1 Studi Sistem Mekanisme Wave Power Untuk Menggerakkan Katamaran A.Yoghi 1) I.K.A.P Utama 2) Murdijanto 3) 1) Mahasiswa Program Sarjana FTK ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected] 2) Pengajar pada Jurusan Teknik Perkapalan FTK ITS Surabaya Indonesia 60111, email: [email protected] 3) Pengajar pada Jurusan Teknik Perkapalan FTK ITS Surabaya Indonesia 60111, Abstract—Sistem mekanisme wave power yang terdiri dari sistem pegas dan foil. Sistem pegas dan foil ini dipakai sebagai sistem penggerak katamaran. Dimana sistem mekanisme wave power ini akan dipasang pada katamaran. Sistem mekanisme wave power ini dapat bergerak dengan menggunakan arus laut. Dengan adanya arus laut ini, nantinya akan menggerakkan foil dan pegas akan merespon dengan memberikan gaya yang berlawanan sehingga terjadi hentakan yang dapat mengerakkan katamaran melawan arus. Studi ini secara teoritis dibantu dengan software ANSYS untuk memodelkan dan menghitung sistem mekanisme wave power yang terdiri dari sistem pegas dan aerofoil. Sehingga akan didapat gaya dorong(thrust) dengan memperhitungkan terlebih dahulu hambatan katamaran. Index Terms—arus, katamaran, pegas, K telah dilakukan usaha untuk menekan pertumbuhan penggunaan bahan bakar fosil. Usaha yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan mengeluarkan Peraturan Presiden no.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional. Salah satu tujuan dan sasaran kebijakan energi nasional seperti yang tertuang di dalam Peraturan Presiden no.5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional adalah terwujudnya konsumsi energi (primer) yang optimal pada tahun 2025 dari energi baru dan energy terbarukan lainnya, khususnya tenaga air skala kecil, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5%. Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi alternatif. Banyak hal yang bisa kita lakukan antara lain memodifikasi aerofoil yang berupaya untuk peningkatan performansi. I. PENDAHULUAN elangkaan bahan bakar dan meningkatnya polusi memacu para ilmuwan untuk melakukan penelitian dalam bidang ektraksi energi. Dalam hal ini tenaga angin, surya, gelombang laut, serta tidak menutup kemungkinan sumber tenaga yang lain. Seperti yang sudah diteliti dan telah berhasil dibuktikan oleh Prof. Kenichi Horie (Gbr. 1) dan Prof. Francois Kneider. Bahwa gelombang dan arus laut dapat menjadi penggerak kapal. Sehingga kebutuhan bahan bakar untuk mesin diesel bisa dikurangi atau tidak menggunakan mesin. Indonesia merupakan Negara maritim, dimana sebagian besar terdiri dari lautan. Menjadikan kapal menjadi sarana transportasi laut, serta kebutuhan lainnya seperti industri perikanan ,dll. II. DASAR TEORI A. Sistem Dua Derajat Kebebasan Sistem dengan dua derajat kebebasan membutuhkan dua koordinat independen untuk menghitung konfigurasi dari sistem tersebut. Untuk kasus peredaman bebas, akan ditemukan bahwa terdapat dua cara yang mengakibatkan sistem bergetar secara harmonik. Kedua cara tersebut merupakan modus-modus utama (principal modes). Frekuensi pergerakan untuk modus utama disebut frekuensi alami. Frekuensi alami akan diperoleh pada sistem yang dapat bergetar secara harmonik. Gerak adalah bentuk gelombang kompleks (Vierck)[6]. Begitu pula getaran yang berulang dibentuk dari komponen-komponen modus utama. Persamaan differensial gerakan dapat ditulis sebagai berikut: . . . . (1) Dan dapat ditulis dalam bentuk lain: . . . . 