DEBT TO EQUITY RATIO

advertisement
PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER)
DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP RETURN SAHAM
(Survey Pada Sektor Consumer Goods Industry yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Siliwangi
Oleh:
RIMA RAHMAWATI
NPM: 123403216
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2016
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER)
AND RETURN ON ASSETS ON THE STOCK RETURN
CONSUMER GOODS INDUSTRY
By:
RIMA RAHMAWATI
NPM: 123403216
Under the guidance:
Dr. Dedi Kusmayadi, S.E., M.Si., Ak., CA.
R. Neneng Rina Andriani, S.E., M.M., Ak., CA.
This research aimed to determine whether there is a significant effect of financial
ratios (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, and Return On Asset) towards the stock return
on the companies listed on the Stock Exchange and in the Consumer Goods Industry Sector
2014. The purpose of this research was to determine and analyze the factors that affect to
Stock Return in Consumer Goods Industry Sector, namely through the Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio (DER) and Return On Assets (ROA). The method used is causality
method. The analytical method used is path analysis. Based on the results showed Current
Ratio (CR) partially significant on Stock Return of 0,010 < 0.05 while the Debt to Equity
Ratio (DER) and Return On Assets (ROA) is not significant. For simultaneous testing can be
concluded that the Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) and Return On Assets
(ROA) are not significant on Stock Return on Consumer Goods Industry Sector 2014.
Keyword: Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets
(ROA), Stock Return
ABSTRAK
PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN
RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP RETURN SAHAM
PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI
Oleh:
RIMA RAHMAWATI
NPM: 123403216
Dibawah Bimbingan:
Dr. Dedi Kusmayadi, S.E., M.Si., Ak., CA.
R. Neneng Rina Andriani, S.E., M.M., Ak., CA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan dari
rasio-rasio keuangan (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return on Asset) terhadap
return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masuk dalam
sektor industri barang konsumsi tahun 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham Sektor
Industri Barang Konsumsi yaitu melalui Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan
Return On Assets (ROA). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kausalitas.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis path. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan Current Ratio (CR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham sebesar 0,010 < 0,05 sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets
(ROA) berpengaruh tidak signifikan. Untuk pengujian secara simultan dapat disimpulkan
bahwa Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA)
berpengaruh tidak signifikan terhadap Return Saham pada Sektor Industri Barang Konsumsi
Tahun 2014.
Kata Kunci: Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets
(ROA), Return Saham
1.1. Latar Belakang Penelitian
Semakin berkembangnya kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi di era
globalisasi tidak menjadikan suatu hambatan bagi seseorang dalam melakukan investasi
saham. Dengan kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi ini pula para pelaku usaha
memanfaatkan peluang dengan melakukan penawaran dan perdagangan saham di pasar
modal. Pasar modal merupakan sarana yang sangat menguntungkan baik bagi pihak
perusahaan maupun para pihak investor yang sama-sama berorientansi pada keuntungan.
Menurut Ang (1997) semakin baik kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari
rasio-rasionya maka semakin tinggi return saham perusahaan, demikian juga jika kondisi
ekonomi baik, maka refleksi harga saham akan baik pula. Perkembangan yang terjadi inilah
yang salah satunya menjadi dasar bagi peneliti untuk mengkaji lebih mendalam faktor-faktor
apa sajakah yang diperkirakan dapat mempengaruhi return saham pada industri tersebut.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis mengambil judul
“Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA)
terhadap Return Saham (Survey pada Sektor Consumer Goods Industry di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014)”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA)
dan return saham pada consumer goods industry di Bursa Efek Indonesia
2. Bagaimana pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On
Assets (ROA) terhadap return saham secara parsial maupun simultan pada consumer
goods industry di Bursa Efek Indonesia
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang dirumuskan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA) dan return
saham pada consumer goods industry di Bursa Efek Indonesia
2. Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets
(ROA) terhadap return saham secara parsial maupun simultan pada consumer goods
industry di Bursa Efek Indonesia
1.4. Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi
pihak diantaranya:
1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi ilmu pengetahuan dalam bidang analisis
laporan keuangan mengenai rasio-rasio dalam laporan keuangan khsususnya tentang
“Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on Assets
(ROA) terhadap return saham pada sektor consumer goods industry di Bursa Efek
Indonesia”.
2. Terapan Ilmu Pengetahuan
a) Bagi Penulis
Menambah wawasan berpikir dan pengetahuan baik secara teori maupun
aplikasi sehingga dapat membandingkan antara teori yang penulis dapatkan
dengan kenyataan yang ada di lapangan.
b) Bagi Lembaga/ Fakultas
Sebagai sumber informasi dalam menunjang perkuliahan diharapkan dapat
menambah pembendaharaan perpustakaan dan sebagai bahan pembanding bagi
rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian terhadap pemasalahan
yang serupa.
c) Bagi Pihak Calon Investor
Sebagai sumber informasi yang kiranya dapat memberikan manfaat dan dapat
dijadikan bahan perbandingan, petunjuk untuk keperluan penelitian pada
masalah yang sama atau sebagai masukan bagi pihak yang membutukan.
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Current Ratio
2.1.1.1. Pengertian Current Ratio
Rasio keuangan sangat penting untuk melakukan analisis terhadap kondisi
keuangan perusahaan yang di peroleh dari hasil operasi perusahaan. Beberapa rasio akan
membantu dalam menganalisis posisi keuangan suatu perusahaan, dengan menggunakan
laporan yang di perbandingkan, termasuk tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
jumlah rupiah, presentase, serta trendnya.
Current ratio merupakan salah satu bentuk dari rasio likuiditas. Current ratio
merupakan ukuran yang berharga untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk
memenuhi current obligation–nya (Riyanto, 2001: 26).
2.1.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Current Ratio
Rasio lancar dapat dipengaruhi beberapa hal. Apabila perusahaan menjual
surat–surat berharga yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar dan menggunakan kas yang
diperolehnya untuk membiayai akuisisi perusahaan tersebut terhadap beberapa perusahaan
lain atau untuk aktivitas lain, rasio lancar bisa mengalami penurunan. Apabila penjualan naik
sementara kebijakan piutang tetap, piutang akan naik dan memperbaiki rasio lancar.
2.1.1.3. Indikator Current Ratio
2.1.1. Ada dua indikator dalam current ratio ini. Yaitu aktiva lancar dan hutang
lancar. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004: 169)
mengemukakan bahwa: “Aktiva lancar didefinisikan sebagai aktiva yang
secara normal berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang.”
