat hubungan
antara fagosit dengan sel sasaran. IgG merupakan
imunoglobulin paling banyak dalam darah, CSS dan
peritoneal. IgG pada manusia terdiri atas 4 subkelas yaitu
IgG1, IgG2, IgG3, IgG4 yang berbeda dalam sifat dan
aktivitas biologis.
2) Imunoglonulin A
IgA dengan berat molekul 165.000 dalton yang
dapat ditemukan dalam serum dengan jumlah yang
sedikit. Kadarnya banyak ditemukan dalam cairan sekresi
16
saluran pernapasan, cerna dan kemih, air mata , keringat
ludah dan dalam air susu ibu yang lebih berupa IgA
sekretori (sIgA) yang merupakan bagian terbanyak.
Komponen
sekretori
melindungi
IgA
dari
protease
mamalia. Fungsi IgA alah sebagai berikut:
a) sIgA melindungi tubuh dari patogen oleh karena itu
dapat bereaksi dengan molekul adhesi dari patogen
esensial sehingga mencegah adherens dan kolonisasi
patogen tersebut dalam sel penjamu.
b) IgA dapat bekerja sebagai opsonin, oleh karena
neutrofil , monosit dan makrofag memiliki reseptor
untuk Fcɑ (Fcɑ-R) sehingga dapat meningkatkan efek
bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin. IgA
juga berperan dalam imunitas pada cacing pita.
c) IgA dalam serum maupun dalam cairan sekresi dapat
mentralkan toksin atau virus dan mencegah terjadinya
kontak antara toksin atau virus dengan sel alat
sasaran.
d) IgA
dalam
serum
mengaglutinasikan
kuman,
mengganggu motilitas sehingga dapat memudahkan
fagositosis oleh polimorfonuklear.
e) IgA dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur
alternatif, beda halnya dengan IgG dan IgM yang
mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. IgA
sekretori dalam bentuk polimerik menjadi stabil oleh
ikatan polipeptida rantai J.
Molekul IgA yang polimerik dan rantai J dibentuk
sel plasma didalam sel epitel lamina propria selaput lendir.
Pada saat IgA tersebut dilepas kedalam lumen saluran
cerna, sel epitel juag melepas bagian sekretori untuk
membentuk sIgA yang terlindung dari pencernaan oleh
17
enzim. Imunoglobulin dalam cairan lambung terdiri atas
80% IgA, 13% IgM dan 7% IgG, semuanya berperan pada
imunitas setempat. IgM juaga dapat dilindungi bagian
sekretori dengan berat molekul 70.000 dalton sehingga
dapat berfungsi bila ada defisiensi sIgA.
Defisiensi IgA sering disertai dengan adanya
antibodi terhadap antigen makanan dan inhalan pada
alergi. Didalam ASI ditemukan sIgA, disamping laktoferin,
transferin, lisozim, lipid , lactobacillus promoting factor,
fagosit
dan
limfosit
yang
berperan
pada
imunitas
neonatus.
Kadar IgA yang tinggi dalam serum ditemukan
pada infeksi kronik saluran napas dan cerna, seperti
tuberkulosis, sirosis alkoholik, penyakit coeliac, kolitis
ulseratif, dan penyakit Chorn. Fungsi IgA serum dalam
bentuk monomerik belum banyak diketahui. IgA terdiri
atas 2 subkelas IgA1 (93%) dan IgA2 (7%).
3) Imunoglonulin M
IgM atau makroglobulin mempunyai berat molekul
900.000
dalton.
IgM
mempunyai
rumus
bangun
pentameter dan merupakan imunoglobulin terbesar. Dan
merupakan Ig paling efisien dalam aktivasi komplemen.
Molekul-molekul diikat oleh rantai J (joining chain) seperti
halnya pada IgA. Kebanyakan sel B mengekskresikan IgM
pada permukaannya sebagai reseptor antigen. IgM
dibentuk paling dahulu pada respon imun primer terhadap
kebanyakan antigen dibanding dengan IgG, IgM juga
merupakan Ig yang predominan diproduksi didalam janin.
