BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA A. Pengertian Perjanjian Kerjasama KUH Perdata memberi keleluasaan bagi para pihak yang mengadakan perjanjian untuk membentuk kesepakatan di dalam maupun di luar KUH Perdata itu sendiri. Peraturan ini berlaku untuk semua pihak yang mengadakan kesepakatan, yang tidak bertentangan dengan undang-undang, norma-norma kesusilaan yang berlaku. Perjanjian lahir karena adanya kesepakatan, kesamaan kehendak (konsensus) dari para pihak. Kerjasama adalah suatu interaksi yang sangat penting bagi manusia karena hakekatnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa membutuhkan orang lain. Kerjasama dapat berlangsung manakala suatu orang atau kelompok yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk bekerjasama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.47 Perjanjian kerjasama berasal dari kata perjanjian dan kerjasama. Perjanjian menurut Van Dunne adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. 47 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2010, hal 729 45 Universitas Sumatera Utara Kerja sama bisnis adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. Perjanjian kerjasama dapat dibedakan menjadi tiga pola yaitu: 1. Usaha bersama (joint venture) 2. Kerjasama operasional (joint operational) 3. Operasional sepihak (single operational)48 B. Unsur-Unsur dalam Perjanjian Unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perjanjian bisa dinyatakan sah dan mengikat sebagai undang-undang bagi yang membuatnya, haruslah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada pada Pasal 1320 KUH Perdata. Demikian juga dalam perjanjian kerja, pada prinsipnya unsur-unsur seperti yang ditentukan Pasal 320 KUH Perdata tersebut masih juga menjadi pegangan dan harus diterapkan, agar suatu perjanjian kerja tersebut keberadaannya bisa dianggap sah dan konsekuensinya dianggap sebagai undang-undang bagi yang membuatnya. Walaupun demikian di dalam pembuatan perjanjian kerja, selain tetap berpedoman pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, ternyata masih ada unsurunsur lain yang harus dipenuhi. Unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian dapat dikategorikan sebagai berikut:49 48 Johanes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis (Dalam Persepsi Manusia Modern), Reika Aditama, Bandung, 2003, hal 42 49 Salim H.S, Hukum Kontrak:Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, Jakarta,2004, hal. 3 Universitas Sumatera Utara a. Adanya kaidah hukum Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, trakta dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidahkaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat. b. Subjek hukum Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum dalam perjanjian kerjasama ini adalah badan penyelenggara selaku pemberi kerja yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi dan pelaksana CV. Raut Agung Group c. Adanya prestasi Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu kontrak. Pada umumnya suatu prestasi sebagaimana diatur dalam Pasal 1234 KUHPerdata terdiri dari beberapa hal yaitu memberikan sesuatu; berbuat sesuatu; dan tidak berbuat sesuatu. d. Kata sepakat Pasal 1320 KUHPerdata ditentukan empat syarat sahnya perjanjian, dimana salah satunya adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan merupakan unsur mutlak terjadinya perjnjian kerjasama. Kesepakatan dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya penawaran dan Universitas Sumatera Utara penerimaan atas penawaran tersebut.50 Sehingga dapat dikatakan bahwa kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak. e. Akibat hukum Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menegaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan kontrak dengan siapa saja yang dikehendaki sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh undang-undang untuk melakukan kontrak. Pihak-pihak dalam kontrak ini dapat berupa orangperorangan atau badan usaha yang berbadan hukum. Di dalam KUH Perdata perjanjian sebagaimana diuraikan di atas dikenal dengan perjanjian pemborongan pekerjaan yang diatur dalam Pasal 1601 (b) dan Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1606 KUH Perdata tentang persetujuan tertentu pada Buku III Bab 7A bagian ke 6 Pasal 1601 (b) KUH Perdata memberi arti tentang perjanjian pemborongan sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak pertama, si pelaksana pekerjaan (pemborong) mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain (pihak pemberi pekerjaan borongan) dengan menerima suatu harga yang telah ditentukan. 