BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Definisi Akuntansi Manajemen Akuntansi adalah proses pengolahan data keuangan untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambil keputusan melakukan pertimbangan berdasarkan informasi dalam pengambilan keputusan. Sebagai salah satu sistem pengolahan informasi keuangan, akuntansi manajemen merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan yang terutama untuk memenuhi keperluan manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Menurut Mulyadi ( 2001: 11): “informasi merupakan suatu fakta ,data, pengamatan, persepsi, atau sesuatu yang lain yang menambah pengetahuan”. Informasi diperlukan oleh manusia untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang, yang mengandung ketidakpastian, dan selalu menyangkut http://digilib.mercubuana.ac.id/ pemilihan suatu alternatif tindakan diantara sekian banyak alternatif yang tersedia. Oleh karena itu, pengambilan keputusan selalu berusaha mengumpulkan informasi untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapinya dalam memilih alternatif tindakan tersebut.Akuntansi manajemen menyediakan kerangka acuan untuk mengevaluasi informasi dari segi tujuan­ tujuan organisasi, dan memberikan informasi kepada manajer dan pihak­ pihak lainnya dalam organisasi. Informasi manajemen (Management accounting information) adalah data operasi dan keuangan tentang aktivitas­aktivitas, proses­proses, unit­unit operasi, produk­ produk, jasa­ jasa, dan pelanggan dari sebuah organisasi. Dimana organisasi ini ditujukan kepada pemakai­ pemakai internal perusahaan yakni manajemen, untuk tujuan internal pula. Informasi manajemen dibutuhkan oleh manajemen berbagai jenjang organisasi, untuk menyusun rencana aktifitas perusahaan dimasa yang akan datang. Kegiatan perencanaan meliputi pengambilan keputusan , pemilihan alternatif tindakan dari berbagai alternatif yang mungkin dilaksanakan dimasa yang akan datang. Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi manajemen terutama pada tahap analisis konsekuensi setiap alternatif tindakan yang mungkin dalam proses pengambilan keputusan tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Informasi akuntansi manajemen dapat dihubungkan dengan tiga hal: obyek informasi(produk, departemen, aktivitas), alternatif yang akan dipilih, dan wewenang manajer. Olehkarena itu informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi tiga tipe informasi: 1. Informasi akuntansi penuh (Full Accounting Information). Hand out Akuntansi Manajemen: Peranan, Sejarah dan Arah Akuntansi ManajemenPengampu: Haris Wibisono, 2. Informasi akuntansi diferensial (Differential Accounting Information). 3. Informasi akuntansi pertanggungjawaban (Responbility Accounting Information). 2.1.2 Definisi Biaya Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi biaya.Dalam biaya ada empat unsur pokok definisi biaya. Adapun unsur pokok biaya itu adalah : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Dapat diukur dalam satuan uang 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dalam akuntansi yang dimaksud dengan biaya adalah aliran sumber daya yang dihitung dalam satuan moneter yang dikeluarkan untuk membeli dan membayar ( persediaan, jasa, tenaga kerja, produk, peralatan dan barang lainnya ) yang digunakan untuk keperluan bisnis atau kepentingan lainnya. Jadi biaya dapat diartikan sebagai berikut : semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Menurut Mulyadi ( 2006 : 17 ) metode penentuan biaya produksi adalah dengan cara memperhitungkan unsur­unsur biaya kedalam biaya produksi. Dalam memperhitungkan unsur­unsur biaya dalam biaya produksi terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing.Full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua biaya produksi dalam biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berlaku variabel maupun tetap dan variabel costing merupakan penentuan biaya produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable ke dalam biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead variabel. 2.1.3 Obyek Biaya http://digilib.mercubuana.ac.id/ Obyek biaya (cost object) atau tujuan biaya (cost objective) adalah sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur. Berikut adalah aktivitas atau item­item yang dapat menjadi objek biaya: • Produk, Proses • Batch dari unit­unit sejenis , Departemen • Pesanan pelanggan, Divisi • Kontrak, Proyek • Lini produk, Tujuan strategis Melihat dari pemahaman mengenai pengertian dari objek biaya itu sendiri sebenarnya masih banyak aktivitas atau item yang bisa dijadikan sebagai objek biaya. Dengan begitu dalam praktik dunia industi khususnya bagi kita yang akan memahami lebih dalam bagian apa saja yang dapat menjadi objek biaya, bahkan kita sendiri yang dapat menentukan objek biaya tersebut selagi item tersebut dapat diukur dan duakumulasikan. 2.1.4 Klasifikasi Biaya Biaya diklasifikasikasikan menjadi: I.Biaya berdasarkan Unsur produk Bahan­bahan: bahan utama yang dipakai di dalam produksi yang kemudian diproses menjadi produk jadi melalui penambahan upah http://digilib.mercubuana.ac.id/ langsung dan FOH, dibedakan atas: a) bahan langsung yaitu semua bahan yang dapat dikenal sampai menjadi produk jadi, dapat dengan mudah ditelusuri dan merupakan bahan utama produk jadi, dan b) bahan tidak langsung yaitu semua bahan yang dimasukkan ke dalam proses produksi yang tidak dapat dengan mudah ditelusuri seperti bahan langsung. Tenaga kerja/buruh: usaha fisik atau usaha mental yang dikeluarkan dalam produksi suatu produk. Tenaga kerja/buruh digolongkan menjadi: a) tenaga kerja langsung, adalah semua tenaga kerja yang secara langsung terlibat dengan produksi produk jadi dan dapat ditelusuri dengan mudah, merupakan biaya tenaga kerja langsung utama dalam menghasilkanla suatu produk, b) tenaga kerja tidak langsung, adalah semua tenaga kerja terlibat dalam proses produksi produk jadi, tetapi bukan tenaga kerja langsung. Overhead pabrik (FOH); semua biaya yang terjadi di pabrik selain bahan langsung (BB) dan upah tenaga kerja langsung, merupakan kumpulan dari berbagai rekening yang terjadi di dalam eksploitasi pabrik. II. Biaya hubungannya dengan Produksi Biaya prima (prime cost) adalah biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dimana biaya tsb berhubungan langsung dengan produksi. Biaya konversi (convertion cost) adalah biaya yang berhubungan dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ pengolahan bahan baku menjadi produk jadi sehingga CC terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. III. Biaya hubungannya dengan Volume Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang secara total cenderung berubah­ubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi sedangkan per unitnya cenderung konstan. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dalam unit berubah­ubah dan dalam total selalu konstan, meskipun dalam batas interval tertentu. Biaya semi variabel (semi variable cost) adalah biaya yang mengandung dua unsur biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel (FC & VC). Biaya penutupan (shut down cost) adalah biaya tetap yang akan dibebankan ketika perusahaan tidak melakukan aktivitas produksi. IV. Biaya pembebanannya terhadap Departemen Departemen produksi merupakan departemen yang secara langsung memberi kontribusi untuk memproduksi suatu item dan memasukkan departemen dimana proses konversi atau proses produksi berlangsung. Departemen jasa merupakan departemen yang berhubungan dengan proses produksi secara tidak langsung dan berfungsi memberikan jasa (layanan) untuk departemen lain. V. Biaya daerah Fungsional http://digilib.mercubuana.ac.id/ Biaya manufaktur, yaitu biaya yang berhubungan dengan produksi suatu barang, merupakan jumlah dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya pemasaran, yaitu biaya yang dibebankan di dalam penjualan suatu barang atau jasa dari keluarnya barang dari gudang sampai ke tangan pembeli. Biaya administrasi, yaitu biaya yang dibebankan untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengoperasikan suatu perusahaan dan memasukkan gaji yang dibayar untuk manajemen serta staf pembukuan. VI. Biaya yang periode pembebanannya terhadap pendapatan Biaya produk, adalah biaya yang secara langsung dapat diidentifikasikan sampai ke produk jadi, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya periodik, adalah biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan produk dan karenanya tidak dimasukkan dalam unsur persediaan.Biaya ini dibedakan atas: a) revenue expenditure: jika manfaat biaya hanya satu periode, b) capital expenditure: jika manfaat biaya lebih dari suatu perode. VII. Biaya dalam hubungannya dengan pengawasan manajemen Biaya rekayasa, merupakan taksiran unsur biaya yang dibebankan dengan jumlah yang paling tepat dan wajar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Biaya kebijakan/discretionary cost, merupakan semua unsur biaya yang jumlahnya bervariasi sesuai dengan kebijakan manajer pusat pertanggungjawaban. Biaya Komite/sunk cost, adalah biaya yang merupakan konsekuensi dari komitmen yang sebelumnya telah dibuat dan yang tidak dapat dihindarkan. 2.2 Biaya Produksi 2.2.1 Pengertian Biaya-Biaya Produksi Berikut ini beberapa definisi biaya produksi dari berbagai sumber: • Biaya produksi yakni biaya­biaya yang berhubungan langsung dengan produk dari suatu produk dan akan dipertemukan (dimatchkan) dengan penghasilan (revenue) di periode mana produk itu di jual (Abdul Halim, 1988:5). • Biaya produksi merupakan biaya­biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi, 1995:14).Biaya produksi merupakan biaya­biaya yang berhubungan dengan produksi suatu item, yaitu jumlah dari bahan langsung,upah langsung dan biaya overhead pabrik (Amin Widjaya Tunggal, 1993:1) Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya­biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi biaya bahan baku, http://digilib.mercubuana.ac.id/ biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis biaya lain. 2.2.2 Pengertian Efisiensi Biaya Produksi Biaya produksi merupakan yang paling utama untuk dipikirkan serta diperhitungkan.Kesalahan perhitungan mampu berakibat fatal bagi kemajuan serta perkembangan perusahaan. Besarnya harga produksi ini akan membuat sebuah perusahaan bisa mengalami kebangkrutan akibat ketidakmampuan perusahaan dalam melakukan manajemen keuangannya. Biaya produksi adalah biaya­biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi untuk dijual. Dimana biaya produksi ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Terkadang banyak perusahaan mengurangi mutu kualitas dari produk yang diproduksi hanya untuk mendapatkan biaya produksi yang rendah, namun hal tesebut bukan cara yang tepat untuk membuat biaya produki menjadi lebih rendah, tetapi perusahaan perlu melakukan efisiensi biaya untuk dapat menekan biaya produksi. Cara Efisiensi Biaya Produksi Efisiensi biaya produksi adalah hubungan perbandingan antara anggaran biaya produksi (input) dengan realisasi biaya produksi (output ). (Syahu Sugian, 2006:76). Untuk menilai efisiensi biaya produksi, secara langsung akan meliputi tiga komponen biaya produksi, yaitu efisiensi biaya bahan baku, efisiensi biaya tenaga http://digilib.mercubuana.ac.id/ kerja langsung, dan efisiensi biaya overhead pabrik. Untuk mengetahui efisien atau tidaknya biaya produksi dilakukan dengan cara menghitung selisih antara anggaran dengan realisasinya. Efisiensi merupakan suatu hal yang penting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai laba yang optimal. Konsep efisiensi berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses mengkonsumsi masukan dibandingkan dengan standar atau sesuatu yang bisa dijadikan pembanding. Cara efisiensi biaya produksi ini dapat dilakukan melalui metode berikut ini yaitu : Hitunglah harga total minimal bahan yang dibutuhkan untuk melakukan produksi Bahan produksi meupakan salah satu indikator yang utama untuk bisa melakukan produksi barang atau jasa yang ingin diusahakan oleh perusahaan. Sebelum melakukan penentuan biaya jual produk atau jasa tersebut anda harus menghitung biaya bahan produksi total seminimal mungkin. Penerapan Just In Time Just In Time adalah usaha untuk mengurangi waktu penyimpanan (stourage time) yang merupakan suatu akibat dari aktivitas bukan penambah nilai bagi konsumen (nonvalue added activities) (mulyadi, 1993: 25­26). Dimana penerapan Just In Time dapat menghemat biaya penyimpan sehingga dapat membuat biaya lebih efisien. Rancangkan biaya perawatan mesin serta biaya karyawan seminimal mungkin Inilah yang harus diperhitungkan saat menentukan biaya produksi.Jumlahkan semua biaya perawatan mesin serta gaji karyawan yang dibutuhkan seminimal mungkin.Hal ini diupayakan untuk menghitung standar http://digilib.mercubuana.ac.id/ biaya produksi. 