0 0 (2) Gbr. 1 Kapal Suntory Mermaid II milik Prof. Kenichi Horie[1] Menyadari ketergantungan yang sangat besar kepada bahan bakar fosil tersebut, maka sejak beberapa waktu yang lalu Persamaan harmoniknya sebagai berikut : . . (3) Dimana A1 dan A2 mewakili amplitudo, Φ adalah fasa. 2 B. Aerofoil Sesuai dengan tipe dan apliksi pada bentuk streamline,karakter aerodinamis sangat berpengaruh pada bentuk (atau profil) pada bagian aerofoil. Cara yang tepat untuk menentukan karakter aerodinamis pada bagian aerofoil adalah merencanakan variasi koefisien gaya (CL dan CD) melawan orientasi bagian pada aliran. Gbr. 3 Sistem mekanisme wave power Gbr. 2 Aerofoil Chord line : Garis lurus yang menghubungkan leading dan trailing edge Chord : Panjang dari chord line Camber line : Centreline ketebalan pada aerofoil Camber angle : Perbedaan gradien camber line dengan ujung Angle of attack : Sudut antara chord line dengan arah datangnya fluida Karakteristik gaya-gaya aerodinamis yang bekerja pada suatu benda secara umum merupakan bentuk non-dimensional dari gaya drag dan lift, koefisien gaya drag dan lift (Abbott & Von Doenhoff, 1959)[2] adalah sebagai berikut F C 1 ρU c l 2 F C 1 ρU c l 2 (4) Keterangan : = Koefisien Lift CL ρ = Massa Jenis [kg/m2] U0 = Kecepatan [m/s] A = Luas [m2] Parameter utama untuk menentukan CL dan CD adalah angle of attack α. Oleh karena itu, langkah awal untuk menentukan karakteristik aerofoil adalah merencanakan variasi CL dan CD terhadap α. Sebagai tambahan Reynolds number Re=ρUc/µ. Dimana secara umum untuk mengukur efek viskositas, yang memiliki efek yang kecil pada karakteristik. Dalam paper ini penulis memodelkan sistem mekanisme wave power sebagai sistem yang terdiri dari 2 pegas dan 1 engsel (batang 1). Gaya gesek yang dihasilkan oleh engsel diabaikan. Sehingga Free body diagramnya sebagai berikut : Gbr. 4 Free body diagram sistem mekanisme wave power Dari Gbr. 6 dapat dilihat bahwa persamaan free body diagram sistem mekanisme wave power memiliki dua derajat kebebasan. Maka didapatkan matriks sebagai berikut : τ. sin ωt F. sin ωt Jω 2k . cos β . L . sin ωt k . cosβ. L. sin ωt (5) Frekuensi natural merupakan frekuensi yang terjadi pada sistem sebelum ada gaya dari dari luar, berupa kesetimbangan sistem setelah menghilangkan gaya luar, dinyatakan dalam persamaan matriks A, sebagai berikut : 2k . cos β . L k . cosβ. L Jω A k . cosβ. L mω k . cos β (6) Untuk menentukan nilai frekuensi natural maka determinan matrik ini harus nol. |A| 0 Respon sistem diperoleh dengan me-laplace-kan persamaan gerak sistem sehingga persamaan matriksnya : Jω III. METODE Berikut ini merupakan (Gbr. 5) penampang samping dari sistem mekanisme wave power. Seperti yang dapat dilihat pada gambar bahwa pegas 1 dan pegas 2 terletak pada kemiringan sudut dan konstanta pegas yang sama (simetris). k . cos β . L. sin ωt Θ . X mω k . cos β . sin ωt 2k . cos β . L . s ω k . cosβ. L. ω s ω τ. F. k . cos β . L. ω mω ω s s ω ω s k . cos β . ω ω s . ω Θ X ω ω (7) Dari matrik ini dapat diperoleh besarnya amplitudo respon 3 geetaran sistem mekanisme wave poweer , kemuddian dissubtitusikan besarnya ampilltudo simpangan ke persam maan (7)) maka akan diiperoleh respon n getaran. IV. HASIL PENELITIAN A. w1=0.068 m/s /s dan w2=0.095m/s posisi inllet dari atas Pada gbr 5, T1 merupakan gaya thrrust pada foill 1 seddangkan pada T2 merupakaan