Kadar IgM yang tinggi dalam darah umbilikus merupakan
petunjuk adanya infeksi intrauterin. Bayi yang baru
dilahirkan hanya mengandung IgM sebesar 10% dari
kadar IgM dewasa, karena IgM ibu tidak dapat menembus
18
plasenta. Janin yang berumur 2 minggu melai membentuk
IgM bila sel B nya dirangsang oleh infeksi intrauterin,
seperti sifilis kongenital, rubela, toksoplasmosis dan virus
sitomegalo. Kadar IgM pada anak akan mencapai kadar
IgM pada orang dewasa yaitu seletah berumur satu tahun.
Kebanyakan antibodi alamiah seperti isoaglutinin,
golongan darah AB, antibodi heterofil adalah IgM. IgM
dapat mencegah pergerakan mikroorganisme patogen,
memudahkan fagositosis dan merupakan aglutinator
poten antigen. Bila seorang anak diimunisasi terhadap
bakteri seperti toksoid, akan diperlukan beberapa hari
sebelum antibodi ditemukan dalam darah. Dalam 2-3 hari
setelah suntikan toksoid kedua kali, kadar antibodi dalam
darah meningkat tajam dan mencapai kadar maksimum
yang jauh lebih tinggi dibanding dengan respon primer.
Respon sekunder ditandai dengan oleh respon yang lebih
cepat serta lebih abnyak diproduksi antibodi. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya ekspansi sel memori akibat
pemberian toksoid pertama.
Hal yang khas terjadi pada respon sekunder
pembentukan imunoglobulin berlangsung lebih cepat dan
untuk waktu yang lebih lama, imunoglobulin mencapai titer
tinggi yang terutama terdiri dari IgG. Pada respon primer,
timbulnya IgG didahului oleh IgM.
4) Imunoglobulin D
IgD ditemukan dalam serum dengan kadar yang
sangat rendah. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan
karena IgD tidak dilepas sel plasma dan sangat rentan
terhadap
degradasi
oleh
proses
proteolitik.
IgD
merupakan komponen utama sel B dan petanda dari
deferensiasi sel B yang matang. IgD merupakan 1% dari
total imunoglobulin dan ditemukan banyak pada sel B
19
bersama IgM yag dapat berfungsi sebagai reseptor
antigen pada aktivitas sel B.
IgD
tidak
mengikat
komplemen,
mempunyai
aktivitas antobodi terhadap antigen berbagai makanan
dan autoantigen seperti komponen nukleus. IgD juga
diduga dapat mencegah terjadinya toleransi imun, tetapi
mekanismenya belum jelas.
5) Imunoglobulin E
IgE diikat oleh sel mast, basofil dan eosinofil yang
memiliki reseptor oleh fraksi Fc dan IgE(Fcɛ-R). IgE
dibentuk setempat oleh sel plasma dalam selaput lendir
saluran napas dan cerna. Alergen yang diikat silang oleh
due molekul IgE pada permukaan sel mast akan
menimbulkan influk ion kalsium kedalam sel. Hal itu dapat
menurunkan kadar adenosin monofosfat siklik (cAMP)
intraselular yang menimbulkan degranulasi sel mast.
Selain pada alergi, IgE yang tinggi ditemukan pada infeksi
cacing, skistosomiasis, penyakit hidatid, trikinosis dan
diduga berperan pada imunitas parasit (Karnen Gerna B
dan Iris R, 2010).
c. Proses imunologis pada pemeriksaan infeksi Dengue
Tingkat Antibodi
IgG
Awal
Timbul
Gejala
Virus
IgM
IgM
Waktu
Infeksi
Primer
Infeksi
Sekunder
Gambar 2.1 Respons imun Infeksi Virus Dengue
Sumber: Suroso, 2004
20
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di
dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada
minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang
setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik
kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus
dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi
primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14
sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada
hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya
dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah
hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan
lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM
yang cepat.