2.2.3 Elemen-Elemen Biaya Produksi Elemen­elemen harga pokok produksi merupakan elemen­elemen biaya yang berhubungan dengan harga pokok. Elemen harga pokok produksi dibagi menjadi 3 (tiga) elemen yaitu : 1) Biaya Bahan Baku, 2) Biaya Tenaga Kerja, dan 3) Biaya Overhead Pabrik. Menurut Mulyadi (1999:14) biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi. 1. Biaya Bahan Baku Menurut Mulyadi (1999:295) bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pengertian biaya tenaga kerja menurut Mulyadi (1999:343) adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.Biaya tenaga kerja dapat dibagi kedalam tiga golongan besar yaitu gaji dan upah bruto dikurangi dengan potongan­potongan seperti pajak penghasilan karyawan dan biaya asuransi hari tua, premi lembur, dan biaya­biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja (labor related costs). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Menurut Mulyadi (1999:208) biaya­biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut: a. Biaya bahan penolong b. Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap c. Biaya tenaga kerja tak langsung d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaranuang tunai. 2.2.4 Definisi Sistem Perhitungan Biaya Produksi Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tanaga kerja. Dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departement, tetapi bisa juga pusat pemprosesan dalam satu departement. Persyaratan utama adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ semua produk yang diproduksi dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi, bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk Perhitungan Biaya per departemen Dalam perusahaan manufaktur.produksi dapat terjadi di beberapa departemen. Setiap departemen melakukan suatu operasi tertentu untuk menyelesaikan produk. Sebagai contoh, departemen pertama biasanya melakukan proses pekerjaan tahap permulaan atas produk seperti memotong, mencetak atau membentuk produk atau komponen­komponennya. Jika pekerjaan di departemen pertama selesai, unit­unit tersebut ditransfer ke departemen kedua.Departemen kedua kemudian melaksanakan tugasnya mulai dari perakitan, pengamplasan dan pengecatan lalu mentransfer unit­unit tersebut ke departemen berikutnya, yang kemudian melaksanakan tugasnya dan demikian seterusnya, sampai unit­unit tersebut akhirnya selesai dan ditransfer ke gudang barang jadi. Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik umumnya dibebankan ke departemen produksi, tetapi jika suatu departemen diorganisasi menjadi dua pusat biaya atau lebih, perhitungan biaya berdasarkan proses tetap digunakan selama unit­unit produk yang dihasilkan dalam lebih pusat biaya tersebut bersifat homogen. Misalnya, suatu departemen produksi yang memiliki empat lini perakitan, di mana setiap lini menghasilkan produk yang berbeda, dapat menggunakan perhitungan biaya berdasarkan proses. Setiap lini perakitan dapat diperlakukan sebagai pusat biaya yang terpisah. Hal ini http://digilib.mercubuana.ac.id/ mengharuskan adanya catatan yang terpisah untuk mencatat biaya berdasarkan proses. 2.2.5 Kelemahan Sistem Perhitungan Biaya Tradisional Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi. Ada diversitas produk, dimana masing­masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda. Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan secara arbitrer kepada harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas. Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara lain: • menentukan harga jual • mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan • memantau realisasi biaya http://digilib.mercubuana.ac.id/ • menghitung laba/rugi tiap pesanan • menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan di neraca. Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang mengadopsi penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis aktivitas (ABC) dengan harapan manajemen melakukan analisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis. 2.3 Activity Based Costing 2.3.1 Definisi Activity Based Costing Definisi Activity Based Costing menurut Horngren dan Foster (2003:39) adalah: “An approach to costing that focuses on activities as the fundamental cost objects. It uses the costs these activities as the basis for assigning costs to other cost objects such as products, services or customer”. Menurut Mulyadi (2003:40) Activity Based Costing systems (ABC systems) adalah: Activity Based Costingadalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas.Sistem http://digilib.mercubuana.ac.id/ informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan.Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang”. Garrison dan Noreen (2003:316) mendefinisikan Activity Based Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing is a costing method that is designed to provide managers cost information for strategic and other decision that potentially affect capacity and therefore ‘fixed’ costs”. Menurut Hansen dan Mowen (2003:122) adalah: “Activity Based Costing systems first trace cost to activities then to product….”. Hilton, Maher, dan Selto (2006:14) memberikan pengertian Activity Based Costingsebagai berikut: “Activity Based Costing or ABC is a costing method that first assigns costs to activies and then to goods services based on how much each good or service use the activities”. Jadi Activity Based Costing adalah: Berdasarkan definisi­definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costingadalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, dimana aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar.Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ini didasarkan pada konsep produk yang mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya.Dengan metode ini diharapkan manajemen http://digilib.mercubuana.ac.id/ dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas­aktivitas yang tidak bernilai tambah (aktivitas yang dipertimbangkan tidak memberi kontribusi terhadap nilai pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi). 2.3.2 Sejarah Activity Based Costing ABC system telah mengalami perkembangan pesat sejak saat diujicobakan pada awal dekade tahun 1990­an di U.S.A. Sudah lebih dari lima belas tahun ABC system diperkenalkan di Indonesia melalui seminar, lokakarya, bahkan beberapa perusahaan telah mengimple­mentasikannya. Namun, sedikit sekali perusahaan Indonesia yang telah mengimplementasikan ABC system secara berhasil—yaitu mampu memanfaatkan informasi yang dihasilkan oleh ABC system dalam pengurangan biaya. Konsep tentang ABC system berubah sesuai dengan perkembangan implementasi ABC system itu sendiri. Pada awal perkembangannya, ABC systemdipakai sebagai alat untuk memperbaiki akurasi perhitungan kos produk. Biaya overhead pabrik merupakan lingkup yang dicakup oleh ABC system pada waktu itu. Namun pada tingkat perkembangannya terkini, ABC system tidak lagi terbatas pada akuntansi biaya yang berfokus ke perhitungan kos produk. ABC system telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi “cara baru dalam melaksanakan bisnis.”Agar memperoleh konsep yang tepat tentang ABC system, pembelajar dipersilakan untuk mengikuti uraian mengenai konsep yang salah dan konsep http://digilib.mercubuana.ac.id/ semestinya tentang ABC system. Dengan memahami konsep yang semestinya tentang ABC system, pembelajar akan dapat memanfaatkan secara optimum kekuatan sesungguhnya yang tersimpan dalam sistem informasi biaya tersebut. 