instalasi dan uji fungsi kontrol suhu model pxr-9 - Digilib

advertisement
Triyono
ISSN 0216 - 3128
103
INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL
PXR-9 PADA FURNACE SINTERING
Triyono
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN
Jl. Babarsari Kotak Pos 6601 ykbb, Yogyakarta 55381
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
INSTALASI DAN UJI FUNGSI KONTROL SUHU MODEL PXR-9 PADA FURNACE SINTERING.
Telah dilakukan instalasi dan uji fungsi kontrol suhu model PXR-9 pada furnace sintering. Kegiatan
meliputi: instalasi dan uji fungsi kontrol suhu dengan sensor tipe B dan beban furnace sintering. Instalasi
terbentuk dari beberapa komponen utama meliputi: kontrol suhu PXR-9, sensor suhu tipe B, kabel sensor
suhu tipe B, sumber tegangan 12 Volt DC, solid state relay (SSR) 25 amper tegangan 3-32 Volt DC, relay ac
SK-20, current transformer ratio 100 / 5 amper, ampermeter 0-100 amper, saklar putar, saklar on-off, kabel
penghubung dan casis berukuran panjang 52 cm lebar 40 cm tinggi 17 cm. Uji fungsi meliputi: pengubahan
parameter operasi utama, uji fungsi kontrol suhu dengan sensor tipe B, uji fungsi kestabilan kontrol suhu
pada suhu 100-1600 OC. Hasil uji fungsi kontrol suhu PXR-9 pada furnace sintering menunjukkan bahwa:
kontrol suhu dapat berfungsi dengan beban furnace sintering secara kontinyu pada suhu 100-1600 OC. Suhu
ruang pemanas antara 100-1600 OC menghasilkan tegangan sensor 0-11,30 mVolt. Konsumsi arus listrik
primer untuk membangkitkan suhu 100-1600 OC antara 16,6-20,2 amper pada tegangan primer 170-187 Volt
AC. Kontrol suhu dapat beroperasi pada suhu setting 100-1600 OC dengan deviasi terendah antara 1-7 OC
dan deviasi tertinggi antara 13-15 OC.
Kata Kunci : kontrol suhu PXR-9 furnace sintering
ABSTRACT
INSTALATION AND TESTING OF TEMPERATURE CONTROLLER MODEL PXR-9 ON SINTERING
FURNACE. The temperature controller model PXR-9 on sintering furnace has been instaled and tested. The
activity include: instalatiton and testing temperature controller with type B sensor and load sintering
furnace. Instalation consist from some main component i.e : temperature controller PXR-9 temperature
sensor type B cable temperature sensor type B, power supplay 12 volts DC, solid state relay (SSR) 25 ampers
voltage 3-32 volt DC, relay ac SK-20, current transformer ratio 100 / 5 ampers, ampermeter 0-100 ampers,
rotary swicth, on-off swicth, conector cable and chasis with size long 52 cm wide 40 cm high 17 cm. Testing
i.e: contartion first operation parameter, testing temperature controller with type B sensor, stabilitation
testing temperature controller of temperature 100-1600 OC. The result testing temperature controller PXR-9
of sintering furnace showed that : temperature controller can function with load sintering furnace to
continual of temperature 100-1600 OC. Temperature chamber between 100-1600 OC to production sensor
voltages 0-11,30 mVolts. Consumtion primer electric current for generate temperature 100-1600 OC between
16,6-20,2 amperes on the primer voltages 170-187 volts AC. Temperature controller can operation of
temperature setting 100-1600 OC with lower deviation between 1-7 OC and higher deviation between 13-15
O
C.