Menurut Soemarso (2004: 228) “Aktiva lancar yaitu kas dan aktiva-aktiva lain
atau sumber–sumber yang diharapkan akan direalisasi menjadi uang kas dalam
Jangka waktu 1 ( satu ) tahun atau dalam satu siklus kegiatan normal
perusahaan”. Sedangkan menurut S. Munawir (2004: 14) mendefinisikan
aktiva lancar sebagai berikut: “Aktiva lancar adalah uang kas atau aktiva
lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang
tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu
tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).”
Debt to Equity Ratio
2.1.1.1. Pengertian Debt to Equity Ratio
Menurut Ang (1997) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara
total hutang terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Total hutang disini
merupakan total hutang jangka pendek dan total hutang jangka panjang. Sedangkan
shareholders equity adalah total modal sendiri (total modal saham disetor dan laba ditahan)
yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Modigliani dan Miller (1958) nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan
meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax shield. Hal ini disebabkan karena
dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan akibat
penggunaan hutang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan
pajak.
Debt to equity ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga
sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio
leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan.
Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka
panjang, saham preferen dan modal pemegang saham.
2.1.1.4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Debt to Equity Ratio
Dalam menentukan perimbangan antara besarnya utang dan jumlah modal sendiri
yang tercermin pada struktur modal perusahaan, maka perlu memperhitungkan adanya
berbagai faktor yang mempengaruhi debt to equity ratio
(DER). Faktor-faktor yang mempengaruhi DER adalah sebagai berikut:
1. Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
didalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Perusahaan yang dapat
segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat kepercayaan dari kreditur untuk
menerbitkan utang dalam jumlah yang besar.
2. Struktur Aktiva
Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aset yang dapat dijadikan jaminan
(collateral value of assets). Brigham dan Gapenski (1996) menyatakan bahwa secara umum
perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang
daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan.
3. Price Earnings Ratio
Price Earnings Ratio (PER) merupakan perbandingan harga suatu saham (market price)
dengan earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Kegunaan dari PER adalah
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja
perusahaan yang tercermin oleh EPS-nya. Semakin besar PER suatu saham maka menyatakan
saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
4. Profitabilitas
Brigham and Gapenski (1996) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan utang relatif kecil. Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagaian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang mempunyai profit
tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah, dan sebaliknya.
5. Operating Leverage
Operating leverage atau leverage operasi adalah penggunaan aktiva atau operasi
perusahaan yang disertai dengan biaya tetap. Leverage operasi yang menguntungkan kalau
pendapatan setelah dikurangi biaya variable (Contribution to Fixed cost) lebih besar dari
biaya tetapnya. Oleh sebab itu operating leverage adalah seberapa jauh perubahan tertentu
dari volume penjualan berpengaruh terhadap laba operasi bersih.
Dalam suatu perusahaan tingkat operating leverage pada suatu tingkat hasil akan
ditunjukan oleh perubahan dalam volume penjualan yang mengakibatkan adanya perubahan
yang tidak proporsional dalam laba atau rugi operasi (Riyanto, 1997).
6. Pertumbuhan Perusahaan
Suatu perusahaan yang berada dalam indutri yang mempunyai laju pertumbuhan yang
tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan
yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan utang daripada perusahaan yang
bertumbuh secara lambat (Weston and Brigham, 1994).
2.1.1.5. Indikator Debt to Equity Ratio
Indikator dari debt to equity ratio yaitu total hutang dan ekuitas. Hutang atau
Kewajiban merupakan salah satu komponen yang penting dari suatu neraca, karena itu perlu
diketahui definisi yang jelas untuk mengidentifikasikan hutang. Menurut Bambang Riyanto
(2001: 171) “Hutang adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara
bekerja di dalam perusahaan yang pada saatnya harus di bayar kembali”.
2.1.2. Return On Assets
2.1.2.1. Pengertian Return On Assets
Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek
perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
probabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh
mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return
yang sesuai dengan tingkat yang di syaratkan investor (Tandelilin, 2010: 372). Artinya di
dalam berinvestasi, seorang investor melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan
untuk manghasilkan laba, sehingga investor memerlukan informasi yang berhubungan
dengan kondisi keuangan perusahaan.
2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return On Assets
Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 65) menyatakan bahwa semakin
besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat
pengembalian investasi semakin besar. “Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan
dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan”.
Return On Assets (ROA) termasuk salah satu rasio profitabilitas, menurut Brigham
dan Houston (2001: 89), rasio profitabilitas (profitability ratio) menunjukkan pengaruh
gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi Return On Assets (ROA) yaitu:
a. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, yang dihitung dengan
membandingkan aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban lancar.
b. Rasio Manajemen Aktiva merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
mengelola aktivanya.
c. Rasio Manajemen Utang merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang (utang) perusahaan
yang digunakan untuk membiayai seluruh aktifitas perusahaan.
1. Indikator Return On Assets
Indikator dari return on assets yaitu laba setelah pajak dan total asset. Pada dasarnya,
perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar memperoleh laba pada tingkat tertentu
yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai. Pertumbuhan laba perusahaan yang
baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan ukuran
kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan,
mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan
perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik. Laba setelah pajak menurut
Hansen and Mowen (2001: 38) merupakan “laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga, biaya
riset, dan pengembangan. Laba bersih/ laba setelah pajak disajikan dalam laporan rugi-laba
dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya”.
2.1.3. Return Saham
2.1.3.1. Pengertian Return Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga
pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan
perusahaan kepada pemegang sahamnya, termasuk hak klaim atas aset perusahaan, dengan
prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas.
Menurut Husnan (2002: 303) sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan
hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari
prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi
yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya, sedangkan menurut Tandelilin
(2001: 18) saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham. Jadi, saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana
saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari
perusahaan tersebut.
2.1.3.2. Jenis-jenis Return Saham
Return merupakan tingkat kembalian yang diharapkan seorang investor untuk
mendapatkan keuntungan dari penanaman saham yang telah dilakukannya di pasar modal.
Menurut Jogiyanto (2008: 195) return dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Realized Return (Return Realisasi)
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan
data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
dari perusahaan. Return ini juga berguna sebagai dasar penentu return ekspektasi (expected
return) dan risiko dimasa datang.
b. Expected Return (Return Ekspektasi)
Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa
mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi
sifatnya belum terjadi.