2.3.3 Konsep Activity Based Costing Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional.Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan unit / kuantitas produk yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan.Metode pembebanan semacam ini sering disebut juga Unit Based System.Pada sistem ini biaya­biaya yang timbul dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan berdasar atas elemen­elemennya ke dalam pusat­pusat pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka biaya­biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang diserap oleh masing­masing pusat biaya. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk yaitu sebagai berikut : 1. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing) Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode harga pokok penuh ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak eksternal perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2. Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing) Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya mempehitungkan biaya produksi yang bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Metode harga pokok variabel ini lebih ditujukan untuk memenuhi kepentingan pihak internal. Lingkungan teknologi manufaktur maju memerlukan sistem informasi akuntansi yang dirancang untuk mengelola aktivitas dan mempertahankan keunggulan bersaing.Sistem tersebut dinamakan akuntansi aktivitas (Activity Accounting) atau disebut pula Activity Based Costing System (ABC System).Sistem ini juga dapat digunakan untuk menilai kinerja dengan cara­cara yang baru.Dalam ABC System, aktivitas dianggap sebagai penyebab timbulnya biaya produksi.Namun lebih dari itu, ABC System juga menekankan pada aspek perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan oleh manajer. Hongren mendefinisikan ABC Sistem sebagai : ”… is a System that first accumulates the costs of each activity of an organization and then applies the costs of activities to the products, services, or other cost objects using appropriate cost drivers”. (Charles T. Hongren, Sundem, & Stratton, 1996 : 502). Secara umum pengertian Activity Based Costing System (ABC System) adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya­biaya ke dalam aktivitas­aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk http://digilib.mercubuana.ac.id/ atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan. Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akaninformasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Kebutuhan akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal­hal sebagai berikut: 1. Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan manufaktur memaksa manajemen untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective. 2. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi dominan. 3. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan manufaktur harus menerapkan market–driven strategy. 4. Market–driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif. 5. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang sangat bermanfaat dengan cukup akurat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3.4 Identifikasi dan Klasifikasi Aktivtas ABC Pada tahap pertama untuk mengalokasikan biaya dalam metode Activity Based Costing, biaya­biaya dari sumber daya penunjang dialokasikan ke aktivitas.Oleh sebab itu, mengidentifikasikan aktivitas merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum mengalokasikan sumber daya penunjang tersebut.Pengidentifikasian aktivitas membutuhkan daftar dari semua jenis pekerjaan yang dilakukan, misalnya material handling, inspection, process, engineering, dan sebagainya.Pengidentifikasian aktivitas umumnya dikerjakan dengan mewawancarai para manajer atau wakil dari area kerja fungsional. Suatu rancangan pertanyaan­ pertanyaan kunci diajukan, dan jawabannya akan dapat membantu menyediakan berbagai informasi yang diperlukan bagi sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Identifikasi aktivitas merupakan bagian penting dari proses Activity Based Costing. Dalam tahap identifikasi aktivitas ini, aktivitas yang luas dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu: 1. Aktivitas tingkat unit Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu unit diproduksi.Sebagai contoh, permesinan dan perakitan adalah aktivitas yang dikerjakan tiap kali unit diproduksi.Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. 2. Aktivitas tingkat batch http://digilib.mercubuana.ac.id/ Aktivitas tingkat batch adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk diproduksi.Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah batch tetapi tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch.Penyetelan, pengawasan (kecuali apabila setiap unit diperiksa), jadwal produksi, dan penanganan bahan, adalah contoh­contoh aktivitas tingkat batch. 3. Aktivitas tingkat produk Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi input yang mengembangkan produk, atau memungkinkan produk diproduksi atau dijual.aktivitas ini dan biayanya cenderung meningkat sejalan dengn peningkatan jenis produk yang berbeda. Perubahan teknik, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa teknik produk, dan pengiriman, adalah contoh­contoh dari aktivitas tingkat produk. 4. Aktivitas tingkat fasilitas Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada beberapa tingkat, tetapi tidak memberikan manfaat untuk setiap produk secara spesifik.Contohnya­contohnya meliputi manajemen pabrik, tata letak, pendukung program komunitas, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan di pabrik. 2.3.5 Manfaat Activity Based Costing http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif.Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinkan.Analisis biaya ini dapat menyoroti bagaimana benar­benar mahalnya proses manufakturing, hal ini pada gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya. 2. Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. 3. Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management decision making) membuat­membeli yang manajemen harus lakukan, disamping itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka maka keputusan yang akan diambil oleh phak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam iklim kompetisi dewasa ini. 4. Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement), melalui analisa aktivitas, sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan terhadapaktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien.Hal ini berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan. 5. Memudahkan penentuan biaya­biaya yang kurang relevan (cost reduction), pada http://digilib.mercubuana.ac.id/ sistem tradisional, banyak biaya­biaya yang kurang relevan yang tersembunyi.Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber­sumber biaya tersebut dapat diketahui dan dieliminasi. 6. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, piliak manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah. 2.3.6 Keunggulan Activity Based Costing dalam Penentuan Biaya Produksi a. Biaya produk yang lebih realistis, khususnya pada industri manufaktur teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang signifikan dari total biaya. b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang modem, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri. c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas. d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang tidak http://digilib.mercubuana.ac.id/ menambah nilai terhadap produk. e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction­based) dari pada berbasis volume produk. f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik. g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk. Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah ketidaktepatan dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu pabrik manufakturing.Hal ini berbeda dengan sistem biaya ABC yang memberikan informasi biaya yang lebih akurat.Sistem biaya ABC menelusuri biaya produksi tidak langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan aktivitas tiap level.Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk yang lebih akurat dan lebih realistis. 2.3.7 Kelemahan Activity Based Costing http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menurut Kamaruddin Ahmad menyatakan bahwa kelemahan Activity Based Costing: 1. Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh pembersihan pabrik dan pengelolaan proses produksi. 2. Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis.Contoh iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya. 3. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya yang mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama.” Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing memiliki kelemahan yaitu pengalokasian biaya yang secara sembarangan, pengabaian biaya, dan memerlukan biaya yang mahal juga waktu yang cukup lama. 2.3.8 KeterbatasanActivity Based Costing Meskipun Activity Based Costingmemberikan alternatif penelusuran biaya ke produk individual secara lebih baik, tetapi juga mempunyai keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya produk. Menurut Henry Simamora memaparkan keterbatasan Activity Based Costing adalah sebagai berikut : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. Alokasi. Walaupun tersedia data aktivitas, beberapa biaya kemungkinan membutuhkan alokasi ke departemen dan produk berdasarkan ukuran volume arbitrer karena pencarian aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya mungkin tidak akan praktis. 2. Penghilangan biaya. Beberapa biaya yang diidentifikasi dengan produk tertentu dihilangkan dari analisis.Aktivitas­aktivitas yang menyebabkan biaya seperti itu dapat meliputi pemasaran, periklanan, riset, dan pengembangan, rekayasa produk, dan klaim garansi. Biaya tambahan akan sekadar ditelusuri ke masing­ masing produk dan ditambahkan ke biaya pabrikasi guna menentukan jumlah biaya produk. Pada dasarnya, biaya administratif dan pemasaran tidak dimasukan ke dalam biaya produk karena persyaratan pelaporan keuangan menurut prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia bahwa biaya tersebut dimasukkan sebagai biaya periode. 3. Beban dan waktu yang dikonsumsi. Sistem Activity Based Costingsangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan.Sistem ini juga sangat memakan waktu.Sebagaimana sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif lainnya, sistem Activity Based Costingmemakan waktu lebih dari satu tahun untuk dikembangkan dan diterapkan secara berhasil. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.4. Tingkatan Biaya dan Pemicu Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output yang secara stuktural berbeda dengan yang digunakan dalam system biaya konvensional. Dalam sistem konvensional cost driver hanya dilihat pada tingkat unit. Dalam Activity Based Costingterdapat beberapa cost driver, yaitu : 1. Unit level activities, yaitu aktivitas yang dikerjakan setiap satu unit produk diproduksi.. Biaya ini berhubungan secara proporsional dengan volume produk, seperti biaya bahan baku, biaya kerja langsung, biaya angkut. 2. Batch level activities, yaitu aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu batch produk diproduksi.Biaya ini tidak berhubungan secra proporsional dengan setiap unit produk, tetapi berhubungan proporsional dengan banyaknya batch output yang diproduksi.Misalnya set­up dalam setiap kali menangani order, memicu timbulnya biaya set­up mesin. 3. Product sustaining activities, yaitu aktivitas untuk mempertahankan produk agar tetap ada di pasaran dan tetap laku dijual. Biaya ini tidak mempunyai hubungan proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi dan jumlah batch produk, misalnya biaya penelitian dan pengembangan produk, biaya desain, proses produksi, biaya desain produk. 4. Facility sustaining activities : yaitu aktivitas yang ditujukan untuk mempertahankan kapasitas produk dan usaha­usaha untuk menghindari idle capacity.Biaya ini tidak memiliki hubungan langsung dengan volume http://digilib.mercubuana.ac.id/ produksi, melainkan bersifat periodikal, misalnya biaya penyusutan, biaya asuransi, dan biaya pajak bumi dan bangunan. 