BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA A

advertisement
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA
A. Pengertian Perjanjian Kerjasama
KUH Perdata memberi keleluasaan bagi para pihak yang mengadakan
perjanjian untuk membentuk kesepakatan di dalam maupun di luar KUH Perdata
itu sendiri. Peraturan ini berlaku untuk semua pihak yang mengadakan
kesepakatan, yang tidak bertentangan dengan undang-undang, norma-norma
kesusilaan yang berlaku. Perjanjian lahir karena adanya kesepakatan, kesamaan
kehendak (konsensus) dari para pihak.
Kerjasama adalah suatu interaksi yang sangat penting bagi manusia karena
hakekatnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia
senantiasa membutuhkan orang lain. Kerjasama dapat berlangsung manakala
suatu orang atau kelompok yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama
dan memiliki kesadaran untuk bekerjasama guna mencapai kepentingan mereka
tersebut.47
Perjanjian kerjasama berasal dari kata perjanjian dan kerjasama. Perjanjian
menurut Van Dunne adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2010, hal
729
45
Universitas Sumatera Utara
Kerja sama bisnis adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama. Perjanjian kerjasama dapat
dibedakan menjadi tiga pola yaitu:
1. Usaha bersama (joint venture)
2. Kerjasama operasional (joint operational)
3. Operasional sepihak (single operational)48
B. Unsur-Unsur dalam Perjanjian
Unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perjanjian bisa dinyatakan sah dan
mengikat sebagai undang-undang bagi yang membuatnya, haruslah memenuhi
ketentuan-ketentuan yang ada pada Pasal 1320 KUH Perdata. Demikian juga
dalam perjanjian kerja, pada prinsipnya unsur-unsur seperti yang ditentukan Pasal
320 KUH Perdata tersebut masih juga menjadi pegangan dan harus diterapkan,
agar suatu perjanjian kerja tersebut keberadaannya bisa dianggap sah dan
konsekuensinya dianggap sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.
Walaupun demikian di dalam pembuatan perjanjian kerja, selain tetap
berpedoman pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, ternyata masih ada unsurunsur lain yang harus dipenuhi.
Unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian dapat dikategorikan
sebagai berikut:49
48
Johanes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis (Dalam Persepsi Manusia
Modern), Reika Aditama, Bandung, 2003, hal 42
49
Salim H.S, Hukum Kontrak:Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar
Grafika, Jakarta,2004, hal. 3
Universitas Sumatera Utara
a. Adanya kaidah hukum
Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni
tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah
hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, trakta dan
yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidahkaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual
beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini
berasal dari hukum adat.
b. Subjek hukum
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan
sebagai pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum dalam perjanjian kerjasama
ini adalah badan penyelenggara selaku pemberi kerja yaitu Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tebing Tinggi dan pelaksana CV. Raut Agung Group
c. Adanya prestasi
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu
kontrak. Pada umumnya suatu prestasi sebagaimana diatur dalam Pasal 1234
KUHPerdata terdiri dari beberapa hal yaitu memberikan sesuatu; berbuat sesuatu;
dan tidak berbuat sesuatu.
d. Kata sepakat
Pasal 1320 KUHPerdata ditentukan empat syarat sahnya perjanjian,
dimana salah satunya adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan merupakan
unsur mutlak terjadinya perjnjian kerjasama. Kesepakatan dapat terjadi dengan
berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya penawaran dan
Universitas Sumatera Utara
penerimaan atas penawaran tersebut.50 Sehingga dapat dikatakan bahwa
kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak.
e. Akibat hukum
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat
hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata menegaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama
Pada dasarnya setiap orang dapat melakukan kontrak dengan siapa saja
yang dikehendaki sepanjang orang tersebut tidak dilarang oleh undang-undang
untuk melakukan kontrak. Pihak-pihak dalam kontrak ini dapat berupa orangperorangan atau badan usaha yang berbadan hukum. Di dalam KUH Perdata
perjanjian sebagaimana diuraikan di atas dikenal dengan perjanjian pemborongan
pekerjaan yang diatur dalam Pasal 1601 (b) dan Pasal 1604 sampai dengan Pasal
1606 KUH Perdata tentang persetujuan tertentu pada Buku III Bab 7A bagian ke 6
Pasal 1601 (b) KUH Perdata memberi arti tentang perjanjian pemborongan
sebagai suatu perjanjian dengan mana pihak pertama, si pelaksana pekerjaan
(pemborong) mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi
pihak lain (pihak pemberi pekerjaan borongan) dengan menerima suatu harga
yang telah ditentukan.
50
Ahmadi Miru, Op.cit, hal. 13
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian
pemborongan
diatur
dalam
beberapa
peraturan
yaitu
KUHPerdata, AV 1941, UU No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Perpres
No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Mengenai hakhak dan kewajiban dari para pihak dalam perjanjian pemborongan hanya sedikit
sekali diatur dalam KUHPerdata
Syarat-syarat objektif sebagaimana yang diuraikan pada bagian yang
terdahulu merupakan isi perjanjian yang memuat hak dan kewajiban para pihak.
Masing-masing pihak dalam perjanjian mempunyai hak dan kewajiban sendiri.