50 Ahmadi Miru, Op.cit, hal. 13 Universitas Sumatera Utara Perjanjian pemborongan diatur dalam beberapa peraturan yaitu KUHPerdata, AV 1941, UU No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Mengenai hakhak dan kewajiban dari para pihak dalam perjanjian pemborongan hanya sedikit sekali diatur dalam KUHPerdata Syarat-syarat objektif sebagaimana yang diuraikan pada bagian yang terdahulu merupakan isi perjanjian yang memuat hak dan kewajiban para pihak. Masing-masing pihak dalam perjanjian mempunyai hak dan kewajiban sendiri. Kewajiban pihak pertama merupakan hak pihak kedua, dan sebaliknya hak pihak pertama merupakan kewajiban bagi pihak kedua. Itu sebabnya dikatakan bahwa intisari atau objek dari perjanjian adalah prestasi itu sendiri. Sedangkan dalam kontrak perjanjian antara CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan irigasi tidak menjelaskan secara rinci klausula-klausula tentang hak dan kewajiban antara pengguna barang/jasa dengan pemborong, akan tetapi, secara umum kewajiban utama yang terdapat di dalam kontrak perjanjian yaitu kewajiban dari si pemberi tugas dalam perjanjian pemborongan bangunan ialah membayar jumlah harga borongan sebagaimana tercantum dalam kontrak, kewajiban dari si pemborong dalam perjanjian pemborongan bangunan ialah melaksanakan pekerjaan pemborongan sesuai dengan kontrak, rencana kerja dan syarat-syarat yang telah ditetapkan (bestek). Bestek adalah uraian tentang rencana pekerjaan dan syarat-syarat yang ditetapkan disertai dengan gambar.. Universitas Sumatera Utara Kewajiban pemberi tugas dalam hal cara pembayaran terhadap jumlah harga borongan telah diatur di dalam Pasal 9 kontrak perjanjian kerja. Dalam hal kewajiban pemborong untuk melaksanakan pekerjaan juga telah diatur mengenai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yaitu pelaksanaan pekerjaan tersebut harus sudah dimulai 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dengan jangka waktu pelaksanaan adalah 128 (seratus duapuluh delapan) hari kalender dimulai dari dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Akibat hukum dari setiap perjanjian akan menimbulkan hak dan kewajiban antara para pihak sesuai dengan yang terdapat dalam isi perjanjian, antara lain sebagai berikut: Hak dan kewajiban Pejabat Pembuat Komitmen: 1. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa. 2. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia jasa. 3. Melakukan perubahan kontrak 4. Menangguhkan pembayaran. 5. Mengenakan denda keterlambatan 6. Membayar uang muka, hasil pekerjaan, dan uang retensi. 7. Menyerahkan seluruh atau sebagian lapangan pekerjaan. 8. Memberikan instruksi sesuai jadwal. 9. Membayar ganti rugi, melindungi dan membela penyedia jasa terhadap semua tuntutan hukum, tuntutan lainnya, dan tanggungan yang timbul karena Universitas Sumatera Utara kesalahan, kecerobohan dan pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Hak dan kewajiban penyedia jasa antara lain : 1. Menerima pembayaran uang muka, hasil pekerjaan, dan uang retensi. 2. Menerima pembayaran ganti rugi/kompensasi (bila ada). 3. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak. 4. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada Pejabat Pembuat Komitmen. 5. Memberikan peringatan dini dan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan Pejabat Pembuat Komitmen. 6. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak. 7. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan baik didalam maupun diluar tempat kerja dan membatasi perusakan dan pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain yang disebabkan kegiatan penyedia jasa. Risiko pejabat pembuat komitmen dan penyedia jasa 1. Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab atas risiko yang dinyatakan dalam kontrak sebagai risiko Pejabat Pembuat Komitmen, dan penyedia jasa bertanggung jawab atas risiko yang dinyatakan dalam kontrak sebagai risiko penyedia jasa. Universitas Sumatera Utara 2. Risiko Pejabat Pembuat Komitmen a. Risiko kecelakaan, kematian, kerusakan atau kehilangan harta benda (diluar pekerjaan, peralatan, instalasi dan bahan untuk pelaksanaan pekerjaan) yang disebabkan oleh: 1) Penggunaan atau penguasaan lapangan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang tidak dapat dihindari sebagai akibat pekerjaan tersebut;atau 2) Keteledoran, pengabaian kewajiban dan tanggung jawab, gangguan terhadap hak legal oleh Pejabat Pembuat Komitmen atau orang yang dipekerjakannya, kecuali disebabkan oleh penyedia jasa. b. Risiko, kerusakan terhadap pekerjaan, peralatan, instalasi, dan bahan yang disebabkan karena disain atau disebabkan oleh kesalahan Pejabat Pembuat Komitmen, keadaan kahar dan pencemaran/terkontaminasi limbah radio aktif/nuklir c. Risiko yang terkait dengan kerugian atau kerusakan dari pekerjaan, peralatan, instalasi dan bahan sejak saat pekerjaan selesai sampai berakhirnya masa pemeliharaan, kecuali apabila: 1) Kerusakan yang terjadi pada masa pemeliharaan;atau 2) Kejadian sebelum tanggal penyerahan pertama pekerjaan yang bukan tanggung jawab Pejabat Pembuat Komitmen. 