gaya thrustt pada foil 2. Tt meerupakan T tottal penjumlahaan T1 dan T2.. Sedangkan pada Tt*cos θ meruppakan transform masi nilai Tt ke k arah sumbu z sehhingga dikalikkan sudut antaara garis tengah chord denggan sum mbu z. Gbr. 5 Grafik thrustt pada w1 = 0.0068 m/s hrust w1 pada sumbu s z Gbr. 6 Grafik total th Pada gbr 6 dapat d dilihat baahwa semakin besar nilai suudut serrang (angle off attack) maka nilai total thruust pada sumbbu z sem makin kecil. Hal H ini disebaabkan karena koefisien k lift dan draag dimana koeefisien ini mem miliki fungsi daari sudut seranng θ daan rasio aspek A. A Rasio aspek k didefinisikan sebagai rasio dari d kuuadrat panjangg sayap (chorrd) terhadap luasan planfoorm. Kooefisien lift meningkat m dan drag berkuranng seiring denggan peeningkatan rasio aspek. Pada kondisi ini gayya lift merupakkan sum mbu z sedanggkan gaya drag g pada sumbuu y. Jika θ terllalu beesar, maka lappisan batas pada permukaaan atas berpissah, aliiran pada sayapp berkembang menjadi daeraah olakan turbuulen yaang luas. Apabbila sudut seraang melebihi dari d 15° maka lift akkan semakin beerkurang dan drag d meningkaat maka foil akkan meengalami stall. kan nilai thrustt yang dihasilkkan Pada gbbr. 7 merupak oleeh foil pada masing-masing m sudut antara 15° sampai -115°. Seehingga dapat dibandingkan d nilai n thrust padda w1 dan w2 (ggbr. 8).. Dimana nilaii w1 = 0.068 m/s m dan w2 = 0.095 m/s. Nilai N thrrust yang dihaasilkan w2 lebih h besar daripada w1. Kecepaatan meempengaruhi besarnya b nilaii thrust. Sehinngga nilai thrrust yaang dihasilkan akan a berpengaruh pada keceppatan katamaraan. Gbr. 7 Graffik total thrust w2 pada sumbuu z Gbr. 8 Grafik perbanndingan nilai thruust w1dan w2 padda sumbu z posisi inlet diaatas B. w1=00.068 m/s dan w2=0.095m/s posisi p inlet darri bawah Jika dibandingkann dengan konddisi inlet dari atas dengan kondisi inlet dari baw wah terjadi sellisih nilai thrust walaupun memilikki nilai w1 daan w2 yang sama. s Hal ini disebabkan karena interaksi fluiida yang terjadi, dimana penempatan holder mempengaruhi m i aliran fluida. Sehingga perrlu diadakan penguraangan ketebalaan holder. Dappat lihat nilai thrust pada posisi innlet dibawah gbbr. 9. Gbr. 9 Grafik perbanndingan nilai thruust w1dan w2 padda sumbu z p posisi inlet dibaawah C. Ham mbatan Katamaaran & Kecepaatan Gbr. 100 Asumsi gerakk katamaran Tahaanan kapal padda kecepatan yang y digunakann merupakan gaya yang dibutuhkann untuk menarikk kapal pada kecepatan k itu 4 di air tenang, dengan asumsi tidak ada gaya luar yang menarik kapal (Van Manen & Van Oossanen, 1988)[5]. Sehingga gaya thrust yang dihasilkan oleh foil pada kondisi air tenang akan menarik katamaran, kecepatan didapat dari grafik hambatan dimana pada sumbu y merupakan nilai hambatan sedangkan pada sumbu x merupakan kecepatan. Untuk w1=0.068m/s, kecepatan katamaran pada nilai thrust untuk posisi inlet diatas dengan sudut -15° hingga 15° berkisar antara 0.198 sampai 0.265 knot dan memiliki nilai rata-rata 0.245 knot. Untuk w2=0.095m/s kecepatan katamaran pada nilai thrust dengan sudut -15° hingga 15° berkisar antara 0.618 sampai 0.756 knot dan memiliki nilai rata-rata 0.714 knot. Dengan membandingkan nilai rata-rata pada kecepatan w1 dan w2 didapat bahwa nilai kecepatan hampir dua kali lipat. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya nilai hambatan, jika nilai thrust semakin besar maka kecepatan yang dihasilkan semakin tinggi. Untuk w1=0.068m/s, kecepatan katamaran pada nilai thrust untuk posisi inlet diatas dengan sudut -15° hingga 15° berkisar antara 0.309 sampai 0.370 knot dan memiliki nilai rata-rata 0.245 knot. kecepatan katamaran pada nilai thrust dengan sudut -15° hingga 15° berkisar antara 0.842 sampai 0.960 knot dan memiliki nilai rata-rata 0.920 knot. Dengan membandingkan nilai rata-rata pada kecepatan w1 dan w2 didapat bahwa nilai kecepatan hampir dua kali lipat. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya nilai hambatan, jika nilai thrust semakin besar maka kecepatan yang dihasilkan semakin tinggi. Dengan semakin naiknya nilai thrust maka kecepatan semakin tinggi. Selisih antara arah foil dari atas dan bawah adalah sekitar 2 N, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa perbedaan selisih ini timbul akibat interaksi aliran fluida dengan holder. Dimana pada holder memiliki ketebalan dan memiliki kegunaan untuk menumpu foil. Sehingga pemilihan bahan dan kekuatan material akan mempengaruhi ketebalan holder. D. Frekuensi Natural Dengan menggunakan matriks A adalah nol. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh besarnya frekuensi natural sebagai berikut : Kx = 100 Nm Sehingga nilai frekuensi naturalnya sebagai berikut: ωn1 = - 20900 rad/s ωn2 = 20900 rad/s ωn3 = - 1 rad/s ωn4 = 1 rad/s Frekuensi natural yang dipakai adalah ωn2 = 22200 rad/s. Dengan bantuan software MATLAB, Sehingga didapat nilai simpangan lateral dan torsional. Besarnya nilai Kx mempengaruhi jarak simpangan yang ditimbulkan walaupun gaya yang digunakan sama. Semakin besar nilai Kx simpangan yang dihasilkan semakin kecil. Besarnya kecepatan fluida mengenai foil menghasilkan gaya hidrodinamis yang mengakibatkan sistem mekansime pegas bergetar dan memiliki simpangan. V. KESIMPULAN Sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Kecepatan fluida mempengaruhi besarnya nilai gaya thrust yang dihasilkan dan besarnya sudut foil mempengaruhi nilai thrust. Dengan adanya nilai gaya thrust ini dapat dilihat terjadi reaksi maju ke depan (searah sumbu z). b. Besarnya simpangan lateral dan torsional bergantung pada nilai Kx. Dimana nilai Kx yang dianalisa adalah 10 Nm dan 100 Nm. Sehingga nilai simpangan yang dihasilkan memiliki selisih yang cukup besar. Kx = 10 Nm memiliki simpangan hampir 8 m sedangkan pada Kx = 100 Nm memiliki simpangan 0.8 m sehingga memiliki perbedaan 1/10. Untuk analisa ini maka nilai yang diambil adalah Kx = 100 Nm. c. Kecepatan katamaran pada kecepatan gelombang (w1 = 0.068 m/s) adalah berkisar antara 0.198 sampai 0.265 knot. Sedangkan pada kecepatan gelombang (w2 = 0.095 m/s) adalah berkisar antara 0.618 sampai 0.756 knot. VI. DAFTAR PUSTAKA [1] (n.d.). Retrieved November 11, 2009, from www.wikipedia.org: http://en.wikipedia.org/wiki/Polar_moment_of_inerti a [2] Abbott, I. H., & Von Doenhoff, A. E. (1959). Theory Of Wing Sections. New York: Dover Publications, Inc. [3] Avallone, E. A., & Baumeister, T. (1997). Mark's Standard Handbook For Mechanical Engineers, 11th edition. New York: Mcgraw-Hill, Inc. [4] Beer, F. P., & Johnston, E. R. (2007). VECTOR MECHANICS FOR ENGINEERS: STATIC. The McGraw-Hill Companies, Inc. [5] Van Manen, J. D., & Van Oossanen, P. (1988). Principle of Naval Arhitecture Volume II. The Society of Naval Architets and Marine Engineers. [6] Vierck, R. K. Vibrations Analysis.