Keywords : temperature controller PXR-9 sintering furnace
LATAR BELAKANG
R
eaktor
Suhu Tinggi
(RST)
atau High
Temperature
Reactor (HTR)
dewasa
inimerupakan salah satu pembangkit energi listrik
yang lebih diminati dibandingkan reaktor nuklir jenis
lain. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh RST
antara lain panas yang tinggi yang ditimbulkan
sebagai hasil sampingnya bisa dimanfaatkan untuk
keperluan proses industri. Laboratorium Bidang
Kimia Dan Teknologi Proses Bahan PTAPBBATAN Yogyakarta saat ini sedang dan akan
mengembangkan penelitian pembuatan kernel UO 2
sebagai inti dari partikel berlapis untuk elemen
bahan bakar RST. Adapun tahapan proses pembuatan
kernel UO 2 meliputi: pembuatan larutan uranyl nitrat
(UN), pelarutan PVA, pembuatan sol, proses gelasi,
perendaman, pencucian, pengeringan, kalsinasi,
reduksi, dan sintering. Untuk dapat memperoleh
kernel UO 2 yang memenuhi syarat bila digunakan
sebagai bahan bakar
HTR, maka diperlukan
beberapa peralatan proses sesuai dengan tahapan
tersebut. Salah satu peralatan proses yang digunakan
yaitu unit sinter untuk melakukan proses sintering
kernel UO 2 pada suhu yang telah ditentukan (1600
O
C)(1,2) . Untuk melengkapi sistem kontrol suhu pada
proses sintering unit sinter telah terinstal dan
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
104
ISSN 0216 - 3128
teraplikasi kontrol suhu tipe PXR-9, kontrol suhu
tipe PXR-9 mampu bekerja pada suhu antara 0-1600
O
C dengan variasi input sensor yang cukup
memadahi sesuai keperluan. Secara fisik kontrol suhu
PXR-9 berukuran 10 x 10 cm dilengkapi dengan
fasilitas antara lain: tegangan kerja 100 – 240 Volt,
input sensor (K, T, B, R, S, J, PT 100), keluaran
berupa relay kontak normally open dan normally
clouse dan solid state relay (SSR (3) . Sistem
hubungan terminal kabel terhadap furnace dapat
dilihat pada Gambar 1.
Untuk menghubungkan antara temperature
controller PXR-9 terhadap pemakai perlu dipelajari
secara teliti pada terminal keluarannya yang
ditunjukkan pada Gambar 1. Demi terhindarnya
kerusakan
alat
akibat
kesalahan
dalam
menghubungkan terminal keluaran
terhadap
pemakai perlu dipelajari manual instruction dari
PXR-9 secara teliti. Tegangan input 100-240 Volt
AC terhubung ke terminal 11 dan 12, keluaran
berupa alarm terhubung melalui kontak common 7
dengan alarm (1, 2 dan 3). Keluaran 1 terhubung
pada terminal 32-33 dengan kontak normally clouse
(NC) maupun kontak normally open (NO) dan input
sensor terhubung melalui terminal 35 dan 36 (karena
input sensor berupa termokopel(4).
Gambar 1. Sistem hubungan terminal kabel
terhadap furnace.
Keterangan Gambar 1
Input sensor : Berupa termokopel tipe B
Keluaran
: Normally clouse (NO) untuk kerja
automatik ke relay furnace pada
suhu awal sampai suhu setting
yang dikehendaki.
Power input : Tegangan kerja ke temperature
controller PXR-9 100-240 Volt
AC.
Alarm 1,2 : Digunakan untuk peralatan tanda
dan 3
suhu tercapai berupa alarm
Normally
: Normally open terhubung ke
clouse
furnace
Dengan menambah beberapa komponen yang
terinstal kedalam chasis berukuran panjang 52 cm
tinggi 17 cm dan lebar 40 cm akan terbentuk kontrol
suhu yang mampu mengontrol proses sintering pada
unit sinter. Komponen yang terinstal terdiri dari
komponen utama berupa kontrol suhu model PXR-9
Triyono
dan komponen pendukung meliputi : solid state relay
(SSR) dengan kemampuan arus 25 amper dan
tegangan 3-32 Volt DC, relay ac tipe SK-20. Power
supply 12 Volt DC, terminal kabel, lampu power,
saklar power, kabel sensor tipe B. Curren
transformer MSQ-30 dengan ratio 100 / 5 amper dan
ampermeter 0-100 amper akan terbentuk satu unit
kontrol suhu pada unit sinter secara kompak (5).
Pengontrolan suhu dilakukan dengan cara
menghubungkan dan memutus aliran keluaran
tegangan variac ke furnace sintering melalui kontrol
keluaran PXR-9 sesuai suhu settingnya. Kontrol suhu
PXR-9 berfungsi untuk mempertahankan kondisi
suhu ruang pemanas yang diinginkan dalam sistem
fisis dengan mengatur variabel suhu (set point) dalam
sistem. Sistem kontrol mempunyai fasilitas tambahan
yang amat penting berupa feedback control dengan
menggunakan hasil keluaran output dari sistem untuk
mempengaruhi input dari sistem yang sama (6).