3. Risiko penyedia jasa Kecuali risiko-risiko Pejabat Pembuat Komitmen, maka penyedia jasa bertanggung jawab atas setiap cidera atau kematian dan semua kerugian atau Universitas Sumatera Utara kerusakan atas pekerjaan, peralatan, instalasi, bahan dan harta benda yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kontrak. Laporan hasil pekerjaan 1. Buku harian diisi oleh penyedia jasa dan diketahui oleh direksi teknis, mencatat seluruh rencana dan realisasi aktivitas pekerjaan sebagai bahan laporan harian. a. Laporan harian dibuat oleh penyedia jasa, diperiksa oleh direksi teknis, dan disetujui oleh direksi pekerjaan. b. Laporan harian berisi: a. Tugas, penempatan, dan jumlah tenaga kerja dilapangan; b. Jenis dan kuantitas bahan dilapangan; c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan dilapangan; d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan; e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan; f. Catatan lain yang dianggap perlu. c. Laporan mingguan dibuat oleh penyedia jasa, terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta catatan yang dianggap perlu. d. Laporan bulanan dibuat oleh penyedia jasa, terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan serta catatan yang dianggap perlu. Universitas Sumatera Utara e. Untuk kelengkapan laporan, penyedia jasa dan direksi teknis wajib membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan. 2. Cacat Mutu a. Direksi teknis wajib memeriksa pekerjaan penyedia jasa dan memberitahu penyedia jasa bila terdapat cacat mutu dalam pekerjaan. Direksi teknis dapat memerintahkan penyedia jasa untuk menguji hasil pekerjaan yang dianggap terdapat cacat mutu. b. Apabila direksi teknis memerintahkan penyedia jasa untuk melaksanakan pengujian dan ternyata pengujian memperlihatkan adanya cacat mutu, maka biaya pengujian dan perbaikan menjadi tanggung jawab penyedia jasa. Apabila tidak ditemukan cacat mutu, maka biaya pengujian dan perbaikan menajdi tanggung jawab Pejabat pembuat Komitmen. c. Setiap kali pemberitahuan cacat mutu, penyedia jasa harus segera memperbaiki dalam waktu sesuai yang tercantum dalam surat pemberitahuan direksi teknis. d. Direksi pekerjaan dapat meminta pihak ketiga untuk memperbaiki cacat mutu bila penyedia jasa tidak melaksanakannya dalam waktu masa perbaikan cacat mutu sesuai yang tercantum dalam surat pemberitahuan direksi teknis dengan biaya dibebankan kepada penyedia jasa. e. Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan pertama pekerjaan dan selama masa pemeliharaan. Penyerahan pertama Universitas Sumatera Utara pekerjaan dan masa pemeliharaan. Penyerahan pertama pekerjaan dan masa pemeliharaan dapat diperpanjang sampai cacat mutu selesai diperbaiki. 3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan a. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam SPMK. b. Pejabat Pembuat Komitemen harus menertbitkan SPMK selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal penandatanganan kontrak. c. Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan SPMK, yaitu antara lain mendatangkan peralatan berat, kendaraan, alat laboratorium, menyiapkan fasilitas kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel, gudang, dan mendatangkan personil. Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. d. Pekerjaan dinyatakan selesaiu apabila penyedia jasa telah melaksanakan pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai ketentuan kontrak dan telah dinyatakan dalam berita acara penyerahan pertama pekerjaan yang diterbitkan oleh direksi pekerjaan. e. Apabila penyedia jasa berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal karena keadaan diluar pengendaliannya Universitas Sumatera Utara dan penyedia jasa telah melaporkan kejadian tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen, maka Pejabat Pembuat Komitmen melakukan penjadwalan kembali pelaksanaan tugas penyedia jasa dengan amandemen kontrak. 4. Penyedia Jasa Lainnya a. Penyedia jasa diharuskan bekerja sama dan menggunakan lapangan bersama-sama dengan penyedia jasa lainnya, petugas-petugas pemerintah, petugas-petugas utilitas, dan Pejabat Pembuat Komitmen. D. Jenis-Jenis Perjanjian Kerjasama Jenis-jenis kontrak bisnis dapat dilihat dari hubungan dan kondisi bisnis yang terjadi pada suatu perusahaan. Terlepas dari bidang usaha yang dijalani, adapun macam-macam hubungan dan kondisi bisnis tersebut yaitu sebagai berikut:51 1. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kontraktor dan mitra bisnis Hubungan dengan kontraktor merupakan hubungan pemborongan suatu proyek, bisa dalam rangka mengadakan suatu bangunan pabrik dan atau kantor, dimana perusahaan menjadi pemilik (yang memberikan order kerja) dan kontraktor menjadi pemborong (yang menerima order kerja). Skala dan kompleksitas proyek dapat sangat beragam. Dari yang proyek kecil hingga yang proyek besar; dari yang sederhana hingga yang canggih. Konsep perikatan (perjanjian)-nya pun beragam mengikuti hal-hal tersebut. Dari sekedar Perjanjian 51 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl31/jenis-jenis-kontrak-bisnis-diakses tanggal 1 Februari 2016 Universitas Sumatera Utara Pemborongan hingga Engineering Procurement Construction Contract atau EPC Contract. Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai kepentingan yang sama dalam suatu proyek atau obyek kerjasama bisnis tertentu. Dalam hal suatu proyek, maka kedua belah pihak melakukan: (i) suatu kerjasama operasi (joint operation; seperti: Joint Operation Agreement atau Production Sharing Agreement), atau (ii) penyertaan modal saham (joint venture) dengan mendirikan suatu perusahaan usaha patungan (joint venture company), yang perjanjiannya disebut Joint Venture Agreement. Sedangkan dalam obyek kerjasama bisnis tertentu dapat mencakup hal-hal yang sangat luas dan beragam. Pada umumnya: (i) ada struktur transaksi pembiayaan proyek (seperti: Build Operate & Transfer Agreement atau disingkat BOT Agreement, atau Build Operate & Own Agreement atau disingkat BOO Agreement); (ii) proses alih teknologi atau pengetahuan tertentu (seperti: Technical Assistance Agreement); (iii) kepentingan pengembangan/jaringan bisnis (seperti: Collaboration Agreement); dan (iv) kepentingan penelitian dan pengembangan serta rekayasa mengenai obyek tertentu; mungkin tidak ada pendapatan yang diperoleh tetapi tujuan dari hasil kegiatan tersebut yang diutamakan (seperti: Research, Development & Engineering Agreement); serta (v) kepentingan hak milik intelektual (seperti: Licence Agreement). 2. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemasok Sederhananya, perjanjian dengan para pemasok barang atau jasa bagi kepentingan produksi atau operasi bisnis sehari-hari. Biasanya disebut Supply Agreement. Universitas Sumatera Utara 3. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan distributor, retailer/agen penjualan Singkatnya, dalam hal perusahaan tidak melakukan penjualan langsung melalui divisi pemasaran dan penjualannya, maka ia akan menunjuk pihak lain yaitu distributor atau retailer atau agen penjualan. Biasanya disebut Distribution Agreement dan Sales Representative Agreement. 4. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan konsumen atau debitur Dalam hal konsumen tidak mampu membayar tunai, maka perusahaan dapat melakukan pembiayaan sendiri terhadap konsumen yang bersangkutan dengan melakukan perjanjian jual beli dengan cicilan (Purchase With Installment) atau sewa beli (Hire Purchase Agreement). 5. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan para pemegang saham Pada umumnya, dalam hal kondisi diluar dari penyertaan modal yang sudah diatur dalam anggaran dasar, yaitu seperti Perjanjian Hutang Subordinasi atau bila ada kesepakatan antara pemegang saham lama dengan yang baru, yaitu Shareholder Agreement. 6. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kreditur yang memberikan fasilitas kredit atau pinjaman Pada umumnya dikenal dengan dengan Facility Agreement atau Credit Agreement. Namun dari segi sifat hutang dan struktur transaksi dapat merupakan macam ragam hubungan atau transaksi pinjaman, misalnya, Syndicated Facility Agreement, Convertible Bond Agreement, Put Option Agreement, Middle Term Note Agreemen. Universitas Sumatera Utara BAB IV HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN KONTRAK KERJA PEMBANGUNAN IRIGASI ANTARA CV. RAUT AGUNG GROUP DAN DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TEBING TINGGI A. Pengaturan Hukum dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi Perjanjian kerjasama adalah salah satu bentuk perjanjian yang tidak diatur secara khusus pada ketentuan Buku III KUHPerdata sehingga tidak memiliki nama khusus (innominaat). Perjanjian innominaat ini tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan didasarkan pada asas kebebasan berkontrak. Pengaturan hukum tentang perjanjian kerjasama diatur dalam buku III KUHPerdata Pasal 1233 dinyatakan “Tiap-tiap perikatann dilahirkan baik karena persetujuan baik karena undang-undang.” Buku III KUHPerdata tidak memberikan suatu rumus dari perikatan. Menurut ilmu pengetahuan hukum, dianut rumus bahwa perikatan adalah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu. Pengadaan barang ataupun jasa yang terjadi antara orang perorangan/badan hukum dengan perorangan atau badan hukum lainnya, diatur secara umum dalam KUH Perdata dalam hal terjadi kesepakatan antara para pihak untuk melakukan pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan persyaratan perjanjian sebagaimana yang diisyaratkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu: 59 Universitas Sumatera Utara 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Latar belakang yang mendasari Perpres Nomor 4 Tahun 2015 pertama ialah berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat (1) Republik Indonesia, maka lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010. Dengan melihat Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, maka terbentuknya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.Beberapa hal yang baru dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2015 adalah:52 1. Melakukan proses pemilihan penyedia dalam pengadaan langsung, penunjukan langsung, dan e-purchasing adalah pejabat pengadaan. 