2.1.3.3. Komponen Return Saham
Menurut Eduardus (2010:102) sumber-sumber return terdiri dari dua komponen
utama:
1. Capital Gain
Merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun
surat berharga jangka panjang) yang bisa memberikan keuntungan/ kerugian bagi investor.
Dalam kata lain capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.
2. Dividen
Merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang
diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi
misalnya, maka besarnya yield ditunjukan dari bunga obligasi yang dibayarkan. Demikian
pula halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukan oleh besarnya dividen yang kita
peroleh.
2.1.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Kinerja keuangan merupakan faktor penentu naik turunnya return saham. Semakin
baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan return saham, begitu
pula sebaliknya. Kinerja keuangan dapat diukur dari nilai tambahan ekonomis (EVA) dan
likuiditas perusahaan (CR). Untuk itu perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja
keuangan agar dapat meningkatkan return saham.
Menurut Asnawi dan Wijaya, (2005: 95) kinerja keuangan yang secara langsung
mempengaruhi return saham yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, rasio pasar, dan economic value added (EVA).
1. Rasio likuiditas, yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio ini terbagi menjadi current ratio, quick ratio,
dan net working capital. Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan
diterima investor.
2. Rasio solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka panjang, dimana rasio ini terbagi menjadi debt ratio, debt to equity ratio, long term
debt to equty ratio, long term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow
interest coverage, cash flow to net income, dan cash return sales. Semakin tinggi rasio ini
semakin rendah return saham yang akan diterima investor.
3. Rasio aktivitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang
dimilikinya, terbagi menjadi total asset turnover, fixed assets turnover, account receivable
turnover, inventory turnover, average collection period, dan day’s sales in inventory.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham akan diterima investor.
4. Rasio profitabilitas, menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan, terbagi menjadi gross profit margin, net profit margin, operating return on
assets, return on equity, dan operating ratio. Semakin tinggi rasio ini semakin baik return
saham yang akan diterima investor.
5. Rasio pasar, menunjukkan informasi yang penting perusahaan dan diungkapkan dalam
basis per saham, terbagi menjadi dividend yield, dividend per share, earning per share,
dividend payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book value.
Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor.
6. EVA merupakan suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya,
apakah sudah mampu memberikan nilai tambah atau belum terhadap perusahaan. Jika
kinerja manajemen baik atau efektif dilihat dari nilai tambah, maka akan tercermin dalam
peningkatan harga saham perusahaan. EVA yang positif akan dapat meningkatkan harga
saham, begitu juga profitabilitas meningkat akan dapat meningkatkan harga saham.
2.2. Kerangka Pemikiran
Perekonomian pada masa sekarang ini mengalami perkembangan pesat. Orang mulai
melakukan transaksi ekonomi melalui berbagai cara, salah satunya yaitu dengan
menginvestasikan harta atau uangnya melalui pasar modal. Pasar modal mempertemukan
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan
cara memperjual belikan sekuritas (Tandelilin, 2007). Dengan adanya pasar modal maka para
investor dapat menginvestasikan dananya tersebut ke dalam perusahaan.
Dalam menunjang perekonomian, pasar modal memiliki peran penting, karena pasar
modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai
kelebihan dana. Disamping itu pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang
efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat
memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal (Tandelilin, 2007).
Tujuan utama investor melakukan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan
(return) yang tinggi. Investor yang akan berinvestasi di pasar modal terlebih dahulu melihat
saham perusahaan mana yang paling menguntungkan, dengan menilai kinerja perusahaan
yang bersangkutan. Perusahaan yang memiliki kinerja cukup baik akan lebih diminati oleh
para investor, karena kinerja perusahaan mempengaruhi harga saham di pasar. Investor akan
membeli saham sesuai kinerja perusahaan saat ini dan prospeknya di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, kinerja perusahaan yang meningkat akan berpengaruh pada meningkatnya
harga saham dan diharapkan return saham yang dapat diterima investor meningkat.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010: 430) mengemukakan bahwa return merupakan
harapan keuntungan di masa datang yang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang
terkait dengan investasi yang dilakukan. Return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi yang berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected
return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data
historis dan dipergunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini
juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa
datang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa
mendatang yang dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa depan (outcome)
dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlahkannya (Jogiyanto, 2008: 109).
2.3. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, hipotesis
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “current ratio (CR), debt to equity ratio
(DER) dan return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap return saham baik secara
simultan maupun parsial pada sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
. Objek Penelitian
Penelitian yang dilakukan meliputi Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),
Return On Assets (ROA) dan Return Saham pada Sektor Consumer Goods Industry yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan lokasi penelitian yang dilaksanakan di Pojok Bursa
Universitas Siliwangi.
3.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Jakarta pertama kali dibuka pada tanggal 14 desember 1912, dengan
bantuan pemerintah kolonial Belanda, didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial
Belanda yang kita kenal sekarang dengan Jakarta. Bursa Efek Jakarta dulu disebut Call-Efek.
Sistem perdagangannya seperti lelang, dimana tiap efek berturut-turut diserukan pemimpin
“Call”, kemudian para pialang masing-masing mengajukan permintaan beli atau penawaran
jual sampai ditemukan kecocokan harga, maka transaksi terjadi. Pada saat itu terdiri dari 13
perantara pedagang efek (makelar).
1.1.3. Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Industry)
Sektor industri barang konsumsi merupakan salah satu sektor yang masuk ke dalam
sektor perusahaan manufaktur. Dalam sektor industri barang konsumsi ini terdapat 37
perusahaan publik. Termasuk dari sub sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok, sub
sektor farmasi, sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, dan sub sektor
peralatan rumah tangga.
1.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kausalitas, yaitu metode
penelitian yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya sebab akibat antar variabel.
Dalam metode ini umumnya sebab akibat tersebut sudah dapat diprediksi peneliti, sehingga
peneliti dapat menyatakan klasifikasi variabel penyebab, variabel antara, dan variabel terikat.
(Sanusi, 2011: 13).
Operasional Variabel
Dalam pengujian hipotesis, maka perlu diteliti variabel-variabel dengan penentuan
indikator-indikatornya, adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel
independen dan satu variabel dependen, yaitu :
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel Independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel dependen (Sugiyono, 2010: 59).
Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Current Ratio (X1), merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan
hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bhawa nilai kekayaan lancar (yang segera
dapat dijadikan uang) ada sekian kali hutang jangka pendek (Munawir, 2007: 72).
b. Debt to Equity Ratio (X2), merupakan perbandingan antara total hutang terhadap
total shareholders equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997).
c. Return on Assets (X3), merupakan Rasio yang menilai seberapa tingkat
pengembalian dari asset yang dimiliki (Surat Edaran Bank Indonesia No
6/23/DPNP, 2004).
2. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
kerena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Return Saham (Y). Return Saham Merupakan harapan keuntungan di masa datang
yang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi yang
dilakukan (Tandelilin, 2010). Untuk lebih jelasnya, tabel operasionalisasi variabel penelitian
dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Operasional Variabel
Variabel
Current Ratio
(X1)
Debt to Equity
Ratio (X2)
Return on
Assets (X3)
Return Saham
(Y)
Definisi Operasional
Merupakan perbandingan antara
jumlah aktiva lancar dengan
hutang lancar. Rasio ini
menunjukkan bahwa nilai
kekayaan lancar (yang segera
dapat dijadikan uang) ada sekian
kali hutang jangka pendek
(Munawir, 2007: 72).
Merupakan perbandingan antara
total hutang terhadap total
shareholders equity yang
dimiliki perusahaan (Ang, 1997)
Rasio yang menilai seberapa
tingkat pengembalian dari asset
yang dimiliki (Surat Edaran
Bank Indonesia No 6/23/DPNP,
2004)
Merupakan harapan keuntungan
di masa datang yang merupakan
kompensasi atas waktu dan
risiko yang terkait dengan
investasi yang dilakukan
(Tandelilin, 2010)
-
Indikator
Aktiva lancar
Utang lancar
Skala Pengukuran
Rasio
-
Total hutang
Ekuitas
Rasio
-
Laba setelah
pajak
Total asset
Rasio
Harga saham
periode t
Harga saham
periode
sebelumnya
Rasio
-
-
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka dibutuhkan data dan
informasi yang akan mendukug penelitian ini. Dalam memperoleh data dan informasi yang
akan mendukung penelitian ini, peneliti mengumpulkan data melalui studi kepustakaan yaitu
studi pustaka dari literatur serta memperoleh data berupa laporan keuangan sektor industri
barang konsumsi.
3.2.2.1. Jenis Data
Data yang dipergunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari literatur, serta data lain yang diperoleh melalui laporan-laporan terdahulu.
3.2.2.2. Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang tidak seluruhnya diobservasi tetapi
merupakan objek penelitian. Selain itu, populasi juga merupakan keseluruhan unsur-unsur
yang memiliki satu atau beberapa karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014. Dalam sektor ini terdapat 37
perusahaan yang termasuk ke dalam sektor industri barang konsumsi.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Adapun peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling.
 Purposive Sampling
Purposive sampling merupakan pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan dan
pertimbangan tertentu dari peneliti. Adapun kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Perusahaan yang tergabung secara berturut-turut dalam kurun waktu 10 tahun
3. Perusahaan yang menyediakan data yang digunakan sebagai variabel penelitian
Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel yang digunakan sebelumnya adalah 27
perusahaan, tetapi pada salah satu perusahaan dalam sampel ini tidak menyediakan laporan
keuangan dalam periode 2014 oleh karena itu sampel yang dipakai adalah 26 perusahaan dari
jumlah sebelumnya sebanyak 37 perusahaan. Berikut merupakan sampel perusahaan publik
yang terdaftar pada sektor industri barang konsumsi:
Tabel 3.3.
Sampel Perusahaan Publik Sektor Consumer Goods Industry
No Kode Saham
Nama Perusahaan
Tanggal Listing
1
ADES
Akasha Wira International Tbk
13 Juni 1994
2
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
11 Juni 1997
3
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
09 Juli 1996
4
DLTA
Delta Djakarta Tbk
27 Februari 1984
5
DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk
11 November 1994
6
GGRM
Gudang Garam Tbk
27 Agustus 1990
7
HMSP
HM Sampoerna Tbk
15 Agustus 1990
8
INAF
Indofarma (Persero) Tbk
17 April 2001
9
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
14 Juli 1994
10
KAEF
Kimia Farma Tbk
04 Juli 2001
11
KDSI
Kedawung Setia Industrial Tbk
29 Juli 1996
12
KICI
Kedaung Indah Can Tbk
28 Oktober 1993
13
KLBF
Kalbe Farma Tbk
30 Juli 1991
14
LMPI
Langgeng Makmur Industri
17 Oktober 1994
15
MERK
Merck Tbk
23 Juli 1981
16
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
17 Januari 1994
17
MRAT
Mustika Ratu Tbk
27 Juli 1995
18
MYOR
Mayora Indah Tbk
04 Juli 1990
19
PSDN
Prasidha Aneka Niaga Tbk
18 Oktober 1994
20
PYFA
Pyridarm Farma Tbk
16 Oktober 2001
21
RMBA
22
23
24
25
26
SCPI
SKLT
STTP
TCID
UNVR
Bentoel Internasional Investama
Tbk
Merck Sharp Dohme Pharma Tbk
Sekar Laut Tbk
Siantar Top Tbk
Mandom Indonesia Tbk
Unilever Indonesia Tbk
05 Maret 1990
08 Juni 1990
08 September 1993
16 Desember 1996
30 September 1993
11 Juni 1982
Sumber: lampiran.
3.3. Model Penelitian
Model penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antara
variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah
yang perlu dijawab melalui penelitian, teori, yang digunakan untuk merumuskan hipotesis,
dan teknik analaisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2010:63).
3.4. Teknik Analisis Data
3.4.1. Analisis Statistik
Kegiatan dalam proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data
dapat diketahui tentang makna dari data yng berhasil dikumpulkan. Pengolahan data dapat
menggunakan program SPSS (Statistical Product And Service Solution) versi 16. Untuk lebih
mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan
dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis).
3.4.2. Analisis Jalur (Path Analysis)
Menurut Sarwono (2012: 17) Path Analysis adalah suatu teknik untuk menganalisis
hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak
langsung.