Untuk memperoleh suhu ruang pemanas 1600
O
C diperlukan tegangan dari variac minimal 170 Volt
selama 80 menit dengan arus primer 16,6-20,6
amper. Untuk menjaga agar selama operasi furnace
tidak terjadi panas yang berlebihan pada tutup
pemasukan cuplikan dan tutup pada sensor suhu
dialirkan air pendingin yang cukup sekitar 8 liter /
menit
selama proses pemanasan berlangsung.
Blok diagram temperature controller
PXR-9 pada unit sinter dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Blok di.agram temperature controller
PXR-9 pada unit sinter.
Sistem kontrol suhu dapat dibebani dengan arus
primer antara 0-25 amper pada tegangan primer 0220 Volt AC yang dikendalikan oleh saklar zat padat
berupa saklar elektronik solid state relay (SSR) yang
terhubung ke keluaran 1 berupa normally clouse
(NC) dan normally open (NO) (4) . Kontrol suhu
PXR-9 difasilitasi dengan dua penampil proces value
(PV) menunjukkan suhu yang sebenarnya dan setting
value menampilkan suhu setting yang diinginkan
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
Triyono
ISSN 0216 - 3128
dalam proses sintering pada unit sinter. Untuk
mengamankan setting suhu yang telah ditetapkan
dapat dilakukan penguncian dengan mengaktipkan
pengunci berupa parameter operasi Lock. Aplikasi
temperature kontroller PXR-9 pada unit sinter dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Aplikasi temperature kontroller PXR-9
pada unit sinter
Dengan terinstal dan teraplikasinya temperature
controller PXR-9 pada unit sinter, maka proses
sintering pada unit sinter dapat dikendalikan secara
lebih baik dan diharapkan hasil proses memenuhi
persyaratan yang diinginkan.
TATA KERJA
Alat
Peralatan yang digunakan: automatic peeling
pliers boss tools, digital multimeter CD 800a,
toolsets, peralatan mekanik, tang ampermeter kew
snap 2055 AC / DC, bor listrik, automatic wire
tripper & cutter JRF-WS 102 dan hand crimping
tools.
Bahan
Bahan yang diperlukan meliputi: temperature
controller PXR-9, relay ac SK-20, current
transformer ratio 5 / 100, pengukur arus beban 0-100
amper, power supplay 12 Volt dc, terminal kabel,
solid state relay 3-32 Volt dc, chasis panjang 52 cm
lebar 40 cm tinggi 17 cm, saklar power 220 Volt 16
amper, lampu indikator 220 Volt, kabel serabut 1,5-4
mm, kabel sensor termokopel B dan sensor
termokopel B.
Cara kerja.
1. Disediakan komponen utama berupa temperature
controller PXR-9 dan instruction manual.
2. Dipelajari instruction manual secara teliti untuk
menentukan power utama, input sensor, keluaran
dan cara pengubahan harga parameter secara
benar.
a. Cara pengubahan parameter awal dilakukan
sebagai berikut:
105
• Aktifkan kontrol SEL ± 1 detik, maka
pada penampil PV terbaca parameter
MANU= Off.
• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil
Stby (standby =off).
• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil
LACH (alarm lach cancel=0)
• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil
AT (autotuning=0)
• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil
Tn-1 (timer 1 display=0)
• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil
Tn-2 (timer 2 display=0)
• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil
AL-1 (alarm 1 set value=10)
• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil
AL-2 (alarm 2 set value=10)
• Aktifkan kontrol down pada PV tertampil
Loc (key Lock=0)
b. Cara pengubahan blok parameter ke dua
dilakukan sebagai berikut.