2. Penyedia dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dipersyaratkan antara lain memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir 52 http://ahmaddamopolii.info/2015/1/23/perpres-4-tahun-2015-perubahan-keempatatas-perpres-54-tahun-2010/diakses pada tanggal 17 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara Ketentuan pengadaan barang/jasa di desa diatur dengan pedoman yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang mengacuh pada pedoman yang ditetapkan oleh LKPP berdasarkan kepada Kepres Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa pemerintah, pada Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa “Pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementrian/Lembaga/satuan kerja perangkat Daerah/institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan untuk memperoleh barang/jasa. Pengaturan hukum Pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi. Dalam rangka penyaringan pemborong / rekanan / kontraktor / penyedia jasa digunakan metoda pelelangan umum dengan proses pasca kualifikasi. Adapun tahapan dalam metoda pelelangan umum tersebut terdiri dari: a. Tahap Pengumuman; b. Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan; c. Tahap pengambilan dokumen lelang umum; d. Penjelasan (Aanwijziing); e. Pemasukan penawaran; f. Evaluasi penawaran; g. Penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan; h. Pengumuman calon pemenang; Universitas Sumatera Utara i. Masa sanggah; j. Penetapan pemenang; k. Penandatanganan kontrak. 53 B. Faktor terjadinya kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi Dari hasil penelitian, yang dilakukan oleh penulis di CV. Raut Agung Group, untuk mengetahui kendala yang ada dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi. Kendala sekecil apapun harus diselesaikan dengan baik untuk mencegah kerugian yang lebih besar, baik dari pelaksanaan waktu pekerjaan maupun operasional bangunan kelak. Perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi mempunyai kekuatan hukum yang mengikat pihak-pihak yang terkait didalamnya. Dengan kata lain pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor harus menaati klausul-klausul yang ada dalam perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi tersebut. Apabila pihak kontraktor wanprestasi dalam melaksanakan, maka sebagai akibat dari wanprestasi tersebut pihak kontraktor dapat dikenai sanksi sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi. Rencana pembangunan suatu proyek yang dituangkan dalam perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi tentu tidak selamanya dapat tercapai seperti yang direncanakan. Banyak hal yang dipengaruhi oleh kehendak manusia maupun 53 Hasil wawancara dengan Abdul Rahman Siahaan, selaku direktur CV. Raut Agung Group, tanggal 2 Februari 2016 Universitas Sumatera Utara diluar kehendak manusia yang mempengaruhi jalannya pelaksana perjanjian pemborongan yang dapat menyebabkan rencana tersebut terhambat atau bahkan kemungkinan rencana tersebut dibatalkan sama sekali. Maka akhirnya berkembanglah teori dan praktek hukum mengenai ketidakterlaksanaan perjanjian pemborongan dengan berbagai bentuk dan konsekuensinya. Berkaitan dengan itu terdapat dua macam kendala dalam pelaksanan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi yaitu kendala oleh kelalaian manusia dan kendala yang diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia atau force mejeur. Kendala yang diakibatkan kelalaian manusia antara lain wanprestasi pihak kontraktor. Wanprestasi tersebut terjadi karena pihak pemborong melaksanakan pekerjaan tidak sebagaimana mestinya, atau terlambat dalam penyerahan atau sama sekali tidak melaksanakan pekerjaan.54 Jika dalam jangka waktu pemeliharaan pihak kontraktor tidak melaksanakan pekerjaan pemeliharaan walaupun telah diberi peringatan tertulis oleh pihak pemberi tugas, maka pemberi tugas dapat pula menyerahkan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tersebut kepada pihak ketiga. Namun apabila wanprestasi tersebut dikarenakan instruksi dalam bestek, tidak sesuai dengan apa yang ada dilapangan sehingga mengakibatkan terkendalanya pelaksanaan pembangunan irigasi atau terdapat perubahan desain sesuai dengan keinginan pihak pemberi tugas, maka pihak kontraktor dapat meminta toleransi kepada pihak pemberi tugas mengenai jangka waktu perpanjangan penyelesaian proyek tersebut. Mengenai