2.5. Metode Pembebanan Biaya Ke Produk Setidaknya ada dua langkah yang perlu dilakukan daam sistem perhitungan biaya, antara lain akumulasi biaya (cost accumulation), yakni mengumpulkan data biaya yang terorganisir melalui sistem informasi; dan pembebanan biaya (cost assignment), yaitu memperhitungkan biaya akumulasi (akumulasi biaya) ke dalam obyek biaya.Pembebanan biaya tergantung dari kemampuan untuk menelusuri biaya terhadap obyek biaya, mulai dari yang sederhana sampai pada yang paling sulit.Ada dua metode utama yang dapat digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke obyek biaya, yaitu metode langsung produk dan metode tidak alngsung produk, yang mana metode langsung atau penelusuran langsung digunakan untuk membebankan biaya langsung terhadap produk, sementara metode tidak langsung terhadap produk terdiri dari metode penelusuran pemicu (driver) dan metode alokasi yang digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung ke produk. a) Metode Penelusuran Langsung Tujuan dari metode penelusuran langsung adalah untuk membebankan biaya langsung ke dalam obyek biaya, yang mana biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri atau diidentifikasi secara langsung ke dalam obyek biaya.Jadi, dasar pembebanan biaya langsung ke dalam obyek http://digilib.mercubuana.ac.id/ biaya adalah penelusuran biaya (cost tracing).Biaya yang secara mudah dan akurat ditelusuri ke obyek biaya adalah biaya untuk sumber daya yang harus dikonsumsi oleh obyek biaya yang bersangkutan. b) Metode Penelusuran Pemicu (Driver) Metode ini digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi secara bersama­sama oleh beberapa obyek dam memiliki hubungan sebab akibat di antara biaya dan aktivitas Pemicu biaya (cost driver) adalah setiap aktivitas yang menyebabkan suatu biaya akhirnya dikeluarkan. Ada dua pemicu biaya (cost driver). Pemicu sumber daya digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas ke pusat biaya (cost pool) tertentu, sementara pemicu aktivitas digunakan untuk membebankan biaya dari pusat biaya (cost pool) ke obyek biaya. c) Metode Alokasi Tujuan penggunaan metode alokasi adalah untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi bersama­sama oleh beberapa obyek biaya, tetapi tidak memiliki hubungan sebab akibat, artinya ada atau tidak ada aktivitas tersebut pengeluaran biaya tetap saja terjadi.Sebagian besar biaya terjadi karena kaitannya dengan penggunaaan fasilitas/pabrik., sehingga tidak ada hubungan langsung antara aktivitas dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.Oleh karena itu, alokasi biaya tersebut perlu didasarkan pada asumsi atau kemudahan perhitungan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.6. ImplementasiSistem Activity Based Costing (ABC) Sistem perhitungan biaya berbasis aktivitas menekankan bahwa biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung produk karena biaya tersebut dapat ditelususri dan diidentifikasi secara akurat ke masing­masing produk.Sementara biaya overhead pabrik merupakan biaya tidak langsung kerana biaya tersebut tidak dapat dibebankan secara langsung ke masing­masing produk.Berikut langkah­langkah dalam pembebanan biaya overhead pabrik ke masing­masing produk dengan sistem ABC (Riwayadi, 2014). Langkah 1 : Mengidentifikasi Aktivitas dan Pemicu (Driver) Aktivitas Fokus dari sistem perhitungan biaya berbasis aktivitas adalah aktivitas. Aktivitas merupakan suatu kejadian, peristiwa, atau transaksi dari suatu proses bisnis, yang mana semakin terperinci suatu aktivitas, semakin mudah untuk mengidentifikasi aktivitas tersebut. Namun di sisi lain, perhitungan biaya aktivitasnya menjadi semakin rumit karena banyaknya biaya bersama yang harus dialokasikan ke masing­masing aktivitas. Dengan demikian, seberapa banyak aktivitas yang harus dibuat tergantung dari kebijakan manajemen perusahaan.Pihak yang melakukan aktivitas tidak selalu oleh orang, tetapi bisa juga dilakukan oleh mekanik (mesin). http://digilib.mercubuana.ac.id/ Langkah 2 : Mengidentifikasi Sumber Daya, Biaya Sumber Daya dan Pemicu (Driver) Biaya Sumber Daya Dalam perhitungan biaya aktivitas, yang pertama kali perlu diketahui adalah sumber daya yang digunakan oleh setiap aktivitas.Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi komponen biaya dan menentukan besaran biayanya.Berdasarkan biaya sumber daya tersebut, perusahaan mengklasifikasikan menjadi biaya langsung aktivitas dan biaya tidak langsung aktivitas.Untuk biaya tidak langsung aktivitas dibebankan ke masing­masing ativitas menggunakan pemicu biaya (driver) biaya sumber daya yang tepat. Langkah 3 : Mengumpulkan Data Kapasitas Pemicu (Driver) Biaya Selanjutnya setelah pemicu (driver) biaya aktivitas dan pemicu (driver) biaya sumber daya teridentifikasi langkah berikutnya adalah menentukan kapasitas/konsumsi dari pemicu (driver) biaya aktivitas dan pemicu (driver) biaya sumber daya.Penentuan kapasitas/konsumsi tersebut dikumpulkan dari berbagai unit yang terkait. Langkah 4 : Membebankan Biaya Sumber Dayak ke Aktivitas Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa biaya langsung aktivitas ddibebankan ke aktivitas menggunakan metode penelusuran langsung, sementara biaya tidak langsung aktivitas dibebankan ke aktivitas menggunakan metode penelusuran pemicu (driver) dan metode alokasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Langkah 5 : Membebankan Biaya Aktivtas Pendukung ke Aktivitas Utama Aktivitas sebagai pusat biaya terdiri dari aktivitas pendukung dan aktivitas utama, yang mana aktivitas pendukung adalah aktivitas yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan obyek biaya akhir, sehingga biaya yang timbul pada aktivitas tersebut harus dibebankan ke aktivitas utama (obyek biaya akhir). Langkah 6 : Mengklasifikasikan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas dan Pemicu (Driver) Aktivitas Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa ada empat tingkatan aktivitas yang digunakan dalam sistem ABC, yaitu (1) Aktivitas tingkat unit (unit level activity), (2) Aktivitas tingkat gugus unit (batch level activity), (3) Aktivitas tingkat keberlanjutan produk (product sustaining level activity), dan (4) Aktivitas tingkat keberlanjutan fasilitas/pabrik (facilities sustaining level activity). Langkah 7 : Menghitung Tarif Aktivitas Berdasarkan klasifikasi tingkatan aktivitas, maka dapat diketahui total biaya untuk masing­masing aktivitas dan kapasitas/konsumsi pemicu (driver) aktivitasnya,. Untuk menghitung tarif setiap aktivitas adalah dengan membagi http://digilib.mercubuana.ac.id/ total biaya setiap aktivitas dengan kapasitas/konsumsi pemicu (driver) aktivitasnya. Langkah 8 : Membebankan Biaya Aktivitas ke Produk Langkah terakhir adalah pembebanan biaya overhead pabrik ke masing­masing produk dengan cara mengalikan masing­masing kapasitas/konsumsi pemicu (driver) aktivitas sesungguhnya dengan tarif aktivitasnya. 