B. Kerangka Konsep
Tersangka Infeksi
Dengue
Pemeriksaan serologi
IgG Positif
SGOT
IgM Positif
SGPT
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penilitian deskriptif karena peneliti
ingin mengetahui gambaran hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT pada
penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM positif di
RSUD Ciamis Periode Mei-Juli Tahun 2016.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional
Definisi
Operasional
Pemeriksaan
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
tingkat
kerusakan
fungsi hati
yang terkena
infeksi
dengue
Variabel
Pemeriksaan
SGOT dan
SGPT
pada pasien
Dengue
Alat Ukur
Cara Ukur
Fotometer
Kinetik
Hasil Ukur
Kadar SGOT dan
SGPT yang
terlihat dalam
display dalam
fotometer
dinyatakan dalam
satuan U/L
Skala
Variabel
Rasio
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Pada penelitian ini populasi pasien Demam Berdarah
Dengue di RSUD Ciamis pada periode Mei-Juli sebanyak 76
pasien.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebanyak 30 sampel pasien dengan kriteria sampel sebagai
berikut:
21
22
a. Kriteria inklusi
Pasien tersangka Dengue IgG dan IgM positif dengan
melakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT
b. Kriteria eksklusi
Data pasien tidak lengkap dan bukan pasien Dengue
D. Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder, yaitu:
a. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data pasien Dengue
dengan IgG dan IgM positif
b. Data primer dalam penelitian ini adalah pemeriksaan SGOT
dan SGPT pada serum pasien Dengue dengan IgG dan IgM
positif
2. Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Alat yang digunakan dalam penelitian
No. Nama Alat
Spesifikasi
Jumlah
1.
Tabung non antikoagulan
Tutup merah 30 buah
2.
Tabung reaksi
60 buah
3.
Mikropipet 100μL
1 buah
4.
Mikropipet 1000μL
1 buah
5.
Tip Kuning
3 buah
6.
Tip biru
3 buah
7.
Sentrifuge
1 buah
8.
Fotometer
1 buah
23
Tabel 3.3 Bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
No. Nama Bahan
Spesifikasi
Jumlah
1.
Sampel darah
Serum
@100µL
2.
Reagen
Secukupnya
3.
Kontrol PCCM
@100µL
E. Prosedur Penelitian
1. Pre-Analitik
a. Verifikasi data pasien Demam Berdarah Dengue dengan IgG
dan IgM positif
b. Verifikasi serum pasien Demam Berdarah Dengue dengan
identitas pasien
c. Penyimpanan serum
2. Analitik
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
a. Alat yang akan digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu
b. Quality kontrol
c. Pemeriksaan sampel
1) Metode : Kinetik enzimatik (Untuk menilai aktivitas enzim
atau laju reaksi dan mengukur kadar substrat)
(Sri, 2007).
2) Prinsip :
SGOT : 2-oksoglutarat + L- aspartat
L-Glutamat
+
Oksaloasetat
Oksaloasetat + NADH + H+
Kecepatan
penurunan
kadar
L-Malat + NAD+
NADH
diukur
secara
fotometri dengan perbandingan lurus dengan aktivitas
SGOT dalam sampel.
SGPT : 2-oksoglutarat + L-alanin GPT
L-Glutamat
+ piruvat.
Piruvat + NADH + H+ LDH
L-Laktat + NAD+
24
kecepatan
penurunan
kadar
NADH
diukur
secara
fotometri dengan perbandingan lurus dengan aktivitas
ALAT/SGPT dalam sampel.
3) Prosedur kerja:
a) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Pipet R1+R2 dengan perbandingan 4:1
c) Pipet 1000 μL (R1+R2) masukkan kedalam tabung
dan pipet 100 μL sampel
d) Homogenkan, inkubasi pada suhu 37ºC selama 1
menit
e) Baca
hasil
pada
fotometer
dengan
panjang
gelombang 430nm (Fajar, 2014).
3. Post Analitik
Data hasil pemeriksaan dicatat pada buku laporan pasien, dan
kemudian dimasukkan pada komputer sesuai dengan identitas
pasien.
Nilai rujukan:
Nilai SGOT:
a. Pria 10-37 U/L
b. Wanita 10-31 U/L
Nilai SGPT:
a. Pria 10-41 U/L
b. Wanita 10-31 U/L
F. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT
pada penderita Demam Berdarah Dengue dengan IgG dan IgM positif
menggunakan data sekunder
yaitu dengan melihat pasien yang
melakukan pemeriksaan IgG dan IgM Dengue dengan hasil yang
positif kemudian melakukan pemeriksaan SGOT dan SGPT pada
25
serum pasien Dengue. Kemudian data yang telah diperoleh
ditabulasikan, disajikan dalam bentuk narasi.
