PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK YANG PROSES

advertisement
PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK YANG PROSES
PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING
DAN MODEL PROBLEM POSING PADA MATERI PENCERNAAN
MAKANAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 KOTA
TASIKMALAYA TAHUN AJARAN 2015/1016
The Diference of Student’s Result Learning by Using Problem Solving Model and
Problem Posing Model on Human Digestive System Material at The 8th Grade
Junior High School 12th Tasikmalaya City School Period 2015/206
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Jl. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya 46115
Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this research was to know the difference of the student’s
result learning by using learning model problem solving and problem posing on
human digestive system material at the 8th grade Junior High School 12th
Tasikmalaya City.
The research was conducted in November 2015 to July 2016 in the Junior
High School 12th Tasikmalaya City. The method that used in this research was pre
experiment. The population was all of 8th grade of the Junior High School 12th
Tasikmalaya City school period 2015/2016 as much as the 8 classes and sample
used two classes are taken by cluster random sampling, each consisting of 35
students. The data analysis technique used was t independence test with
significance level (α) = 5%.
The average of the student’s result learning by using learning model
problem solving as 24,89 and problem posing as 21,24. Based on data analysis
and hypothesis testing can be concluded that there were difference between the
student’s achievement by using learning model problem solving and problem
posing on human digestive system material at the 8th grade Junior High School
12th Tasikmalaya City school period 2015/2016.
Keyword: learning model, problem solving, problem posing.
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem solving
dan problem posing pada materi sistem pencernaan makanan pada Manusia di
kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan Juli
2016 di SMp Negeri 12 Tasikmalaya. Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya pada tahun ajaran
2015/2016 sebanyak 8 kelas. Sampel diambil menggunakan teknik cluster random
sampling sebanyak 2 kelas, yang masing-masing berjumlah 35 orang. Teknik
analisis data menggunakan uji t independen dengan taraf signifikansi (α) = 0,05.
Rata-rata hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran problem solving sebesar 24,89 dan siswa yang proses
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem posing sebesar
21,24.
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis didapat kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya
menggunakan model problem solving dan problem posing pada materi pencernaan
makanan pada manusia di kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya.
Kata kunci: model pembelajaran, problem solving, problem posing.
Pendahuluan
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak
perubahan. Perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai upaya
pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh ini pendidikan semakin
mengalami kemajuan. Bahkan dapat dikatakan bahwa pembaharuan sistem
pendidikan mencakup seluruh komponen termasuk segala hal yang terkait dalam
proses pembelajaran.
Padahal hakekatnya proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil jika mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan
kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas guna
mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal, peran guru sangat penting dan
diharapkan guru memiliki model mengajar yang baik dan mampu memilih model
2
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang
akan di sampaikan
Trianto (2007) menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis penelitian
terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh pembelajaran
yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Yang berpandangan bahwa
pendidikan tradisional tidak mampu menghasilkan individu atau masyarakat
pendidikan yang memiliki
sikap kritis terhadap realitas dunia dan alam.
Pendidikan tradisional hanya memandang sempit arti proses pendidikan itu sendiri
yaitu sebagai proses menstransfer ilmu pengetahuan.
Fakta lain yang ditemukan berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
seorang guru pelajaran biologi, hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi
kurang, terutama pada materi pencernaan. Mungkin salah satu penyebabnya
karena guru selalu menggunakan model pembelajaran yang sama untuk mengajar
semua konsep IPA yaitu model pembelajaran langsung. Model pembelajaran
langsung dalam pelaksanaannya sering menggunakan metode ceramah yang
berpusat pada guru. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan tidak
memahami materi pada akhirnya hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian siswa pada sub materi pencernaan pada
tahun ajaran 2015-2016 hanya 67,00 sedangkan kriteria ketuntasan minimal yang
harus dicapai 75,00.
Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian, diperlukan
upaya berupa pengembangan pembelajaran yang kreatif dan inovatif, seperti
menerapkan model-model pembelajaran yang relevan yang dapat meningkatkan
hasil belajar pada siswa. Bahasan pokok mengenai Pencernaan ini ada baiknya
diberikan dengan beberapa variasi model pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum yang berlaku pada saat ini.
Salah satu model pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah model problem solving dan
model problem posing. Dengan model pembelajaran problem solving dan problem
posing siswa diharapkan bisa aktif dan mau bekerja sama memecahkan masalah
dan dapat merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simpel
3
sehingga dapat dipahami oleh siswa dan pembelajaran menjadi menarik dan
sedikit mengurangi kebosanan karena adanya interaksi sosial dan pengakuan.
Model pembelajaran problem posing menuntut peserta didik untuk
berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada model pembelajaran
yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana. Diharapkan pembelajaran
dengan model problem posing dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
sehingga pembelajaran yang aktif akan tercipta, siswa tidak akan bosan dan akan
lebih tanggap. Dengan begitu akan mempengaruhi hasil belajarnya dan akan lebih
baik.