2.7. Perbandingan Sistem Biaya Activity Based Costing dengan Sistem Biaya Tradisional Beberapa perbandingan antara sistem biaya tradisional dan sistem biaya Activity-Based Costing (ABC) yang dikemukakan oleh Amin Widjaya dalam bukunya “Activity-Based Costing untuk manufakturing dan pemasaran”, adalah sebagai berikut: 1.Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas­aktivitas sebagai pemacu biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif. 2. Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu.Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan http://digilib.mercubuana.ac.id/ jangka pendek seperti laba.Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka­angkanya tidak dapat diandalkan. 3.Sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi. 4.Sistem biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilang biaya aktual apabila kebutuhan muncul. 5.Pada sistem biaya tradisional penentuan tarif suatu produk berdasar aktivitas level unit (bahan baku dan tenaga kerja). Sedangkan pada ABC System pembebanan biaya overhead berdasarkan aktivitas berlevel unit maupun non unit sehingga penentuan biaya lebih akurat karena ditelusuri ke masing­masing produk. Sistem biaya tradisional mengutamakan satu atau dua pemacu biaya yang berbasis unit sebagai pembeban biaya sehingga menciptakan biaya produk yang terdistorsi.Distorsi yang terjadi berupa subsidi silang (cross subsidy) antar produk, satu produk mengalami kelebihan biaya (overcosting) dan produk lainnya mengalami kekurangan biaya (undercosting).Tingkat distorsi yang terjadi http://digilib.mercubuana.ac.id/ tergantung pada proporsi biaya overhead terhadap biaya produksi total.Semakin besar proporsinya, semakin besar distorsi yang terjadi demikian juga sebaliknya.Hal inilah yang melandasi dikembangkannya sistem biaya ActivityBased Costing. Perkembangan aktivitas berdasarkan pembiayaan (ABC system) pada awalnya didasari oleh adanya perbaikan kecermatan dalam perhitungan biaya produk dalam perusahaa manufaktur yang pada umumnya menghasilkan banyak produk.Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya adalah bagaimana menghasilkan banyak jenis produk dengan membebankan biaya overhead pabrik ke produk­produk tersebut. Dalam aplikasi akuntansi biaya tradisional, konsep volume-related drivers digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke pabrik, sehingga beban biaya produk yang dihasilkan dari cara pembebanan ini menjadi tidak akurat. Pada sistem ABC menawarkan dasar pembebanan yang lebih bervariasi, seperti batch-related drivers, product sustaining drivers dan facility sustaining drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yan dihasilkan oleh perusahaan. Dengan berbagai driversyang sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan maka akuntansi biaya dapat menghasilkan informasi beban biaya produk yang akurat, sehingga hal ini akan memudahkan pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan tentang harga jual dan dalam melakukan analisis profitabilitas setiap jenis produk. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pada perkembangan selanjutnya, ABC sistem tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi beban biaya produk yang akurat. ABC sistem pada saat ini merupakan konsep yang didefinisikan secara luas sebagai sistem informasi untuk memotivasi individu dalam melakukan improvement terhadap proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi customer. ABC sistem dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan akuntansi baiaya tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan manufaktur.Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang) dan organisasi (sektor publik dan nirlaba) sekarang dapat memanfaatkan ABC system sebagai sistem akuntansi biaya, baik untuk tujuan pengurangan biaya (cost reduction) maupun untuk perhitungan secara akurat beban biaya fitur produk/jasa. Jika pada tahap awal perkembanannya, ABC system hanya difokuskan pada biaya overhead pabrik, sedangkan pada tahap perkembangan selanjutnya, ABC system diterapkan ke semua biaya, mulai dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai biaya administrasi dan umum. ABC sistem menggunakan aktivitas sebagai titik pusat (focal point) untuk mempertanggungjawabkan biaya.Oleh karena aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi, maka ABC system dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi dan mencakup biaya di luar produksi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ B. Kerangka Pemikiran PT X di Jakarta adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri shampoo mobil.Seperti halnya perusahaan industri lainnya, perusahaan industri ini mempunyai kegiatan memproduksi bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.Metode perhitungan harga pokok produksi merupakan salah satu komponen penting dalam menentukan kemajuan perusahaan dalam menghadapi dunia persaingan yang semakin ketat. Saat ini perusahaan menggunakan metode konvensional dalam menetapkan harga pokok produksinya yaitu dengan menggunakan pemicu biaya jam kerja mesin. Pada metode konvensional banyak sumber daya yang tidak terakomodir dan tidak terdistribusikan secara berimbang terhadap produk. Sulastiningsih dan Zulkifli mengemukakan adanya gejala­gejala dari sistem kos yang sudah usang dan segera memerlukan perancangan sistem kos baru, gejala­ gejala tersebut antara lain : 1. Profit margin untuk masing­masing produk sulit dijelaskan 2. Produk yang sulit diproduksi dilaporkan sangat menguntungkan meskipun tidak dijual dengan harga premium. 3. Hasil­hasil penawaran (kemenangan atau kekalahan tender) sulit dijelaskan, karena tidak dapat diprediksi oleh sistem biaya dengan cukup akurat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4. Menjual produk yang bervolume tinggi dengan harga relatif mahal, sebaliknya yang bervolume rendah dengan harga relatif murah.Padahal harga­harga yang ditawarkan para pesaing adalah sebaliknya. 5. Penjual menawarkan suku cadang komponen rakitan dengan harga yang relatif sangat murah. 