Kewajiban pihak pertama merupakan hak pihak kedua, dan sebaliknya hak pihak
pertama merupakan kewajiban bagi pihak kedua. Itu sebabnya dikatakan bahwa
intisari atau objek dari perjanjian adalah prestasi itu sendiri.
Sedangkan dalam kontrak perjanjian antara CV. Raut Agung Group
dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan irigasi tidak menjelaskan secara rinci klausula-klausula tentang hak
dan kewajiban antara pengguna barang/jasa dengan pemborong, akan tetapi,
secara umum kewajiban utama yang terdapat di dalam kontrak perjanjian yaitu
kewajiban dari si pemberi tugas dalam perjanjian pemborongan bangunan ialah
membayar jumlah harga borongan sebagaimana tercantum dalam kontrak,
kewajiban dari si pemborong dalam perjanjian pemborongan bangunan ialah
melaksanakan pekerjaan pemborongan sesuai dengan kontrak, rencana kerja dan
syarat-syarat yang telah ditetapkan (bestek). Bestek adalah uraian tentang rencana
pekerjaan dan syarat-syarat yang ditetapkan disertai dengan gambar..
Universitas Sumatera Utara
Kewajiban pemberi tugas dalam hal cara pembayaran terhadap jumlah
harga borongan telah diatur di dalam Pasal 9 kontrak perjanjian kerja. Dalam hal
kewajiban pemborong untuk melaksanakan pekerjaan juga telah diatur mengenai
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yaitu pelaksanaan pekerjaan tersebut harus
sudah dimulai 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK) dengan jangka waktu pelaksanaan adalah 128 (seratus duapuluh delapan)
hari kalender dimulai dari dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Akibat hukum dari setiap perjanjian akan menimbulkan hak dan kewajiban
antara para pihak sesuai dengan yang terdapat dalam isi perjanjian, antara lain
sebagai berikut:
Hak dan kewajiban Pejabat Pembuat Komitmen:
1. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa.
2. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh penyedia jasa.
3. Melakukan perubahan kontrak
4. Menangguhkan pembayaran.
5. Mengenakan denda keterlambatan
6. Membayar uang muka, hasil pekerjaan, dan uang retensi.
7. Menyerahkan seluruh atau sebagian lapangan pekerjaan.
8. Memberikan instruksi sesuai jadwal.
9. Membayar ganti rugi, melindungi dan membela penyedia jasa terhadap semua
tuntutan hukum, tuntutan lainnya, dan tanggungan yang timbul karena
Universitas Sumatera Utara
kesalahan, kecerobohan dan pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
Hak dan kewajiban penyedia jasa antara lain :
1. Menerima pembayaran uang muka, hasil pekerjaan, dan uang retensi.
2. Menerima pembayaran ganti rugi/kompensasi (bila ada).
3. Melaksanakan
dan
menyelesaikan
pekerjaan
sesuai
dengan
jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
4. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada Pejabat Pembuat
Komitmen.
5. Memberikan peringatan dini dan keterangan-keterangan yang diperlukan
untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan Pejabat Pembuat Komitmen.
6. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan
yang telah ditetapkan dalam kontrak.
7. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan
baik didalam maupun diluar tempat kerja dan membatasi perusakan dan
pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat
polusi, kebisingan dan kerusakan lain yang disebabkan kegiatan penyedia jasa.
Risiko pejabat pembuat komitmen dan penyedia jasa
1.
Pejabat Pembuat Komitmen bertanggung jawab atas risiko yang dinyatakan
dalam kontrak sebagai risiko Pejabat Pembuat Komitmen, dan penyedia jasa
bertanggung jawab atas risiko yang dinyatakan dalam kontrak sebagai risiko
penyedia jasa.
Universitas Sumatera Utara
2.
Risiko Pejabat Pembuat Komitmen
a. Risiko kecelakaan, kematian, kerusakan atau kehilangan harta benda
(diluar pekerjaan, peralatan, instalasi dan bahan untuk pelaksanaan
pekerjaan) yang disebabkan oleh:
1) Penggunaan atau penguasaan lapangan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan yang tidak dapat dihindari sebagai akibat pekerjaan
tersebut;atau
2) Keteledoran, pengabaian kewajiban dan tanggung jawab, gangguan
terhadap hak legal oleh Pejabat Pembuat Komitmen atau orang yang
dipekerjakannya, kecuali disebabkan oleh penyedia jasa.
b. Risiko, kerusakan terhadap pekerjaan, peralatan, instalasi, dan bahan yang
disebabkan karena disain atau disebabkan oleh kesalahan Pejabat Pembuat
Komitmen, keadaan kahar dan pencemaran/terkontaminasi limbah radio
aktif/nuklir
c. Risiko yang terkait dengan kerugian atau kerusakan dari pekerjaan,
peralatan, instalasi dan bahan sejak saat pekerjaan selesai sampai
berakhirnya masa pemeliharaan, kecuali apabila:
1) Kerusakan yang terjadi pada masa pemeliharaan;atau
2) Kejadian sebelum tanggal penyerahan pertama pekerjaan yang bukan
tanggung jawab Pejabat Pembuat Komitmen.
3.