Model pembelajaran problem solving juga menuntut peserta didik untuk
lebih aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang
dilakukan siswa yaitu pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah yang di ikuti dengan penguatan keterampilan. Dalam hal ini masalah
didefinisikan sebagai persoalan yang tidak rutin dan belum kenal cara
penyelesaiannya. Justru siswa mencari atau menemukan cara penyelesaiannya
(menemukan pola, aturan).
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre
experimental atau eksperimen semu (quasi experiment) atau disebut juga
eksperimen pura-pura. Metode ini bertujuan untuk membandingkan akibat suatu
perlakuan tertentu dengan jenis perlakuan yang berbeda. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 12 Kota
Tasikmalaya sebanyak 8 kelas dengan jumlah peserta didik 293 orang. Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas diambil dengan
menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan hasil pengocokan
diperoleh kelas VII D dan VII E yang dijadikan sebagai sampel. Dalam penelitian
ini desain penelitian yang akan digunakan adalah One-Shot Case Study, dimana
dalam desain penelitian ini mengadakan treatment satu kali yang diperkirakan
sudah mempunyai pengaruh. Kemudian diadakan post test, dari hasil post test
diambil kesimpulan. Tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan
4
majemuk sebanyak empat option. Soal yang diberikan telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Data hasil penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan
dianalisis menggunakan uji t*
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi skor hasil belajar peserta
didik
(post-test)
yang
proses
pembelajarannya
menggunakan
model
pembelajarannya problem solving dan problem posing, sebagai berikut :
Tabel 1
Data Statistik Hasil Belajar yang Menggunakan
Model Pembelajaran Problem Solving
No
Statistik
Skor
1
Skor minimum
13
2
Skor maksimum
30
3
Rata-rata
24,89
4
Varians
13,34
5
Standar deviasi
3,79
Tabel 2
Data Statistik Hasil Belajar yang Menggunakan
Model Pembelajaran Problem Posing
No
Statistik
Skor
1
Skor minimum
14
2
Skor maksimum
25
3
Rata-rata
21,24
4
Varians
6,64
5
Standar deviasi
2,58
Untuk menguji kenormalan data digunakan Chi Kuadrat, Ringkasan
perhitungan uji normalitas sebagai berikut:
No. Data
1.
A
2.
B
࢞૛‫܏ܖܝܜܑܐ‬
5,97
4,89
Tabel 3
Ringkasan Hasil Uji Normalitas
Hasil
Kesimp
࢞૛‫ܔ܍܊܉ܜ‬
Analisis
ulan
7,81
7,81
࢞૛‫< ܏ܖܝܜܑܐ‬
࢞૛‫ܔ܍܊܉ܜ‬
࢞૛‫< ܏ܖܝܜܑܐ‬
࢞૛‫ܔ܍܊܉ܜ‬
Kesimpulan Analisis
Terima
Ho
Data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal
Terima
H0
Data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal
5
Untuk mengetahui apakah kedua data hasil tes belajar tersebut variansnya
homogen atau tidak, dilakukan uji homogenitas dua varians dengan menggunakan
uji Fmaksimum, Ringkasan perhitungan uji homogenitas sebagai berikut:
Fhitung
Ftabel
2,16
1,776
Tabel 4
Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
Hasil Analisis Kesimpulan
Kesimpulan Analisis
Kedua
varians
tidak
Terima H0
Fhitung > Ftabel
homogen
Setelah data memenuhi persyaratan normalitas dan homogenitas maka
dilakukan pengujian hipotesis dengan uji t*. Ringkasan perhitungan uji Hipotesis
sebagai berikut:
‫ ܅‬૚‫ܜ‬૚ + ‫ ܅‬૛ ‫ܜ‬૛
‫ ܅‬૚ା ‫ ܅‬૛
+2,03 dan -2,03
t*
8,57
Tabel 5
Ringkasan uji hipotesis
Hasil Analisis
t* berada
penolakan H0
di
Kesimpulan Analisis
daerah
Tolak H0
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh nilai t* 8,57 >
ࢃ ૚࢚૚ାࢃ ૛࢚૛
ࢃ ૚ାࢃ ૛
2,03. Sehingga diperoleh kesimpulan analisis tolak H0, artinya terdapat
perbedaan hasil belajar peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan
model pembalajaran problem solving dan problem posing pada materi Sistem
Pencernaan Makanan pada Manusia di kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya
tahun ajaran 2015/2016.
Adanya perbedaan tersebut disebabkan karena dalam pelaksanaannya,
model problem solving peserta didik berdiskusi untuk menganalisis permasalahan
yang diajukan guru menggunakan kreativitas yang mereka miliki untuk mencapai
tujuan
akhir
yang
diinginkan.
Model
problem
solving
dalam
proses
pembelajarannya peserta didik akan dapat mengidentifikasi materi yang sedang
mereka bahas secara berkelompok sehingga memunculkan sifat aktif dan
kekompakan serta kerjasama antar sesama peserta didik dalam kelompok selama
dalam proses pembelajarannya. Sehingga penguasaan terhadap materi diraih oleh
peserta didik secara merata. Hal ini membuat model pembelajaran ini cukup
6
efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran pada materi Sistem Pencernaan
Makanan pada Mnusia di kelas VIII SMP Negeri 12 Tasikmalaya.