Aktifkan kontrol SEL ± 3 detik:
• Pada penampil PV tertampil
MENU
menuju parameter P=29,4 %
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
parameter I=112 detik
• Aktipkan kontrol down pada PV terampil
parameter d= 21,6 detik
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
parameter HYS= 1 % FS
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
parameter cool=0,5
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
parameter db=0,0
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
parameter CTRL=PID
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
TC= 2
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
TC 2=2
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
P-n2= 3
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
P-SL=0
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
P-SU= 1600 OC
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
P-dP=0
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
PU-OF=0
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
P-dF=0
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
ALARM 1=5
• Aktipkan kontrol down pada PV tertampil
ALRM 2=9 (terakhir)
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
106
ISSN 0216 - 3128
c. Pengubahan blok parameter ketiga.
• Aktipkan kontrol SEL ± 5 detik pada PV
tertampil P-n1=4
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil SV-L=0
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil SV-H=410
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dly1=0
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dly2=0
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil A1HY=1
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil A2HY=1
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil A1OP=0
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil A2OP=0
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp1=60
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp2=224
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp3=128
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp4=13
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp5=20
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp6=255
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp7=235
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp8=255
No
1
3.
4.
5.
6.
7.
Triyono
• Aktipkan kontrol SEL dengan kontrol
down pada PV tertampil dsp9=15
Digambar sistem wiring antara temperature
controller terhadap komponen pendukungnya
secara jelas dan benar.
Disediakan chasis untuk menginstal terhadap
komponen utama dan pendukungnya secara
kompak.
Dilakukan instalasi komponen utama dan
komponen pendukung.
Dilakukan pengecekan ulang terhadap hasil
instalasi untuk meyakinkan kebenarannya.
Dilakukan uji fungsi pada unit sinter dengan
variasi suhu secara bertahap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan instalasi dan uji fungsi kontrol
suhu model PXR-9 pada furnace sintering. Instalasi
kontrol suhu model PXR-9 dimaksudkan untuk
mengendalikan suhu pada proses sintering dan
diharapkan terjadi kestabilan antara suhu setting
terhadap suhu sebenarnya. Sedangkan uji fungsi
dimaksudkan mengetahui fungsi alat sesuai yang
diinginkan untuk pengontrolan furnace sintering.
Input sensor ke temperature controller berupa
termokopel tipe B yang terpasang pada ruang
pemanas unit sinter . Untuk mengetahui seberapa
perubahan tegangan yang dibangkitkan pada junction
termokopel dipasang alat ukur tegangan digital
(mVolt) pada kedua terminalnya. Semakin suhu
bertambah maka tegangan termokopel juga semakin
bertambah besar sesuai panas yang diterima oleh
junction. Hasil pengubahan blok parameter utama
(parameter awal) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengubahan blok parameter utama (parameter awal).
Nama parameter utama
Kode
Harga parameter Harga parameter akhir
parameter
awal
Selecting manual mode Nanu / MANU
Off
On (hanya mengatur
Stand by
Stby
sampai suhu setting)
2
Alarm lach cancel
0
3
Autoning
4
5
Timer 1 display
Timer 2 display
Tn-1
Tn-2
0
0
6
Alarm 1 set value
AL-1
10
10
7
8
Alarm 2 set value
Key lock
AL-2
loc
10
0
10
On (data terkunci)
AT
Off (tampilan
SV tak
berkedip)
1
On (tampilan SV
berkedip)
Alarm aktip 1
(pengaturan secara
automatik)
0
0
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
Triyono
ISSN 0216 - 3128
Dari hasil pengubahan blok parameter utama
pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kontrol suhu
bekerja secara automatik dengan alarm 1 dan alarm 2
selama 10 detik dan semua data yang telah ditetapkan
terkunci. Dengan mengaktipkan key lock maka tidak
setiap orang dapat merubah harga parameter alat
yang telah ditetapkan. Apabila menginginkan
pengaturan parameter atau setting suhu, maka key loc
diubah harganya dari 0 menjadi 1. Hasil uji fungsi
kontrol suhu PXR-9 dengan sensor tipe B dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji fungsi kontrol suhu PXR-9
dengan sensor B.