G. Etika Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti meminta ijin ke
Kesbangpol Kabupaten melalui STIKes Muhammadiyah Ciamis,
setelah mendapat ijin dari Kesbangpol kemudian meminta ijin ke
RSUD Ciamis untuk melakukan penelitian di Laboratorium RSUD
Ciamis.
H. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium RSUD Ciamis pada
periode Mei sampai Juli 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hikmah. (2010) Al Qur’an terjemahan. Bandung : CV Penerbit
Dipenogoro.
Amira. (2015) Puncak Musim Hujan Waspadai Penyakit Demam Berdarah.
Available from : http://www.bin.go.id/awas/detil/331/4 [diakses 16
Februari 2015].
Balmaseda A, Hammond SN, Perez L, et.al. (2006) Serotype-specific
Differences in Clinical Manifestation of Dengue, Am. J. Trop. Med.
Hyg.
Barber, Nick dan Alan W., (2006) Churchill’s Pocket Book of Clinical
Pharmacy, Churchill’s Pocket Book of Clinical Pharmacy, Second
Edition, Elsevier Health Scinces.
Cahyono, JBSB . (2009) Hepatitis A. Kanisius . Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Ciamis. (2015) Kasus Demam Berdarah Dengue di
Kecamatan Ciamis. Laporan Tahunan.
Elisa, liliyani. (2015) Gambaran Hasil Pemeriksaan Darah Rutin pada
Pasien Dengue di RSUD Ciamis. STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Fajar, Bakti Kurniawan. (2014) Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan.
EGC. Jakarta.
Karnen G.B, Iris R. (2010) Imunologi Dasar. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kee Joyce LeFever. (2007) Pedoman Pemeriksaan Laboratorium &
Diagnostik, EGC, Jakarta
Kristina, Isminah, Wulandari, L. (2006) Kajian Masalah Kesehatan Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: Badan Peneliti dan pengembangan
Kesehatan Depkes RI
Nadesul, Handrawan. (2007) Cara mudah Mengalahkan
Berdarah. P.T Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Demam
Nasroddin. (2007) Penyakit Infeksi di Indonesia. Airlangga University
Press. Surabaya.
Nurul, Akbar. (2007) Vaksin Hepatitis B dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Penerbit Erlangga. Jakarta.
31
32
Price dan Wilson. (2005) Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Vol.2. EGC. Jakarta.
Rekam Medik. Laporan Data Pasien di Laboratorium Rumah Sakit Umum
Daerah Ciamis Tahun 2015.
Ronald A., Richard A.M, Sacher. (2004) Tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC.
Satari, Hindra I dan Meiliasari M. (2006). Demam Berdarah. Puspa Swara
.Jakarta.
Seneviratne SL, Malavige GN, deSilva HJ,( 2006) Pathogenesis of Liver
Involment during Dengue Viral Infections. Roy Soc Trop Med Hyg.
Soegijanto, S. (2006) Demam Berdarah Dengue edisi kedua. Airlangga
University Press. Surabaya.
Sri, Sardini. (2007) Penentuan Aktivitas Enzim GOT dan GPT Dalam
Serum Dengan Metode Reaksi Enzimatik Sesuai IFCC
(Internasional Federation Of Clinical Chemistry And Laboratory
Medicine). Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi.
Batan
Suroso, dan Cishantoro, T. (2004) Informasi Produk Panbio Dengue Fever
Rapid Strip IgG dan IgM, edisi ke-2. P.T Pasific Biotekindo
Intralab. Jakarta.
Tjay, TH., (2007) Obat-obat penting: Khasiat, Penggunaan , dan Efek-efek
Sampingnya, Edisi ke-6. Gramedia. Jakarta.
WHO. (2009) Dengue Buidilines for Diagnostic, Treatment, Prevention,
and Control. World Health Organization. Genewa. Switzerland.
Widoyono. (2008) Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
dan Pemberantasan. Erlangga. Jakarta.
Download