Risiko penyedia jasa
Kecuali risiko-risiko Pejabat Pembuat Komitmen, maka penyedia jasa
bertanggung jawab atas setiap cidera atau kematian dan semua kerugian atau
Universitas Sumatera Utara
kerusakan atas pekerjaan, peralatan, instalasi, bahan dan harta benda yang
mungkin terjadi selama pelaksanaan kontrak.
Laporan hasil pekerjaan
1. Buku harian diisi oleh penyedia jasa dan diketahui oleh direksi teknis,
mencatat seluruh rencana dan realisasi aktivitas pekerjaan sebagai bahan
laporan harian.
a. Laporan harian dibuat oleh penyedia jasa, diperiksa oleh direksi
teknis, dan disetujui oleh direksi pekerjaan.
b. Laporan harian berisi:
a. Tugas, penempatan, dan jumlah tenaga kerja dilapangan;
b. Jenis dan kuantitas bahan dilapangan;
c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan dilapangan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan
pekerjaan;
f. Catatan lain yang dianggap perlu.
c. Laporan mingguan dibuat oleh penyedia jasa, terdiri dari
rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik
pekerjaan mingguan serta catatan yang dianggap perlu.
d. Laporan bulanan dibuat oleh penyedia jasa, terdiri dari rangkuman
laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan
bulanan serta catatan yang dianggap perlu.
Universitas Sumatera Utara
e. Untuk kelengkapan laporan, penyedia jasa dan direksi teknis wajib
membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan.
2. Cacat Mutu
a. Direksi teknis wajib memeriksa pekerjaan penyedia jasa dan
memberitahu penyedia jasa bila terdapat cacat mutu dalam
pekerjaan. Direksi teknis dapat memerintahkan penyedia jasa untuk
menguji hasil pekerjaan yang dianggap terdapat cacat mutu.
b. Apabila direksi teknis memerintahkan penyedia jasa untuk
melaksanakan pengujian dan ternyata pengujian memperlihatkan
adanya cacat mutu, maka biaya pengujian dan perbaikan menjadi
tanggung jawab penyedia jasa. Apabila tidak ditemukan cacat
mutu, maka biaya pengujian dan perbaikan menajdi tanggung
jawab Pejabat pembuat Komitmen.
c. Setiap kali pemberitahuan cacat mutu, penyedia jasa harus segera
memperbaiki dalam waktu sesuai yang tercantum dalam surat
pemberitahuan direksi teknis.
d. Direksi pekerjaan dapat meminta pihak ketiga untuk memperbaiki
cacat mutu bila penyedia jasa tidak melaksanakannya dalam waktu
masa perbaikan cacat mutu sesuai yang tercantum dalam surat
pemberitahuan direksi teknis dengan biaya dibebankan kepada
penyedia jasa.
e. Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan pertama
pekerjaan dan selama masa pemeliharaan. Penyerahan pertama
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan dan masa pemeliharaan. Penyerahan pertama pekerjaan
dan masa pemeliharaan dapat diperpanjang sampai cacat mutu
selesai diperbaiki.
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
a. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan
dalam syarat-syarat khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai
kerja yang tercantum dalam SPMK.
b. Pejabat Pembuat Komitemen harus menertbitkan SPMK selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal penandatanganan
kontrak.
c. Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambat-lambatnya dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan SPMK, yaitu antara
lain mendatangkan peralatan berat, kendaraan, alat laboratorium,
menyiapkan fasilitas kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel,
gudang, dan mendatangkan personil. Mobilisasi peralatan
dan
personil dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
d. Pekerjaan dinyatakan selesaiu apabila penyedia jasa telah
melaksanakan pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai
ketentuan kontrak dan telah dinyatakan dalam berita acara
penyerahan pertama pekerjaan yang diterbitkan oleh direksi
pekerjaan.
e. Apabila penyedia jasa berpendapat tidak dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai jadwal karena keadaan diluar pengendaliannya
Universitas Sumatera Utara
dan penyedia jasa telah melaporkan kejadian tersebut kepada
Pejabat Pembuat Komitmen, maka Pejabat Pembuat Komitmen
melakukan penjadwalan kembali pelaksanaan tugas penyedia jasa
dengan amandemen kontrak.
4. Penyedia Jasa Lainnya
a. Penyedia jasa diharuskan bekerja sama dan menggunakan lapangan
bersama-sama dengan penyedia jasa lainnya, petugas-petugas
pemerintah, petugas-petugas utilitas, dan Pejabat
Pembuat
Komitmen.
D. Jenis-Jenis Perjanjian Kerjasama
Jenis-jenis kontrak bisnis dapat dilihat dari hubungan dan kondisi bisnis
yang terjadi pada suatu perusahaan. Terlepas dari bidang usaha yang dijalani,
adapun macam-macam hubungan dan kondisi bisnis tersebut yaitu sebagai
berikut:51
1. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kontraktor dan mitra bisnis
Hubungan dengan kontraktor merupakan hubungan pemborongan suatu
proyek, bisa dalam rangka mengadakan suatu bangunan pabrik dan atau kantor,
dimana perusahaan menjadi pemilik (yang memberikan order kerja) dan
kontraktor menjadi pemborong (yang menerima order kerja). Skala dan
kompleksitas proyek dapat sangat beragam. Dari yang proyek kecil hingga yang
proyek besar; dari yang sederhana hingga yang canggih. Konsep perikatan
(perjanjian)-nya pun beragam mengikuti hal-hal tersebut. Dari sekedar Perjanjian
51
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl31/jenis-jenis-kontrak-bisnis-diakses
tanggal 1 Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
Pemborongan hingga Engineering Procurement Construction Contract atau EPC
Contract. Sedangkan hubungan dengan mitra bisnis, perusahaan mempunyai
kepentingan yang sama dalam suatu proyek atau obyek kerjasama bisnis tertentu.
