ABSTRAK Dalam dunia pasar modal terdapat banyak fasilitas yang ditawarkan oleh sekuritas. Antara lain margin trading dan short selling. margin trading merupakan salah satu fasilitas yang diberikan perusahaan pialang kepada investor. Dalam margin trading transaksi pembelian efek dilakukan nasabah dengan dibiayai oleh perusahaan efek. Sehingga para investor dapat bertransaksi melebihi jumlah uang yang dimilikinya. Dalam fasilitas ini investor tidak harus mengembalikan pinjaman tersebut secara terjadwal sebagaimana pinjaman bank. Sedangkan short selling adalah transaksi jual saham yang bersifat khusus. Kekhususan dari transaksi ini adalah transaksi jual saham dilakukan investor tanpa memiliki saham yang ditransaksikan. Namun nasabah meminjam saham tersebut terlebih dahulu dari perusahaan efek. Namun dalam fasilitas ini investor harus membeli kembali sahamsaham yang telah dijual pada H+4. Apabila investor tidak membeli kembali saham tersebut dan mengembalikannya maka akan terjadi gagal serah. Dalam transaksi short selling resiko terjadi gagal serah lebih besar dibandingkan transaksi jual beli umumnya. Metode yang dipergunakan dalam hal ini bersifat deskriptif analis dan jenis penelitian yang diterapkan dengan menggunakan pendekatan yuridis normative yang mengarah kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan yang berlaku dalam hukum pasar modal di Indonesia dikaitkan dengan hukum perjanjian serta hukum jaminan. Yang berawal dari premis umum dan berakhir pada suatu kesimpulan khusus untuk menemukan apa saja perlindungan yang dapat diperoleh oleh investor dalam melakukan transaksi di pasar modal Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin serta perjanjian antar pihak memegang peranan vital dalam memberikan perlindungan terhadap investor dalam menggunakan fasilitas margin trading dan short selling di pasar modal. Sampai saat ini di Indonesia belum ada peraturan yang mengatur tegas mengenai margin trading dan short selling ini. Berbeda dengan banyak negara maju contohnya Malaysia dan Singapura yang telah memiliki peraturan yang mengatur secara tegas mengenai margin trading dan short selling. Sehingga dalam hal ini peran OJK, Bursa Efek, serta Lembaga Kliring dan Penjamin dalam mengawasi pasar modal perlu ditingkatkan sehingga tercipta pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien. Serta pentingnya edukasi kepada para investor agar tidak mudah termakan janji manis sekuritas. i Universitas Sumatera Utara ABSTRACT In the world of capital markets, there are many facilities offered by the securities, among other things, are margin trading and short selling. Margin trading is one of the facilities provided by the brokerage firm to investors. In margin trading, securuties (effects) purchase transactions made by the customers are financed by securities companies. So the investor can make the transaction exceeding the amount of money he has. In this facility, investors do not have to return the loan in a scheduled basis as a bank loans does. While short selling is selling stock transactions of a specific nature. The specificity of this transaction is that the stock selling transaction is made by the investors without owning the shares transacted. However the costumers borrow the shares in advance from a securities company. However in this facility,the investor must buy back the shares sold at H + 4. If the investor does not buy back the stock and return it there will be delivery failure. In short selling transactions the risk of delivery failure is greater than that in the buying and selling transaction in general. This is a descriptive analytical normative juridical study which leads to the legal norms contained in laws and regulations applicable in the indonesian capital market laws associated with contract law and legal guaramtees,which orgiginated from a general premise and end at a specific conslusion to find any protection that can be obtained by investors in making transactions in the capital market of indonesia. Financial servies authority, stock exchange, clearing house and guarantor, as well as inter-party agreement plays a vital role in providing protection to the investor using margin trading and short selling facilities in the stock market. Until recently, in indonesia there are no firm regulations governing these short selling and margin trading. In contrast to many developed countries such as Malaysia and Singapore that has regulations explicitly governing margin trading and short selling. So in this case, the role of the FSA, Stock Exchange and Clearing and Guarantee Institution in overseeing the capital market needs to be improved so as to create an orderly, fair and efficient market and the importance of education to the investors that are not easily influenced by the lip service of securities. ii Universitas Sumatera Utara