3.4.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menurut Riduwan Dan Engkos (2008: 224) langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Pengujian hipotesis operasional
a. Pengujian secara parsial (individual)
 Pengujian koefisien jalur
artinya current ratio berpengaruh tidak signifikan
terhadap return saham
artinya current ratio berpengaruh signifikan terhadap
return saham
 Pengujian koefisien jalur
artinya debt to equity ratio berpengaruh tidak signifikan
terhadap return saham
artinya debt to equity ratio berpengaruh signifikan
terhadap return saham
 Pengujian koefisien jalur
artinya return on assets berpengaruh tidak signifikan
terhadap return saham
artinya return on assets berpengaruh signifikan terhadap
return saham
b. Pengujian secara simultan (bersama)
Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:

artinya current ratio, debt to equity ratio
dan return on assets berpengaruh tidak siginifikan terhadap return saham

artinya current ratio, debt to equity ratio
dan return on assets berpengaruh signifikan terhadap return saham
2. Penetapan tingkat signifikansi
Taraf signifikan (α) ditetapkan sebesar 5%, ini berarti kemungkinan kebenaran hasil
penarikan kesimpulan mempunyai profitabilitas 95% korelasi, kemelesetan hanya 5%.
Taraf signifikan ini adalah tingkat yang umum digunakan dalam hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti.
3. Uji signifikan
Untuk menguji signifikansi dilakukan dua pengujian yaitu:
a. Secara parsial menggunakan uji t
b. Secara simultan menggunakan uji F
4. Kriteria uji
a. Tolak Ho jika thitung > ttabel
Terima Ho jika thitung ≤ ttabel
a. Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel
Terima Ho jika Fhitung ≤ Ftabel
b. Penarikan kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan diatas maka akan
dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan
apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak.
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Current Ratio Sektor Consumer Goods Industry Tahun 2014
4.2.1.
Berdasarkan data pada tabel 4.1. di atas menunjukkan jumlah data yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 26 sampel perusahaan yang diteliti tahun
2014 dan nilai current ratio tertinggi sebesar 518,13% terdapat pada perusahaan
Darya-Varia Laboratoria Tbk dan nilai Current Ratio terendah sebesar 51,39%
terdapat pada perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk.
4.3.1.
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Sawir (2005: 9)
menyatakan bahwa current ratio yang rendah akan berakibat pada menurunnya harga
pasar saham perusahaan bersangkutan, namun current ratio terlalu tinggi belum tentu
baik karena pada kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan
yang menganggur (aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampuan laba perusahaan.
4.4.1.
Debt to Equity Ratio Sektor Consumer Goods Industry Tahun 2014
Debt to equity ratio pada sektor consumer goods industry tahun 2014 diperoleh dari laporan
keuangan yang terdapat di Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Berdasarkan data pada tabel 4.2. di atas menunjukkan jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 26 sampel perusahaan yang diteliti tahun 2014 dan Nilai debt
to equity ratio tertinggi sebesar 3,03 terdapat pada perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk
dan nilai debt to equity ratio terendah -31,04 terdapat pada perusahaan Merck Sharp Dohme
Pharma Tbk.
Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang
relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham‐saham yang memiliki
nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi (Ang, 1997). Semakin rendah angka rasio ini
maka semakin baik karena hal itu menunjukkan bahwa porsi modal yang bersumber dari
perusahaan semakin besar yang berarti dana dari pihak luar lebih kecil dibandingkan dana
dari perusahaan sendiri. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaannya
semakin besar (Puspita, 2012).
Dalam sektor ini, perusahaan cenderung memiliki tingkat debt to equity ratio yang
rendah tetapi ada sebagian perusahaan yang memiliki tingkat debt to equity ratio yang tinggi
yang mengakibatkan menurunnya laba dan memperlambat kinerja perusahaan dikarenakan
tingginya tingkat debt to equity ratio tersebut. Debt to equity ratio dengan angka dibawah
1.00, mengindakasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih kecil dari ekuitas yang
dimilikinya.
Beberapa perusahaan yang memiliki debt to equity ratio lebih dari satu, hal ini sangat
menganggu pertumbuhan kinerja perusahaanya juga menganggu pertumbuhan harga
sahamnya. Karena itu sebagian besar para investor menghindari perusahaan yang memiliki
angka debt to equity ratio lebih dari 2.
4.1.3. Return On Assets Sektor Consumer Goods Industry Tahun 2014
Return on assets pada sektor consumer goods industry tahun 2014 diperoleh dari
laporan keuangan yang terdapat di Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Berdasarkan data pada tabel 4.3. di atas menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 26 sampel perusahaan yang diteliti tahun 2014 dan nilai return on
assets tertinggi sebesar 40,18% terdapat pada perusahaan Unilever Indoneisa Tbk dan nilai
return on assets terendah -22,23% terdapat pada perusahaan Bentoel Internasional Investama
Tbk.
Semakin tinggi ROA maka akan menunjukkan semakin efisien operasional dari suatu
perusahaan, begitupun sebaliknya rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya aset
perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan
uang kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain (Kasmir, 2004).
4.1.4. Suatu perusahaan dinilai baik jika memiliki return on assets yang tinggi. Karena
perusahaan lain akan memilih menanamkan modalnya pada perusahaan yang
memiliki return on assets yang tinggi. Return Saham Sektor Consumer Goods
Industry Tahun 2014
Return saham pada sektor consumer goods industry tahun 2014 diperoleh dari laporan
keuangan yang terdapat di Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Berdasarkan
data pada tabel 4.4. di atas menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 26 sampel perusahaan yang diteliti tahun 2014 dan nilai return saham tertinggi
sebesar 1,483% terdapat pada perusahaan Kimia Farma Tbk dan nilai return saham terendah 7,407% terdapat pada perusahaan Kedaung Indah Can Tbk.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) dan
Return Saham Sektor Consumer Goods Industry Tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka current ratio, debt to equity
ratio, return on asssets dan return saham sector consumer goods industry tahun 2014 Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa current ratio, debt to equity ratio, return on assets dan
return saham pada sektor consumer goods industry memperlihatkan hasil yang fluktuatif, hal
ini disebabkan karena jumlah sampel yang dipakai untuk penelitian ini cukup banyak yaitu 26
perusahaan sehingga hasilnya pun beragam. Dari keberagaman hasil tersebut maka dapat
diasumsikan bahwa meskipun berada di sektor yang sama, tetapi kemampuan perusahaan
dalam melakukan pengembangan dalam hal keuangan berbeda-beda.
4.2.2. Pengaruh Secara Simultan dan Parsial Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio
(DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap Return Saham Sektor Consumer
Goods Industry Tahun 2014
Untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan
Return On Assets (ROA) terhadap Return Saham Sektor Consumer Goods Industry Tahun
2014 digunakan analisis statistik. Untuk keperluan analisis tersebut penulis menggunakan
analisis jalur (path analysis). Adapun datanya diolah dengan menggunakan SPSS 16.0 for
windows.