Dalam hal suatu proyek, maka kedua belah pihak melakukan: (i) suatu kerjasama
operasi (joint operation; seperti: Joint Operation Agreement atau Production
Sharing Agreement), atau (ii) penyertaan modal saham (joint venture) dengan
mendirikan suatu perusahaan usaha patungan (joint venture company), yang
perjanjiannya disebut Joint Venture Agreement.
Sedangkan dalam obyek kerjasama bisnis tertentu dapat mencakup hal-hal
yang sangat luas dan beragam. Pada umumnya: (i) ada struktur transaksi
pembiayaan proyek (seperti: Build Operate & Transfer Agreement atau disingkat
BOT Agreement, atau Build Operate & Own Agreement atau disingkat BOO
Agreement); (ii) proses alih teknologi atau pengetahuan tertentu (seperti:
Technical Assistance Agreement); (iii) kepentingan pengembangan/jaringan bisnis
(seperti: Collaboration Agreement); dan (iv) kepentingan penelitian dan
pengembangan serta rekayasa mengenai obyek tertentu; mungkin tidak ada
pendapatan yang diperoleh tetapi tujuan dari hasil kegiatan tersebut yang
diutamakan (seperti: Research, Development & Engineering Agreement); serta (v)
kepentingan hak milik intelektual (seperti: Licence Agreement).
2. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemasok
Sederhananya, perjanjian dengan para pemasok barang atau jasa bagi
kepentingan produksi atau operasi bisnis sehari-hari. Biasanya disebut Supply
Agreement.
Universitas Sumatera Utara
3. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan distributor, retailer/agen penjualan
Singkatnya, dalam hal perusahaan tidak melakukan penjualan langsung
melalui divisi pemasaran dan penjualannya, maka ia akan menunjuk pihak lain
yaitu distributor atau retailer atau agen penjualan. Biasanya disebut Distribution
Agreement dan Sales Representative Agreement.
4. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan konsumen atau debitur
Dalam hal konsumen tidak mampu membayar tunai, maka perusahaan
dapat melakukan pembiayaan sendiri terhadap konsumen yang bersangkutan
dengan melakukan perjanjian jual beli dengan cicilan (Purchase With Installment)
atau sewa beli (Hire Purchase Agreement).
5. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan para pemegang saham
Pada umumnya, dalam hal kondisi diluar dari penyertaan modal yang
sudah diatur dalam anggaran dasar, yaitu seperti Perjanjian Hutang Subordinasi
atau bila ada kesepakatan antara pemegang saham lama dengan yang baru, yaitu
Shareholder Agreement.
6. Hubungan bisnis antara perusahaan dengan kreditur yang memberikan fasilitas
kredit atau pinjaman
Pada umumnya dikenal dengan dengan Facility Agreement atau Credit
Agreement. Namun dari segi sifat hutang dan struktur transaksi dapat merupakan
macam ragam hubungan atau transaksi pinjaman, misalnya, Syndicated Facility
Agreement, Convertible Bond Agreement, Put Option Agreement, Middle Term
Note Agreemen.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN KONTRAK KERJA
PEMBANGUNAN IRIGASI ANTARA CV. RAUT AGUNG
GROUP DAN DINAS PEKERJAAN UMUM
KOTA TEBING TINGGI
A. Pengaturan Hukum dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja
Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi
Perjanjian kerjasama adalah salah satu bentuk perjanjian yang tidak diatur
secara khusus pada ketentuan Buku III KUHPerdata sehingga tidak memiliki
nama khusus (innominaat). Perjanjian innominaat ini tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat dan didasarkan pada asas kebebasan berkontrak.
Pengaturan hukum tentang perjanjian kerjasama diatur dalam buku III
KUHPerdata Pasal 1233 dinyatakan “Tiap-tiap perikatann dilahirkan baik karena
persetujuan baik karena undang-undang.” Buku III KUHPerdata tidak
memberikan suatu rumus dari perikatan. Menurut ilmu pengetahuan hukum,
dianut rumus bahwa perikatan adalah hubungan yang terjadi diantara dua orang
atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang
satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.
Pengadaan
barang
ataupun
jasa
yang
terjadi
antara
orang
perorangan/badan hukum dengan perorangan atau badan hukum lainnya, diatur
secara umum dalam KUH Perdata dalam hal terjadi kesepakatan antara para pihak
untuk melakukan pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan persyaratan
perjanjian sebagaimana yang diisyaratkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu:
59
Universitas Sumatera Utara
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Latar belakang yang mendasari Perpres Nomor 4 Tahun 2015 pertama
ialah berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Pasal 4 ayat (1) Republik
Indonesia, maka lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010. Dengan melihat Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, maka terbentuknya Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Nomor 54
Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.Beberapa hal yang baru
dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2015 adalah:52
1. Melakukan proses pemilihan penyedia dalam pengadaan langsung,
penunjukan langsung, dan e-purchasing adalah pejabat pengadaan.