6. Para pelanggan tidak bereaksi atas kenaikan harga, bahkan oleh kenaikan harga yang tidak dipicu oleh kenaikan biaya. Kelemahan dari sistem biaya konvensional disebabkan oleh kelemahan dari rancangan sistem tersebut, yaitu : Hanya jam atau kos tenaga kerja langsung yang digunakan untuk mengalokasikan overhead dari pusat biaya ke produk. Hanya basis alokasi yang berkaitan dengan volume, seperti : jam kerja, jam mesin dan rupiah bahan yang digunakan untuk mengalokasikan overhead dari pusat biaya ke produk. Pusat biaya terlalu besar dan terdiri dari mesin­mesin dengan struktur kosoverhead yang sangat berbeda satu sama lain. Biaya pemasaran dan penyerahan produk sangat bervariasi untuk masing­masing saluran distribusi, sedangkan sistem biaya konvensional mengabaikan biaya pemasaran. Berdasarkan kelemahan yang ada metode Konvensional, maka digunakan pendekatan baru dalam alokasi biaya pada http://digilib.mercubuana.ac.id/ produk yaituActivity Based Costing.Metode ini memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, biaya ditelusuri ke aktivitas dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk.Sistem ini dimulai dengan mengasumsikan sumber daya tidak langsung yang mendukung dalam memberikan kemampuan untuk membentuk aktifitas, tidak mengalokasikan biaya secara umum. Activity Based Costingmemberikan informasi biaya yang lebih akurat karena berdasarkan aktivitas­aktivitas yang terjadi.Masing­masing produk atau jasa menyerap aktivitas yang berbeda­beda sesuai dengan proporsi konsumsi aktivitas yang diserapnya. Tiap­ tiap aktivitas mempunyai dasar pembebanan biaya yang berbeda antara satu aktivitas lainnya, yang disebut cost driver. Pengertian Activity Based Costing menurut Henry Simamora : “Activity Based Costing adalah sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas­ aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa.” Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Activity Based Costingmerupakan sistem akuntansi yang digunakan untuk menentukan biaya produk yang dilakukan dengan membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang digunakan oleh aktivitas. Adapun yang membedakan secara prinsip antara pendekatan konvensional dan Activity Based Costing pada langkah pertama adalah ketelitian Activity Based Costingdalam menelusuri konsumsi sumberdaya dalam proses pembebanan biaya overhead ke pusat biaya berdasarkan sebab akibat. Untuk mencapai tujuan ini metode http://digilib.mercubuana.ac.id/ Activity Based Costing menggunakan dasar pembebanan biaya overhead yang lebih teliti dan membentuk pusat biaya yang lebih banyak, sehingga penggunaan sumberdaya dapat diikuti dengan teliti ke pusat biaya yang mengkonsumsinya.Pada tahap kedua yaitu saat biaya overhead dari pusat biaya dialokasikan ke produk atau jasa. Dengan demikian sistem Activity Based Costingini akan memungkinkan pembebanan biaya­biaya ke produk atau jasa dengan lebih adil dan membuat harga jual produk lebih sesuai. Metode Activity Based Costingadalah sistem yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama melacak biaya ke berbagai aktivitas, dan kedua ke berbagai produk.Dalam metode konvensional juga melibatkan dua tahap, namun pada tahap pertama biaya­ biaya tidak dilacak ke aktivitas tetapi ke unit organisasi.Misalnya pabrik atau departemen­departemen. Sistem penentuan harga pokokActivity Based Costingmenggunakan cost driver dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan Konvensional, sehingga meningkatkan ketelitian. http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/ http://digilib.mercubuana.ac.id/ Penelitian Terdahulu Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No 1 2 Peneliti dan Tahun Mehmet C. Kocakulah, Ph.D. (2008) Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian Using Activity­ Based Costing (ABC) t Measure Profibility on a Commercial Loan Portofolio. ABC Sistem: Sistem Biaya dalam Mengatasi Kelemahan/Kekuran gan Sistem Biaya Tradisional. Penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dilakukan pada industri perbankan sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada industri jasa. Penelitian Niniek adalah penelitian kepustakaan sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian lapangan pada dua jenis industri ABC mampu memberikan informasi yang akurat mengenai biaya dan profitabilitas, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungannya. Niniek L. D (2008) Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dengan penelitian sekarang adalah sama­ sama menggunakan activity based costing dalam sistem perhitungan biaya. Persamaan peneltiian yang dilakukan Niniek L. D dengan penelitian sekarang adalah sama­ sama menggunakan activity based costing dan traditional http://digilib.mercubuana.ac.id/ ABC sistem membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar lebih teapt dan akurat yaitu dengan cara penentuan biaya atas dasar aktivitas yang dilakukan costing concept. yang berbeda. 3 Charoline Penerapan Activity Cheisviyany Based Costing untuk (2008) Analisis Profitabilitas Pelanggan. Penelitian Charoline membahas tentang penerapan ABC pengaplikas ian konsep customer relationship managemen t (CRM) dalam menganalisa profitabilita s. 4 Aristanti Widyanings ih (2010) Penelitian Aristanti menggunak an activity based managemen t, total quality of managemen t, serta Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Charoline dengan penelitian sekarang adalah sama­ sama menggunakan activity based costing untuk membebanka n biaya aktivitas pada produk. Persamaan lainnya dengan penelitian sekarang adalah sama­ sama menggunakan metode field research Peranan dan Kendala Persamaan Penerapan Activity penelitian Based Costing Aristanti (ABC) dalam dengan industri jasa. penelitian sekarang adalah sama­ sama meneliti peranan ABC pada industri http://digilib.mercubuana.ac.id/ untuk menghasilkan produk dan jasa. Secara jangka panjang analisis ini dapat memberikan future growth bagi perusahaan dengan pencapaian visi dan misi. Pada initnya dapat disimpulkan bahwa ABC tidak hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur tetapi juga 5 Wijayanti, (2011) Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksipada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang jasa. strategi kualitas untuk mendukung penelitian ABC nya. dapat diterapkan pada industri jasa. Persamaan peneltiian yang dilakukan Wijayanti dengan penelitian sekarang adalah sama­ sama menggunakan activity based costing dan traditional costing concept. Penelitian Wijayanti membahas tentang penerapan ABC pengaplikas ian konsep customer relationship managemen t (CRM) dalam menganalisa profitabilita s. Dengan hasilnya PT. Industri Sandang masih menggunakan system tradisional dengan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada tahun 2009 menggunakan Sistem Tradisional diperoleh hasil Harga Pokok Produksi http://digilib.mercubuana.ac.id/