Berdasarkan olah data SPSS antara curernt ratio dan return saham terdapat korelasi
yang sangat rendah (r tabel) yaitu -0,517 dan nilai sig.(2-tailed) menunjukkan 0,01 < 0,05
maka terdapat korelasi yang signifikan antara curernt ratio dengan return saham. Artinya
setiap kenaikan atau penurunan current ratio akan terjadi bersama-sama dengan kenaikan
atau penurunan return saham.
Sedangkan antara debt to equity ratio dan return saham terdapat korelasi yang sangat
rendah (r tabel) yaitu sebesar -0,043 dan nilai sig.(2-tailed) menunjukkan 0,01 < 0,05 maka
terdapat korelasi yang signifikan antara debt to equity ratio dengan return saham. Artinya
setiap kenaikan maupun penurunan debt to equity ratio akan terjadi bersama-sama dengan
kenaikan atau penurunan return saham.
Kemudian antara return on assets dan return saham terdapat korelasi yang sangat
rendah (r tabel) yaitu sebesar -0,129 dan nilai sig.(2-tailed) menunjukkan 0,01 < 0,05 maka
terdapat korelasi yang signifikan antara return on assets dengan return saham. Artinya setiap
kenaikan maupun penurunan return on assets akan terjadi bersama-sama dengan kenaikan
dan penurunan return saham.

Koefisien Jalur
Kemudian untuk mengetahui pengaruh langsung dari setiap variabel maka dilakukan
pengujian koefisien jalur antara variabel Current Ratio (X1), Debt to Equity Ratio (X2) dan
Return On Assets (X3) terhadap Return Saham pada sektor Consumer Goods Industry Tahun
2014 dengan berdasarkan pada olah data SPSS diperoleh nilai koefisien jalur pengaruh
current ratio (X1) terhadap return saham (Y) pada sektor consumer goods industry tahun
2014 adalah sebesar -0,514 (pYX1). Koefisien jalur pengaruh debt to equity ratio (X2)
terhadap return saham (Y) pada sektor consumer goods industry tahun 2014 adalah sebesar 0,023 (pYX2). Dan koefisien jalur pengaruh return on assets (X3) terhadap return saham (Y)
pada sektor consumer goods industry tahun 2014 adalah sebesar -0,101 (pYX3).

Pengaruh Variabel Residu
Sedangkan untuk mengetahui nilai pengaruh variabel residu didapat dari pengolahan data
melalui SPSS dapat diketahui nilai R Square sebesar 0,280, dimana rumus mencari pengaruh
variabel residu (sisa) adalah:
y = √
=√
= 0,72
Sehingga koefisien jalur pengaruh variabel-variabel lain yang tidak diukur dalam
penelitian ini atau dengan kata lain pengaruh variabel residu atau sisa adalah sebesar 0,72
(y).
4.2.2.1. Pengaruh secara Parsial Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On
Assets terhadap Return Saham Sektor Consumer Goods Industry Tahun 2014
a. Pengaruh secara Parsial Current Ratio terhadap Return Saham pada Sektor
Consumer Goods Industry Tahun 2014
1. Besarnya pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y
= (pYX1) (pYX1) = (-0,514) X (-0,514) = 0,264196
2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel X1 terhadap Y melalui X2
= (pYX1) (rX2X1) (pYX2) = (-0,514) (-0,032) (-0,023) = 0,000378304
3. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel X1 terhadap Y melalui X3
= (pYX1) (rX3X1) (pYX3) = (-0,514) (0,039) (-0,101) = -0,002024646
4. Besarnya pengaruh total variabel X1 terhadap Y
= (pYX1) (pYX1) + (pYX1) (rX2X1) (pYX2) + (pYX1) (rX3X1) (pYX3)
= 0,264196 + 0,000378304 + (-0,002024646) = 0,262549658
Dengan demikian besarnya pengaruh total antara variabel current ratio (X1) terhadap
return saham pada sektor consumer goods industry tahun 2014 adalah sebesar 0,262549658
atau 26,25%. Berdasarkan hipotesis dengan menggunakan uji t pada perhitungan hasil SPSS
untuk variabel current ratio diperoleh nilai thitung = -2,837 dengan nilai signifikansi sebesar
0,010 dan df = (n-k-1) = 21 maka nilai ttabel = ± 2,080 dari perhitungan tersebut diperoleh
bahwa nilai thitung > ttabel dan berdasarkan probabilitas nilai signifikan sebesar 0,010 < 0,05.
Dengan demikian hal ini berarti
ditolak atau dengan kata lain current ratio berpengaruh
signifikan terhadap return saham pada sektor consumer goods industry tahun 2014.
Hal ini menunjukkan bahwa current ratio yang rendah akan menyebabkan terjadi
penurunan harga pasar dari harga saham yang bersangkutan. Sedangkan current ratio yang
tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum
terjual, yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk membayar hutang. Disisi lain
perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang tinggi akan lebih cenderung memiliki aset
lainnya dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya (menjual
efek). Perusahaan dengan posisi tersebut sering kali terganggu likuiditasnya, sehingga
investor lebih menyukai untuk membeli saham-saham perusahaan dengan nilai aktiva lancar
yang tinggi dibandingkan perusahaan yang mempunyai nilai aktiva lancar yang rendah.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Yulis Thamrin (2012), Mei Hotma (2009)
dan Ratna Prihantini (2009) yang menyebutkan bahwa secara parsial current ratio
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Secara teoritis current ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya kepada pihak lain. Jadi semakin besar current ratio suatu
perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Dan dengan kata lain akan menarik minat para investor terhadap saham
yang dikeluarkan perusahaan sehingga mendapatkan return saham yang diharapkan.
b. Pengaruh secara Parsial Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham pada Sektor
Consumer Goods Industry Tahun 2014
1. Besarnya pengaruh langsung variabel X2 terhadap Y
= (pYX2) (pYX2) = (-0,023) (-0,023) = 0,000529
2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel X2 terhadap Y melalui X1
= (pYX2) (rX2X1) (pYX1) = (-0,023) (-0,032) (-0,514) = -0,000378304
3. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel X2 terhadap Y melalui X3
= (pYX2) (rX3X2) (pYX3) = (-0,023) (0,352) (-0,101) = 0,000817696
4. Besarnya pengaruh total variabel X2 terhadap Y
= (pYX2) (pYX2) + (pYX2) (rX2X1) (pYX1) + (pYX2) (rX3X2) (pYX3)
= 0,000529 + (-0,000378304) + 0,000817696 = 0,000968392
Dengan demikian besarnya pengaruh total antara variabel debt to equity ratio (X2)
terhadap return saham pada sektor consumer goods industry tahun 2014 adalah sebesar
0,000968392 atau 0,096%.