hambatan pelaksanaan 54 Purwahid Patrik. Hukum Perdata I (Asas – Asas Hukum Perikatan). Jurusan Perdata Fakultas UNDIP Semarang, 2008, hal 62 Universitas Sumatera Utara pembangunan proyek yang dikarenakan terjadinya keadaan memaksa atau overmacht, pemberi tugas biasanya memberikan toleransi kepada pihak kontraktor dan mendiskusikan kembali perjanjian pemborongan sehingga kerugian dapat ditanggung bersama. Apabila pihak kontraktor melakukan wanprestasi berupa melaksanakan pekerjaan tidak sesuai kontrak maka kontraktor tersebut dapat dikenai sanksi yang biasanya berupa: 55 1. Teguran dan peringatan-peringatan tertulis 2. Apabila teguran dan peringatan-peringatan tertulis dua kali berturut-turut tidak diindahkan maka dilakukan penangguhan pembayaran dan pengulangan atau penggantian pekerjaan baik sebagian atau seluruh pekerjaan. 3. Apabila teguran dan peringatan tertulis tiga kali berturut-turut tidak juga diindahkan maka dilakukan pemutusan perjanjian kontrak Jika pihak kontraktor tidak melaksanakan tangung jawabnya sebagaimana yang tercantum dm perjanjian pemborongan sehingga mengakibatkan kegagalan proyek maka dikenai sanksi administratif ataupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada pihak kontraktor sebagai penyedia jasa, menurut Pasal 42 ayat (1) UU No 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi berupa: 1. Peringatan tertulis 2. Penghentian sementara pekerjaan konstruksi 3. Pembatasan kekgiatan usaha dan/ atau profesi 55 Hasil wawancara dengan H. Abdul Rahman Siahaan, selaku Direktur CV. Raut Agung Group, 2 Februari 2016 Universitas Sumatera Utara 4. Pembekuan izin usaha dan / atau profesi Ketentuan Pasal 43 ayat (2) disebutkan “Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lina persen) dari nilai kontrak”. Karena pengaturan hukum di Indonesia sangat minim maka diharapkan para pihak mengatur sendiri hal-hal tersebut dalam kontrak yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan kedudukan dan peranan dari suatu kontrak konstruksi yang komprehensif menjadi semakin penting artinya, karena menurut hukum di Indonesia hal-hal yang diatur dalam kontrak menjadi undang-undang atau kekuatannya sama dengan kekuatan undang-undang bagi para pihak. Maka harus dinegosiasikan satu demi satu pasal dan ayat dari kontrak tersebut secara cermat. C. Penyelesaian Sengketa Jika Terjadi Perselisihan Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi. Pelaksanaan pembangunan fisik dibidang jasa konstruksi cukup banyak melibatkan sumber-sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya alam berupa bahan bangunan, sumber daya tenaga dan energi peralatan, mekanikal dan elektrikal, serta sumber daya keuangan. Setiap tahapan pekerjaan tersebut dilakukan dengan pendekatan manajemen proyek, yang prosedurnya telah diatur dan ditetapkan sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu pelaksanaan. Namun demikian, pada setiap Universitas Sumatera Utara tahapan-tahapan pekerjaan tersebut, adakalanya mengalami kendala, baik dari faktor manusia maupun sumber-sumber daya yang lain Berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian kerja sama timbul suatu sengketa. Sengketa tersebut terjadi apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian pemborongan sehingga pihak lain merasa dirugikan. Mengenai hal tersebut bahwa apabila timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor akan berusaha untuk menyelesaikan secara musyawarah.56 Apabila timbul sengekta/perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor akan berusaha untuk menyelesaikan masalahnya kepada Badan Arbitrase yang terdiri dari wakil pihak pemberi tugas dan wakil pihak kontraktor masing-masing satu orang dan satu orang lagi dari pihak netral yang ditunjuk oleh kedua belah pihak. Penyelesaian perselisihan lewat jalur hukum dapat ditempuh sebagai langkah terakhir yaitu meminta penyelesaian Pengadilan Negeri Lubuk Pakam di Lubuk Pakam57 Sebagai akibat dari wanprestasi pemborong, maka bouweer sebagai kreditur dapat mengajukan tuntutan: 58 1. Supaya pekerjaan tetap dilaksanakan 2. Supaya perjanjian diputuskan 3. Ganti kerugian 56 Ibid Ibid 58 Ibid 57 Universitas Sumatera Utara 4. Pembiayaan selanjutnya karena pekerjaan dilanjutkan oleh pihak ketiga. Hal kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, maka atas gugatan dari si pemberi tugas dapat memutuskan perjanjian tersebut sebagian atau seluruhnya beserta segala akibatnya. Yang dimaksud dengan akibat pemutusan perjanjian disini ialah pemutusan untuk waktu yang akan datang dalam arti bahwa mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan/dikerjakan akan tetap dibayar, namun mengenai pekerjaan yang belum dikerjakan itu yang diputuskan. Dengan adanya pemutusan perjanjian demikian perikatannya bukan berhenti sama sekali seperti seolah-olah tidak pernah terjadi perikatan sama sekali, dan