No
Suhu yang
Tegangan
ditampilkan oleh sensor tipe B,
PXR-9, OC
mVolt
1
100
0,0
2
200
0.1
3
300
0,3
4
400
0,7
5
500
1,2
6
600
1,7
7
700
2,4
8
800
3,1
9
900
3,9
10
1000
4,8
11
1100
5,7
12
1200
6,8
13
1300
7,8
14
1400
9,0
15
1500
10,2
16
1600
11,3
Dari hasil uji fungsi kontrol suhu dengan sensor
tipe B yang ditunjukkan pada Tabel 2 dapat
dijelaskan bahwa tegangan sensor B akan
dipengaruhi oleh panas yang diterima oleh junction
termokopel. Panas yang dirasakan oleh junction
akan diubah menjadi tegangan (mVolt) yang disebut
sebagai effeck Seeback. Tegangan sensor yang masih
lemah dikuatkan dalam sistem kontrol suhu dan
ditampilkan menjadi suhu proces (PV). Sensor suhu
tipe B berdiameter 2 mm dengan panjang 2 meter
dapat digunakan pada daerah suhu yang cukup luas.
Sensor suhu pada saat proses pemanasan berlangsung
tidak diperbolehkan dipindah terutama pada suhu
700-1600 OC, karena sensor akan retak atau patah
dan tidak dapat dipakai lagi.
107
Hasil uji fungsi kontrol suhu pada unit sinter
pada tegangan kerja primer 170-187 Volt dapat
dilihat pada Tabel 3.
Hasil uji fungsi kontrol suhu pada tegangan
170-187 Volt pada unit sinter yang ditunjukkan pada
Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, semakin lama waktu
uji akan menentukan besarnya suhu pada ruang
reaktor maupun pada ruang pemanas. Selama waktu
uji 0-90 menit memberikan kenaikan suhu pada
ruang reaktor antara 128-1117 OC dan kenaikan suhu
pada ruang pemanas 74 – 1600 OC dengan tegangan
sensor antara 0,0-11,3 mVolt. Untuk membangkitkan
suhu hingga 1600 OC diperlukan tegangan kerja
primer 170-187 Volt AC dan arus kerja primer 16,620,2 amper. Penampilan awal kontrol suhu PXR-9
berupa kode LLLL (set low) lambat laun akan
menuju suhu nyata (PV) 74 OC. Selama uji fungsi
unit sinter perlu pendinginan pada tutup sensor
maupun ada tutup masuknya cuplikan, agar seal
tutup pintu tidak leleh atau retak saat pemanasan.
Pada suhu ruang pemanas 1600 OC memberikan
perubahan suhu ruang reaktor sebesar 1117 OC
selama waktu uji 90 menit. Perbedaan suhu antara
ruang pemanas terhadap ruang reaktor dimana
cuplikan diproses sebesar 483 OC. Untuk
memperkecil perbedaan suhu dapat dilakukan dengan
memperpanjang proses pemanasan lebih dari 90
menit. Uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9 pada
suhu setting 100-1600 OC dapat dilihat pada Tabel 4.
Uji fungsi stabilitas kontrol suhu dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar deviasi yang terjadi pada
saat suhu setting tercapai (off) atau suhu tertinggi dan
suhu terendah pada saat hidup kembali (on).
Dari uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9
pada suhu setting 100-1600 OC yang ditunjukkan
pada Tabel 4 diperlukan tegangan kerja primer antara
22-187 Volt AC. Pada suhu setting 100-1600 OC
menghasilkan tegangan sensor sebesar 0-11,30
mVolt.
Untuk mencapai suhu 1600 OC yang
diperlukan sebagai proses sintering minimal
dibutuhkan tegangan primer 187 Volt AC. Besarnya
deviasi pada suhu setting 100-1600 OC menunjukkan
deviasi terendah (saat hidup) 12-15 OC dan deviasi
tertinggi (saat mati) sebesar 1-7 OC. Pada suhu
setting 700-1600 OC menghasilkan deviasi terendah
cukup stabil yaitu 13 OC, sedangkan deviasi tertinggi
sebesar 1-4 OC.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
108
ISSN 0216 - 3128
Triyono
Tabel 3. Hasil uji fungsi kontrol suhu pada tegangan kerja 170-187 Volt pada unit sinter.