Berdasarkan hipotesis dengan menggunakan uji t pada perhitungan hasil SPSS untuk
variabel debt to equity ratio diperoleh nilai thitung = -0,121 dengan nilai signifikansi sebesar
0,905 dan df = (n-k-1) = 21 maka nilai ttabel = ± 2,080 dari perhitungan tersebut diperoleh
bahwa nilai thitung < ttabel dan berdasarkan probabilitas nilai signifikan sebesar 0,905 > 0,05.
Dengan demikian hal ini berarti
diterima atau dengan kata lain debt to equity ratio
berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham pada sektor consumer goods industry
tahun 2014.
Pengaruh secara Parsial Return On Assets terhadap Return Saham pada Sektor
Consumer Goods Industry Tahun 2014
1. Besarnya pengaruh langsung variabel X3 terhadap Y
= (pYX3) (pYX3) = (-0,101) (-0,101) = 0,010201
2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel X3 terhadap Y melalui X1
= (pYX3) (rX3X1) (pYX1) = (-0,101) (0,039) (-0,514) = 0,002024646
3. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel X3 terhadap Y melalui X2
= (pYX3) (rX3X2) (pYX2) = (-0,101) (0,352) (-0,023) = 0,000817696
4. Besarnya pengaruh total variabel X3 terhadap Y
= (pYX3) (pYX3) + (pYX3) (rX3X1) (pYX1) + (pYX3) (rX3X2) (pYX2)
= 0,010201 + 0,002024646 + 0,000817696 = 0,013043342
Dengan demikian besarnya pengaruh total antara variabel return on assets (X3)
terhadap return saham pada sektor consumer goods industry tahun 2014 adalah sebesar
0,013043342 atau 1,304%.
Berdasarkan hipotesis dengan menggunakan uji t pada perhitungan hasil SPSS untuk
variabel return on assets diperoleh nilai thitung = - 0,520 dengan nilai signifikansi sebesar
0,608 dan df = (n-k-1) = 21 maka nilai ttabel = ± 2,080 dari perhitungan tersebut diperoleh
bahwa nilai thitung < ttabel dan berdasarkan probabilitas nilai signifikan sebesar 0,608 > 0,05.
Dengan demikian hal ini berarti
diterima atau dengan kata lain return on assets
berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham pada sektor consumer goods industry
tahun 2014.
Secara teoritis return on assets merupakan hasil atau keuntungan yang didapatkan
perusahaan. Begitupun sama halnya dengan return saham merupakan harapan keuntungan
yang diharapkan oleh para investor yang menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut.
Dimana jika return on assets tinggi maka return saham akan tinggi, dan sebaliknya jika
return on assets turun maka return saham akan turun. Ketika return on assets tinggi, maka
para investor akan menanamkan sahamnya pada perusahaan tersebut. Hal ini karena investor
cenderung lebih menyukai menanamkan saham pada perusahaan yang memiliki return on
assets yang cenderung tinggi.
4.2.2.2. Pengaruh secara Simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Return On
Assets terhadap Return Saham Sektor Consumer Goods Industry Tahun 2014
Untuk mengetahui pengaruh current ratio, debt to equity ratio dan return on assets
terhadap return saham secara simultan, maka dapat diketahui dari hasil uji F.
Dari uji ANOVA atau F-test, diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,851 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,061. Dan Ftabel adalah 3,05. Sehingga didapatkan Fhitung < Ftabel maka Ho
diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel current ratio, debt to
equity ratio dan return on assets secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel return saham karena tingkat signifikansi sebesar 0,061 > 0,05.
Selain itu untuk dapat mengetahui pengaruh current ratio, debt to equity ratio dan return on
assets terhadap return saham secara simultan, dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan
seluruh hasil nilai pengaruh parsial yaitu 0,262549658 + 0,000968392 + 0,013043342 =
0,276562392 sehingga didapat nilai pengaruh sebesar 27,65% = 28%. Jadi total pengaruh
current ratio, debt to equity ratio dan return on assets terhadap return saham pada sektor
consumer goods industry tahun 2014 adalah 28%.
Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa variabel current ratio, debt to equity ratio
dan return on assets terhadap return saham pada sektor consumer goods industry tahun 2014
dengan total pengaruh secara simultan sebesar 27,65% = 28% dan sisanya 72%.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yulis Thamrin (2012)
bahwa secara parsial current ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham dan
menurut Rio Malintan (2010) secara parsial debt to equity ratio dan return on assets
berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan secara simultan hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rio Malintan (2010)
bahwa secara simultan current ratio, debt to equity ratio dan return on assets berpengaruh
tidak signifikan terhadap return saham.
Dari hasil keseluruhan dalam penelitian ini, dapat diambil suatu dugaan bahwa tidak
hanya variabel seperti current ratio, debt to equity ratio dan return on assets saja yang dapat
mempengaruhi return saham tetapi masih banyak faktor-faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi return saham. Faktor-faktor lain itu misalnya seperti kondisi ekonomi,
pengumuman laporan keuangan, nama baik perusahaan tersebut di mata investor, dan lainlain. Adanya faktor eksternal perusahaan ini secara tidak langsung dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi para investor untuk melakukan investasi pada saham perusahaan di sektor
consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dengan
menggunakan analisis statistik serta pengujian hipotesis mengenai pengaruh Current Ratio,
Debt to Equity Ratio dan Return On Assets terhadap Return Saham pada sektor consumer
goods industry tahun 2014, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai Current Ratio tertinggi sebesar 518,13% terdapat pada perusahaan Darya-Varia
Laboratoria Tbk dan nilai Current Ratio terendah sebesar 51,39% terdapat pada
perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk.. Semakin besar current ratio yang
dihasilkan maka semakin banyak investor yang akan tertarik menanamkan modalnya
pada perusahaan tersebut. Nilai Debt to Equity Ratio tertinggi sebesar 3,03 terdapat
pada perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk dan nilai Debt to Equity Ratio terendah
-31,04 terdapat pada perusahaan Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. Dengan tingginya
nilai debt to equity ratio pada perusahaan menyiratkan bahwa komposisi total hutang
yang dimiliki perusahaan tersebut lebih besar dengan ekuitas yang dimilikinya. Nilai
Return On Assets tertinggi sebesar 40,18% terdapat pada perusahaan Unilever
Indoneisa Tbk dan nilai Return On Assets terendah -22,23% terdapat pada perusahaan
Bentoel Internasional Investama Tbk. Jika suatu perusahaan memiliki nilai return on
assets yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki tingkat laba yang tinggi juga.