2. Penyedia dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dipersyaratkan antara
lain memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi
kewajiban perpajakan tahun terakhir
52
http://ahmaddamopolii.info/2015/1/23/perpres-4-tahun-2015-perubahan-keempatatas-perpres-54-tahun-2010/diakses pada tanggal 17 Januari 2016
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan pengadaan barang/jasa di desa diatur dengan pedoman yang
ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang mengacuh pada pedoman yang ditetapkan
oleh LKPP berdasarkan kepada Kepres Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pengadaan Barang/Jasa pemerintah, pada Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa
“Pengadaan barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut dengan pengadaan
barang/jasa
adalah
kegiatan
untuk
memperoleh
barang/jasa
oleh
Kementrian/Lembaga/satuan kerja perangkat Daerah/institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan untuk memperoleh barang/jasa.
Pengaturan hukum Pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan
irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tebing Tinggi. Dalam rangka penyaringan pemborong / rekanan / kontraktor /
penyedia jasa digunakan metoda pelelangan umum dengan proses pasca
kualifikasi. Adapun tahapan dalam metoda pelelangan umum tersebut terdiri dari:
a. Tahap Pengumuman;
b. Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan;
c. Tahap pengambilan dokumen lelang umum;
d. Penjelasan (Aanwijziing);
e. Pemasukan penawaran;
f. Evaluasi penawaran;
g. Penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi
diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan
teknis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan;
h. Pengumuman calon pemenang;
Universitas Sumatera Utara
i. Masa sanggah;
j. Penetapan pemenang;
k. Penandatanganan kontrak. 53
B. Faktor terjadinya kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja
Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi
Dari hasil penelitian, yang dilakukan oleh penulis di CV. Raut Agung
Group, untuk mengetahui kendala yang ada dalam pelaksanaan perjanjian kontrak
kerja pembangunan irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tebing Tinggi. Kendala sekecil apapun harus diselesaikan dengan
baik untuk mencegah kerugian yang lebih besar, baik dari pelaksanaan waktu
pekerjaan maupun operasional bangunan kelak.
Perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat pihak-pihak yang terkait didalamnya. Dengan kata lain pihak
pemberi tugas dan pihak kontraktor harus menaati klausul-klausul yang ada dalam
perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi tersebut. Apabila pihak kontraktor
wanprestasi dalam melaksanakan, maka sebagai akibat dari wanprestasi tersebut
pihak kontraktor dapat dikenai sanksi sesuai dengan yang tercantum dalam
perjanjian perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi.
Rencana pembangunan suatu proyek yang dituangkan dalam perjanjian
kontrak kerja pembangunan irigasi tentu tidak selamanya dapat tercapai seperti
yang direncanakan. Banyak hal yang dipengaruhi oleh kehendak manusia maupun
53
Hasil wawancara dengan Abdul Rahman Siahaan, selaku direktur CV. Raut Agung
Group, tanggal 2 Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
diluar kehendak manusia yang mempengaruhi jalannya pelaksana perjanjian
pemborongan yang dapat menyebabkan rencana tersebut terhambat atau bahkan
kemungkinan rencana tersebut dibatalkan sama sekali.
Maka akhirnya
berkembanglah teori dan praktek hukum mengenai ketidakterlaksanaan perjanjian
pemborongan dengan berbagai bentuk dan konsekuensinya. Berkaitan dengan itu
terdapat dua macam kendala dalam pelaksanan perjanjian kontrak kerja
pembangunan irigasi yaitu kendala oleh kelalaian manusia dan kendala yang
diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia atau force mejeur. Kendala yang
diakibatkan kelalaian manusia antara lain wanprestasi pihak kontraktor.
Wanprestasi tersebut terjadi karena pihak pemborong melaksanakan pekerjaan
tidak sebagaimana mestinya, atau terlambat dalam penyerahan atau sama sekali
tidak melaksanakan pekerjaan.54
Jika
dalam
jangka
waktu
pemeliharaan
pihak
kontraktor
tidak
melaksanakan pekerjaan pemeliharaan walaupun telah diberi peringatan tertulis
oleh pihak pemberi tugas, maka pemberi tugas dapat pula menyerahkan
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tersebut kepada pihak ketiga.
Namun apabila wanprestasi tersebut dikarenakan instruksi dalam bestek,
tidak sesuai dengan apa yang ada dilapangan sehingga mengakibatkan
terkendalanya pelaksanaan pembangunan irigasi atau terdapat perubahan desain
sesuai dengan keinginan pihak pemberi tugas, maka pihak kontraktor dapat
meminta toleransi kepada pihak pemberi tugas mengenai jangka waktu
perpanjangan penyelesaian proyek tersebut. Mengenai hambatan pelaksanaan
54
Purwahid Patrik. Hukum Perdata I (Asas – Asas Hukum Perikatan). Jurusan Perdata
Fakultas UNDIP Semarang, 2008, hal 62
Universitas Sumatera Utara
pembangunan proyek yang dikarenakan terjadinya keadaan memaksa atau
overmacht, pemberi tugas biasanya memberikan toleransi kepada pihak kontraktor
dan mendiskusikan kembali perjanjian pemborongan sehingga kerugian dapat
ditanggung bersama.