wajib dipulihkan ke keadaan semula, melainkan dalam keadaan tersebut diatas si pemberi tugas dapat menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pemborongan itu sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Atau jika telah terlanjur dibayar kepada pemborong atas biaya yang harus ditanggung oleh pemborong sesuai dengan pembayaran yang diterimanya. Jika terjadi pemutusan perjanjian, si pemborong selain wajib membayar denda-denda yang telah diperjanjikan juga wajib membayar kerugian yang berupa ongkos-ongkos, kerugian yang diderita dan bunga yang harus dibayar.59 Praktek kerjasama ternyata ada yang tidak mengadakan pemisahan antara perselisihan dari segi teknis dan perselisihan dari segi yuridis. Yaitu dengan mencantumkan dalam perjanjian pemborongan ketentuan-ketentuan yang menyatakan bahwa bila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak penyelesaian 59 Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan, Liberty Yogyakarta. 2002. hal 52 Universitas Sumatera Utara diselesaikan secara musyawarah. Jika dengan jalan musyawarah tidak tercapai kata sepakat maka dibentuk panitia Arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak kesatu dan seorang wakil pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli yang pengangkatannya disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya penyelesaian perselisihan akan diteruskan melalui pengadilan, apabila melalui cara tersebut di atas tidak dicapai penyelesaian.60 Keputusan panitia Arbitrase ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul bersama. Penyelesaiannya, berdasarkan pada literatur maupun pengalaman lapangan yang dialami, khususnya untuk proyek pembangunan irigasii. Pada dasarnya, ilmu pengetahuan yang sangat luas itu merupakan bagian dari kebutuhan manusia, akan tetapi dengan keterbatasan yang dimiliki manusia itu sendiri, mereka hanya mampu untuk menampung beberapa cabang keilmuan saja. Oleh karenanya wajar apabila setiap pekerjaan profesi yang dilakukan oleh seorang yang profesional, wajib didukung dengan pengetahuan yang cukup untuk melengkapi keilmuan yang dimiliki. Maksudnya, sudah saatnya para profesional teknik memiliki pengetahuan keilmuan yang bersentuhan dengan bidang pekerjaannya, yaitu ilmu hukum. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap langkah profesi yang dilakukan oleh profesional teknik, mampu untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi apabila bidang pekerjaan profesi teknik tersebut berakibat hukum. 60 Ibid., hal 89 Universitas Sumatera Utara Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi disebutkan bahwa : 1. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. 2. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana diatur dalam KUH Pidana 3. Jika dipilih penyelesaian sengketa diluar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa. Selanjutnya dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi disebutkan apabila: 1. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi diluar pengadilan dapat ditempuh untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan bangunan. 2. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak. 3. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dibentuk oleh pemerintah dan / masyarakat jasa konstruksi. Universitas Sumatera Utara Upaya penyelesaian dalam hal penyedia jasa tidak melakukan tanggung jawabnya dalam kontrak karena wanprestasi adalah perdamaian diluar pengadilan. Adanya penyelesaian perselisihan melalui jalur di luar pengadilan yang didahului dengan adanya surat teguran tersebut dibenarkan oleh para penyedia jasa yang berhasil ditemui bahwa dalam hal terjadi wanprestasi baik akibat keterlambatan atau tidak sesuainya spesifikasi objek perjanjian tindakan yang paling sering dilakukan oleh pengguna jasa adalah diberikan teguran agar penyedia jasa melaksanakan kewajibannya. Prakteknya selama ini, setiap perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat diantara para pihak dan belum pernah diselesaikan melalui pengadilan. Secara yuridis pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Melalui pengadilan 2. Alternatif penyelesaian sengketa 3. Musyawarah Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan dan putusannya bersifat mengikat. Sedangkan penyelesaian sengeketa melalui alternatif penyelesaian sengketa (ADR) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni penyelesaian diluar pengadilan diluar pengadilan ahli (Pasal 1 ayat (10) UU No. 30 Tahun 1999 maka cara penyelesaian sengketa melalui ADR dibagi menjadi lima cara, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Konsultasi 2. Negosiasi 3. Mediasi 4. Konsiliasi 5. Peniliaan Hukum Selama ini perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi belum pernah terdapat kasus sampai ke pengadilan ataupun pemutusan kontrak. Hal ini dikarenakan pihak pengguna jasa memberikan