No Waktu uji,
Hasil tampilan suhu, OC
Kebutuhan arus
Tegangan
menit
kerja primer,
sensor B,
Ruang reaktor
Ruang
amper
mVolt
pemanas
1
0
128
74
20,2
0,0
2
10
296
584
20,2
1,7
3
20
704
941
18,7
4,3
4
30
881
1157
17,9
6,4
5
40
951
1274
17,6
7,7
6
50
1001
1374
17,3
8,7
7
60
1041
1460
16,7
9,6
8
70
1062
1497
16,6
10,2
9
80
1074
1528
18,6
10,6
10
90
1117
1600
18,6
11,3
Tabel 4. Uji fungsi stabilitas kontrol suhu PXR-9 pada suhu setting 100-1600 OC.
Kondisi uji: Tegangan kerja primer : 170-187 Volt AC Arus kerja primer : 2,2-20,9 amper
No
Suhu setting
Kondisi
Tegangan Tegangan
saat uji fungsi, pengontrolan suhu
sensor,
kerja,
O
C
ruang pemanas, OC
mVolt
volt
Suhu
Suhu
terendah tertinggi
1
100
87
107
0
22
2
200
188
204
0,2
30
3
300
288
302
0,5
50
4
400
388
403
0,6
60
5
500
487
503
1,2
80
6
600
585
601
1,8
100
7
700
687
701
2,4
100
8
800
787
802
3,3
100
9
900
887
904
3,8
110
10
1000
987
1002
4,6
125
11
1100
1087
1101
5,7
130
12
1200
1187
1203
6,8
160
13
1300
1287
1303
8,0
163
14
1400
1387
1402
8,7
170
15
1500
1487
1501
9,9
177
16
1600
1587
1601
11,30
187
KESIMPULAN
Dari hasil instalasi dan uji fungsi temperature
controller PXR-9 TCCL-FV000 pada furnace
sintering sebagai berikut. Uji fungsi meliputi
pengubahan parameter operasi dan uji fungsi dengan
beban furnace sintering. Pengubahan parameter
operasi utama meliputi: input sensor (P-n2=3),
parameter set low (P-SL=0) dan parameter set up (PSU=1600).
Kontrol suhu dapat berfungsi dengan beban
furnace sintering secara kontinyu pada suhu ruang
pemanas antara 100-1600 OC dengan tegangan sensor
antara 0-11,3 mVolt secara baik. Untuk
membangkitkan suhu 0-1600 OC diperlukan arus
listrik 16,6-20,2 amper pada tegangan primer 170-
187 Volt. Deviasi yang terjadi pada suhu ruang
pemanas 0-1600 OC terendah antara 1-7 OC dan
tertinggi antara 13-15 OC.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada Bpk Bambang Rahmat Sunarto, Bpk
Parimun, AMd dan Bpk Jaswadi atas segala
bantuannya, sehingga kegiatan penelitian dapat
terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
HIDAYATI DKK, Proseding Pertemuan Dan
Presentasi Ilmiah Dasar Ilmu Pengetahuan Dan
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
Triyono
ISSN 0216 - 3128
Teknologi Nuklir, PTAPB-BATAN Yogyakarta
10 Juli 2006.
2.
NONAME, Manual Operating Instruction HT
Furnace, Nabertherm Bremen W, Germany
1992.
3.
MOCH SETYADJI, SETYO ATMODJO
TRIYONO, Analisis rancangan Dan Pembuatan
Reaktor Sinter UO 2 , Jurnal IPTEK Nuklir
Ganendra, Volume 13 Nomor 1 Januari 2010,
ISSN-6957.
4.
NONAME, Instruction Manual Temperature
Controller PXR-9 TCCI FV000 Fuji Japan.
5.
NONAME, RS
February 1996.
6.
ABDUL WAHID, IR, MT, Pengantar
Pengendalian Proses, BAB I, Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, Depok 2007.
Component,
March
1995-
109
TANYA JAWAB
Saminto
− Dimana letak/posisi termokopel dipasang?
− Apakah uji fungsi control suhu itu
memanfaatkan fasilitas PID pada modul
tersebut?
Triyono
• Letak atau posisi termokopel dipasang di
tengah ruang pemanas agar yang terjadi
tidak menimbulkan penyimpangan suhu
yang terlalu besar.
• Uji fungsi kontrol suhu menggunakan
fasilitas on-off keluaran control suhu
terhubung ke solid state relay 24 volt dc
terhadap
variac
10kvA
untuk
membangkitkan suhu 1600⁰C.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah – Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir 2011
Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta, 19 Juli 2011
Download