Apabila pihak kontraktor melakukan wanprestasi berupa melaksanakan
pekerjaan tidak sesuai kontrak maka kontraktor tersebut dapat dikenai sanksi yang
biasanya berupa: 55
1. Teguran dan peringatan-peringatan tertulis
2. Apabila teguran dan peringatan-peringatan tertulis dua kali berturut-turut tidak
diindahkan maka dilakukan penangguhan pembayaran dan pengulangan atau
penggantian pekerjaan baik sebagian atau seluruh pekerjaan.
3. Apabila teguran dan peringatan tertulis tiga kali berturut-turut tidak juga
diindahkan maka dilakukan pemutusan perjanjian kontrak
Jika pihak kontraktor tidak melaksanakan tangung jawabnya sebagaimana
yang tercantum dm perjanjian pemborongan sehingga mengakibatkan kegagalan
proyek maka dikenai sanksi administratif ataupun sanksi pidana. Sanksi
administratif yang dapat dikenakan kepada pihak kontraktor sebagai penyedia
jasa, menurut Pasal 42 ayat (1) UU No 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
berupa:
1. Peringatan tertulis
2. Penghentian sementara pekerjaan konstruksi
3. Pembatasan kekgiatan usaha dan/ atau profesi
55
Hasil wawancara dengan H. Abdul Rahman Siahaan, selaku Direktur CV. Raut Agung
Group, 2 Februari 2016
Universitas Sumatera Utara
4. Pembekuan izin usaha dan / atau profesi
Ketentuan Pasal 43 ayat (2) disebutkan “Barang siapa yang melakukan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan
bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan
denda paling banyak 5% (lina persen) dari nilai kontrak”. Karena pengaturan
hukum di Indonesia sangat minim maka diharapkan para pihak mengatur sendiri
hal-hal tersebut dalam kontrak yang bersangkutan. Hal ini menyebabkan
kedudukan dan peranan dari suatu kontrak konstruksi yang komprehensif menjadi
semakin penting artinya, karena menurut hukum di Indonesia hal-hal yang diatur
dalam kontrak menjadi undang-undang atau kekuatannya sama dengan kekuatan
undang-undang bagi para pihak. Maka harus dinegosiasikan satu demi satu pasal
dan ayat dari kontrak tersebut secara cermat.
C. Penyelesaian Sengketa Jika Terjadi Perselisihan Dalam Pelaksanaan
Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung
Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.
Pelaksanaan pembangunan fisik dibidang jasa konstruksi cukup banyak
melibatkan sumber-sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya alam
berupa bahan bangunan, sumber daya tenaga dan energi peralatan, mekanikal dan
elektrikal, serta sumber daya keuangan. Setiap tahapan pekerjaan tersebut
dilakukan dengan pendekatan manajemen proyek, yang prosedurnya telah diatur
dan ditetapkan sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan waktu pelaksanaan. Namun demikian, pada setiap
Universitas Sumatera Utara
tahapan-tahapan pekerjaan tersebut, adakalanya mengalami kendala, baik dari
faktor manusia maupun sumber-sumber daya yang lain
Berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian kerja sama timbul suatu
sengketa. Sengketa tersebut terjadi apabila salah satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya sesuai dengan yang tercantum dalam perjanjian pemborongan
sehingga pihak lain merasa dirugikan. Mengenai hal tersebut bahwa apabila
timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan kedua belah pihak
yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor akan berusaha untuk
menyelesaikan secara musyawarah.56
Apabila timbul sengekta/perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerja
sama kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor akan
berusaha untuk menyelesaikan masalahnya kepada Badan Arbitrase yang terdiri
dari wakil pihak pemberi tugas dan wakil pihak kontraktor masing-masing satu
orang dan satu orang lagi dari pihak netral yang ditunjuk oleh kedua belah pihak.