kesempatan terlebih dahulu pada pihak pemborong untuk memperbaiki dan atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang diisyaratkan dalam kontrak. Walaupun penyelesaian secara musyawarah sering digunakan, namun ada satu hal yang sulit untuk mewujudkan tercapainya musyawarah / mufakat dalam suatu sengketa. Hal tersebut adalah para pihak pada umumnya mengganggap remeh hal-hal yang kelihatannya sepele. Justru hal-hal yang dianggap sepele oleh satu pihak, malah dianggap hal yang sangat materiil oleh pihak lainnya. Selain itu hal-hal sepele itu apabila tidak segera diselesaikan akan berakibat pada membesarnya masalah tadi, sehingga terjadilah sengketa yang hampir tidak mungkin diselesaikan dengan musyawarah mufakat. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara suka rela dari para pihak yang bersengketa, UU Jasa Konstruksi mengaturnya. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku untuk tindak pidana bagi penyelenggaraan pekerjaan Universitas Sumatera Utara konstruksi. Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, cara penyelesaian di luar pengadilan diatur oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (disingkat UU Arbitrase). Sengketa melalui pengadilan hanya dapat ditempuh, apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa : 1. Pengaturan hukum Pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi. Penyedia jasa wajib menugaskan personil inti yang tercantum dalam daftar personil inti atau menugaskan personil lainnya yang di setujui oleh direksi pekerjaan. Direksi pekerjaan hanya akan menyetujui usulan penggantian personil inti apanila kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman-nya sama atau melebihi personil inti yang ada dalam personil inti. Apabila direksi pekerjaan meminta penyedian jasa untuk memberentikan personilnya dengan alasan atas permintaan tersebut, maka penyedia jasa harus menjamin bahwa peronil tersebut sudah harus meninggalkan lapangan dalam waktu 7 (tujuh) hari dan terus diganti selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari 2. Faktor terjadinya kendala dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi yaitu kendala oleh kelalaian manusia dan kendala yang diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia 73 Universitas Sumatera Utara atau force mejeur. Kendala yang diakibatkan kelalaian manusia antara lain wanprestasi pihak kontraktor. Wanprestasi tersebut terjadi karena pihak pemborong melaksanakan pekerjaan tidak sebagaimana mestinya, atau terlambat dalam penyerahan atau sama sekali tidak melaksanakan pekerjaan 3. Apabila timbul sengekta/perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor akan berusaha untuk menyelesaikan masalahnya kepada Badan Arbitrase yang terdiri dari wakil pihak pemberi tugas dan wakil pihak kontraktor masing-masing satu orang dan satu orang lagi dari pihak netral yang ditunjuk oleh kedua belah pihak. Penyelesaian perselisihan lewat jalur hukum dapat ditempuh sebagai langkah terakhir yaitu meminta penyelesaian Pengadilan Negeri Lubuk Pakam di Lubuk Pakam B. Saran Berdasarkan hal-hal yang penulis temukan dalam penelitian mengenai pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi, memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepada penyedia jasa sebaiknya mempelajari terlebih dahulu mengenai peraturan-peraturan yang terkait dengan jasa konstruksi. Sehingga dapat lebih memahami klausula-klausula yang ada dalam kontrak kerja konstruksi yang mereka sepakati dengan pengguna jasa. 2. Agar CV. Raut Agung Group lebih bertindak professional dan berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan yang telah diberikan. Sebab Universitas Sumatera Utara profesionalisme usaha mampu mendorong tingkat kepercayaan rekanan bisnis dan merupakan pencerminan dari perusahaan yang sehat dan bonafit, dalam upaya menopang lancarnya kegiatan pembangunan 3. Kepala Bagian Keuangan yang bertanggungjawab mencairkan dana proyek sebaiknya mengatur keuangan daerah secara teratur dan terukur sehingga penyalurannya tepat sasaran sesuai dengan apa yang telah dianggarkan sebelumnya. Hal ini untuk menjamin adanya kepastian akan ketepatan waktu dalam mencairkan dana untuk proyek-proyek yang dibangun di daerah. Dibutuhkan pula, proteksi dari pemerintah yang terkait agar sebaiknya memperhatikan dan mengawasi kinerja para pejabat pengadaan barang/jasa sehingga dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Selain itu, segera melakukan revisi terhadap peraturanperaturan yang dapat merugikan pihak penyedia jasa konstruksi sehingga dapat menjamin kesetaraan kedudukan antara penyedia jasa dan pejabat pembuat komitmen dengan melibatkan penyedia jasa konstruksi yang terwadahi dalam lembaga-lembaga yang terkait dengan jasa konstruksi agar dapat mewujudkan perlindungan hukum yang seharusnya bagi masing-masing pihak. Universitas Sumatera Utara