Sedangkan model problem posing peserta didik berdiskusi dalam
kelompok. Mereka mendiskusikan permasalahan yang mereka ajukan sendiri.
Pada akhir pembelajaran, hasil diskusi di persentasikan. Model seperti ini
membuat peserta didik lebih banyak mendapatkan informasi yang mereka
dapatkan sendiri dari beberapa literatur. Model ini menghabiskan waktu yang
lama untuk merumuskan masalah karena rendahnya kemampuan bertanya peserta
didik . Hal ini membuat hanya sebagian kecil saja peserta didik yang aktif saat
pembelajaran. Sehingga penguasaan materi yang hanya diraih oleh sebagian kecil
peserta didik, serta proses diskusi yang menjadi kurang efektif menjadikan model
ini kurang baik bila digunakan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 12
Tasikmalaya.
Hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran problem solving memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem
posing. Hal ini ditunjukan dengan data statistika, nilai rata-rata peserta didik
yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem solving
24,89, sedangkan peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran problem posing mendapatkan nilai rata-rata sebesar 21,24. Berikut
ini merupakan diagram rata-rata hasil post test siswa kelas VIII SMP Negeri 12
Tasikmalaya yang disajikan dalam diagram rata-rata hasil post test.
26
25
24
23
22
21
20
19
24.89
22.5
21.24
Problem Solving
Problem Posing
KKM
Gambar 1
Diagram Batang Perbedaan Skor Rata-Rata Posttest Model Problem
Solving dan Problem Posing
7
Dari gambar tersebut dapat di jelaskan bahwa hasil belajar peserta didik
yang proses pembelajarannya menggunakan model problem solving dan model
problem posing terdapat perbedaan. Hal ini membuktikan bahwa model problem
solving dan model problem posing memberikan pengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar.
Dilihat dari ketercapaian peserta dalam menjawab setiap jenjang soal,
peserta didik yang proses pembelajarannya mengginakan model pembelajaran
problem solving memiliki kemampuan lebih baik dalam menjawab setiap jenjang
soal yang digunakan dalam posttest. Soal posttest yang diberikan setelah selesai
pembelajaran sebanyak 30 soal untuk mengukur hasil belajar peserta didik dari
ranah kognitif. Soal tersebut terdiri dari soal C1 sebanyak 15 soal, C2 sebanyak
11 soal, C3 1 soal, C4 sebanyak 2 soal, dan C5 sebanyak 1 soal. Berikut ini
merupakan perbedaan ketercapaian peserta didik dalam menjawab setiap jenjang
soal yang diberikan untuk ke dua macam perlakuan.
100%
80%
82%
74%
82%
71%
82%
88%
88%
62%
60%
50%
45%
40%
Problem Solving
Problem Posing
20%
0%
C1
C2
C3
C4
C5
Gambar 2
Diagram Batang Perbedaan Ketercapaian Peserta Didik dalam Menjawab
Setiap Jenjang Soal pada Proses Pembelajaran Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Solving dan Problem Posing
8
Berdasarkan gambar 2 di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan peserta
didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem
solving lebih tinggi dibandingkan kemampuan peserta didik yang proses
pembelajarannya menggunakan mpodel pembelajaran problem posing dalam
menjawab setiap jenjang soal yang diberikan. Hal ini membuktikan bahwa model
pembelajaran problem solving lebih tepat untuk diterapkan dalam mempelajari
materi Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia.
Hasil analisis jawaban siswa yang proses pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran problem solving dan problem posing pada soal C1 sampai
dengan C5 memperlihatkan hasil yang berbeda untuk masing-masing jenjang soal.
Peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
problem solving memiliki kemampuan terbaik dalam menjawab soal C4 dan C5
yaitu sebesar 88%. Sedangkan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran problem posing memiliki kemampuan terbaik dalam
menjawab soal C1, C2, dan C3 yaitu sebesar 82%.
Berdasarkan pembahasan di atas, jika di kaitkan dengan faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, faktor guru sangat berpengaruh karena perencanaan
pembelajaran sebagian besar dibuat oleh guru dalam melaksanakan model
pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut harus
mampu melaksanakan
perannya sebagai fasilitator dan motivator dengan baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis maka diperoleh
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang proses
pembelajarannya menggunakan model problem solving dan problem posing pada
materi Pencernaan Makanan pada Manusia di kelas VIII SMP Negeri 12
Tasikmalaya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hernawan, Edi. (2014). Pengantar Statistika Parametrik. Tasikmalaya: LPPM
Universitas Siliwangi.
Hamalik, Oemar, (2004). Proses Belajar mengajar. Jakartra: PT Bumi Aksara
Huda, Miftahul. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Suprihatiningrum, Jamil. (2013). Stratregi Pembelajaran Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suprijono, Agus. (2013). Cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Suharsono. (2012). Biologi Umum. Tasikmalaya. Universitas Siliwangi.
Widaningsih, Dedeh. (2013). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Tasikmalaya:
Universitas Siliwangi. (tidak diterbitkan).
10
Download