Penyelesaian perselisihan lewat jalur hukum dapat ditempuh sebagai langkah
terakhir yaitu meminta penyelesaian Pengadilan Negeri Lubuk Pakam di Lubuk
Pakam57
Sebagai akibat dari wanprestasi pemborong, maka bouweer sebagai
kreditur dapat mengajukan tuntutan: 58
1. Supaya pekerjaan tetap dilaksanakan
2. Supaya perjanjian diputuskan
3. Ganti kerugian
56
Ibid
Ibid
58
Ibid
57
Universitas Sumatera Utara
4. Pembiayaan selanjutnya karena pekerjaan dilanjutkan oleh pihak ketiga.
Hal kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang
ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, maka atas gugatan dari
si pemberi tugas dapat memutuskan perjanjian tersebut sebagian atau seluruhnya
beserta segala akibatnya. Yang dimaksud dengan akibat pemutusan perjanjian
disini ialah pemutusan untuk waktu yang akan datang dalam arti bahwa mengenai
pekerjaan yang telah diselesaikan/dikerjakan akan tetap dibayar, namun mengenai
pekerjaan yang belum dikerjakan itu yang diputuskan. Dengan adanya pemutusan
perjanjian demikian perikatannya bukan berhenti sama sekali seperti seolah-olah
tidak pernah terjadi perikatan sama sekali, dan wajib dipulihkan ke keadaan
semula, melainkan dalam keadaan tersebut diatas si pemberi tugas dapat
menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pemborongan itu sesuai dengan
anggaran yang telah ditetapkan. Atau jika telah terlanjur dibayar kepada
pemborong atas biaya yang harus ditanggung oleh pemborong sesuai dengan
pembayaran yang diterimanya. Jika terjadi pemutusan perjanjian, si pemborong
selain wajib membayar denda-denda yang telah diperjanjikan juga wajib
membayar kerugian yang berupa ongkos-ongkos, kerugian yang diderita dan
bunga yang harus dibayar.59
Praktek kerjasama ternyata ada yang tidak mengadakan pemisahan antara
perselisihan dari segi teknis dan perselisihan dari segi yuridis. Yaitu dengan
mencantumkan dalam
perjanjian pemborongan ketentuan-ketentuan yang
menyatakan bahwa bila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak penyelesaian
59
Sri Soedewi Masjchun Sofwan. Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan
Bangunan, Liberty Yogyakarta. 2002. hal 52
Universitas Sumatera Utara
diselesaikan secara musyawarah. Jika dengan jalan musyawarah tidak tercapai
kata sepakat maka dibentuk panitia Arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak
kesatu dan seorang wakil pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli yang
pengangkatannya disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya penyelesaian
perselisihan akan diteruskan melalui pengadilan, apabila melalui cara tersebut di
atas tidak dicapai penyelesaian.60 Keputusan panitia Arbitrase ini mengikat kedua
belah pihak, dan biaya penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul
bersama.
Penyelesaiannya, berdasarkan pada literatur maupun pengalaman lapangan
yang dialami, khususnya untuk proyek pembangunan irigasii. Pada dasarnya, ilmu
pengetahuan yang sangat luas itu merupakan bagian dari kebutuhan manusia,
akan tetapi dengan keterbatasan yang dimiliki manusia itu sendiri, mereka hanya
mampu untuk menampung beberapa cabang keilmuan saja. Oleh karenanya wajar
apabila setiap pekerjaan profesi yang dilakukan oleh seorang yang profesional,
wajib didukung dengan pengetahuan yang cukup untuk melengkapi keilmuan
yang dimiliki. Maksudnya, sudah saatnya para profesional teknik memiliki
pengetahuan keilmuan yang bersentuhan dengan bidang pekerjaannya, yaitu ilmu
hukum. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap langkah profesi yang
dilakukan oleh profesional teknik, mampu untuk mengantisipasi kemungkinan
yang terjadi apabila bidang pekerjaan profesi teknik tersebut berakibat hukum.
60
Ibid., hal 89
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2010
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi disebutkan bahwa :
1. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan
atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang
bersengketa.
2. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi sebagaimana diatur dalam KUH Pidana
3. Jika dipilih penyelesaian sengketa diluar pengadilan, gugatan melalui
pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
Selanjutnya dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi disebutkan apabila:
1. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi diluar pengadilan dapat ditempuh
untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan
bangunan.
2. Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat menggunakan pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak.
3. Pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dibentuk oleh
pemerintah dan / masyarakat jasa konstruksi.
Universitas Sumatera Utara
Upaya penyelesaian dalam hal penyedia jasa tidak melakukan tanggung
jawabnya dalam kontrak karena wanprestasi adalah perdamaian diluar pengadilan.
Adanya penyelesaian perselisihan melalui jalur di luar pengadilan yang didahului
dengan adanya surat teguran tersebut dibenarkan oleh para penyedia jasa yang
berhasil ditemui bahwa dalam hal terjadi wanprestasi baik akibat keterlambatan
atau tidak sesuainya spesifikasi objek perjanjian tindakan yang paling sering
dilakukan oleh pengguna jasa adalah diberikan teguran agar penyedia jasa
melaksanakan kewajibannya.
Prakteknya selama ini, setiap perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian
kerjasama dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat diantara para pihak
dan belum pernah diselesaikan melalui pengadilan. Secara yuridis pola
penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Melalui pengadilan
2. Alternatif penyelesaian sengketa
3. Musyawarah
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian
sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan dan
putusannya bersifat mengikat. Sedangkan penyelesaian sengeketa melalui
alternatif penyelesaian sengketa (ADR) adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni
penyelesaian diluar pengadilan diluar pengadilan ahli (Pasal 1 ayat (10) UU No.
30 Tahun 1999 maka cara penyelesaian sengketa melalui ADR dibagi menjadi
lima cara, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Konsultasi
2. Negosiasi
3. Mediasi
4. Konsiliasi
5. Peniliaan Hukum
Selama ini perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV. Raut
Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi belum pernah
terdapat kasus sampai ke pengadilan ataupun pemutusan kontrak. Hal ini
dikarenakan pihak pengguna jasa memberikan kesempatan terlebih dahulu pada
pihak pemborong untuk memperbaiki dan atau melengkapi kekurangan pekerjaan
sebagaimana yang diisyaratkan dalam kontrak. Walaupun penyelesaian secara
musyawarah sering digunakan, namun ada satu hal yang sulit untuk mewujudkan
tercapainya musyawarah / mufakat dalam suatu sengketa. Hal tersebut adalah para
pihak pada umumnya mengganggap remeh hal-hal yang kelihatannya sepele.