Nilai Return Saham tertinggi sebesar 1,483% terdapat pada perusahaan Kimia Farma
Tbk dan nilai Return Saham terendah -7,407% terdapat pada perusahaan Kedaung
Indah Can Tbk. Jika return yang didapatkan besar maka perusahaan tersebut
mendapatkan harapan keuntungan yang didapatkan dari pasar modal.
2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara parsial, Current Ratio
berpengaruh signifikan terhadap Return Saham, sedangkan Debt to Equity Ratio dan
Return On Assets berpengaruh tidak signifikan terhadap Return Saham pada sektor
consumer goods industry tahun 2014. Sedangkan secara simultan Current Ratio, Debt
to Equity Ratio dan Return On Assets berpengaruh tidak signifikan terhadap Return
Saham pada sektor consumer goods industry tahun 2014.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan mengenai pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan
Return On Assets terhadap Return Saham pada sektor consumer goods industry tahun 2014,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Current Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Setiap perusahaan sebisa mungkin harus dapat meningkatkan penjualan agar dapat
meningkatkan pemasukan, baik itu berupa kas ataupun piutang usaha jangka pendek
sehingga nilai asset lancar dapat bertambah. Selain itu perusahaan dapat mengurangi
penggunaan hutang jangka pendek kepada pihak ketiga, melakukan pinjaman jangka
panjang seperti obligasi, menjual asset tetap perusahaan dan dapat juga dengan cara
menerbitkan saham.
2. Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang dan total ekuitas.
Perusahaan disarankan harus mengurangi penggunaan hutang yang besar dari pihak
ketiga untuk operasional perusahaan karena penggunaan hutang yang besar tentunya
akan menambah beban perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan modal usaha
dengan cara meningkatkan penjualan dan mengurangi beban usaha sehingga laba
bersih yang didapat akan semakin besar dan kemudian menambah jumlah presentase
laba ditahan dan laba bersih. Jika jumlah kewajiban berkurang dan jumlah modal
bertambah maka nilai debt to equity ratio yang akan didapat semakin kecil.
3. Perusahaan yang memiliki Return On Assets tinggi boleh jadi merupakan perusahaan
yang memiliki laba yang tinggi juga. Dengan tingginya laba yang dimiliki maka akan
menarik minat para investor kepada perusahaan tersebut. Perusahaan disarankan
harus bisa meningkatkan atau mempertahankan return on assets yang dimiliki tetapi
jika return on assets rendah bukan tidak mungkin investor tidak akan tertarik kepada
perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 22 Maret 2016. Perkembangan Pasar Modal Indonesia 2014.
http://equityindonesia.blogspot.co.id/2014/04/perkembangan-pasar-modal-indonesia2014.html
Admin. 22 Maret 2016. Perilaku Investor Individu di Pasar Modal Indonesia.
http://news.unika.ac.id/2016/01/perilaku-investor-individu-di-pasar-modal-indonesia/
Ang, Robert.1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Media Soft Indonesia.
Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya. 2005. Riset Keuangan: Pengujian-pengujian
Empiris, Edisi Pertama. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Bambang, Riyanto. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Brigham, Eugene F and Joel F.Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Alih
bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku Satu, Edisi Sepuluh. Jakarta: PT Salemba Empat.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP
YPKN.
Hotma, Mei Mariati Munte. 2009. Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham.
Medan: Tesis Universitas Sumatera Utara.
James C, Van Horne dan Jhon M. Wachowicz. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan,
Edisi Kedua Belas. Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto dan Triyono. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Kasmir. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Linda, Fitri Rahmawati. Pengaruh Current Ratio, Inventory Turnover dan Debt to Equity Ratio
terhadap Return On Assets. Malang: Universitas Negeri Malang.
Malintan, Rio. 2010. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio dan Return
On Assets terhadap Return Saham. Malang: Jurnal Universitas Brawijaya.
Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan: Teori, Soal dan Jawaban.
Jakarta: Grasindo.
May, Ellen. 22 Maret 2016. January Effect Tamu Pasar Modal Tiap Awal Tahun.
http://finance.detik.com/read/2013/01/18/072306/2145847/479/
Maya, Tika Pribawanti. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Total Return
Saham. Semarang: Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Munawir. 2001. Akuntansi Keuangan dan Manajmen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
(______). 2007. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta: PT Liberty.
Ningsih, Tuti. 2015. Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Nilai Pasar
terhadap Return Saham. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.
Prastowo, Dwi. 1995. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Prihantini, Ratna. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Return On Assets, Debt to Equity
Ratio dan Current Ratio terhadap Return Saham. Semarang: Tesis Universitas Diponegoro.
Puspita, Vera. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Return
Saham. Bandar Lampung: Skripsi Universitas Bandar Lampung.
Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
(
) dan Engkos. 2008. Analisis Jalur (Path Analysis), Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.
Riyadi, Slamet, Drs, Msi. 2006. Banking Assets and Liability Management, Edisi Satu.
Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rohmah, Fadliatur. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Return On Investment dan Growth
terhadap Return Saham. Malang: Skripsi Universitas Islam Indonesia Maulana Malik
Ibrahim.
Sanusi, Anwar. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Selfiamaidar. 2014. Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin,
Earning Per Share dan Price to Book Value terhadap Return Saham. Tanjung Pinang:
Jurnal Universitas Maritim Ali Haji.
Sitepu. 2001. Analisis Jalur. Bandung: Unit Pelayanan Statistika FMIPA UNPAD
(
). 2004. Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Unit Pelayanan Statistika FMIPA
UNPAD
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
Tandelilin, Eduardus. 2007. Analisis Investasi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
(_______), Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi Satu.
Yogyakarta: Kanisius.
Thamrin, Yulis. 2012. Analisis Current Ratio dan Debt to Equity Ratio terhadap Return
Saham. Makassar: Skripsi Universitas Hasanudin.
Verawati, Rika. 2014. Faktor-faktor Penentu yang Mempengaruhi Return Saham.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Download