Justru hal-hal yang dianggap sepele oleh satu pihak, malah dianggap hal yang
sangat materiil oleh pihak lainnya. Selain itu hal-hal sepele itu apabila tidak
segera diselesaikan akan berakibat pada membesarnya masalah tadi, sehingga
terjadilah sengketa yang hampir tidak mungkin diselesaikan dengan musyawarah
mufakat.
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan
atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara suka rela dari para pihak yang
bersengketa, UU Jasa Konstruksi mengaturnya. Penyelesaian sengketa di luar
pengadilan tidak berlaku untuk tindak pidana bagi penyelenggaraan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
konstruksi. Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, cara
penyelesaian di luar pengadilan diatur oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (disingkat UU
Arbitrase). Sengketa melalui pengadilan hanya dapat ditempuh, apabila upaya
tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
bersengketa.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab di atas, maka dapat ditarik kesimpulan,
bahwa :
1. Pengaturan hukum Pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan
irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tebing Tinggi. Penyedia jasa wajib menugaskan personil inti yang
tercantum dalam daftar personil inti atau menugaskan personil lainnya
yang di setujui oleh direksi pekerjaan. Direksi pekerjaan hanya akan
menyetujui
usulan
penggantian
personil
inti
apanila
kualifikasi,
kemampuan, dan pengalaman-nya sama atau melebihi personil inti yang
ada dalam personil inti. Apabila direksi pekerjaan meminta penyedian jasa
untuk memberentikan personilnya dengan alasan atas permintaan tersebut,
maka penyedia jasa harus menjamin bahwa peronil tersebut sudah harus
meninggalkan lapangan dalam waktu 7 (tujuh) hari dan terus diganti
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
2. Faktor terjadinya kendala dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja
pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi yaitu kendala oleh kelalaian
manusia dan kendala yang diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia
73
Universitas Sumatera Utara
atau force mejeur. Kendala yang diakibatkan kelalaian manusia antara lain
wanprestasi pihak kontraktor. Wanprestasi tersebut terjadi karena pihak
pemborong melaksanakan pekerjaan tidak sebagaimana mestinya, atau
terlambat dalam penyerahan atau sama sekali tidak melaksanakan
pekerjaan
3. Apabila timbul sengekta/perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian kerja
sama kedua belah pihak yaitu pihak pemberi tugas dan pihak kontraktor
akan berusaha untuk menyelesaikan masalahnya kepada Badan Arbitrase
yang terdiri dari wakil pihak pemberi tugas dan wakil pihak kontraktor
masing-masing satu orang dan satu orang lagi dari pihak netral yang
ditunjuk oleh kedua belah pihak. Penyelesaian perselisihan lewat jalur
hukum dapat ditempuh sebagai langkah terakhir yaitu meminta
penyelesaian Pengadilan Negeri Lubuk Pakam di Lubuk Pakam
B. Saran
Berdasarkan hal-hal yang penulis temukan dalam penelitian mengenai
pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi, memberikan saran
sebagai berikut:
1. Kepada penyedia jasa sebaiknya mempelajari terlebih dahulu mengenai
peraturan-peraturan yang terkait dengan jasa konstruksi. Sehingga dapat
lebih memahami klausula-klausula yang ada dalam kontrak kerja
konstruksi yang mereka sepakati dengan pengguna jasa.
2. Agar CV. Raut Agung Group lebih bertindak professional dan berhati-hati
dalam
melaksanakan
pekerjaan
yang
telah
diberikan.
Sebab
Universitas Sumatera Utara
profesionalisme usaha mampu mendorong tingkat kepercayaan rekanan
bisnis dan merupakan pencerminan dari perusahaan yang sehat dan
bonafit, dalam upaya menopang lancarnya kegiatan pembangunan
3. Kepala Bagian Keuangan yang bertanggungjawab mencairkan dana
proyek sebaiknya mengatur keuangan daerah secara teratur dan terukur
sehingga penyalurannya tepat sasaran sesuai dengan apa yang telah
dianggarkan sebelumnya. Hal ini untuk menjamin adanya kepastian akan
ketepatan waktu dalam mencairkan dana untuk proyek-proyek yang
dibangun di daerah. Dibutuhkan pula, proteksi dari pemerintah yang
terkait agar sebaiknya memperhatikan dan mengawasi kinerja para pejabat
pengadaan barang/jasa sehingga dapat menjalankan tugasnya secara
profesional. Selain itu, segera melakukan revisi terhadap peraturanperaturan yang dapat merugikan pihak penyedia jasa konstruksi sehingga
dapat menjamin kesetaraan kedudukan antara penyedia jasa dan pejabat
pembuat komitmen dengan melibatkan penyedia jasa konstruksi yang
terwadahi dalam lembaga-lembaga yang terkait dengan jasa konstruksi
agar dapat mewujudkan perlindungan hukum yang seharusnya bagi
masing-masing pihak.
Universitas Sumatera Utara
Download